16
1. VISUAL a. Standar Penerimaan Visual Standar Penerimaan Visual berkaitan dengan kenyamanan visual akibat penyediaan pencahayaan yang disediakan. Pencahayaan ada yang disediakan dari sumber alami dan ada yang dari sumber buatan. Dalam sessi ini akan dibahas bagaimana pencahayaan buatan dihitung untuk mencapai standar penerimaan visual tertentu. b. Perhitungan N = E x L x W K O x LLF x CU x n N = jumlah titik lampu E = kuat penerangan (Lux) L = panjang ruang (m) W = lebar ruang (m) O = total lumen lampu LLF = faktor cahaya rugi (0,7-0,8) CU = faktor pemanfaatan (50-60%) n = jumlah lampu dalam 1 titik lampu c. Penerapan pada desain Co

Buat LapOran Ptsb Hitungan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

HITUNGAN KINERJA THERMAL DALAM BANGUNAN MASJID

Citation preview

Page 1: Buat LapOran Ptsb Hitungan

1. VISUALa. Standar Penerimaan Visual

Standar Penerimaan Visual berkaitan dengan kenyamanan visual akibat penyediaan pencahayaan yang disediakan. Pencahayaan ada yang disediakan dari sumber alami dan ada yang dari sumber buatan. Dalam sessi ini akan dibahas bagaimana pencahayaan buatan dihitung untuk mencapai standar penerimaan visual tertentu.

b. Perhitungan

N = E x L x W K O x LLF x CU x n

N = jumlah titik lampu

E = kuat penerangan (Lux)

L = panjang ruang (m)

W = lebar ruang (m)

O = total lumen lampu

LLF = faktor cahaya rugi (0,7-0,8)

CU = faktor pemanfaatan (50-60%)

n = jumlah lampu dalam 1 titik lampu

c. Penerapan pada desain

Co

Page 2: Buat LapOran Ptsb Hitungan

Menggunakan lampu LED Bulp 5W (40W), E27, Cool daylight

E = 250 lux (standart)

L = 12 m

W = 5 m

O = 350

LLF = 0,7

CU = 55 %

n = 6 lampu

N = E x L x W K O x LLF x CU x n

N = 250 x 12 x 5 K 350 x 0.8 x 60% x 6

N = 15 titik lampu

Page 3: Buat LapOran Ptsb Hitungan

Penerapan pada desain Ruang Tunggu :

2. KUALITAS UDARA RUANGa. Standar Penerimaan Kualitas Udara Bersihb. Aplikasi dalam Ruang

Digunakan Exhaust Fan untuk mengganti udara sehingga kualitas udara dalam ruang kamar mandi (toilet) tetap terjaga. Exhaust memiliki sistem yang otomatis,

Co

C

C

C

C C

C

C

C

CC

Co

Page 4: Buat LapOran Ptsb Hitungan

apabila lampu toilet dinyalakan, maka exhaust akan ikut menyala dan ketika lampu dimatikan exhaust akan ikut mati.

Perhitungan :

N= PXQ/ R

Keterangan,

N = Jumlah Ventilating Fan

P = Ukuran ruangan ; m3 (Panjang x Lebar x Tinggi)

Q = Frekuensi pergantian udara per jam (lihat tabel pemilihan Ventilating Fan)

R = Kemampuan Hembusan Udara per jam (m3 / jam), lihat spesifikasi setiap model fan

Jadi, perhitungan untuk ruang wudhu dan toilet pria adalah

Satuan dari exhaust fan adalah CFM yaitu cubic feet per minute maka satuan ukuran luas akan diubah ke dari meter ke feet (dikali 3,28 feet). Sedangakan rumus perhitungan kapasitas exhaust fan adalah Panjang x Lebar x Tinggi x Airchange , dimana ketentuan airchange untuk dapur adalah 15x dan toilet adalah 10x.

P=15 m x 3.28 = 49.2 feet

L=8 m x 3.28 =26.24 feet

Page 5: Buat LapOran Ptsb Hitungan

T=4.5 m x 3.28 = 15.25 feet

N=PXQ/R =(49.2 x 26.24 x 15.25) x 10 /60 = 3.281,312 CFM

Pilih spesifikasi exhaust fan bernilai CMH sama atau lebih besar dari keperluan CMH ruangan. Untuk itu Exhaust yang digunakan dalam proyek ini adalah merk KDK tipe 25 TGQ1dengan air volume 564 CMH

Kebutuhan total exhaust fan untuk mengkover udara bersih dalam toilet dan ruang wudhu pria adalah 3281,312 CFM : air volume exhaust fan (564) = 5 buah exhaust fan.

Page 6: Buat LapOran Ptsb Hitungan

3. SPASIAL1. Studi ruang solat

Studi ruang solat untuk masjid adalah : 0.6 m x 1.2 m = 0.72 sqm

Total jamaah solat masjid agung= 4000 ( 70% pria, 20 %wanita)

Jammaah pria= 4000x 70/100 = 2800 jamaah

Jamaah wanita = 4000x 30/100 = 1200 jamah

Aplikasi pada desain ruang solat .

0.6 M1.2 M

A

BC

KET:

A: KAPASITAS RUANG SOLAT PRIA = 2800 JAMAAH

B: KAPASITAS RUANG SOLAT WANITA = 1200 JAMAAH

C: KAPASITAS RUANG SOLAT PLAZA =500 JAMAAH

Page 7: Buat LapOran Ptsb Hitungan

4. THERMAL / AC

Rumusnya:(L x W x H x I x E) / 60 = kebutuhan BTUL  =  Panjang Ruang (dalam feet)W =  Lebar Ruang (dalam feet)I   =  Nilai 10 jika ruang berinsulasi (berada di lantai bawah, atau berhimpit dengan ruang lain).            Nilai 18 jika ruang tidak berinsulasi (di lantai atas).H  =  Tinggi Ruang (dalam feet)E  =  Nilai 16 jika dinding terpanjang menghadap utara; nilai 17 jika menghadap timur;            Nilai 18 jika menghadap selatan; dan nilai 20 jika menghadap barat.1 Meter =  3,28 Feet

Kapasitas AC berdasarkan PK:AC ½ PK    =  ±  5.000 BTU/hAC ¾ PK    =  ±  7.000 BTU/hAC 1 PK     =  ±  9.000 BTU/hAC 1½ PK  =  ±12.000 BTU/hAC 2 PK     =  ±18.000 BTU/h

Perhitungan:Ruang serbaguna

Luas ruang = 644 m2 (. Tinggi ruang 4.5 m. berisulasi dengan ruang lain. Konversi meter ke feet , luas = 644 m2x 10.76 = 6929.44. tinggi = 4.5 x3.28 = 14.76 m2. Dinding panjang menghadap keselatanKebutuhan BTU =(L x W x H x I x E) / 60 = (6929.44 x 10 x 14.76 x18 )/60 = 306.835,6032 BTU

Maka apabila digunakan AC 2 PK ruang dengan kebutuhan BTU sebesar 306.835,6032 membutuhkan AC 2 PK sebanyak (306.835,6032 BTU) / (18.000 BTU/h) = 17 buah AC 2PK

Page 8: Buat LapOran Ptsb Hitungan

5. INTEGRITAS BANGUNAN (keamanan)

fasilitas yang digunakan untuk pengamanan antisipasi kebakaran baik secara aktif maupun secara pasif

Hidran Kota (Fire Hydrant)

Hidran kota bentuknya sama dengan Hidran halaman, tetapi

mempunyai dua atau tiga lubang untuk selang kebakaran.

Komponen hidran kebakaran terdiri dari: sumber air, pompa-

pompa kebakaran, selang kebakaran, penyambung, dan

perlengkapan lainnya.

Untuk hidran kebakaran, diperlukan persyaratan teknis sesuai

ketentuan sebagai berikut :

Sumber persediaan air untuk hidran harus

diperhitungkan minimum untuk pemakaian selama 30 menit.

Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai aliran listrik

tersendiri dan sumber daya listrik darurat.

Selang kebakaran dengan diameter minimum 1,5 inci (3,8cm) harus terbuat dari

bahan yang tahan panas, dengan panjang maksimum 30 meter.

Harus disediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling dari

Barisan/Unit Pemadam Kebakaran.

Semua peralatan hidran harus dicat dengan warna merah.

Pipa pemancar harus sudah terpasang pada selang kebakaran.

Hidran bangunan yang menggunakan pipa tegak (riser) ukuran 6 inci (15cm)

harus dilengkapi dengan kopling outlet dengan diameter 2,5 inci yang bentuk dan

ukurannya sama dengan kopling dari barisan/unit pemadam kebakaran dan ditempatkan

pada tempat yang mudah dicapai oleh pemadam kebakaran.

Hidran halaman harus disambungkan dengan pipa induk dengan ukuran diameter

minimum 6 inci (15cm) dan mampu mengalirkan air 1000liter/menit. Maksimal jarak

antar hidran adalah 200 meter dan penempatan hidran harus mudah dicapai oleh pemadam

kebakaran.

GAMBAR Hidran Kota

Sumber : http://www.google.co.id/images/hidran kota

Page 9: Buat LapOran Ptsb Hitungan

Hidran halaman mempunyai dua kopling outlet harus menggunakan katub

pembuka dengan diameter 4 inci (10cm) dan mempunyai tiga kopling outlet harus

menggunakan katup pembuka dengan diameter 6 inci.

Kotak hidran bangunan harus mudah dibuka, dapat terlihat dan terjangkau dan

tidak terhalang oleh benda apapun

Sprinkler

Peringatan dini kebakaran dengan menggunakan

peralatan otomatis sangat diperlukan, agar barisan

pemadam kebakaran dapat segera menanggulangi

kebakaran yang terjadi. Penyembur air/gas (sprinkler)

menyediakan suatu bentuk peringatan dan terbukti

merupakan alat pencegah/pemadam api yang baik,

sebelum api menjadi besar dan tak terkendali serta

menimbulkan banyak kerugian pada manusia,

bangunan, dan isinya. Pada sebagian besar bangunan

tinggi, sprinkler ini memberikan reaksi (response) yang cepat pada saat terjadinya api dan

memberikan waktu yang cukup bagi penghuni/pengguna bangunan untuk mengatur proses

evakuasi.

Air tidak selalu cocok untuk memadamkan api yang berasal dari cairan yang berat jenisnya

lebih ringan dari air (seperti bensin dan spiritus/alcohol), atau api yang disebabkan oleh arus

pendek listrik karena air juga dapat membahayakan orang akibat sengatan listrik. Air juga

dapat merusak isi bangunan (misalnya : buku dan alat-alat elektronik). Oleh karenanya, pada

museum atau tempat penyimpanan benda-benda seni, pengguna busa, zat kimia kering dan

karbondioksida mungkin lebih cocok untuk memadamkan api.

Di beberapa Negara maju, sprinkler otomatis disyaratkan untuk dipasangkan pada bangunan

yang tingginya lebih dari 25 meter. Di Indonesia, paduan pemasangan system sprinkler

untuk pencegahan bahaya kebakaran bangunan ditentukan berdasarkan Standart Konstruksi

Bangunan Indonesia (SKBI): 3.4.53.1987 yang disahkan dengan Keputusan Menteri

Pekerjaan Umum nomor 378/KPTS/1987, sebagaimana tertera pada table.

GAMBAR Kepala Sprinkler

http://www.google.co.id/images/kepala sprinkler

Page 10: Buat LapOran Ptsb Hitungan

Sprinkler dipasang pada jarak tertentu dan dihubungkan dengan jaringan pipa air bertekanan

tinggi (minimum 0,5 kg/cm²). kepala sprinkler dirancang untuk berfungsi jika panas telah

mencapai suhu tertentu. Umumnya sprinkler dirancang untuk suhu 68ºC dan air akan

memancar pada radius sekitar 3,50 meter. Suhu kerja sprinkler dapat dilihat dari warna

cairan yang ada dalam tabung gelas pada Kepala Sprinkler, sedangkan untuk sprinkler yang

menggunakan segel kita dapat merujuk.

Jika sprinkler bekerja, tekanan air dalam pipa akan turun, dan

sensor otomatis akan memberi tanda bahaya (alarm) dan lokasi

yang terbakar akan terlihat pada panel pengendalian kebakaran.

Meskipun system sprinkler tidak pernah aktif untuk jangka waktu

yang cukup panjang, sesungguhnya system tersebut harus selalu

dalam keadaan siap jika sewaktu-waktu terjadi kebakaran. Untuk

itu pemeriksaan dan latihan kebakaran perlu dilakukan secara

berkala.

Susunan pemasangan pipa sprinkler dapat berupa :

a) Susunan cabang tunggal dengan kepala sprinkler dan pemasokan air di tengah.

b) Susunan cabang tunggal dengan tiga kepala sprinkler dan pemasokan air di ujung.

c) Susunan cabang ganda dengan tiga kepala sprinkler dan pemasokan air di tengah.

d) Susunan cabang ganda dengan tiga kepala sprinkler dan pemasokan air di ujung.

Sistem Tanda Bahaya (ALARM SYSTEM)

Secara umum tanda bahaya dibagi atas dua kelompok, yaitu tanda

bahaya untuk keadaan darurat yang terkait pada keamanan bangunan

(seperti kebakaran), dan yang terkait pada kemanan

penghuni/pengguna bangunan dan harta benda yang ada dalam

bangunan yang ditujukan untuk menangkal kejahatan (seperti

perampokan, pencurian, aksi terror, dan bentuk kejahatan lainnya).

GAMBAR Kepala Sprinkler Tabung

Sumber : http://www.google.co.id/images/kepala sprinkler

GAMBAR Detector Panas

Sumber : http://www.google.co.id/images/detector panas

Page 11: Buat LapOran Ptsb Hitungan

Sebagai alat pemberi tanda jika terjadi kebakaran, bangunan dilengkapi dengan system

tanda bahaya (alarm system) yang panel induknya berada dalam ruang pengendali

kebakaran, sedang sub-panelnya dapat dipasang di setiap lantai berdekatan dengan kotak

kaca tombol sakelar tanda kebakaran atau bekerja secara otomatis, dimana tanda bahaya

kebakaran dihubungkan dengan system detector (detector asap atau panas) atau system

sprinkler.

Ketika detector berfungsi, hal itu akan terlihat pada monitor yang ada pada panel utama

pengendalian kabakaran, dan tanda bahaya dapat dibunyikan secara manual, atau secara

otomatis, di mana pada saat detector berfungsi terjadi arus pendek yang akan menyebabkan

tanda bahaya tertentu berbunyi.

Perbedaan system tanda bahaya pada pencegahan kebakaran dan pencegahan bahaya

kejahatan terletak pada peralatan detektornya. Pada tanda bahaya system keamanan (security

system) digunakan berbagai jenis detector/sensor, yaitu : sensor ultrasonic (ultra-sonic),

sensor gelombang mikro (microwave), sensor infra merah (infra red) atau sensor suara

(sound discriminating).

APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

Masjid akan dilengkapi persiapan proteksi kebakaran dengan menggunakan APAR. APAR

ini diletakkan di sisi kolom-kolom bangunan tiap lantainya.

GAMBAR : APAR

Page 12: Buat LapOran Ptsb Hitungan

Sistem Penangkal Petir

Karena penggunaan penangkal petir yang tidak tepat juga

akan dapat mengakibatkan kebakaran pada sebuah bangunan

gedung. Untuk menghindari timbulnya kecelakaan dan

kerugian akibat sambaran, perlu diadakan usaha-usaha untuk

memberikan perlindungan terhadap bahaya akibat sambaran

petir, baik kepada manusia, bangunan dan isinya serta fungsi

bangunan. Usaha ini akan dapat dicapa jika dilakukan

pemasangan instalasi penangkal petir pada bangunan

dengan cara yang benar.

GAMBAR: Penangkap Petir dan Pengebumian Sistem Thomas

Sumber : Panduan Sistem Bangunan TInggi hal 169