Upload
haryawan-wahyu-saksono
View
21
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BUDAYA KERJA
Apakah Anda mempunyai budaya kerja?
Setiap manusia pada dasarnya sudah mempunyai budaya kerja yang diturunkan dari orang tuanya.
Budaya kerja setiap manusia secara umum berbeda antara satu dengan lainnya, tetapi juga dapat
dikatakan hampir sama, karena setiap manusia tujuannya sama, yaitu ingin sejahtera hidupnya
dunia dan akherat.
a. Pengertian budaya kerja
Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25 tahun
2002, tentang Pedoman Pengembangan Budaya Kerja Aparatur Pemerintah disebutkan bahwa
budaya kerja adalah sikap dan perilaku individu dari sekelompok aparatur negara yang didasari
atas nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan menjadi sifat serta kebiasaan dalam melaksanakan
tugas dan pekerjaan sehari- hari (Kepmenpan Nomor 25/Kep/M.Pan/4/2002).
Menurut Supriyadi (http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-budaya-kerja, 23
Juli 2011), budaya kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai nilai-nilai
yang menjadi sifat, kebiasaan, dan juga dorongan yang dibudidayakan dalam suatu kelompok dan
tercermin dalam sikap sebagai menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan
yang terwujud sebagai kerja. Sedangkan menurut Triguno (1997:3) yang dimaksud budaya kerja
organisasi adalah budaya yang menunjukkan perilaku pengelolaan administrasi pemerintahan
yang menghasilkan pengembangan, proses produksi barang dan jasa pelayanan yang berkualitas
dalam arti optimal, ekonomis, bermanfaat dan memuaskan. Kemudian menurut Siagian, budaya
kerja adalah kondisi atau tradisi yang ditetapkan dalam satu lingkup pekerjaan. (Siagian, Sondang
P, 2000: 34).
Lebih lanjut menurut Usman disebutkan bahwa budaya kerja dalam organsasi adalah suatu
himpunan asumsi penting dari suatu kebiasaan yang dinyatakan secara tertulis maupun tak tertulis,
yang dianut oleh para anggotanya dan dijadikan rujukan dalam mencapai tujuan organsasi (modul
manajemen stratejik KSKN, Pascasarjana UI, Wan usman, 2006: 54)
Budaya organisasi mirip dengan kepribadiaan individu yang ditampakkan dengan cara seseorang
bertindak, bagaimana cara organisasi berkomunikasi, baik di dalam maupun di luar organisasi.
Dalam mengimplemantasikan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, dan strategi suatu organsasi.
Berdasarkan makna tersebut, kaka setiap organisasi yang telah memiliki budaya kerja, hendaknya
budaya tersebut dijadikan pedoman dan acuan bagi setiap anggotanya dalam mewujudkan visi,
misi, sasaran kebijakan, dan strategi yang telah dirumuskan dalam perencanaan strategik
organisasi agar dapat terwujud secara efektif dan efisien.
Tujuan penerapan budaya kerja
Setiap organisasi memiliki budaya kerja yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut secara umum
karena tujuannya berbeda. Tujuan penerapan budaya kerja pada organisasi menurut Siagian yaitu
untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan meningkatkan etos kerja produktif
(Siagian, Sondang 2000: 35). Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga
perilaku SDM yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai
tantangan. Menurut Supriyadi (http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-budaya-kerja)
manfaat penerapan budaya kerja organisasi, yaitu:
1) Meningkatkan jiwa gotong royong
2) Meningkatkan Kebersamaan
3) Saling terbuka satu sama lain
4) Meningkatkan rasa kekeluargaan
5) Membangun komunikasi yang lebih baik
6) Meningkatkan produktivitas kerja
7) Tanggap terhadap perkembangan dunia luar.
Prinsip-prinsip yang mendasari munculnya budaya kerja, antara lain:
1) motivasi,
Mengelola budaya organisasi di dalam suatu perusahaan mungkin tidak sekongkrit menyusun
anggaran atau menganalisa program pemasaran. Namun, budaya kerja dari para karyawan akan
terus muncul sebagai penentu bagi produktivitas secara keseluruhan.
Apakah sebuah perusahaan terus berkembang secara suistainable berkat para karyawannya yang
bekerja secara produktif dan mendukung kesuksesan bisnis perusahaan, itu semua tergantung
keberhasilan implementasi budaya kerjanya.
Hindari budaya kerja yang hanya menunjukkan kesibukan dan menganggapnya sudah berhasil.
Seorang karyawan harus mengetahui secara pasti sasaran kerjanya dan perannya dalam
memberikan kontribusi yang berarti. Sehingga kinerja bisa diterjemahkan pada hasil yang tampak,
bukan sekedar sibuk tapi tidak efisien.
Walaupun begitu, budaya kerja yang positif yang mampu memotivasi karyawan agar memberikan
hasil kerja yang terbaik tidak akan cukup untuk menjaga kelangsungan produktivitas yang
berkelanjutan. Penerapan budaya kerja membutuhkan minimal satu agen perubahan dalam setiap
kelompok kerja, seorang pemimpin yang akan menjadi pemicu, pengobar, dan penjaga motivasi
karyawan agar tetap hidup dalam melaksanakan budaya berorganisasi yang produktif.
2) kemandirian,
Salah satu budaya kerja organisasi yang sangat dibutuhkan oleh sebuah organisasi perusahaan
adalah kemandirian setiap pekerjanya. Pekerja yang mandiri sangat paham apa yang harus
dikerjakannya secara profesional. Setiap pekerja memahami bahwa kualitas individu dalam
sebuah tim sangat penting demi menjaga kinerja dan meningkatkan performa tim tersebut.
Untuk mendapatkan kemandirian ini, setiap organisasi di lingkungan perusahaan harusnya sangat
memahami tentang career security bukan job security. Memberikan pemahaman tentang konsep
ini kepada karyawannya akan membuat budaya prestasi kerja akan timbul dengan sendirinya.
Career security adalah sebuah konsep yang memungkinkan setiap pekerja bersedia meningkatkan
kemampuan individualnya demi kemajuannya sendiri. Perusahaan mendapatkan dampak positif
dari kemajuan masing-masing individu tersebut.
Bila pekerja tersebut semakin maju, maka apapun yang terjadi pada perusahaan, misalnya, terjadi
kebangkrutan, maka pekerja yang handal tidak akan kehilangan pekerjaan karena dengan
kemampuan dan keahliannya, dia bisa bekerja di mana pun.
Tapi kalau job security, sebaliknya. Pekerja yang masuk kategori ini sangat bergantung kepada
perusahaannya dan tidak terlalu terampil. Akan sangat sulit bagi pekerja jenis ini untuk bisa
bekerja pada perusahaan lain.
3) kreativitas,
Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, memberi gagasan
baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah.
Mengapa Kita Harus Jadi Orang Yg Kreatif ?
a. Hidup selalu berhadapan dengan masalah.
b. Persaingan tidak pernah berhenti.
c. Untuk membedakan kualitas seseorang dalam memecahkan masalah.
d. Orang kreatif pantang menyerah.
Ada 5 Tahapan Untk Menjadi Orang Yang Kreatif
1 : merumuskan masalah dan mengumpulkan semua fakta untuk memecahkan masalah.
2 : memfokuskan pikiran pada usaha untk memecahkan masalah.
3: Muncul ide atau pemikiran mengenai cara pemecahan masalah.
4 : Ide cara memecahkan masalah yg didapatkan dievaluasi apakah sudah tepat atau belum.
5: Bila hasil evaluasi menunjukkan cara atau ide dlm memecahkan belum tepat maka dipikirkan
alternatif solusi yg lain.
Manfaat Menjadi Orang Yg Kreatif
1. Dapat memecahkan permasalahan hidup
2. Memenangkan kompetisi
3. Memiliki semangat untuk sukses
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah.Yang mengajar (manusia)
dengan perantara kalam (baca tulis). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”. (Q.S. Al ‘Alaq [96]: 1-5).
4) loyalitas,
Perbedaan pengertian istilah loyalitas antara karyawan dan perusahaan rasanya selalu menjadi
topik yang diperdebatkan. Karena itu, tulisan ini mencoba kembali mencermati mengapa
perdebatan tentang hal ini tidak pernah menemukan titik tengah.
Loyalitas berasal dari kata dasar “loyal” yang berarti setia atau patuh, loyalitas berarti mengikuti
dengan patuh dan setia terhadap seseorang atau system/peraturan. Istilah loyalitas ini sering
didefinisikan bahwa seseorang akan disebut loyal atau memiliki loyalitas yang tinggi jika mau
mengikuti apa yang diperintahkan.
Perusahaan atau pengusaha mengartikan loyalitas adalah suatu kesetiaan karyawannya
kepada perusahaannya. Dalam perkembangannya, arti kata loyalitas sering dimanfaatkan oleh
perusahaan untuk memanfaatkan karyawan semaksimal mungkin tanpa memperhatikan
kebutuhan karyawannya.Perusahaan atau pengusaha melakukannya karena meyakini bahwa
karyawan tidak memiliki posisi tawar yang seimbang. Dalam hal ini, perusahaan atau pengusaha
tadi menganggap hubungannya dengan karyawan tidak sebagai partner, tetapi sebagai majikan
dan pegawai, yang memberi upah dan yang meminta upah. Sebuah paradigma yang masih tersisa
dari era perbudaka
5) disiplin,
Kata disiplin itu sendiri berasal dari bahasa Latin “discipline” yang berarti “latihan atau
pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat”. Hal ini menekankan pada
bantuan kepada pegawai untuk mengembangkan sikap yang layak terhadap pekerjaannya dan
merupakan cara pengawas dalam membuat peranannya dalam hubungannya dengan disiplin.
Disiplin merupakan suatu kekuatan yang berkembang di dalam tubuh pekerja sendiri yang
menyebabkan dia dapat menyesuaikan diri dengan sukarela kepada keputusan-keputusan,
peraturan-peraturan, dan nilai-nilai tinggi dari pekerjaan dan tingkah laku
Rumusan lain menyatakan bahwa disiplin merupakan tindakan manajemen mendorong para
anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut. Dengan perkataan lain,
pendisiplinan karyawan adalah suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan
membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku karyawan sehingga para karyawan tersebut secara
sukarela berusaha bekerja secara kooperatif dengan para karyawan yang lain serta meningkatkan
prestasi kerjanya ( Sondang P. Siagian, 2001 : 305 ).
Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan
perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran disini merupakan sikap seseorang
yang secara sukarela menaati semua peraturan dan
sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi, dia akan mematuhi atau
mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan atas paksaan. Sedangkan kesediaan adalah
suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan perusahaan, baik
yang tertulis maupun tidak tertulis (Malayu S.P Hasibuan, 2003 : 193-194).
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa disiplin kerja pegawai merupakan sikap atau tingkah laku yang menunjukkan kesetiaan
dan ketaatan seseorang atau sekelompok orang terhadap peraturan yang telah ditetapkan oleh
instansi atau organisasinya baik yang tertulis maupun tidak tertulis sehingga diharapkan pekerjaan
yang dilakukan efektif dan efesien.
6) Integritas,
Ke 10 Karakteristik Integritas itu :
1. Pekerja menyadari bahwa hal-hal kecil itu penting.
2. Pekerja menemukan yang benar (saat orang lain hanya melihat warna abu-abu).
3. Pekerja bertanggung jawab.
4. Pekerja menciptakan budaya kepercayaan.
5. Pekerja menepati janji.
6. Pekerja peduli terhadap kebaikan yang lebih besar.
7. Pekerja jujur namun rendah hati.
8. Pekerja bertindak bagaikan tengah diawasi.
9. Pekerja mempekerjakan integritas.
10. Pekerja konsisten.
Karakteristik Integritas :1. Anda menyadari bahwa hal-hal kecil itu penting
Agar memiliki keunggulan integritas, anda tidak boleh berbohong dalam hal-hal kecil; dan
sebagai hasilnya, anda tidak akan tergoda oleh hal-hal yang lebih besar- kekuasaan,
prestise, atau uang. Hal yang juga penting, sebagai morang yang berintegritas, anda setia
pada nilai moral internal anda, bahkan bila itu berarti anda harus berhadapan dengan resiko
kehilangan tempat yang nyaman di dunia.
2. Anda menemukan yang benar (saat yang lain melihat warna abu-abu).
Untuk mendapatkan keunggulan integritas, anda tidak boleh mengambil keputusan sendiri.
Anda mengajukan pertanyaan, menerima saran, berefleksi, dan melihat jauh ke depan.
Ringkasnya, pastikan bahwa anda mengambil keputusan yang tidak bertentangan dengan
kode integritas pribadi.
3. Anda bertanggung jawab.
7) keterbukaan
Agus Dwiyanto dalam tulisannya ” Transparansi Pelayanan Publik ”(2005), antara lain
mengatakan bahwa nilai budaya keterbukaan dapat memberikan dampak yang komplek dalam
penyelenggaraan pelayanan publik, antara lain :
1. Karena keterbukaan merupakan salah satu prinsip utama, sehingga akan mempunyai
peranan yang signifikan untuk terwujudnya Good Governance sebagai Visi yang ingin dicapai
dalam Program Reformasi Birokrasi
2. Keterbukaan juga dapat membawa dampak terhadap peningkatan partisipasi dalam
pelayanan publik, karena masyarakat akan berpartisipasi aktif manakala diberikan akses dan
informasi yang seluas-luasnya dan mudah mengenal pelaksanaan kegiatan pelayanan publik, serta
hak dan kewajibannya sebagai pengguna layanan.
3. Keterbukaan juga memiliki keterkaitan yang erat dengan akuntabilitas publik, karena publik
akan bersedia dan mampu untuk mengevaluasi kebijakan pelayanan publik, seandainya publik
diberi kesempatan yang seluas-luasnya dan mudah untuk mengakses dan memperoleh informasi
terhadap kebijakan dan tindakan yang dilakukan oleh Birokrasi sebagai penyelenggara/penyedia
layanan
4. Keterbukaan juga akan menberikan kontribusi yang sangat besar dalam upaya
penegakkan hukum dan pemberantasan KKN. Karena publik dapat menjadi apatis dalam
menyikapi upaya penegakkan hukum dan pemberantasan KKN sebagai akibat aparat penegak
hukum yang seringkali tidak transparan dalam proses penegakkan hukum dan praktek “ tebang
pilih “.
8) Kebersamaan
Kita semua pasti pernah melihat pelangi. Bahkan pada saat sekolah dasar guru kita mengajarkan
cara menghafal warna-warnanya dengan “jembatan keledai” untuk mengingat. Mijikuhibiniu;
merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
Dalam bekerja, gejala optik dan meteorologi yang menghasilkan spektrum cahaya ini memberikan
pembelajaran tentang togetherness dan sebuah tim kerja. Bekerja dalam kebersamaan akan jauh
lebih baik daripada bekerja sendiri-sendiri.
Warna merah tidak akan terlihat merah jika tidak ada warna pelangi lainnya. Dia akan
menyilaukan dan menyakitkan mata saat dipandang. Begitu juga warna yang lain. Bagaimana di
setiap lini dalam unit kerja, kita bagaikan warna-warna pelangi tersebut. Bagimana kita mampu
bersanding dengan harmonis, saling melengkapi, sehingga harmonisasi itu menjadi sangat indah
dilihat.
9) profesionalitas
Menjadi seorang professional bukanlah pekerjaan yang mudah. Untuk mencapainya, diperlukan
usaha yang keras, karena ukuran profesionalitas seseorang akan dilihat dua sisi. Yakni teknisketerampilan atau keahlian yang dimilikinya, serta hal-hal yang berhubungan dengan sifat, watak,dan kepribadiannya. Paling tidak, ada delapan syarat yang harus dimiliki oleh seseorang jika inginjadi seorang professional.
1. Menguasai pekerjaan
Seseorang layak disebut professional apabila ia tahu betul apa yang harus ia kerjakan.
Pengetahuan terhadap pekerjaannya ini harus dapat dibuktikan dengan hasil yang dicapai. Dengan
kata lain, seorang professional tidak hanya pandai memainkan kata-kata secara teoritis, tapi juga
harus mampu mempraktekkannya dalam kehidupan nyata. Ia memakai ukuran-ukuran yang jelas,
apakah yang dikerjakannya itu berhasil atau tidak. Untuk menilai apakah seseorang menguasai
pekerjaannya, dapat dilihat dari tiga hal yang pokok, yaitu bagaimana ia bekerja, bagaimana ia
mengatasi persoalan, dan bagaimana ia akan menguasai hasil kerjanya.
Seseorang yang menguasai pekerjaan akan tahu betul seluk beluk dan liku-liku pekerjaannya.
Artinya, apa yang dikerjakannya tidak cuma setengah-setengah, tapi ia memang benar-benar
mengerti apa yang ia kerjakan. Dengan begitu, maka seorang profesional akan menjadikan
dirinya sebagai problem solver (pemecah persoalan), bukannya jadi trouble maker (pencipta
masalah) bagi pekerjaannya.
2. Mempunyai loyalitas
Loyalitas bagi seorang profesional memberikan petunjuk bahwa dalam melakukan pekerjaannya,
ia bersikap total. Artinya, apapun yang ia kerjakan didasari oleh rasa cinta. Seorang professional
memiliki suatu prinsip hidup bahwa apa yang dikerjakannya bukanlah suatu beban, tapi
merupakan panggilan hidup. Maka, tak berlebihan bila mereka bekerja sungguh-sungguh.
Loyalitas bagi seorang profesional akan memberikan daya dan kekuatan untuk berkembang dan
selalu mencari hal-hal yang terbaik bagi pekerjaannya. Bagi seorang profesional, loyalitas ini akan
menggerakkan dirinya untuk dapat melakukan apa saja tanpa menunggu perintah. Dengan adanya
loyalitas seorang professional akan selalu berpikir proaktif, yaitu selalu melakukan usaha-usaha
antisipasi agar hal-hal yang fatal tidak terjadi.
3. Mempunyai integritas
Nilai-nilai kejujuran, kebenaran, dan keadilan harus benar-benar jadi prinsip dasar bagi seorang
profesional. Karena dengan integritas yang tingi, seorang profesional akan mampu membentuk
kehidupan moral yang baik. Maka, tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa seorang
professional tak cukup hanya cerdas dan pintar, tapi juga sisi mental. Segi mental seorang
professional ini juga akan sekaligus menentukan kualitas hidupnya. Alangkah lucunya bila
seseorang mengaku sebagai profesional, tapi dalam kenyataanya ia seorang koruptor atau
manipulator ?
Integritas yang dipunyai oleh seorang professional akan membawa kepada penyadaran diri bahwa
dalam melakukan suatu pekerjaan, hati nurani harus tetap menjadi dasar dan arah untuk
mewujudkan tujuannya. Karena tanpa mempunyai integritas yang tinggi, maka seorang
professional hanya akan terombang-ambingkan oleh perubahan situasi dan kondisi yang setiap
saat bisa terjadi. Di sinilah intregitas seorang professional diuji, yaitu sejauh mana ia tetap
mempunyai prinsip untuk dapat bertahan dalam situasi yang tidak menentu.
4. Mampu bekerja keras
Seorang profesional tetaplah manusia biasa yang mempunyai keterbatasan dan kelemahan. Maka,
dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, seorang professional tidak dapat begitu saja
mengandalkan kekuatannya sendiri. Sehebat-hebatnya seorang profesional, pasti tetap
membutuhkan kehadiran orang lain untuk mengembangkan hidupnya. Di sinilah seorang
professional harus mampu menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Dalam hal ini, tak
benar bila jalinan kerja sama hanya ditujukan untuk orang-orang tertentu. Seorang profesional
tidak akan pernah memilih-milih dengan siapa ia akan bekerja sama.
Seorang profesional akan membuka dirinya lebar-lebar untuk mau menerima siapa saja yang ingin
bekerja sama. Maka tak mengherankan bila disebut bahwa seorang profesional siap memberikan
dirinya bagi siapa pun tanpa pandang bulu. Untuk dapat mewujudkan hal ini, maka dalam diri
seorang profesional harus ada kemauan menganggap sama setiap orang yang ditemuinya, baik di
lingkungan pekerjaan, sosial, maupun lingkungan yang lebih luas.
Seorang profesional tidak akan merasa canggung atau turun harga diri bila ia harus bekerja sama
dengan orang-orang yang mungkin secara status lebih rendah darinya. Seorang profesional akan
bangga bila setiap orang yang mengenalnya, baik langsung maupun tidak langsung, memberikan
pengakuan bahwa ia memang seorang profesional. Hal ini bisa dicapai apabila ia mampu
mengembangkan dan meluaskan hubungan kerja sama dengan siapa pun, di mana pun, dan kapan
pun.
5. Mempunyai Visi
Seorang profesional harus mempunyai visi atau pandangan yang jelas akan masa depan. Karena
dengan adanya visi tersebut, maka ia akan memiliki dasar dan landasan yang kuat untuk
mengarahkan pikiran, sikap, dan perilakunya. Dengan mempunyai visi yang jelas, maka seorang
profesional akan memiliki rasa tanggung jawab yang besar, karena apa yang dilakukannya sudah
dipikirkan masak-masak, sehingga ia sudah mempertimbangkan resiko apa yang akan
diterimanya.
Tanpa adanya visi yang jelas, seorang profesional bagaikan “macan ompong”, dimana secara fisik
ia kelihatan tegar, tapi sebenarnya ia tidak mempunyai kekuatan apa-apa untuk melakukan
sesuatu, karena tidak mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Dengan adanya visi yang jelas,
seorang profesional akan dengan mudah memfokuskan terhadap apa yang ia pikirkan,
lakukan, dan ia kerjakan.
Visi yang jelas juga memacunya menghasilkan prestasi yang maksimal, sekaligus ukuran yang
jelas mengenai keberhasilan dan kegagalan yang ia capai. Jika gagal, ia tidak akan mencari
kambing hitam, tapi secara dewasa mengambil alih sebagai tanggung jawab pribadi dan
profesinya.
6. Mempunyai kebanggaan
Seorang profesional harus mempunyai kebanggaan terhadap profesinya. Apapun profesi atau
jabatannya, seorang profesional harus mempunyai penghargaan yang setinggi-tingginya terhadap
profesi tersebut. Karena dengan rasa bangga tersebut, ia akan mempunyai rasa cinta terhadap
profesinya.
Dengan rasa cintanya, ia akan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap apa yang dilakukannya.
Komitmen yang didasari oleh munculnya rasa bangga terhadap profesi dan jabatannya
akan menggerakkan seorang profesional untuk mencari dan hal-hal yang lebih baik, dan
senantiasa memberikan kontribusi yang besar terhadap apa yang ia lakukan.
7. Mempunyai komitmen
Seorang profesional harus memiliki komitmen tinggi untuk tetap menjaga profesionalismenya.
Artinya, seorang profesional tidak akan begitu mudah tergoda oleh bujuk rayu yang akan
menghancurkan nilai-nilai profesi. Dengan komitmen yang dimilikinya, seorang akan tetap
memegang teguh nilai-nilai profesionalisme yang ia yakini kebenarannya.
Seseorang tidak akan mengorbankan idealismenya sebagai seorang profesional hanya
disebabkan oleh hasutan harta, pangkat dan jabatan. Bahkan bisa jadi, bagi seorang
profesional, lebih baik mengorbankan harta, jabatan, pangkat asalkan nilai-nilai yang ada
dalam profesinya tidak hilang.
Memang, untuk membentuk komitmen yang tinggi ini dibutuhkan konsistensi dalam
mempertahankan nilai-nilai profesionalisme. Tanpa adanya konsistensi atau keajekan, seseorang
sulit menjadikan dirinya sebagai profesional, karena hanya akan dimainkan oleh perubahan-
perubahan yang terjadi.
8. Mempunyai Motivasi
Dalam situasi dan kondisi apa pun, seorang professional tetap harus bersemangat dalam
melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya. Artinya, seburuk apa pun kondisi dan
situasinya, ia harus mampu memotivasi dirinya sendiri untuk tetap dapat mewujudkan hasil yang
maksimal.
Dapat dikatakan bahwa seorang professional harus mampu menjadi motivator bagi dirinya
sendiri. Dengan menjadi motivator bagi dirinya sendiri, seorang professional dapat
membangkitkan kelesuan-kelesuan yang disebabkan oleh situasi dan kondisi yang ia hadapi. Ia
mengerti, kapan dan di saat-saat seperti apa ia harus memberikan motivasi untuk dirinya sendiri.
Dengan memiliki motivasi tersebut, seorang professional akan tangguh dan mantap dalam
menghadapi segala kesulitan yang dihadapinya. Ia tidak mudah menyerah kalah dan selalu akan
menghadapi setiap persoalan dengan optimis. Motivasi membantu seorang professional
mempunyai harapan terhadap setiap waktu yang ia lalui, sehingga dalam dirinya tidak ada
ketakutan dan keraguan untuk melangkahkan