5
1. Pengembangan Mikroalga skala laboratorium (in door) Mikroalga dikembangkan dengan melakukan kultur starter pada air laut 25 ppt dan diberi nutrien Conwy (Amini,2005) didalam ruangan terkontrol dengan suhu optimum diatur 25oC, intensitas cahaya 2000 lux.. Ruangan kultur harus steril dan tidak dicampur dengan bagian-bagian lainnya. Semua peralatan dan ruangan dalam kondisi aseptic bebas dari pencemaran lingkungan. Stock biakan murni/tunggal dari jenis-jenis mikroalgae dikultur didalam suatu wadah yang cukup steril dan aseptic untuk kemudian dipersiapkan pada sediaan kultur masal (out door) dilapangan. Kultur murni dilakukan didalam wadah berukuran 5 mL,10 mL,50 ml,100 ml,500 ml, Dan seterusnya sampai 500 L. (Gambar 1 & 2 ). Fase pertumbuhan mikroalgae skala laboratorium terjadi pada 15 hari kultur dengan menggunakan media tumbuh air tawar / laut steril (air laut salinitas 25 - 30 ppt), suhu 25 o C, intensitas cahaya 2000 lux dan diperkaya dengan larutan pupuk Conwy (Amini, 2005). Pupuk Conwy (Walne) terdiri dari : Larutan A Dilarutkan 100,0 g NaNO 3 , 20,0 g NaH 2 PO 2 .2H 2 O, 45,0 g Na-EDTA, 33,6 g H 3 BO 3 , 0,78 g FeCl 3 , 0,36 g MnCl 2 4H 2 O dalam 1000,0 mL aquadest Larutan B 2,1 g ZnCl 2 , 2,0 g CoCl 2 6H 2 O, 0,9 g CuSO 4 5H 2 O, 10,0 mL HCl pekat, dalam 100,0 mL aquadest Tambahkan pada media air laut perliter dengan larutan A = 1 ml dan 0,01 larutan B.

budidaya mikroalga litbang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hahs

Citation preview

1. Pengembangan Mikroalga skala laboratorium (in door)Mikroalga dikembangkan dengan melakukan kultur starter pada air laut 25 ppt dan diberi nutrien Conwy (Amini,2005) didalam ruangan terkontrol dengan suhu optimum diatur 25oC, intensitas cahaya 2000 lux.. Ruangan kultur harus steril dan tidak dicampur dengan bagian-bagian lainnya. Semua peralatan dan ruangan dalam kondisi aseptic bebas dari pencemaran lingkungan. Stock biakan murni/tunggal dari jenis-jenis mikroalgae dikultur didalam suatu wadah yang cukup steril dan aseptic untuk kemudian dipersiapkan pada sediaan kultur masal (out door) dilapangan.Kultur murni dilakukan didalam wadah berukuran 5 mL,10 mL,50 ml,100 ml,500 ml, Dan seterusnya sampai 500 L. (Gambar 1 & 2 ). Fase pertumbuhan mikroalgae skala laboratorium terjadi pada 15 hari kultur dengan menggunakan media tumbuh air tawar / laut steril (air laut salinitas 25 - 30 ppt), suhu 25 o C, intensitas cahaya 2000 lux dan diperkaya dengan larutan pupuk Conwy (Amini, 2005).Pupuk Conwy (Walne) terdiri dari :Larutan ADilarutkan 100,0 g NaNO3, 20,0 g NaH2PO2.2H2O, 45,0 g Na-EDTA, 33,6 g H3BO3, 0,78 g FeCl3, 0,36 g MnCl24H2O dalam 1000,0 mL aquadestLarutan B2,1 g ZnCl2, 2,0 g CoCl26H2O, 0,9 g CuSO45H2O, 10,0 mL HCl pekat, dalam 100,0 mL aquadestTambahkan pada media air laut perliter dengan larutan A = 1 ml dan 0,01 larutan B.

Gambar 1. Kultur Mikkroalga sebagai starter di BBRP2B, Litbang - DKP

Gambar 2. Pengembangan Mikroalga Laut skala out door BBRP2B-DKP (Sebagai uji bahan baku biofuel)2. Pengembangan Mikroalga secara kultur massal (out door)Kultur masal mikroalgae dilakukan di bak-bak ukuran 1 100 ton (Gambar 2 dan 3) media air laut/tawar dengan pencahayaan sinar matahari untuk proses fotosntesis sebagai pertumbuhan sel. Media air laut yang optimal digunakan kadar garam 25 ppt dan diperkaya dengan pemberian pupuk teknis (Urea, TSP dan ZA atau Fe Cl3). Perbandingan pupuk teknis yang digunakan terdiri dari Urea 150 ppm, NPK 10 ppm,, ZA 10 ppm dan Fe Cl3 3 ppm.( Amini & Samdidi, 2005, Kadek, 1999 dan Sapto, dkk, 2003). Sterilisasi media air tawar/ laut dan semua peralatan dilakukan dengan pemberian kaporit 30 - 150 ppm selama 24 jam kemudian dinetralkan dengan Natrium Tiosulfat. Pada kultur ini diberi aerasi untuk menghomogenkan larutan nutrien dan media pertumbuhan.Inokulasi mikroalga diambil dari kultur starter yang telah disiapkan dalam skala laboratorium

Gambar 3. Pengembangan Mikroalga Laut (100 ton) di BBBL Lampung DKP (Sebagai bahan baku pakan dan biofuel)

Gambar 4. Pengembangan Mikroalga Laut di BBBL Lampung DKP (Sebagai bahan baku pangan, pakan dan biofuel)3. PemanenanPemanenan Mikroalga umumnya dilakukan pada umur mikroalgae 5 7 hari pemeliharaan pada fase eksponensial (fase pertumbuhan). Bila kultur lebih dari 15 hari mikroalga mengalami fase stasionary atau fase menuju kematian dengan diketahui bahwa kepadatan sel didalam kultur sudah mempunyai nilai yang sama / tetap kemudian menurun menuju fase kematian.a. Teknik PemanenanTeknik Pemanenan ini dilakukan dengan 2 cara yaitu menggunakan saringan dan NaOH dengan penjelasan sebagai berikut :1). Menggunakan SaringanPanen dengan menggunakan saringan kain saten atau fillterbag mess size 1 mikron untuk mikroalgae yang mempunyai ukuran lebih dari 10 mikron. Mikroalgae disaring dengan fillterbag atau kain satin dengan menggunakan pompa sampai diperoleh biomassa yang dikehendaki (Gambar 5).

Gambar 5 . Saringan biomassa Mikroalga2). Menggunakan NaOHPanen dengan menggunakan Na OH untuk ukuran mikroalgae 3- 10 um. Biomassa mikroalgae yang akan dipanen dipindahkan kedalam bak satu ton kemudian diberi Na Oh sampai pH mencapai 9 kemudian diaerasi selama 1 jam dan dibiarkan selama 24 jam. Sesudah itu akan terjadi pengendapan biomassa mikroalgae yang kemudian dipisahkan dengan cairan yang jernih, endapan biomassa dikeluarkan lalu dicuci dengan air tawar beberapa kali kemudian biomassa baru ditiriskan dengan kain saten sampai kering atau disimpan didalam kulkas. Bila akan menggunakan produk ini harus dinetralisir lebih dahulu dengan asam sitrat sampai pH menjadi 7,0

Gambar 6. Biomassa Mikroalgab. PengeringanBiomassa mikroalgae sesudah dipanen dapat dikeringkan langsung dengan matahari (Gambar 7) atau dapat dikeringkan pada ruangan ber AC. Pengeringan dengan sinar matahari langsung dan terlalu lama dapat merubah warna dari biomassa mikroalgae. Dapat pula biomassa mikroalgae dikeringkan dengan menggunakan alat drysprayer hasilnya cukup bagus dan tidak merubah warna.

Gambar 7. Pengeringan biomassa Mikroalgac. Persentase biomassa hasil pengembangan MikroalgaBerdasarkan hasil pengembangan mikroalga pada bak-bak ukuran 1 ton dalam media air budidaya, setelah dipanen dapat menghasilkan 2-3 % pasta tiris biomassa basah dan 0,2 0,3 % biomassa kering pada semua jenis mikroalga