15
TUGAS KEWARGANEGARAAN SEJARAH BERDIRINYA ORGANISASI DI INDONESIA OLEH : Fachrul Ekky A.P. / 410015175 / 2015 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA 2015

Budi Utomo

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas

Citation preview

Page 1: Budi Utomo

TUGAS KEWARGANEGARAAN

SEJARAH BERDIRINYA

ORGANISASI DI INDONESIA

OLEH :

Fachrul Ekky A.P. / 410015175 / 2015

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL

YOGYAKARTA

2015

Page 2: Budi Utomo

Sejarah Lahirnya Budi Utomo

Budi Utomo (ejaan van Ophuijsen: Boedi Oetomo) adalah sebuah organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr.   Sutomo  dan para mahasiswa STOVIA yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji pada tanggal 20 Mei 1908. Digagaskan oleh Dr.Wahidin Sudirohusodo. Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan tetapi tidak bersifat politik. Berdirinya Budi Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia walaupun pada saat itu organisasi ini awalnya hanya ditujukan bagi golongan berpendidikan Jawa.

Saat ini tanggal berdirinya Budi Utomo, 20 Mei, diperingati sebagai Hari   Kebangkitan Nasional .

Sejarah

Sepuluh tahun pertama Budi Utomo mengalami beberapa kali pergantian pemimpin organisasi. Kebanyakan memang para pemimpin berasal kalangan "priayi" atau para bangsawan dari kalangan keraton, seperti Raden Adipati Tirtokoesoemo, mantan Bupati Karanganyar (presiden pertama Budi Utomo), dan Pangeran Ario Noto Dirodjo dari Keraton Pakualaman.

Perkembangan

Budi Utomo mengalami fase perkembangan penting saat kepemimpinan Pangeran Noto Dirodjo. Saat itu, Douwes Dekker, seorang Indo-Belanda yang sangat properjuangan bangsa Indonesia, dengan terus terang mewujudkan kata "politik" ke dalam tindakan yang nyata. Berkat pengaruhnyalah pengertian mengenai "tanah air Indonesia" makin lama makin bisa diterima dan masuk ke dalam pemahaman orang Jawa. Maka muncullah Indische Partij yang sudah lama dipersiapkan oleh Douwes Dekker melalui aksi persnya. Perkumpulan ini bersifat politik dan terbuka bagi semua orang Indonesia tanpa terkecuali. Baginya "tanah air api udara" (Indonesia) adalah di atas segala-galanya.

Negerinya, dengan menggunakan uang orang Indonesia sebagai bantuan kepada pemerintah yang dipungut melalui penjabat pangreh praja pribumi, misalnya, rakyat menjadi sangat marah.Kemarahan itu mendorong Soewardi Suryaningrat (yang kemudian bernama Ki Hadjar Dewantara) untuk menulis sebuah artikel "Als ik Nederlander was" (Seandainya Saya Seorang Belanda), yang dimaksudkan sebagai suatu sindiran yang sangat pedas terhadap pihak Belanda. Tulisan itu pula yang menjebloskan dirinya bersama dua teman dan pembelanya, yaitu Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo ke penjara oleh Pemerintah Hindia Belanda (lihat: Boemi Poetera). Namun, sejak itu Budi Utomo tampil sebagai motor politik di dalam pergerakan orang-orang pribumi.

Sarekat Dagang Islam 1911

Syarikat Islam (disingkat SI) dahulu bernama Sarekat Dagang Islam (disingkat SDI) didirikan pada tanggal 16 Oktober 1905 oleh Haji Samanhudi. SDI merupakan organisasi yang pertama kali lahir di Indonesia, pada awalnya Organisasi yang dibentuk oleh Haji Samanhudi ini adalah perkumpulan pedagang-pedagang Islam yang menentang masuknya pedagang asing untuk menguasai komplar ekonomi rakyat pada masa itu. Selanjutnya pada tahun 1912 berkat keadaan politik dan sosial pada masa tersebut HOS Tjokroaminoto menggagas SDI

Page 3: Budi Utomo

untuk mengubah nama dan bermetamorfosis menjadi organisasi pergerakan yang hingga sekarang disebut Syarikat Islam, Hos Tjokroaminotomengubah yuridiksi SDI lebih luas yang dulunya hanya mencakupi permasalahan ekonomi dan sosial. kearah politikdan Agama untuk menyumbangkan semangat perjuangan islam dalam semangat juang rakyat terhadap kolonialismedan imperialisme pada masa tersebut.

Sejarah awal

Sarekat Dagang Islam

Organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) pada awalnya merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh Haji Samanhudi di Surakartapada 16 Oktober 1905, dengan tujuan awal untuk menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang besar Tionghoa. Pada saat itu, pedagang-pedagang keturunan Tionghoa tersebut telah lebih maju usahanya dan memiliki hak dan status yang lebih tinggi dari pada penduduk Hindia Belanda lainnya. Kebijakan yang sengaja diciptakan oleh pemerintah Hindia-Belanda tersebut kemudian menimbulkan perubahan sosial karena timbulnya kesadaran

Peraturan partai pada waktu itu memperbolehkan keanggotaan multipartai, mengingat pada mulanya organisasi seperti Boedi Oetomo dan SI merupakan organisasi non-politik. Semaoen juga memimpin ISDV (PKI) dan berhasil meningkatkan anggotanya dari 1700 orang pada tahun 1916 menjadi 20.000 orang pada tahun 1917 di sela-sela kesibukannya sebagai Ketua SI Semarang.

Akibat dari Perang Dunia I, hasil panen padi yang jelek mengakibatkan membumbungnya harga-harga dan menurunnya upah karyawan perkebunan untuk mengimbangi kas pemerintah kolonial mengakibatkan dengan mudahnya rakyat memihak pada ISDV.

Akibat kemiskinan yang semakin diderita rakyat semenjak Politik Pintu Terbuka (sistem liberal) dilaksanakan pemerintah kolonialis sejak tahun 1870 dan wabah pes yang melanda pada tahun 1917 di Semarang.

Sejarah Berdirinya Muhammadiyah

Pendidikan barat yang diperkenalkan kepada penduduk pribumi sejak paruh kedua abad XIX sebagai upaya penguasa kolonial untuk mendapatkan tenaga kerja, misalnya, sampai akhir abad XIX pada satu sisi mampu menimbulkan restratifikasi masyarakat melalui mobilitas sosial kelompok intelektual, priyayi, dan profesional. Pada sisi lain, hal ini menimbulkan sikap antipati terhadap pendidikan Barat itu sendiri, yang diidentifikasi sebagai produk kolonial sekaligus produk orang kafir. 

Memasuki awal abad XX sebagian besar kondisi yang telah terbentuk sepanjang abad XIX terus berlangsung. Dalam konteks ekonomi, perluasan aktivitas ekonomi sebagai dampak perluasan penanaman modal swasta asing maupun perluasan pertanian rakyat belum mampu menimbulkan perubahan ekonomi secara struktural sehingga kondisi hidup sebagian besar penduduk masih tetap rendah. Di beberapa tempat penduduk pribumi memang berhasil mengembangkan pertanian tanaman ekspor dlan mendapat keuntungan yang besar, akan tetapi ekonomi mereka masih sangat labil terhadap perubahan pasar.

Page 4: Budi Utomo

Di tengah-tengah kemerosotan itu, sejak pertengahan abad XIX muncul ide-ide pemurnian ajaran dan kesadaran politik di kalangan umat Islam melalui pemikiran dan aktivitas tokoh-tokoh seperti: Jamaludin Al-Afgani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan para pendukung Muhammad bin Abdul Wahab. Jamaludin Al-Afgani banyak bergerak dalam bidang politik, yang diarahkan pada ide persaudaraan umat Islam sedunia dan gerakan perjuangan pembebasan tanah air umat Islam dari kolonialisme Barat.

Sementara itu, Muhammad Abduh dan muridnya, Rasyid Ridha, berusaha memerangi kestatisan, syirik, bid'ah, khurafat, taqlid, dan membuka pintu ijtihad di kalangan umat Islam. Restrukturisasi lembaga pendidikan Islam dan mewujudkan ide-ide ke dalam berbagai penerbitan merupakan wujud usaha pemurnian dan pembaharuan yang dilakukan oleh dua orang ulama dari Mesir ini. Rasyid Ridha, misalnya, menerbitkan majalah Al-Manar di Mesir, yang kemudian disebarkan dan dikenal secara luas di seluruh dunia Islam. Sementara itu, ide-ide pembaharuan yang dikembangkan oleh pendukung Muhammad bin Abdlul Wahab dalam gerakan Al Muwahhidin telah mendapat dukungan politis dari penguasa Arab Saudi sehingga gerakan yang dikenal oleh para orientalis sebagai Wahabiyah itu berkembang menjadi besar dan kuat.

National Indische Partij 1912

Indische Partij adalah partai politik pertama di Hindia Belanda, berdiri tanggal 25 Desember 1912. Didirikan oleh tiga serangkai, yaitu E.F.E. Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo dan Ki Hadjar Dewantara yang merupakan organisasi orang-orang Indonesia dan Eropa di Indonesia. Hal ini disebabkan adanya keganjilan-keganjilan yang terjadi (diskriminasi) khususnya antara keturunan Belanda totok dengan orang Belanda campuran (Indonesia). IP sebagai organisasi campuran menginginkan adanya kerja sama orang Indo dan bumi putera. Hal ini disadari benar karena jumlah orang Indo sangat sedikit, maka diperlukan kerja sama dengan orang bumi putera agar kedudukan organisasinya makin bertambah kuat.

Indische Partij, yang berdasarkan golongan indo yang makmur, merupakan partai pertama yang menuntut kemerdekaan Indonesia. Partai ini berusaha didaftarkan status badan hukumnya pada pemerintah kolonial Hindia Belanda tetapi ditolak pada tanggal 11 Maret 1913, penolakan dikeluarkan oleh Gubernur Jendral Idenburg sebagai wakil pemerintah Belanda di negara jajahan. Alasan penolakkannya adalah karena organisasi ini dianggap oleh kolonial saat itu dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan bergerak dalam sebuah kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.

Selain itu juga disadari betapa pun baiknya usaha yang dibangun oleh orang Indonesia, tidak akan mendapat tanggapan rakyat tanpa adanya bantuan orang-orangbumiputera. Perlu diketahui bahwa E.F.E Douwes Dekker dilahirkan dari keturunan campuran, ayah Belanda, ibu seorang Indonesia. Indische Partij merupakan satu-satunya organisasi pergerakan yang secara terang-terangan bergerak di bidang politik dan ingin mencapai Indonesia merdeka. Tujuan Indische Partij adalah untuk Hal yang ironis ini mendatangkan cemoohan termasuk dari para pemimpin Indische Partij. R.M. Suwardi Suryaningrat menulis artikel bernada sarkastis yang berjudul Als ik een Nederlander was (Andaikan aku seorang Belanda). Akibat dari tulisan itu R.M. Suwardi Suryaningrat ditangkap. Menyusul

Page 5: Budi Utomo

sarkasme dari Dr. Cipto Mangunkusumo yang dimuat dalam De Expres tanggal 26 Juli 1913 yang diberi judul Kracht of Vrees?, berisi tentang kekhawatiran, kekuatan, dan ketakutan. Dr. Tjipto pun ditangkap, yang membuat rekan dalam Tiga Serangkai, Douwes Dekker mengkritik dalam tulisan di De Express tanggal 5 Agustus 1913 yang berjudul Onze Helden: Tjipto Mangoenkoesoemo en Soewardi Soerjaningrat (Pahlawan kita: Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat). Kecaman-kecaman yang menentang pemerintah Belanda menyebabkan ketiga tokoh dari Indische Partij ditangkap. Pada tahun 1913 mereka diasingkan ke Belanda. Douwes Dekker dibuang ke Kupang, NTT sedangkan Dr. Cipto Mangunkusumo dibuang ke Pulau Banda. Namun pada tahun 1914Cipto Mangunkusumo dikembalikan ke Indonesia karena sakit. Sedangkan Suwardi Suryaningrat dan E.F.E. Douwes Dekker baru kembali ke Indonesia pada tahun 1919. Suwardi Suryaningrat terjun dalam dunia pendidikan, dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara, mendirikan perguruan Taman Siswa. E.F.E Douwes Dekker juga mengabdikan diri dalam dunia pendidikan dan mendirikan yayasan pendidikan Ksatrian Institute di Sukabumi pada tahun 1940. Dalam perkembangannya, E.F.E Douwes Dekker ditangkap lagi dan dibuang ke Suriname, Amerika Selatan.

Pada tahun 1913 partai ini dilarang karena tuntutan kemerdekaan itu, dan sebagian besar anggotanya berkumpul lagi dalam Serikat Insulinde dan Comite Boemi Poetera.Akhirnya pun organisasi ini tenggelam karena tidak adanya pemimpin seperti 3 serangkai yang sebelumnya.

NAHDATUL ULAMA 1926

Nahdlatul 'Ulama (Kebangkitan 'Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam), disingkat NU, adalah sebuahorganisasi Islam besar di Indonesia.[1] Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang pendidikan,sosial, dan ekonomi.

Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran kautradisim terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan "Kebangkitan Nasional". Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana - setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisasi pendidikan dan pembebasan.

Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme, merespon kebangkitan nasional tersebut dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Muhammadiyah pada tahun 1912. Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada 1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan "Nahdlatul Fikri" (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar, (pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.

Partai Nasional Indonesia

Page 6: Budi Utomo

Semakin banyaknya organisasi pemuda yang bermunculan seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan PKI mendorong kaum intelektual pada saat itu untuk membentuk gerakan yang senada dan turut ambil bagian dalam sejarah pergerakan nasional. Berawal dari klub belajar yang kemudian bercita-cita nasional dan menjelma menjadi partai politik seperti Aglemen Studie Club yang berada di Bandung dimana kemudia berubah menjadi Partai nasional Indonesia. Selain itu ada juga partai Bangsa Indonesia yang kemudian berubah menjadi Partai Indonesia Raya yang berasal dari Indische Studie Club di Surabaya.

Partai Nasional Indonesia atau PNI didirikan pada tahun 1927. Digawangi oleh tokoh-tokoh besar seperti Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Ir. Anwari, Sartono SH, Budiarto SH, dan Dr. Samsi PNI tumbuh dan berkembang menjadi salah satu partai politik berpengaruh pada saat itu. Dengan berhaluan nasional PNI termasuk mampu berkembang dengan sangat pesat karena semua golongan dirangkul untuk bergabung dan bersatu.

PNI semakin menunjukkan pengaruhnya dalam melawan penjajahan pada saat itu. Tahun 1927, PNI membentuk sebuah badan koordinasi dari berbagai macam aliran untuk menggalang kesatuan aksi melawan penjajahan. Badan tersbut diberi nama PPPKI atau permufakatan perhimpunan politik kebangsaan Indonesia.Dalam persidangan itu Ir. Soekarno mengajukan pembelaan dengan menyampaikan pidato yang berjudul Indonesia Menggugat. Hakim pada saat itu adalah Mr. Dr. R. Siegembeek van Hoekelen sedang pembela para tokoh Indonesia adalah Sartono SH, Sastromuljono SH, dan Idik Prawiradiputra SH. Namun karena lemahnya posisi bangsa Indonesia pada saat itu ke empat tokoh itu dinyatakan bersalah dan pengadilan negeri Bandung menjatuhkan hukuman pidana kepada Ir. SOekarno dengan 4 tahun penjara, Maskun 2 tahun penjara, Gatot Mangkupraja 1 tahun 8 bulan penjara, dan Suriadinata 1 tahun 3 bulan penjara.

Para pemuda priyayi itu menaruh hormat kepada tradisi Jawa, budaya nenek-moyang yang pernah menjadi penguasa-penguasa perkasa kerajaan Majapahit dan Mataram. Sebagaimana semua priyayi yang lain, mereka sadar sedang hidup di Jaman Edan (}a-man Gila), ketika kesenian Jawa tenggelam. Sebagaimana para anggota Comite voor het Javaans Nationalisme mereka menaruh minat yang besar terhadap budaya Jawa, mendambakan sekali pulihnya Jawa masa lalu. Ketua Satiman mengecam para pemuda Jawa yang untuk memperoleh pendidikan lebih lanjut mereka pergi ke Eropa dan berusaha menjadi orang Barat. Budaya sendiri mereka buang dan lupakan. Satiman membayangkan keadaan budaya jawa itu sebagai tanah bera.

1915 - 1921

Pada saat didirikan, ketuanya adalah Dr. Satiman Wirjosandjojo, dengan wakil ketua Wongsonegoro, sekretaris Sutomo dan anggotanya Muslich, Mosodo dan Abdul Rahman. Tri Koro Dharmo bertujuan untuk mempersatukan para pelajar pribumi, menyuburkan minat pada kesenian dan bahasa nasional serta memajukan pengetahuan umum untuk anggotanya. Hal ini dilakukan antara lain dengan menyelenggarakan berbagai pertemuan dan kursus, mendirikan lembaga yang memberi beasiswa, menyelenggarakan berbagai pertunjukan kesenian, serta menerbitkan majalah Tri Koro Dharmo.

Page 7: Budi Utomo

TKD berubah menjadi Jong Java pada 12 Juni, 1918 dalam kongres I-nya yang diadakan di Solo, yang dimaksudkan untuk bisa merangkul para pemuda dari Sunda, Madura dan Bali. Bahkan tiga tahun kemudian atau pada tahun 1921 terbersit ide untuk menggabungkan Jong Java dengan Jong Sumatranen Bond, namun upaya ini tidak berhasil.

Pada pertengahan tahun 1920 diadakan kongres III di Solo, Jawa Tengah dan pada pertengahan tahun 1921 diadakan kongres ke-IV di Bandung, Jawa Barat. Dalam kedua kongres tersebut, bertujuan untuk membangunkan cita-cita Jawa Raya. dan mengembangkan rasa persatuan di antara suku-suku bangsa di Indonesia.[3]

Namun pada kenyataannya perkumpulan ini mendapatkan pengaruh politik yang cukup kuat yang datang dari Serikat Islam (SI) di bawah pimpinan Haji Agus Salim. Dalam kongresnya pada tahun 1924, pengaruh SI semangkin terasa sehingga mengakibatkan beberapa tokoh yang berpegang teguh pada asas agama Islam akhirnya keluar dari perkumpulan ini dan membentuk Jong Islamieten Bond (JIB).

Pada tahun 1925 wawasan organisasi ini kian meluas, menyerap gagasan persatuan Indonesia dan pencapaian Indonesia merdeka. Pada tahun 1928, organisasi ini siap bergabung dengan organisasi kepemudaan lainnya dan ketuanya R. Koentjoro Poerbopranoto, menegaskan kepada anggota bahwa pembubaran Jong Java, semata-mata demi tanah air. Oleh karena itu, maka terhitung sejak tanggal 27 Desember, 1929, Jong Javapun bergabung dengan Indonesia Moeda.

JONG JAVA

Nama baru Trikoro Darmo yang ditetapkan dalam kongres pertama di Solo tahun 1918 yang artinya Jawa Muda atau Pemuda Jawa. Perkumpulan pemuda pertama, didirikan pada tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta. Pada awal berdirinya, organisasi ini masih dikenal dengan nama Tri Koro Dharmo (Tiga Tujuan Mulia), di bawah pimpinan dr. Satiman Wirjosandjojo. Maksud dibentuknya perkumpulan ini adalah sebagai tempat latihan untuk calon-calon pemimpin nasional yang memiliki rasa cinta tanah air yang tinggi. Anggotanya kebanyakan murid-murid sekolah menengah atas dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada tahun 1918, dalam kongres Tri Koro Dharmo yang pertama di Solo, diputuskan untuk mengganti nama Tri Koro Dharmo menjadi Jong Java, agar pemuda-pemuda dari Sunda dan Madura dapat menjadi anggotanya. Maksud perkumpulan Jong Java adalah membangun suatu persatuan Jawa Raya dengan cara mengadakan ikatan yang erat di antara murid-murid sekolah menengah bangsa Indonesia dan berusaha menambah kepandaian anggota-anggotanya untuk lebih menimbulkan rasa cinta akan kebudayaan sendiri.

Karena kebanyakan anggotanya suku bangsa Jawa, Jong Java masih tetap bersifat Jawa. Pada kongres luar biasa bulan Desember 1922, ditetapkan bahwa Jong Java tidak akan mencampuri aksi atas atau propaganda politik. Jong Java, yang beranggotakan sekitar 2.000 orang, pada kongresnya di akhir Desember 1924 mengalami gangguan, karena adanya usaha Sarekat Islam untuk mempengaruhi tujuan perkumpulan Jong Java. Gangguan pada kongres tersebut datang dari Ketua Pengurus Besar, Samsuridjal, pada saat berpidato didampingi oleh H.A. Salim. Ia menyatakan bahwa dasar Jong Java yang semata-mata nasionalistis itu telah menjauhkan pemuda terpelajar dari ajaran agama Islam..

Page 8: Budi Utomo

1. Jong Indonesia

Perjuangan pemuda ditandai dengan berdirinya perkumpulan Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908. Organisasi ini didirikan oleh pelajar STOVIA dibawah pimpinan R.Soetomo.(Sudiyo;2002:45).

Dengan kesempatan yang diberikan oleh Tri Koro Dharmo tersebut, banyak pemuda dari Sumatera masuk menjadi anggota Tri Koro Dharmo. Pada tanggal 9 Desember 1917, lahirlah organisasi pemuda dari Sumatera bernama “Jong Sumateranen Bond”. Diantara pemuda-pemuda dari Sumatera tersebut, yang lebih dikenal selanjutnya adalah Moh Hatta dan Moh Yamin. Kedua pemuda ini akhirnya terpilih sebagai pemimpin dalam organisasi pemuda itu. (Sudiyo;2002:47).

                  Organisasi pemuda itu lebih menitik beratkan semangat kedaerahan. Hal ini untuk menunjukkan bahwa pergerakan untuk melawan penjajah tidak hanya dilakukan oleh pemuda Jawa saja, tetapi juga daerah-daerah lain ada rasa tidak senang terhadap pemerintah kolonial Belanda. Hanya dalam kesepakatan dan pengalaman dalam perjuangan, maka tidak lagi berjuang secara fisik, melainkan berjuang secara moral, jadi tidak ada perang fisik, melainkan berjuang melalui semangat persatuan dan kesatuan yang dapat dibina melalui pendidikan. Oleh karena itu, pemuda-pemuda harus sekolah untuk memperoleh kecerdasan dan menambah wawasan. (Sudiyo;2002:47).

                  Dengan berprinsip tersebut diatas, maka pada tanggal 12 Juni 1918, nama Tri Koro Dharmo, diubah namanya menjadi “Jong Java”. Selanjutnya diikuti pemuda-pemuda dari daerah lain, dengan mendirikan organisasi pemuda sesuai dengan asal nama daerahnya. Sehingga muncul organisasi: Jong Bataks Bond, Jong Celebes, Jong Minahasa, Jong Ambon, Sekar Rukun, Pemuda Kaum Betawi, Timoresche Jongeren Bond, dan lain-lain. (Sudiyo;2002:47).

                  Salah satu wujud dari pertumbuhan modern Indonesia yakni organisasi kemerdekaan (Jong Indonesia) di mana para pemuda yang tergabung di dalamnya memandang perlu pembaharuan wawasan pada organisasi-organisasi kedaerahan. Mereka memandang perlu adanya organisasi pemuda lepas dari sifat kedaerahan dan mendasarkan diri pada sifat kebangsaan dengan kebangsaan sebagai dasar organisasi. Organisasi ini berada yang berumur 15 tahun keatas. Sebagian besar anggotanya berasal dari pelajar, pada tanggal 27 Februari di kota Bandung dibawa pimpinan Soekarno dan beranggotakan para pemuda yang berumur 15 tahun keatas. Sebagian besar anggotanya berasal dari pelajar-pelajar AMS dan mahasiswa RHS dan pelajar STOVIA.

                  Sesuai dengan sifat dan asal anggotanya, tujuan Jong Indonesia adalah memperluas ide kesatuan Nasional Indonesia “Sebagai realisasi tujuan itu, Jong Indonesia mendirikan organisasi perpaduan, mengadakan kerja sama dengan organisasi-organisasi pemuda, menyelenggarakan rapat, dan sebagainya.

                  Sebagai organisasi yang bersifat Nasional Jong Indonesia mempunyai anggota yang cukup besar dikalang Indonesia (Pemuda). Para penerus berhasil membentuk cabang-cabang yakni Yogyakarta, Solo, dan Jakarta. Organisasi ini merupakan organisasi pemuda yang sangat aktif mencapai cita-cita memiliki peran penting dan setelah sumpah pemuda organisasi ini tetap konsekuen melaksanakan keputusan kongres misalnya dengan adanya Fusi menjadi Indonesia Muda. (Sudiyo; 2002 ; 47).

Page 9: Budi Utomo

2. Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI)

Melalui majalah “Indonesia Merdeka” yang secara sembunyi-sembunyi dikirimkan ke Indonesia, jelas mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap pemikiran para tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia Pada tahun 1925, di Indonesia sudah banyak pelajar-pelajar yang duduk di sekolah lanjutan atas, bahkan di tingkat perguruan tinggi. Ini semua memudahkan cara untuk menebarluaskan cita-cita P.I. yang mengarah kepada cita-cita kemerdekaan (Sudiyo; 1989; 112)

      PPPI juga dapat menampung berbagai pemuda yang telah mempunyai atau menjadi anggota perkumpulan pemuda yang bersifat kedaerahan. Pada masa ini cukup besar. Sebaliknya kehidupan persatuan Nasional semakin subur. Oleh karena itu, akan memudahkan untuk mencapai kesepakatan dalam menggalang persatuan Nasional. Inilah benih-benih terjadinya Ikrar pemuda (Sudiyo; 1989; 130)

      PPPI juga mempunyai hubungan dengan Perhimpunan Indonesia (PI) di negeri Belanda, meskipun secara organisasi PPPI tidak ada hubungan secara langsung namun PPPI banyak mendapat kiriman majalah Indonesia merdeka selundupan dari P.I. oleh karena itu, PPPI mengetahui persis segala sesuatu yang dilakukan PI dinegeri Belanda. Maka tidak aneh lagi, apabila PPPI berusaha keras untuk meneruskan cita-cita PI dengan pemberitahuan perkembangan perjuangan PI dalam forum Internasional. Cita-cita PI dan segala usahanya tersebut disebarkan dikalangan masyarakat Indonesia. Oleh PPPI juga merupakan pergerakan utama dalam penyelengaraan kongres pemuda II. PPPI itu memberi pengaruh besar sekali kepada pemuda-pemuda kebangsaan untuk merealisasi cita-cita persatuan yang sudah beberapa tahun lamanya yang menghinggapi hati sanubari mereka  (Sudiyo; 1989; 131)

        Tentang berbentuk persatuan, PPPI mengusulkan agar semua perkumpulan pemuda besatu dalam satu perkumpulan yang merupakan badan “Fusi”. Usul PPPI ini sebenarnya merupakan ulangan dan usul PPPI yang di ajukan dalam kongres pemuda satu tahun 1926. Karena hal itu dianggap suatu hal yang penting, maka oleh PPPI di ajukan kembali. Sedangkan dari perkumpulan pemuda yang lain, yaitu Jong Java tersebut akan diberi nama”Pemuda Indonesia”. Kedua pendapat ini, sebenarnya telah dibahas dalam Kongres Pemuda I, tetapi belum mendapat keputusan dari Kongres tersebut. (Sudiyo;

         Pada tanggal 28 oktober 1928, maka kongres Pemuda II mengambil keputusan yang dibacakan oleh ketua kongres(Sugono Djoko Puspito):

         Kerapatan pemuda-pemuda Indonesia yang diadakan oleh perkumpulan-perkumpulan pemuda yang berdasarkan kebangsaan dengan namanya: Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Pemuda Indonesia, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Jong Celebes, Jong Ambon, Pemuda Kaum Betawi, dan PPPI membuka rapat pada tanggal 27 dan 28 Oktober 1928 di Jakarta. Sesudahnya menimbang segala isi pidato-pidato dan pembicaraan, maka kerapatan mengambil keputusan:

Pertama : Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia

Kedua : Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia

Page 10: Budi Utomo

Ketiga : Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Setelah mendengar putusan ini, kerapatan mengeluarkan keyakinan asas ini wajib dipakai oleh segala perkumpulan-perkumpulan kebangsaan indonesia, mengeluarkan keyakinan persatuan indonesia diperkuat dengan memperhatikan dasar persatuannya: Kemauan, sejarah, hukum adat, pendidikan dan kepaduan. (Sudiyo; 1989; 146)

Keputusan tersebut, pada mulanya merupakan”IKRAR PEMUDA”, tetapi lama kelamaan terkenal dengan nama”SUMPAH PEMUDA”. (Sudiyo; 1989; 147)

B.   Sumpah pemuda dan Pengaruhnya Bagi Pergerakan Nasional Lainnya

Selanjutnya Sumpah Pemuda 1928, di adakan lagi kongres pemuda di Yogyakarta pada tanggal 24-28 Desember 1928.

Sesungguhnya sewaktu Sumpah Pemuda disetujui pada tanggal 28 Oktober tahun 1928, organisasi-organisasi pemuda pendukung belum menyetujui di adakannya fusi antara organisasi pemuda tersebut seperti yang diusulkan PPPI karena mencapai kesatuan fikiran. (Sagimun;1998:74).

Seperti di atas dikemukakan ide persatuan di kalangan Jong Java yang dahulu bernama Tri Koro Dharmo dalam arti persatuan antara pemuda-pemuda dari seluruh kepulauan telah lama ada bahkan sudah sejak didirikannya di tahun 1915. Ide persatuan ini lebih nyata dengan adanya putusan kongres Jong Java yang ke IV tahun 1921 di Bandung yang merubah pasal 3 anggaran dasar Jong Java demikian rupa sehingga keinginan bersatu dicantumkan dalamanggaran dasar. Setelah dirubah sesuai putusan kongres tersebut, pasal 3 berbunyi:

Kongres menghasilkan suatu keputusan yang penting, yakni akan di adakannya fusi atau gabungan diantara organisasi-organisasi pemuda yang ada. Keputusan itu disetujui oleh Jong Java Jong Sumatra, dan Jong Celebes,. Untuk merealisasikan keputusan tersebut dibentuklah komisi yang kemudian di kenal dengan nama komisi besar Indonesia Muda.

Pada tanggal 23 april 1929 atas undangan pedoman Besar Jong Java wakil-wakil pemuda Indonesia, Pemuda Sumatra dan Jong Java mengadakan rapat yang pertama di gedung IC Kramat 106 Jakarta. Keputusan ialah bahwa mereka menginginkan segera didirikannya perkumpulan baru yang sejalan dengan kemauan persatuan Indonesia dan berdasarkan kebangsaan Indonesia dan juga segera membentuk komisi persiapan yaitu yang dinamakan Komisi Besar Indonesia Muda (KBIM). (Sagimun;1998:77).

Dalam kongresnya di Semarang dari tanggal 23-29 Desember 1929 Jong java membubarkan diri untuk meleburkan diri ke dalam perkumpulan Indonesia Muda. Keputusan berbunyi sebagai berikut:

Kerapatan Besar mengambil keputusandengan memperhatikan Statuten perkumpulan Jong Java dahulu bernama Tri Koro Dharmo, ialah:

Pertam  a : Sedjak dari saat ini perkoempoelan Jong Java daholoe bernama     Tri Koro Dharmo, tidak berdiri lagi.

Page 11: Budi Utomo

Kedoe  a  : Sedjak dari saat ini segala tjabang perkoempoelan Jong Java, dahoeloe bernama tri Koro Dharmo, berdiri di bawah “pemandangan” Komisi Besar perkoempoelan Indonesia Moeda dan wadjib bersatoe didalam perkoempoelan ini. (Sagimun;1998:78).

Mengenai organisasi-organisasi kepanduan yang semula merupakan bagian dari pada organisasi-organisasi pemuda-pemuda yang telah dilebur itu (JJP, INPO,PPS) perlu ditentukan bahwa organisasi –organisasi tersebut dilebur menjadi satu organisasi kepanduan yang besar dengan nama kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) yang berhaluan kebangsaan seperti Indonesia Muda dan berkain leher merah-putih sebagai tanda di milikinya jiwa nasional. (Sagimun;1998:85).