Upload
andio-rahman
View
71
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jgih
Citation preview
0
351.077 Ind i
INFORMPENGENDALIAN PENYAKIT DAN P
L
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALDAN PENYEHATAN
351.077
Ind
i
ASI SINGKAT ENYEHATAN INGKUNGAN
IAN PENYAKIT LINGKUNGAN
DEPKES RI 2007
1
2
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI 351.007 Ind Indonesia. Departemen Kesehatan, Ditjen PP&PL i Informasi Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. – Jakarta Departemen Kesehatan – 2007 I. Judul 1. NASIONAL 2. HEALTH PLANNING 3. PREVENTION HEALTH SERVICES
3
KATA SAMBUTAN
Informasi sebagai kebutuhan dasar yang harus diberikan kepada stakeholders dan shareholders pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. Disadari ketersediaan informasi merupakan masalah baik jumlah maupun kualitas sehingga sektor kesehatan menjadi salah satu contoh in perfect market yaitu customer atau masyarakat yang dilayani mempunyai keterbatasan informasi antara lain tentang hak dan kewajiban. Buku informasi yang tersedia ini dapat digunakan untuk berbagai kepentingan diantaranya sebagai panduan umum dan acuan bagi tenaga kesehatan yang terlibat dengan kegiatan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. Selain itu dapat digunakan sebagai instrumen komunikasi disemua lini untuk stakeholders dan shareholders. Peran serta dan konstribusi nyata dari semua pihak terutama tim penyusun sepantasnya diberikan apresiasi. Selamat bekerja dan selamat berjuang untuk mensukseskan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
Jakarta, September 2007 Direktur Jenderal PP&PL
dr. I Nyoman Kandun, MPH NIP 140 066 762
4
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karuniaNya buku “Informasi Singkat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan” dapat diselesaikan atas kerjasama yang baik serta partisipasi dari berbagai pihak. Buku Informasi Singkat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Informasi Singkat PP&PL) merupakan rangkuman dari berbagai kegiatan dan pencapaian program dalam lingkup Ditjen PP & PL. Data dan informasi yang disajikan dalam bentuk narasi, tabel, grafik, peta, dan gambar. Data & informasi lingkup Ditjen PP & PL meliputi : Penyakit Menular Langsung, Penyakit Bersumber Binatang, Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi, Penyakit Tidak Menular dan Penyehatan Lingkungan. Penerbitan Buku Informasi Singkat PP&PL ini untuk pertama kalinya dan kiranya dapat memberi informasi tentang perkembangan Ditjen PP&PL dan bermanfaat bagi khalayak yang membutuhkan. Walaupun demikian buku Informasi Singkat PP&PL masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan. Saran dan kritik membangun sangat kami harapkan guna penyempurnaan buku Informasi Singkat PP&PL. Dalam kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan buku Informasi Singkat PP&PL. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, September 2007 Sekretaris Ditjen PP&PL dr.T.Marwan Nusri, MPH NIP. 140 110 762
5
DAFTAR ISI KATA SAMBUTAN.................................................................. 3 KATA PENGANTAR................................................................ 4 DAFTAR ISI............................................................................. 5 I. RENSTRA PEMBANGUNAN KESEHATAN...................... 8
A. VISI ----------------------------------------------------------------------------------- 8 B. MISI ---------------------------------------------------------------------------------- 8 C. NILAI-NILAI------------------------------------------------------------------------- 8 D. GRAND STRATEGI & 17 SASARAN PEMBANGUNAN
KESEHATAN ---------------------------------------------------------------------- 8 E. EMPAT BELAS PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN ------10
II. PENJABARAN RENSTRA UNTUK PP & PL................... 12 A. ISSUE STRATEGIS------------------------------------------------------------12 B. ANALISA SITUASI --------------------------------------------------------------12 C. STRATEGI-------------------------------------------------------------------------14 D. PROGRAM DAN KEGIATAN PP & PL ------------------------------------14 E. INSTRUMEN PERENCANAAN & ANGGARAN PENYUSUNAN
RKA-KL-----------------------------------------------------------------------------19 III. STRUKTUR ORGANISASI .............................................. 25
A. STRUKTUR ORGANISASI DEPKES RI ----------------------------------25 B. STRUKTUR ORGANISASI DITJEN PP & PL----------------------------26 C. TUGAS DAN FUNGSI DITJEN PP & PL ----------------------------------29 D. LINGKUP KEGIATAN PP & PL----------------------------------------------30
IV. PENYAKIT MENULAR LANGSUNG (PML) .................... 32 A. TUBERKULOSIS (TB)----------------------------------------------------------32 B. HIV/AIDS---------------------------------------------------------------------------36 C. INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)---------------------39 D. DIARE ------------------------------------------------------------------------------40 E. KUSTA & FRAMBUSIA --------------------------------------------------------42
V. PENYAKIT BERSUMBER BINATANG (PBB) ................. 45 A. MALARIA --------------------------------------------------------------------------45 B. DEMAM DENGUE DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) --49
6
C. RABIES (PENYAKIT ANJING GILA) ---------------------------------------52 D. ANTRAKS -------------------------------------------------------------------------53 E. PES----------------------------------------------------------------------------------55 F. FLU BURUNG --------------------------------------------------------------------56 G. JAPANESE ENCEPHALITIS -------------------------------------------------59 H .I.
LEPTOSPIROSIS ---------------------------------------------------------------59 TAENIASIS (CACING PITA)--------------------------------------------------60
J. FILARIASIS -----------------------------------------------------------------------61 K. SCHISTOSOMIASIS------------------------------------------------------------62
VI. SURVEILANS EPIDEMIOLOGI, IMUNISASI DAN KESEHATAN MATRA (SEPIM KESMA) ......................... 63 A. SURVEILANS EPIDEMIOLOGI----------------------------------------------63 B. IMUNISASI ------------------------------------------------------------------------66 C. KESEHATAN HAJI --------------------------------------------------------------73 D. KARANTINA KESEHATAN ---------------------------------------------------76 E. KESEHATAN MATRA----------------------------------------------------------79
VII. PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) ........................ 84 A. PENGERTIAN --------------------------------------------------------------------84 B. DASAR PENGENDALIAN-----------------------------------------------------84 C. TUJUAN----------------------------------------------------------------------------84 D. RUANG LINGKUP---------------------------------------------------------------85 E. DATA KEMATIAN AKIBAT PENYAKIT TIDAK MENULAR ----------89
VIII. PENYEHATAN LINGKUNGAN (PL) .......................... 91 A. STRATEGI OPERASIONAL --------------------------------------------------92 B. METHODA DAN KEGIATAN INOVATIF ----------------------------------93
IX. DATA DASAR PP & PL ................................................... 99 A. DATA WILAYAH & PENDUDUK TAHUN 2005 -------------------------99 B. DATA DASAR PUSKESMAS TAHUN 2006----------------------------100 C. KEADAAN PEGAWAI DITJEN PP & PL TAHUN 2007--------------101 D. ANGGARAN DITJEN PP& PL---------------------------------------------102 E. DATA UPT DITJEN PP & PL -----------------------------------------------103
X. INDIKATOR PEMBANGUNAN KESEHATAN ............... 109 A. INDIKATOR INDONESIA SEHAT 2010 ---------------------------------109 B. INDIKATOR KW-SPM--------------------------------------------------------113 C. INDIKATOR MDGS -----------------------------------------------------------118
7
XI. PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI....................... 120 A. WATER SUPPLY & SANITATION FOR LOW INCOME
COMMUNITIES 2 (WSSLIC-2) --------------------------------------------120 B. COMMUNITY WATER SERVICE HEALTH PROJECT
(CWSHP) ------------------------------------------------------------------------123 C. PENYEDIAAN AIR MINUM & SANITASI BERBASIS
MASYARAKAT (PAMSIMAS) ----------------------------------------------125 D. GLOBAL FUND FOR AIDS, TUBERCULOSIS AND MALARIA
(GF-ATM) ------------------------------------------------------------------------127 E. GLOBAL ALLIANCE FOR VACCINE AND IMMUNIZATION
(GAVI) ----------------------------------------------------------------------------130 F. PILOT PROJECT Tangerang ----------------------------------------------132 G. CENTER FOR DISEASE CONTROL AND PREVENTION
(CDC) ATLANTA---------------------------------------------------------------132 H. NETHERLAND LEPROSY RELIEF (NLR)------------------------------133
XII. DAFTAR OBAT PROGRAM PPM............................ 134 DAFTAR KEPUSTAKAAN .................................................. 135 DAFTAR SINGKATAN ........................................................ 137 TIM PENYUSUN ................................................................. 140
8
I. RENSTRA PEMBANGUNAN KESEHATAN Memperhatikan dasar-dasar pembangunan kesehatan untuk mencapai sasaran pembangunan kesehatan pada akhir tahun 2009 seperti telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM-N) Tahun 2004-2009, dan dengan mempertimbangkan perkembangan masalah, serta berbagai kecenderungan pembangunan kesehatan ke depan, maka ditetapkan visi, misi, nilai-nilai, strategi dan sasaran utama pembangunan kesehatan berdasarkan Kepmenkes No. 331/2006 tentang Renstra Depkes 2005 – 2009 sebagai berikut:
A. VISI Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat
B. MISI Membuat rakyat sehat
C. NILAI-NILAI 1. Berpihak pada rakyat 2. Bertindak cepat dan tepat 3. Kerjasama tim 4. Integritas yang tinggi 5. Transparan dan akuntabel
D. GRAND STRATEGI & 17 SASARAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
Untuk mewujudkan Visi Departemen Kesehatan pada tahun 2009, dan sesuai dengan Misi yang telah ditetapkan, maka dalam periode 2005-2009 akan dilaksanakan empat grand
9
strategy dan 17 sasaran utama yang dianggap mempunyai nilai strategis tinggi dan daya ungkit untuk meningkatkan derajat kesehatan sebagai berikut:
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk
hidup sehat. 1) Seluruh desa menjadi Desa Siaga 2) Seluruh masyarakat berperilaku hidup bersih dan
sehat 3) Seluruh keluarga sadar gizi
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang berkualitas. 4) Setiap orang miskin mendapat pelayanan
kesehatan yang bermutu 5) Setiap bayi, anak, ibu hamil dan kelompok
masyarakat risiko tinggi terlindungi dari penyakit. 6) Di setiap desa tersedia sumberdaya manusia
(SDM) kesehatan yang kompeten 7) Di setiap desa tersedia cukup obat esensial dan alat
kesehatan dasar 8) Setiap Puskesmas dan jaringannya dapat
menjangkau dan dijangkau seluruh masyarakat di wilayah kerjanya
9) Pelayanan kesehatan di setiap rumah sakit, Puskesmas dan jaringannya memenuhi standar mutu
3. Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan
informasi kesehatan. 10) Setiap kejadian penyakit terlaporkan secara cepat
kepada kepala desa/lurah untuk kemudian diteruskan ke instansi kesehatan terdekat
11) Setiap Kejadian Luar Biasa (KLB) dan wabah penyakit tertanggulangi secara cepat dan tepat
10
sehingga tidak menimbulkan dampak kesehatan masyarakat
12) Semua ketersediaan farmasi, makanan, dan perbekalan kesehatan memenuhi syarat
13) Terkendalinya pencemaran lingkungan sesuai dengan standar kesehatan
14) Berfungsinya sistem informasi kesehatan yang evidence based di seluruh Indonesia
4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan.
15) Pembangunan kesehatan memperoleh prioritas penganggaran pemerintah pusat dan daerah
16) Anggaran kesehatan pemerintah diutamakan untuk upaya pencegahan dan promosi kesehatan
17) Terciptanya sistem jaminan pembiayaan kesehatan terutama bagi rakyat miskin
E. EMPAT BELAS PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN
(Kepmenkes No. 331/2006 tentang Renstra Depkes 2005 – 2009) Berdasarkan Visi, Misi, Tujuan, Strategi, dan Sasaran Utama maka, program pembangunan kesehatan untuk kurun waktu 2005-2009, yaitu: 1. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat 2. Program Lingkungan Sehat 3. Program Upaya Kesehatan Masyakat 4. Program Upaya Kesehatan Perorangan 5. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit 6. Program Perbaikan Gizi Masyarakat 7. Program Sumberdaya Kesehatan 8. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
11
9. Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan
10. Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 11. Program Pendidikan Kedinasan 12. Program Pengelolaan Sumberdaya Manusia Aparatur 13. Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan
Kepemerintahan 14. Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas
Aparatur Negara
12
II. PENJABARAN RENSTRA UNTUK PP & PL Untuk menjabarkan Renstra Depkes maka Ditjen PP & PL melakukan internalisasi nilai–nilai Renstra Pembangunan kesehatan dan dilanjutkan dengan proses dengan melibatkan seluruh stakeholder PP & PL guna menghasilkan dokumen untuk tindak lanjut nyata kegiatan PP & PL yang produktif dan tepat sasaran.
A. ISSUE STRATEGIS Dalam melaksanakan program-program pencegahan dan pemberantasan penyakit serta penyehatan lingkungan, Ditjen PP & PL menghadapi beberapa isu strategis yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut: 1. Transisi Demografi & Epidemiologis 2. Kebutuhan Mutu, Akses Dan Akuntabilitas 3. Disparitas Status Kesehatan Antara Wilayah 4. Desentralisasi 5. Pembangunan Berwawasan Kesehatan 6. Kemitraan, Jaringan Kerja sama 7. Jumlah, Distribusi & Profesionalisme Nakes 8. Pembiayaan 9. Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
B. ANALISA SITUASI Analisa situasi berdasarkan SWOT analysis untuk Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dengan melibatkan stakeholders terkait diperoleh hasil sebagai berikut:
ANALISIS SWOT PP & PL Kekuatan 1. Adanya dokumen RPJMN & Renstra Depkes 2. Komitmenr dan dedikasi pimpinan jelas dan kuat 3. Adanya Kebijakan,SOP, Panduan Nasional bagi
pelaksana program 4. Struktur Organisasi & Tupoksi yang jelas dalam
menjembatani kelancaran pelaksanaan setiap program 5. Keberadaan UPT sebagai pelaksanaan kebijakan &
mendukung fungsi regional center 6. Sudah ada mekanisme koordinasi pelaksanaan program 7. Tersedianya SDM (PND & Non PNS) dalam jumlah dan
kesempatan distribusi yang cukup 8. Program PP & PL exist di setiap tataran sektoral s/d
kabupaten, kecamatan 9. Ketersediaan supplies untuk mendukung program
Kelemahan 1. Sistem Surveilance belum optimal 2. Perencanaan & pelaksanaan pembiayaan 3. Sistem & pelaksanaa pembiayaan 4. SIM untuk perencanaan & pengendalianh 5. Pemanfaatan teknologi (early diagnosis, prompt treatment,
perlindungan khusus) & pendekatan yang belum optimal 6. Belum adanya elaborasi rencana aksi sesuai Renstra 7. Pembinaan SDM; kualitas/kompetensi SDM 8. Sosialisasi produk (kebijakan & SOP) di internal & eksternal 9. Sistem dan pelaksanaan pengendalian organisasi,
perencanaan, pelaksanaan monev 10. Pemberdayaan masyarakat masih terbatas 11. Pemberdayaan pelayanan kesehatan berbasis masyarakat
(UKBM) Peluang 1. Dukungan/political will stakeholder(Pemerintah, DPR) 2. Adanya komitment global 3. Peningkatan pembiayan program dan donor 4. Desentralisasi sector kesehatan, spesifikasi daerah 5. Kerjasama & kemitraan 6. Terjadinya koordinasi lintas sector 7. Kesadaran masyarakat terhadap kesehatan semakin
meingkat 8. Payung hukum untuk pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan
Ancaman 1. Law enforcement yang lemah termasuk penegasan UU
kesehatan 2. Munculnya new & re-emerging diseases 3. Dampak mortalitas, morbiditas, KLB 4. Berada pada daerah rawan bencana (pra & pasca bencana
terkait KLB) 5. Masalah sosiak & ekonomi 6. Morbilitas penduduk dunia yang tidak terkontrol 7. Pencemaran lingkungan masih tinggi 8. Masyarakat kurang peduli thd kebersihan lingkungan 9. Desentralisasi sektor kesehatan kurang sinkron pusat &
daerah tidak prioritas, versi daerah 10. Transisi demografi ”aging” terutama Jawa-Bali 11. Double Burden meningkat 12. Peningkatan pemapar baru & resiko lingkungan yang
meningkatkan penyakit 13. Jumlah penderita malnutrisi meningkat
13
14
C. STRATEGI Untuk mewujudkan Visi Pembangunan Kesehatan pada tahun 2009 dan sesuai dengan misi yang telah ditetapkan serta dinamika lingkungan internal dan eksternal, ada 8 strategi yang akan diterapkan dalam melaksanakan program Ditjen PP & PL, yaitu sebagai berikut: 1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk
hidup sehat 2. Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan
informasi PP & PL 3. Meningkatkan pembiayaan pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan yang berbasis kinerja 4. Meningkatkan penghayatan dan pemahaman melalui
internalisasi nilai-nilai renstra 5. Meningkatkan mutu pelayanan PP & PL melalui audit
kasus dan audit kesehatan masyarakat 6. Memantapkan kualitas dan pendistribusian pengelola
program PP & PL 7. Mengkonsolidasikan & pertumbuhan organisasi PP &
PL. 8. Penegakan dan kepastian hukum (law enforcement)
D. PROGRAM DAN KEGIATAN PP & PL Berdasarkan Permenkes RI No. 1575/Menkes/Per/XI/2005 dan Strategi yang ada, maka Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:
1. Program Lingkungan Sehat (Kepmenkes No. 331/2006 tentang Renstra Depkes 2005 – 2009 )
15
a. Tujuan Program ini bertujuan mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
b. Sasaran 1) Meningkatnya persentase keluarga menghuni
rumah yang memenuhi syarat kesehatan menjadi 75%, persentase keluarga menggunakan air bersih menjadi 85%, persentase keluarga menggunakan jamban memenuhi syarat kesehatan menjadi 80%, dan persentase Tempat Tempat Umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan menjadi 80%.
2) Tersedianya dan tersosialisasikannya kebijakan dan pedoman, serta hukum yang menunjang program yang terdistribusi hingga ke desa.
3) Terselenggaranya sistem surveilans, sistem kewaspadaan dini faktor risiko, dan sistem penanggulangan KLB/wabah secara berjenjang hingga ke desa.
4) Tersedianya alat, bahan, dan reagen untuk pengendalian faktor risiko dan pendukung penyelenggaraan Program Lingkungan Sehat.
c. Kegiatan pokok 1) Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi
dasar 2) Pemeliharaan dan pengawasan kualitas
lingkungan
16
3) Pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan
4) Pengembangan wilayah sehat
2. Program Pemberantasan Dan Pencegahan Penyakit (Kepmenkes No. 331/2006 tentang Renstra Depkes 2005 – 2009)
a. Tujuan Program ini bertujuan menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit menular dan tidak menular. 1) Penyakit menular yang diprioritaskan dalam
program ini adalah: Malaria, Demam Berdarah Dengue, Tuberkulosis Paru, HIV/AIDS, Diare, Polio, Filaria, Kusta, Pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), termasuk penyakit karantina dan risiko masalah kesehatan masyarakat yang memperoleh perhatian dunia internasional (public health risk of international concern).
2) Penyakit tidak menular yang diutamakan adalah: penyakit jantung, kanker, diabetes mellitus dan penyakit metabolik, penyakit kronis dan degeneratif, serta gangguan akibat kecelakaan dan cedera.
b. Sasaran 1) Persentase desa yang mencapai Universal
Child Immunization (UCI) sebesar 98%. 2) Angka Case Detection Rate( CDR) penyakit
TB sebesar 70% dan angka keberhasilan pengobatan TB di atas 85%.
17
3) Angka Acute Flaccid Paralysis (AFP) diharapkan ≥ 2/100.000 anak usia kurang dari 15 tahun.
4) Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditangani sebesar 80%.
5) Penderita malaria yang diobati sebesar 100%. 6) CFR diare pada saat KLB adalah < 1,2% 7) ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) mendapat
pengobatan ART sebanyak 100%. 8) Tersedianya dan tersosialisasikannya
kebijakan dan pedoman, serta hukum kesehatan penunjang program yang terdistribusi hingga ke desa.
9) Terselenggaranya sistem surveilans dan kewaspadaan dini serta penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)/wabah secara berjenjang hingga ke desa.
c. Kegiatan pokok 1) Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko 2) Peningkatan imunisasi 3) Penemuan dan tatalaksana penderita 4) Peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan wabah 5) Peningkatan komunikasi, informasi dan
edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit.
6) Pencegahan dan penanggulangan Flu Burung/penyakit lainnnya
3. Program Dukungan Administrasi Dan Manajemen
a. Peningkatan pembiayaan Program PP & PL Tujuan
18
Tercukupinya pembiayaan program PP & PL sesuai dengan besaran target kinerja yang akan dicapai, khususnya kebutuhan biaya operasional program
b. Peningkatan kapasitas dan profesionalisme SDM Tujuan 1) Tercukupinya jumlah dan jenis SDM Ditjen
P2PL sesuai standar kebutuhan organisasi 2) Meningkatnya profesionalisme dan etos kerja
SDM
c. Peningkatan teknologi & kemampuan staf Tujuan Tersedianya peralatan sesuai standar di setiap UPT Ditjen PP & PL dengan SDM yang terampil memanfaatkan peralatan tersebut
d. Peningkatan pembinaan dan pelatihan Tujuan Tujuan program ini adalah meningkatnya kegiatan pembinaan UPT dan Daerah (Propinsi dan Kabupaten/Kota) sehubungan dengan tujuan-tujuan program PP & PL
e. Peningkatan SIK/SIM PP & PL dan sistem surveilans Tujuan Tujuan program ini adalah berfungsinya sebuah SIK/SIM yang mampu menyediakan data dan informasi sesuai kebutuhan secara tepat waktu, dengan validitas yang tinggi serta berfungsinya
19
jejaring surveilans mulai dari tingkat Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat.
f. Peningkatan kemampuan perencanaan & penganggaran Tujuan Tujuan program ini adalah meningkatnya kemampuan semua unit kerja Ditjen PP & PL menyusun rencana dan anggaran berbasis kinerja.
g. Advokasi dan sosialisasi peraturan & perundangan Tujuan Tujuan program ini adalah dipahaminya dan dilaksanakannya peraturan dan perundangan oleh semua stakeholder yang relevan mulai dari unit-unit internal Ditjen PP & PL (pusat dan UPT), unit lain di Depkes RI, sektor lain, Pemda daerah dan mitra kerja lainnya.
E. INSTRUMEN PERENCANAAN & ANGGARAN PENYUSUNAN RKA-KL
Perencanaan dan anggaran Program Lingkungan Sehat dan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit yang dikendalikan Ditjen PP & PL selalu berdasarkan dan memperhatikan: 1. Perpres No 7/2005 tentang RPJMN 2004-2009 2. Kepmenkes No. 331/2006 tentang Renstra Depkes
2005-2009 3. PP No. 20/2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah 4. PP No. 21/2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja
Dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
20
Untuk penjabaran perencanaan dan anggaran berdasarkan peraturan dan perundang-undangan tersebut di atas, dianggap perlu untuk membuat suatu format dokumen perencanaan dan anggaran yang terintegrasi mulai dari kebijakan umum perencanaan pembangunan hingga ke tingkat penganggaran untuk mendukung program sebagaimana mestinya. Format tersebut di bawah ini adalah cuplikan dari instrumen perencanaan dan anggaran Ditjen PP & PL untuk menyusun RKA-KL, sehingga setiap program, kegiatan pokok, dan sub kegiatan yang telah ditentukan dapat dikendalikan dan diketahui jenis kegiatan dan besar anggaran yang dialokasikan.
1. Program Lingkungan Sehat
KODE PROGRAM, KODE KEGIATAN POKOK & SUB KEGIATAN
06.02.01 PROGRAM LINGKUNGAN SEHAT 2804 Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar 4807 Peningkatan akses air bersih 4808 Peningkatan kualitas air bersih/air minum
4809 Pembinaan dan pengawasan industri air minum isi ulang
4810 Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Pengguna Air
4811 Peningkatan akses jamban 4913 Gerakan sanitasi total berbasis masyarakat
4812 Pembinaan & pengawasan sanitasi mak/min & bahan pangan
2805 Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan
4813 Pembinaan dan pengawasan penyehatan perumahan
21
KODE PROGRAM, KODE KEGIATAN POKOK & SUB KEGIATAN
4814 Pembinaan dan pengawasan sanitasi industri/tempat kerja
4815 Pembinaan dan pengawasan sanitasi tempat yankes
4816 Pembinaan dan pengawasan pengelolaan pestisida
4817 Pembinaan dan pengawasan sanitasi Tempat-tempat umum
4818 Pengembangan & penyelenggaraan laboratorium lingkungan
2806 Pengendalian Dampak Pencemaran Lingkungan 0669 Pengendalian pencemaran 4451 Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan 4820 Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan 2803 Pengembangan Wilayah Sehat 4821 Pelembagaan forum kawasan sehat 4822 Pembinaan forum kawasan sehat
2. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
KODE PROGRAM, KODE KEGIATAN POKOK & SUB KEGIATAN
07.03.04 PROGRAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT
2823 Pencegahan dan Penanggulangan Faktor Risiko
4823 Pengendalian faktor risiko penyakit bersumber binatang
4862 Pengendalian faktor risiko penyakit menular langsung
4825 Pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular
22
KODE PROGRAM, KODE KEGIATAN POKOK & SUB KEGIATAN
2824 Peningkatan Imunisasi 4826 Penyelenggaraan imunisasi dasar 4827 Penyelenggaraan Imunisasi situasi khusus 2826 Penemuan dan Tatalaksana Penderita 4828 Penemuan/tatalaksana Tuberkulosis 4829 Penemuan/tatalaksana AIDS & IMS 4830 Penemuan/tatalaksana Diare 4831 Penemuan/tatalaksana ISPA/Pneumonia 4832 Penemuan/tatalaksana Kusta dan Frambusia 4833 Penemuan/tatalaksana Malaria 4834 Penemuan/tatalaksana Penyakit Arbovirosis 4835 Penemuan/tatalaksana Filariasis 4836 Penemuan/tatalaksana Penyakit Zoonosa 4837 Penemuan/tatalaksana Penyakit PD3I
4838 Penemuan/tatalaksana Penyakit jantung & pembuluh darah
4839 Penemuan/tatalaksana Penyakit Kanker
4840 Penemuan/tatalaksana Penyakit DM & Metabolik lainnya
4841 Penemuan/tatalaksana penyakit kronis dan degeneratif lainnya
4842 Penemuan/tatalaksana gangguan akibat kecelakaan/cedera
4843 Penemuan/tatalaksana kejadian PHEIC 4844 Penemuan/tatalaksana kasus keracunan
2825 Peningkatan Surveilans Epidemiologi dan penanggulangan wabah
4845 Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) Penyakit
4846 Penanggulangan penyakit berpotensi KLB/Wabah
4847 Pembinaan dan pengawasan kesehatan haji 4848 Pembinaan dan pengawasan kesehatan pada
23
KODE PROGRAM, KODE KEGIATAN POKOK & SUB KEGIATAN
kondisi matra
4849 Pengawasan lalulintas orang/barang/alat angkut thd PHEIC
2827 Peningkatan KIE Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
4850 Penyelenggaraan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
2837 Pencegahan dan Penanggulangan Flu Burung/penyakit lainnya
1 Pemetaan sasaran dan kebutuhan logistic
2 Pengambilan, pengiriman dan pemeriksaan specimen
3 Penatalaksanaan dan rujukan kasus
4 Pengembangan jejaring SE penyakit Flu Burung
5 Penyelidikan epidemiologi kasus/rumors verification
6 Penyediaan juklak/juknis/standar/pedoman
7 Bintek, monev dan rapat konsultasi pengendalian penyakit
8 Pelatihan pengelola & pelaksana pengendalian Flu Burung
9 Penguatan sarana/prasarana yankes dan laboratorium
10 Penyediaan alat/bahan/reagen/obat/vaksin & logistic
11 Upaya peningkatan pre-service trainning program
24
3. Jadwal dan Siklus Perencanaan dan Anggaran
A. STRUKTUR ORGANISASI DEPKES RI
III.STRUKTUR ORGANISASI Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1575 Tahun 2005 tentang OrganisasI dan Tata Kerja Departemen Kesehatan telah menetapkan struktur organisasi dilingkungan Departemen Kesehatan yang didalamnya terdapat struktur organisasi Ditjen PP & PL.
25
B. STRUKTUR ORGANISASI DITJEN PP & PL (Permenkes RI No. 1575/Menkes/Per/XI/2005)
26
27
Sruktur & Foto Dirjen, Sesditjen dan Para Direktur.
28
29
C. TUGAS DAN FUNGSI DITJEN PP & PL (Permenkes RI No. 1575/Menkes/Per/XI/2005)
1. Tugas Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
2. Fungsi Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 388, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengendalian
surveilans epidemiologi, imunisasi dan kesehatan matra, pengendalian penyakit menular langsung, pengendalian penyakit bersumber binatang, pengendalian penyakit tidak menular, dan penyehatan lingkungan;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian surveilans epidemiologi, imunisasi dan kesehatan matra, pengendalian penyakit menular langsung, pengendalian penyakit bersumber binatang, pengendalian penyakit tidak menular, dan penyehatan lingkungan;
c. Penyusunan standard, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang pengendalian surveilans epidemiologi, imunisasi dan kesehatan matra, pengendalian penyakit menular langsung, pengendalian penyakit bersumber binatang, pengendalian penyakit tidak menular, dan penyehatan lingkungan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi; e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.
30
D. LINGKUP KEGIATAN PP & PL
1. Penyakit Menular Langsung a. TB b. HIV/AIDS & Penyakit Menular Seksual c. ISPA d. Diare, Kecacingan & Penyakit Saluran Pencernaan e. Kusta & Framboesia
2. Penyakit Bersumber Binatang a. Malaria b. Arbovirosis c. Zoonosis d. Filariasis & Schistosomiasis e. Pengendalian Vektor
3. Surveilans Epidemiologi & Kesehatan Matra a. Imunisasi b. Surveilans Epidemiologi c. Karantina Kesehatan & PHEIC d. Kesehatan Matra e. Kesehatan Haji
4. Penyakit Tidak Menular a. Penyakit Jantung & Pembuluh Darah b. Kanker c. Diabetes Mellitus & Penyakit Metabolis d. Peny. Kronis & Degeneratif Lainnya e. Gangguan Akibat Kecelakaan & Cidera
5. Penyehatan Lingkungan a. Pengawasan Kualitas Air
31
b. Pengawasan Lingkungan c. Kawasan Sehat d. Pengawasan Pengelolaan Limbah e. Sanitasi Makanan dan Bahan Pangan
IV. PENYAKIT MENULAR LANGSUNG (PML)
A. TUBERKULOSIS (TB) Tuberkulosis atau sering juga disebut TB adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Umumnya menyerang organ paru namun dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
1. Cakupan Program Penemuan Kasus Baru/Case Detection Rate (CDR) dan Keberhasilan Pengobatan/Succes Rate (SR) Penderita TB BTA Positif di Indonesia
Tahun 1995 s.d. 2006
9181
54 58
73.8
87 86 86.1 86.7 88.9 91
1.4 4.6 7.512
19 20 2129
37.6
54
6876
0102030405060708090
100
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 20060
10
20
30
40
50
60
70
80
SR CDR
Angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan persentase pasien TB BTA positif yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan lengkap) di antara pasien TB BTA positif yang tercatat.
32
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa pada tahun 1997 s/d 2000 penurunan angka insidens tidak terlalu bermakna, tetapi pada tahun 2000 s/d 2006 terjadi penurunan secara drastis angka insidens dari tahun ke tahun.
Hasil Survey Prevalensi TB Tahun 2004
01 0 02 0 03 0 04 0 05 0 06 0 0
smea
r+ p
reva
lenc
e/10
0K
1 9 8 0 s u rve y 4 2 2 2 5 5 4 3 3 3 2 1
1 9 9 0 3 1 1 1 4 6 3 4 2 2 1 7
2 0 0 4 s u rve y 2 0 3 6 7 2 4 6 1 2 5
S u m a tra J a w a -B a li K T I N a s io n a l
5 4
3 52 8
4 2
Dari tahun 1980 sampai dengan tahun 2004 prevalance rate turun 4% per tahun
33
34
2. Pengendalian Penyakit Tuberkulosis
a. Tujuan Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian TB, Memutuskan rantai penularan, serta mencegah terjadinya multi drug resistence (MDR), sehingga TB tidak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia.
b. Target. Target program penanggulangan TB adalah tercapainya penemuaan pasien baru TB BTA positif paling sedikit 70% dari perkiraan dan penyembuhan 85% dari semua pasien tersebut serta mempertahankannya. Target ini diharapkan dapat menurunkan tingkat prevalensi dan kematiaan akibat TB hingga separuhnya pada tahun 2010 dibanding tahun 1990, dan mencapai tujuaan Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015.
c. Kebijakan 1) Dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi. 2) Dengan menggunakan strategis Directly Observed
Treatment Shortcourse (DOTS) 3) Penguatan kebijakan untuk meningkatkan
komitmen daerah. 4) Peningkatan mutu pelayanan, kemudahan akses
untuk penemuaan dan pengobatan untuk memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya MDR-TB.
5) Penemuaan dan pengobatan dilaksanakan oleh seluruh Unit Pelayanan Kesehatan (UPK)
6) Penanggulangan dilaksanakan melalui promosi, penggalangan kerja sama dan kemitraan dalam wujud Gerakan Terpadu Nasional (Gerdunas) TB.
35
7) Peningkatan kemampuan laboratorium. 8) Obat anti Tuberkulosa diberikan kepada pasien
secara cuma-cuma dan dijamin ketersediaannya. 9) Ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten
untuk meningkatkan dan mempertahankan kinerja. 10) Diprioritaskan kepada kelompok miskin dan
kelompok rentan terhadap TB. 11) Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga,
masyarakat dan pekerjaannya. 12) Memperhatikan komitmen international.
d. Kegiatan 1) Penemuan dan pengobatan 2) Perencanaan 3) Pemantauan dan evaluasi 4) Peningkatan SDM (pelatihan, supervisi) 5) Penelitian 6) Promosi 7) Kemitraan
e. Strategi DOTS Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen, yaitu: 1) Komitmen politis 2) Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin
mutunya 3) Pengobatan jangka pendek yang standar bagi
semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan
4) Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu 5) Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu
memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan.
B. HIV/AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh menurunnya imunitas tubuh sebagai akibat dari serangan Human Imunodeficiency Virus (HIV). Karena imunitas tubuh yang diserang oleh virus HIV, maka penderita mudah diserang berbagai macam penyakit infeksi dan kanker yang tidak biasa.
1. Cakupan Program Jumlah Kasus AIDS di Indonesia s/d 30 Juni 2007
Kasus HIV/AIDS di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hingga Maret 2007, penderita AIDS yang dilaporkan berjumlah 8.988 orang. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (1997-2006) terjadi peningkatan kasus AIDS lebih dari 40 kali.
36
2. Pengendalian Penyakit HIV/AIDS Penyakit AIDS sampai saat ini masih merupakan penyakit dengan jumlah kasus yang masih tinggi dan menjadi epidemi selama 20 tahun. Secara umum Program Penanggulangan AIDS terdiri dari pengembangan kebijakan, program pencegahan, program perawatan, dukungan dan pengobatan, serta program mitigasi.
a. Pengembangan Kebijakan Implementasi program penanggulangan AIDS yang efektif memerlukan dukungan kebijakan, kejelasan strategi operasional dan panduan teknis. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mendukung implementasi program adalah sebagai berikut: 1) Penelaahan dan pengembangan kebijakan untuk
mendukung penanggulangan AIDS, antara lain kebijakan pemakaian kondom 100%, penanganan pengguna narkoba suntik (penasun) dan kebijakan yang menyangkut perawatan, dukungan dan pengobatan.
37
38
2) Fasilitasi untuk pengembangan kebijakan dan kesepakatan pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota dalam bentuk peraturan daerah.
3) Pengembangan stategi operasional, antara lain program komunikasi dan intervensi perubahan perilaku, program penjangkauan orang muda, dan penjangkauan di tempat kerja.
4) Penelaahan dan pengembangan panduan teknis untuk intervensi yang spesifik, antara lain untuk Voluntary Counseling And Testing (VCT), dan program penasun di penjara.
b. Program Pencegahan 1) Program Pencegahan Transmisi Melalui Jarum
Suntik 2) Program Pencegahan Transmisi Seksual 3) Program Pencegahan Lainnya
Untuk sub-populasi orang muda Untuk sub-populasi laki-laki rentan Pencegahan penularan ibu ke bayi Penyediaan tranfusi darah yang aman
4) Program Perawatan, Dukungan dan Pengobatan 5) Program Mitigasi
c. Implementasi Program Berdasarkan adanya perbedaan tahapan situasi epidemi AIDS dan konsentrasi populasi risiko tinggi, maka terdapat 3 pola implementasi program, yaitu program komprehensif di 17 provinsi, implementasi program di Tanah Papua, dan implementasi program di provinsi lain. 1) Program Komprehensif di 17 Provinsi 2) Implementasi Program di Tanah Papua 3) Implementasi Program di Provinsi-Provinsi Lain
C. INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) ISPA adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan juga pleura. Penyakit ISPA yang menjadi perhatian dalam kesehatan masyarakat adalah Pneumonia, karena penyakit ini merupakan penyakit yang paling banyak (80-90%) menyebabkan kematian khususnya pada balita diantara penyakit ISPA lainnya oleh karena ini disini akan difokuskan pada Penumonia Balita, selain program penanggulangan pandemi flu burung. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jariangan paru-paru atau alveoli.
1. Cakupan Program
2. Pengendalian penyakit ISPA Pengendalian penyakit ISPA dilakukan melalui kegiatan-kegiatan pokok antara lain: advokasi dan sosialisasi,
39
penemuan dan penatalaksanaan, pemberdayaan masyarakat untuk pencegahan dan perawatan, manajemen logistik, peningkatan Sumberdaya Manusia, supervisi, pencatatan dan pelaporan, kemitraan, manajemen program, dan penelitian dan pengembangan program.
3. Pengendalian penyakit Flu Burung Telah dilakukan berbagai kegiatan dalam rangka antisipasi kemungkinan terjadinya pandemi flu burung. Kegiatan yang dilakukan anatara lain berupa pembuatan pedoman dan desktop exercise.
D. DIARE Adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa cair saja yang frekwensinya lebih sering dari biasanya. Daire paling sering menyerang anak umur di bawah lima tahun, utamanya usia 6 bulan s/d 2 tahun. Juga umum terjadi pada bayi di bawah 6 bulan yang minum susu sapi atau susu formula.
1. Cakupan Program Morbiditas Diare Tahun 1996 - 2006
280 301
423347
0100200300400500
1996 2000 2003 2006
insiden/1000 penduduk
40
41
Jumlah KLB Diare Nasional Tahun 2001 – 2006
Tahun Provinsi Penderita CFR 2001 12 4.428 100 (2.26 %) 2002 15 5.789 94 (1.62 %) 2003 22 4.622 128 (2,77%) 2004 17 3.314 53 (1,60%) 2005 11 5.051 127 (2,51%) 2006 16 10.980 277 (2.52%)
Sumber: Laporan W1/hasil investigasi
2. Pengendalian Diare a. Kebijakan
Tatalaksana diare sesuai dengan standar di sarana kesehatan dan di rumah
Penyelenggaraan penyelidikan dan penanggulangan KLB (SKD – KLB)
Mengembangkan jejaring kemitraan LP/LS Penyediaan logistik yang cukup Pelatihan petugas
Peningkatan kegiatan pencegahan Monitoring dan evaluasi
b. Upaya kegaitan pencegahan Diare
Memberikan ASI Memperbaiki makanan pendamping ASI Menggunakan air bersih yang cukup Mencuci tangan Menggunakan jamban Membuang tinja bayi yang benar Memberikan imunisasi Campak
E. KUSTA & FRAMBUSIA Kusta adalah penyakit menular yang menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang menyerang saraf tepi dan jaringan tubuh lainnya.
1. Cakupan Program
TREND ANGKA PREVALENSI & ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA TAHUN 2000 - 2005
42
Distribusi Angka Penemuan Kasus Baru Kusta Tahun 2006
Tren Jumlah Kasus Frambusia Tahun 2000 - 2006
2.2
7
3
1 1
0
0.8 0.80.2 0.4
0.12 0.1 0.23 0.15 0.16 0.25
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
90/91 91/92 92/93 93/94 94/95 95/96 96/97 97/98 98/99 99/00 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2
tahun
PR/1
00.0
00 p
op
006
0.22
43
44
2. Pengendalian Penyakit Kusta Pokok-pokok kegiatan yang dilakukan untuk pengendalian penyakit Kusta baik di Pusat maupun Daerah sebagai berikut: a. Tata laksana penderita
• Penemuan penderita • Diagnosis dan klasifikasi • Pengobatan dan pengendalian pengobatan • Pencegahan cacat dan perawatan diri • Rehabillitasi medik
b. Tata laksana program
• Perencanaan • Pelatihan • Penyuluhan dan advokasi • Supervisi • Pencatatan dan pelaporan • Monitoring dan evaluasi • Pengelolaan logistik
3. Pengendalian Penyakit Frambusia Berbagai kegiatan telah dilakukan selama ini. Indonesia diharapkan dapat eradikasi Frambusia pada tahun 2009, dan akan mendapatkan sertifikasi bebas Frambusia pada tahun 2012.
V. PENYAKIT BERSUMBER BINATANG (PBB) V. PENYAKIT BERSUMBER BINATANG (PBB)
A. MALARIA A. MALARIA Adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit yang disebut ”plasmodium” yang menyerang sel darah merah (eritrosit). Ada 4 (empat) jenis plasmodium yang menyerang manusia sebagai penyakit malari, yaitu:
Adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit yang disebut ”plasmodium” yang menyerang sel darah merah (eritrosit). Ada 4 (empat) jenis plasmodium yang menyerang manusia sebagai penyakit malari, yaitu:
1. Plasmodium falciparum 1. Plasmodium falciparum Anopheles 2. Plasmodium vivax 2. Plasmodium vivax 3. Plasmodium ovale dan 3. Plasmodium ovale dan 4. Plasmodium malariae 4. Plasmodium malariae
1. Cakupan Program 1. Cakupan Program Angka Kematian Malaria Per Tahun Thn. 2000 -
2006 Angka Kematian Malaria Per Tahun Thn. 2000 -
2006
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
Pers
enta
se
TARGET 1.03 0.90 0.75 0.60 0.55 0.51 0.45
REALISASI 2.69 1.40 2.70 4.90 1.68 0.92 0.42
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
45
Annual Malaria Incidence (AMI) Malaria Thn. 2000 - 2006
0
5
10
15
20
25
30
35
Perm
il
AMI 31.09 26.2 22.27 21.8 21.2 24.75 23.98
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Annual Parasite Incidence (API) Malaria 2000 - 2006
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
Perm
il
API 0.81 0.62 0.47 0.22 0.15 0.15 0.19
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
2. Pengendalian Penyakit Malaria Malaria merupakan salah satu penyakit prioritas yang sampai saat ini masih menjadi ancaman di Indonesia dengan angka kesakitan dan kematian tinggi serta sering menimbulkan KLB.
46
47
a. Pencegahan Malaria Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh setiap individu untuk mencegah terjadinya penularan penyakit malaria dengan menghindari gigitan nyamuk malaria, antara lain: 1) Tidur dengan kelambu 2) Memasang kawat kasa pada ventilasi rumahnya 3) Menghindari keluar rumah pada malam hari, kalau
terpaksa mempunyai kegiatan keluar rumah pada malam selalu memakai baju lengan panjang dan celana panjang atau memakai repellant (penolak gigitan nyamuk)
b. Pemberantasan Nyamuk Malaria 1) Secara Kimiawi
a) Penyemprotan rumah dnegan insektisida b) Pemolesan kelambu dengan insektisida c) Larvaciding
2) Secara Biologis a) Penebaran ikan pemakan jentik b) Penggunaan bakteri untuk pembunuh jentik
(Bacillus thuringiensis) c) Pemakaian ternak untuk menghindari gigitan
nyamuk (Cattle barrier) 3) Manajemen Lingkungan
a) Modifikasi lingkungan (penimbunan genangan air, pengeringan genangan air, perataan permukaan tanah, dll)
b) Manipulasi lingkungan ( pembersihan tanaman air, pembuatan saluran penghubung, penanaman pohon bakau, dll)
3. Gebrak Malaria Upaya percepatan pengendlian penyakit malaria dilakukan melalui upaya Gerakan Pemberantasan Kembali (GEBRAK) Malaria yang dicanangkan pada 8 April 2000 di Kupang.
a. Visi Setiap orang mampu hidup dalam lingkungan yang terbebas dari penularan malaria.
b. Misi 1) Memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dan
melindungi diri dari penularan malaria. 2) Menggalang kemitraan dalam pemberantasan
malaria termasuk penyehatan lingkungan. 3) Menjamin pelayanan kesehatan yang bermutu
untuk mencegah dan menangani penyakit malaria
c. Tujuh Langkah Gebrak Malaria
48
B. DEMAM DENGUE DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
Adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti
1. Cakupan Program
Mapping Insidens DBD Per 100.000 Pdkk Per Provinsi Tahun 2006
INSIDENS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) MENURUT JUMLAH KAB/KOTA TERJANGKIT DI INDONESIA TAHUN 1968-2006
0
10
20
30
40
50
60
TAHUN
INSIDENS
0
50
100
150
200
250
300
350
400
INSIDENS
KAB/KOTA TERJANGKIT
KAB/KOTA
49
JUMLAH KASUS DBD PER PROPINSI TAHUN 2007(situasi s/d Tanggal, 21 September 2007)
27,959
22,951
18,259
15,421
4,6854,080 3,903 3,519 3,095
1,981 1,978 1,655 1,567 1,260 936 895 833 733 611 598 597 548 479 425 251 216 171 139 134 112 42 2 00
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000D
KI J
KT
JABA
R
JATI
M
JATE
NG
B A
L I
KAL
TIM
LAM
PU
NG
BAN
TEN
SU
MS
EL
D.I
YO
GY
A
SULS
EL
SUM
UT
SU
MBA
R
KALS
EL
SULT
ENG
SU
LUT
SULT
RA
KEP.
RIA
U
N.T
.B
N. A
CE
H. D
R I
A U
KALT
ENG
N.T
.T.
KAL
BAR
J A
M B
I
MA
LUKU
UTR
IRJA
BA
RA
T
BEN
GKU
LU
BABE
L
GO
RO
NTA
LO
PAPU
A
SU
LBA
R
MA
LUK
U
DATA KASUS dan KEMATIAN DBD DI INDONESIA PER BULANTAHUN 2005-2007
(Th. 2007 s/d Bl. Agustus)
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
Bulan
Kasus
0
50
100
150
200
250
300
350
Kematian
KasusKematian
2005 20072006
50
51
2. Pengendalian Penyakit DBD
a. Pemberantasan Nyamuk Dewasa Penyemrotan (pengasapan/foging) dengan insektisida. Organophospate, misalnya malation,
penittrothion Pyratroid sintetic misalnya lamda sihalotrin,
permetrin. Carbamat Alat yang digunakan ialah mesin Fog atau
Ultra Low Volume (ULV)
b. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 1) Kimia – larvasida (abatisasi)
Larvasida yang biasa digunakan adalah temephos.
Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gr (1 sendok makan rata) untuk tiap 100 liter air.
Abatisasi dengan temephos ini mempunyai efek 3 bulan, Artinya tempat penampungan air jangan dikuras selama 3 bulan.
2) Biologi: Dengan cara memelihara ikan pemakan jentik nyamuk ikan kepala timah, ikan gupi, ikan adu/laga dsb
3) Fisik - kegiatan PSN 3 M, yaitu: Menguras, Menutup dan Mengubur
4) Cara lainnya dengan menghindari gigitan nyamuk dan mengusir nyamuk.
C. RABIES (PENYAKIT ANJING GILA) Adalah suatu penyakit akut yang menyerang susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh virus (golongan Rabdovirus) dan dapat menyebabkan kematian, dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia.
1. Cakupan Program Tahun 2004 dikeluarkan SK Mentan No. 566/KPTS/PD.640/2004 tentang Pembebasan Rabies di Provinsi Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta.
DAERAH PENULARAN KASUS RABIES DI INDONESIA
S/D JUNI 2007
2. Cara Pencegahan Rabies Cara pencegahan penyakit Rabies pada manusia adalah: Bila seseorang digigit hewan tersangka atau menderita rabies, tindakan pertama adalah: ”Mencuci luka gigitan secepatnya dengan sabun atau deterjen selama 10-15 menit”. Kemudian
52
luka dicuci dengan alkohol 70% atau yodium tintura. Setelah itu segera pergi ke puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut. Di puskesmas/rumah sakit (yang dirujuk sebagai Rabies Center) akan diberkan vaksin anti rabies sesuai dengan kondisi lukanya.
D. ANTRAKS Antraks adalah salah satu penyakit hewan yang dapat menular pada manusia yang bersifat akut dan disebabkan oleh kuman (bakteri) antraks.
1. Cakupan Program Kasus Antraks pada tahun 2006 paling banyak dilaporkan dari Kota Makasar dan Kab.Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan yaitu 16 kasus Antraks tipe kulit, tanpa kematian (CFR=0%).
53
SITUASI ANTRAKS DI INDONESIA TAHUN 2002 - 2006
Terjadi KLB antraks tahun 2007 di Kab. Sumba Barat dan Kab. Bogor dengan kasus 13 orang diantaranya 5 orang meninggal.
0
20
40
60
80
100
120
Meninggal 8 2 8 1 1
Kasus 35 40 109 76 16
2002 2003 2004 2005 2006
2. Cara Pencegahan a. Hindari kontak langsung (pesentuhan) atau makan
bahan makanan (seperti jeroan) yang berasal dari hewan yang dicurigai antraks.
b. Cuci tangan dengan sabun sebelum makan c. Cuci sayuran lalapan atau buah-buahan sampai
bersih sebelum dimakan d. Masak bahan makanan yang berasal dari hewan
seperti daging sampai matang sempurna Tindakan Yang Diperlukan: Tindakan yang diperlukan bila menjumpai antraks: Pada hewan: a. Lapor ke Dinas Peternakan setempat kalau ada
hewan yang sakit dengan gejala antraks b. Dilarang menyembelih hewan yang sakit antraks
54
55
c. Dilarang memakan daging dari hewan yang sakit antraks
d. Menemukan hewan mati karena antraks agar segera dikubur dalam lubang 2,5 meter.
Pada manusia: a. Segera berobat ke puskesmas, rumah sakit dan
lapor ke dinas kesehatan setempat apabila ada gejala antraks
b. Dianjurkan tidak memandikan tubuh orang yang meninggal karena antraks
E. PES Pes merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman jenis bakteri Yersinia pestis.
1. Cakupan Program Hasil Pemeriksaan Spesimen Pes pada Manusia Menurut
Propinsi Tahun 2002 - 2006 TAHUN
2002 2003 2004 2005 2006 PROP Prks Pos Prks Pos Prks Pos Prks Pos Prks Pos
DIY 0 0 9 0 0 0 - - - - JATENG 506 1 191 2 239 7 38 1 205 4JATIM 1 0 16 0 15 0 36 0 - -JABAR 0 0 0 0 0 0 - - - -JMH 507 1 216 2 254 7 74 1 205 4
2. Pencegahan a. Sanitasi Lingkungan
Pengawasan lingkungan meliputi pengawasan terhadap tikus dan membersihkan sampah, air,
56
sarang tikus, bahan untuk membuat sarang tikus dan mengusahakan konstruksi bangunan anti tikus.
b. Lingkungan rumah Makanan harus disimpan di tempat yang aman
dan tertutup Tempat penyimpanan air harus ditutup rapat
dan bagian bocor harus diperbaiki c. Disekitar rumah
Halaman rumah sebaiknya selalu dibersihkan dan bersih dari kumpulan sampah
d. Di masyarakat tindakan yang tepat dilakukan: Sampah harus dikumpulkan dan dibuang
dengan benar-benar terutama pada sampah-sampah industri termasuk kardus yang rusak dan bahan-bahan bangunan yang dapat menarik tikus
Tutup dengan rapat saluran pembuangan air atau sistem sanitasi lainnya
F. FLU BURUNG Avian influenza adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A terutama H5N1 yang ditularkan oleh unggas. Virus influenza terdiri dari beberapa tipe yaitu A, B dan C. Influenza tipe A terdiri dari sub tipe yaitu: H1N1, H3N2, H5N1 dan lain-lain.
1. Cakupan Program
Daerah Endemis AI Pada Unggas (kumulatif 2003-2007) dan Manusia di Indonesia (Juni 2005 – 10 Okt 2007)
Distribusi Kasus AI Menurut Bulan Akhir Juni 2005 – 25 Juni 2007
57
58
2. Pengendalian Penyakit Flu Burung
a. Tujuan 1. Mencegah perkembangan flu burung ke tahap
berikutnya 2. Penanganan sebaik-baiknya pasien/korban flu
burung pada manusia dan hewan 3. Meminimalkan kerugian akibat perkembangan
flu burung 4. Pengelolaan pengendalian flu burung secara
berkelanjutan 5. Mengefektifkan kesiapsiagaan nasional
menghadapi pandemi influenza
b. Strategi Pengendalian Flu Burung 1. Pengendalian Penyakit pada Hewan 2. Penatalaksanaan kasus pada manusia 3. Perlindungan kelompok resiko tinggi 4. Surveilans epidemiologi pada hewan dan
manusia 5. Restrukturisasi sistem industri perunggasan 6. Komunikasi, Informasi dan Edukasi 7. Penguatan dukungan peraturan 8. Peningkatan kapasitas 9. Penelitian kaji tindak 10. Monitoring dan Evaluasi
c. Strategi Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza 1. Penguatan Manajemen Berkelanjutan 2. Penguatan Surveilans Pada Hewan dan
Manusia 3. Pencegahan dan Pengendalian
59
4. Penguatan Kapasitas Respon Pelayanan Kesehatan
5. Komunikasi, Informasi dan Edukasi
G. JAPANESE ENCEPHALITIS Penyakit infeksi akut yang menyebabkan radang otak disebabkan oleh virus flavivirus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk culex.
Pencegahan a. Menghindari gigitan nyamuk b. Tidur dalam kelambu c. Malam hari berada dalam rumah/tidak berkebun d. Mengolesi badan dengan obat anti nyamuk e. Menggunakan obat anti nyamuk bakar atau semprot f. Menjauhkan kandang ternak dari rumah tinggal g. Membersihkan tempat-tempat perindukan JE,
membersihkan halaman sekitar rumah, mengalirkan genangan air, merawat tambak ikan/udang
h. Membunuh nyamuk dewasa dengan menyemprotnya i. Membunuh jentik nyamuk dengan menyebarkan ikan
pemakan jentik j. Menanam pohon anti nyamuk, dll
H. LEPTOSPIROSIS Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan bakteri leptospira (bentuk spiral) dapat menyerang hewan dan manusia
1. Sumber Penularan Hewan yang menjadi sumber penularan utama adalah tikus, sedagkan sumber yang lain pada babi, sapi, kambing, domba, kuda, anjing, kucing, serangga,
60
burung, insetivora (landak, kelelawar,tupai), rubah, dalat sebagai pembawa leptospira juga.
2. Cara Penularan a. Manusia terinfkesi leptospira melalui kontak
langsung dengan air, tanah (lumpur), tanaman, makanan yang tercemar air seni hewan yang terinfeksi leptospira.
b. Bakteri leptospira ke dalam tubuh manusia melalui selaput lendir (mukosa) mata, hidung atau melalui kulit yang lecet dan kadang melalui pencernaan dari makanan yang tercemar.
c. Penularan dari manusia ke manusia jarang terjadi d. Musim penularan pada musim penghujan, biasanya
pasca banjir.
3. Tanda dan Gejala Gejala-gejala Leptospirosis yang khas a. Demam tinggi b. Konjutivitas tanpa disertai dengan eksudat c. Kemerahan pada mata d. Rasa nyeri pada otot betis e. Kekuningan
I. TAENIASIS (CACING PITA) Taeniasis adalah infeksi kronis pada saluran pencernaan disebabkan oleh Taenia saginata dan Taenia solium.
1. Cara Penularan a. Manusia dan ternak dapat tertular taenia melalui
makan sayuran, rumput, makanan, air yang tercemar kotoran manusia yang terinfeksi cacing pita.
61
b. Manusia dapat tertular cacing pita melalui memakan daging yang mengandung kista cacing pita, dan memasak dengan tidak sempurna
2. Pencegahan a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat untuk
dapat mencegah terjadinya pencemaran/ kontaminasi tanah, air, manusia dan makanan ternak dengan cara meniadakan penggunaan limbah untuk irigasi, memasak daging atau daging babi secara sempurna
b. Pembekuan daging atau daging babi pada suhu di bawah minus 500C (23 0F) selama lebih dari 4 hari untuk membunuh sistisersi. Penyinaran secara radiasi dengan kekuatan 1 kGy sangat efektif
c. Hindari atau jauhkan berhubungan dengan jamban kotoran babi dan tinja manusia
J. FILARIASIS Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening serta merusak sistem limfe, menimbulkan pembengkakan pada tangan, kaki, grandula mammae, dan scrotum, menyebabkan cacat seumur hidup serta stigma sosial bagi penderita dan keluarganya. Sampai Agustus 2007 di Indonesia dilaporkan 11.189 klinis kronis filariasis tersebar di 378 kab/kota dengan rata-rata prevalensi rate (Mf Rate) = 19,78%.
1. Cakupan Program Jumlah Kasus Filaria Tahun 2006
6,233 6,720 6,9988,243
10,289
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
Jml (orang)
2002 2003 2004 2005 2006
Tahun
Jml Kasus
2. Pengendalian Upaya pengendalian penyakit Filariasis adalah: pemetaan kasus, pemetaan kab./kota endemis melalui survei darah jari, sosialisasi dan advokasi, pengobatan massal filariasis (MDA), penatalaksanaan kasus klinis filariasis, evaluasi MDA
K. SCHISTOSOMIASIS Adalah infeksi oleh sejenis cacing trematoda baik oleh cacing jantan maupun cacing betina yang hidup dalam pembuluh darah vena masenterica atau pembuluh darah vena kandung kemih dari inang siklus hidup bertahun-tahun. Schistosoma mansoni, Schistosoma haematobium dan Schistosoma japonicum merupakan spesies utama yang menyebabkan penyakit pada manusia.
62
63
VI. SURVEILANS EPIDEMIOLOGI, IMUNISASI DAN KESEHATAN MATRA (SEPIM KESMA)
A. SURVEILANS EPIDEMIOLOGI Surveilans Epidemiologi adalah merupakan salah satu program bidang kesehatan yang sangat strategis karena Surveilans Epidemiologi sebagai salah satu alat manajemen program kesehatan dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan dengan berdasarkan bukti (Evidence Based Desicion), sehingga program dapat lebih terarah serta tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan. Sesuai dengan Kepmenkes No 1116 tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Kesehatan maka lingkup Surveilans Epidemiologi mencakup:
a. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular b. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular c. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan
Perilaku d. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan e. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra.
1. Tujuan Umum Terwujudnya manajemen kesehatan berbasis data surveilans yang cepat, tepat, dan akurat menuju Indonesia Sehat 2010.
2. Tujuan Khusus a. Meningkatkan kinerja Surveilans Integrasi AFP,
Campak & TN.
64
b. Meningkatkan kinerja Surveilans Terpadu Penyakit (STP).
c. Meningkatkan kinerja Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa dan Penanggulangan KLB.
d. Mengembangkan sistem surveilans khusus & penyakit Prioritas.
e. Mengembangkan jejaring kerja (networking) Surveilans Epidemiologi baik vertikal maupun horisontal.
f. Meningkatkan Sumber Daya Manusia.
3. Cakupan Kegiatan
65
B. IMUNISASI
Adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan.
1. Cakupan Program DPT1 sebagai indikator jangkauan program dengan target > 90%. Cakupan nasional telah tercapai namun beberapa provinsi cakupannya masih kurang, antara lain Riau, Kepri, Bengkulu, Lampung, Banten, Kalteng, Sulbar,Maluku,Maluku Utara, Papua dan Irjabar.
Pada tahun 2006 terdapat beberapa provinsi tidak mencapai target tingkat perlindungan program (indikator cakupan Campak >80 %), yaitu di Banten, Sulbar, Irjabar, dan Papua.
66
CAKUPAN CAMPAK TAHUN 2006
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
120.0
PROPINSI
CA
KU
PAN
(%)
Pada tahun 2006 Desa UCI secara nasional masih belum mencapai target yang diharapkan (target tahun Tahun 2006: 89%). Provinsi telah mencapai target UCI Desa adalah di Jambi, DIY, Bali, NTB
67
Imunisasi TT Bumil merupakan indikator upaya pencapaian Eliminasi Tetanus Neonatorum, melalui imunisasi rutin tahun 2006 hasilnya sebagai berikut :
Cakupan Imunisasi TT2 Pada Ibu Hamil Th 2006
0102030405060708090
100
SUMUTKALTIMN.T.T.JATIMIRJABARPAPUASUMBARD.I.Y.SULTRAKALBARJABARBENGKULUSULBARNADSULSELM
ALUKUJATENGM
AL.UTARABALIRIAUKEPRIJAMBIKALTENGSULUTDKI KALSELSUMSELGORONTALOBANTENSULTENGBABELLAM
PUNGN.T.B.Nasional
Pada tahun 2006 hanya Provinsi NTB, Lampung dan NTB yang mencapai target imunisasi TT2 ibu hamil (>80%).
2. Pengendalian Penyakit yang Dapat Di cegah Dengan Imunisasi (PD3I) Pengendalian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi berdasarkan Kepmenkes No. 1611/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.
a. Tujuan Umum Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
68
69
b. Tujuan Khusus 1) Tercapainya target Universal Child
Immunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa/kelurahan pada tahun 2010.
2) Tercapainya Maternal Neonaal Tetatnus Eliminatioan (MNTE) eliminasi tetatus maternal dan neonatal (insidens di bawah 1/1000 kelahiran hidup dalam 1 tahun) pada tahun 2008
3) Eradikasi Polio pada tahun 2008 4) Tercapainya reduksi Campak (ReCam) 5) Memberikan kekebalan tubuh terhadap
penyakit meningitis meningokokus tertentu pada calon jemaah haji.
6) Memberikan kekebalan efektif bagi semua orang yang melakukan perjalanan berasal dari atau ke negara endemis demam kuning.
7) Menurunkan angka kematian pada kasus gigitan hewan penular Rabies.
c. Strategi 1) Memberikan akses (pelayanan) kepada
masyarakat dan swasta 2) Membangun kemitraan dan jejaring kerja 3) Menjamin ketersediaaan dan kecukupan
vaksin, peralatan rantai vaksin dan alat suntik 4) Menerapkan sistem pemantauan wilayah
setempat (PWS) untuk menentukan prioritas kegiatan serta tindakan perbaikan
5) Pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh tenaga profesional/terlatih
6) Pelaksanaan sesuai dengan standard
70
7) Memanfaatkan perkembangan methoda dan tekhnologi yang lebih efektif berkualitas dan efisien
8) Meningkatkan advokasi, fasilitasi dan pembinaan
d. Pokok-pokok kegiatan 1) Imunisasi rutin:
a. Adalah kegiatan imunisasi yang secara rutin dan terus menerus harus dilakukan pada periode waktu yang telah ditentukan.
b. Berdasarkan kelompok usia sasaran, imunisasi rutin dibagi menjadi : rutin pada bayi, wanita usia subur, dan anak sekolah
2) Imunisasi tambahan, yaitu: a. Backlog fighting – adalah upaya aktif
melengkapi imunisasi dasar pada anak yang berumur 1 - 3 tahun. Sasaran prioritas adalah desa/kelurahan yang selama 2 tahun berturut turut tidak mencapai desa UCI
b. Crash program – ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi secara cepat untuk mencegah terjadinya KLB. Kriteria pemilihan lokasi adalah : 1. Angka kematian bayi tinggi dan angka PD3I tinggi; 2. Infrastruktur (tenaga, sarana, dana kurang); 3. Desa yang selama 3 tahun berturut-turut tidak mencapai target UCI
3) Imunisasi dalam penanganan KLB / Outbreak Respons Immunization(ORI)
4) Kegiatan imunisasi khusus
71
a. Pekan Imunisasi Nasional (PIN) b. Sub Pekan Imunisasi Nasional c. Cacth-up campaign campak
3. Vaksin Pengertian Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman (bakteri, virus atau riketsia), atau racun kuman (toxoid) yang telah dilemahkan atau dimatikan dan akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
a. Jenis-Jenis Vaksin 1) Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine),
untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosa.
2) Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus), untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusis dan tetanus.
3) Vaksin TT (Tetanus Toksoid), untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tetanus.
4) Vaksin DT (Difteri dan Tetanus), untuk pemberian kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus.
5) Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine), untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis. ( saat ini sedang uji coba untuk vaksin polio dengan suntkan)
6) Vaksin Campak, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
7) Vaksin Hepatitis B, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B.
72
8) Vaksin DPT-HB, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B.
b. Jadwal Pemberian Imunisasi
Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi
Vaksin Pembe
rian Imunisasi
Selang Waktu Pembe
rian Umur Dosis Tempat Suntikan
BCG 1 x 0-11 bulan 0,05 cc Lengan kanan atas
luar, intrakutan
DPT/HB 3 x
(DPT/HB 1, 2, 3)
4 minggu
2 – 11 bulan 0,5 cc Paha tengah luar,
intramuskular
Polio 4x (Polio 1, 2, 3, 4)
4 minggu
0-11 bulan
2 tetes (0,1 cc) Diteteskan di mulut
Campak 1 x 9-11 bulan 0,5 cc Lengan kiri atas,
subkutan Hepatitis B 1 x
(Hep.B 0) 0-7 hari 0,5 cc Paha tengah luar,
intramuskular
c. Alat Pemantau Suhu Untuk Mengetahui Kondisi Vaksin 1) Vaccine Vial Monitor (VVM) 2) Termometer Muller 3) Freeze Watch 4) Freeze Tag
d. Cara Pemeriksaan Vaksin UJI KOCOK (Shake Test) Dilakukan untuk meyakinkan apakah vaksin tersangka beku masih layak digunakan atau tidak.
C. KESEHATAN HAJI Adalah Rangkaian kegiatan yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjaang medis, penetapan diagnosis calon jemaah haji
1. Cakupan Kegiatan Jika dibandingkan dengan tahun 2006 proporsi jenis penyakit rawat jalan hampir tidak menunjukkan perbedaan dengan tahun 2005, yang terbanyak penyakit THT dan penyakit Otot dan Tulang seperti terlihat pada tabel:
Pola Penyakit Di Arab Saudi Tahun 2006
Proporsi Penyebab Kematian Di Arab Saudi Tahun 2006
No JENIS PENYAKIT JML % 1 Pemb. Darah & Jantung 235 53.78 2 Paru-paru/Dada 157 35.93 3 Heat stroke 12 2.75 4 Saluran Cerna 12 2.75 5 Lain-lain 10 2.29 6 Endokrin 9 2.06 7 Penyakit Menular 1 0.23 8 Trauma/Injuris 1 0.23
73
Pola Penyakit Rawat Jalan Di Arab Saudi
Tahun 2006
-100,000200,000300,000400,000500,000600,000700,000800,000
THT
PENY
. SAL
PENC
ERNA
N
PENY
. OTO
T & TU
LANG
PENY
. PAR
U
PENY
. KAR
DIO VA
SKUL
ER
PENY
. KUL
IT
PENY
. GIGI
& MUL
UT
PENY
. MAT
A LAIN
NYA
PENY
. SAL
AIR S
ENI
PENY
.KEBID
& KA
NDUN
G
KEC.L
UKA B
AKAR
, FR
AKTU
R
HEAT
STRO
KE
UDAR
A DING
IN
KELA
INAN J
IWA
OPER
ASI K
ECIL
LAIN-
LAIN
Rate Kematian Per Embarkasi Tahun 2006
No Asal/Emb Jlh Jamaah Wafat CDR/
1000 1 Banda Aceh 4700 12 2.6 2 Medan 12075 36 3.0 3 Batam 10267 28 2.7 4 Jakarta (Pondok Gede) 26463 44 1.7 5 Jakarta (Bekasi) 34451 78 2.3 6 Solo 27979 82 2.9 7 Surabaya 39838 73 1.8 8 Makassar 19930 38 1.9 9 Balikpapan 6717 16 2.4 10 Mataram 6673 13 1.9 11 ONH Plus 15500 17 1.1
74
75
2. Pengendalian Kesehatan Haji
a. Strategi a. Sosialisasi pemeriksaan dan pembinaan
kesehatan calon jemaah haji. b. Standarisasi pemeriksaan dan pembinaan
kesehatan calon jemaah haji. c. Advokasi pada pengambil keputusan untuk
dukungan politis dan komitmen pembiayaan kesehatan calon jemaah haji.
d. Intensifikasi pemeriksaan fisik didukung pemeriksaan laboratoium, tatalaksana kasus dengan pendekatan manajemen resiko
e. Swadana dalam pemeriksaan dan pembinaan kesehatan calon jemaah haji
f. Penggalangan kemitraan dengan badan pengelola pembiayaan kesehatan dalam pembinaan kesehatan haji.
g. Fasilitasi dan asistensi metode, teknkologi pemeriksaan, pembinaan serta pengukuran kualitas (Quality assurance) kesehatan haji.
h. Pengembangan metode dan materi pelatihan petugas kesehatan haji (PPIH dan TKHI).
i. Intensifikasi surveilans epdemiologi, SKD dan respon KLB
b. Kegiatan Pokok Pelayanan Kesehatan Haji a. Pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji b. Pembinaan kesehatan calon jemaah haji c. Pelayanan medis d. Imunisasi e. Surveilans f. SKD dan respon KLB g. Penanggulangan KLB dan Musibah Masal
76
h. Kesehatan Lingkungan
D. KARANTINA KESEHATAN Karantina adalah kegiatan pembatasan atau pemisahan seseorang dari sumber penyakit atau seseorang yang terkena penyakit atau bagasi, kontainer, alat angkut, komoditi yang mempunyai risiko menimbulkan penyakit pada manusia. Sesuai dengan UU No. 38 tahun 2007 dan PP No. 38 tahun 2007 bahwa pelaksanaan kekarantinaan masih menjadi kewenangan pemerintah pusat dan dalam rangka melaksanakan amanat regulasi kesehatan internasional International Health Regulation (IHR 2005) yang bertujuan mencegah, melindungi, dan menanggulangi terhadap penyebaran penyakit tanpa pembatasan perjalanan dan perdagangan yang tidak perlu dengan memperhatikan hak azasi manusia.
1. Tujuan Umum Terwujudnya tindakan karantina kesehatan pada saat terjadinya kejadian luar biasa (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC)
2. Tujuan Khusus a. Terlaksananya tindakan karantina rumah dan
area/wilayah b. Terlaksananya tindakan karantina di
pelabuhan/bandara dan Pos Lintas Batas Daerah (PLBD)
c. Terlaksananya tindakan isolasi di rumah sakit dan isolasi lapangan
d. Tersedianya sumber daya pelaksanaan karantina
77
3. Sasaran Daerah atau rumah yang dinyatakan terjadi PHEIC setelah melalui penyelidikan epidemiologis dan pemeriksaan laboratorium
4. Strategi a. Pengembangan aspek legal bidang
kekarantinaan b. advokasi dan sosialisasi pelaksanaan tindakan
karantina c. Peningkatan koordinasi dan jejaring kerja
pelaksanaan tindakan karantina d. Peningkatan kapasitas sumber daya (manusia,
sarana prasarana dan logistik) pelaksanaan tindakan karantina
e. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan tindakan karantina
f. Peningkatan teknologi karantina kesehatan melalui penelitian, kerjasama dengan perguruan tinggi dan orang profesi
g. Pengembangan system komunikasi dan informasi karantina kesehatan
h. Pengembangan anggaran karantina kesehatan i. Monitoring dan Evaluasi tindakan karantina
5. Target a. Seluruh pelabuhan, bandara dan Pos Lintas
Batas melaksanakan tindakan karantina kesehatan sesuai standar
b. Daerah atau rumah yang dinyatakan positif PHEIC dilakukan tindakan karantina sesuai standar
78
c. Seluruh rumah sakit rujukan melaksanakan isolasi sesuai standar
6. Kegiatan Pokok a. Di pelabuhan, bandara dan Pos Lintas
Batas: - Pemeriksaan dokumen kesehatan orang,
barang dan alat angkut dari negara terjangkit
- Pengawasan lalu lintas orang dari Negara terjangkit menggunakan Health Alert Card, termoscan dan pemeriksaan suhu manual
- Pemberian imunisasi yellow fever, meningitis, kolera bagi orang yang akan berangkat ke daerah endemis
- Melakukan tindakan karantina bagi orang sakit yang datang dari Negara terjangkit
- Melakukan Rujukan bagi orang yang positif menderita PHEIC
b. Karantina Rumah/Area
- Melakukan pengamanan lokasi yang dilakukan tindakan karantina rumah/area pada saat terjadi PHEIC
- Melakukan Pengawasan Lau lintas orang dan barang pada rumah/area yang dilakukan tindakan karantina pada saat terjadi PHEIC
- Melakukan Rujukan bagi orang yang sakit pada saat daerah/rumah yang dilakukan tindakan karantina untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit.
79
E. KESEHATAN MATRA Lingkungan matra yang serba berubah secara bermakna adalah kondisi yang ditandai dengan adanya perubahan dari 1 (satu) atau lebih dari aspek lingkungan pada suatu matra yang bersifat temporer / sementara. Dihadapkan pada keterpengaruhan manusia, maka sifat sementara / temporer dari perubahan lingkungan tersebut dapat terwujud dalam 2 (dua) bentuk kejadian sebagai berikut : a. Terjadinya perubahan kondisi aspek lingkungan
pada suatu matra dari kondisi normal menjadi tidak normal dan selanjutnya berubah menjadi normal kembali.
b. Terjadinya kepindahan seseorang atau kelompok
manusia dari suatu kondisi normal ke kondisi tidak normal dan selanjutnya pindah kembali ke kondisi normal.
1. Kebijaksanaan dan Strategi
a. Peningkatan kerjasama lintas sektor b. Pengembangan sarana prasarana c. Peningkatan peran serta masyarakat d. Pendidikan dan pelatihan kesehatan matra e. Penelitian dan pengembangan kesehatan
matra f. Pengembangan sistem informasi kesehatan
matra dan sentra kesehatan matra. g. Perencanaan dan pembiayaan h. Pengembangan metoda d
80
2. Jenis Kegiatan Kesehatan Matra.
a. Kesehatan Lapangan. 1) Kesehatan haji. 2) Kesehatan transmigrasi 3) Kesehatan dalam penanggulangan korban
bencana 4) Kesehatan di bumi perkemahan 5) Kesehatan dalam situasi khusus 6) Kesehatan lintas alam 7) Kesehatan bawah tanah 8) Kesehatan dalam penanggulangan gangguan
keamanan ketertiban masyarakat (Kamtibmas).
9) Kesehatan dalam operasi dan latihan militer di darat
b. Kesehatan kelautan dan bawah air.
1). Kesehatan pelayaran dan lepas pantai.
Adalah upaya kesehatan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental bagi penumpang, awak kapal dan atau pekerja lepas pantai. Pelayaran adalah semua kegiatan perjalanan laut yang menggunakan alat angkut laut (kapal dan sejenisnya) Kegiatan lepas pantai adalah pelaksanaan kegiatan pekerjaan yang berada di Zona Eekonomi Eksklusif (ZEE).
2). Kesehatan penyelaman dan hiperbarik.
Adalah upaya kesehatan yang dilakukan untuk meningkatkan ketahanan fisik dan mental petugas yang bekerja di
81
lingkungan(environment) bertekanan lebih dari 1 (satu) atmosfir absolut atau normal baik di dalam air (penyelaman basah) maupun di dalam ruang udara bertekanan tinggi (RUBT) guna menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah secara bermakna.
3). Kesehatan dalam operasi dan latihan militer
di laut. Upaya kesehatan dalam mendukung tugas pokok satuan militer di laut dalam kaitannya dengan kesehatan matra adalah merupakan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mempersiapkan / meningkatkan fisik dan mental personil di satuan militer dan pemberian pertolongan medik kepada korban dalam operasi dan latihan militer di laut.
c. Kesehatan kedirgantaraan.
1) Kesehatan penerbangan di dirgantara.
Adalah upaya kesehatan matra kedirgantaraan yang dilakukan untuk mencegah dan atau mengatasi dampak kesehatan akibat kegiatan yang dilakukan di media ruang dirgantara (atmosfir / angkasa luar) baik terhadap individu maupun kelompok individu yang terpajan.
2) Kesehatan dalam operasi dan latihan militer
di dirgantara. Upaya kesehatan dalam mendukung tugas pokok satuan militer di dirgantara dalam kaitannya dengan kesehatan matra adalah
82
merupakan upaya kesehatan yang dilakukan untuk meningkatkan kondisi fisik dan mental personil di satuan militer dan pemberian pertolongan medik terhadap para korban dalam operasi/latihan militer.
3. Cakupan Program Peningkatan Pelayanan Kes.Penyelaman dan hiperbarik (pengumpulan data dasar) Pengumpulan data dasar kesehatan penyelaman dan hiperbarik dilakukan di 10 propinsi sebagai berikut: Daftar Kegiatan Pengumpulan Data Kesehatan Penyelaman & hiperbarik Tahun 2006
No Propinsi Kabupaten Lokasi 1 Sumatera Utara Medan Kp. Nelayan 2 Bengkulu Muko-Muko Tanah Rebah 3 Kep. Riau Bintan Mapur 4 NTT Kupang Barat Tablolong 5 Sulawesi Utara Minahasa Selatan Renoyapo 6 Kalimantan Timur Penajam Nenang 7 Maluku P. Seram Eti 8 Irjabar Raja Ampat Anichu, Tg. Batu 9 Sulteng Parigi Mautong Tandak
Distribusi Penyelam berdasarkan Jenis Penyakit Tahun 2006
NO JENIS PENYAKIT JUMLAH %
83
1 Tuli 143 22.9 2 Gigitan binatang 110 17.6 3 Nyeri sendi 103 16.5 4 Sakit dada/sesak 86 13.8 5 Perdarahan hidung 72 11.5 6 Pengelihatan
berkurang 43 6.9
7 Lumpuh 25 4.0 8 Hilang kesadaran 25 4.0 9 Bercak merah di kulit 17 2.7
84
VII. PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)
A. PENGERTIAN Penyakit tidak menular adalah penyakit yang tidak menular dan bukan karena proses infeksi yang mempunyai faktor resiko utama dan mengakibatkan kecacatan dan kematian, tetapi penyakit tidak menular merupakan penyakit yang dapat dicegah bila faktor risiko dikendalikan.
B. DASAR PENGENDALIAN Pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular merupakan kombinasi upaya inisiatif pemeliharaan kesehatan mandiri oleh petugas dan individu yang bersangkutan sesuai dengan latar belakang pendidikan, kompetensi, tupoksi, protap/SOP, dan perundang-undangan yang berlaku untuk melaksanakan peran dan fungsi dari seluruh sarana pelayanan kesehatan dengan mengitegrasikan penemuan dan tatalaksana penderita dengan KIE, surveilans dan pengendalian faktor risiko.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum Menurunkan angka kesakitan, kecacatan & kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular secara terpadu, efisien dan efektif dengan melibatkan komponen pemerintah, swasta dan masyarakat.
2. Tujuan khusus a. Terkendalinya faktor risiko PTM di masyarakat
85
b. Terdeteksinya kasus PTM secara dini dan terselenggaranya tatalaksana kasus PTM
c. Terselenggaranya kegiatan surveilans epidemiologi PTM
d. Terselenggaranya kegiatan Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) PTM
e. Terjalinnya kemitraan dan pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian PTM
D. RUANG LINGKUP
1. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Suatu kelainan yang terjadi pada organ jantung dengan akibat terjadinya gangguan fugsional, anatomis serta sistem hemodinamis. Ruang lingkupnya adalah: a. Demam Reumatik Akut b. Penyakit Jantung Reumatik Kronik c. Penyakit Hipertensi adalah suatu keadaan dimana
tekanan darah seseorang adalah > 140 mmHg (tekanan sistolik) dan atau > 90mmHg (tekanan diastolik)
d. Infark Miokard Akut e. Penyakit Iskemik lainnya f. Emboli Paru g. Gangguan hantaran dan aritmia jantung h. Gagal Jantung i. Kardiomiopati j. Penyakit jantung lainnya k. Perdarahan intracranial l. Infark serebral m. Stroke tak menyebut perdarahan atau infark n. Penyakit serebrovaskuler lainnya o. Arterosklerosis
86
p. Penyakit Pembuluh darah perifer lainnya q. Emboli dan trombosis arteri r. Penyakit arteri, arteriol, dan kapiler lainnya s. Flebitis, tromboflebitis, emboli, dan trombosis vena t. Varises vena ekstremitas bawah u. Hemoroid/wasir v. Varises esophagus w. Penyakit sistem sirkulasi lainnya
2. Penyakit Kanker Merupakan penyakit tidak menular yang ditandai dengan adanya sel/jaringan abnormal yang bersifat ganas, tumbuh cepat tidak terkendali dan dapat menyebar ke tempat lain dalam tubuh penderita.Sering dikenal masyarakat sebagai tumor, walaupun tidak semua tumor adalah kanker. Ada dua golongan tumor/neoplasma yaitu tumor jinak dan tumor ganas : a. Tumor jinak tumbuhnya lamban dan bersimpai atau
berselaput pembungkus sehingga mudah dioperasi dan diangkat.
b. Tumor ganas atau kanker tumbuhnya cepat, tidak bersimpai, tumbuhnya menyusup ke bagian lain melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening. 1) Penyakit Kanker Serviks/Leher Rahim 2) Penyakit Kanker Mammae/Payudara 3) Penyakit Kanker Paru dan Nasopharing 4) Penyakit Leukimia 5) Penyakit Retinoblastoma 6) Penyakit kanker lainnya
87
3. Penyakit Kronik dan Degeneratif Lainnya Penyakit Kronik adalah penyaki menahun yang diakibatkan karena perubahan metabolisme dan degenaratif pada tubuh manusis. Ruang lingkupnya adalah : a. PPOK
Adalah penyakit yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun atau berbahaya
b. Osteoporosis c. Epilepsi d. Asma Bronkial e. Osteoartritis f. Rematoid Artritis g. Gagal Ginjal Kronik h. Parkinson i. Systemic Lupus Eritematosus (SLE) j. Haemofilia k. Thalasemia l. Rinitis kronis alergi m. Penyakit kronik lainnya
4. Penyakit Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik
Adalah penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah yang melebih nilai normal, apabila dibiarkan tak terkendali, penyakit ini akan menimbulkan penyakit-penyakit yang dapat berakibat fatal termasuk penyakit jantung, ginjal dan impotensi. Ruanglingkupnya adalah :
88
a. Faktor Risiko Diabetes Melitus & Penyakit Metabolik b. Diabetes Mellitus Type-2 c. Obesitas d. Dislipidemia (gangguan lipid/cholesterol) e. Gangguan metabolisme kalsium f. Gangguan sekresi kortek adrenal
5. Gangguan akibat Kecelakaan dan Cidera Pengendalian faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan dan cidera. Ruang lingkupnya adalah : a. Kecelakaan transportasi terdiri dari lalu lintas darat,
laut/sungai dan udara b. Kecelakaan kerja terdiri dari pekerja pabrik,
tambang, konstruksi, kantor, dan pelabuhan c. Kekerasan di rumah tangga d. Kekerasan di masyarakat e. Kekerasan di komunitas khusus f. Kekerasan anak dan perempuan g. Keracunan dan bunuh diri h. Kecacatan (disability) i. Gangguan akibat kecelakaan lainnya
E. DATA KEMATIAN AKIBAT PENYAKIT TIDAK MENULAR
89
Penyebab Kematian Utama di Dunia Tahun 2005
Sumber : WHO, 2005
Terlihat bahwa penyakit tidak menular menjadi penyebab utama kematian di dunia.
90
91
VIII. PENYEHATAN LINGKUNGAN (PL) Untuk mendukung komitmen nasional dan global (Konferensi Stockholm 1972 dan WSSD tahun 2002) berbagai upaya yang dilakukan pemerintah salah satunya melalui program lingkungan sehat dengan Paradigma Sehat yang esensinya menekankan upaya preventif dan promotif dengan 4 kegiatan pokok yaitu: 1. Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi Dasar 2. Pemeriksaan dan pengawasan kualitas lingkungan 3. Pengendalian dampak pencemaran lingkungan 4. Pengembangan wilayah sehat Kejadian penyakit yang timbul baik yang bersifat clasical risk dan modern risk sangat berkaitan erat dengan keadaan lingkungan yang buruk. Beberapa keadaan dimaksud, yaitu: a. Air Dan Sanitasi
Cakupan & kesinambungan air bersih & sanitasi Kualitas Air Minum BAB sembarang tempat Cuci Tangan Limbah dan Sampah
b. Keracunan Makanan Dan Bahan Pangan Kontaminasi makanan. Keracunan makanan. Bahan tambahan makanan. Residu pestisida. Tempat Pengolahan Makanan, dan sentra makanan
jajanan c. Pencemaran Udara Dan Kebisingan
Udara outdoor di perkotaan Udara outdoor di daerah kebakaran hutan Udara indoor (kayu bakar, briket).
92
Environmental Tobacco Smoke (ETS). Kebisingan di permukiman, industri, dan Tempat-
tempat Umum. d. Bahan Toxic & B3
Keracunan pestisida. Pencemaran logam berat (Hg, Pb, As, Cd) Limbah B3 rumah sakit, Puskesmas, dan sarana
kesehatan lainnya. Limbah B3 industri & pertambangan. Radiasi pengion dan non pengion.
e. Pencemaran Akibat Limbah Padat & Cair Pencemaran air sungai. Keluhan sumur air bersih penduduk. TPA. Estetika.
f. Perubahan Iklim Penipisan ozone. Perubahan pola vektor penyakit (re-emerging & new
emerging diseases). Masalah POP’s, Methyl Bromide, dll. Green House Effect
A. STRATEGI OPERASIONAL Untuk mensukseskan pembangunan kesehatan melalui Program Lingkungan Sehat dianggap perlu melibatkan dan memberdayakan komponen bangsa melalui berbagai strategi yaitu: 1. Peraturan perundangan, pedoman dan standarisasi 2. Advokasi dan sosialisasi 3. Kerjasama lintas sektor dan kemitraan( nasional &
internasional) 4. Pemberdayaan masyarakat 5. Membangun kapasitas
93
6. Pengambilan keputusan berdasarkan evidence 7. Pendekatan terpadu
B. METHODA DAN KEGIATAN INOVATIF Dalam rangka meningkatkan dan memantapkan program Lingkungan Sehat guna meningkatkan cakupan, pemberdayaan masyarakat berbagai methoda dan kegiatan inovatif yang dilakukan yaitu: 1. Methodology for Participatory Assessment – Participatory
Hygiene and Sanitation Transformation (MPA-PHAST) Adalah metode partisipatif mendorong keikutsertaan setiap pribadi didalam suatu proses kelompok tanpa memandang usia, jenis kelamin, kelas sosial dan latar belakang pendidikan. Tujuan : Memperbaiki perilaku hidup sehat Mencegah penyakit diare Mendorong masyarakat untuk mengelola sarana air
bersih dan penyehatan lingkungan
2. Community Lead Total Sanitation (CLTS) Pendekatan merubah perilaku dan pembangunan sarana sanitasi pedesaan dengan menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dari tahap kegiatan mulai dari tahap identifikasi masalah, analisis risiko pencemaran akibat BAB ditempat terbuka, perencanaan dan pembangunan jamban
3. Klinik Sanitasi
94
Suatu upaya /kegiatan yang mengintegrasikan pelayanan kesehatan antara promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk yang berisiko tinggi untuk mengatasi masalah kesehatan lingkungan yang dilaksanakan oleh petugas puskesmas bersama masyarakat yang dapat dilaksanakan secara pasif dan aktif didalam dan diluar puskesmas.
4. Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL)
Merupakan pendekatan guna mengkaji atau menelaah secara cermat dan mendalam untuk mengenal, memahami, dan memprediksi kondisi dan karakteristik lingkungan yang berpotensi terhadap timbulnya risiko kesehatan dan dampaknya dari suatu rencana pembangunan atau pembangunan yg sedang berjalan. Penilaian aspek kesehatan masyarakat adalah salah satu kegiatan yang dilakukan komisi penilai AMDAL Departemen Kesehatan, khususnya Ditjen PP & PL selaku Tim Komisi Penilai AMDAL tingkat pusat berwenang untuk melakukan penilaian dokumen AMDAL dari aspek kesehatan masyarakat. a. Dasar Hukum
1) Kep Men LH No, 17 tahun 2000 tentang Jenis usaha dan/atau rencana kegiatan yang wajib AMDAL.
2) Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek Kesmas dalam Penyusunan Dokumen AMDAL.
3) Keputusan Menteri Kesehatan No. 876/MENKES/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan.
95
b. Tujuan Umum
Terlindunginya kesehatan masyarakat dari kemungkinan dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan pembangunan.
c. Tujuan Khusus 1) Melakukan penilaian aspek kesehatan
masyarakat dalam dokumen AMDAL seperti Kerangka Acuan ANDAL (KA ANDAL), Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) pada rencana kegiatan pembangunan sebelum dokumen AMDAL disahkan oleh ketua komisi penilaian dokumen AMDAL.
2) Diterapkannya komponen kesehatan masyarakat dalam AMDAL sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk melindungi kesehatan masyarakat.
5. Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
Adalah suatu pendekatan yang dipakai untuk mengukur tingkat bahaya, menduga perkiraan risiko dan menetapkan ukuran yang tepat dalam pengawasan dengan menitik beratkan pada pencegahan dan pengendalian proses pengolahan makanan.
6. Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Suatu pendekatan yang dikembangkan dalam mencapai suatu wilayah yang aman, nyaman, bersih dan sehat untuk dihuni penduduknya dengan mengoptimalkan potensi sosial ekonomi dan budaya masyarakat yang saling mendukung melalui pemberdayaan masyarakat dengan koordinasi forum dan pemerintah.
96
Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat berdasarkan Surat Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No. 34/2005, Nomor 1138/Menkes/PB/VIII/2005 tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat
Ada 9 tatanan kabupaten/kota sehat, dikelompokan berdasarkan kawasan dan permasalahan khusus, yaitu : 1) Kawasan Permukiman, Sarana dan Prasarana
Umum 2) Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib dan Pelayanan
Transportasi 3) Kawasan Pertambangan Sehat 4) Kawasan Hutan Sehat 5) Kawasan Industri dan Perkantoran Sehat 6) Kawasan Pariwisata Sehat 7) Ketahanan Pangan dan Gizi 8) Kehidupan Masyarakat Sehat yang Mandiri 9) Kehidupan Sosial yang sehat Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat dilakukan melalui berbagai kegiatan dengan memberdayakan masyarakat yang difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota melalui forum dan atau memfungsikan lembaga masyarakat yang ada. Pendekatan tersebut diselenggarakan dalam rangka mengatasi permasalahan kesehatan didaerah ,secara bertahap,sesuai prioritas dan dengan memperhatikan potensi daerah yang tersedia, berdasarkan aspirasi dari masyarakt melalui forum di kabupaten/kota, forum komunikasi di desa/kelurahan sehat atau kawasan sehat tertentu dan pokja di desa/kelurahan.
97
Penyelenggaran pembangunan kesehatan melalui pendekatan kab/kota sehat mengutamakan proses dari pada target, berjalan terus menerus, dimulai dengan kegiatan prioritas dalam satu tatanan kawasan, dan dicapai dalam waktu yang sesuai dengan kemampuan masyarakat dan semua pelaku pembangunan yang mendukung. Bersama-sama dengan pemerintah daerah, forum menetapkan pilihan tatanan kegiatan serta jenis dan besaran indikatornya dan pemerintah daerah memfasilitasi kegiatan yang menjadi pilihan masyarakat, termasuk penggalian sumber daya masyarakat yang diperlukan. Klasifikasi dan Kriteria Kabupaten/Kota Sehat Setiap 2 tahun sekali kabupaten/kota yang memenuhi kriteria yang ditetapkan (berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No. 1609/Menkes/SK/XI/2005 tentang Penghargaan SWASTI SABA untuk Kabupaten/Kota) diberikan penghargaan Swasti Saba. Penghargaan tersebut diklasifikasikan atas 3 kategori
1. Pemantapan (Padapa) 2. Pembinaan (Wiwerda) 3. Pengembangan (Wistara)
Kategori ditentukan berdasarkan jumlah tatanan kabupaten/kota Sehat yang dipilih 1) Kategori Padapa diberikan kepada kabupaten/kota
yang memilih 2 tatanan 2) Kategori Wiwerda diberikan kepada kabupaten/kota
yang memilih 3-4 tatanan 3) Kategori Wistara diberikan kepada kabupaten/kota
yang memilih 5 tatanan
98
7. Klinik Sanitasi
Merupakan suatu upaya/kegiatan yang mengintegrasikan pelayanan kesehatan antara promotif, preventif dan kuratif yang difokuskan pada penduduk yang berisiko tinggi untuk mengatasi masalah penyakit berbasis lingkungan masalah kesehatan lingkungan permukiman yang dilaksanakan oleh petugas puskesmas bersama masyarakat yang dapat dilaksanakan secara pasif dan aktif di dalam dan di luar puskesmas. Sasaran obyek yang ada di klinik sanitasi itu sendiri adalah dinamakan Pasien, klien serta yang datang ke klinik sanitasi merupakan penderita penyakit yang berkaitan dengan kesehatan lingkngan yang dirujuk oleh petugas medis ke ruang klinik sanitasi atau yang ditemukan dilapangan baik oleh petugas medis/paramedis maupun petugas survai.
IX. DATA DASAR PP & PL Sesuai dengan need dan demand perencanaan dan penganggaran yang evidence based dibutuhkan data dan informasi sehingga sasaran dan kegiatan yang dilakukan tepat sesuai sasaran yang ditargetkan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, beberapa data dasar yang dianggap penting disajikan dalam bentuk tabel. A. DATA WILAYAH & PENDUDUK TAHUN 2005
99
B. DATA DASAR PUSKESMAS TAHUN 2006
100
C. KEADAAN PEGAWAI DITJEN PP & PL TAHUN 2007
1. Berdasarkan pendidikan Gambaran keadaan pegawai Ditjen PP & PL beserta UPTnya berdasarkan status pendidikan per Juli 2007
101
2. Berdasarkan usia
DISTRIBUSI PEGAWAI DITJEN PP & PL DAN UPTNYA BERDASARKAN UMUR PEGAWAI TAHUN 2007
Dari tabel tersebut diatas diperlukan perencanaan sumberdaya tenaga dari segi jumlah maupun kompetensinya untuk mengantisipasi proporsi yang akan memasuki usia pensiun.
D. ANGGARAN DITJEN PP& PL
102
E. DATA UPT DITJEN PP & PL
1. Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)
103
2. Balai Besar/Balai Teknik Kesehatan Lingkungan & PPM
Daftar Balai Besar/Balai Teknik Kesehatan Lingkungan ( B/BTKL-PPM) sesuai Kepmenkes No. 267/2004
3. Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr Sulianti Saroso
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr Sulianti Saroso (RSPI – SS) adalah unit organik Departemen Kesehatan yang bertanggung jawab langsung kepada Direktorat Jenderal PP & PL Depkes. Berdasarkan SK Menkes 66/Menkes/SK/I/2005 tertanggal 13 Januari 2005 RSPI –SS ditetapkan menjadi Rumah Sakit Pendidikan, dengan ketetapan ini RSPI – SS mempunyai tugas yang lebih besar, karena memberi pendidikan kepada calon dokter spesialis, dokter umum
104
105
dan perawat. Hal ini terlaksana dengan baik melalui kerja-sama dengan: 1. Fakultas kedokteran Universitas Indonesia 2. Fakultas Kedokteran Universitas Taruma Negara 3. Akademi Perawat “ Karya Husada” 4. Sekolah dan Akademi milik Departemen Kesehatan 5. Sekolah dan Perguruan Tinggi lain milik Swasta RSPI – SS bekerja sama dengan NAMRU dan Pusat Litbangkes untuk pemeriksaan Laboratorium Flu Burung, kerena fasilitas untuk pemeriksaan tersebut tidak ada di Laboratorium RSPI – SS, diharapkan ditahun mendatang fasilitas tersebut akan ada mengingat peningkatan jumlah pasien dan peningkatan mutu pelayanan. Pelayan yang disediakan adalah: Pelayanan Rawat Jalan Pelayanan Rawat Inap Pelayanan Gawat Darurat
RSPI – SS mempunyai kapasitas 126 TT dan yang berfungsi yaitu 123 tt yang terdiri dari ruang Angrek, Mawar, Cempaka, Melati, Dahlia dan Aster dan beberapa ruang rawat Isolasi dilengkapi dengan HEPA yang bertekanan negatif. Pelayanan kesehatan di poliklinik untuk penyakit infeksi dan non infeksi yaitu: Pelayanan Medik : Penyakit Dalam, Penyakit Paru,
Penyakit Gigi dan Mulut, Penyakit Syaraf, Bedah Umum, Penyakit THT, Penyakit Mata, Kesehatan Anak, Penyakit Kulit dan Kelamin, Bedah Orthopedi, Bedah Syaraf, Konseling HIV/AID,
Pelayanan penunjang medik yaitu: Rehabilitasi Medik, Laboratorium, Radiologi, Gizi, Farmasi.
106
a. Data Ketenagaan 1) Dokter : 36 orang dengan rincian sbb :
No Jenis Spesialisasi Jml
1 Kesehatan Anak 8 2 Bedah 1 3 Penyakit dalam 5 4 Kebidanan dan kandungan 3 5 Mata 1 6 THT 1 7 Anesthesi 2 8 Syaraf 1 9 Jatung 0 10 Paru 4 11 Dokter Kulit & kelamin 1 12 Radiologi 2 13 Orthopedi 1 14 Jiwa 0 15 Gigi dan Mulut 3 16 Urologi 0 17 Patologi Klinik 2 18 Patologi anatomi 0 19 Mikrobiologi klinik 0 20 Farmakologi klinik 0 21 Parasitologi klinik 0 22 Kedokteran nuklir 0 23 Rehab medik 1 24 Gizi klinik 0 25 Forensik 0 JUMLAH TOTAL 36
107
2) Perawat : 182 orang 3) Tenaga Kesehatan lainnya : 46 orang 4) Tenaga non kesehatan : 147 orang
b. Data Pemanfaatan Rumah Sakit
Pemanfaatan RS 2004 2005 2006 BOR 54.4% 53.2% 58% LOS 4.5 4.9 5.9 NDR 5.06% 5.33% 4.67% GDR 8.4% 8.8% 7.1% TOI 5.2 4.0 3.8 BTO 39 42 40
5) 10 Penyakit Infeksi Rawat Inap Tahun 2006
NO JENIS PENYAKIT TOTAL 1 GED / DAD berat / GEA 1477 2 DHF/DSS 824 3 Thyphoid Fever 565 4 TB paru 499 5 H I V 456 6 Bronchopneumonia 216 7 ISPA 150 8 Paratyphoid Fever 133 9 Morbili 101
10 Dyspepsia 89
108
6) 10 Penyakit Terbesar Rawat Jalan Tahun 2006
NO JENIS PENYAKIT TOTAL
1 TB Paru 3965
2 Diare & Gastroenteritis 2087
3 Demam tidak diketahui sebabnya 1563
4 ISPA 1527
5 Cedera lainnya dan daerah badan múltiple 603
6 Penyakit Kulit 574
7 Dyspepsia 567
8 HIV 550
9 Pneumonia 462
10 Demam Typhoid dan Paratyphoid 405
109
X. INDIKATOR PEMBANGUNAN KESEHATAN Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan pada umumnya dan pengendalian penyakit serta penyehatan lingkungan khususnya menggunakan indikator sebagai berikut; 1) Indonesia Sehat 2010 2) Kewenangan Wajib Standard Pelayanan Minimal (KW-
SPM) 3) Millenium Development Goals (MDGs).
A. INDIKATOR INDONESIA SEHAT 2010 (Kepmenkes 1020/2003)
DERAJAT KESEHATAN
INDIKATOR TARGET 2010
MORTALITAS: Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup Angka Kematian Balita per 1.000 Kelahiran Hidup Angka Kematian Ibu Melahirkan per 1.000 Kelahian Hidup Angka Harapan Hidup Waktu Lahir
40
58
150
67,9 MORDIBITAS: Angka Kesakitan Malaria per 1.000 Penduduk Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA+
5
85
110
INDIKATOR TARGET 2010
Prevaluensi HIV (Presentase Kasus Terhadap Penduduk Berisiko) Angka ”Acute Flaccid Paralysis” (AFP) Pada Anak Usia <15 Tahun per 10.0000 Anak Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengeu (DBD) per 10.000 Penduduk
0,9
0.9
2
STATUS GIZI: Persentase Balita Dengan Gizi Buruk Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi
15 80
HASIL ANTARA
INDIKATOR TARGET 2010
KEADAAN LINGKUNGAN: Persentase Rumah Sehat Persentase Tempat-Tempat Umum Sehat PERILAKU HIDUP MASYARAKAT: Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Persentase Posyandu Purnama & Mandiri AKSES & MUTU PELAYANAN KESEHATAN: Persentase Penduduk Yang Memanfaatkan Puskesmas Persentase Penduduk Yang Memanfaatkan Rumah Sakit Pesentase Sarana Kesehatan Dengan
80 80
65
40
15
1,5
100
111
INDIKATOR TARGET 2010
Kemampuan Laboratorium Kesehatan Persentase Rumah Sakit Yang Menyelenggarakan 4 Pelayanan Kesehatan Spesialis Dasar Pesentase Obat Generik Berlogo Dalam Persediaan Obat
100
100
PROSES DAN MASUKAN
INDIKATOR TARGET 2010
PELAYANAN KESEHATAN: Perentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Persentase Desa Yang Mencapai “Universal Child Immunization” (UCI) Persentase Desa Terkena Kejadian Luar Biasa (KLB) Yang Ditangani < 24 jam Persentase Ibu Hamil Yang Mendapat Tablet Fe Persentase Bayi Yang Mendapat ASI Eksklusif Persentase Murid Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Yang Mendapat Pemeriksaan Gigi dan Mulut Persentase Pekerja Yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Kerja Persentase Keluarga Miskin Yang Mendapat Pelayanan Kesehatan SUMBER DAYA KESEHATAN:
90
100
100
80
80
100
80
100
112
INDIKATOR TARGET 2010
Rasio Dokter Per 100.000 Penduduk Rasio Dokter Spesialis Per 100.000 Penduduk Rasio Dokter Keluarga Per 1.000 Keluarga Rasio Dokter Gigi Per 100.000 Penduduk Rasio Apteker Per 100.000 Penduduk Rasio Bidan Per 100.000 Penduduk Rasio Perawat Per 100.000 Penduduk Rasio Ahli Gizi Per 100.000 Penduduk Rasio Ahli Sanitarian per 100.000 Penduduk Rasio Ahli Kesehatan Masyarakat per 100.000 Penduduk Persentase Penduduk Yang Menjadi Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Rata-Rata Persentase Anggaran Kesehatan Dalam APBD Kabupaten/Kota Alokasi Anggaran Kesehatan Pemerintah per Kapita per Tahun (Ribuan Rupiah) MANAJEMEN KESEHATAN: Persentase Kabuaten/Kota Yang Mempunyai Dokumen Sistem Kesehatan Persentase Kabupten/Kota Yang Memiliki ”Contingency Plan” Untuk Masalah Kesehatan Akibat Bencana Persentase Kabupaten/Kota Yang Membuat Profil Kesehatan Persentase Provinsi Yang Melaksanakan Surkesda Persentase Provinsi Yang Mempunyai ”Provincial Helath Account”
40 6
2
11 10
100 117,5
22 40
40
80
15
100
100
100
100
100
100
113
INDIKATOR TARGET 2010
KONTRIBUSI SEKTOR TERKAIT: Persentase Keluarga Yang Memiliki Akses Terhadap Air Bersih Persentase Pasangan Usia Subur Yang Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Angka Kecelakaan Lalu-Lintas per 100.000 Penduduk Persentase Penduduk Yang Melek Huruf
85
70
10
95
B. INDIKATOR KW-SPM (Kepmenkes No. 1457/2003)
I N D I K A T O R TARGET A. Pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi: Cakupan kunjungan Ibu hamil K4 Cakupan pertolongan persalinan oleh Bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan Ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk Cakupan kunjungan neonatus Cakupan kunjungan bayi Cakupan bayi berat lahir rendah / BBLR yang ditangani
95 % 90 %
100 % 90 % 90 %
100 %
B. Pelayanan kesehatan Anak Pra sekolah dan Usia Sekolah: Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah
90%
114
I N D I K A T O R TARGET Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih / guru UKS/Dokter Kecil Cakupan pelayanan kesehatan remaja
100%
80% C. Pelayanan Keluarga Berencana: Cakupan peserta aktif KB
70%
D. Pelayanan imunisasi: Desa/ Kelurahan Universal Child Immunization (UCI).
100%
E. Pelayanan Pengobatan / Perawatan: Cakupan rawat jalan; Cakupan rawat inap.
15 %
1,5 % F Pelayanan Kesehatan Jiwa: Pelayanan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan umum
15%
G. Pemantauan pertumbuhan balita: 1. Balita yang naik berat badannya; 2. Balita Bawah Garis Merah
80 %
< 15 %
H. Pelayanan gizi: Cakupan balita mendapat kapsul vitamin A 2 kali per tahun Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe); Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi Bawah Garis Merah dari keluarga miskin; Balita gizi buruk mendapat perawatan
90%
90%
100%
100%
I. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar dan Komprehensif: Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan ibu hamil dan neonatus Ibu hamil risiko tinggi / komplikasi yang ditangani Neonatal risiko tinggi / komplikasi yang ditangani
80%
80%
115
I N D I K A T O R TARGET 80%
J. Pelayanan gawat darurat: Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat yang dapat diakses masyarakat
90%.
K. Penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Gizi Buruk: Desa/kelurahan mengalami KLB yang ditangani < 24 jam Kecamatan bebas rawan gizi
100%
80%
l. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polio: Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 tahun
< 1
M. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TB Paru:Kesembuhan penderita TBC BTA positif
> 85%.
N. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPA: Cakupan balita dengan pneumonia yang ditangani
100%
O. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIVAIDS: Klien yang mendapatkan penanganan HIV-AIDS Infeksi menular seksual yang diobati.
100%
P. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD): Penderita DBD yang ditangani
100%
Q. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Diare: Balita dengan diare yang ditangani
80%
R. Pelayanan kesehatan lingkungan: Institusi yang dibina
100%
S. Pelayanan pengendalian vektor: Rumah/bangunan bebas jentik nyamuk Aedes
70%
116
I N D I K A T O R TARGET T. Pelayanan hygiene sanitasi di tempat umum: Tempat umum yang memenuhi syarat (80%).
>95%
U. Penyuluhan perilaku sehat: Rumah tangga sehat Bayi yang mendapat ASI- eksklusif Desa dengan garam beryodium baik Posyandu Purnama
65% 80% 90% 40%
V. Penyuluhan Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (P3 NAPZA) berbasis masyarakat: Upaya penyuluhan P3 NAPZA oleh petugas kesehatan
15%
W. Pelayanan penyediaan obat dan perbekalan kesehatan: Ketersedian obat sesuai kebutuhan Pengadaan obat esensial Pengadaan obat generik
90% 100% 100%
X. Pelayanan penggunaan obat generik: Penulisan resep obat generik
90%
Y. Penyelenggaraan pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan: Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar
80 %
Z. Penyelenggaraan pembiayaan untuk Keluarga Miskin dan masyarakat rentan: Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan Keluarga Miskin dan masyarakat rentan Di luar jenis pelayanan yang tersebut Kabupaten/Kota tertentu wajib menyelenggarakan jenis pelayanan sesuai dengan kebutuhan antaralain:
100%
117
I N D I K A T O R TARGET Pelayanan Kesehatan Kerja: Cakupan pelayanan kesehatan kerja pada pekerja formal Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut: Cakupan pelayanan kesehatan pra usia lanjut dan usia lanjut Pelayanan gizi: Cakupan wanita usia subur yang mendapatkankapsul yodium Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIVAIDS: Darah donor diskrining terhadap HIV-AIDS. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Malaria: Penderita malaria yang diobati Pencegahan dan pemberantasan penyakit Kusta: Penderita kusta yang selesai berobat (RFT rate) . Pencegahan dan pemberantasan penyakit Filariasis: Kasus filariasis yang ditangani
80%
70%.
80%
100%
100%
>90%
90%
C. INDIKATOR MDGS
118
119
120
XI. PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
A. WATER SUPPLY & SANITATION FOR LOW INCOME COMMUNITIES 2 (WSSLIC-2) Penyediaan Air Bersih & Sanitasi Untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah
1. Kebijakan 1) Kegiatan yang berorientasi pada pencegahan
penyakit 2) Desentralisasi pengelolaan program oleh
kabupaten 3) Tanggap terhadap kebutuhan dasar
masyarakat yang belum terlayani 4) Perencanaan dari bawah yang berorientasi
pada kebutuhan masyarakat 5) Pengelolaan program secara efisien,
berkualitas dan pemerataan pelayanan 6) Air bersih sebagai komoditas ekonomi dan
sosial. 7) merupakan pelaksanaan kegiatan AMPL
berbasis masyarakat
2. Komponen Kegiatan 1) Peningkatan Kapasitas dan Institusi
Pemerintah 2) Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
serta Pelayanan Kesehatan Masyarakat 3) Pembangunan dan Pemeliharaan Sarana Air
Bersih dan Sanitasi 4) Manajemen Kegiatan
121
3. Metode Pendekatan Methodology for Participatori Assessments (MPA) digunakan sebagai pendekatan dalam membuat rencana kerja di tingkat masyarakat, khususnya pada penilaian terhadap sarana air bersih dan sanitasi. Participatory Hygiene And Sanitation Transformation (PHAST) digunakan dalam menyusun rencana kerja khususnya dalam melakukan perubahan perilaku hidp bersih dan sehat dia kalangan masyarakat maupun disekolah. Metoda PHAST digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisa pola dan perilaku masyarakat dari kelompok kaya dan miskin, perempuan dan laki-laki yang berkaitan dengan kebiasaan pemakaian tempat buang air besar (BAB), serta pemakaian sumber air bersih dan hal-hal yang perlu untuk ditingkatkan.
4. Deskripsi Kegiatan WSLIC-2 Nomor NPLN IDA 3382 – IND dan TF. 023692 Nomor Register IDA Credit: 10618701 Pinjaman Ditandatangani Tanggal 20 Juni 2000 Pinjaman Efektif Tanggal 16 Nopember 2000 Closing Date Tanggal 20 Juni 2009 Total Dana Program 106.700.000 dollar Amerika Jumlah Pinjaman (IDA) SDR 57.800.000 – US 77.400.000 Hibah/Grand (Aus/AID) US$ 6.500.000 Pemerintah RI US$ 12.200.000 Kontribusi Masyarakat US$ 10.600.000 Commitment Charge 0,5 % dari pokok pinjaman yang belum
ditarik Service Charge 0,75 dari pokok pinjaman Periode Pengembalian Pinjaman
35 tahun
122
Grace Period 10 tahun Bungan Pinjaman 0% Executing Agency Dept.Kesehatan cq. Ditjen PP & PL Unit Pelaksana Kegiatan Depkes,Depdagri, DepPU,Depdiknas,
depkeu Unti Koordinasi Bapenas Daerah Kerja Program 7 Propinsi, 34 Kabupaten, ± 2.000 desa Sumber dana WB (Ida Credit), Hibah AusAID, GOI,
Masyarakat
5. Lokasi Kegiatan
No Propinsi Kabupaten Target Desa
1 Sumatera Barat
Pesisir Selatan Solok Sawahlunto Sijunjung Pasaman
300
2 Sumatera Selatan
Lahat Muara Enim Musi Banyuasin Banyuasin
260
3 Kep.Bangka Belitung
Belitung 40
4 Jawa Barat Cirebon Ciamis Bogor
300
5 Jawa Timur Ponorogo Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Bondowoso
500
123
No Propinsi Kabupaten Target Desa
Probolinggo Mojokerto Bojonegoro Lamongan Sampang Sumenep Pamekasan
6 Nusa Tenggara Barat
Lombok barat Lombok tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima
300
7 Sulawesi Selatan
Bone Polmas
300
B. COMMUNITY WATER SERVICE HEALTH PROJECT (CWSHP)
1. Strategi 1) Dititik beratkan pada pencegahan penyakit 2) Desentralisasi pengelolaan program oleh
kabupaten 3) Tanggap terhadap kebutuhan dasar
masyarakat yang belum terlayani 4) Perencanaan dari bawah yang berorientasi
pada kebutuhan masyarakat 5) Pengelolaan program secara efisien,
berkualitas dan pemerataan pelayanan 6) Air bersih sebagai komoditas ekonomi dan
sosial
124
2. Komponen Proyek 1) Peningkatan kemampuan aparat pemerintah
daerah 2) Pemberdayaan dan mobolisasi masyarakat 3) Pembangunan sarana air minum dan
penyehatan lingkungan berbasis lingkungan 4) Perubahan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Penganggaran Proyek Proyek dilaksanakan selama 5 tahun ( 2005-2010) yang akan mencakup 1.000 desa dengan perincian sbb: Dana pinjaman : US$ 64,69 juta Pemerintah : US$ 11,76 juta Pemerintah Pusat & Prop : US$ 10,32 juta Pemerintah Kabupaten : US$ 5,61 juta Total : US$ 91,39 juta
4. Lokasi Kegiatan
No Propinsi Kabupaten Target Desa
I Jambi 250 Tanjung Jabung Barat 51 Batang hari 65 Bungo 30 Muaro Jambi 44 Saolangun 60 II Bengkulu 175 Bengkulu Utara 60 Bengkulu Selatan 69 Rejang Lebong 46 III Kalteng 326
125
No Propinsi Target Desa Kabupaten
Kapuas 60 Kota Waringin Timur 26 Pulang pisau 26 Katingan 68 Barito Timur 68 Barito Selatan 78 IV Kalbar 283 Landak 60 Sintang 28 Ketapang 36 Sanggau 45 Kapuas Hulu 64 Sambas 50 Total 1.034
C. PENYEDIAAN AIR MINUM & SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS)
1. Komponen Kegiatan 1) Komponen Pemberdayaan Masyarakat dan
Pengembangan Kelembagaan 2) Komponen Kesehatan, Higiene & Sanitasi 3) Komponen Penyediaan Prasarana & Sarana
Air Minum dan Sanitasi 4) Komponen Pengembangan Produktifitas Desa
hibah insentif untuk kabubupaten/kota 5) Komponen Manajemen Proyek
2. Program Sharing 1) Tugas Pemerintah Pusat
a. Menyediakan pedoman pelaksanaan Program PAMSIMAS
126
b. Penguatan kelembagaan c. Pembinaan Teknis Program d. Pengendalian Teknis Program e. Monitoring dan Evaluasi progress
pelaksanaan nasional f. Menyediakan dana pendamping
konsultan dan dana pendukung 2) Tugas Pemerintah Propinsi
a. Penguatan kelembagaan b. Pengendalian Teknis Program c. Monitoring dan Evaluasi progress
pelaksanaan di propinsi d. Menyediakan dana pendukung minimal
1% dari hibah desa 3) Tugas Pemerintah Kabupaten / Kota
a. Penguatan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat
b. Pembinaan Teknis Program c. Pengendalian Teknis Program d. Monitoring dan Evaluasi progress
pelaksanaan kabupaten/kota e. Menyediakan dana
kontribusi/pendamping 10 % dari hibah desa (fisik) dan dana pendukung minimal 4% dari hibah desa (fisik)
f. Melaksanakan kegiatan Replikasi PAMSIMAS di desa lain
4) Tugas Masyarakat a. Melaksanakan kegiatan pembangunan
(perncanaan s/d operasi dan pemeliharaan)
b. Menyediakan dana pendamping sebesar 4% dan kontribusi dalam bentuk inkind sebesar 16% dari hibah desa fisik
127
3. Program Pendanaan Perkiraan kebutuhan biaya: US$ 275,00 juta (100%) Sumber dana Loan: US$ 137,50 juta (50%) Sumber dana Pemerintah: US$ 137,46 juta (50%) berasal dari : Masyarakat: US$ 36,50 juta (13%) Pemerintah pusat: US$ 52,30 juta (18,9%) Pemerintah Kabupaten: US$ 48,90 juta (17,8%)
Kontribusi Kabupaten/Kota dalam bentuk replikasi program di desa lain serta 10% dari dana fisik dan operasional Satker
4. Rencana Aksi PAMSIMAS a. Penyelesaian persyaratan penandatanganan
loan termasuk surat persetujuan DPRD - 15 Juli 2006
b. Proses pengadaan konsultan termasuk Tim Fasilitator selesai Februari 2007
c. Proses pelatihan fasilitator Februari – April 2007
d. Proses pemilihan desa mulai April 2007 e. Pelaksanaan fisik mulai Agustus 2007
D. GLOBAL FUND FOR AIDS, TUBERCULOSIS AND MALARIA (GF-ATM)
1. Komponen TB
a. Kegiatan 1) Menyediakan dukungan yang menyeluruh
termasuk penyediaan obat dalam rangka pelaksanaan DOT’S di daerah yang lemah system pelaksanaan DOT’Snya.
128
2) Mempertahankan angka sukses rate lebih dari 85% panda temuan baru yang sudah dicapai tahun 2000.
3) Memperluas dan memperbaiki aktivitas saat in untuk mencapai target global WHO untuk program TB tahun 2005.
4) Mempertahankan global target dari tahun 2005 dst untuk mencapai MDG untuk menurunkan 50% dari beban (kesakitan dan Kematian) tahun 2015.
b. Lokasi Proyek 1) 24 Propinsi oleh Global Fund 2) 7 Propinsi oleh KNCV
c. Periode Proyek Periode implementasi proyek th 2003 s.d 2008, efektif pelaksanaan proyek 1 Agustus 2003, closing date proyek 31 Juli 2008.
d. Alokasi Anggaran Sebesar US $ 49.864.735 Tahun 2006: sebesar US $ 14.962.003 (Rp. 134.658.027.000,-) Rencana Alokasi 2007: sebesar US $ 13.462.237 (Rp. 121.160.133.000,-)
2. Komponen Malaria
a. Kegiatan 1) Penemuan dan Pengobatan: 2) Diagnostic baik secara lab dan RDT
129
3) Penemuan dan pengobatan secara aktif seperti MBS, MFS, dilakukan secara terfokus dan berkesinambungan dan pasti di semua UPK dan Desa.
4) Vektor Control 5) Peningkatan SDM dan Penguatan Sistem
Kesehatan 6) Monitoring dan Evaluasi
b. Lokasi Proyek 1) 5 Propinsi Indonesia Timur: 21
Kabupaten/Kota 2) 21 Kabupaten/Kota di NAD dan 2
Kabupaten/Kota di Sumut.
c. Periode Proyek Periode implementasi proyek 1 Juli 2003 s/d 30 Juni 2008. Grant Total: USD 23.704.947.
3. Komponen HIV/AIDS
a. Lokasi Proyek Round I: Prop DKI Jakarta (5 kota) Prop Bali (Denpasar, Badung, Buleleng) Prop Riau (Pekanbaru, Batam, Karimun) Prop Papua (Jayapura, Merauke)
Round IV: 1. Prop. Banten 6. Prop. NTB 2. Prop. Jabar 7. Prop. NTT
130
3. Prop. Jateng 8. Prop. Sumut 4. Prop. Jatim 9. Prop. Sumsel 5. Prop. Yogyakarta 10. Prop. Sulsel
b. Periode Proyek
1. Phase I : Juli 2003 s.d Juni 2005 2. Phase II : Juli 2005 s.d Juni 2007
c. Alokasi Pendanaan Comprehensive Care HIV/AIDS: tahun 2006: Rp. 139.659.861.420 (USD 15.517.763). Tahun 2007: Rp. 35.386.461.000 (USD 1.931.829) Prevention & Alleviation HIV : tahun 2006: Rp. 30.873.897.000 ( USD 3.430.433). Tahun 2007: Rp. 9.367.470.000 (USD 1.040.830)
E. GLOBAL ALLIANCE FOR VACCINE AND IMMUNIZATION (GAVI)
GAVI adalah suatu organisasi fungsional yang dibentuk oleh para donor yang terdiri dari organisasi internasional dan menyepakati untuk membentuk suatu Sekretariat yang bertugas mengkoordinasikan pengumpulan dana dan pemberian bantuan kepada Negara-negara yang memerlukan untuk program imunisasi, Sekretariat GAVI berkantor di Geneva (Gedung Pusat UNICEF).
1. Lokasi Seluruh wilayah Indonesia sesuai dengan jangkauan program imunisasi
131
2. Sumber Dana Berasal dari berbagai donor internasional yang dikoordinasikan oleh Sekretariat Salah satu penyumbang utamanya adalah Bill Gates.
3. Besar Dana Untuk bangunan GAVI Phase I yaitu kurun waktu 2002-2006, Indonesia mendapatkan bantuan sebesar USD 40.100.000,00 terdiri dari : New Vaccine Support : USD 13.249.500 Injection Safety : USD 10.745.500 Immunization Service Support : USD 16.005.000 Lain-lain : USD 100.000 Untuk NVS dan ISS diberikan dalam bentuk cash langsung kepada Ditjen PP & PL. vaksin Hepatitis B single dose dibeli dari PT. BIO FARMA. Sedang untuk INS diberikan dalam bentuk barang melalui UNICEF. Sebenarnya persyaratan negara yang bisa mendapatkan bantuan GAVI adalah negara dengan GNP kurang dari USD 1000. tetapi walaupun Indonesia sudah melebihi USD 1000, dipertimbangkan tetap mendapatkan bantuan bersama India dan China dengan alasan penduduknya sangat besar dengan berbagai masalah.
4. Indikator Indikator keberhasilan diukur dengan : a. Peningkatan cakupan imunisasi Hb-birth dose b. peningkatan cakupan imunisasi DPT-3 c. peningkatan safety injection, diukur dengan ratio
penyuntikan dan penggunaan ADS.
132
F. PILOT PROJECT Tangerang
Jenis : Hibah
Tujuan : Untuk melakukan uji coba terhadap dokumen rencana strategis nasional pengendalian flu burung & pencegahan pandemi influenza
Lokasi Proyek
: Prop Banten Kota Tengerang
Periode : 2007 s.d. 2009
Sumber Pendanaan
: Pemerintah Indonesia; Pemerintah Singapura; Regional Emerging Disease Intervention (REDI)
Jumlah Dana
: Pemerintah Indonesia : Rp. 20 Millar Depkes Singapura : USD 1.500.000 REDI : USD 400.000
G. CENTER FOR DISEASE CONTROL AND PREVENTION (CDC) ATLANTA
Jenis : Grant
Tujuan : Memperkuat kemampuan surveillans dalam mendeteksi terjadinya klb flu burung serta meningkatkan kewaspadaan masyarakat untuk ikut serta dalam mencegah terjadinya pandemi influenza
Lokasi Proyek
: 10 propinsi : Sumut, Sumbar, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, DIY, Sulsel & Bali 150 Kab/kota
Periode : 2006 sd. 2011
Sumber Pendanaan
: Pemerintah Amerika Serikat
133
Jumlah Dana
: Tahun Jumlah (USD) 2006 2,000,000 2007 2.250,000 2008 2,500,000 2009 2,750,000 2010 3,000,000 Total 12,500,000
H. NETHERLAND LEPROSY RELIEF (NLR)
Jenis : Hibah
Tujuan : - Membantu memperkuat dan kelangsungan program kusta pada pelayanan kesehatan umum dan terintegrasi pada puskesmas serta membantu pengelola program kusta di propinsi dan kabupaten.
- Meningkatkan implementasi strategi yang berbeda berdasarkan penemuan kasus yang diformulasikan dalam recana strategi nasional 2004 – 2008.
- Membangun kemitraan dan promosi Lokasi Proyek
: 22 Propinsi yaitu : NAD, Sumut, Sumbar,Sumsel, Babel, Banten,DKI, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Kalteng, Kaltim, Sulsel, Sultra, Sulteng, Sulut, Gorontalo, Maluku, Malut, Papua, Irjabar
Periode : - Sumber Pendanaan
: NGO Pemerintah Belanda
Jumlah Dana
: Rp. 215.224 miliar ( tahun 2004 s/d 2008)
XII. DAFTAR OBAT PROGRAM PPM
134
( Sesuai SK Menkes No. 521/2007)
135
DAFTAR KEPUSTAKAAN 1. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional RI,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009. Jakarta, 2005
2. Depkes RI, Rencana Strategis Departemen Kesehatan 2005 – 2009. Jakarta, 2006
3. Republik Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 331/Menkes/SKA/2006 tentang Rencana Strategis Departemen Kesehatan. Jakarta, 2006
4. Republik Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1202/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010. Jakarta, 2004
5. Republik Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. Jakarta, 2003
6. World Health Assembly, Millenium Development Goals. Geneva, 1999.
7. Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 20 tentang Rencana Kerja Pemerintah. Jakarta 2004
8. Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 21 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. Jakarta, 2004
9. Ditjen PP & PL Depkes RI. Menu Perencanaan dan Anggaran Program Lingkungan Sehat dan Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (Rancangan, Mei 2007). Jakarta, 2007
10. Republik Indonesia Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.05/2007 tentang RKA-KL Tahun 2008. Jakarta, 2007
136
11. Republik Indonesia Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.02/2007 tentang Standar Biaya Tahun 2008. Jakarta, 2007
12. Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang OrganisasI dan Tata Kerja Departemen Kesehatan. Jakarta, 2005
13. Ditjen PP & PL Depkes RI, Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan tahun 2006. Jakarta, 2007
14. Republik Indonesia Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan. Jakarta, 2005
15. Badan Pusat Statistik, Sensus Ekonomi 2005. Jakarta, 2006
16. Republik Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 264/Menkes/SK/II/2004 tentang Kriteria Klasifikasi Kantor Kesehatan Pelabuhan. Jakarta, 2004
17. Republik Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 265/SK/III/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan. Jakarta, 2004
18. Republik Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 266/SK/III/2004 tentang Kriteria Klasifikasi Balai Besar/Balai Teknis Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta, 2004
19. Republik Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 267/SK/III/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar/Balai Teknis Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta, 2004
20. Republik Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 66/Menkes/SK/I/2005 tentang Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso. Jakarta, 2005
21. Republik Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 521/Menkes/SK/IV/2007 tentang Obat Program. Jakarta, 2007
137
DAFTAR SINGKATAN ADKL Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan AFP Acute Flaccid Paralysis AI Avian Influenza AIDS Aquired Imunne Defisiency Syndrome AMI Annual Malaria Incidence AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan API Annual Parasite Incidence BCG Bacillus Calmete Guerin BTKL Balai Tehnik Kesehatan Lingkungan CDR Case Detection Rate CDC Center for Disease Control & Prevention CFR Case Fatality Rate CLTS Community Lead Total Sanitation CWSH Community Water Service and Health DBD Demam Berdarah Dengue DOTS Directly Observed Treatment Shortcourse DPT Diphteri Pertusis Tetanus DT Diptheri Tetanus ETS Environment Tobacco Smoke GAVI Global Alliance for Vaccine and Immunization GEBRAK Gerakan Pemberantasan Kembali GF-ATM Global Fund For AIDS, Tuberculosis and
Malaria HB Hepatitis B HIV Human Immunodeficiency Virus HACCP Hazard Analysis Critical Control Point IHR International Health Regulation ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISS Immunization Service Support JE Japanese Encephalitis KKP Kantor Kesehatan Pelabuhan
138
KLB Kejadian Luar Biasa KW-SPM Kewenangan Wajib-Standar Pelayanan
Minimal MDA Mass Drug Administration MDGs Millenium Development Goals MDR Multi Drug Resistence MPA/ PHAST
Methodology for Participatory Assessments/Participatory Hygiene and Sanitation Transformation
NVS New Vaccine Support OAT Obat Anti Tuberkulosis ODHA Orang Dengan HIV AIDS OPV Oral Polio Vaksin PAMSIMAS Penyediaan Air Minum & Sanitasi Berbasis
Masyarakat PD3I Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi PENASUN Pengguna Narkoba Suntik PHEIC Public Health Emergency of International
Concern PIN Pekan Imunisasi Nasional PLBD Pos Lintas Batas Daerah PML Penyakit Menular Langsung PTM Penyakit Tidak Menular PSN Pemberantasan Sarang Nyamuk PWS Pemantauan Wilayah Setempat RECAM Reduksi Campak REDI Regional Emergency Diseases Intervention RKA-KL Rencana Kerja Anggaran-Kementerian
Lembaga RENSTRA Rencana Strategis RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional RSPI-SS Rumah Sakit Penyakit Infeksi-Sulianti Saroso SIK Sistem Informasi Kesehatan
139
SIM Sistem Informasi Manajemen SLE Systemic Lupus Erythematous STP Surveilans Terpadu Penyakit SWOT Strengthening Weakness Opportunity Threat TT Tetanus Toxoid TTU Tempat Tempat Umum TB Tuberkulosis TN Tetanus Neonatorum UCI Universal Child Immunization ULV Ultra Low Volume UPT Unit Pelaksana Teknis UPK Unit Pelayanan Kesehatan VCT Voluntary Counselling and Testing WHO World Health Organization WSSLIC Water Sanitation Supply for Low Income
Community VVM Vacine Vial Monitor ZEE Zona Ekonomi Eksklusif
140
TIM PENYUSUN BUKU INFORMASI SINGKAT PP&PL
Pelindung : dr. I. Nyoman Kandun, MPH
(Direktur Jenderal PP&PL)
Penanggung Jawab
: dr. T. Marwan Nusri, MPH (Sekretaris Ditjen PP&PL)
Nara Sumber dr. Yusharmen, DcommH, MSc (Direktur Sepim &Kesma) dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS, DTMH, (Direktur P2ML) dr. Erna Tresnaningsih, MOH, Ph (Direktur P2B2) dr. Achmad Hardiman, Sp.KJ, MARS (Direktur PTM) dr.Wan Alkadri, MSc (Direktur PL) Dr. Dr. Julitasari Sundoro, MSc
Ketua : Dr. Tunggul P. Sihombing, MHA (Kabag Program & Informasi )
Sekretaris : Dr. Desak Made Wismarini, MKM ( Bagian Program & Informasi)
Editor : 1. Para Kabag Setditjen PP&PL 2. Para Kasubdit Direktorat 3. Para Kasubbag TU Direktorat 4. Dra. Sri Hartuti, MSi 5. Dra. Atik Yuliharti, Mkes 6. Ir. Ade Sutrisno, MKes 7. Rahmat Basuki, SKM, MScPH
Sekretariat 1. Dr. Theresia Hermin SW 2. Hj. Nurmaidjah, SH 3. Tuti Lestari, AMD 4. Eko Warsono, BCKn
141
Setditjen PP & PL, Depkes RI Jl. Percetakan Negara No. 29 Telp : (021) 424 7537 Fax : (021) 428 70283 E-mail : [email protected] : www.pppl.depkes.go.id