38
Budaya Politik Jawa Salah satu kelompok etnis yang besar di pulau Indonesia adalah etnis Jawa, yang mendiami bagian timur dan tengah dari kepulauan Jawa dan mendekati setengah dari jumlah total populasi di Indonesia. Dan hal inilah yang menyebabkan terciptanya pola budaya yang dominan, yang berasal dari kelompok Etnis yang dominan, yaitu etnis Jawa. Etnis ini sangat mewarnai sikap, perilaku dan orientasi politik pemerintah. Dalam politik, hal ini dapat menyebabkan perpecahan antar Etnis Jawa dan Etnis lain. Sebelum membahas kekuasaan dalam budaya politik jawa tentunya kita juga harus mengetahui budaya politik jawa secara sederhana. Masyarakat Jawa pada umumnya adalah masyarakat yang hierarkis. Stratifikasi sosial tidak berdasarkan atas atribut sosial yang bersifat materialistik, namun lebih kepada akses pada kekuasaan. Sehingga terjadi kesenjangan politik maupun sosial antara golongan pemegang kekuasaan, yang biasa disebut kalangan priyayi dan golongan masyarakat yang secara kedudukan lebih

Budaya Politik Jawa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Budaya Politik Jawa

Budaya Politik Jawa

Salah satu kelompok etnis yang besar di pulau Indonesia adalah etnis Jawa, yang mendiami

bagian timur dan tengah dari kepulauan Jawa dan mendekati setengah dari jumlah total populasi

di Indonesia. Dan hal inilah yang menyebabkan terciptanya pola budaya yang dominan, yang

berasal dari kelompok Etnis yang dominan, yaitu etnis Jawa. Etnis ini sangat mewarnai sikap,

perilaku dan orientasi politik pemerintah. Dalam politik, hal ini dapat menyebabkan perpecahan

antar Etnis Jawa dan Etnis lain.

Sebelum membahas kekuasaan dalam budaya politik jawa tentunya kita juga harus mengetahui

budaya politik jawa secara sederhana. Masyarakat Jawa pada umumnya adalah masyarakat yang

hierarkis. Stratifikasi sosial tidak berdasarkan atas atribut sosial yang bersifat materialistik,

namun lebih kepada akses pada kekuasaan. Sehingga terjadi kesenjangan politik maupun sosial

antara golongan pemegang kekuasaan, yang biasa disebut kalangan priyayi dan golongan

masyarakat yang secara kedudukan lebih rendah.golongan Priyayi terdiri dari kalangan

bangsawan maupun keluarga dan keturunan raja-raja Jawa.

Dalam perkembangan agama di masyarakat Jawa, islam merupakan salah satu agama yang

memiliki pengikut terbesar di Dunia, sehingga menyebabkan Indonesia menjadi negara Muslim

terbesar. Baik secara budaya maupun politik. Hal ini menyebabkan kelompok politik di Jawa

terbagi menjadi dua, yaitu golongan muslim yang saleh yang biasa disebut santri dan abangan

yang merupakan perpaduan dari budaya Islam dan budaya Jawa. Dan keduanya secara politis

memiliki posisi yang sama penting di mata masyarakat Jawa.

Page 2: Budaya Politik Jawa

Dalam perkembangannya perbedaan gagasan dalam struktur sosial yang lebih lanjut meruncing

dalam dikotomi budaya. Kaum elit politik abangan harus menjadi golongan yang paling sadar

atau berpikiran hierarki. Kekuatan priyayi diwakili oleh para bangsawan, nilai-nilai yang dianut

oleh priyayi, bagaimanapun sangat mudah di adaptasi oleh gaya administrasi birokrat dari aturan

kolonial dan berlanjut pada gagasan-gagasan dan budaya pemerintah saat ini.

Kekuasaan dalam budaya jawa pada dasarnya bersifat kongkrit, besarannya konstan, sumbernya

homogen, dan tidak mempersoalkan legitimasi, dalam hal ini mereka lebih bertumpu pada

bagaimana mengakumulasikan kekuasaan bukan melaksanakan kekuasaan. Dan orientasi politik

mereka juga cenderung monoton dan hanya berpusat pada pemusatan dan pemeliharaan

kekuasaan dan tidak berorientasi pada tujuan dan hakikat dari sebuah kekuasaan, yaitu

bagaimana menggunakan kekuasaan untuk mensejahterakan yang dipimpin.

Cara memperoleh kekuasaan dalam budaya Jawa kuno yang bersistem monarki cenderung

bersifat dinamisme.mereka masih menggunakan cara seperti bertapa, puasa, meditasi dan

kegiatan pengumpulan benda-benda yang bersifat magic lainnya. Terbukti hingga saat ini

kerajaan-kerajaan yang masih berdiri, seperti kraton kasunan dan mangkunegaran yang masih

sering mengadakan upacara-upacara bagi benda-benda pusaka kerajaan.

Page 3: Budaya Politik Jawa

Budaya Politik Jawa

Politik Jawa Tradisional memang mempunyai teori politik. Kalau kita merunut kebelakang

tentang kepustakaan Jawa Klasik dan tingkah laku politik jawa. Maka kita akan mengetahui

kunci untuk memahami teori politik jawa mungkin adalah tafsiran secara tradisional tentang apa

yang di namakan dengan kekuasaan ilmu sosial. Yang jelas konsepsi jawa berbeda secara radikal

dari konsepsi yang berkembang di barat sejak abad pertengahan.

Gagasan Jawa yang menyatakan bahwa kekuasaan bersifat abstarak kalau dinyatakan secara

kata, jadi kekuasaan dapat diartikan oleh mereka sesuatu yang ada hubunganya atau lebih. Maka

kekuasaan merupakan absraksi dari rumusan atau pola interaksi sosial tertentu yang kebetulan

sedang di amati. Jadi Artinya adalah kekuasaan itu ada dalam berbagai macam keadaan di mana

sebagian orang melihat ada kepatuhan pada kemauan orang lain.

Masyarakat Jawa ada juga yang mengatakan bahwa kekuasaan itu bersifat kongkrit adalah

karena, Ini adalah pokok dari pemikiran politik orang Jawa. Kekuasaan itu ada tidak terlepas dari

orang yang mempergunakanya.

 Kekuasaan bukan sebagai angapan yang teoritis, melainkan suatu realitas yang benar-benar

terjadi. Kekuasaan adalah suatu daya yang tidak dapat di raba dan dirasakan, penuh misteri dan

bersifat ketuhanan menghidupkan seluruh alam semesta. Dalam pemikiran tradisional jawa, tidak

ada garis batas tegas antara zat organis dengan zat inorganis, kerena sesuatu di topang oleh

kekuasaan sama tidak kelihatan.

Politik jawa secara khas memberikan tekanan dan pertanda pemusatan kekuasaan dan bukan

pada perbuatan yang memperlihatkan pemakaian atau pengunaanya. Pertanda yang baik di cari

orang yang baik pada pemegang kekuasaan maupun dalam masyarakat di mana ia memegang

kekuasaan Kemampuan menyerap pemusatan pemusatan dari luar merupakan tema yang sering

Page 4: Budaya Politik Jawa

terdapat dalam lakon-lakon wayang dalam tradisi sejarah, dalam gambaran khas yang

menghubungkan jelas penyerapan ini menyatukan dua prinsip yang berlawanana adalah

pertarungan antara seorang satria dengan seorang musuh yang kuat. Di mana setelah musuh itu

di kalahkan dan ini sekaligus akan menambah kekuatan dalam diri satria.

Kita ingat dengan sebuah cerita prabu parta yang memasuki tubuh arjuna setelah ia kalah dalam

pertempuran. Tapi lakon lakon lain seperti yang melukiskan roh begawan bagaspati yang turun

kepada yudistira untuk memungkinkan membunuh prabu salya atau menyatukan bisma pada

awal perang brayatuda .

Jadi Tradisi pemikiran politik Jawa secara khas memberikan tekanan kepada pratanda-pratanda

pemusatan kekuasaan dan bukan kepada perbuatan yang memperlihatkan pemakaian atau

pengunaanya. Pertanda ini di cari orang baik pada diri pemegang kekuasaan maupun dalam

masyarakat di mana ia memegang kekuasaan. Menurut salah seorang cendikiawan indonesia

yang terkemuka konsep pokok dalam tradisi masyarakat jawa adalah adanya hubungan langsung

antara keadaan batin seorang dengan kemampuan dengan mengendalikan lingkungan.

Denagn cara konsisten, pratanda yang paling jelas dari oarang yang mempunyai kekuasaan

adalah kemampuan berkosentarasi. Memefokuskan kekuasaan pribadinya menyerap ekkuasaan

dari luar dan memuasatkan dalam dirinya hal yang kelihatan bertentangan.

Walupun di dunia seni gabungan laki-laki dengan perempuan merupakan lambang kekuasaan,

namun dalam dunia politik, kerena alasan alasan yang jelas, sinkritisme dan dinamisme dalam

pemikiran jawa menyatakan dirinya dalam bentuk bentuk lain. Ini terkait dengan pernyataan

nasakom dari bekas presiden soekarno, sewaktu soekarno menyatakan dirinya seorang

nasionalisme, beragama dan komonis sekaligus, para pengamat dari luar tradisi politik jawa

mengunakan bahasa manuver dan kompromi.

 Orang sering mengangap rumusan nasakom sebagai slogan yang tidak bertangung jawab dan

secara intelektual tidak memilki keutuhan atau sebagai alat yang halus yang di gunakan untuk

melemahkan prasangka prasangka anti komonis dalam kelompok nasionalisme dan agama yang

tentu besar pengaruhnya. Tapi tafsiran seperti ini belum mampu menempatkan politik nasakom

dalam kontek pemikiran politik jawa.  

 

Page 5: Budaya Politik Jawa

Budaya Politik Jawa

Masyarakat Jawa dan sebagian besar masyarakat lain di Indonesia, pada dasarnya bersifat

hierarkis. Starafikasi sosial bukan didasarkan pada atribut sosial yang bersifat materialistik,

tetapi lebih kepada akses kekuasaan. Ada pemilahan yang tegas antara mereka yang memegang

kekuasaan, yang juga disebut sebagai kaum priyayi, dan rakyat kebanyakan, hal itu dilihatkan

dengan cara berekspresi melalui bahasa dan gesture atau pola yang memperlihatkan

mimic/prilaku yang diwujudkan melalui lewat bahasa, bahasa Jawa sendiri terdiri dari beberapa

tingkatan, mulai dari kromo inggil, kroma madya sampai ngoko, atau halus, setengah halus atau

kasar, kalangan rakyat kebanyakan harus mengekspresikan dirinya kedalam bahasa yang halus

kepada kalangan pemegang kekuasaan. Sebaliknya, kalangan pemegang kekuasaan dapat

mengunakan bahasa yang kasar kepada rakyat kebanyakan. Pemilahan antara penguasa dan

rakyat menjadi tegas yang kemudian diungkapkan dengan istilah wong gedhe dan wong cilik.

Implikasi dari pola pemilihan seperti ini adalah, kalangan birokrat seringkali menampakkan diri

dengan self image atau citra diri yang bersifat benovelent yaitu dengan diungkapkan sebagai

pamong praja yang melindungi rakyat, sebagai pamong atau guru pendidik bagi rakyatnya.

Kalangan pengusaha harus menampakkan sebagai kelompok yang pemurah, baik hati dan

pelindung bagi rakyatnya

Page 6: Budaya Politik Jawa

Berbeda dengan tradisi teori politik Barat, masalah pokok yang ditimbulkan  konsepsi mengenai

kekuasaan ini bukan masalah bagaimana mengunakan kekuasaan, melainkan bagaimana

menghimpunnya, sebagian besar perpustakaan nasional lebih berbicara bagaimana memusatkan

dan mempertahankan kekuasaan, dari pada bagaimana mengunakannya dengan wajar.

Menurut tradisi ortodoks mengunakan kekuasaan mengunakan praktek yoga atau bertapa di gua-

gua, walaupun praktek-praktek yoga berbeda-beda bentuknya digunakan diberbagai daerah di

Jawa, termasuk bersemedi, puasa, tidak melakukan hubungan seksual, pemurnian ritual yang

mengunakan sesajian terdapat satu dasar pokok yang mendasarinya.

Analogi ini amat tepat karena pelukisan klasik dalam kebudayaan Jawa bertapa dengan amat

keras memang mempunyai kemampuan untuk menimbulkan panas fisik. Sebagaimana orang

yang mampu membuat keris dengan indah melalui kekuatan yang terpusat pada ibu jarinya.

Arti kejiwaan dalam bertapa bukan berarti bentuk penyiksaan diri dengan tujuan-tujuan etis,

melainkan hanya semata-mata untuk mempertahankan kekuasaan, bertapa dalam konsep Jawa

merupakan cara untuk mencapai titik keseimbangan  kosmos, membesarkan diri berarti

mengurangi diri sendiri.

Di samping pandangan ortodok tentang jalan kekuasaan di Jawa terdapat tradisi lain yang

heteodoks. Dalam sejarah contoh terbaik dalam tradisi adalah raja Singosari yang terakhir dan

raja Kertanegara. Menurut tradisi Bhairavis ini kekuasaan dicari melalui mabuk-mabukkan, pesta

seks dan pembunuhan ritual

Page 7: Budaya Politik Jawa

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT DAYAK

Sistem Kepercayaan/Religi Suku Dayak

Masyarakat Dayak terbagi menjadi beberapa suku, yaitu Ngaju, Ot, Danum, dan Ma’anyan di Kalimantan Tengah. Kepercayaan yang dianut meliputi: agama Islam, Kristen, Katolik, dan Kaharingan (pribumi). Kata Kaharingan diambil dari Danum Kaharingan yang berarti air kehidupan. Masyarakat Dayak percaya pada roh-roh:1. Sangiang nayu-nayu (roh baik);2. Taloh, kambe (roh jahat).

Dalam syair-syair suci suku bangsa Ngaju dunia roh disebut negeri raja yang berpasir emas. Upacara adat dalam masyarakat Dayak meliputi:

1. upacara pembakaran mayat,2. upacara menyambut kelahiran anak, dan3. upacara penguburan mayat.Upacara pembakaran mayat disebut tiwah dan abu sisa pembakaran diletakkan di sebuah bangunan yang disebut tambak.

Sistem Kekerabatan Suku Bangsa Dayak

Sistem kekerabatan masyarakat Dayak berdasarkan ambilineal yaitu menghitung hubungan masyarakat melalui laki-laki dan sebagian perempuan. Perkawinan yang ideal adalah perkawinan dengan saudara sepupu yang kakeknya saudara sekandung (hajanen dalam bahasa Ngaju). Masyarakat Dayak tidak melarang gadis-gadis mereka menikah dengan laki-laki bangsa lain asalkan laki-laki itu tunduk dengan adat istiadat.

Sistem Politik Suku Dayak

Pemerintahan desa secara formal berada di tangan pembekal dan penghulu. Pembekal bertindak sebagai pemimpin administrasi. Penghulu sebagai kepala adat dalam desa. Kedudukan pembekal dan penghulu sangat terpandang di desa, dahulu jabatan itu dirangkap oleh patih. Ada pula penasihat penghulu disebut mantir. Menurut A.B. Hudson hukum pidana RI telah berlaku pada masyarakat Dayak untuk mendampingi hukum adat yang ada.

Page 8: Budaya Politik Jawa

Sistem Ekonomi Suku Dayak

Bercocok tanam di ladang adalah mata pencaharian masyarakat Dayak. Selain bertanam padi mereka menanam ubi kayu, nanas, pisang, cabai, dan buah-buahan. Adapun yang banyak ditanam di ladang ialah durian dan pinang. Selain bercocok tanam mereka juga berburu rusa untuk makanan sehari-hari. Alat yang digunakan meliputi dondang, lonjo (tombak), dan ambang (parang). Masyarakat Dayak terkenal dengan seni menganyam kulit, rotan, tikar, topi, yang dijual ke Kuala Kapuas, Banjarmasin, dan Sampit.

Page 9: Budaya Politik Jawa

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT DAYAK

Dalam masyarakat Dayak masa lalu terjadi pelapisan sosial karena dulu masih terdapat raja pada setiap sukunya. Turunan para raja kemudian menurunkan para bangsawan yang disebut golongan mantiq, sedangkan masyarakat kebanyakan dinamakan kelompok merantikaq (keturunan orang-orang biasa). Golongan mantiq dan merantikaq dapat dibedakan dari ragam hias yang diimbuhkan pada pelbagai pelengkap acara adat.

Misalnya motif jautan nguku. Jautan berarti awan, sedang nguku berarti berarak. Ragam hias ini menggambarkan kebesaran seseorang dalam suasana kebahagiaan. motif ini biasanya dilukis pada templaq/tinaq (tempat penyimpanan tulang-belulang jenazah) golongan bangsawan atau raja-araja. Atau motif waniq ngelukng. Waniq berarti lebah dan ngelukng berarti menyerupai sarang lebah. Maknanya, bahwa orang yang sudah mempunyai cukup harta benda dapat melaksanakan upacara kematian. Ragam hias ini dilukiskan pada templaq/ tinaq tempat tulang belulang orang mati untuk golongan orang merantikaq tapi bisa juga untuk golongan bangsawan.

Kini tak ada lagi raja. Maka yang dianggap sebagai pemuka masyarakat adalah kepala adat, kepala suku, dan para ahli belian (ahli penyembuhan penyakit) yang disebut pemeliaten. Kepala adat suku Benuaq sekarang tampil lebih sederhana, hampir tidak nampak atribut tanda status pada busana yang dikenakannya. Mereka biasanya memakai destar atau leukng dari serat doyo atau kain biasa. Berbaju kemeja tanpa lengan dari kain serat doyo berwarna merah atau hitam. Dahulu kepala adat menggantungkan jimat-jimat, manik-manik, taring harimau dahan, taring beruang, dan patung-patung yang mempunyai kekuatan magis atau disebut tonoi. Dan memakai cawat atau cancut yang juga dibuat dari tenunan serat doyo.

Kepala adat yang merangkap kepala suku mengenakan topi yang berhiaskan bulu burung enggang, baju perang dari kulit kayu atau kulit harimau dahan, memakai cawat, dan tanpa alas kaki. Perisai di tangan kiri dan tombak digengggam di tangan kanan. Di pinggangnya tesengkelit sebilah mandau perang (parang/golok panjang) yang hulunya dihiasi dengan aneka warna bulu burung. Sarung mandaunya berukir dan pada ujungnya juga dihias bulubulu burung yang indah.

Suku Dayak amat taat dan setia kepada pemimpin yang telah mereka akui sendiri. Di lain pihak, untuk mendapatkan pengakuan dari penduduk, seorang pemimpin harus benar-benar mampu mengayomi dan mengenal masyarakatnya dengan baik. Pemimpin suku Dayak, bukan seorang

Page 10: Budaya Politik Jawa

yang hanya memberi perintah atau menerima pelayanan lebih, dari masyarakat, namun justru sebaliknya. Pemimpin yang disegani ialah pemimpin yang mampu dekat dan memahami masyarakatnya antara lain : bersikap

• Mamut Menteng, maksudnya gagah perkasa dalam sikap dan perbuatan. Ia disegani bukan dari apa yang ia katakan, namun dari apa yang telah ia lakukan. Berani berbuat, berani bertanggung jawab. Dalam sikap dan perbuatan selalu adil. Apa yang diucapkan benar dan berguna. Nama baik bahkan jiwa raga dipertaruhkan demi keberpihakannya kepada warganya. Sikap mamut menteng yang dilengkapi dengan tekad isen mulang atau pantang menyerah telah mendarah daging dalam kehidupan orang Dayak. Tidak dapat dipungkiri kenyataan itu sebagai akibat kedekatan manusia Dayak dengan alam. Bagi mereka tanah adalah ibu, langit adalah ayah dan angin adalah nafas kehidupan. Dengan demikian Kemanapun pergi, dimanapun berada, bila kaki telah berpijak dibumi takut dan gentar tak akan pernah mereka miliki. Salah satu contoh sikap mamut menteng dan keberpihakan para pemimpin Dayak kepada warga sukunya jelas terlihat dalam kisah perempuan pejuang Dayak. Namanya Nyai Undang. Merasa harga diri dilecehkan oleh sikap sewenang-wenang lelaki kaya raya yang berasal dari seberang, ia mampu mengkoordinir kekuatan para pangkalima atau panglima suku yang tersohor kemampuannya. Bukan saja mengkoordinir, tetapi ia juga mampu mengontak dan melobi mereka dalam waktu yang sangat singkat. Dalam sekejap, para pangkalima yang diundang datang dan berkumpul di pulau Kupang. Sarana komunikasi yang digunakan adalah Lunjo Buno atau Ranying Pandereh Bunu atau Renteng Nanggalung Bulau yaitu tombak yang diberi kapur sirih pada mata tombak. Lunju Bunu adalah totok bakakak. Totok bakakak berarti sandi atau kode atau bahasa isyarat yang umum dimengerti masyarakat suku Dayak. Dalam bahasa isyarat apabila mengirimkan lunjo buno berarti minta bantuan karena akan ada serangan. Tombak bunu tersebut dikirimkan ke segala penjuru untuk mengundang para pangkalima untuk segera hadir ditempatnya. Sesungguhnya Nyai Undang telah memiliki kekasih hati. Namun akibat kecantikannya yang sangat tersohor, ia dilamar lengkap dengan emas kimpoi yang memukau, oleh seorang lelaki kaya raya. Lamaran tersebut juga diiringi ancaman bahwa apabila ditolak maka peperangan tidak dapat dihindarkan. Singkat kata, pertempuranpun meletus di Pulau Kupang, kota Pamatang Sawang yang terletak di wilayah Kalimatan Tengah sekarang ( Disini kota artinya benteng pertahanan yang terbuat dari kayu tabalien/kayu ulin/kayu besi atau dapat pula terbuat dari batu ). Pasukan Nyai Undang yang didukung oleh para pangkalima handal berhasil memenangkan pertempuran. Demi keberpihakan kepada warga sukunya, para pemimpin dan pangkalima perang dengan tulus dan ihklas siap bergabung untuk bersama maju perang menanggapi ajakan seorang warga suku yang merasa dilecehkan. Pemimpin yang berjiwa mamut menteng siap serahkan jiwa raga demi mengayomi dan keberpihakan kepada warga masyarakatnya. Mereka tidak takut ditertawakan, tidak takut pula akan adanya penghianatan, karena pada dirinyapun tidak terbersit sedikitpun niat untuk berkhianat pada warganya. Segalanya dilakukan dengan tulus dan kesungguhan sehingga kelecakan atau kesombongan rontok berkeping-keping.

• Harati berarti pandai. Disamping pandai ia juga seorang yang cerdik dalam arti positif. Kecerdikannya mampu menjadikan dirinya sebagai seorang pemberi inspirasi bahkan sebagai seorang the greatest inspirator bagi warganya. Kemampuan dalam berkomunikasi dengan warganya, keakraban yang tidak dibuat-buat, menjadikan seorang pemimpin suku Dayak memiliki kepekaan yang tajam. Peka maksudnya sebelum peristiwa terjadi, ia telah terlebih

Page 11: Budaya Politik Jawa

dahulu menditeksi segala kemungkinan yang bakal terjadi dilingkungannya. Mampu membedakan mana yang benar, mana yang salah. Sebagai contoh, seorang pemimpin Dayak dalam kesibukannya selalu berusaha meluangkan waktu maja atau mengunjungi rumah warganya dengan keakraban yang tidak dibuat-buat. Maksudnya mereka tidak bersikap sok akrab untuk mendapatkan dukungan, tetapi maja atau berkunjung tersebut dilakukan karena memang mereka senang melakukannya. Terkadang tanpa diduga kunjungan mendadak tersebut dibarengi permintaan makan kepada keluarga tersebut. Sikap demikian tentu saja mengagetkan pemilik rumah namun meninggalkan kenangan indah kepada keluarga yang dikunjungi.

• Bakena berarti tampan/cantik, menarik, dan bijaksana. Lebih luas maksudnnya Inner beauty yaitu ketampanan/kecantikan yang terpancar dari dalam jiwa. Cahaya matanya memancarkan keadilan, perlindungan, rasa aman dan bakti. Dimanapun berada, ia akan selalu disenangi dan disegani. Semua ini secara otomatis akan muncul apabila segala tugas dan tanggung jawab dilaksanakan dengan ihklas tanpa pamrih.

• Bahadat maksudnya beradat. Bukan hanya mengerti dan memahami hukum adat dan hukum pali dengan baik, namun nyata terlihat dalam tindakan sehari-hari. Ranying Hatalla atau Allah Yang Maha Kuasa turut serta mengawasi setiap tindakan yang dilakukan oleh para pemimpin, sehingga kendali diri pegang peranan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Berani berlaku tidak adil konsekwensinya hukuman akhirat akan diterima setelah kematian terjadi.

• Bakaji maksudnya berilmu tinggi dalam bidang spiritual. Ia selalu berusaha untuk mencapai hening, serta membersihkan dan menyucikan jiwa, raga dengan rutin dan berkala. Saat hening adalah saat yang paling tepat untuk berdialog dengan diri sendiri, menata sikap untuk tetap kokoh berpegang pada tujuan agar tidak mudah terombang ambing. Kokoh kilau sanaman yang artinya sekokoh besi.

· Barendeng berarti mampu mendengarkan informasi juga keluhan warganya. Telinganya selalu terbuka bagi siapapun. Hal ini bukan berarti bahwa pemimpin suku Dayak hanya menghabiskan waktunya dengan menerima kunjungan warga untuk berkeluh kesah dan bersilaturahmi dengannya. Tanpa bertemu langsung dengan orang perorang, pemimpin Dayak mengetahui banyak situasi dan kondisi setiap keluarga. Ia telah menyediakan hati dan telinganya untuk menampung dan mendengarkan lalu mengolahnya menjadi bagian dari tugas dan tanggung jawabnya. Salah satu contoh dalam kehidupan sehari-hari dapat disaksikan dalam tradisi mihup baram atau minum tuak, babusau atau mabuk atau minum minuman yang mengandung alcohol hingga mabuk. Sekalipun dalam keadaan mabuk, pemimpin Dayak selalu berusaha mengendalikan kesadarannya sehingga dengan sarana mihup baram sampai babusau atau minum baram hingga mabuk, seorang pemimpin mampu menangkap dan merekam luka, kekecewaan, dan kemarahan terpendam warganya. Hal ini terjadi dimasa lalu. zaman telah berganti. Tradisi babusau sebagai sarana merekam isi hati warga masyarakat sudah seharusnya ditinggalkan karena terlalu besar resikonya. Apa yang tertulis disini hanya sebagai kisah masa lalu.Kesenian Suku Dayak

Page 12: Budaya Politik Jawa

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT DAYAK

   

Masyarakat Dayak Maanyan adalah sebuah sub suku Dayak di Kalimantan yang sudah eksis sejak  ratusan tahun lalu bahkan diyakini sudah ada sejak 242 sebelum masehi  menurut penelitian  pada sisa peninggalan kerajaan Nansarunai berupa Candi didaerah Amuntai - Kalimantan Selatan. Apa hubungan suku Dayak Maanyan dengan kerajaan Nan Sarunai?? Ya ada, kerajaan Nansarunai adalah sebuah kerajaaan yang dibentuk oleh orang suku Dayak Maanyan. Pada saat itu suku Dayak Maanyan masih mendiami wilayah yang sekarang sudah menjadi bagian dari provinsi Kalimantan Selatan.

Mungkin suku Dayak Maanyan yang hidup di tahun 242 SM sudah mempunyai  struktur kebudayaan dan kerajaan yang bagus namun masih dalam taraf yang sederhana.

Menurut sejarah dan penelitian suku Dayak Maanyan adalah suku maritim yang berjaya dijamannya. Dan pada saat itu memang masih mendiami wilayah di pinggiran laut atau sungai yang dekat dengan laut. Bahkan menurut relief yang tercantum di candi Borobudur, suku Dayak Maanyan pernah berlayar mengarungi samudra menuju Madagaskar dengan menggunakan perahu Cadik. Wow super sekali....dan hal ini akan tidak akan dipercaya oleh anda bila melihat suku Dayak Maanyan yang sekarang ini yang hidup jauh dari suku bangsa maritim.

Diawal keruntuhanya kerajaan Nansarunai mulai mendapat intimidasi dari berbagai kerajaan yang ada disaat itu seperti kerajaan Sriwijaya(Pulau Sumatra) dan Majapahit(Pulau Jawa).  Dan pada akhirnya tahun 1355 masehi, kerajaan Nan Sarunai jatuh dan takluk kepada kerajaan Majapahit dibawah komando Empu Jatmika. Dengan jatuhnya kerajaan Nansarunai  ketangan pemerintahan Majapahit, maka kerajaan baru pun di bentuk untuk mengganti ke-eksisan kerajaan yang sebelumnya dengan nama kerajaan Negara Dipa.

Page 13: Budaya Politik Jawa

Keruntuhan kerajaan Nansarunai membuat masyarkat Dayak Maanyan  tercerai-berai  dan meninggalkan daerah yang sebelumnya telah menjadi  tanah leluhurnya. Keruntuhan ini juga sekaligus mengubah beberapa budaya dan kebiasaan suku Dayak Maanyan, namun pada dasarnya budaya nenek moyangnya tidak ada yang berubah. Sehingga sampai sekarang sebagian masyarakatnya dan masyarakat pada umunya belum mengetahui sejarah dan background suku Dayak Maanyan yang sebenarnya berbeda 180 derajat dari kenyataan kehidupanya yang sekarang ini.

Wilayah yang dahulu menjadi wilayah kerajaan Nansarunai saat ini adalah wilayah Kalimantan Selatan yang didiami oleh suku banjar yang notabennya adalah suku yang diturunkan dari keturunan suku Dayak Maanyan dengan suku Melayu Palembang(Sriwijaya). Sementara itu setelah peristiwa “Usak Jawa” atau kehancuran kerajaan Nansarunai suku Dayak Maanyan, lari dan mendiami berbagai wilayah di Kalimantan Tengah seperti di wilayah Buntok, Telang, Patai, Ampah, Tampa, Dayu, Tamiang Layang, dan Balawa serta berbagai daerah lainya.

Dan apa yang membuat artikel tentang kerajaan Nansarunai ini menarik. Yah karena beberapa hal bila terbukti dalam penelitian akan merubah sejarah yang ada di Indonesia. Namun masalahnya, sampai saat ini penelitian itu nihil sekali hampir tidak ada yang peduli.

Page 14: Budaya Politik Jawa

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT MELAYU

Sistem politik Melayu adalah musyawarah, musyawarah dijalankan di dalam lumbung yang

dipimpin oleh ketua atau pemangku adat setempat. Lumbung disini bukan hanya tempat

penyimpanan padi atau hasil bumi lainnya, namun juga berfungsi sebagai wadah untuk

menyimpan segala aset masyarakat setempat baik yang bergerak maupun yang diam yang

ditujukan untuk mengangkat harkat dan martabat hidup pribumi setempat. Musyawarah yang

dijalankan biasanya membahas mengenai pengelolaan sistem tanah adat berdasarkan budaya dan

adat setempat. Sehingga sistem musyawarah yang dijalankan akan memiliki corak dan karakter

yang berbeda antara daerah yang satu dengan yang lainnya. Disini dapat dilihat bahwa suku

Melayu telah mengenal sistem politik yang egaliter dan mengakar kepada budayanya. Maka

tidak mengherankan bahwa suku Melayu mempunyai ikatan persaudaraan yang kuat, sebab

musyawarah memaknakan adanya tolong-menolong dan kesetiakawanan sosial sebagai suatu

permufakatan. Musyawarah juga merupakan sarana dimana rakyat dapat diposisikan untuk

membangun aturan-aturan dasar dalam kehidupannya baik pada tatanan nilai maupun pada

tatanan norma yang bersumber kepada hukum adat setempat. Sistem musyawarah ini lambat laun

hilang diakibatkan hancurnya sistem tanah adat melalui culture stelsel yang diberlakukan oleh

kaum penjajah. Hancurnya sistem tanah adat berakibat kepada hilangnya musyawarah dalam

kehidupan masyarakat melayu. Hal ini diperparah dengan dipecah belahnya suku Melayu yang

Page 15: Budaya Politik Jawa

berada di wilayah Kalimantan Utara dengan wilayah Kalimantan lainnya dengan pendirian

federasi Malaysia yang dibentuk atas bantuan militer Inggris

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT MELAYU

Kata “politik” awalnya berasal dari bahasa Yunani, "Polis", yang kemudian dalam bahasa Inggris berubah menjadi “Politics”. Menurut Aristoteles, politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.[1] Sedangkan menurut Weber, politik adalah sarana perjuangan untuk mendistribusikan kekuasaan, baik di antara negara-negara maupun di antara kelompok-kolompok dalam suatu negara.[2] Sementara menurut Harold D. Lasswell, politik adalah perkara “siapa mendapatkan apa, kapan, dan dengan cara bagaimana”.[3] Menurut Joyce Mitchell, politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijakan umum untuk masyarakat seluruhnya.[4] Sedangkan menurut Karl W Deutch, politik adalah pengambilan keputusan melalui sarana umum.

Dalam bahasa Arab, kata “politik” disebut dengan “siyasah” yang berasal dari akar kata sasa-yasusu-siyasatan. Maknanya adalah pengaturan urusan. Imam al-Bujairimi dalam Kitab At-Tajrid Linnafi` al-`Abid, menyatakan bahwa siyasah adalah memperbaiki dan merencanakan urusan rakyat. Lalu Ibnu Qoyyim dalam kitab `Ilamul Muaqqi`in menyebutkan dua macam politik, yakni siyasah shahihah (benar) dan siyasah fasidah (salah)[5].

Sementara dalam sejarah tradisional Melayu, pengertian politik lebih dititikberatkan pada konsep raja dan kerajaan; sistem pemerintahan dan kekuasaan.[6] Menurut Milner, kegiatan politik Melayu bisa diistilahkan bahwa orang-orang Melayu menganggap diri mereka hidup bukan di bawah status atau pemerintah tetapi di dalam kerajaan di mana wujudnya seorang pemerintah bertaraf raja.[7] Pengangkatan raja dan penegakan sebuah dinasti atau kesultanan di Melayu sudah berlangsung sejak tahun 1400. Menurut Gullick, peristiwa itu sebagai tanda dimulainya sebuah sistem politik bumiputera (Nusantara).[8]

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa politik adalah segala urusan dan tindakan mengenai kenegaraan, sistem pemerintahan, dan kebijakan dalam mengatur dan memperbaiki rakyat.

 

Page 16: Budaya Politik Jawa

Sistem Pemerintahan Melayu dan Islam

Sistem Pemerintahan Melayu

Sistem pemerintahan adalah sistem menjalankan wewenang dan kekuasaan dalam mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik suatu negara atau bagian-bagiannya.[9] Dalam sejarah Melayu, sistem pemerintahan Melayu mempunyai dua konsep: kerajaan dan negeri.[10]

1. Konsep Kerajaan

Kerajaan diartikan sebagai bentuk pemerintahan yang dikepalai oleh seorang raja.[11] Sedangkan menurut J.S. Roucek dan R.L Warren, kerajaan merupakan sebuah organisasi yang menjalankan otoritas terhadap semua rakyatnya demi menjaga keamanan dan ketenteraman serta melindungi mereka dari ancaman luar.[12]

Konsep kerajaan dalam sistem pemerintahan Melayu sudah ada sejak zaman Sriwijaya di Palembang. Dalam sistem ini, raja menduduki tingkat paling atas dalam struktur kerajaan. Sistem ini bermula dengan pemerintahan Nila Utama yang bergelar Seri Teri Buana yang ditunjuk oleh Demang Lebar Daun untuk menggantikan kedudukannya.[13] Kemudian sistem pemerintahan warisan Sriwijaya ini dipraktikkan oleh keturunan mereka di Singapura, Melaka, dan beberapa daerah lain di Melayu.

Dalam pelaksanaan konsep ini, kedudukan serta hak raja tidak dapat dipermasalahkan apalagi diganggu-gugat. Raja juga diperbolehkan untuk berbuat apa saja. Umpamanya ketika menjatuhkan hukuman mati kepada pembesar kerajaan atau rakyatnya, ia tidak perlu meminta pertimbangan kepada para pembesar lain.[14] Contohnya adalah hukuman mati terhadap Tun Jana Khatib di Singapura oleh Paduka Seri Maharaja.

Konsep kerajaan juga tidak dibatasi oleh tempat dan wilayah. Maka, pepatah Melayu yang berbunyi, “di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung” diartikan sebagai ke mana raja pergi maka di sanalah kerajaannya.[15] Sehingga, sebuah kerajaan bisa berdiri tanpa adanya sebuah negeri.[16]

2. Konsep Negeri

Penggunaan istilah “negeri” di Melayu sudah ada sejak 500 tahun lalu.[17] Menurut Wilkinson, istilah “negeri” berasal dari bahasa sanskrit yang berarti “settlement, city-state, used loosely of any settlement, town, or land”.[18] Konsep negeri diartikan sebagai sebuah organisasi yang menjalankan undang-undang kepada seluruh rakyatnya.[19] Negeri juga bisa diartikan sebagai tanah tempat tinggal suatu bangsa.[20] Dari konsep ini, negeri tidak hanya mencakup wilayah kekuasaannya, tetapi termasuk juga seluruh jajahannya atau negeri taklukannya. Sehingga, konsep negeri lebih luas artinya dibandingkan konsep kerajaan.

Page 17: Budaya Politik Jawa

Untuk membuka sebuah negeri, digambarkan ada sekumpulan orang yang dipimpin oleh seorang raja atau keturunannya dengan diikuti oleh menteri, punggawa kerajaan, hulubalang, rakyat, dan bala tentara pergi ke suatu tempat, dan pada akhirnya berhenti di beberapa tempat di mana anak-anak bermain dan orang laki-laki berburu.[21]

Negeri meliputi wilayah yang telah dibersihkan. Pada umumnya, negeri mempunyai dua struktur utama, yaitu parit dan istana balairung yang dibuat sebelum pemimpin memasuki negerinya.[22] Selain itu, negeri baru dapat dianggap lebih lengkap jika terdapat masjid, pasar, dan balai istana.

Negeri mempunyai hukum yang berbeda dengan jajahannya. Dalam Undang-undang Kedah, misalnya, dibedakan antara pembesar negeri dan pembesar jajahannya.[23] Di samping itu, negeri juga dianggap sebagai pusat kemajuan. Tingkat kemakmurannya diukur berdasarkan jumlah penduduk dan pedagang yang ada.

Orang yang tinggal di luar negeri dianggap berbeda dengan orang yang tinggal di dalam negeri. Perbedaan itu kadang-kadang berdasarkan agama dan negeri digambarkan sebagai pusat agama Islam.[24] Misalnya di Sumatra, orang yang tidak mau masuk Islam meninggalkan negerinya dan dinamakan Gayo oleh orang yang tinggal di dalam negeri.[25]

Dengan demikian, istilah “negeri” dalam sejarah Melayu bisa diartikan sebagai tempat kediaman yang tetap dan cukup padat, dibuka atas keputusan seorang yang mempunyai kuasa politik tertentu bagi diri dan rakyatnya.

Page 18: Budaya Politik Jawa

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT MELAYU

Dunia Melayu sebagai puak kebudayaan, telah meninggalkan jejak sejarah yang penuh dengan

mitos. Di sana, ada serangkaian kisah tentang keagungan sebuah komunitas etnis yang mendiami

wilayah Semenanjung. Meskipun sejak Mei 1824, secara politik, kerajaan Melayu, termasuk di

dalamnya masyarakat dan kebudayaannya, terbelah melalui Traktat London, hubungan sosio-

kultural masyarakat di kawasan itu tetap berjalan, tanpa merasa ada sekat-sekat politik yang

memisahkannya. Perjanjian antara Inggris dan Belanda itu memang membagi dua kerajaan Riau–

Page 19: Budaya Politik Jawa

Lingga—Johor dan Pahang dalam wilayah kekuasaan Inggris dengan sempadan Selat Singapura

dengan kekuasaan Belanda di Bangkahulu

Secara politik, ada dua kekuasaan kolonial yang berbeda ketika itu, yaitu Inggris dan Belanda.

Lalu, ada batas-batas geografi yang memisahkan komunitas Melayu. Secara sosio-kultural, sekat

politik itu tidak berlaku ketika mereka mengusung puak kebudayaan Melayu. Dalam hal ini, isu

keserumpunan menjadi alat perekat dan puak Melayu secara sadar sengaja memanfaatkannya

untuk menggugah emosi kemelayuan. Itulah yang terjadi dalam diri komunitas Melayu di

kawasan Semenanjung ketika belum ada sekat-sekat wilayah politik kenegaraan. Maka, ketika

balatentara Jepang menggantikan kekuasaan kolonial Inggris, 15 Februari 1942 dari kawasan

Semenanjung dan mengusir Belanda dari Pulau Jawa, 8 Maret 1942, keadaan itu makin

mempererat hubungan kultural komunitas Melayu di kawasan itu

Kini, secara politik, puak Melayu seperti terpecah dan terhalang oleh geografi batas teritorial

negeri berdaulat, terutama oleh empat wilayah kemelayuan yang sering kali dilabeli Melayu

serumpun, yaitu Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Provinsi Riau (Daratan dan

Kepulauan) yang berada di wilayah Indonesia

Ada dua hal yang menjadi tali pengikat puak Melayu di kawasan ini. Pertama, kesadaran kultural

kemelayuan. Kedua, kesadaran keimanan yang dianut mayoritas pendudukan di kawasan ini,

yaitu agama Islam. Kedua hal itulah yang kerap menjadi perekat yang secara emosional

menumbuhkan semangat dan sentimen yang sama, yaitu kesadaran kemelayuan. Persoalannya

kemudian, bagaimana sentimen kemelayuan—yang kerap diberi label atas nama keserumpunan

— bergerak menjadi sebuah semangat membangun dunia Melayu. Lalu, bagaimanakah

membangun kembali keagungan kebudayaan Melayu dalam situasi seperti itu? Apakah itu tak

sekadar romantika masa lalu atau ada tujuan lain yang melatardepaninya

Sejarah telah mencatat bahwa usaha menyatukan puak Melayu secara politik, selalu gagal

lantaran di dalamnya ada kedaulatan negeri-negeri yang merdeka. Persoalannya tentu saja tidak

gampang diselesaikan jika aspek politik menjadi pilihan. Kini, usaha itu juga dipandang sudah

tidak realistik lagi. Maka, meskipun ada sekat politik yang berkaitan dengan kedaulatan negara,

Page 20: Budaya Politik Jawa

kesadaran kemelayuan tidak lagi diperlakukan sebagai kesadaran etnik, melainkan sebagai

sebuah ras yang mendiami wilayah geografi yang sangat luas, mulai komunitas di kawasan

Semenanjung, Patani (Muangthai), Mindanau (Filipina) sampai ke wilayah Madagaskar dan

Afrika Selatan. Itulah potensi dunia Melayu yang akan mempertemukan kembali kesadaran

keserumpunan puak Melayu.

Page 21: Budaya Politik Jawa

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT CHINA

Menurut definisi resminya, RRC merupakan suatu negara komunis karena ia memang merupakan negara komunis pada kebanyakan abad ke-20 yang lalu. Secara resmi ia masih dikenal sebagai negara komunis, meskipun sejumlah ilmuwan politik kini tidak mendefinisikannya sebagai negara komunis. Tiada definisi yang tepat yang dapat diberikan kepada jenis pemerintahan yang diamalkan negara ini, karena strukturnya tidak dikenal pasti. Salah satu sebab masalah ini ada adalah karena sejarahnya, Cina merupakan negara yang diperintah oleh para kaisar selama 2000 tahun dengan sebuah pemerintahan pusat yang kuat dengan pengaruh Kong Hu Cu. Setelah tahun 1911 pula, Cina diperintah secara otokratis oleh KMT dan beberapa panglima perang dan setelah 1949 pula didobrak partai komunis Cina.

Rezim PRC sering dikatakan sebagai otokratis, komunis dan sosialis. Ia juga dilihat sebagai kerajaan komunis. Anggota komunis yang bersayap lebih ke kiri menjulukinya negara kapitalis. Memang, negara Cina semakin lama semakin menuju ke arah sistem ekonomi bebas. Dalam suatu dokumen resmi yang dikeluarkan baru-baru ini, pemerintah menggariskan administrasi negara berdasarkan demokrasi, meskipun keadaan sebenarnya di sana tidak begitu.

Pemerintah RRC dikawal oleh Partai Komunis Cina (CCP). Walaupun terdapat sedikit-banyak gerakan ke arah liberalisasi, seperti pemilu yang sekarang diadakan di peringkat kampung dan sebagian badan perwakilan menampakkan sikap tegas mereka dari masa ke masa, partai ini terus memiliki kawalan terutama atas pemilihan jabatan-jabatan pemerintahan. Walaupun negara menggunakan cara otokratis untuk mengusir elemen-elemen penentangan terhadap pemerintahannya, ia pada masa yang sama juga mencoba mengurangi penentangan dengan memajukan ekonomi, membenarkan tunjuk perasaan pribadi, dan melayani para penentang yang dianggap tidak berbahaya terhadap pemerintah secara lebih adil.

Penyaringan terhadap dakyah-dakyah politik juga rutin, dan RRC secara berang menghapuskan protes atau organisasi apapun yang dianggapnya berbahaya terhadap pemerintahannya, seperti yang terjadi di Tiananmen pada tahun 1989. Akan tetapi, media republik rakyat ini semakin aktif menyiarkan masalah sosial dan menghebohkan gejala 'penyogokan' di peringkat bawahan pemerintahan. RRC juga begitu berhasil menghalangi gerakan informasi, dan ada masanya mereka terpaksa mengganti polisi mereka sebagai tindakan balas terhadap protes rakyat. Walaupun penentangan berstruktur terhadap CCP tidak dibenarkan sama sekali, demonstrasi rakyat semakin lama semakin kerap dan dibiarkan. Baru-baru ini, Hu Jintao yang ingin

Page 22: Budaya Politik Jawa

memopulerkan gambaran konservatif, meningkatkan pengawalan pemernitahan atas harian-harian, termasuk harian-harian luar termasuk New York Times. Namun tidak dinafikan ini kemungkinan juga bersumber dari sifat harian-harian Barat yang sering menyeleweng dalam memberi laporan yang sebenarnya dan bersifat angkuh dan biadab serta tidak faham sensitivitas negara Timur.

Popularitas PKC di kalangan rakyat sukar diukur, karena tiada pemilu di tingkat nasional, dan apabila orang Cina ditanya secara sendirinya pula, ada sebagian yang menyokong dan ada pula yang membangkang. Secara umum, banyak dari mereka yang suka akan peranan pemerintahan mengabadikan stabilitas, yang membolehkan ekonomi maju tanpa masalah apapun. Antara masalah-masalah politik yang utama di Cina adalah jurang sosial di antara kaya dan miskin dan gejala suap yang berlaku karena biokrasi pemerintahan.

Terdapat juga partai politik yang lain di RRC, walaupun mereka hanya sekadar sub-partai atau parti yang rapat dengan PKC. PKC mengadakan dialog dengan mereka melalui suatu badan perhubungan khusus, yang dinamai Dewan Perhubungan Cadangan Rakyat Cina (CPPCC) yang dipertimbangkan RRC. Cara ini lebih disukai pemerintahan dibandingkan pemilu. Kendati begitu, partai ini secara totalnya tidak memberi kesan apapun terhadap polisi dan dasar-dasar kerajaan. Fungsi badan perhubungan khusus ini lebih kepada mata luaran CPP, walaupun terdapat pengawai badan ini di semua tingkat pemerintahan.

Page 23: Budaya Politik Jawa

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT CHINA

Republik Rakyat Tiongkok adalah negara sosialis diktatur demokrasi rakyat di bawah pimpinan kelas buruh dengan persekutuan buruh dan tani sebagai dasarnya. Sistem sosialis adalah sistem pokok Republik Rakyat Tiongkok.

    Undang-Undang Dasar

    Undang-undang Dasar adalah undang-undang pokok negara. Undang-undang Dasar tersebut pada umumnya menentukan isi-isi penting antara lain prinsip pokok sistem sosial dan negara dari suatu negara, prinsip pokok organisasi dan kegiatan instansi negara, serta hak dan kewajiban pokok warga negara. Ada pula yang menentukan bendera dan lagu nasional , lambang negara dan ibu kota serta sistem lain yang dipandang penting oleh kelas berkuasa, dan meliputi semua bidang kehidupan negara. Undang-undang Dasar mempunyai efek hukum tertinggi, merupakan dasar untuk menetapkan hukum lain, segala hukum dan peraturan tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang Dasar.

    Sistem Kongres Rakyat    Sistem Kongres Rakyat adalah sistem politik mendasar Tiongkok, adalah bentuk organisasi kekuasaan politik dari diktatur demokrasi rakyat Tiongkok, dan adalah bentuk pemerintahan Tiongkok. Berbeda dengan parlemen di bawah sistem “trias politika ” Barat, Kongres Rakyat Nasional KRN Tiongkok dikukuhkan oleh UUD Tiongkok sebagai badan kekuasaan negara tertinggi. Semua warga negara Tiongkok yang umurnya 18 tahun ke atas semuanya mempunyai hak memilih atau dipilih menjadi wakil kongres rakyat. Di Tiongkok, dalam Kongres Rakyat berbagai tingkat, wakil kongres rakyat tingkat kecamatan dan kebupaten dipilih secara langsung, tapi ke tingkat yang lebih tinggi wakil kongres rakyat dipilih secara tidak langsung. Kongres Rakyat Nasional terdiri atas wakil-wakil dari berbagai propinsi, daerah otonom, kota setingkat propinsi dan tentara Tiongkok dengan masa baktinya 5 tahun, dan mengadakan Sidang lengkap setiap tahun.    Sistem Kerjasama Multi Partai dan Musyawarah Politik

Page 24: Budaya Politik Jawa

    Sistem kerjasama multi partai dan musyawarah politik di bawah pimpinan Partai Komunis Tiongkok adalah sebuah sistem politik pokok Tiongkok.  Tiongkok adalah negara multi partai. Selain Partai Komunis Tiongkok, masih terdapat 8 partai demokratis . Partai-partai demokratis itu telah ada sebelum berdirinya Republik Rakyat Tiongkok, mereka mendukung pimpinan Partai Komunis Tiongkok di bidang politik, ini merupakan pilihan sejarah yang diambil mereka dalam kerjasama berjangka panjang dan proses perjuangan bersama dengan Partai Komunis Tiongkok. Partai Komunis Tiongkok dan berbagai partai demokratis harus menjadikan UUD sebagai patokan kegiatan fudamentalnya. . Semua partai demokratis merdeka di bidang organisasi, mempunyai kebebasan politik, kemerdekaan organisasi dan kedudukan hukum yang setara dalam lingkungan yang ditetapkan UUD. Pedoman pokok kerjasama Partai Komunis Tiongkok dengan berbagai partai demokratis yalah hidup berdampingan dalam jangka panjang, saling mengawasi, berhati terbuka serta senasib sepenanggungan .  Partai- partai demokratis Tiongkok buka partai oposisi, melainkan partai yang berpartisipasi dalam urusan pemerintahan dan politik. Isi pokok partisipasi partai-partai tersebut adalah sebagai berikut: ikut serta dalam musyawarah tentang politik dan pedoman penting negara serta calon pemimpin negara, ikut serta dalam pengelolaan urusan negara, ikut serta dalam penetapan dan pelaksanaan pedoman, kebijkan, hukum dan peraturan negara.  Dalam pengambilan langkah penting atau pemutusan masalah penting yang menyangkut ekonomi negara dan penghidupan rakyat, Partai Komunis Tiongkok sebelumnya pasti mengadakan musyawarah dengan Partai-partai demokratis dan tokoh-tokoh non-partai, untuk secara luas mendengar pendapat dan usul mereka, kemudian baru diambil keputusan. Partai-partai demokratis dan tokoh-tokoh non-partai mempunyai wakil dalam proporsi tertentu dalam KRN beserta komite tetapnya, dalam komisi khusus tetap, dalam KR berbagai tingkat untuk dapat dengan lebih baik ambil bagian dalam urusan politik dan pemerintahan dan memainkan peranan pengawasan, dan memainkan peranan dalam Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat MPPR Tiongkok serta merekomendasi tokoh-tokoh partai demokratis dan non-partai menjabat pimpinan di pemerintah berbagai tingkat serta badan hukum.  Bentuk kerjasama multi-partai dan permusyawaratan politik terutama sebagai berikut: pertama, Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat MPPR. MPPR adalah forum penting di mana berbagai partai, berbagai organisasi rakyat dan tokoh representiatif berbagai kalangan berpartisipasi dalam urusan politik dan pemerintahan. Kedua, temu wicara yang diselenggarakan Komite Sentral Partai kOmunis Tiongkok dan Komite Partai daerah berbagai tingkat dengan totoh-tokoh partai demokratis dan non-partai untuk melaporkan keadaan penting, dan mengadakan musyawarah tentang masalah kebijakan dan pedoman penting, daftar calon pemimpin pemerintah pusat dan daerah, daftar calon anggota KRN, MPPR, mendengarkan usul dan pendapat mereka. Ketiga, wakil KRN dari berbagai partai demokratis berpartisipasi dalam urusan politik dan pemerintahan dan memainkan peranan pengawasan dengan status wakil rakyat. Keempat, memilih anggota berbagai partai demokratis menjabat pimpinan di dewan negara dan berbagai departemen serta pemerintah tingkat kabupaten ke atas serta berbagai bagiannya. Kelima, mengrekomendasi anggota-anggota dari berbagai partai demokratis yang sesuai syarat untuk menjabat pimpinan badan kejaksaan dan pengadilan.

Page 25: Budaya Politik Jawa

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT CHINA

 

Dahulu Negara China diperintah oleh Kaisar. Tunduk kepada Kaisar adalah harga mati, sehingga pada zaman Kekaisaran, Kaisar menyuruh rakyat untuk membangon tembok besar China meski harus mengorbankan ratusan ribu jiwa. Tembok besar China ini dibangun di puncak-puncak bukit dan panjangnya sekita sepanjang 6000 KM. Kalau ada pekerja yang mati, maka langsung dikuburkan di dekat situ. Jadi, tembok besar China itu sebenarnya angker karena ada alam arwahnya.

Setelah itu Negara China dipimpin oleh Komunis. Pemerintahan Komunis ditambah dengan etos kerja bangsa China yang luar biasa, menjadikan Negara China memperoleh untung besar. Kenapa?, karena nilai yang dimakan oleh masing-masing orang China , lebih sedikit dari pada nilai hasil kerja mereka. Ibaratnya: kalau nilai kerjanya Rp. 20.000 perhari, maka dia hanya memakainya sebanyak Rp, 10.000 sehari, sedangkan yang Rp. 10.000 lainnya menjadi hak Negara, sehingga yang semakin kuat adalah Negaranya. Ini terjadi pada waktu pemerintahan Komunis dipimpin oleh tokoh bernama Mao Zedong.

Setelah Mao Zedong meninggal dunia, sistem ekonomi China diubah, namun politiknya tetap berhaluan Komunis. Artinya: orang China masih diperintahkan untuk kolektivitas, tapi ekonomi China mulai dibuka pelan-pelan. Dari situ, mulai ada ekspor dan impor, investasi, dsb. Bahkan lebih dari 4 juta anak-anak muda China , dikirim ke seluruh dunia untuk belajar membuat barang-barang yang dibuat di negara-negara yang mereka tempati. Semua itu dibiayai oleh Negara.

Akhirnya ekonomi China meledak dan berkembang sangat pesat. Kenapa?, karena bangsa China itu tidak suka hidup mewah, di samping karena budaya, juga karena faktor politik Komunisme yang dianut. Jadi, Negara China itu dari Komunis, bergeser ke arah Sosialis yang agak longgar, bahkan sekarang menjadi Kapitalis, namun bukan “dikapitalisi” oleh orang lain.

Dalam tempo kurang dari 20 tahun, kota-kota besar di China disulap menjadi lebih hebat dari Washington dan New York . Jadi, di sana saya seperti memasuki daerah yang aneh, karena saya

Page 26: Budaya Politik Jawa

dulu pernah ke China , tapi tidak seperti yang sekarang ini. Sekarang ini Negara China luar biasa hebatnya dan mulai menggeser posisi ekonomi Barat. Kenapa itu bisa terjadi?, karena RRC tidak mau terikat dengan semua ikatan ekonomi internasional, baik itu IMF, ILO, WTO, dsb. Sehingga RRC ini berjalan tidak berdasarkan konsensus internasional, melainkan menggelinding sendirian dengan kekuatan raksasa yang mereka miliki.

Hidup bangsa China tetep sederhana, karena mereka mempunyai budaya yang mengacu kepada filsafat Konghucu. Sekalipun bangsa China adalah komunis yang menganut ajaran tidak bertuhan (atheisme), tapi sebenarnya mereka masih mendewakan Kongfuche sampai hari ini. Orang China yang beragama Kristen menganut Konghuchu, orang China yang beragama Islam juga menganut Konghuchu, dsb. Konghuchu sudah menjadi agama negara dan agama bangsa.

Umat Islam di China tidak besar, jumlah mereka kurang lebih sekitar 50 juta saja. Apa artinya 50 juta muslim di tengah-tengah 1.3 milyar penduduk RRC. Orang Islam di sana rata-rata sudah berusia tua yang kelasnya “Husnul khatimah”. Nah, yang menarik bagi saya dan mungkin cocok dengan kandungan Hadits di atas adalah bahwa bangsa China itu selalu hidup di bawah jumlah penghasilannya. Saya kira, sikap ini perlu kamu tiru. Tidak ada orang China yang menghabiskan uang Rp. 10.000 sehari, kalau penghasilannya tidak mencapai Rp. 15.000. Ketika orang China masih berpenghasilan Rp. 5.000, maka dia hanya makan sebanyak Rp. 4.000 saja. Jadi, bangsa China itu pantang memakan habis hasil keringatnya dan harus ada sisa dari hasil keringatnya tadi.

Bangsa China sudah terbiasa hidup sederhana. Mereka bisa bikin mobil, motor, dsb. Mereka juga bisa meniru sepeda motor model Harley Davidson. Meskipun demikian, mereka jarang naik sepeda motor. Saya lihat di kota Peking, kalau orang mau bepergian yang jaraknya kurang dari 1 KM, maka mereka memilih jalan kaki; kalau lebih dari 1 KM, mereka memilih naik sepeda; dan kalau lebih dari 5 KM, maka mereka memilih naik bus. Kalau sudah kaya betul, baru mereka mempunyai mobil; itupun jarang dipakai, karena mereka lebih suka naik bus sekalipun sudah mempunyai mobil sendiri. Alasan mereka sederhana dan rasional, yaitu jalan kaki itu lebih hemat, lebih sehat, lebih selamat, dan anti-polusi.

Di sana juga banyak sepeda pancal, namun sepeda yang dipakai itu jelek-jelek, karena yang baik-baik itu untuk dijual. Jadi, bangsa China ini mempunyai sifat-sifat yang agak aneh dibandingkan dengan bangsa-bangsa yang lain. Orang China itu kalau yang terbaik untuk dijual, sedangkan yang jelek untuk dipakai sendiri. Di RRC jarang ada rumah mewah, yang banyak adalah rumah susun, maklum jumlah penduduknya milyaran orang. Sedangan bangunan yang megah-megah adalah semacam universitas, pertokoan, mall, kantor, dsb.