11

BUDAYA KERJA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BUDAYA KERJA
Page 2: BUDAYA KERJA

BUDAYA KERJA

Apakah Anda mempunyai budaya kerja?

Setiap manusia pada dasarnya sudah mempunyai budaya kerja yang diturunkan dari orang tuanya.

Budaya kerja setiap manusia secara umum berbeda antara satu dengan lainnya, tetapi juga dapat

dikatakan hampir sama, karena setiap manusia tujuannya sama, yaitu ingin sejahtera hidupnya

dunia dan akherat.

a. Pengertian budaya kerja

Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25 tahun

2002, tentang Pedoman Pengembangan Budaya Kerja Aparatur Pemerintah disebutkan bahwa

budaya kerja adalah sikap dan perilaku individu dari sekelompok aparatur negara yang didasari

atas nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan menjadi sifat serta kebiasaan dalam melaksanakan

tugas dan pekerjaan sehari- hari (Kepmenpan Nomor 25/Kep/M.Pan/4/2002).

Menurut Supriyadi (http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-budaya-kerja, 23

Juli 2011), budaya kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai nilai-nilai

yang menjadi sifat, kebiasaan, dan juga dorongan yang dibudidayakan dalam suatu kelompok dan

tercermin dalam sikap sebagai menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan

yang terwujud sebagai kerja. Sedangkan menurut Triguno (1997:3) yang dimaksud budaya kerja

organisasi adalah budaya yang menunjukkan perilaku pengelolaan administrasi pemerintahan

yang menghasilkan pengembangan, proses produksi barang dan jasa pelayanan yang berkualitas

dalam arti optimal, ekonomis, bermanfaat dan memuaskan. Kemudian menurut Siagian, budaya

kerja adalah kondisi atau tradisi yang ditetapkan dalam satu lingkup pekerjaan. (Siagian, Sondang

P, 2000: 34).

Lebih lanjut menurut Usman disebutkan bahwa budaya kerja dalam organsasi adalah suatu

himpunan asumsi penting dari suatu kebiasaan yang dinyatakan secara tertulis maupun tak tertulis,

yang dianut oleh para anggotanya dan dijadikan rujukan dalam mencapai tujuan organsasi (modul

manajemen stratejik KSKN, Pascasarjana UI, Wan usman, 2006: 54)

Budaya organisasi mirip dengan kepribadiaan individu yang ditampakkan dengan cara seseorang

bertindak, bagaimana cara organisasi berkomunikasi, baik di dalam maupun di luar organisasi.

Dalam mengimplemantasikan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, dan strategi suatu organsasi.

Berdasarkan makna tersebut, kaka setiap organisasi yang telah memiliki budaya kerja, hendaknya

budaya tersebut dijadikan pedoman dan acuan bagi setiap anggotanya dalam mewujudkan visi,

misi, sasaran kebijakan, dan strategi yang telah dirumuskan dalam perencanaan strategik

organisasi agar dapat terwujud secara efektif dan efisien.

Page 3: BUDAYA KERJA

Tujuan penerapan budaya kerja

Setiap organisasi memiliki budaya kerja yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut secara umum

karena tujuannya berbeda. Tujuan penerapan budaya kerja pada organisasi menurut Siagian yaitu

untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan meningkatkan etos kerja produktif

(Siagian, Sondang 2000: 35). Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga

perilaku SDM yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai

tantangan. Menurut Supriyadi (http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-budaya-kerja)

manfaat penerapan budaya kerja organisasi, yaitu:

1) Meningkatkan jiwa gotong royong

2) Meningkatkan Kebersamaan

3) Saling terbuka satu sama lain

4) Meningkatkan rasa kekeluargaan

5) Membangun komunikasi yang lebih baik

6) Meningkatkan produktivitas kerja

7) Tanggap terhadap perkembangan dunia luar.

Prinsip-prinsip yang mendasari munculnya budaya kerja, antara lain:

1) motivasi,

Mengelola budaya organisasi di dalam suatu perusahaan mungkin tidak sekongkrit menyusun

anggaran atau menganalisa program pemasaran. Namun, budaya kerja dari para karyawan akan

terus muncul sebagai penentu bagi produktivitas secara keseluruhan.

Apakah sebuah perusahaan terus berkembang secara suistainable berkat para karyawannya yang

bekerja secara produktif dan mendukung kesuksesan bisnis perusahaan, itu semua tergantung

keberhasilan implementasi budaya kerjanya.

Hindari budaya kerja yang hanya menunjukkan kesibukan dan menganggapnya sudah berhasil.

Seorang karyawan harus mengetahui secara pasti sasaran kerjanya dan perannya dalam

memberikan kontribusi yang berarti. Sehingga kinerja bisa diterjemahkan pada hasil yang tampak,

bukan sekedar sibuk tapi tidak efisien.

Walaupun begitu, budaya kerja yang positif yang mampu memotivasi karyawan agar memberikan

hasil kerja yang terbaik tidak akan cukup untuk menjaga kelangsungan produktivitas yang

berkelanjutan. Penerapan budaya kerja membutuhkan minimal satu agen perubahan dalam setiap

kelompok kerja, seorang pemimpin yang akan menjadi pemicu, pengobar, dan penjaga motivasi

karyawan agar tetap hidup dalam melaksanakan budaya berorganisasi yang produktif.

Page 4: BUDAYA KERJA

2) kemandirian,

Salah satu budaya kerja organisasi yang sangat dibutuhkan oleh sebuah organisasi perusahaan

adalah kemandirian setiap pekerjanya. Pekerja yang mandiri sangat paham apa yang harus

dikerjakannya secara profesional. Setiap pekerja memahami bahwa kualitas individu dalam

sebuah tim sangat penting demi menjaga kinerja dan meningkatkan performa tim tersebut.

Untuk mendapatkan kemandirian ini, setiap organisasi di lingkungan perusahaan harusnya sangat

memahami tentang career security bukan job security. Memberikan pemahaman tentang konsep

ini kepada karyawannya akan membuat budaya prestasi kerja akan timbul dengan sendirinya.

Career security adalah sebuah konsep yang memungkinkan setiap pekerja bersedia meningkatkan

kemampuan individualnya demi kemajuannya sendiri. Perusahaan mendapatkan dampak positif

dari kemajuan masing-masing individu tersebut.

Bila pekerja tersebut semakin maju, maka apapun yang terjadi pada perusahaan, misalnya, terjadi

kebangkrutan, maka pekerja yang handal tidak akan kehilangan pekerjaan karena dengan

kemampuan dan keahliannya, dia bisa bekerja di mana pun.

Tapi kalau job security, sebaliknya. Pekerja yang masuk kategori ini sangat bergantung kepada

perusahaannya dan tidak terlalu terampil. Akan sangat sulit bagi pekerja jenis ini untuk bisa

bekerja pada perusahaan lain.

3) kreativitas,

Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, memberi gagasan

baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah.

Mengapa Kita Harus Jadi Orang Yg Kreatif ?

a. Hidup selalu berhadapan dengan masalah.

b. Persaingan tidak pernah berhenti.

c. Untuk membedakan kualitas seseorang dalam memecahkan masalah.

d. Orang kreatif pantang menyerah.

Ada 5 Tahapan Untk Menjadi Orang Yang Kreatif

1 : merumuskan masalah dan mengumpulkan semua fakta untuk memecahkan masalah.

2 : memfokuskan pikiran pada usaha untk memecahkan masalah.

3: Muncul ide atau pemikiran mengenai cara pemecahan masalah.

4 : Ide cara memecahkan masalah yg didapatkan dievaluasi apakah sudah tepat atau belum.

5: Bila hasil evaluasi menunjukkan cara atau ide dlm memecahkan belum tepat maka dipikirkan

alternatif solusi yg lain.

Page 5: BUDAYA KERJA

Manfaat Menjadi Orang Yg Kreatif

1. Dapat memecahkan permasalahan hidup

2. Memenangkan kompetisi

3. Memiliki semangat untuk sukses

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia

dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah.Yang mengajar (manusia)

dengan perantara kalam (baca tulis). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya”. (Q.S. Al ‘Alaq [96]: 1-5).

4) loyalitas,

Perbedaan pengertian istilah loyalitas antara karyawan dan perusahaan rasanya selalu menjadi

topik yang diperdebatkan. Karena itu, tulisan ini mencoba kembali mencermati mengapa

perdebatan tentang hal ini tidak pernah menemukan titik tengah.

Loyalitas berasal dari kata dasar “loyal” yang berarti setia atau patuh, loyalitas berarti mengikuti

dengan patuh dan setia terhadap seseorang atau system/peraturan. Istilah loyalitas ini sering

didefinisikan bahwa seseorang akan disebut loyal atau memiliki loyalitas yang tinggi jika mau

mengikuti apa yang diperintahkan.

Perusahaan atau pengusaha mengartikan loyalitas adalah suatu kesetiaan karyawannya

kepada perusahaannya. Dalam perkembangannya, arti kata loyalitas sering dimanfaatkan oleh

perusahaan untuk memanfaatkan karyawan semaksimal mungkin tanpa memperhatikan

kebutuhan karyawannya.Perusahaan atau pengusaha melakukannya karena meyakini bahwa

karyawan tidak memiliki posisi tawar yang seimbang. Dalam hal ini, perusahaan atau pengusaha

tadi menganggap hubungannya dengan karyawan tidak sebagai partner, tetapi sebagai majikan

dan pegawai, yang memberi upah dan yang meminta upah. Sebuah paradigma yang masih tersisa

dari era perbudaka

5) disiplin,

Kata disiplin itu sendiri berasal dari bahasa Latin “discipline” yang berarti “latihan atau

pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat”. Hal ini menekankan pada

bantuan kepada pegawai untuk mengembangkan sikap yang layak terhadap pekerjaannya dan

merupakan cara pengawas dalam membuat peranannya dalam hubungannya dengan disiplin.

Disiplin merupakan suatu kekuatan yang berkembang di dalam tubuh pekerja sendiri yang

menyebabkan dia dapat menyesuaikan diri dengan sukarela kepada keputusan-keputusan,

peraturan-peraturan, dan nilai-nilai tinggi dari pekerjaan dan tingkah laku

Page 6: BUDAYA KERJA

Rumusan lain menyatakan bahwa disiplin merupakan tindakan manajemen mendorong para

anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut. Dengan perkataan lain,

pendisiplinan karyawan adalah suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan

membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku karyawan sehingga para karyawan tersebut secara

sukarela berusaha bekerja secara kooperatif dengan para karyawan yang lain serta meningkatkan

prestasi kerjanya ( Sondang P. Siagian, 2001 : 305 ).

Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan

perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran disini merupakan sikap seseorang

yang secara sukarela menaati semua peraturan dan

sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi, dia akan mematuhi atau

mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan atas paksaan. Sedangkan kesediaan adalah

suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan perusahaan, baik

yang tertulis maupun tidak tertulis (Malayu S.P Hasibuan, 2003 : 193-194).

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan

bahwa disiplin kerja pegawai merupakan sikap atau tingkah laku yang menunjukkan kesetiaan

dan ketaatan seseorang atau sekelompok orang terhadap peraturan yang telah ditetapkan oleh

instansi atau organisasinya baik yang tertulis maupun tidak tertulis sehingga diharapkan pekerjaan

yang dilakukan efektif dan efesien.

6) Integritas,

Ke 10 Karakteristik Integritas itu :

1. Pekerja menyadari bahwa hal-hal kecil itu penting.

2. Pekerja menemukan yang benar (saat orang lain hanya melihat warna abu-abu).

3. Pekerja bertanggung jawab.

4. Pekerja menciptakan budaya kepercayaan.

5. Pekerja menepati janji.

6. Pekerja peduli terhadap kebaikan yang lebih besar.

7. Pekerja jujur namun rendah hati.

8. Pekerja bertindak bagaikan tengah diawasi.

9. Pekerja mempekerjakan integritas.

10. Pekerja konsisten.

Page 7: BUDAYA KERJA

Karakteristik Integritas :1. Anda menyadari bahwa hal-hal kecil itu penting

Agar memiliki keunggulan integritas, anda tidak boleh berbohong dalam hal-hal kecil; dan

sebagai hasilnya, anda tidak akan tergoda oleh hal-hal yang lebih besar- kekuasaan,

prestise, atau uang. Hal yang juga penting, sebagai morang yang berintegritas, anda setia

pada nilai moral internal anda, bahkan bila itu berarti anda harus berhadapan dengan resiko

kehilangan tempat yang nyaman di dunia.

2. Anda menemukan yang benar (saat yang lain melihat warna abu-abu).

Untuk mendapatkan keunggulan integritas, anda tidak boleh mengambil keputusan sendiri.

Anda mengajukan pertanyaan, menerima saran, berefleksi, dan melihat jauh ke depan.

Ringkasnya, pastikan bahwa anda mengambil keputusan yang tidak bertentangan dengan

kode integritas pribadi.

3. Anda bertanggung jawab.

7) keterbukaan

Agus Dwiyanto dalam tulisannya ” Transparansi Pelayanan Publik ”(2005), antara lain

mengatakan bahwa nilai budaya keterbukaan dapat memberikan dampak yang komplek dalam

penyelenggaraan pelayanan publik, antara lain :

1. Karena keterbukaan merupakan salah satu prinsip utama, sehingga akan mempunyai

peranan yang signifikan untuk terwujudnya Good Governance sebagai Visi yang ingin dicapai

dalam Program Reformasi Birokrasi

2. Keterbukaan juga dapat membawa dampak terhadap peningkatan partisipasi dalam

pelayanan publik, karena masyarakat akan berpartisipasi aktif manakala diberikan akses dan

informasi yang seluas-luasnya dan mudah mengenal pelaksanaan kegiatan pelayanan publik, serta

hak dan kewajibannya sebagai pengguna layanan.

3. Keterbukaan juga memiliki keterkaitan yang erat dengan akuntabilitas publik, karena publik

akan bersedia dan mampu untuk mengevaluasi kebijakan pelayanan publik, seandainya publik

diberi kesempatan yang seluas-luasnya dan mudah untuk mengakses dan memperoleh informasi

terhadap kebijakan dan tindakan yang dilakukan oleh Birokrasi sebagai penyelenggara/penyedia

layanan

4. Keterbukaan juga akan menberikan kontribusi yang sangat besar dalam upaya

penegakkan hukum dan pemberantasan KKN. Karena publik dapat menjadi apatis dalam

menyikapi upaya penegakkan hukum dan pemberantasan KKN sebagai akibat aparat penegak

hukum yang seringkali tidak transparan dalam proses penegakkan hukum dan praktek “ tebang

pilih “.

Page 8: BUDAYA KERJA

8) Kebersamaan

Kita semua pasti pernah melihat pelangi. Bahkan pada saat sekolah dasar guru kita mengajarkan

cara menghafal warna-warnanya dengan “jembatan keledai” untuk mengingat. Mijikuhibiniu;

merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.

Dalam bekerja, gejala optik dan meteorologi yang menghasilkan spektrum cahaya ini memberikan

pembelajaran tentang togetherness dan sebuah tim kerja. Bekerja dalam kebersamaan akan jauh

lebih baik daripada bekerja sendiri-sendiri.

Warna merah tidak akan terlihat merah jika tidak ada warna pelangi lainnya. Dia akan

menyilaukan dan menyakitkan mata saat dipandang. Begitu juga warna yang lain. Bagaimana di

setiap lini dalam unit kerja, kita bagaikan warna-warna pelangi tersebut. Bagimana kita mampu

bersanding dengan harmonis, saling melengkapi, sehingga harmonisasi itu menjadi sangat indah

dilihat.

9) profesionalitas

Menjadi seorang professional bukanlah pekerjaan yang mudah. Untuk mencapainya, diperlukan

usaha yang keras, karena ukuran profesionalitas seseorang akan dilihat dua sisi. Yakni teknisketerampilan atau keahlian yang dimilikinya, serta hal-hal yang berhubungan dengan sifat, watak,dan kepribadiannya. Paling tidak, ada delapan syarat yang harus dimiliki oleh seseorang jika inginjadi seorang professional.

1. Menguasai pekerjaan

Seseorang layak disebut professional apabila ia tahu betul apa yang harus ia kerjakan.

Pengetahuan terhadap pekerjaannya ini harus dapat dibuktikan dengan hasil yang dicapai. Dengan

kata lain, seorang professional tidak hanya pandai memainkan kata-kata secara teoritis, tapi juga

harus mampu mempraktekkannya dalam kehidupan nyata. Ia memakai ukuran-ukuran yang jelas,

apakah yang dikerjakannya itu berhasil atau tidak. Untuk menilai apakah seseorang menguasai

pekerjaannya, dapat dilihat dari tiga hal yang pokok, yaitu bagaimana ia bekerja, bagaimana ia

mengatasi persoalan, dan bagaimana ia akan menguasai hasil kerjanya.

Seseorang yang menguasai pekerjaan akan tahu betul seluk beluk dan liku-liku pekerjaannya.

Artinya, apa yang dikerjakannya tidak cuma setengah-setengah, tapi ia memang benar-benar

mengerti apa yang ia kerjakan. Dengan begitu, maka seorang profesional akan menjadikan

dirinya sebagai problem solver (pemecah persoalan), bukannya jadi trouble maker (pencipta

masalah) bagi pekerjaannya.

2. Mempunyai loyalitas

Loyalitas bagi seorang profesional memberikan petunjuk bahwa dalam melakukan pekerjaannya,

ia bersikap total. Artinya, apapun yang ia kerjakan didasari oleh rasa cinta. Seorang professional

memiliki suatu prinsip hidup bahwa apa yang dikerjakannya bukanlah suatu beban, tapi

merupakan panggilan hidup. Maka, tak berlebihan bila mereka bekerja sungguh-sungguh.

Page 9: BUDAYA KERJA

Loyalitas bagi seorang profesional akan memberikan daya dan kekuatan untuk berkembang dan

selalu mencari hal-hal yang terbaik bagi pekerjaannya. Bagi seorang profesional, loyalitas ini akan

menggerakkan dirinya untuk dapat melakukan apa saja tanpa menunggu perintah. Dengan adanya

loyalitas seorang professional akan selalu berpikir proaktif, yaitu selalu melakukan usaha-usaha

antisipasi agar hal-hal yang fatal tidak terjadi.

3. Mempunyai integritas

Nilai-nilai kejujuran, kebenaran, dan keadilan harus benar-benar jadi prinsip dasar bagi seorang

profesional. Karena dengan integritas yang tingi, seorang profesional akan mampu membentuk

kehidupan moral yang baik. Maka, tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa seorang

professional tak cukup hanya cerdas dan pintar, tapi juga sisi mental. Segi mental seorang

professional ini juga akan sekaligus menentukan kualitas hidupnya. Alangkah lucunya bila

seseorang mengaku sebagai profesional, tapi dalam kenyataanya ia seorang koruptor atau

manipulator ?

Integritas yang dipunyai oleh seorang professional akan membawa kepada penyadaran diri bahwa

dalam melakukan suatu pekerjaan, hati nurani harus tetap menjadi dasar dan arah untuk

mewujudkan tujuannya. Karena tanpa mempunyai integritas yang tinggi, maka seorang

professional hanya akan terombang-ambingkan oleh perubahan situasi dan kondisi yang setiap

saat bisa terjadi. Di sinilah intregitas seorang professional diuji, yaitu sejauh mana ia tetap

mempunyai prinsip untuk dapat bertahan dalam situasi yang tidak menentu.

4. Mampu bekerja keras

Seorang profesional tetaplah manusia biasa yang mempunyai keterbatasan dan kelemahan. Maka,

dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, seorang professional tidak dapat begitu saja

mengandalkan kekuatannya sendiri. Sehebat-hebatnya seorang profesional, pasti tetap

membutuhkan kehadiran orang lain untuk mengembangkan hidupnya. Di sinilah seorang

professional harus mampu menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Dalam hal ini, tak

benar bila jalinan kerja sama hanya ditujukan untuk orang-orang tertentu. Seorang profesional

tidak akan pernah memilih-milih dengan siapa ia akan bekerja sama.

Seorang profesional akan membuka dirinya lebar-lebar untuk mau menerima siapa saja yang ingin

bekerja sama. Maka tak mengherankan bila disebut bahwa seorang profesional siap memberikan

dirinya bagi siapa pun tanpa pandang bulu. Untuk dapat mewujudkan hal ini, maka dalam diri

seorang profesional harus ada kemauan menganggap sama setiap orang yang ditemuinya, baik di

lingkungan pekerjaan, sosial, maupun lingkungan yang lebih luas.

Seorang profesional tidak akan merasa canggung atau turun harga diri bila ia harus bekerja sama

dengan orang-orang yang mungkin secara status lebih rendah darinya. Seorang profesional akan

bangga bila setiap orang yang mengenalnya, baik langsung maupun tidak langsung, memberikan

pengakuan bahwa ia memang seorang profesional. Hal ini bisa dicapai apabila ia mampu

Page 10: BUDAYA KERJA

mengembangkan dan meluaskan hubungan kerja sama dengan siapa pun, di mana pun, dan kapan

pun.

5. Mempunyai Visi

Seorang profesional harus mempunyai visi atau pandangan yang jelas akan masa depan. Karena

dengan adanya visi tersebut, maka ia akan memiliki dasar dan landasan yang kuat untuk

mengarahkan pikiran, sikap, dan perilakunya. Dengan mempunyai visi yang jelas, maka seorang

profesional akan memiliki rasa tanggung jawab yang besar, karena apa yang dilakukannya sudah

dipikirkan masak-masak, sehingga ia sudah mempertimbangkan resiko apa yang akan

diterimanya.

Tanpa adanya visi yang jelas, seorang profesional bagaikan “macan ompong”, dimana secara fisik

ia kelihatan tegar, tapi sebenarnya ia tidak mempunyai kekuatan apa-apa untuk melakukan

sesuatu, karena tidak mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Dengan adanya visi yang jelas,

seorang profesional akan dengan mudah memfokuskan terhadap apa yang ia pikirkan,

lakukan, dan ia kerjakan.

Visi yang jelas juga memacunya menghasilkan prestasi yang maksimal, sekaligus ukuran yang

jelas mengenai keberhasilan dan kegagalan yang ia capai. Jika gagal, ia tidak akan mencari

kambing hitam, tapi secara dewasa mengambil alih sebagai tanggung jawab pribadi dan

profesinya.

6. Mempunyai kebanggaan

Seorang profesional harus mempunyai kebanggaan terhadap profesinya. Apapun profesi atau

jabatannya, seorang profesional harus mempunyai penghargaan yang setinggi-tingginya terhadap

profesi tersebut. Karena dengan rasa bangga tersebut, ia akan mempunyai rasa cinta terhadap

profesinya.

Dengan rasa cintanya, ia akan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap apa yang dilakukannya.

Komitmen yang didasari oleh munculnya rasa bangga terhadap profesi dan jabatannya

akan menggerakkan seorang profesional untuk mencari dan hal-hal yang lebih baik, dan

senantiasa memberikan kontribusi yang besar terhadap apa yang ia lakukan.

7. Mempunyai komitmen

Seorang profesional harus memiliki komitmen tinggi untuk tetap menjaga profesionalismenya.

Artinya, seorang profesional tidak akan begitu mudah tergoda oleh bujuk rayu yang akan

menghancurkan nilai-nilai profesi. Dengan komitmen yang dimilikinya, seorang akan tetap

memegang teguh nilai-nilai profesionalisme yang ia yakini kebenarannya.

Page 11: BUDAYA KERJA

Seseorang tidak akan mengorbankan idealismenya sebagai seorang profesional hanya

disebabkan oleh hasutan harta, pangkat dan jabatan. Bahkan bisa jadi, bagi seorang

profesional, lebih baik mengorbankan harta, jabatan, pangkat asalkan nilai-nilai yang ada

dalam profesinya tidak hilang.

Memang, untuk membentuk komitmen yang tinggi ini dibutuhkan konsistensi dalam

mempertahankan nilai-nilai profesionalisme. Tanpa adanya konsistensi atau keajekan, seseorang

sulit menjadikan dirinya sebagai profesional, karena hanya akan dimainkan oleh perubahan-

perubahan yang terjadi.

8. Mempunyai Motivasi

Dalam situasi dan kondisi apa pun, seorang professional tetap harus bersemangat dalam

melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya. Artinya, seburuk apa pun kondisi dan

situasinya, ia harus mampu memotivasi dirinya sendiri untuk tetap dapat mewujudkan hasil yang

maksimal.

Dapat dikatakan bahwa seorang professional harus mampu menjadi motivator bagi dirinya

sendiri. Dengan menjadi motivator bagi dirinya sendiri, seorang professional dapat

membangkitkan kelesuan-kelesuan yang disebabkan oleh situasi dan kondisi yang ia hadapi. Ia

mengerti, kapan dan di saat-saat seperti apa ia harus memberikan motivasi untuk dirinya sendiri.

Dengan memiliki motivasi tersebut, seorang professional akan tangguh dan mantap dalam

menghadapi segala kesulitan yang dihadapinya. Ia tidak mudah menyerah kalah dan selalu akan

menghadapi setiap persoalan dengan optimis. Motivasi membantu seorang professional

mempunyai harapan terhadap setiap waktu yang ia lalui, sehingga dalam dirinya tidak ada

ketakutan dan keraguan untuk melangkahkan