Upload
firdianadiani
View
212
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
BUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBBUAT AHBv
Citation preview
Diagnosis dalam kedokteran gigi merupakan suatu tindakan untuk
menentukan adanya penyakit yang berhubungan dengan gigi dan jaringan
penyangganya. Sedangkan gejala adalah kesatuan informasi, yang dicari di
dalam diagnosis klinis dan didefinisiskan sebagai fenomena atau tanda-tanda
suatu permulaan keadaan sakit yang normal dan indikatif. Gejala dapat
diklasifikasikan sebagai berikut : gejala subjektif adalah gejala yang dialami
dan dilaporkan oleh pasien kepada dokter; gejala objektif adalah gejala yang
dipastikan oleh dokter melalui berbagai uji/tes. ( Louis I. Grossman, 1995 )
Sebelum menegakkan diagnosa, catat identitas pasien terlebih dahulu,
meliputi : nama, jenis kelamin, umur, alamat , pekerjaan dan elemen yang
akan diperiksa
Cara Menegakan diagnosa
Tahap-tahap menegakan diagnosis:
Tentukan keluhan utama
Tentukan informasi penting yang berkaitan dengan riwayat medis dan
riwayat kesehatan pasien
Lakukan pemeriksaan objektif dan pemeriksaan radiografis secara teliti
Lakukan analisis data yang diperoleh
Formulasikan diagnosis dan rencana perawatan dengan tepat
Pemeriksaan Subjektf
a. Keluhan utama/ anamnesa
Merupakan inforasi pertama yang diperoleh, berupa gejala atau
masalah yang diutarakan pasien dengan bahasanya tersendiri,yang
berkaitan dengan kondisi yang menyebabkannya cepata-cepata datang
mencari perawatan. Mengungkap riwayat medis berupa rasa sakit sesuai
dengan bahasa penderita , meliputi:
Tujuan penderita datang
Lokasi gigi yang dikeluhkan
Kapan pertama kali timbul rasa sakit
Bentuk rasa sakit
Berapa lama rasa sakit terasa
Penyebab rasa sakit (spontan, rangsangan, trauma)
Daerah yang terliat (loka/ setempat, menjalar )
Ada tidaknya pembengkakan
Usaha pasien untuk meredakan rasa sakit ( obat, kumur air
dingin)
Dari anamnesa ini sangat menunjang dalam menentukan diagnosa
dan patofisiologis ( proses perjalanan suatu penyakit)
b. Riwayat medis
Riwayat medis menyediakan informasi mengenai kerentanan dan
reaksi pasien terhadap infeksi, hala-hal mengenai pendarahan, obat-obat
yang telah diberikan, dan status emosionalnya. Riwayat medis tidak
dimaksudkan sebagai pemeriksaan klinis lengkap, cukup formulir
pemeriksaan secara singkat yang berisi penyakit serius yang sedang dan
pernah diderita, serta pemedahan yang perbah dialami. Jika ditemukan
penyakit fisik atau psikologis yang parah atau penyakit yang masih
diragukan yang mungkin mengganggu diagnosis dan perawatan, lakukan
pemeriksaan lebih lanjut dan dikonsultasikan dengan profesi kesehatan
lainnya.
Keadaaan medis yang kontraindikasi bagi perawatan saluran akar
iridasi jaringan rongga mulut atau penyakit yang mengganggu system
imun pasien seperti AIDS. Daerah kepeduliaan lain yang mungkin
memerlukan perawatan khusus adalah meningkatnya insidens alergi
terhadap lateks, terapi pengganti glukokortikosteroid, hepatitis, hemostatis
tertunda, kondisi jamtung tertentu, dan penggantian sendi.
c. Riwayat dental
Merupakan ringkasa dari penyakit dental yang pernh dan sedang
diderita. Informasi dalam riwayat dental mengungkapakan pula penyakit-
penyakit gigi yang pernah dialami oleh pasie pada masa lalu serta
petunjuk mengenai masalah psikologis yang mungkin ada dan
menjelaskan sejumlah temuan klinis yang tidak jelas.
d. Perawatan yangg pernah dilakukan sebelumnya
Tanyakan pada penderita perawatan sebelumnya di bidang
kedokteran gigi, jenis perawatannya dan tindakan apa saja yang pernah
dilakukan operator terdahulu kepadanya
e. Alergi
Alergi bahan kedokteran gigi dan obat yang terkait dengan
penggunaan bahan dan obat dalam perawatan bidang kedokteran gigi
yang akan dilkukan.
Pemeriksaan Objektif
- Pemeriksaan ekstra oral
penampilan umum, tonus kulit, asimetris wajah, pembengkakan,
perubahan warna, kemerahan, jaringan parut ekstra oral atau saluran sinus,
pembengkakan kelenjar limfe.
- Pemeriksaan intra oral
Meliputi pemeriksaan jaringan lunak dan gigi geligi.
Tes klinis
a. Pemeriksaan visual dan taktil
Suatu pemeriksaan visual dan taktil jaringan keras dan lunak yang
cermat mengandalakan pemeriksaan “three Cs”: color, contour, dan
consistency. Pemeriksaan menggunakan mata, jari-jari tangan, eksplorer
dan prob (probe) periodontal.
b. Pemeriksaan fraktur, abrasi, atrisi
c. Pemeriksaan karies
1. Iritasi Pulpa
2. Hiperemia pulpa
3. Gangrene pulpa
4. Gangrene radiks
5. Resorpsi fisiologis
d. Tes perkusi
e. Tes palpasi
f. Tes mobilitas-depersibilitas
Tes Mobilitas untuk mengevaluasi integritas aparatus di sekeliling
gigi. Tujuannya apakah jaringan penyangga mengikat kuat gigi atau
sebaliknya Tes Depressibilitas untuk melihat pergerakkan gigi pada arah
vertical. Caranya dengan bantuan jari atau instrumen
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan:
1. Mobiliti derajat 1 à adanya pergerakan ringan pd gigi dg
soketnya
2. Mobiliti derajat 2 à gerakan gigi dlm soketnya dalam jarak 1
mm
3. Mobiliti derajat 3 à gerakan gigi dlm soketnya dlm jrk >>
1mm atau gigi dapat ditekan (Perawatan endodontik tidak
boleh dilakukan pada gigi derajat 3, kecuali bila mobilitas
dapat dirawat terlebih dahulu, cth abses apikalis akut)
g. Tes vitalitas
Stimulasi dentin langsung : dengan menggoreskan sonde pada
dentin yang terbuka. Karies disonde sampai dalam shg mencapai
dentin yang tidak karies. Jika timbul sensasi tajam dan tiba-tiba
berarti pulpanya berisi jaringan vital
Tes Termal
o Tes dingin : pasien akan cepat menunjukkan pulpa vital
tersebut tanpa memperhatikan apakah pulpa itu normal atau
abnormal. Tes dingin dilakukan dg cara etil klorida yang
disemprotkan pada butiran kapas, atau pecahan es yang
dimasukkan ke dalam kavitas.
o Dapat juga digunakan salju karbondioksida (coz temperatur -
78 derajat C à mampu menembus restorasi penuh pada gigi
untuk mendapatkan respon dari jaringan gigi yang terdapat
dibawahnya.
o Tes panas : rasa sakit terbatas atau difus, kadang2 dirasakan
di tmp lain. Tes panas dilkkn dg menngunakan gutapercha
yang dipanaskan dan dimasukkan ke dalam kavitas atau
kapas yang dibasahi air panas lalu dimasukkan ke dalam
kavitas, atau dengan instrumen panas
Kemungkinan respon dari tes termal :
1. Tidak ada respon
gigi non vital atau vital tp false respon.
- respon negatif palsu : metamorfosis kalsium pd pulpa, mengenai
gigi tetangga, apeks imature, trauma, premedikasi pd pasien
- respon positif palsu : mengenai gingiva
2. Respon rasa sakit ringan – sedang è normal
3. Respon rasa sakit yang kuat dan berkurang dg cepat jk stimulus
disingkirkan dr gigi è reversible pulpitis
4. Respon rasa sakit yang kuat dan berkurang sec lambat jk stimulus
disingkirkan dr gigi è irreversible pulpitis
- Tes Kavitas
Untuk menentukan vitalitas pulpa, dilakukan bila tes termal
hasilnya meragukan dan belum pervorasi. Dilakukan dg mengebur sampai
pertemuan enamel-dentin dg kecepatan rendah è tanpa air pendingin è
sensitivitas nyeri mrp indikasi vitalitas pulpa.
Merupakam alternatif terakhir metode penegakkan diagnosa
Sering mengakibatkan kesalahan iatrogenik
- Tes jarum miller
Dilakukan bila kavitas sudah pervorasi pulpa, merupakan
kelanjutan dari tes kavitas. Bila gigi sudah karies profunda perforasi tes
vitalitas yang dilakukan adalah tes jarum miller. Dengan cara memasukkan
miller kedalam kavitas, bila sakit hentikan, bila tidak sakit lanjutkan
sampai panjang rata- rata gigi yang diperiksa, lalu dilanjutkan dengan
pemeriksaan penunjang foto rontrgen
- Pengujian pulpa dengan elektrik.
Lebih cermat dalam menentukan vitalitas gigi
Tujuan è menstimulasi respon pulpa dengan menggunakan arus listrik
yang makin meningkat pada gigi.
(+) è bila ada respon è artinya masih vital
(-) è bila tidak ada respon è artinya gigi non vital
Pemeriksaan penunjang
- Radiografi
Radiograf berisi informasi mengenai adanya karies yang dpt
melibatkan pulpa .Radiografi tidak dapat menentukan apakah pulpa itu
vital atau tidak, tetapi daapt mendeteksi perubahan2 yg mungkin terjadi
pada perubahan degeneratif pulpa, lesi karies yg meluas, restorasi yang
dalam dan meluas, tanduk pulpa, pulpotomi, pulp stones, kalsifikasi
saluran akar yang meluas, resorbsi akar, radiolusensi area apeks, fraktur
akar, menipisnya ligamen periodonsium, melihat kedalam masuknya
miller dan adanya lesi periapikal.
Kunjungan Pertama Anak Ke Dokter Gigi
Perilaku anak pada saat pengelolaan perawatan gigi setiap usia itu
berbeda-beda. Sedangkan masalah yang dialami anak yang berhubungan
dengan masalah gigi bisa terjadi pada anak mulai usia 15 bulan. Dan setiap
anak memiliki karakteristik dan perilaku yang berbeda-beda. Pasien anak
memerlukan pendekatan yang khusus dan berbeda dengan orang dewasa,
karena sedang paseien anak masih dalam proses perkembangan jiwa dan
diperlukan waktu yang cukup lama untuk dapat dirawat dengan baik
terutama untuk anak yang kurang kooperatif. Kunci keberhasilan dokter gigi
dan perawat gigi dalam menanggulangi pasien anak adalah kemampuanyya
untuk berkomunikasi dengan mereka dan menanamkan kepercayaan diri
pada anak tersebut. Cara pendekatan anak yang digunakan oleh dikter gigi
atau perawat gigi adalah
a. Komunikasi
Berkomunikasi dengan anak merupakan kunci utama untuk
penanggulangan perilaku anak, untuk mengurangi rasa takut perlu
dipakai bahasa yang dapat dimengerti anak.
b. Modeling
Modeling meruapakn suatu proses sosialisasi yang terjadi baik
secara langsung maupun secara tidak langsung dalam interaksinya
dalam lingkungan sosial.
c. Home (Hand Over Mouth Exercise)
Metode ini bertujuan untuk :
Mencegah respon menolak terhadap perawatan gigi.
Menyadarkan anak bahwa yang mencemaskan anak
sebenarnya tidak begitu menakutkan seperti yang
dibayangkan.
Mendapatkan perhatian anak agar diamendengar apa yang
dikatakan dokter dan menerima perawatan.
d. Reinforcement
Pada umumnya anak akan senang apabila prestasi yang
telah ditunjukkan dihargai dan diberi hadiah. Hal ini dapat
meningkatkan keberanian anak dan dipertahankan untuk perawatan
ikemudian hari.
e. Sedasi
Sedasi berarti menghilangkan rasa cemas. Oleh karena itu
penggunaan lokal anastesi wajar diperlukan, tetapi biasanya tidak
menimbulkan masalah bila pasien sudah diberi penenang.
Walaupun demikian, sedasi dengan menggunakan nitrous oxide
dapat menyebabkan analgesik terhadap sedasi. Sedasi dapat
diberikan secara oral. Intra vena, inra muscular dan inhalsi.
Prognosis
TRIAD OF CONCERN
Dalam penanggulangan tingkah laku anak ada tiga komponen yang
harus dipertimbangkan yakni pasien anak, orang tua dan dokter gigi.
Orang Tua
Peranan orang tua ,erupakan salah satu faktor dalm keberhasilan
perawatan pasien anak oleh karena sikap orang tua akan
mempengaruhi tingkah laku anak. Pendekatan dengan orang tua dapat
dilakukan dengan cara memberikan nasehat ( counseling ) yaitu
perawatan gigi yang harus diperhatikan, kapan dimulai dan pengaruh
lingkungan dimana hal ini dapat disebarkan melalui berbagai media
massa atau secara individu.
Doketr Gigi
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh dokter gigi yaitu :
a. Kepribadian dokter gigi
Dalam merawat pasien anak, dokter gigi harus mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang psikologi anak agar dapat
mengatasi anak tanpa menimbulkan trauma psikologi pada anak
tertentu.
b. Waktu dan lamanya kunjungan
Harus diusahakan untuk tidak membuat si anak di kursi gigi lebih
lama dari setengah jam. Oleh karena dapat menyebabkan si anak
bosan dan menangis. Waktu kunjungan yang baik itu adalah waktu
dimana anak dalam keadaan santai atau waktu bermain. Jangan
waktu anak pada anak berada di fase lelah.
c. Keterampilan dokter gigi
Seorang dokter gigi harus mampu melaksanakan tugasnya dengan
termapil dan sedikit tidak menimbulkan rasa sakit. Harus dapat
melakukan tindakan operatif, cara yang sederhana dan mudah.
d. Susunan ruang praktek gigi
Karena adanya rasa takut sewaktu pasien anak memasuki ruang
praktek maka untuk mengurangu rasa takut ini adalah dengan
membuat suasana ruang tunggu seperti suasana rumah. Kamar
praktek dapat dibuat lebih menarik dengan menggantungkan
gambar-gamabr dinding yang bersifat sugestif atau memberikan
kesan santai
A. Rencana Perawatan
Perawatan gigi dan mulut pada anak selain diperhatikan untuk
mengurangi keluhan , juga harus diperhatikan pendidikan kesehatan gigi atau
DHE ( Dental Health Education ) yang bertujuan untuk mengubah perilaku
atau kebiasaan buruk anak yang turut mempengaruhi munculnya keluhan gigi.
Perawatan gigi dan mulut anak harus dilakuakn secara komprehensif
berdasarkan keadaan anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, serta
peran dari ketiga elemen penting dalam perawatan gigi anak , yaitu dokter gigi,
pasien dan orang tua.
Penentuan suatau rencana perawatan terdapat sangat memerlukan
suatu pertimbangan , yaitu :
1. Uqency ( kebutuhan utama )
2. Sequency (urutan perawatan ), yaitu :
a. Perawatan medis
Perawatan ini berhubungan dengan riwayat kesehatan pasien.
Informasi mengenai penyakit sistemik ini bisa diperoleh dari dokter
keluarga atau dokter spesialis. Apabila orang tua kurang yakin
mengenai penyakit anaknya, dokter gigi dapat bertanya kepada
dokter keluarga.
b. Perawatan sistemik
Premedikasi sering dibutuhkan pada saat pasien menderita penyakit
tertentu yang diberikan oleh dokter keluarga. Dokter gigi juga
dapat memberikan perawatan sistemik terlebih sebelum pasien
diberikan perawatan operatif di bidang kedokteran gigi.
c. Perawatan persiapan
Dokter gigi mengajarkan kepada pasien (anak ) dan orang tua cara
memelihara gigi di rumah. Apabila pasien menunjukkan karies
yang aktif perlu diberikan kiat diet yang terkontrol terutama untuk
menghindari makanan yang menyebabkan karies.
d. Perawatan korektif
Perawatan korektif atau perawatan akhir antara lain membuat
restorasi, protesa, pencabutan atau space maintainer.
e. Penggantian rencana perawatan.
Suatu rencana perawatan hendaknya diinformasikan kepada orang
tua pasien. Perawatan harus segera dilaksanakan. Ada kalanya
rencana perawatan diubah, misalnya saat melakukan penambalan
gigi terjadi perforasi pada tanduk pulpa sehingga terpaksa
dilakukan pulpektomi vital atau pulp capping.
3. Probable result ( kemungkinan keberhasilan )
Garis besar rencana perawatan digolongkan menjadi dua macam, yaitu
rencana perawatan preventif dan operatif .
1. Rencana Perawatan Preventif
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rencana perawatan preventif
adalah pengalaman karies, riwayat medis, khususnya penyakit jantung
kongenital atau riwayat demam rematik, kelainan perdarahan, penyakit
debilitasi dengan daya tahan terhadap infeksi yang buruk , cacat mental serta
fisik.
Semua tipe perawatan preventif penting bagi pasien, khususnya untuk
pasien-pasien dengan pengalaman karies tinggi dan untuk pasien yang
mempunyai resiko penyakit gigi.
Macam perawatan preventif diantaranya ; petunjuk kebersihan mulut (
Dental Health Education / DHE ), nasihat diet, flouridasi dan fisur sealent.
Nasihat diet penting, khususnya jika kecepatan kecepatan pembentukan karies
tinggi. Dalam flouridasi terdapat beberapa bentuk, yaitu tablet / tetes, larutan
kumur dan topikal yang dalam pemakaiannya disesuaikan dengan umur pasien
(anak), misalnya saja flouridasi bentuk larutan kumur dapat dilakuakan oleh
anak usia 6-7 tahun.
2. Perawatan Operatif
Hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan operatif pada anak
adalah riwayat medis pasien misalnya bila pasien menderita kelainan daarah.
Perawatan operatif di antaranya adalah restorasi, pencabutan atau ekstraksi,
dan perawatan ortodonti. Dalam perawatan restorasi perlu diperhatikan
kedalaman karies, perluasan karies, penggunaan analgesia lokal dan urutan
restorasi gigi. Perawatan ortodonti dilakukan pada kasus crowding, kelainan
perkembangan atau adanya maloklusi.
Selain macam-macam perawatan diatas tentunya sebelum melaksanakan suatu
tindakan dibutuhkan adanya Inform Consen, hal ini dimaksudkan jika terjadi
sesuatu di kemudian hari yang tidak diinginkan kita sebagai dokter gigi telah
mempunyai bukti yang resmi yang telah disetujui oleh pasien atau keluarga
terdekatnya, dengan sebelumnya telah menjelaskan perawatan yang akan
dilakukan beserta konsekuensinya