93
BAB I FILOSOFIS PENDIDIKAN A. PENGERTIAN FILSAFAT Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Ciri-ciri berfikir filosfi : Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi. Berfikir secara sistematis. Menyusun suatu skema konsepsi, dan Menyeluruh. Empat persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah : 1) Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisika 2) Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi. 3) Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas olen Atropologi Filsafat. Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah: Filsafat Pendidikan 1

Buku Filsafat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Buku Filsafat

BAB I

FILOSOFIS PENDIDIKAN

A. PENGERTIAN FILSAFAT

Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang

merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga

diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan

segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan

menyeluruh dengan segala hubungan.

Ciri-ciri berfikir filosfi :

Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi.

Berfikir secara sistematis.

Menyusun suatu skema konsepsi, dan

Menyeluruh.

Empat persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah :

1) Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh

Metafisika

2) Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh

Epistemologi.

3) Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas olen Atropologi Filsafat.

Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu

adalah:

Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah

alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan

spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme

dialektik dan materialisme humanistis.

Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide

yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme

subjektif dan idealisme objektif.

Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia

materi murupakan hakitat yang asli dan abadi.

Filsafat Pendidikan1

Page 2: Buku Filsafat

Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap

mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada

kemampuan minusia.

Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah :

Sebagai dasar dalam bertindak.

Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.

Untuk mengurangi salah paham dan konflik.

Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.

B. FILSAFAT PENDIDIKAN

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi

peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi

itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar

pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan

menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis.

guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang

digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.

Beberapa aliran filsafat pendidikan;

Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat

pragmatisme.

Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan

realisme; dan

Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.

Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman

menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah

sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai

berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu

dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi

untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum

yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap

waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

Filsafat Pendidikan2

Page 3: Buku Filsafat

C. ESENSIALISME DAN PERENIALISME

Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada

cela yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Esensialisme

didukung oleh idealisme modern yang mempunyai pandangan yang sistematis

mengenai alam semesta tempat manusia berada.

Esensialisme juga didukung oleh idealisme subjektif yang berpendapat

hahwa alam semesta itu pada hakikatnya adalah jiwa/spirit dan segala sesuatu

yang ada ini nyata ada dalam arti spiritual. Realisme berpendapat bahwa kualitas

nilai tergantung pada apa dan bagaimana keadaannya, apabila dihayati oleh subjek

tertentu, dan selanjutnya tergantung pula pada subjek tersebut.

Menurut idealisme, nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau disadari oleh

setiap orang apabila orang yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui atau

menyesuaikan diri dengan sesuatu yang menunjukkan nilai kepadanya dan orang

itu mempunyai pengalaman emosional yang berupa pemahaman dan perasaan

senang tak senang mengenai nilai tersehut. Menunut realisme, pengetahuan

terbentuk berkat bersatunya stimulus dan tanggapan tententu menjadi satu

kesatuan. Sedangkan menurut idealisme, pengetahuan timbul karena adanya

hubungan antara dunia kecil dengan dunia besar. Esensialisme berpendapat bahwa

pendidikan haruslah bertumpu pada nilai- nilai yang telah teruji keteguhan-

ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.

Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaan kacau

balau seperti sekarang ini, jalan yang harus ditempuh adalah kembali kepada

prinsip-prinsip umum yang telah teruji. Menurut. perenialisme, kenyataan yang

kita hadapi adalah dunia dengan segala isinya. Perenialisme berpandangan hahwa

persoalan nilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat manusia adalah pada

jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandang baik.

Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan:

Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya

nafsu, kemauan, dan akal (Plato)

Perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan

filsafat sebagai alat untuk mencapainya ( Aristoteles)

Filsafat Pendidikan3

Page 4: Buku Filsafat

Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur

agar menjadi aktif atau nyata. (Thomas Aquinas)

Adapun norma fundamental pendidikan menurut J. Maritain adalah cinta

kebenaran, cinta kebaikan dan keadilan, kesederhanaan dan sifat terbuka terhadap

eksistensi serta cinta kerjasama.

D. PENDIDIKAN NASIONAL

Pendidikan nasional adalah suatu sistem yang memuat teori praktek

pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat

bangsa yang bersangkutan guna diabdikan kepada bangsa itu untuk merealisasikan

cita-cita nasionalnya.

Pendidikan nasional Indonesrn adalah suatu sistem yang mengatur dan

menentukan teori dan pratek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan

dan dijiwai oleh flisafat bangsa Indonesia yang diabdikan demi kepentingan

bangsa dan negara Indonesia guna memperlanar mencapai cita-cita nasional

Indonesia.

Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan

menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas

landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila" yang diabdikan demi

kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita

bangsa dan negara Indonesia.

Filsafat Pendidikan4

Page 5: Buku Filsafat

BAB II

PENGERTIAN DAN PERANAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi

peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi

itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar

pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan

menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis.

guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang

digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.

Beberapa aliran filsafat pendidikan;

Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat

pragmatisme.

Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan

realisme; dan

Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.

Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman

menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah

sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai

berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu

dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi

untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum

yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap

waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

Subjek/ Objek Filsafat Pendidikan

Berfikir merupakan subjek dari filsafat pendidkan akan tetapi tidak semua

berfikir berarti berfilsafat. Subjek filsafat pendidikan adalah seseorang yang

berfikir/ memikirkan hakekat sesuatu dengan sungguh dan mendalam tentang

bagaimanan memperbaiki pendidikan.

Filsafat Pendidikan5

Page 6: Buku Filsafat

Objek filsafat, objek itu dapat berwujud suatu barang atau dapat juga

subjek itu sendiri contohnya si aku berfikir tentang diriku sendiri maka objeknya

adalah subjek itu sendiri. Objek filsafat dapat dibedakan atas 2 hal :

1. Objek material adalah segala sesuatu atau realita, ada yang harus ada dan ada

yang tidak harus ada

2. Objek formal adalah bersifat mengasaskan atau berprinsi dan oleh karena

mengasas, maka filsafat itu mengkonstatis prinsip-prinsip kebenaran dan tidak

kebenaran

Ruang Lingkup Filsafat

Filsafat sebagai induk ilmu-ilmu lainnya pengaruhnya masih terasa.

Setelah filsafat ditingkalkan oleh ilmu-ilmu lainnya, ternyata filsafat tidak mati

tetapi hidup dengan corak tersendiri yakni sebagai ilmu yang memecahkan

masalah yang tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus. Akan tetapi jelaslah

bahwa filsafat tidak termasuk ruangan ilmu pengetahuan yang khusus. Filsafat

boleh dikatakan suatu ilmu pengetahuan, tetapi obyeknya tidak terbatas, jadi

mengatasi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya merupakan bentuk ilmu pengetahuan

yang tersendiri, tingkatan pengetahuan tersendiri. Filsafat itu erat hubungannya

dengan pengetahuan biasa, tetapi mengatasinya karena dilakukan dengan cara

ilmiah dan mempertanggungjawabkan jawaban-jawaban yang diberikannya.

A. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Pandangan fislafat pendidikan sama dengan perananya merupakan

landasan filosofis yang menjiwai seluruk kebijaksanaan pelaksanaan pendidikan.

Dimana landasan filsofis merupakan landasan yang berdasarkan atas filsafat.

Landasan filsafat menalaah sesautu secara radikal, menyeluruh, dan konseptual

tentang religi dan etika yang bertumpu pada penalran. Oleh karena itu antara

filsafat dengan pendidikan sangat erat kaitannya, dimana filsafat mencoba

merumuskan citra tentang manusia dan masyarkaat sedangkan pendidikan

berusahan mewujudkan citra tersebut.

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi

peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi

itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar

Filsafat Pendidikan6

Page 7: Buku Filsafat

pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan

menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis.

guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang

digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.

Filsafat mengadakan tinjauan yang luas mengani realita, maka dikupaslan

antara lain pandangan dunia dan pandangan hidup. Konsep-konsep mengenai ini

dapat menjadi landasan penyusunan konsep tujuan dan metodologi pendidik.

Disamping itu, pengalaman pendidik dalam menuntut pertumbuhan

danperkembangan anak akan berhubungan dan berkenalan dengan realita.

Semuanya itu dapat disampaikan kepada flsafat untuk dijadikan bahan-bahan

pertimbangan dan tinjauan untuk memperkembangkan diri. Hubungan filsafat

dengan filsafat pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Filsafat mempuyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat

pendidikan objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja

2. Filsafat hendak memberikan pengetahuan/ pendiidkan atau pemahaman yang

lebih mendalam dan menunjukkan sebab-sebab, tetapi yang tak begitu mendalam

3. Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus,

mempersatukan dan mengkoordinasikannya

4. Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan tetapi

sudut pandangannya berlainan

Dalam menerapkan filsafat pendidikan, seoran guru sebagai pendidik dia

mengharapkan dan mempunyai hak bahwa ahli-ahli filsafat pendidikan

menunjukkan dirinya pda masalah pendiidkan pad aumumnya serta bagaimna

amasalah itu mengganggu pada penyekolhan yang menyangkut masalah

perumusan tujuan, kurkulum, organisasi sekolah dan sebagainya. Dan para

pendidik juga mengahrapkan dari ahli filsafat pendiidkan suatu klasifikasi dari

uraian lebih lanjut dari konsep, argumen dirinya literatur pendidikan terutam

adalam kotraversi pendidikan sistem-sistem, pengjuian kopetensi minimal dan

kesamaan kesepakatan pendidikan.

Brubacher (1950) mengemukakan tentang hubungan antara filsafat dengan filsafat

pendidikan, dalam hal ini pendidikan : bahwa filsafat tidak hanya melahirkan

sains atau pengetahuan baru, melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan.

Filsafat Pendidikan7

Page 8: Buku Filsafat

Filsafat merupakan kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk mencapai

kebijakan dankearifan. Sedangkan filsafat pendidikan merupakan ilmu ayng pad

ahakekantya jawab dari pertanyaa-pertanyaan yagn timbul dalam lapangan

pendidkan. Oleh karen aberisfat filosofis, dengan sendirinya filsafat pendidikan

ini hakekatnya adalah penerapan dari suatu analisa filosofis terhadap lapangan

pendidikan.

B. SUBJEK/ OBYEK FILSAFAT PENDIDIKAN

Subjek filsfat adalah seseroang yang berfikir/ memikirkan hakekat sesuatu dengan

sungguh-sungguh dan mendalam. Seperti halnya pengetahuan, Maka filsafatpun

(sudut pandangannya) ada beberapa objek yang dikaji oleh filsafat

a. Obyek material yaitu segala sesuatu yang realitas

Ada yang harus ada, disebut dengan absoluth/ mutlak yaitu Tuhan

Pencipta

Ada yang tidak harus ada, disebut dengan yang tidak mutlak, ada yang

relatif (nisby), bersifat tidak kekal yaitu ada yang diciptakan oleh ada yang

mutlak (Tuhan Pencipta alam semesta)

b. Obyek Formal/ Sudut pandangan

Filsafat itu dapat dikatakan bersifat non-pragmentaris, karena filsafat

mencari pengertian realitas secara luas dan mendalam. Sebagai konsekuensi

pemikiran ini, maka seluruh pengalaman-pengalaman manusia dalam semua

instansi yaitu etika, estetika, teknik, ekonomi, sosial, budaya, religius dan lain-lain

haruslah dibawa kepada filsafat dalam pengertian realita.

Menurut Prof Dr. M. J. Langeveld : “……bahwa hakikat filsafat itu

berpangkal pada pemikiran keseluruhan sarwa sekalian scara radikan dan menurut

sistem”.

1. Maka keseluruhan sarwa sekalian itu ada. Ia adalah pokok dari yang dipikirkan

orang dalam filsafat

2. Ada pula pikiran itu sendiri yang terhadap dalam filsafat sebagai alat untuk

memikirkan pokoknya

3. Pemikiran itupun adalah bahagian daripada keseluruhan, jadi dua kali ia

teradapat dalam filsafat, sebagai alat dan sebagai keseluruhan sarwa sekalian

Filsafat Pendidikan8

Page 9: Buku Filsafat

Menurut Mr. D. C Mulder menulis sebagai berikut :

“ Tiap-tiap manusia yang mulai berpikir tentang diri sendiri dan tentang

tempatnya dalam dunia, akan mengahdapi beberapa persoalan yang begitu penting

sehingga persoalan-persoalan itu boleh diberi nama persoalan-persolan pokok”.

Louis Kattsoff mengatakan lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya yaitu

meliputisegala pengetahuan manusia serta segala sesuatu apa saja yang ingin

diketahui manusia. Dr. A. C Ewing mengatakan bahwa kebenaran, materi, budi,

hubungan materi dan budi, ruang dan waktu, sebab, kemerdekaan, monisme lawan

fluarlisme dan tuhan adalah termasuk pertanyaan-pertanyaan poko filsafat

C. RUANG LINGKUP FILSAFAT

Para ahli mengatakan bahwa ruang lingkup dari ilmu filsafat yaitu :

Tentang hal mengerti, syarat-syaratnya dan metode-metodenya.

Tentang ada dan tidak ada.

Tentang alam, dunia dan seisinya.

Menentukan apa yang baik dan apa yang buruk.

Hakikat manusia dan hubungannya dengan sesama makhluk lainnya.

Tuhan tidak dikecualikan.

Filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempunyai sifat-sifat ilmu

pengetahuan tapi. jelaslah bahwa filsafat tidak termasuk ruangan ilmu

pengetahuan yang khusus. Filsafat boleh dikatakan suatu ilmu pengetahuan, tetapi

obyeknya tidak terbatas, jadi mengatasi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya

merupakan bentuk ilmu pengetahuan yang tersendiri, tingkatan pengetahuan

tersendiri.

Para ahli mengatakan bahwa ruang lingkup dari ilmu filsafat yaitu :

a. Tentang hal mengerti, syarat-syaratnya dan metode-metodenya.

b. Tentang ada dan tidak ada.

c. Tentang alam, dunia dan seisinya.

d. Menentukan apa yang baik dan apa yang buruk.

e. Hakikat manusia dan hubungannya dengan sesama makhluk lainnya.

f. Tuhan tidak dikecualikan.

Ruang lingkup dari filsafat yaitu :

Filsafat Pendidikan9

Page 10: Buku Filsafat

a. Tentang pengetahuan : logika yang memuat :

Logika formil yang mempelajari asas-asas atau hukum-hukun berpikir

yang harus ditaati agar kita dapat berpikit dengan benar dan mencapai

kebenaran. jadi bagaimana orang harus berpikir dengan baik dan aturan-

aturan untuk itu. Hukum-hukum logika berlaku dan penting bagi semua

ilmu pengetahuan lainnya pula, bagi filsafat merupakan alat yang harus

dikuasai lebih dahulu.

. Logika materiil kritik (epistimologi)

Yang memandang ilmu pengetahuan (materil) dan bagaimana isi ini dapat

dipertanggungjawabkan. Jadi mempelajari perihal :

. Sumber dan asal pengetahuan

. Alat-alat pengetahuan

. Proses terjadinya pengetahuan

. Kemungkinan dan batas pengetahuan

. Kebenaran dan kekeliruan

Metode ilmu pengetahuan dan lain-lain.

b. Tentang “ada” : metafisika atau ontology

Hal ini mengupas tentang :

Apakah arti ada itu?

Apakah kesempurnaannya ada itu?

Apakah tujuannya ada itu?

Apakah sebab dan akibat?

Apakah yang merupakan dasar yang terdalam dari setiap barang yang ada

itu?

Tentang dunia material : kosmologi

Hal ini membicarakan tentang asal mula atau sumber dan susunan atau struktur

dari alam semesta.

d. Tentang manusia : filsafat tentang manusia.

Orang mengetahui tentang “ada” itu dari adanya sendiri.

e. Tentang kesusilaan : etika

Manusia itu yakin dan wajib berbuat baik dan menghindarkan yang tidak baik itu

menimbulkan berbagai soal, yaitu :

Filsafat Pendidikan10

Page 11: Buku Filsafat

1. Apakah yang disebut baik itu?

2. Apakah yang buruk itu?

3. Apakah ukuran baik atau buruk itu?

4. Apakah suara batin itu?

5. Apakah kehendak bebas?

6. Apakah artinya kepribadian itu?

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi

peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi

itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar

pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Objek filsafat, objek itu dapat

berwujud suatu barang atau dapat juga subjek itu sendiri contohnya si aku berfikir

tentang diriku sendiri maka objeknya adalah subjek itu sendiri. Objek filsafat

dapat dibedakan atas 2 hal :

1. Objek material adalah segala sesuatu atau realita, ada yang harus ada dan ada

yang tidak harus ada

2. Objek formal adalah bersifat mengasaskan atau berprinsi dan oleh karena

mengasas, maka filsafat itu mengkonstatis prinsip-prinsip kebenaran dan tidak

kebenaran

Para ahli mengatakan bahwa ruang lingkup dari ilmu filsafat yaitu :

1. Tentang hal mengerti, syarat-syaratnya dan metode-metodenya.

2. Tentang ada dan tidak ada.

3. Tentang alam, dunia dan seisinya.

4. Menentukan apa yang baik dan apa yang buruk.

5. Hakikat manusia dan hubungannya dengan sesama makhluk lainnya.

6. Tuhan tidak dikecualikan.

Filsafat Pendidikan11

Page 12: Buku Filsafat

BAB III

LINGKUNGAN PENDIDIKAN

A. LINGKUNGAN PENDIDIKAN

Lingkungan pendidikan dikenal juga sebagai miliu pendidikan. Dalam

teori empirisme, miliu pendidikan dipercaya mempunyai pengaruh yang sangat

besar terhadap keberhasilan proses pendidikan. Sementara teori nativisme

menafikan pengaruh lingkungan pendidikan, karena bakat dan pembawaan peserta

didik dinilai mempunyai pengaruh lebih dominan terhadap proses pendidikan.

Bagaimana pun juga teori konvergensi sangat mengakui pengaruh antara

keduanya, yakni bakat dan pembawaan serta pengaruh lingkungan pendidikan.

Lingkungan pendidikan antara lain berupa:

Keadaan alam, misalnya pinggir pantai, daerah pedalaman, pegunungan;

Kondisi sosial ekonomi masyarakat, misanya keadaan sosial ekonomi

yang rendah, mata pencaharian penduduk dalam bidang pertanian,

perkebunan, industri, perdagangan, jasa, dan sebagainya.

Lingkungan pendidikan pada hakikatnya dapat menjadi sumber

pembelajaran. Teori pembelajaran konstruktivisme mengajarkan kepada kita

bahwa peserta didik harus dapat membangun pemahaman sendiri tentang konsep

yang diambil dari sumber-sumber pembelajaran yang berasal dari lingkungan

sekitar siswa.

Proses pendidikan seharusnya dapat menjadi agen pengembangan dan

pemberdayaan masyarakat, misalnya dalam pengembangan sosial ekonomi

masyarakat agar warga masyarakatnya lebih hemat, gemar menabung, memiliki

jiwa demokratis, dan menghormati hak azasi manusia, cinta damai dan

menjunjung nilai-nilai kebersamaan, menanamkan semangat kerja keras,

semangat antikorupsi, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Dua asas filsafat pendidikan setelah nativisme dan naturalisme adalah asas

filsafat pendidikan empirisme dan asas filsafat pendidikan konvergensi.

Empirisme berpendapat bahwa setiap anak yang lahir ke dunia ini pikirannya

bagaikan kertas putih yang kosong, seiring perjalanan hidupnya kertas tersebut

akan terisi sendiri lewat berbagai pengalaman yang dialaminya.

Filsafat Pendidikan12

Page 13: Buku Filsafat

Konvergensi berpendapat bahwa faktor yang memengaruhi perkembangan

pribadi seseorang adalah kerja sama yang baik antara hereditas dan

lingkungannya.

B. RUANG LINGKUP FILSAFAT PENDIDIKAN

Menurut Jalaludin & Idi. secara mikro yang menjadi ruang lingkup

filsafat pendidikan meliputi:

1. Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (the nature of education);

2. Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan (the

nature of man);

3. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan,

agama dan kebudayaan;

4. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori

pendidikan;

5. Merumuskan hubungan antara filsafat Negara (ideologi), filsafat

pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan);

6. Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan

tujuan pendidikan.

Dengan demikian, dari uraian di atas diperoleh suatu kesimpulan bahwa yang

menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan itu ialah semua aspek yang berhubungan

dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu

sendiri, yang berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan yang baik

dan bagaimana tujuan pendidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.

C. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Filsafat pendidikan merupakan salah satu filsafat terapan yang berperan

sebagai dasar dari visi pendidikan. Dasar dari sebuah pendidikan nantinya akan

menentukan tindakan, tujuan, dan makna pendidikan itu sendiri.

Sebagai salah satu bidang akademik, filsafat pendidikan mempelajari

berbagai permasalahan pendidikan dan metode yang mendasari pendidikan

tersebut. Filsafat pendidikan juga dapat dibagi menjadi dua pembahasan masalah,

yaitu mempelajari proses pendidikan secara filosofis dan mempelajari berbagai

Filsafat Pendidikan13

Page 14: Buku Filsafat

disiplin ilmu secara filosofis yang membahas tentang konsep, tujuan, dan dasar

dari berbagai disiplin ilmu yang tersedia. Pertanyaan terkait dalam hal ini

contohnya untuk apa belajar matematika? Apa tujuan fisika? dan sebagainya.

Filsafat pendidikan berusaha menjawab persoalan seputar pendidikan

seperti, kebijakan pendidikan, kurikulum pendidikan, proses pembelajaran, nilai,

norma, praktek pendidikan, dan korelasi antara teori dan praktek. Semua itu dapat

dijawab dengan pendekatan spekulatif, preskriptif, dan analitis. Lihatlah persoalan

yang telah dijabarkan sebelumnya, ini dapat menyimpulkan bahwa filsafat

pendidikan itu merupakan gabungan tema besar filsafat yaitu metafisika,

epistemologi, dan aksiologi.

D. TEORI DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN

Kehidupan pada hakikatnya sebagai proses pendidikan yang sebenarnya

(the true educational process). Education is not preparation for life; education is

life itself. Pendidikan bukanlah persiapan untuk kehidupan; pendidikan adalah

kehidupan itu sendiri. Demikian John Dewey berpesan kepada kita.

Proses pendidikan telah membentuk manusia secara individual. Proses

pendidikan pulalah yang telah membentuk manusia sebagai komunitas, atau

bahkan sebagai bangsa dan negara. Kita dapat belajar dari sejarah kehidupan suatu

bangsa, katakanlah bangsa Jepang, yang melatarbelakangi manusia yang

bagaimana yang telah dihasilkan. Ternyata, kemajuan suatu bangsa tidak

ditentukan oleh melimpahnya kekayaan alamnya, tetapi oleh kegigihan bangsa itu

dalam perjuangan hidupnya.

Manusia memang unik. Manusia yang berhasil karena tempaan kesulitan

hidupnya. Tempaan hidup dapat berupa pengalaman, bahkan berupa cobaan hidup

yang menderanya. Mereka yang tahan terhadap tempaan hidup ini akhirnya akan

membentuk diri manusia yang sesungguhnya.

Ada beberapa contoh bahwa kehidupan sebagai proses pendidikan.

Bacalah biografi beberapa orang penting. Misalnya "who's who", biografi para

presiden, biografi para tokoh, biografi pada penemu, dan sebagainya.

Pendidikan merupakan proses transformasi budaya. Pendidikan

merupakan proses pewarisan budaya, dan sekaligus pengembangan budaya.

Filsafat Pendidikan14

Page 15: Buku Filsafat

Education enables people and societies to be what they can be. Pendidikan

membuat manusia dan masyarakat menjadi apa yang mereka inginkan. Demikian

Bill Richardson berpesan kepada kita untuk mewariskan budaya tersebut, proses

pendidikan dilakukan melalui tiga upaya yang saling kait mengait, yaitu:

1. Pembiasaan (habit formation),

2. Proses pengajaran dan pembelajaran (teaching and learning process), dan

3. Keteladanan (role model). Secara lebih lengkap, bacalah tulisan Fuad

Hassan, mantan Mendikbud, dalam buku referensi Pendidikan Manusia

Indonesia

Immanuel Kant menyebutkan bahwa manusia merupakan animal

educancum dan animal educandus, mahluk yang dapat dididik dan dapat

mendidik. Oleh karena itu, maka sama sekali tidak benar jika ada pernyataan yang

menyatakan bahwa “anak itu tidak dapat dididik”. Tidak! Proses dan metode yang

digunakanlah yang kemungkan tidak tepat digunakan. Justru anak manusia akan

menjadi manusia jika melalui proses pendidikan, melalui ketiga upaya tersebut.

Manusia adalah pengemban budaya (culture bearer), dan dia akan

mewariskan kebudayaannya tersebut kepada keturunannya. Proses pendidikan

tidak lain merupakan proses transformasi budaya, yakni proses untuk mewariskan

kebudayaan kepada generasi muda.

Pengertian pendidikan jauh lebih luas dari pengertian pengajaran. Proses

pendidikan bukan hanya sebagai pengalihan pengetahuan dan keterampilan

kepada peserta didik (transfer of knowledge and skills) tetapi juga pengalihan

nilai-nilai sosial dan budaya (transmission of social and culture values and

norms).

E. PERSOALAN DALAM RANAH FILSAFAT PENDIDIKAN

Tentu kita ketahui bahwa banyak persoalan yang terdapat dalam

pendidikan. Persoalan tersebut tidak semuanya dapat dijawab dengan jawaban

ilmiah seperti halnya pemilihan tanggal untuk ujian, melainkan lebih rumit dari itu

Filsafat Pendidikan15

Page 16: Buku Filsafat

dan memerlukan tinjauan filosofis dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan

sebagai berikut.

1. Apakah pendidikan itu bermanfaat?

Apakah pendidikan dapat berguna dalam membangun kepribadian

manusia atau tidak? Apakah potensi hereditas yang menentukan kepribadian

seorang manusia ataukah faktor luar (lingkungan dan pendidikan)? Mengapa anak

yang potensi hereditasnya relatif baik, tanpa pendidikan dan lingkungan yang baik

mencapai perkembangan kepribadian sebagaimana diharapkan. Sebaliknya,

mengapa seorang anak yang abnormal, potensi hereditasnya relatif rendah,

meskipun dididik dengan positif dan lingkungan yang baik, tak akan berkembang

normal.

2. Apakah sesungguhnya tujuan pendidikan?

Apakah pendidikan hanya untuk individu sendiri, atau untuk kepentingan

sosial? Apakah pendidikan itu dipusatkan bagi pembinaan manusia pribadi,

ataukah masyarakatnya? Apakah pembinaan pribadi manusia itu demi hidup yang

riil dalam masyarakat dan dunia ini ataukah bagi kehidupan akhirat yang kekal?

3. Apakah hakikat masyarakat itu dan bagaimana kedudukan individu

dalam masyarakat?

Apakah pribadi itu indipenden ataukah dependen di dalam masyarakat?

Apakah hakikat pribadi manusia itu? Manakah yang utama yang sesungguhnya

baik untuk didikan bagi manusia itu apakah ilmu, intelek, akal, kemauan, atau

perasaan (akal, karsa, dan rasa)? Apakah pendidikan jasmani atau rohani dan

moral yang lebih utama? Atau pendidikan praktis, jasmani yang sehat atau

semuanya?

4. Apakah pendidikan (curriculum) yang diutamakan harus relevan dengan

pembinaan kepribadian sehingga cocok dalam menduduki suatu jabatan

dalam masyarakat?

Apakah curriculum yang luas dengan konsekuensi kurang intensif ataukah

dengan kurikulum yang terbatas, tetapi intensif penguasaannya sehingga praktis?

5. Bagaimana asas penyelenggaraan pendidikan yang baik?

Filsafat Pendidikan16

Page 17: Buku Filsafat

Apakah sentralisasi, desentralisasi dan otonomi? Dilakukan oleh negara

atau swasta? Apakah dengan kepemimpinan yang instruktif atau secara

demokratif?

Masing-masing pokok di atas memiliki banyak pertanyaan filosofis yang

membuntutinya. Seperti layaknya filsafat, filsafat pendidikan memiliki

pertanyaan-pertanyaan demikian. Jawaban atas pertanyaan tersebut tentu berguna

dalam mengambil keputusan yang aplikatif dalam ranah pendidikan praktis.

F. FUNGSI FILSAFAT PENDIDIKAN

1. Memahami persoalan pendidikan secara umum,merumuskanya dalam

gambaran pokok sebagai pelengkap yang ada dan hubungannya dengan

factor lain.

2. Penetu arah dan pedoman

3. Memberi norma dan pertimbangan

4. Filsafat memberikan landasan yang mendasar bagi perkembangan ilmu

5. Memberikan bahan untuk berbagai pemikiran para filsuf.

6. Pengembangan Kurikulum yang merupakan salah satu aplikasi dari ilmu yang

telah dikaji Sehingga harapan terbesar semuanya dapat membantu manusia

dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam menjalani kehidupan

bermasyarakat.

Filsafat Pendidikan17

Page 18: Buku Filsafat

BAB IV

MEREALISASIKAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI INDONESIA UNTUK

KEHIDUPAN YANG LEBIH MAJU

A. UPAYA MEREALISASIKAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI

INDONESIA

Pendidikan di Indonesia baru dalam tahap perhatian. Perhatian-perhatian

terhadap perlunya filsafat pendidikan itupun baru muncul disana-sini belum

terkoordinasi menjadi suatu perhatian besar untuk segera mewujudkanya. Kondisi

seperti ini tidak terlepas dari kesimpangsiuran pandangan para pendidik  terhadap

pendidikan itu sendiri,seperti telah diungkapkan diatas.

Ada suatu hasil penelitian bertalian dengan hal diatas yang dilakukan oleh

Jasin, dan kawan-kawanya (1994), dengan responden para mahasiswa PGSD, SI,

S2, dan S3 IKIP Jakarta dan para ahli pendidikan di Jakarta, Bandung, dan

Surabaya. Penelitian itu menemukan hal-hal sebagai berikut

1. Lebih dari separoh responden menginginkan penegasan kembali

pengertian pendidikan dan pengajaran.

2. Hampir separoh responden mahasiswa dan dosen berpendapat bahwa ilmu

pendidikan kurang dikembangkan, sementara itu seperlima para ahli

pendidikan menyatakan pendidikan kurang fungsional untuk menyiapkan para

calon guru

3. Para mahasiswa dan dosen berpendapat pendidikan adalah ilmu mandiri,

sementara itu hampir sepertiga para ahli menyatakan ilmu pendidikan adalah

ilmu terapan, dan

4. Semua responden menyatakan kurang mengenal struktur ilmu

pendidikan.Karena keragaman pandangan diatas membuat responden terpecah

menjadi sebagian mendukung pernyataan guru tidak mendidik melainkan

mengajar dan sebagian lagi menolak

Dari hasil penelitian tersebut di atas dapat ditarik sejumlah masalah bertalian

dengan ilmu pendidikan,yaitu :

1. Belum jelas pengertian pendidikan dan pengajaran

2. Ilmu Pendidikan kurang dikembangkan

Filsafat Pendidikan18

Page 19: Buku Filsafat

3. Ilmu Pendidikan kurang fungsional untuk menyiapkan para calon guru.

4. Belum jelas apakah ilmu Pendidikan merupakan ilmu dasar atau ilmu

terapan.

5. Struktur ilmu pendidikan kurang dikenal.

6. Belum jelas apakah guru mendidik dan mengajar atau hanya mengajar

saja.

Keenam masalah tersebut di atas menunjukan bahwa pendidikan, khususnya

pendidikan sebagai ilmu belum ditangani.  Mulai dari pengertian, apakah sebagai

ilmu dasar atau ilmu terapan, struktur ilmu itu, sampai dengan penerapannya pada

para calon guru dan guru-guru masih belum jelas. Kondisi ilmu pendidikan seperti

ini terjadi karena memang ilmu itu belum digali dan dikembangkan.

Untuk mengembangkan ilmu Pendidikan yang bercorak Indonesia secara

valid, terlebih dahulu dibutuhkan pemikiran dan perenungan itu adalah filsafat

yang khusus membahas pendidikan yang tepat diterapkan dibumi Indonesia.

Dengan kata lain, untuk menemukan teori-teori pendidikan yang bercorak

Indonesia dibutuhkan terlebih dahulu rumusan filsafat pendidikan yang bercorak

Indonesia pula.

Bagaimana kiat untuk meningkatkan kegiatan usaha merumuskan filsafat

pendidikan Indonesia ini, yang kini baru falam tahap perhatian yang bersifat

sporadic ? Tampaknya kiat itu perlu disesuaikan dengan alam kebiasaan bangsa

Indonesia saat ini sesuatu akan terjadi secara relative lebih mudah bila gagasan itu

bersumber dari dan disepakati atau disetujui oleh pemerintah. Filsafat pendidikan

akan lebih mudah mendapat jalan dalam perkembanganya. Manakala pemrakarsa

dapat mengugah hati pemerintah untuk menyetujuinya.

Upaya mendorong pemerintah untuk memberi isyarat akan pentingnya

merumuskan filsafat pendidikan dan teori pendidikan yang bercorak Indonesia

sudah pernah dilakukan menjelang sidang  umum MPR (kompasa,27 Nopembert

1992), sebagai satu sumbangaan untuk bahan sidang umum itu. Namun GBHN

1993 sebagai produk sidang itu,tidak mencantumkan perlunya perumusan filsafat

dan teori pendidikan itu. Itu menunjukan kemauan politik pemerintah kearah itu

belum ada. Mudah-mudahan di waktu-waktu yang akan datang kemauan itu akan

muncul.

Filsafat Pendidikan19

Page 20: Buku Filsafat

Di samping kunci utama untuk memulai kegiatan pengembangan filsafat

pendidikan itu belum ada, ada lagi kunci kedua yang membuat sulitnya

mengembangkan filsafat dan teori pendidikan itu, yaitu kesulitan menjabarkan

sila-sila Pancasila agar mudah diterapkan di lapangan. Memang benar sila-sila

Pancasila sudah dijabarkan menjadi 45 butir, tetapi penjabaran itu belum tentu

sesuai dengan kebiasaan kerja para ahli pendidikan yang membuat hasil kerja

mereka lebih mudah diterapkan di lapangan. Sampai sekarang tidak setiap ahli

diperkenankan menjabarkan sila-sila Pancasila. yang diperbolehkan menjabarkan

sila-sila itu hanya BP7 pusat, dengan maksud sangat mungkin untuk menghindari

kesimpang-siuran makna sila-sila Pancasila itu sendiri

Tetapi bila para ahli pendidikan yang berwenang merumuskan filsafat

pendidikan tidak diperkenankan menjabarkan atua menafsirkan sendiri  sila-sila

Pancasila itu akan membatasi kebebasan mereka berfikir dan mewujudkan filsafat

itu. Bila hal itu tidak bisa ditawar-tawar, mungkin  dapat diambil jalan kompromi

yaitu dengan dibentuk tim yang anggotanya beberapa ahli pendidikan dan

beberapa anggota BP7 pusat. Dengan cara ini kemacetan salah satu faktor

penghambat pengembangan filsafat pendidikan di Indonesia bisa diatasi.

Andaikan isyarat untuk mewujudkan filsafat pendidikan sudah ada atau sudah

ada suatu kelompok yang berupaya merumuskan filsafat itu, maka ada beberapa

hal yang harus dipikirkan. Hal-hal yang dimaksud adalah:

1. Apakah filsafat pendidikan yang akan dibentuk, yang sesuai dengan

kondisi dan budaya Indonesia akan diberi nama Filsafat Pendidikan Pancasila

atau dengan nama lain ?

2. Apakah filsafat pendidikan itu diambil dari filsafat pendidikan

internasional yang sudah ada yang sudah ada, dengan memilih salah satu dari

Esensilais, Perenialis, Progesivise, Rekonstruksionis, dan Eksistensialis?

Sehingga tinggal merevisi agar cocok dengan kondisi Indonesia.

3. Ataukah filsafat itu dimunculkan  bersumber dari filsafat-filsafat umum

yang berlaku secara Internasional, seperti yang dilaksanakan oleh Negara

Australia. Ahli pendidikan di Australia ,menyatakan filasfat yang mendasari

pendidikan mereka adalah Liberal, Demokrasi, dam multicultural ( Made

Filsafat Pendidikan20

Page 21: Buku Filsafat

Pidarta, 1995 ). Seakan-akan mereka tidak memiliki filsafat khusus tentang

pendidikan.

ISPI (1989) mengingatkan bahwa tugas utama para ahli ilmu Pendidikan

adalah (1) mengungkapkan pikiran yang sistematik dan mendasar mengenai

implikasi filsafat Pancasila dalam filsafat pendidikan nasional yang akan

dibentuk, dan (2) dalam mengungkapkan sumber-sumber dari luar termasuk teori

pendidikan dan perlu diadakan saringan-saringan agar sesuai dengan filsafat

negara kita.

B. DAMPAK KONSEP PENDIDIKAN

Pembahasan tentang landasan kependidikan dalam segi filsafat, yang

mencakup filsafat pada umumnya, filsafat-filsafat pendidikan internasioanal,

filsafat pancasila, dan kemungkinan terbentuknya filsafat pendidikan yang

bercorak Indonesia, memberi dampak konsep tertentu. Karena filsafat pendidikan

yang cocok dengan alam dan budaya Indonesia belum terbentuk, yang ada baru

filsafat Negara yaitu pancasila, maka tidak banyak konsep pendidikan yang bisa

diturunkan dari sini. Memang benar ada sejumlah filsafat pendidikan internasional

yang sudah tentu berdampak terhadap pendidikan,namun filsafat itu tidak mesti

cocok bila diterapkan di Indonesia. Oleh sebab itu dampak konsep pendidikan

yang akan dituangkan dibawah adalah terbatas pada penjabaran sila-sila pancasila.

1. Filsafat pendidikan Indonesia perlu segera diwujudkan agar ilmu

pendidikan bercorak Indonesia lebih mudah dibentuk. Kunci terielisasinya

suatu kegiatan pada dewasa ini adalah pemerintah. sebab itu dibutuhkan

kemauan pemerintah untuk menggerakan kegiatan ini

2. Peranan dan pengembangan sila-sila Pancasila pada diri peserta didik pada

hakekatnya adalah pengembangan afeksi.karena itu pendidikan afeksi

tidak boleh dinomorduakan apalagi ditinggalakan. Pendidikan

afeksi,kognisi,dan psikomotor haruslah diperlakukan sama.

3. Pendidikan Pancaila dan pendidikan agama tidak bertentangan  melainkan

saling melengkapi satu dengan lain. Oleh sebab itu sebaiknya para

pendidik sila-sila pancasila dan para pendidik ajaran agama bekerja sama

dalam kegiatannya membina para peserta didik. Suatu kerjasama dalam

Filsafat Pendidikan21

Page 22: Buku Filsafat

tingkat operasioanal oendidikan moral dan mental anak-anak, agar saling

mendukung dan saling memajukan satu dengan yang lain.

4. Materi pendidikan afeksi selain bersumber dari bidang studi yang

membahas moral Pancasila dan ajaran-ajaran agama, sebaiknya dilengkapi

dengan nilai-nilai dan adat istiadat yang masih hidup dimasyarakat

Indonesia serta budi pekerti luhur yang tetap dijunjung dibumi Indonesia

ini.

5. Metode mengembangkan afeksi bias dibagi dua yaiu :

6. Evaluasi pendidikan afeksi haruslah dilakukan secara nyata, diberi skor,

dan dimasukkan ke dalam rapor sepereti halnya dengan bidang study yang

lain. Setaip ujian atau tes haruslah mengikutsertakan aspek afeksi. Untuk

ujian-ujian intern di sekolah, hal ini cukup mudah dilakukan. Tetapi untuk

ujian tingakat nasional cukup sulit sebab membutuhkan biaya dan tenaga

banyak. Namun, dengan berkembangnya waktu dan perubahan system

pendidikan, kesulitan itu bisa diatasi.

7. Dalam menggunakan materi pendidikan afeksi, sangat mungkin sumber

materi itu berasal dari luar negeri. Bila hal itu terjadi, maka perlu

dilakukan penyaringan terlebih dahulu agar bias diterima oleh kondisi dan

budaya Indonesia, sebelum dimasukkan sebagai materi pendidikan.

8. Dalam rangka pengembangan afeksi peserta didik, ada baikanya kondisi

ke arah itu sengaja diciptakan, antara lain dengan menghadirkan jauh lebih

banyak  budaya bangsa sendiri untuk menetralkan pengaruh budaya asing

yang memang sulit dibendung dalam abad informasi dan global ini

a. Untuk pendidikan afeksi yang berbentuk bidang studi,tekanan proses

belajarnya adalah pada aplikasi konsep-konsep yang dipelajari artinya sila-sila

Pancasila dan ajaran-ajaran agama diberi dan dibahas secukupnya, kemudian

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik inilah yang menjadi

pusat perhatian para pendidik afeksi.

b. Untuk pendidikan afeksi yang diselipkan pada bidang studi lain,

pendidikan cukup menyinggung afeksi tertentu yang kebetulan tepat

dimunculkan saat itu untuk dipahami oleh peserta didik, dihayati,dan

dilaksanakan jadi setiap pendidik ketika mengajar atau tidak mengajar

Filsafat Pendidikan22

Page 23: Buku Filsafat

mendapat kesempatan yang baik untuk menyingguing afeksi, haruslah hal itu

didiikan kepada anak-anak.

C. IMPLIKASI LANDASAN FILSAFAT PENDIDIKAN

1. Implikasi Bagi Guru

Apabila kita konsekuen terhadap upaya memprofesionalkan pekerjaan guru

maka filsafat pendidikan merupakan landasan berpijak yang mutlak. Artinya,

sebagai pekerja professional, tidaklah cukup bila seorang guru hanya menguasai

apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Kedua penguasaan ini

baru tercermin kompetensi seorang tukang.

Disamping penguasaan terhadap apa dan bagaimana tentang tugasnya, seorang

guru juga harus menguasai mengapa ia melakukan setiap bagian serta tahap

tugasnya itu dengan cara tertentu dan bukan dengan cara yang lain. Jawaban

terhadap pertanyaan mengapa itu menunjuk kepada setiap tindakan seorang guru

didalam menunaikan tugasnya, yang pada gilirannya harus dapat dipulangkan

kepada tujuan-tujuan pendidikan yang mau dicapai, baik tujuan-tujuan yang lebih

operasional maupun tujuan-tujuan yang lebih abstrak. Oleh karena itu maka

semua keputusan serta perbuatan instruksional serta non-instruksional dalam

rangka penunaian tugas-tugas seorang guru dan tenaga kependidikan  harus selalu

dapat dipertanggungjawabkan secara pendidikan (tugas professional, pemanusiaan

dan civic) yang dengan sendirinya melihatnya dalm perspektif yang lebih luas dari

pada sekedar pencapaian tujuan-tujuan instruksional khusus.

Perlu digarisbawahi di sini adalah tidak dikacaukannya antara bentuk dan

hakekat. Segala ketentuan prasarana dan sarana sekolah pada hakekatnya adalah

bentuk yang diharapkan mewadahi hakekat proses pembudayaan subjek didik.

Oleh karena itu maka gerakan ini hanya berhenti pada “penerbitan” prasarana dan

sarana sedangkan transaksi personal antara subjek didik dan pendidik, antara

subjek didik yang satu dengan subjek didik yang lain dan antara warga sekolah

dengan masyarakat di luarnya masih  belum dilandasinya, maka tentu saja proses

pembudayaan tidak terjadi. Seperti telah diisyaratkan dimuka, pemberian bobot

yang berlebihan kepada kedaulatan subjek didikakan melahirkan anarki

sedangkan pemberian bobot yang berlebihan kepada otoritas pendidik akan

Filsafat Pendidikan23

Page 24: Buku Filsafat

melahirkan penjajahan dan penjinakan. Kedua orientasi yang ekstrim itu tidak

akan menghasilkan pembudayaan manusia.

2. Implikasi bagi Pendidikan Guru dan Tenaga Kependidikan

Tidaklah berlebihan kiranya bila dikatakan bahwa di Indonesia kita belum

punya teori tentang pendidikan guru dan tenaga kependidikan. Hal ini tidak

mengherankan karena kita masih belum saja menyempatkan diri untuk

menyusunnya. Bahkan salahsatu prasaratnya yaitu teori tentang pendidikan

sebagimaana diisyaratkan pada bagian-bagian sebelumnya, kita masih belum

berhasil memantapkannya. Kalau kita terlibat dalam berbagi kegiatan

pembaharuan pendidikan selama ini maka yang diperbaharui adalah pearalatan

luarnya bukan bangunan dasarnya.

Hal tersebut dikemukakan tanpa samasekali didasari oleh anggapan bahwa

belum ada diantara kita yang memikirkan masalah  pendidikan guru itu. Pikiran-

pikiran yang dimaksud memang ada diketengahkan orang tetapi praktis tanpa

kecuali dapat dinyatakan sebagi bersifat fragmentaris, tidak menyeluruh.

Misalnya, ada yang menyarankan masa belajar yang panjang (atau, lebih cepat,

menolak program-program pendidikan guru yang lebih pendek terutama yang

diperkenalkan didalam beberapa tahun terakhir ini) ; ada yang menyarankan

perlunya ditingkatkan mekanisme seleksi calon guru dan tenaga kependidikan;

ada yang menyoroti pentingnya prasarana dan sarana pendidikan guru; dan ada

pula yang memusatkan perhatian kepada perbaikan sistem imbalan bagi guru

sehingga bisa bersaing dengan jabtan-jabatan lain dimasyarakat. Tentu saja semua

saran-saran tersebut diatas memiliki kesahihan, sekurang-kurangnya secara

partial, akan tetapi apabila di implementasikan, sebagian atau seluruhnya, belum

tentu dapat dihasilkan sistem pendidikan guru dan tenaga kependidikan yang

efektif.

Sebaiknya teori pendidikan guru dan tenaga kependidikan yang produktif

adalah yang memberi rambu-rambu yang memadai didalam merancang serta

mengimplementasikan program pendidikan guru dan tenaga kependidikan  yang

lulusannya mampu melaksanakan tugas-tugas keguruan didalam konteks

pendidikan (tugas professional, kemanusiaan dan civic). Rambu-rambu yang

dimaksud disusun dengan mempergunakan bahan-bahan yang diperoleh dari tiga

Filsafat Pendidikan24

Page 25: Buku Filsafat

sumber yaitu: pendapat ahli, termasuk yang disangga oleh hasil penelitian ilmiah,

analisis tugas kelulusan serta pilihan nilai yang dianut masyarakat. Rambu-rambu

yang dimaksud yang mencerminkan hasil telaahan interpretif, normative dan kritis

itu, seperti telah diutarakan didalam bagian uraian dimuka, dirumuskan kedalam

perangkat asumsi filosofis yaitu asumsi-asumsi yang memberi rambu-rambu bagi

perancang serta implementasi program yang dimaksud. Dengan demikian,

perangkat rambu-rambu yang dimaksud merupakan batu ujian didalam menilai

perancang dan implementasi program, maupun didalam “mempertahankan”

program dari penyimpngan-penyimpangan pelaksanaan ataupun dari serangan-

serangan konseptual.

Filsafat pendidikan mempunyai peranan yang amat penting dalam sistem

pendidikan karena filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman dasar bagi usaha-

usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi tegaknya

sistem pendidikan. Setiap orang pasti menginginkan hidup bahagia. Salah satu

diantaranya yakni hidup lebih baik dari sebelumnya atau bisa disebut hidup lebih

maju. Hidup maju tersebut didukung atau dapat diwujudkan melalui pendidikan.

Peranan Filsafat Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan

Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan

proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan

pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh

filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan menerapkan

serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara guru

dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan

rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan

inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat,

memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang

kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu

dari teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan

dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak

terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.

Filsafat Pendidikan25

Page 26: Buku Filsafat

BAB V

SEJARAH FILSAFAT KLASIK

A. FILSAFAT YUNANI

Para sarjana filsafat mengatakan bahwa mempelajari filsafat Yunani berarti

menyaksikan kelahiran filsafat. Karena itu tidak ada pengantar filsafat yang lebih

ideal dari pada study perkembangan pemikiran filsafat di negeri Yunani. Alfred

Whitehead mengatakan tentang Plato: "All Western phylosophy is but a series of

footnotes to Plato". Pada Plato dan filsafat Yunani umumnya dijumpai problem

filsafat yang masih dipersoalkan sampai hari ini. Tema-tema filsafat Yunani

seperti ada, menjadi, substansi, ruang, waktu, kebenaran, jiwa, pengenalan, Allah

dan dunia merupakan tema-tema bagi filsafat seluruhnya. Filsuf- Filsuf Pertama

Ada tiga filsuf dari kota Miletos yaitu Thales, Anaximandros dan Anaximenes.

Ketiganya secara khusus menaruh perhatian pada alam dan kejadian-kejadian

alamiah, terutama tertarik pada adanya perubahan yang terus menerus di alam.

Mereka mencari suatu asas atau prinsip yang tetap tinggal sama di belakang

perubahan-perubahan yang tak henti-hentinya itu. Thales mengatakan bahwa

prinsip itu adalah air, Anaximandros berpendapat to apeiron atau yang tak terbatas

sedangkan Anaximenes menunjuk udara.

Thales juga berpendapat bahwa bumi terletak di atas air. Tentang bumi,

Anaximandros mengatakan bahwa bumi persis berada di pusat jagat raya dengan

jarak yang sama terhadap semua badan yang lain. Sedangkan mengenai kehidupan

bahwa semua makhluk hidup berasal dari air dan bentuk hidup yang pertama

adalah ikan. Dan manusia pertama tumbuh dalam perut ikan. Sementara

Anaximenes dapat dikatakan sebagai pemikir pertama yang mengemukakan

persamaan antara tubuh manusia dan jagat raya. Udara di alam semesta ibarat jiwa

yang dipupuk dengan pernapasan di dalam tubuh manusia.

Filsafat Pendidikan26

Page 27: Buku Filsafat

Filosof berikutnya yang perlu diperkenalkan adalah Pythagoras. Ajaran-

ajarannya yang pokok adalah pertama dikatakan bahwa jiwa tidak dapat mati.

Sesudah kematian manusia, jiwa pindah ke dalam hewan, dan setelah hewan itu

mati jiwa itu pindah lagi dan seterusnya. Tetapi dengan mensucikan dirinya, jiwa

dapat selamat dari reinkarnasi itu. Kedua dari penemuannya terhadap interval-

interval utama dari tangga nada yang diekspresikan dengan perbandingan dengan

bilangan-bilangan, Pythagoras menyatakan bahwa suatu gejala fisis dikusai oleh

hukum matematis. Bahkan katanya segala-galanya adalah bilangan. Ketiga

mengenai kosmos, Pythagoras menyatakan untuk pertama kalinya, bahwa jagat

raya bukanlah bumi melainkan Hestia (Api), sebagaimana perapian merupakan

pusat dari sebuah rumah.

Pada jaman Pythagoras ada Herakleitos Di kota Ephesos dan menyatakan

bahwa api sebagai dasar segala sesuatu. Api adalah lambang perubahan, karena

api menyebabkan kayu atau bahan apa saja berubah menjadi abu sementara apinya

sendiri tetap menjadi api. Herakleitos juga berpandangan bahwa di dalam dunia

alamiah tidak sesuatupun yang tetap. Segala sesuatu yang ada sedang menjadi.

Pernyataannya yang masyhur "Pantarhei kai uden menei" yang artinya semuanya

mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap. Filosof pertama yang

disebut sebagai peletak dasar metafisika adalah Parmenides. Parmenides

berpendapat bahwa yang ada ada, yang tidak ada tidak ada. Konsekuensi dari

pernyataan ini adalah yang ada 1) satu dan tidak terbagi, 2) kekal, tidak mungkin

ada perubahan, 3) sempurna, tidak bisa ditambah atau diambil darinya, 4) mengisi

segala tempat, akibatnya tidak mungkin ada gerak sebagaimana klaim Herakleitos.

Para filsuf tersebut dikenal sebagai filsuf monisme yaitu pendirian bahwa

realitas seluruhnya bersifat satu karena terdiri dari satu unsur saja. Para Filsuf

berikut ini dikenal sebagai filsuf pluralis, karena pandangannya yang menyatakan

bahwa realitas   terdiri dari banyak unsur. Empedokles menyatakan bahwa realitas

terdiri dari empat rizomata (akar) yaitu api, udara, tanah dan air. Perubahan-

perubahan yang terjadi di alam dikendalikan oleh dua prinsip yaitu cinta

(Philotes) dan benci (Neikos). Empedokles juga menerangkan bahwa pengenalan

(manusia) berdasarkan prinsip yang sama mengenal yang sama.Pluralis yang

berikutnya adalah Anaxagoras, yang mengatakan bahwa realitas adalah terdiri dari

Filsafat Pendidikan27

Page 28: Buku Filsafat

sejumlah tak terhingga spermata (benih). Berbeda dari Empedokles yang

mengatakan bahwa setiap unsur hanya memiliki kualitasnya sendiri seperti api

adalah panas dan air adalah basah, Anaxagoras mengatakan bahwa segalanya

terdapat dalam segalanya. Karena itu rambut dan kuku bisa tumbuh dari daging.

Perubahan yang membuat benih-benih menjadi kosmos hanya berupa satu

prinsip yaitu Nus yang berarti roh atau rasio. Nus tidak tercampur dalam benih-

benih dan Nus mengenal serta mengusai segala sesuatu. Karena itu, Anaxagoras

dikatakan sebagai filsuf pertama yang membedakan antara "yang ruhani" dan

"yang jasmani". Pluralis Leukippos dan Demokritos juga disebut sebagai filsuf

atomis. Atomisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari banyak unsur yang tak

dapat dibagi-bagi lagi, karenanya unsur-unsur terakhir ini disebut atomos. Lebih

lanjut dikatakan bahwa atom-atom dibedakan melalui tiga cara: (seperti A dan N),

urutannya (seperti AN dan NA) dan posisinya (seperti N dan Z). Jumlah atom

tidak berhingga dan tidak mempunyai kualitas, sebagaimana pandangan

Parmenides atom-atom tidak dijadikan dan kekal.

Tetapi Leukippos dan Demokritos menerima ruang kosong sehingga

memungkinkan adanya gerak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa realitas

seluruhnya terdiri dari dua hal: yang penuh yaitu atom-atom dan yang kosong.

Menurut Demokritos jiwa juga terdiri dari atom-atom. Menurutnya proses

pengenalan manusia tidak lain sebagai interaksi antar atom. Setiap benda

mengeluarkan eidola (gambaran-gambaran kecil yang terdiri dari atom-atom dan

berbentuk sama seperti benda itu). Eidola ini masuk ke dalam panca indra dan

disalurkan kedalam jiwa yang juga terdiri dari atom-atom eidola. Kualitas-kualitas

yang manis, panas, dingin dan sebagainya, semua hanya berkuantitatif belaka.

Atom jiwa bersentuhan dengan atom licin menyebabkan rasa manis, persentuhan

dengan atom kesat menimbulkan rasa pahit sedangkan sentuhan dengan atom

berkecepatan tinggi menyebabkan rasa panas, dan seterusnya.

Filsafat Pendidikan28

Page 29: Buku Filsafat

BAB VI

KONSEP ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME DAN

IMPLIKASI TERHADAP DISIPLIN (DI ERA GLOBALISASI)

Filsafat pendidikan adalah aplikasi dari filsafat umum dalam pendidikan.

Berbeda dengan Filsafat Umum yang objeknya adalah kenyataan keseluruhan

segala sesuatu. Filsafat Khusus /terapan mempunyai objek kenyataan salah satu

aspek kehidupan manusia yang dalam hal ini adalah pendidikan. Filsafat

pendidikan menyelidiki hakikat pelaksanaan pendidikan yang bersangkut paut

dengan tujuan, latar belakang cara dan hasilnya serta hakikat ilmu pendidikan

yang bersangkut paut terhadap struktur kegunaannya.

Seperti halnya filsafat yang lain, filsafat pendidikanpun bersifat

spekulatif, preskriptif dan analitik. Spekulatif artinya filsafat pendidikan

membangun teori-teori tentang hakikat pendidikan manusia, hakikat masyarakat

dan hakikat dunia. Preskriptif artinya filsafat pendidikan menentukan tujuan

pendidikan yang harus diikuti dan dicapai. Analitik artinya filsafat pendidikan

menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang spekulatif dan perspektif.

Sebagai suatu entitas yang terkait dalam budaya dan peradaban manusia,

pendidikan di berbagai belahan dunia mengalami perubahan sangat mendasar

dalam era globalisasi. Ada banyak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang bisa dinikmati umat manusia. Namun sebaliknya,kemajuan tersebut juga

beriringan dengan kesengsaraan banyak anak manusia, apalagi dalam era

globalisasi sekarang ini.

Pendidikan sudah menjadi komoditas yang makin menarik. Suatu

fenomena menarik dalam hal pembiayaan pendidikan menunjukkan gejala

industrialisasi sekolah. Bahkan beberapa sekolah mahal didirikan dan dikaitkan

dengan pengembangan suatu kompleks perumahan elite. Sekolah-sekolah nasional

plus di kota-kota besar di Indonesia dimiliki oleh pebisnis tingkat nasional dan

Filsafat Pendidikan29

Page 30: Buku Filsafat

didirikan dengan mengandalkan jaringan multinasional berupa adopsi kurikulum

dan staf pengajar asing.

Otonomi pendidikan tinggi membawa implikasi hak dan kewajiban

perguruan tinggi negeri dan swasta untuk mengatur pengelolaannya sendiri

termasuk mencari sumber-sumber pendapatan untuk menghidupi diri.

Konsekuensi logis dari otonomi kampus, saat ini perguruan tinggi seakan

berlomba membuka program baru atau menjalankan strategi penjaringan

mahasiswa baru untuk mendatangkan dana. Perdebatan antara anti-otonomi dan

pro-otonomi perguruan tinggi tidak akan berkesudahan dan mencapai titik temu.

Berkurangnya tanggung jawab pemerintah dalam pembiayaan pendidikan

mengarah pada gejala privatisasi pendidikan. Dikotomi sekolah negeri dan swasta

menjadi kabur dan persaingan antarsekolah akan makin seru. Akibat langsung dari

privatisasi pendidikan adalah segregasi siswa berdasarkan status sosio-ekonomi.

Atau, kalaupun fenomena itu sudah terjadi di beberapa kota, pemisahan antara

siswa dari keluarga miskin dan kaya akan makin jelas dan kukuh.

Siswa-siswa dari keluarga miskin tidak akan mampu menanggung biaya

yang makin mencekik sehingga mereka akan terpaksa mencari dan terkonsentrasi

di sekolah-sekolah yang minimalis (baca: miskin) Sementara itu, siswa-siswa dari

kelas menengah dan atas bebas memilih sekolah dengan sarana dan prasarana

yang memadai. Selanjutnya, karena sekolah-sekolah ini mendapatkan iuran

pendidikan yang memadai dari siswa, sekolah-sekolah ini juga akan mempunyai

lebih banyak keleluasaan untuk makin membenahi diri dan meningkatkan mutu

pendidikan. Jadi, sekolah yang sudah baik akan menjadi (atau mempunyai

kesempatan) untuk menjadi lebih baik. Sebaliknya, sekolah yang miskin akan

makin terperosok dalam kebangkrutan.

Dalam dinamika globalisasi, anak-anak bangsa tercecer dalam berbagai

sekolah yang beragam menurut latar belakang sosioekonomi yang berbeda.

Negara belum mampu memberikan kesempatan yang adil bagi semua anak bangsa

untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Sampai saat ini, belum tampak

adanya pembenahan yang signifikan dan terpadu untuk meningkatkan mutu

pendidikan di Indonesia, dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan tingkat

pendidikan tinggi. Muncul pertanyaan besar: Ke mana arah pendidikan di

Filsafat Pendidikan30

Page 31: Buku Filsafat

Indonesia?

Pendidikan dimaksudkan sebagai mempersiapkan anak-anak bangsa

untuk menghadapi masa depan dan menjadikan bangsa ini bermartabat di antara

bangsa-bangsa lain di dunia. Masa depan yang selalu berkembang menuntut

pendidikan untuk selalu menyesuaikan diri dan menjadi lokomotif dari proses

demokratisasi dan pembangunan bangsa. Pendidikan membentuk masa depan

bangsa. Akan tetapi, pendidikan yang masih menjadi budak sistem politik masa

kini telah kehilangan jiwa dan kekuatan untuk memastikan reformasi bangsa

sudah berjalan sesuai dengan tujuan dan berada pada rel yang tepat.

Dalam konteks globalisasi, pendidikan di Indonesia perlu membiasakan

anak-anak untuk memahami eksistensi bangsa dalam kaitan dengan eksistensi

bangsa-bangsa lain dan segala persoalan dunia. Pendidikan nasional perlu

mempertimbangkan bukan hanya {state building] dan {nation building] melainkan

juga {capacity building.] Birokrasi pendidikan di tingkat nasional perlu fokus

pada kebijakan yang strategis dan visioner serta tidak terjebak untuk melakukan

tindakan instrumental dan teknis seperti UAN/UNAS.

Dengan kebijakan otonomi daerah, setiap kabupaten perlu difasilitasi

untuk mengembangkan pendidikan berbasis masyarakat namun bermutu tinggi.

Pendidikan berbasis masyarakat ini diharapkan bisa menjadi lahan persemaian

bagi anak-anak dari berbagai latar belakang untuk mengenali berbagai persoalan

dan sumber daya dalam masyarakat serta terus mencari upaya-upaya untuk

mengubah masyarakat menjadi lebih baik.

Globalisasi ekonomi dan era informasi mendorong industri menggunakan

sumber daya manusia lulusan perguruan tinggi yang kompeten dan memiliki jiwa

kewirausahaan. Akan tetapi tidak setiap lulusan perguruan tinggi memiliki jiwa

kewirausahaan seperti yang diinginkan oleh lapangan kerja tersebut.

Kenyataan menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil lulusan perguruan tinggi

yang memiliki jiwa kewirausahaan. Di sisi lain, krisis ekonomi menyebabkan

jumlah lapangan kerja tidak tumbuh, dan bahkan berkurang karena bangkrut.

Dalam kondisi seperti ini, maka lulusan perguruan tinggi dituntut untuk tidak

hanya mampu berperan sebagai pencari kerja tetapi juga harus mampu berperan

sebagai pencipta kerja. Keduanya memerlukan jiwa kewirausahaan.

Filsafat Pendidikan31

Page 32: Buku Filsafat

Oleh karena itu, agar supaya perguruan tinggi mampu memenuhi tuntutan

tersebut, berbagai inovasi diperlukan diantaranya adalah inovasi pembelajaran

dalam membangun generasi technopreneurship di era informasi sekarang ini. Ada

suatu pendapat bahwa, saat ini sebagian besar lulusan perguruan tinggi di

Indonesia masih lemah jiwa kewirausahaannya.

Sedangkan sebagian kecil yang telah memiliki jiwa kewirausahaan,

umumnya karena berasal dari keluarga pengusaha atau dagang. Untuk

menciptakan SDM yang berkualitas, maka tata kelas dan pembelajaran yang

tradisional tidak lagi dapat dipertahankan dan diperlukan imajinasi baru untuk

mengakomodasi cara belajar baru yang revolusioner yaitu Ubiquitous

learning.  Ada cara pedagogi baru yang perlu diterapkan:

1. Perlu mendobrak batasan-batasan pendidikan serta institusi-institusi yang

tradisional dan kaku dengan pengalaman pendidikan yang lebih bergairah. 

Ini membutuhkan investasi infrastruktur teknologi yang memadai dengan

perangkat software dan pendidikan profesional untuk dosen agar lebih

menguasai teknologi digital.

2. Menjadikan mahasiswa aktif/agen dalam menimba ilmu.  Memberikan

kesempatan untuk menguasai bahan kuliah seluas-luasnya tidak hanya

terbatas pada “text book” dan membuat mahasiswa fasih melakukan

penelitian yang bersifat  e-learning serta mengekspresikan pengetahuan

yang mereka dapat lewat berbagai penggunaan multimedia.

3. Memahami bahwa setiap mahasiswa memiliki cara belajar yang berbeda

dan memiliki aspirasi serta potensi yang berbeda.  Universitas dapat

memastikan bahwa setiap mahasiswa dapat berpartsisipasi dan

berkontribusi pada lingkungan belajar.  Investasi teknologi e-learning

dapat mengakomodasi setiap perbedaan dan aksesibilitas.

4. Akses pada informasi mengharuskan universitas untuk terbuka dalam

memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan penelitian

interdisiplin.  Di dalam era belajar Ubiquitous learning mahasiswa bukan

lagi hanya diuji pada apa yang mereka ingat (sistim belajar mengingat)

tetapi apa yang mereka dapat temukan sebagai pengetahuan yang baru

(sistim belajar discovery).  Oleh sebab itu, melakukan ujian “tutup buku”

Filsafat Pendidikan32

Page 33: Buku Filsafat

merupakan cara yang lama dan perlu diubah.  Ujian bukan lagi upaya

mengetes ingatan akan tetapi kemampuan merepresentasikan pengetahuan

yang relevan bagi masyarakat luas dan menunjukkan kreatifitas yang

tinggi.

5. Ubiquitous computing mengajak untuk melakukan refleksi sosial yang

dapat menciptakan “praktek komunitas” untuk mendukung lingkungan

pembelajaran.   Sumber pengetahuan tidak lagi terbatas pada dosen akan

tetapi dapat melibatkan lingkungan atau komunitas dimana mahasiswa

berada bahkan masyarakat luar.  Upaya ini memastikan adanya

pembangunan budaya yang kolaboratif dengan masyarakat luas

Dalam kenyataan menunjukkan bahwa kewirausahaan adalah merupakan jiwa

yang bisa dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan

umumnya memiliki potensi menjadi pengusaha tetapi bukan jaminan menjadi

pengusaha, dan pengusaha umumnya memiliki jiwa kewirausahaan. Proses

pembelajaran yang merupakan inkubator bisnis berbasis teknologi ini dirancang

sebagai usaha untuk mensinergikan teori (20%) dan Praktek (80%) dari berbagai

kompetensi bidang ilmu yang diperoleh dalam bidang teknologi & industri.

Inkubator bisnis ini dijadikan sebagai pusat kegiatan pembelajaran dengan

atmosfir bisnis yang kondusif serta didukung oleh fasilitas laboratorium yang

memadai.

Tujuan implementasi inovasi dari kegiatan inkubator bisnis berbasis

teknologi ini adalah menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan bagi mahasiswa

sebagai peserta didik. Sedangkan manfaat yang diperoleh bagi institusi adalah

tercapainya misi institusi dalam membangun generasi technopreneurship dan

meningkatnya relevansi antara dunia pendidikan dengan dunia industri.

Sedangkan manfaat bagi mitra kerja adalah terjalinnya kerja sama bisnis dan

edukasi. Kerjasama ini dikembangkan dalam bentuk bisnis riil produk sejenis

yang memiliki potensi ekonomi pasar yang cukup tinggi.

Filsafat Pendidikan33

Page 34: Buku Filsafat

BAB VII

FILSAFAT PENDIDIKAN ESTETIKA

A. PENGERTIAN ESTETIKA DAN PENDIDIKAN ISLAM

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa yang dinamakan

estetika adalah suatu keindahan yang nampak. Sedangkan pendidikan islam

merupakan sebuah pendidikan yang dianjurkan sesuai dengan ketentuan syariat

islam. Pengertian estetika menurut filsafat adalah nilai-nilai yang berkaitan

dengan kreasi seni dengan pengalaman-pengalaman kita yang berhubungan

dengan seni. Hasil-hasil ciptaan seni berdasarkan atas prinsip-prinsip yang dapat

dikelompokkan sebagai rekayasa,pola dan bentuk. Estetika merupakan bagian

aksiologi yang membicarakan permasalahan (Russel), pertanyaan (Langer) , atau

issues (Farber) mengenai keindahan, menyangkut ruang lingkup , nilai ,

pengalaman , perilaku dan pemikiran seniman, seni serta persoalan estetika dan

seni dalam kehidupan manusia (The Liang Gie,1976).

Dalam Craig (2005),Marcia Eaton menyatakan bahwa konsep-konsep

estetika merupakan konsep-konsep yang berkaitan dengan deskripsi dan evaluasi

objek serta kejadian artistik dan estetika. Edmund Burke dan David Hume pernah

membicarakan masalah estetika ini dengan cara menjelaskan konsep estetika

secara empiris, yaitu dengan cara mengamati respons psikologis dan fisik yang

dapat membedakan individu satu dengan yang lainya untuk objek dan kejadian

berbeda. Mereka berupaya untuk melihat estetika ini dalam sudut pandang

objektif. Sebaliknya , Immanuel Kant berpendapat bahwa konsep estetika itu

bersifat subjektif, tetapi ia menyatakan bahwa pada taraf dasar manusia secara

universal memiliki perasaan yang sama terhadap apa yang membuat mereka

nyaman dan senang ataupun menyakitkan dan tidak nyaman.

B.FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DAN ESTETIKA PENDIDIKAN

Adapun yang mendasari hubungan antara filsafat pendidikan islam dan

estetika pendidikan adalah lebih menitikberatkan kepada predikat keindahan

Filsafat Pendidikan34

Page 35: Buku Filsafat

yang diberikan pada hasil seni. Dalam dunia pendidikan sebagaimana

diungkapkan oleh Randall dan Buchler mengemukakan ada tiga interpretasi

tentang hakikat seni :

1. Seni bagaimana penembusan terhadap realitas,selain pengalaman

2. Seni sebagai alat kesenangan

3. Seni sebagai ekspresi yang sebenarnya tentang pengalaman.

Namun lebih jauh dari itu, maka dalam dunia pendidikan hendaknya nilai

estetika menjadi patokan penting dalam proses pengembangan pendidikan, yakni

dengan menggunakan estetika moral, dimana setiap persoalan pendidikan islam

dilihat dari perspektif yang mengikutsertakan kepentingan masing-masing

pihak,baik itu siswa , guru , pemerintah , pendidik seta masyarakat luas. Ini

berarti pendidikan islam diorientasikan pada upaya menciptakan suatu

kepribadian yang kreatif , berseni (sesuai dengan islam). Islam cinta akan

keindahan dan keindahan / seni tersebut dapat diterapkan pada pembelajaran.

Contohnya penerapan dalam seni mengajar yang dilakukan oleh seorang

pendidik terhadap peserta didik.

Ilmu pengetahuan akan mudah didapat apabila pendidik menerapkan

estetika dalam pembelajaran.

1. Seni sebagai penembusan terhadap realitas

Merupakan suatu kenyataan (fakta) seringkali seni ditampilkan sesuai

dengan keadaan setempat. Contoh : pendidik memperagakan cara membersihkan

lantai dengan benar, karena pada kenyataanya lantai memang harus selalu

dibersihkan.

2. Seni sebagai alat kesenangan

Seni dikatakan sebagai alat untuk menyalurkan sebuah kesenangan

manusia tatkala manusia sedang jenuh / jenuh pada suatu hal, ataupun pada

kehidupanya. Pengekspresian seni ini bisa dicontohkan dengan bernyanyi

ataupun yang lainya.

3. Seni sebagai ekspresi yang sebenarnya tentang pengalaman

Ekspresi seni dapat pula ditampilkan oleh seorang pendidik ketika

pembelajaran berlangsung sesuai dengan pengalaman yang dimiliki oleh

pendidik tersebut.

Filsafat Pendidikan35

Page 36: Buku Filsafat

C.PRINSIP ESTETIKA

Telah diutarakan bahwa pada antikuitas Hellenistik secara umum, telah

ditemukan prinsip estetika sebagai bahan pertimbangan. Prinsip ini dapat

diberikan sebagai prinsip bahwa keindahan mengandung ekspresi imajinatif dan

sensous mengenai kesatuan dalam kemajemukan. Pemikiran Hellenik

menjawabnya dengan formal. Alasanya menurut kaum Hellenik bahwa seni

pertama kali muncul sebagai reproduksi dari realitas yang merupakan alasan

ditentang analisis estetika karena berpegang teguh pada signifikan konkret

mengenai keindahan dalam diri manusia dan alam.

Teori yang bersangkutan dengan keindahan mempunyai tiga prinsip yang

membangun kerangka kerja spekulasi. Hellenistik mengenai alam dan nilai

keindahan namun hanya satu yang dianggap sebagai judul yang lebih tepat bagi

“teori estetika”. Adapun dua prinsip lainya lebih dekat pada masalah –masalah

moral dan metafisik meskipun akar keduanya adalah asumsi metafisik yang juga

memadai untuk batasan analisis estetik. Prinsip ketiga dianggap sebagai kondisi

ekspresi yang abstrak.

D. KONSEP ESTETIKA

Konsep estetika merupakan konsep-konsep yang berasosiasi dengan

istilah-istilah yang mengangkat kelengkapan estetik yang mengacu pada

deskripsi dan evaluasi mengenai pengalaman-pengalaman yang melibatkan objek

serta kejadian artistik dan estetik. Ilmu estetika adalah ilmu yang mempelajari

segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan dan mempelajari semua aspek

dari apa yang disebut keindahan. Misalnya : Apa arti indah?, Apakah yang

menumbuhkan rasa indah itu?, Apa yang menyebabkan barang yang satu

dirasakan indah dan lainya tidak ?, Apakah indah itu terletak pada barang atau

benda yang indah itu sendiri ataukah hanya pada persepsi kita saja ? Pertanyaan-

pertanyaan yang demikian telah merangsang manusia untuk berfikir dan

selanjutnya mengadakan penyelidikan dan penelitian. Makin hari makin banyak

orang yang terdorong untuk memikirkan hal-hal mengenai keindahan dan

Filsafat Pendidikan36

Page 37: Buku Filsafat

semakin banyak pula muncul pertanyaan-pertanyaan yang perlu mendapat

jawaban.

BAB VIII

PENGERTIAN, SUBJEK/ OBJEK DAN PENTINGNYA FILSAFAT

A. PENGERTIAN FILSAFAT

Kata “filsafat” berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata “philos”

dan “Shopia”. Philos artinya cinta yang sangat mendalan, dan sophia artinya

kearifan atau kebijakan. Jadi arti filsafat secara hrfiah adalah cinta yang sangat

mendalam terhadapat kearifan atau kebijakan. Filsafat dapat diartikan sebagai

suatu pendirian hidup (individu) dan dapat juga disebut pandangan hidup

(masyarakat). Pada bagian lain Harold Tisus mengemukakan makna filsafat yaitu :

1. Filsafat adalah suatu sikap tentang hidup dan alam semesta

2. Filsafat adalah suatu metode berpikir rekflektif dan penelitian penalaran

3. Filsafat adalah suatu perangkat masalah-masalah

4. Filsafat adalah seperangkat teori dan sistem berpikir

Berfilsafat merupakan salah satu kegiatan/ pemikiran manusia memiliki peran

yang penting dalam menentukan dan menemukan eksistensinya. Berfilsafat berarti

berpikir, tetapi tidak semua berpikir dapat dikategorikan berfilsafat. Berpikir yang

dikategorikan berfilsafat adalah apabila berpikir tersebut mengandung tiga ciri

yaitu radikan, sistematis dan universal. Untuk ini filsafat menghendaki lah pikir

yang sadar, yang berarti teliti dan teratur. Berarti bahwa manusia menugaskan

pikirnya untuk bekerja sesuai dengan aturan dan hukum-hukum yang ada,

berusaha menyerap semua yang bersal dari alam, baik yang berasal dari dalam

dirinya atau diluarnya.

Filsafat Pendidikan37

Page 38: Buku Filsafat

B. SUBJEK/ OBJEK FILSAFAT

Berfikir merupakan subjek dari filsafat akan tetapi tidak semua berfikir

berarti berfilsafat. Subjek filsafat adalah seseorang yang berfikir/ memikirkan

hakekat sesuatu dengan sungguh dan mendalam.

Objek filsafat, objek itu dapat berwujud suatu barang atau dapat juga

subjek itu sendiri contohnya si aku berfikir tentang diriku sendiri maka objeknya

adalah subjek itu sendiri. Objek filsafat dapat dibedakan atas 2 hal :

1. Objek material adalah segala sesuatu atau realita, ada yang harus ada dan

ada yang tidak harus ada

2. Objek formal adalah bersifat mengasaskan atau berprinsi dan oleh karena

mengasas, maka filsafat itu mengkonstatis prinsip-prinsip kebenaran dan tidak

kebenaran

C. PENTINGNYA FILSAFAT BAGI MANUSIA

Pentingnya filsafat dapat kita pada penjelasan berikut :

1) Dengan berfilsafat kita lebih menjadi manusia, lebih mendidik dan membangun diri sendiri

2) Dari pelajaran filsafat kita diharapkan menjadi orang yang dapat berpikir sendiri

3) Memberikan dasar-dasar pengetahuan kita, memberikan padangan yang sintesis pula sehingga seluruh pengetahuan kita merupakan kesatuan

4) Hidup kita dipimpin oleh pengetahuan kita. Sebab itu mengetahuikebenaran-kebenaran yang terdasar berarti mengetahui dasar-dasar hidup kita sendiri

5) Khususnya bagi seorang pendidik, filsafat mempunyai kepentingan istimewa

karena filsafatlah memberikan dasar-dasar dari ilmu-ilmu pengetahuan

lainnya yang mengenai manusia seperti misalnya : ilmu mendidik, sosiologi,

ilmu jiwa dan sebagainya.

Filsafat Pendidikan38

Page 39: Buku Filsafat

BAB IX

PENTINGNYA FILSAFAT PENDIDIKAN BAGI PENDIDIK

A.    DASAR DAN TUJUAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Dasar-dasar filsafah ilmu pendidikan terkait dalam arti dasar ontologis, dasar

epistemologis, dan aksiologis, dan dasar antropolgis ilmu pendidikan.

1.      Dasar ontologis ilmu pendidikan

Agar pendidikan dalam praktek terbebas dari keragu-raguan, maka objek

formal ilmu pendidikan dibatasi pada manusia seutuhnya di dalam fenomena atau

situasi pendidikan. Didalam situiasi sosial manusia itu sering berperilaku tidak

utuh, hanya menjadi makhluk berperilaku individual dan/atau makhluk sosial

yang berperilaku kolektif. Hal itu boleh-boleh saja dan dapat diterima terbatas

pada ruang lingkup pendidikan makro yang berskala besar mengingat adanya

konteks sosio-budaya yang terstruktur oleh sistem nilai tertentu. Akan tetapipada

latar mikro, sistem nilai harus terwujud dalam hubungan inter dan antar pribadi

yang menjadi syarat mutlak (conditio sine qua non) bagi terlaksananya mendidik

dan mengajar, yaitu kegiatan pendidikan yang berskala mikro. Hal itu terjadi

mengingat pihak pendidik yang berkepribadiaan sendiri secara utuh

memperlakukan peserta didiknya secara terhormat sebagai pribai pula, terlpas dari

factor umum, jenis kelamin ataupun pembawaanya. Jika pendidik tidak bersikap

afektif utuh demikian makaa menurut Gordon (1975: Ch. I) akan terjadi mata

rantai yang hilang (the missing link) atas factor hubungan serta didik-pendidik

atau antara siswa-guru. Dengan begitu pendidikan hanya akan terjadi secar

kuantitatif sekalipun bersifat optimal, misalnya hasil THB summatif, NEM atau

pemerataan pendidikan yang kurang mengajarkan demokrasi jadi kurang

berdemokrasi. Sedangkan kualitas manusianya belum tentu utuh.

2.      Dasar epistemologis ilmu pendidikan

Filsafat Pendidikan39

Page 40: Buku Filsafat

Dasar epistemologis diperlukan oleh pendidikan atau pakar ilmu

pendidikan demi mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung

jawab. Sekalaipun pengumpulan data di lapangan sebagaian dapat dilakukan oleh

tenaga pemula namuntelaah atas objek formil ilmu pendidikan memerlukaan

pendekatan fenomenologis yang akan menjalin stui empirik dengan studi

kualitatif-fenomenologis. Pendekaatan fenomenologis itu bersifat kualitaatif,

artinya melibatkan pribadi dan diri peneliti sabagai instrumen pengumpul data

secara pasca positivisme. Karena itu penelaaah dan pengumpulan data diarahkan

oleh pendidik atau ilmuwan sebagaai pakar yang jujur dan menyatu dengan

objeknya. Karena penelitian tertuju tidak hnya pemahaman dan pengertian

(verstehen, Bodgan & Biklen, 1982) melainkan unuk mencapai kearifan

(kebijaksanaan atau wisdom) tentang fenomen pendidikan maka vaaliditas

internal harus dijaga betul dalm berbagai bentuk penlitian dan penyelidikan

seperti penelitian koasi eksperimental, penelitian tindakan, penelitian etnografis

dan penelitian ex post facto. Inti dasar epistemologis ini adalah agar dapat

ditentukan bahaawa dalam menjelaskaan objek formaalnya, telaah ilmu

pendidikan tidaak hanya mengembangkan ilmu terapan melainkan menuju kepada

telaah teori dan ilmu pendidikan sebgaai ilmu otonom yang mempunyi objek

formil sendiri atau problematika sendiri sekalipun tidak dapat hnya menggunkaan

pendekatan kuantitatif atau pun eksperimental (Campbell & Stanley, 1963).

Dengan demikian uji kebenaran pengetahuan sangat diperlukan secara

korespondensi, secara koheren dan sekaligus secara praktis dan atau pragmatis

(Randall &Buchler,1942).

3.      Dasar aksiologis ilmu pendidikan

Kemanfaatan teori pendidikan tidak hanya perlu sebagai ilmu yang

otonom tetapi juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi

pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab. Oleh karena itu

nilai ilmu pendidikan tidak hanya bersifat intrinsic sebagai ilmu seperti seni untuk

seni, melainkan juga nilai ekstrinsik dan ilmu untuk menelaah dasar-dasar

kemungkinan bertindak dalam praktek mmelalui kontrol terhadap pengaruh yang

negatif dan meningkatkan pengaruh yang positif dalam pendidikan. Dengan

Filsafat Pendidikan40

Page 41: Buku Filsafat

demikian ilmu pendidikan tidak bebas nilai mengingat hanya terdapat batas yang

sangat tipis antar pekerjaan ilmu pendidikan dan tugas pendidik sebagi pedagok.

Dalam hal ini relevan sekali untuk memperhatikan pendidikan sebagai bidang

yang sarat nilai seperti dijelaskan oleh Phenix (1966). Itu sebabnya pendidikan

memerlukan teknologi pula tetapi pendidikan bukanlah bagian dari iptek. Namun

harus diakui bahwa ilmu pendidikan belum jauh pertumbuhannya dibandingkan

dengan kebanyakan ilmu sosial dan ilmu prilaku. Lebih-lebih di

Indonesia.Implikasinya ialah bahwa ilmupendidikan lebih dekat kepada ilmu

prilaku kepada ilmu-ilmu sosial, dan harus menolak pendirian lain bahwa di

dalam kesatuan ilmu-ilmu terdapat unifikasi satu-sayunyaa metode ilmiah (Kalr

Perason,1990).

4.      Dasar antropologis ilmu pendidikan

Pendidikan yang intinya mendidik dan mengajar ialah pertemuan antara

pendidik sebagai subjek dan peserta didik sebagai subjek pula dimana terjadi

pemberian bantuan kepada pihak yang belakangan dalaam upaayanya belajr

mencapai kemandirian dalam batas-batas yang diberikan oleh dunia disekitarnya.

Atas dasar pandangan filsafah yang bersifat dialogis ini maka 3 dasar antropologis

berlaku universal tidak hanya (1) sosialitas dan (2) individualitas, melainkan juga

(3) moralitas. Kiranya khusus untuk Indonesia apabila dunia pendidikan nasional

didasarkan atas kebudayaan nasional yang menjadi konteks dari sistem pengajaran

nasional disekolah, tentu akan diperlukan juga dasar antropologis pelengkap yaitu

(4) religiusitas, yaaitu pendidik dalam situasi pendidikan sekurangkurangnya

secara mikro berhamba kepada kepentingan terdidik sebagai bagian dari

pengabdian lebih besar kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tujuan mempelajari filsafat pendidikan adalah :

1.      Dengan filsafat kita lebih menjadi manusia lebih mendidik dan membangun

diri kearah yang lebih baik

2.      Berusaha mempertahankan sikap yang objektif mengenai intisari dan sifat-

sifat barang itu sendiri,bukan hanya atas perasaan dan pertimbangan-

pertimbagan simpati atau anti pati saja

Filsafat Pendidikan41

Page 42: Buku Filsafat

3.      Mengajar dan melatih kita memandang dengan luas dan menyembuhkan kita

dari kepicikan

4.      Menjadi orang yang dapat berfikir sendiri

5.      Memberikan dasar-dasar pengetahuan, memberikan pandangna yang sintesis

pula sehingga seluruh pengetahuan merupakan satu kesatuan

6.      Hidup seseorang tersebut dipimpin oleh pengetahuan yang dimiliki oleh

seseorang tersebut. Sebab itu mengetahuai pengetahuan-pengetahuan terdasar

berarti mengetahui dasar-dasar hidup diri sendiri

7.      Bagi seorang pendidik filsafat mempunyai kepentingan istimewa karena

filsafatlah yang memberikan dasar-dasar dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya

yang mengenai manusia seperti misalnya ilmu mendidik

Tujuan filsafat pendidikan juga dapat dilihat dari beberapa aliran filsafat

pendidikan yang dapat mengembangkan pendidikan itu sendiri yaitu :

1. Idealisme

2. Realisme

3. Pragmatisme

4. Humanisme

5. Behaviorisme

6. konstruktivisme.

B.     PERANAN DAN FUNGSI FILSAFAT PENDIDIKAN

Sebagai ilmu, pendidikan Islam bertugas untuk memberikan penganalisaan

secara mendalam dan terinci tentang problema-problema kependidikan Islam

sampai kepada penyelesaiannya. Pendidikan Islam sebagai ilmu, tidak melandasi

tugasnya pada teori-teori saja, akan tetapi memperhatikan juga fakta-fakta empiris

atau praktis yang berlangsung dalam masyarakat sebagai bahan analisa.

Oleh sebab itu, masalah pendidikan akan dapat diselasaikan bilamana

didasarkan keterkaitan hubungan antara teori dan praktek, karena pendidikan akan

Filsafat Pendidikan42

Page 43: Buku Filsafat

mampu berkembang bilamana benar-benar terlibat dalam dinamika kehidupan

masyarakat. Antara pendidikan dan masyarakat selalu terjadi interaksi (saling

mempengaruhi) atau saling mengembangkan sehingga satu sama lain dapat

mendorong perkembangan untuk memperkokoh posisi dan fungsi serta idealisasi

kehidupannya. Ia memerlukan landasan ideal dan rasional yang memberikan

pandangan mendasar, menyeluruh dan sistematis tentang hakikat yang ada dibalik

masalah pendidikan yang dihadapi.

Dengan demikian filsafat pendidikan menyumbangkan analisanya kepada ilmu

pendidikan Islam tentang hakikat masalah yang nyata dan rasional yang

mengandung nilai-nilai dasar yang dijadikan landasan atau petunjuk dalam proses

kependidikan. Selanjutnya, tugas filsafat adalah melaksanakan pemikiran rasional

analisis dan teoritis (bahkan spekulatif) secara mendalam dan memdasar melalui

proses pemikiran yang sistematis, logis, dan radikal (sampai keakar-akarnya),

tentang problema hidup dan kehidupan manusia. Produk pemikirannya merupakan

pandangan dasar yang berintikan kepada “trichotomi” (tiga kekuatan rohani

pokok) yang berkembang dalam pusat kemanusiaan manusia (natropologi centra)

yang meliputi: (1) Induvidualisme (2) Sosialitas (3) Moralitas.

Fungsi Filsafat Pendidikan

Sebagai ilmu, pendidikan Islam bertugas untuk memberikan penganalisaan

secara mendalam dan terinci tentang problema-problema kependidikan Islam

sampai kepada penyelesaiannya. Pendidikan Islam sebagai ilmu, tidak melandasi

tugasnya pada teori-teori saja, akan tetapi memperhatikan juga fakta-fakta empiris

atau praktis yang berlangsung dalam masyarakat sebagai bahan analisa. Oleh

sebab itu, masalah pendidikan akan dapat diselasaikan bilamana didasarkan

keterkaitan hubungan antara teori dan praktek, karena pendidikan akan mampu

berkembang bilamana benar-benar terlibat dalam dinamika kehidupan

masyarakat. Antara pendidikan dan masyarakat selalu terjadi interaksi (saling

mempengaruhi) atau saling mengembangkan sehingga satu sama lain dapat

mendorong perkembangan untuk memperkokoh posisi dan fungsi serta idealisasi

kehidupannya. Ia memerlukan landasan ideal dan rasional yang memberikan

Filsafat Pendidikan43

Page 44: Buku Filsafat

pandangan mendasar, menyeluruh dan sistematis tentang hakikat yang ada dibalik

masalah pendidikan yang dihadapi. Dengan demikian filsafat pendidikan

menyumbangkan analisanya kepada ilmu pendidikan Islam. tentang hakikat

masalah yang nyata dan rasional yang mengandung nilai-nilai dasar yang

dijadikan landasan atau petunjuk dalam proses kependidikan.

Tugas filsafat adalah melaksanakan pemikiran rasional analisis dan teoritis

(bahkan spekulatif) secara mendalam dan memdasar melalui proses pemikiran

yang sistematis, logis, dan radikal (sampai keakar-akarnya), tentang problema

hidup dan kehidupan manusia. Produk pemikirannya merupakan pandangan dasar

yang berintikan kepada “trichotomi” (tiga kekuatan rohani pokok) yang

berkembang dalam pusat kemanusiaan manusia (natropologi centra) yang

meliputi:

a)      Induvidualisme

b)      Sosialitas

c)      Moralitas

Ketiga kemampuan tersebut berkembang dalam pola hubungan tiga arah

yang kita namakan “trilogi hubungan” yaitu:

a)      Hubungan dengan Tuhan, karena ia sebagai makhluk ciptaan-Nya.

b)      Hubungan dengan masyarakat karena ia sebagai masyarakat.

c)      Hubungan dengan alam sekitar karena ia makhluk Allah yang harus

mengelola, mengatur, memanfaatkan kekayaan alam sekitar yang terdapat diatas,

di bawah dan di dalam perut bumi ini.

Dalam berbagai bidang ilmu sering kita dengar istilah vertikal dan

horisontal. Istilah ini juga akan terdengar pada cabang filsafat bahkan filsafat

pendidikan. Antara filsafat dan pendidikan terdapat hubungan horisontal, meluas

kesamping yaitu hubungan antara cabang disiplin ilmu yang satu dengan yang lain

yang berbeda-beda, sehingga merupakan synthesa yang merupakan terapan ilmu

pada bidang kehidupan yaitu ilmu filsafat pada penyesuaian problema-problema

pendidikan dan pengajaran. Filsafat pendidikan dengan demikian merupakan pola-

Filsafat Pendidikan44

Page 45: Buku Filsafat

pola pemikiran atau pendekatan filosofis terhadap permasalahan bidang

pendidikan dan pengajaran.

Adapun filsafat pendidikan menunjukkan hubungan vertikal, naik ke atas

atau turun ke bawah dengan cabang-cabang ilmu pendidikan yang lain, seperti

pengantar pendidikan, sejarah pendidikan, teori pendidikan, perbandingan

pendidikan dan puncaknya filsafat pendidikan. Hubungan vertikal antara disiplin

ilmu tertentu adalah hubungan tingkat penguasaan atau keahlian dan pendalaman

atas rumpun ilmu pengetahuan yang sejenis.

Maka dari itu, filsafat pendidikan sebagai salah satu bukan satu-satunya

ilmu terapan adalah cabang ilmu pengetahuan yang memusatkan perhatiannya

pada penerapan pendekatan filosofis pada bidang pendidikan dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan hidup dan penghidupan manusia pada umumnya dan

manusia yang berpredikat pendidik atau guru pada khususnya.  Jhon S. Brubachen

[2]mengatakan hubungan antara filsafat dan pendidikan sangat erat sekali antara

yang satu dengan yang lainnya. Kuatnya hubungan tersebut disebabkan karena

kedua disiplin tersebut menghadapi problema-problema filsafat secara bersama-

sama

Filsafat Pendidikan45

Page 46: Buku Filsafat

BAB X

FILSAFAT PENDIDDIKAN ALIRAN IDEALISME

Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM), murid Sokrates.

Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa.

Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa

terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh

panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu

dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah

idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami perubahan serta penggeseran,

yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.

Keberadaan idea tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran

yang asli hanya dapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan idealisme

adalah gambaran dari dunia idea, sebab posisinya tidak menetap. Sedangkan yang

dimaksud dengan idea adalah hakikat murni dan asli. Keberadaannya sangat

absolut dan kesempurnaannya sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material.

Pada kenyataannya, idea digambarkan dengan dunia yang tidak berbentuk

demikian jiwa bertempat di dalam dunia yang tidak bertubuh yang dikatakan

dunia idea.

Plato yang memiliki filsafat beraliran idealisme yang realistis

mengemukakan bahwa jalan untuk membentuk masyarakat menjadi stabil adalah

menentukan kedudukan yang pasti bagi setiap orang dan setiap kelas menurut

kapasitas masin-masing dalam masyarakat sebagai keseluruhan. Mereka yang

memiliki kebajikan dan kebijaksanaan yang cukup dapat menduduki posisi yang

tinggi, selanjutnya berurutan ke bawah. Misalnya, dari atas ke bawah, dimulai dari

raja, filosof, perwira, prajurit sampai kepada pekerja dan budak. Yang menduduki

urutan paling atas adalah mereka yang telah bertahun-tahun mengalami

Filsafat Pendidikan46

Page 47: Buku Filsafat

pendidikan dan latihan serta telah memperlihatkan sifat superioritasnya dalam

melawan berbagai godaan, serta dapat menunjukkan cara hidup menurut

kebenaran tertinggi.

Mengenai kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang terkenal dengan

istilah ide, Plato mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan jenisnya satu,

sedangkan ide tertinggi adalah kebaikan. Tugas ide adalah memimpin budi

manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai

ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai

alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami

sehari-hari.

Kadangkala dunia idea adalah pekerjaan norahi yang berupa angan-angan

untuk mewujudkan cita-cita yang arealnya merupakan lapangan metafisis di luar

alam yang nyata. Menurut Berguseon, rohani merupakan sasaran untuk

mewujudkan suatu visi yang lebih jauh jangkauannya, yaitu intuisi dengan

melihat kenyataan bukan sebagai materi yang beku maupun dunia luar yang tak

dapat dikenal, melainkan dunia daya hidup yang kreatif (Peursen, 1978:36).

Aliran idealisme kenyataannya sangat identik dengan alam dan lingkungan

sehingga melahirkan dua macam realita. Pertama, yang tampak yaitu apa yang

dialami oleh kita selaku makhluk hidup dalam lingkungan ini seperti ada yang

datang dan pergi, ada yang hidup dan ada yang demikian seterusnya. Kedua,

adalah realitas sejati, yang merupakan sifat yang kekal dan sempurna (idea),

gagasan dan pikiran yang utuh di dalamnya terdapat nilai-nilai yang murni dan

asli, kemudian kemutlakan dan kesejatian kedudukannya lebih tinggi dari yang

tampak, karena idea merupakan wujud yang hakiki.

Prinsipnya, aliran idealisme mendasari semua yang ada. Yang nyata di

alam ini hanya idea, dunia idea merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak

sama dengan alam nyata seperti yang tampak dan tergambar. Sedangkan

ruangannya tidak mempunyai batas dan tumpuan yang paling akhir dari idea

adalah archeyang merupakan tempat kembali kesempurnaan yang disebut dunia

Filsafat Pendidikan47

Page 48: Buku Filsafat

idea dengan Tuhan, arche, sifatnya kekal dan sedikit pun tidak mengalami

perubahan.

Inti yang terpenting dari ajaran ini adalah manusia menganggap roh atau

sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi bagi

kehidupan manusia. Roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat yang

sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau

sukma. Aliran idealisme berusaha menerangkan secara alami pikiran yang

keadaannya secara metafisis yang baru berupa gerakan-gerakan rohaniah dan

dimensi gerakan tersebut untuk menemukan hakikat yang mutlak dan murni pada

kehidupan manusia. Demikian juga hasil adaptasi individu dengan individu

lainnya. Oleh karena itu, adanya hubungan rohani yang akhirnya membentuk

kebudayaan dan peradaban baru (Bakry, 1992:56). Maka apabila kita menganalisa

pelbagai macam pendapat tentang isi aliran idealisme, yang pada dasarnya

membicarakan tentang alam pikiran rohani yang berupa angan-angan untuk

mewujudkan cita-cita, di mana manusia berpikir bahwa sumber pengetahuan

terletak pada kenyataan rohani sehingga kepuasaan hanya bisa dicapai dan

dirasakan dengan memiliki nilai-nilai kerohanian yang dalam idealisme disebut

dengan idea.

Memang para filosof ideal memulai sistematika berpikir mereka dengan

pandangan yang fundamental bahwa realitas yang tertinggi adalah alam pikiran

(Ali, 1991:63). Sehingga, rohani dan sukma merupakan tumpuan bagi

pelaksanaan dari paham ini. Karena itu alam nyata tidak mutlak bagi aliran

idealisme. Namun pada porsinya, para filosof idealisme mengetengahkan berbagai

macam pandangan tentang hakikat alam yang sebenarnya adalah idea. Idea ini

digali dari bentuk-bentuk di luar benda yang nyata sehingga yang kelihatan apa di

balik nyata dan usaha-usaha yang dilakukan pada dasarnya adalah untuk

mengenal alam raya. Walaupun katakanlah idealisme dipandang lebih luas dari

aliran yang lain karena pada prinsipnya aliran ini dapat menjangkau hal-ihwal

yang sangat pelik yang kadang-kadang tidak mungkin dapat atau diubah oleh

materi, Sebagaimana Phidom mengetengahkan, dua prinsip pengenalan dengan

Filsafat Pendidikan48

Page 49: Buku Filsafat

memungkinkan alat-alat inderawi yang difungsikan di sini adalah jiwa atau

sukma. Dengan demikian, dunia pun terbagi dua yaitu dunia nyata dengan dunia

tidak nyata, dunia kelihatan (boraton genos) dan dunia yang tidak

kelihatan (cosmos neotos). Bagian ini menjadi sasaran studi bagi aliran filsafat

idealisme (Van der Viej, 2988:19).

Plato dalam mencari jalan melalui teori aplikasi di mana pengenalan

terhadap idea bisa diterapkan pada alam nyata seperti yang ada di hadapan

manusia. Sedangkan pengenalan alam nyata belum tentu bisa mengetahui apa di

balik alam nyata. Memang kenyataannya sukar membatasi unsur-unsur yang ada

dalam ajaran idealisme khususnya dengan Plato. Ini disebabkan aliran Platonisme

ini bersifat lebih banyak membahas tentang hakikat sesuatu daripada

menampilkannya dan mencari dalil dan keterangan hakikat itu sendiri. Oleh

karena itu dapat kita katakan bahwa pikiran Plato itu bersifat dinamis dan

tetap berlanjut tanpa akhir. Tetapi betapa pun adanya buah pikiran Plato itu maka

ahli sejarah filsafat tetap memberikan tempat terhormat bagi sebagian pendapat

dan buah pikirannya yang pokok dan utama.Antara lain Betran Russel berkata:

Adapun buah pikiran penting yang dibicarakan oleh filsafat Plato adalah: kota

utama yang merupakan idea yang belum pernah dikenal dan dikemukakan orang

sebelumnya. Yang kedua, pendapatnya tentang idea yang merupakan buah pikiran

utama yang mencoba memecahkan persoalan-persoalan menyeluruh persoalan itu

yang sampai sekarang belum terpecahkan. Yang ketiga, pembahasan dan dalil

yang dikemukakannya tentang keabadian. Yang keempat, buah pikiran tentang

alam/cosmos, yang kelima, pandangannya tentang ilmu pengetahuan (Ali,

1990:28).

Pandangan – pandangan umum yang di sepakati oleh para filsuf

idealisme yaitu:

1. Jiwa (soul) manusia adalah unsur yang paling penting dalam hidup.

2. Hakikat alam akhir semesta pada dasarnya adalah nonmaterial.

Konsep umum filsafat umum ideologis

Filsafat Pendidikan49

Page 50: Buku Filsafat

1.Metafisika

Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas hakikat

realitas ( segala sesuatu yang ada ) secara menyeluruh ( komperhensif ).

Hakikat Realitas

Para filsuf idealis mengklaim bahwa hakikat realitas bersifat spirutual atau

ideal. Bagi penganut idealisme, realitas diturunkan dari suatu substansi

fundamental, adapun substansi fundamental itu sifatnya nonmaterial, yaitu

pikiran/spirit/roh. Benda-benda yang bersifat material yang tampak nyata,

sesungguhnya diturunkan dari pikiran/jiwa/roh.

Hakikat Manusia

Menurut para filsuf idealisme bahwa manusia hakikatnya bersifat spir

utual/kejiwaan. Menurut plato, setiap manusia manusia memiliki 3 bagian

jiwa yaitu, nous ( akal pikiran ) yang merupakan bagian rasional, thumos (

semangat atau keberanian ), dan epithumia ( keinginan, kebutuhan atau

nafsu ).

2.Epistemotologi

Epistemotologi adalah cabang filsafat yang mempeljari atau membahas tentang

ilmu pengetahuan. Menurut filsuf idealisme, proses mengetahui terjadi dalam

pikiran, manusia memperoleh pengetahuan melalui berfikir dan ituisi ( gerak

hati ). Beberapa filsuf percaya bahwa pengetahuan di peroleh dengan cara

mengingat kembali ( pengetahuan adalah suatu yang di ingat kembal ).

3.Aksiolog

Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang

hakikat nilai. Para filsuf idealisme sepakat bahwa nilai-nilai bersifat abadi.

Menurup penganut idealisme Theistik nila-nilai abadi berada pada tuhan.

Penganut idealisme pantheistik mengidentikan tuhan dengan alam.

Filsafat Pendidikan50

Page 51: Buku Filsafat

BAB XI

FILSAFAT PENDIDIKAN BANGUNAN ILMU PENDIDIKAN

A. FILSAFAT

Filsafat adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam

tentang sesuatu sampai keakar-akarnya.Sesuatu disini dapat berarti terbatas

dan dapat pula berarti tidak terbatas. Bila berarti terbatas, filsafat membatasi

diri akan hal tertentu saja. Bila berarti tidak terbatas, filsafat membahas segala

sesuatu yang ada dialam ini yang sering dikatakan filsafat umum.Sementara

itu filsafat yang terbatas adalah filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat seni

dan lain-lainnya.

Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam,

maka dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering

dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relatif.Karena

kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia

saja.Sesungguhnya isi alam yang dapat diamati hanya sebagian kecil saja,

diibaratkan mengamati gunung es, hanya mampu melihat yang di atas

permukaan laut saja.Semantara filsafat mencoba menyelami sampai kedasar

gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan

renungan yang kritis.Tujuan filsafat ialah mengumpulkan pengetahuan

manusia sebanyak mungkin dan menerbitkan serta mengatur semua itu dalam

bentuk sistematik.Dengan demikian filsafat memerlukan analisa secara hati-

hati terhadap penalaran-penalaran sudut pandangan yang menjadi dasar suatu

tindakan.

B. ILMU

Filsafat Pendidikan51

Page 52: Buku Filsafat

Ilmu merupakan pengetahuan yang digumuli sejak sekola dasar

pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi, berfilsafat tentang ilmu berarti

terus terang kepada diri sendiri.Ilmu membatasi lingkup penjelajahannya pada

batas pengalaman manusia juga disebabkan metode yang digunakan dalam

menyusun yang telah teruji kebenarannya secara empiris.Semua ilmu baik

ilmu sosial maupun ilmu alam bertolak dari pengembangannya yaitu filsafat.

Pada awalnya filsafat terdiri dari tiga segi yaitu (1)apayang disebut benar dan

apa yang disebut salah (logika); (2) mana yang dianggap baik dan mana yang

dianggap buruk (etika); (3)apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk

jelek (estetika).

C. ILMU PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan salah satu bidang ilmu, sama halnya dengan

ilmu-ilmu lain. Pendidikan lahir dari induknya yaitu filsafat, sejalan dengan

proses perkembangan ilmu, ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan

dari dari induknya. Pada awalnya pendidikan berada bersama dengan filsafat,

sebab filsafat tidak pernah bisa membebaskan diri dengan pembentukan

manusia.Filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan memahami

kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan hidup

manusia.Sebagaimana cabang ilmu lainnya pendidikan merupakan cabang

dari filsafat.Namun pendidikan bukan merupakan filsafat umum/murni

melainkan filsafat khusus atau terapan.Dalam filsafat umum yang menjadi

objeknya adalah kenyataan keseluruhan segala sesuatu, sedangkan filsafat

khusus mempunyai objek kenyataan salah satu aspek kehidupan manusia.

D. FILSAFAT PENDIDIKAN

Filsafat Pendidikan dapat diartikan juga upaya mengembangkan

potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa,

maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam

perjalanan hidupnya.Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan

universal.Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan,

kesatuan.organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup

kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi

Filsafat Pendidikan52

Page 53: Buku Filsafat

mengenai masalah-masalah pendidikan. Menurut Zanti Arbi (1988) Filsafat

Pendidikan adalah meliputi sebagai berikut :

a. Menginspirasikan

Memberi insparasi kepada para pendidik untuk melaksanakan ide

tertentu dalam pendidikan. Melalui filsafat tentang pendidikan, filosof

memaparkan idennya bagaimana pendidika itu, kemana diarahkan pendidikan

itu, siapa saja yang patut menerima pendidikan, dan bagaimana cara mendidik

serta peran pendidik. Sudah tentu ide-ide ini didasari oleh asumsi-asumsi

tertentu tentang anak manusia, masyarakat atau lingkungan, dan negara.

b. Menganalisis

Memeriksa teliti bagian-bagian pendidikan agar dapat diketahui secara

jelas validitasnya.Hal ini perlu dilakukan agar dalam penyusunan konsep

pendidikan secara utuh tidak terjadi kerancan, umpang tindih, serta arah yang

simpang siur.Dengan demkian ide-ide yang komplek bisa dijernihkan terlebih

dahulu, tujuan pendidikan yang jelas, dan alat-alatnya juga dapat ditentukan

dengan tepat.

c. Mempreskriptifkan

Upaya mejelaskan atau memberi pengarahan kepada pendidik melalui

filsafat pendidikan. Yang jelaskan bisa berupa hakekat manusia bila

dibandingkan dengan mahluk lain, aspek-aspek peserta didik yang patut

dikembangkan; proses perkembangan itu sendiri, batas-batas bantuan yang bisa

diberikan kepada proses perkembangan itu sendiri, batas-batas keterlibatan

pendidik, arah pendidikan yang jelas , target-target pendidikan bila dipandang

perlu, perbedaan arah pendidikan bila diperlukan sesuai dengan kemampuan,

bakat, dan minat anak-anak.

d. Menginvestigasi

Memeriksa atau meneliti kebenaran suatu teori pendidikan.Pendidikan

tidak dibenarkan mengambil begitu saja suatau konsep atau teori pendidikan

Filsafat Pendidikan53

Page 54: Buku Filsafat

untuk dipraktikan dilapangan.Pendidik seharusnya mencari sendiri konsep-

konsep pendidikan di lapangan atau melalui penelitian-penelitian.Untuk

sementara filsafat pendidikan bisa dipakai latar pengetahuan saja.Selanjutnya

setelah pendidik berhasil menemukan konsep, barulah filsafat pendidikan

dimanfaatkan untuk mengevaluasinya, atau sebagai pembanding, untuk

kemungkinan sebagai bahan merevisi, agar konsep pendidikan itu menjadi

lebih mantap. Dari kajian tentang filsafat pendidikan selanjutnya dihasilkan

berbagai teori pendidikan, diantaranya:

Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran

dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial

tertentu.Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan

kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada

kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan

waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.

Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan

pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat

menjadi anggota masyarakat yang berguna.Matematika, sains dan mata

pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang

berharga untuk hidup di masyarakat.Sama halnya dengan perenialisme,

essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.

Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber

pengetahuan tentang hidup dan makna.Untuk memahami kehidupan seseorang

mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya

hidup di dunia? Apa pengalaman itu?

Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan

individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses.

Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik

aktif.

Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran

progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat

ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada

progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan

Filsafat Pendidikan54

Page 55: Buku Filsafat

masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk

apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut

aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.

Filsafat pendidikan dalam arti luas dapat dibedakan menjadi dua

macam yaitu (1) Filsafat Praktek Pendidikan dan (2) Filsafat Ilmu Pendidikan.

1) Filsafat Praktek Pendidikan

Diartikan sebagai analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana

seharusnya pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam

kehidupan.Sedangkan Filsafat Ilmu Pendidikan secara konsepsional diartikan

sebagai analisis kritis komprehensif tentang pendidikan sebagai salah satu

bentuk teori pendidikan yang dihasilkan melalui riset baik kuantitatif maupun

kualitatif.

Filsafat Praktek Pendidikan biasanya membahas mengenai 3 (tiga) masalah

pokok yaitu (1) apakah sebenarnya pendidikan itu; (2) apakah tujuan

pendidikan itu sebenarnya dan (3) dengan cara apa tujuan pendidikan dapat

dicapai.

2) Filsafat Ilmu Pendidikan

Membahas mengenai (1) struktur ilmu dan (2) kegunaan ilmu bagi

kepentingan praktis dan pengetahuan tentang kenyataan.

Objek dalam Filsafat Ilmu Pendidikan dapat dibedakan dalam 4 (empat)

macam yaitu:

1. Ontologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat subtansi dan

pola organisasi Ilmu Pendidikan

2. Epistomologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat objek

formal dan material Ilmu Pendidikan

3. Metodologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat cara-cara

kerja dalam menyusun ilmu pengetahuan

4. Aksiologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat nilai kegunaan

teoritis dan praktis Ilmu Pendidikan

E. HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN PENDIDIKAN

Filsafat Pendidikan55

Page 56: Buku Filsafat

Dalam berbagai bidang ilmu sering kita dengar istilah vertikal dan

horisontal. Istilah ini juga akan terdengar pada cabang filsafat bahkan filsafat

pendidikan.

Antara filsafat dan pendidikan terdapat hubungan horisontal, meluas

kesamping yaitu hubungan antara cabang disiplin ilmu yang satu dengan yang

lain yang berbeda-beda, sehingga merupakan synthesa yang merupakan

terapan ilmu pada bidang kehidupan yaitu ilmu filsafat pada penyesuaian

problema-problema pendidikan dan pengajaran. Filsafat pendidikan dengan

demikian merupakan pola-pola pemikiran atau pendekatan filosofis terhadap

permasalahan bidang pendidikan dan pengajaran.

Adapun filsafat pendidikan menunjukkan hubungan vertikal, naik ke

atas atau turun ke bawah dengan cabang-cabang ilmu pendidikan yang lain,

seperti pengantar pendidikan, sejarah pendidikan, teori pendidikan,

perbandingan pendidikan dan puncaknya filsafat pendidikan.Hubungan

vertikal antara disiplin ilmu tertentu adalah hubungan tingkat penguasaan atau

keahlian dan pendalaman atas rumpun ilmu pengetahuan yang sejenis.

Maka dari itu, filsafat pendidikan sebagai salah satu bukan satu-

satunya ilmu terapan adalah cabang ilmu pengetahuan yang memusatkan

perhatiannya pada penerapan pendekatan filosofis pada bidang pendidikan

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup dan penghidupan manusia

pada umumnya dan manusia yang berpredikat pendidik atau guru pada

khususnya.

F. HUBUNGAN FILSAFAT PENDIDIKAN DENGAN ILMU

PENDIDIKAN

Ilmu pendidikan atau pedagogic adalah ilmu yang membicarakan

masalah-masalah umum pendidikan, secara menyuluruh dan

abstrak.Pedagogic selain bercorak teoritis diutarakanlah hal-hal yang bersifat

normatif, ialah menunjuk kepada standar nilai tertentu, sedangkan yang

praktis, menunjukkan bagaimana pendidikan itu harus

dilaksanakan.Pedagogic sebagai ilmu pokok dalam lapangan pendidikan dan

sesuai dengan jiwa dan isinya, agar dapat memenuhi persyaratan landasan

Filsafat Pendidikan56

Page 57: Buku Filsafat

konsep dan fungsinya, sudah barang tentu tentu memerlukan landasan-

landasan yang berasal dari filsafat atau setidak-tidaknya mempunyai

hubungan dengan filsafat.Dikatakan landasan, bila filsafat melahirkan

pemikiran-pemikiran yang teoritis mengenai pendidikan dan dikatakan

hubungan bila berbagai pemikiran mengenai pendidiakan memerlukan

ilmuniasi dan bantuan penyelesaian dalam filsafat.Filsafat pendidikan sebagai

ilmu pendidikan yang bersendikan filsafat atau filsafat yang diterapkan dalam

usaha pemikiran dan pemecahan mengenai masalah pendidikan, terutama

dalam melihat dan meyelesaikan persoalan pendidikan yang nondiskriminatif.

(Imam Barnadib,1995:7)

G. PERANAN FILSAFAT PENDIDIKAN DALAM PENGEMBANGAN

ILMU PENDIDIKAN

Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana

mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan

bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip

pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau

proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi

kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai

tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori

pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni

menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah

yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan

pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari

teori pendidik.

Filsafat Pendidikan57

Page 58: Buku Filsafat

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, HM. Idochi dan YH Amir (2001). Administrasi Pendidikan, Teori,

Konsep, dan Isu, Program Pascasarjana. UPI

Buchori, Mochtar. 1994a. Spectrum Problematika Pendidikan di Indonesia, Tiara

Wacana, Yogya, Cetakan Pertama,

Buchori, Mochtar. 1994b. Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan, Tiara

Wacana, Yogya, Cetakan Pertama.

Buchori, Mochtar. 2001. Transformasi Pendidikan, Pustaka Sinar Harapan,

Jakarta, Cetakan Kedua.

Engkoswara, 2001. Paradigma Manajemen Pendidikan menyongsong otonomi

daerah, Yayasan Amal keluarga. Bandung , Cetakan Kedua

Engkoswara, 2002. Lembaga Pendidikan sebagai Pusat Pembudayaan, Yayasan

Amal Keluarga, bandung. Cetakan Pertama.

Imron, Ali. 1995. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia, Bumi Aksara , Jalarta.

Tilaar, H.A.R. 2004 Paradigma Pendidikan nasional, Rineka Cipta, Jakarta.

Cetakan Kedua.

Tilaar H.A.R. 1977. Pengembangan sumber daya Manusia dalam Era Globalisasi,

Grasindo, Jakarta, Cetakan Pertama,

Sumber: Arifin, Anwar, Prof. Dr. Memahami Paradigma Baru Pendidikan

Nasional dalam Undang-undang SISDIKNAS, POKSI VI DPR RI, 2003.

Filsafat Pendidikan58

Page 59: Buku Filsafat

Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Rosda Karya.

Ali Saifullah.HA. 1983. Antara Filsafat dan Pendidikan: Pengantar Filsafat

Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Langgulung, 1986.Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan

Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna.

Ismaun. 2001. Filsafat Ilmu I. (Diktat Kuliah). Bandung: UPI Bandung.

Uyoh Sadulloh.1994. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: P.T. Media Iptek.

Suhartono, Suparlan. 2009. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media

Filsafat Pendidikan59