32
Buku BI 2 (9 des).indd 1 11/12/2014 14:46:33

Buku BI 2 (9 des).indd 1 11/12/2014 14:46:33 · Buku BI 2 (9 des) .indd 2 11/12/2014 ... Sekarang pelajaran Bahasa Indonesia. Bu Meina masuk ke ruang kelas. “Selamat siang,

Embed Size (px)

Citation preview

Buku BI 2 (9 des).indd 1 11/12/2014 14:46:33

Malam itu, Ayah Gilang sangat repot. Ia baru menerima banyak kiriman barang

untuk warungnya. Ada berkotak-kotak minuman dalam botol, sabun, kopi, susu

cokelat, sereal, dan banyak lagi. Belum lagi beras dalam karung.

Ayah membereskan itu sendirian saja. Ibu sedang merawat adiknya yang demam.

“Aku bantu ya, Ayah,” kata Gilang. “Eh…boleh,” sahut Ayah senang.

2

Buku BI 2 (9 des).indd 2 11/12/2014 14:46:35

3

Buku BI 2 (9 des).indd 3 11/12/2014 14:46:36

Ayah pun memberi instruksi kepada Gilang. Tak terasa sudah tiga jam

mereka membereskan warung. “Uaaah…,” Gilang menguap tanda kelelahan.

“Ha ha ha .... Kamu sudah mengantuk, ya! Tidur sana!”

kata Ayah.

4

Buku BI 2 (9 des).indd 4 11/12/2014 14:46:38

Gilang memang sudah sangat kelelahan. Ia beranjak ke kamar

mandi, mencuci muka dan menggosok gigi. Setelah itu ia tidur dengan nyenyak.

5

Buku BI 2 (9 des).indd 5 11/12/2014 14:46:40

Ia sarapan pagi dan bersiap-siap pergi ke sekolah. Saat membereskan tasnya, tiba-tiba ia teringat kalau

hari ini ada ulangan Sejarah. Aduh, karena sibuk membantu Ayah,

ia jadi lupa belajar Sejarah. Gilang kebingungan sendiri.

Adzan shubuh berkumandang. Gilang bangun lalu berdoa

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

6

Buku BI 2 (9 des).indd 6 11/12/2014 14:46:41

Sebenarnya, Gilang adalah anak yang cerdas di sekolah, tetapi kalau ia tidak

belajar sama sekali, ia pun akan mengalami kesulitan dalam menjawab soal ulangan itu.

Gilang melihat selembar uang kertas Rp2.000. Aha, ia ada akal! Ia membuka buku Sejarahnya

dan mencatat hal-hal penting di uang kertas itu. Tulisannya kecil-kecil dan rapi sekali.

Ia melipat uang itu dan menyelipkannya di saku celana seragamnya.

7

Buku BI 2 (9 des).indd 7 11/12/2014 14:46:43

Ulangan Sejarah tiba. Pak Gultom, sang guru Sejarah terus berkeliling kelas. Suasana kelas hening dan sunyi.

Gilang membaca soal ulangan itu. Hei, jawaban soal ini ada di contekannya. Gilang mencoba mengambil uang kertas

Rp2.000 itu dari sakunya. Tapi, mata Pak Gultom memandangnya tajam. Ia langsung mengurungkan niatnya.

“Aaah, jujur lebih baik,” gumamnya pelan. Gilang merasa lega. Akhirnya, ia menjawab soal ulangan Sejarah tanpa

mencontek. Ia bertekad lain kali akan belajar lebih baik.

8

Buku BI 2 (9 des).indd 8 11/12/2014 14:46:44

9

Buku BI 2 (9 des).indd 9 11/12/2014 14:46:45

Bel istirahat berbunyi nyaring. Anak-anak bergegas keluar, demikian juga dengan Gilang dan sahabatnya, Bintang.

“Gilang, bagaimana ulanganmu?” tanya Bintang“Lancar,” jawab Gilang. Ia mengeluarkan uang Rp2.000 yang akan dia pakai mencontek untuk membeli bakwan. Namun, Bu Eli pedagang bakwan meminta uang Rp2.000

lain karena uang Gilang itu penuh coretan.“Uangmu banyak coretannya,” ujar Bu Eli.

10

Buku BI 2 (9 des).indd 10 11/12/2014 14:46:47

Bintang yang melihat itu langsung merebut uang Rp2.000 Gilang.

“Hei, kamu menyontek, ya?” tanya Bintang. Gilang langsung menggelengkan kepala. Panji, Utha, dan Jelita yang mendengar

itu langsung menghampiri mereka.

11

Buku BI 2 (9 des).indd 11 11/12/2014 14:46:48

“Wuih, contekan ulangan Sejarah,” ujar Panji.“Ya, tapi aku tidak jadi menyontek.

Pak Gultom terus mengawasi,” jawab Gilang sambil garuk-garuk kepala.

Teman-temannya langsung tertawa.“Wah, kamu tidak bisa jajan, Gilang?

Aku traktir, ya,” kata Panji.“Ah, terima kasih,” sahut Gilang

malu tapi senang.

12

Buku BI 2 (9 des).indd 12 11/12/2014 14:46:50

13

Buku BI 2 (9 des).indd 13 11/12/2014 14:46:51

Lonceng tanda masuk kelas berbunyi. Sekarang pelajaran Bahasa Indonesia. Bu Meina masuk ke ruang kelas.

“Selamat siang, anak-anak,” salamnya.“Selamat siang, Bu,” sahut anak-anak.

“Bu, Gilang mencoret-coret uang!” kata Panji tiba-tiba. Gilang langsung melotot pada Panji.

14

Buku BI 2 (9 des).indd 14 11/12/2014 14:46:52

“Hi hi hi,” Panji mengikik.“Mana uangnya?” tanya Bu Meina.

“Ayo, Gilang perlihatkan,” kata Panji. Gilang melotot lagi pada Panji.

Dengan berat hati ia mengambil uangnya dari saku celananya.

15

Buku BI 2 (9 des).indd 15 11/12/2014 14:46:54

Bu Meina membuka lipatan uang dan tampaklah tulisan yang memenuhi uang Rp2.000 itu.

“Anak-anak, mencoret-coret uang bukanlah perbuatan yang baik,”

katanya. “Dengan mencoret-coret uang Rupiah sama saja kita tidak

menghormati dan menghargai Rupiah sebagai simbol kedaulatan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.” Bu Meina pun menjelaskan

kewenangan Bank Indonesia untuk melakukan Pengeluaran,

Pengedaran, serta Pencabutan dan Penarikan uang Rupiah.

16

Buku BI 2 (9 des).indd 16 11/12/2014 14:46:55

Bu Meina menjelaskan lagi bahwa dengan melipat-lipat uang, menaruh

di saku celana, dan mencoret-coretnya, bahkan menyatukannya

dengan staples bisa membuat uang cepat lusuh dan rusak. Padahal

uang seharusnya dirawat. Dengan merawat uang, uang jadi tidak

mudah lusuh sehingga mudah untuk mengenali ciri-ciri keasliannya dan

kita terhindar dari uang palsu.“Nah, kalau kalian punya uang yang

sudah lusuh atau rusak, kalian bisa menukarnya di bank.”

17

Buku BI 2 (9 des).indd 17 11/12/2014 14:46:56

“Apa beda uang lusuh dan rusak, Bu?” tanya Gilang.“Uang lusuh adalah uang yang ukuran dan bentuk fisiknya tidak berubah dari ukuran aslinya, tapi

kondisinya berubah antara lain karena adanya jamur, minyak, bahan kimia, atau coretan,” ujar Bu Meina. “Uang rusak adalah uang yang ukuran atau fisiknya

telah berubah dari ukuran aslinya, antara lain karena terbakar, berlubang, atau hilang sebagian. Itu bisa

terjadi karena uang itu robek atau mengerut.”

18

Buku BI 2 (9 des).indd 18 11/12/2014 14:46:58

Bank Indonesia akan mencetak uang Rupiah baru untuk menggantikan uang yang rusak itu.

Kalau kita merawat dan menyimpan uang Rupiah dengan baik, kita sudah ikut menghemat anggaran

negara, lho” jelas Bu Meina. Mendengar ucapan Bu Meina, Bintang jadi ingat kalau ibunya menyimpan

uang US Dollar dengan baik, tanpa terlipat. Seandainya semua orang Indonesia

memperlakukan uang Rupiah seperti itu .... Anak-anak senang sekali mendengar cerita Bu Meina yang menarik. Mereka belum pernah memikirkan hal itu sebelumnya. Diam-diam mereka kagum kepada Bu Meina. Bu Meina pasti banyak membaca buku, koran,

dan majalah. Ketika anak-anak masih tenggelam dalam lamunan, Bu Meina berseru,

”Nah, mari kita belajar Bahasa Indonesia!”

19

Buku BI 2 (9 des).indd 19 11/12/2014 14:46:59

Siang itu udara sangat terik, anak-anak SD keluar dari kelas masing-masing. Tetapi Gilang, Bintang, Utha, Jelita, dan Panji malah berkumpul di bawah pohon. Mereka akan

pergi ke rumah Bintang untuk belajar bersama.

20

Buku BI 2 (9 des).indd 20 11/12/2014 14:47:00

Tadinya, sopir keluarga Bintang akan menjemput mereka.

Tetapi tiba-tiba ada keperluan mendadak, sehingga batal menjemput mereka.

“Kita naik angkutan umum saja, yuk,” kata Gilang. Awalnya, Bintang ragu, namun akhirnya ia setuju.

Siang itu, angkutan umum penuh dengan anak sekolah yang pulang.

Mereka menunggu cukup lama. Teriknya matahari membuat mereka kehausan.

21

Buku BI 2 (9 des).indd 21 11/12/2014 14:47:02

Untunglah angkutan umum yang dinanti datang. Mereka

naik dengan gembira.Di angkutan umum, ada

satu orang yang menarik perhatian mereka. Ada

seorang yang berpakaian compang-camping,

kelihatannya orang itu adalah pengemis.

22

Buku BI 2 (9 des).indd 22 11/12/2014 14:47:03

Orang itu membawa sebuah kantong plastik. Isi plastik itu sungguh mengejutkan mereka.

Isinya uang yang sangat banyak! Tanpa memedulikan sekelilingnya, orang itu menghitung uangnya, lalu memasukkannya

ke kantong plastik yang lain. Gilang berpikir, kantong plastik bukan tempat yang benar untuk menyimpan uang. Uang di kantong plastik bisa mudah tertinggal dan hilang. Uang sebaiknya disimpan di tempat yang tertutup, agar tidak

terlihat oleh orang yang berniat jahat.

23

Buku BI 2 (9 des).indd 23 11/12/2014 14:47:04

“Wah, kaya juga, ya, dia,” bisik Jelita.“Ya, ternyata dengan mengemis bisa

mendapatkan uang banyak, “ bisik Utha. “Tapi tetap lebih baik bekerja dibanding

mengemis,” sahut Bintang.

24

Buku BI 2 (9 des).indd 24 11/12/2014 14:47:05

Mendengar dirinya dibicarakan, pengemis itu memandang anak-anak, kemudian

menunduk dan kembali menghitung uang. Ya, uang-uang logam dan uang kertas itu sudah sangat kumal. Pasti uang itu

sudah melakukan perjalanan yang sangat panjang, berpindah tangan dari satu orang ke tangan yang lain.

Begitulah terus menerus ....

25

Buku BI 2 (9 des).indd 25 11/12/2014 14:47:06

26

Buku BI 2 (9 des).indd 26 11/12/2014 14:47:08

Tak lama kemudian masuk seorang pemuda berseragam SMA. Wajahnya kelihatan sangat sedih, bahkan

matanya kelihatan sembab. Ia memilih duduk di pojok, di dekat pengemis. Ia mengeluarkan uang Rp5.000 dan pulpen. Ia meletakkan uang itu di atas buku dan mulai menulis. Ya, seperti orang yang menulis di buku harian!

Kelihatannya ia sedang sedih sekali. Panji menyikut Gilang. “Dia seperti kamu, tuh, suka mencorat-coret uang!”

ujar Panji dengan suara yang cukup keras, tapi pemuda itu tak peduli dan terus menulis.

27

Buku BI 2 (9 des).indd 27 11/12/2014 14:47:09

Di Jalan Bungur, mereka turun. Berjalan sedikit, dan sampailah di rumah Bintang.

Mereka sangat senang ketika Mbak Asih, pembantu Bintang sudah menyambut mereka

dengan sirup markisa dingin.

28

Buku BI 2 (9 des).indd 28 11/12/2014 14:47:11

29

Buku BI 2 (9 des).indd 29 11/12/2014 14:47:12

30

Buku BI 2 (9 des).indd 30 11/12/2014 14:47:13

“Wah, segarnya!” gumam Gilang. Ia teringat semua

kejadian di hari ini. Ia sadar apa yang dia lakukan terhadap uang

adalah tindakan yang salah. Ia salah karena sudah

mencorat-coret dan melipatnya.

31

Buku BI 2 (9 des).indd 31 11/12/2014 14:47:14

Bayangkan kalau banyak orang yang melakukan hal itu, tentu akan lebih

banyak uang Rupiah yang rusak. Dan Bank Indonesia pun harus kembali mencetak uang baru. Betapa borosnya! Ia berjanji dalam hati, akan merawat

uangnya dengan baik. Dan ia akan mengajak semua orang yang ia kenal

untuk menyayangi uang Rupiah.

32

Buku BI 2 (9 des).indd 32 11/12/2014 14:47:15