Upload
nurlaela-eka-rostari
View
197
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Buku Menkes Dr. Endang
Citation preview
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
1/1721
610.69Indd
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
2/1722
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
3/1723
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
4/172
4
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
5/172
5
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
6/172
6
Dua setengah tahun yang sangat berarti
bersama Endang Rahayu Sedyaningsih
Penerbit:
Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan RIJl. HR. Rasuna Said Blok X5 Kav.4-9 Jakarta 12950
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Sekretariat JenderalDua setengah tahun yang sangat berarti bersama Endang
Rahayu Sedyaningsih,--
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2012
ISBN 978-602-235-117-7
1. Judul I. BIOGRAPHYII. PHYSICIANS ROLE
610.69Ind
d
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
7/172
7
Pengantar
Melihat keburukan orang itu mudah, seperti melihat gajah didepan mata. Sebaliknya, melihat kebaikan orang itu sangat sulit,seperti mencari jarum di gurun pasir. Begitu, sebagian besar orangberperilaku. Tapi, tidak untuk Bu Endang Rahayu Sedyaningsih.Beliau justru sebaliknya. Ada orang yang jelas-jelas mengkritikdengan pedas dan sangat pribadi, beliau menyebutnya, sebagaikritik membangun. Menanggapi cara mengkritiknya, beliauberkomentar pada hakekatnya semua orang baik, hanya caramenyampaikannya saja yang berbeda, begitu kata saksi mata
Dirjen BUK, dr. Supriantoro, Sp.P MARS.
Masih banyak tutur kata, sikap dan perilaku mulia yang inspiratifdari dr. Endang Rahayu Sedyaningsih. Sebagian kecil keteladananitu terekam saat berinteraksi dengan staf, teman sejawat,saudara dengan berbagai sudut pandang dan pengalamannya.
Tak ketinggalan kesan tokoh masyarakat dan tokoh agama yangdimuat media massa. Kini, kesan-kesan mengagumkan itu telahterangkum dalam buku mungil yang sedang Anda baca ini.
Mereka dengan tulus ikhlas menulis kesan yang dirasakantentang Bu Endang Rahayu Sedyaningsih, dengan gayabahasanya sendiri. Harapannya, seluruh kesan terungkap secara
utuh, apa adanya dan unik, sesuai dengan situasi yang terjadi.Mulai dari ekspresi marah, gembira, kecewa, sedih atau lainnya.
Begitu beragam kesan dan kedekatan terhadap Bu Endang,terlihat dari cara mereka menyapanya. Ada yang menyapadengan ERS ( Endang Rahayu Sedyaningsih), Eny, Bu Endang, IbuEndang, Bu Menteri atau Bu Menkes. Semua jenis penyebutannama itu mempunyai maknanya sendiri-sendiri, sesuai dengankesan para pelakunya. Nah, sebagian kesan itu dapat pembaca
nikmati dalam buku ini.
Memang, penerbitan buku kesan-kesan ini diperuntukkan bukanhanya kepada keluarga, teman sejawat Kementerian Kesehatan,tapi juga untuk semua. Mengapa ? Banyak hikmah, teladan danpelajaran yang dapat diambil dari sosok ERS selama dua setengahtahun pengabdiannya menjadi Menteri Kesehatan.
Akhirnya, sebagai hamba, tak ada gading yang tak retak, takada kesempurnaan yang tak bersalah dan khilaf, termasuk
almarhumah Endang Rahayu Sedyaningsih. Mari kita maafkandan mohonkan ampunanNya. Semoga, kita sesama hamba, jugadimaafkan dan mendapat ampunanNya. Amin.
Jakarta, 11 Juni 2012Kementerian Kesehatan RI
Sekretaris Jenderal
dr. Ratna Rosita, MPH.M
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
8/172
8
Dafar Isi07Pengantar
13Pemimpin cerdas dan
memilih hidup yang berkualitasProf. dr. Ali Gufron Mukti, M.SC. PhD
Wakil Menteri Kesehatan RI
15Sahabat yang penuh semangat
dr. Ratna Rosita, MPH.M
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI
17Please, make it another success!
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp. P(K), MARS, DTM&H, DTCE
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (Dirjen. P2-PL)
19Menteri Kesehatan dengan
Prestasi Prima dan Reputasi IndahDr. dr. Trihono, M.sc
Kepala Badan Litbangkes
23Ibu Endang,
Pemimpin yang Apresiatif,
Aspiratif, Disiplin, dan Tegas
dr. Supriantoro, Sp.P, MARS
Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan (Dirjen BUK)
25Smart dan strong-leadership,dra. Maura Linda Sitanggang, Ph.D
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
(Dirjen. Binfar & Alkes)
27Banyak yang dapat dipelajaridari BeliauProf. dr. Budi Sampurna, SH, DFM, Sp.F (K), Sp.KP
Staf Ahli Menteri Bidang Mediko Legal
29Dua bilah keris Bu Enny
dr. Bambang Sardjono, MPH
Staf Ahli Menteri Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan
Desentralisasi
33Ia Memperhatikan Anak Buah
dr. Untung Suseno Sutarjo, M. Kes
Staf Ahli Menteri Bidang Pembiayaan & Pemberdayaan Masyarakat
35Dia peneliti baik dan pandai
dr. Indriyono Tantoro, MPH
Staf Khusus Menkes Bidang Percepatan Pembangunan Kesehatan dan
Reformasi Birokrasi
39Bu Endang Inspirasiku
drg. Murti Utami, MPH
Kepala Pusat Komunikasi Publik
41Empaty, rational, smart, and smile
dr. Abidinsyah Siregar, DHSM, M.Kes
Direktur Bina Yankes Tradisional, Alternatif & KomplementerDirektorat Jenderal Bina Gizi Ibu dan Anak
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
9/172
9
43Ringan membantu akar rumputAnorital Sutanbatuah
Peneliti Pusat 1
47Sang pencetus jaminan persalinan
Direktorat Bina Kesehatan Ibu
492,5 tahun yang sangat berartiDr. Merki Rundengan, MKM
Auditor Itjen
51Selalu punya waktu untuk staf
dra. Rahmaniar Brahim, Apt, M.Kes
Inspektur III, Itjen
53Beliau bagian dari kami
Supraptini
Peneliti Pusat 3
55Hujan di Mamuju
Wahyudin Amir
57Dia penuh perhatian pada anak
penderita kanker
Dr. Ir Ashwin Sasongko Sastro Subroto, M.Sc
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kemenkominfo
61Beliau adalah puteri terbaik bangsa
dr.H.Azimal, M.KesKepala Pusat Kesehatan Haji
63Sampai Ketemu Lagi, MbakDamaryanti Suryaningsih
Adik dari Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih
73Beliau memikirkan generasi yang
akan datang
Dr. Minarto,MPS
Direktur Bina Gizi Masyarakat
Direktorat Jenderal Bina Gizi Ibu dan Anak
75Ibu Endang, si angsa hitam
Dr.Hj.Eko Rahajeng, SKM, M. Kes
Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular,
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan
77Sederhana tapi menghargai budaya
dr. Sri Henni Setiawati, MHA
Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kemenkes
79Kesan dan Pesan dalam Rangka Kunjungan ke
Tanah Papua Tanggal 20 Februari 2012
Humas Sekretariat Badan PPSDMKes
81Jujur dalam semua bidang
dr.Elizabet Jane Soepardi, MPH, DSc
Kepala Pusat Data dan Informasi
83Dia selalu tersenyum
drg. S.R. Mustikowati, M.KesSekretaris Inspektorat Jenderal
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
10/172
10
85Dia tak pantas dilupakanMKDKI - Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
87Saya terharu ibu menteri memberi
perhatian pada istri saya di ICU
Dr. Nyoman Kandun, MPH
Purnabakti Eselon I Kemkes
91Dia selalu ingin hasil terkini
Drs. Ondri Dwi Sampurno, M.Si, Apt
Kepala Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan
Litbangkes
93Menteri yang rajin
ke pelosok tanah air
drg. Oscar Primadi, MPH
Kepala Pusat Standarisasi dan Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan
SDM Kes, Badan PPSDM
95Dia mengayomi
semua jajaran profesi medis
Drg. Zaura Kiswarini, MDSc
Ketua Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI)
97Srikandi Indonesia yang memberi
warna kesehatan Indonesia
Pusat Promosi Kesehatan
99Semua programnya prorakyat
Pusdiklat Aparatur, Badan PPSDM
101Bu Endang, pendengar yang baikRia Sukarno, SKM, MCN
Sekretaris Badan Litbang Kesehatan
103Kami senang
diperhatikan Ibu Menteri
Rita Djupuri, B.Sc, DCN, M.Epid
Direktorat Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra
Direktorat Jenderal P2-PL
105Menteri yang arif dan bijaksana
Subdit Bina Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
107Pesan dan KesanDirektorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung,
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
113Kenangan dan Kesan
dari Sahabat & Kawan
121Endang, Menteri Kesehatan TerbaikProf.Dr. Agus Suwandono, MPH, Dr Ph
Peneliti Pusat 1
123Sedikit Bicara Terkesan Selamanya
Dr. Qomariah Alwi, SKM, M.Sc
PDBKers Kab. Kupang
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
11/172
11
127Beliau Mengajarkan Kami Pro Rakyat
Direktorat Bina Kesehatan Jiwa,Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan (Dirjen BUK)
129Dia Ditakdirkan Jadi Orang Besar
Farida
Peneliti
131Sekilas Kenangan BersamaBu Menkes
Prof,Dr. Menaldi Rasmin, Sp. P(k)
Ketua Konsil Kedokteran Indonesia
133Kenangan berkesan
bersama pemilik untaian Garnet
yang selain indah juga menyejukkan hati dari
sahabatku Endang Rahayu Sedyaningsih Mamahit
Hj. Endang Agustini Syarwan H.,S.IP
Anggota MPR / DPR RI No. A - 237
139Big Condolance
Kamel Senouci
Director SIVAC
141Ill remember Dr. Endang
as a scientist and politician
Brad Gessner
143One More Ibu Endang Story
Robert Tilden
145Selalu Menyediakan Waktu
Siti IsfandariBadan Litbangkes
147@ NEWS
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
12/172
12
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
13/172
13
Pemimpin cerdas danmemilih hidup yang berkualitasProf. dr. Ali Gufron Mukti, M.SC. PhDWakil Menteri Kesehatan RI
Ibu Menkes adalah seorang pemimpin yang cerdas, cepat
belajar, fokus, memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugas
dan tanggung jawabnya, dan memiliki visi yang jelas. Meskipun
sedang sakit, ia tidak terlalu menghiraukan penyakitnya. Beliau
hanya memikirkan bagaimana meningkatkan kesehatan
masyarakat.
Beliau juga memiliki hubungan solidaritas yang tinggi terhadap
staf maupun rekan kerja. Caranya berkomunikasi sangat bagus.
Dia mempunyai kedekatan yang khas hampir dengan seluruh
jajaran di kementerian. Ia juga dikenal sangat lugas dalam
menyampaikan nasehat kepada orang di lingkungan kerjanya.
Sekalipun tegas, tapi nasehat disampaikan dengan cara yang
sangat lembut. Lebih dari semua itu, beliau memiliki nilaikejujuran yang hakiki.
Suatu hari, Ibu Menkes pernah mendapat souvenir atau uang
dari orang lain yang berindikasi tidak baik dan terkait dengan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai menteri, beliau langsung
mengembalikan hadiah itu kepada yang memberinya.
Terkait dengan kedekatan hubungan dengan orang lain, beliau
sangat perhatian kepada orang yang dekat dengannya, termasuk
di kementerian. Beliau proaktif memulai berkomunikasi dengan
orang lain. Suatu hari saya pernah ditanya, Pak Wamen,
bagaimana ada masalah? Saya jawab, Tidak ada. Cuma masalah
transportasi yang menyita waktu 3-4 jam sehari untuk perjalanan.
Hal lain yang menonjol dari Beliau adalah: dia memiliki
semangat bekerja juga semangat hidup yang luar biasa.
Saya punya pengalaman menarik soal ini dengan beliau,
sekaligus pengalaman terakhir tentang berpergian ke luar
kota. Ketika itu, kami akan berkunjungan ke NTT, tepatnya
ke Waykabubak. Secara geografis, medan tempat ini sangat
berat bagi kebanyakan orang. Saya mengatakan begitu,
karena saya pernah menjadi konsultan di tempat ini.
Karena itu, dalam hati saya bertanya: Mengapa Beliau ingin
berangkat ke sana? Mengapa tidak memberi tugas kepada yang
lain atau saya, yang lebih muda atau kuat. Walaupun beliau juga
kuat, dan memiliki semangat yang tinggi, tapi kan beliau sedang
sakit.
Walau akhirnya batal karena beliau harus merawat kesehatannya
peristiwa ini memperlihatkan bahwa beliau mempunyai
semangat baja, hampir dalam segala hal yang dipegangnya.
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
14/172
14
Kesehatannya memang merosot karena penyakit yang
dideritanya.
Saya pernah membaca ungkapan Bu Menkes tetang penyakit
yang dideritanya, Why me? Artinya, dia telah berfikir panjang
tentang mengapa dia yang menderita sakit seperti itu. Dan
jawabannya sungguh mengagumkan bagi semua orang.
Katanya, penyakitnya itu seperti membawa anugerah dari
Allah SWT. Maksudnya, beliau menyadari mungkin waktunyadi dunia sudah dibatasi, lalu beliau ingin sekali memanfaatkan
sisa umur untuk membantu sesama. Sungguh pemikiran yang
mulia dan sangat terpuji. Panjangnya umur tak terlalu penting
dibanding kualitas umur itu sendiri, ungkapan Bu Menkes dalam
sambutannya di hadapan penderita kanker, di Indonesia.
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
15/172
15
Sahabat yang penuh semangatdr. Ratna Rosita, MPH.MSekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI
Kerja cerdas dan cepat. Itu yang saya alami ketika bekerja
bersama Ibu Endang sejak tahun 2003. Ketika itu, SARS
melanda beberapa kawasan di dunia. Gejala klinis pada
penderita suspect SARS menjadi tanggung jawab saya sebagai
kasubdit Gawat Darurat dan Matra. Sedangkan konfirmasi kasus
menjadi tanggung jawab Ibu Endang di Litbang. Setelah proyek
SARS ini kami sibuk masing-masing dengan pekerjaan berbeda.
Jauh sebelum bekerjasama menangani SARS, kami telah
berkawan sejak kami bersama masuk FKUI th 1973, dan lulus
serta diwisuda pada tahun 1979.
Kami bertemu kembali, dan bekerja bersama pada saat Beliau
menjadi Menteri Kesehatan. Saya melihat Beliau sebagai sosokyang konsisten, jujur, teguh dalam pendirian, pantang menyerah,
teliti, dan mempunyai komitmen tinggi terhadap tugasnya.
Dengan karakter seperti itu, Ibu Endang menjadi panutan bagi
sejumlah pejabat di Kementerian Kesehatan.
Ketika Beliau sakit, semangatnya tidak surut, walaupun dia
harus berjuang untuk sekedar dapat menikmati makan siangnya
dengan baik. Ketika sudah terbaring di rumah sakit, beliau masih
mengerjakan tugas-tugas negara, memberikan arahan, baik
dengan sms maupun email. Pesan beliau melalui sms tanggal 31
Maret 2012 agar kita merapatkan lagi barisan. Jangan sampai
barisan kita terpecah-belah.
Beliau seperti roket, melesat dengan cepat lalu menghilang atau
lenyap. Banyak kenangan manis bersama ibu ERS yang tidak
dapat dilupakan.
Ya Allah, ampunilah segala dosa-dosa ibu Endang Rahayu
Sedyaningsih, masukkanlah ke dalam surgaMu kelak. Selamat
jalan sahabat.
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
16/172
16
Menkes Canangkan Kemenkes Raih WTP2012
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
17/172
17
Please, make it another success!Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp. P(K), MARS, DTM&H, DTCEDirektur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Dirjen. P2-PL)
Saya memiliki empat kesan mendalam tentang almarhumah
Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih. Pertama, Almarhumah
amat menguasai Ilmu Kesehatan Masyarakat yang menjadi
tanggung jawab beliau sebagai Menteri Kesehatan. Penguasaan
ilmu ini didasari pada tiga hal utama. Yaitu, latar belakang
pendidikan Beliau sebagai dokter dan Doktor; kebiasaan Beliau
membaca berbagai jurnal dan publikasi ilmiah, walaupun di
tengah kesibukannya sebagai Menteri; dan terakhir pengalaman
panjang beliau bekerja di lingkungan Kesehatan sejak 30 tahun
lalu, di masa awal Beliau masuk dunia bekerja.
Kedua, Almarhumah amat taat pada aturan yang ada. Dalam
berbagai arahan, beliau selalu menekankan agar semua dilakukan
sesuai dengan aturan yang ada. Dalam semua kegiatan di
Kementerian Kesehatan maka semua pekerjaan selalu dilakukan
dengan aturan perundangan yang ada.
Ketiga, Almarhumah sebagai pimpinan sangat menjaga
hubungan baik yang humanis dengan para stafnya. Beliau selalu
menjaga agar selalu ramah dan tersenyum. Namun, dengan tetap
memegang prinsip hubungan kerja amat sehat dan produktif
dalam organisasi Kementerian Kesehatan.
Terakhir keempat, Almarhumah adalah orang yang baik hati.
Kesimpulan itu saya ambil setelah mengenal beliau sejak lama,
sejak sebelum beliau menjadi Menteri. Yaitu, sejak kami sama-
sama menangani kasus berbagai penyakit waktu saya masih kerja
di RS dan Almarhumah di Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Kesehatan, lalu sama-sama menjadi pejabat eselon
2 di Departemen Kesehatan, sampai beliau menjadi Menteri
Kesehatan. Sebagai pribadi, kesan mendalam saya bahwa
Almarhumah adalah orang yang baik hati, dan menurut saya
kebaikan hati Almarhumah terpancar dari lubuk hati beliau.
Di sisi lain, dalam aspek kesehatan masyarakat, almarhumah
Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih mampu secara serasi
menyeimbangkan antara kegiatan Promotif Preventif dengan
Kuratif Rehabilitatif.
Saya pernah dengan beliau, pada suatu waktu di tahun 2011
yang lalu, melakukan kunjungan kerja ke suatu kabupaten
untuk meninjau kegiatan PosBinDu (Pos Pembinaan Terpadu,
semacam Posyandu untuk dewasa dan orang tua). Waktu itu
pimpinan daerah setempat mengatakan bahwa Ibu Menkesharusnya meninjau ke Rumah Sakit, dan almarhumah dengan
amat bijak mengatakan bahwa pelayanan kesehatan harus
berjalan secara menyeluruh, mulai dari perilaku hidup bersih
sehat, pemeriksaan kesehatan, kesehatan lingkungan dan
berbagai kegiatan promotif preventif lain sampai ke pelayanan
kesehatan yang prima di berbagai fasilitas (Puskesmas,
Klinik, RS) sampai kegiatan rehabilitatif bila diperlukan.
Secara umum, menurut Beliau, pada dasarnya keberadaan
Posyandu dan posbindu adalah sama pentingnya dengan
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
18/172
18
ketersediaan rumah sakit yang canggih. Dalam hal penelitian,
beberapa bulan yang lalu di awal tahun 2012 saya mendapattugas dari Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih untuk menghadiri
pertemuan WHO, sehubungan ada kontroversi penelitian
ilmiah flu burung yang antara lain menyebutkan kemungkinan
perubahan virus sehingga mungkin menular antar manusia.
Arahan Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih saat ini menunjukkan
kematangan beliau dalam bidang penelitian dalam kaitannya
dengan hubungan luar negeri, yaitu antara lain:
- ilmu pengetahuan pada dasarnya perlu terus dikembangkan
- hasil penelitian harus mempertimbangkan azaz manfaat dan
aspek kemanusiannya
- keterlibatan negara asal merupakan hal yang mutlak bila
sampel dari satu negara di/ter kirim ke negara lain
- semua negara harus mematuhi resolusi WHO, dalam hal ini
tentang hal virus and benefit sharing.
- azaz fair, transparant and equitable harus selalu dipegang
erat.Sementara itu, dalam hal teknologi informasi, setidaknya ada 4
pengalaman saya yang menunjukkan bahwa Ibu Endang Rahayu
Sedyaningsih amat menyadari dan memanfaatkan teknologi
komunikasi.
Pertama, pada saat beliau masih awal menjadi Menteri
Kesehatan, Beliau membuat group email antar-eselon 1 di
Kementerian Kesehatan. Melalu group email ini berbagai
informasi dipertukarkan, dan saya sering pula menyampaikan
laporan kegiatan, khususnya pada hal-hal yang sifatnya segera/
mendadak.
Kedua, pada rapat koordinasi dengan seluruh pejabat
eselon 2 DitJen P2PL maka beliau berpesan agar P2PL dapat
memanfaatkan maksimal teknologi komunikasi yang ada, antara
lain karena dua hal:
1. Letupan penyakit dapat datang di mana saja dan harus
ditangani dengan cepat.
2. Pentingnya surveilans untuk pengamatan terus menerus dantindakan untuk menanganinya, yang memang merupakan
salah satu aspek penting dalam kegiatan pengendalian
penyakit.
Sejalan dengan arahan Ibu Endang itu maka kami kemudian
mengembangkan sistem EWARS, E-tb, E-malaria dll.
Ketiga, saya ingat, salah satu email laporan saya ke beliau adalah
ketika terjadi gempa di Aceh 11 April yang lalu. Ketika itu saya
melaporkan komunikasi saya dengan Kepala Dinas KesehatanAceh dan Sumatera Barat serta beberapa Kepala Kantor Kesehatan
Pelabuhan di Sumatera. Pada waktu itu beliau sedang dirawat di
RSCM, dan setelah menerima email saya beliau langsung menjawab:
Harap dipantau terus Prof. Saya juga melihat dari TV. Siagakan
bantuan yang kira-kira dibutuhkan. Terimakasih. Seperti
sudah diberitakan bahwa walau sedang dirawat di rumah
sakit, Ibu Endang terus memimpin Kementerian Kesehatan dan
memberikan arahannya.
Keempat, terakhir kali beliau menanggapi secara pribadi email
laporan saya adalah pada 15 April 2012 ketika saya melaporkan
4 kegiatan Hari Malaria Sedunia, dimana saya laporkan juga bhw
puncak acara tingkat nasional akan dilakukan di Palangkaraya
pada 2 Mei 2012, dan ini penggalan dari jawaban email beliau :
Baik sekali. Terima kasih laporan Prof. Tjandra. Kita bangga
upaya kita diapresiasi. Semua saran rekomendasi kita upayakan
lakukan. Mungkin baik juga kalau kita tawarkan ibu-ibu sikib
untuk sebar ikan kepala timah ya? Silakan lanjutkan dengan Hari
Malaria Palangkaraya. Please make it another success! Ers.
Jadi,dalam email terakhir sekitar dua minggu sebelum wafat,
juga ketika sedang dirawat di RS, beliau menyebutkan bahwa
hari malaria yang diperingati tanggal 2 Mei agar Please make it
another success!. Tanggal 2 Mei ini Ibu Endang wafat, dan saya
akan tetap mengingat pesan beliau agar terus bekerja dengan
giat dan Please make it another success!.
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
19/172
19
Menteri Kesehatan denganPrestasi Prima dan Reputasi IndahDr. dr. Trihono, M.scKepala Badan Litbangkes
Pagi hari, pada tanggal pelatikan pejabat eselon 2, saya
dipanggil Kepala Badan Litbang Kesehatan, Pak Triono
Sundoro. Sebagai Kabadan, beliau menasihati saya agar
siap kalaupun tidak jadi dilantik. Katanya, perubahan bisa terjadi
setiap saat.
Hal itu sudah terjadi pada surat undangan pelantikan saya.
Undangan sampai di tangan saya kemarin malam jam 19.00
(sehari sebelum pelantikan). Kemudian Pukul 21.00, undangan
untuk saya dibatalkan. Tetapi pukul 06.00 pagi, esok harinya,
undangan pelantikan itu dihidupkan kembali. Saya santai saja
menanggapi, Kalau enggak jadi dilantik, ya, pecinya dilepas. Jadi
tamu undangan.
Pagi itu, Pak Triono minta saran. Bagaimana, ya, cara
memberitahukan kepada Ibu Endang bahwa jabatannya selaku
Kepala Pusat Litbang Biomedis dan Farmasi akan dicopot. Pada
saat itu belum pernah ada eselon 2 yang dilengserkan begitu
saja, biasanya diputar menduduki jabatan eselon 2 lainnya.
Saya menyarankan untuk diberitahu saja, akan lebih baik Kabadan
yang memberi tahu terlebih dahulu dari pada menunggu sampai
saat pelantikan oleh Ibu Menkes SFS.
Tak lama kemudian Ibu Endang datang. Ada suasana hening,
tampaknya berat juga Pak Triono mengungkapkannya. Ternyata
setelah disampaikan bahwa Ibu Endang dicopot dari jabatannya,
saya lihat Ibu Endang ada rasa terkejut. Tetapi beliau tetap tegar.
Setelah hening sejenak, Ibu Endang berkata, Saya sudah diberi
firasat oleh Allah, tadi malam saya bermimpi diberi bantal yangbau pesing oleh Ibu Menkes. Tampaknya itu tanda, saya harus
lengser. Saya siap kembali jadi peneliti. Waktu itu belum tahu
siapa yang menggantikan beliau. Setelah pelantikan baru tahu
bahwa saya yang menggantikan beliau.
Pisah sambut
Beberapa hari setelah pelantikan diadakan pisah sambut antara
Ibu Endang dan saya. Suasana mengharukan, beberapa sahabat
beliau meneteskan air mata, karena jarang sekali kejadian seperti
ini. Banyak staf yang memberikan cindera mata, bahkan ada yang
membuat puisi khusus untuk Ibu Endang. Itu semua menandakan
penghormatan dan pengakuan atas jasa beliau selama memimpin
Puslitbang Biomedis dan Farmasi. Saya perhatikan beliau tetap
tegar meski sewaktu salaman banyak peneliti yang meneteskan
air mata tanda haru. Beliau mengucapkan terima kasih atas
kerjasama yang baik dengan seluruh jajaran Pusat Biomedis dan
Farmasi, dan mohon maaf bila ada kesalahan yang diperbuat
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
20/172
20
selama ini. Juga mengucapkan selamat atas pengangkatan saya
sebagai pengganti beliau.
Giliran saya menyampaikan sambutan: Saya bersyukur Ibu
Endang tetap di Puslitbang Biomedis dan Farmasi sebagai
peneliti senior, saya akan menempatkan Ibu sebagai Konsultan,
yang pasti memudahkan saya dalam mengemban amanah,
karena biomolekuler bukanlah bidang saya. Jadi meski Ibu ERS
kembali sebagai peneliti, saya menempatkan beliau pada posisi
lebih karena saya tahu kompetensi dan profesionalitas beliau.
Ruang ERS
Setelah tidak menjabat, beliau menempati ruang yang beliau
disain sendiri. Tempatnya di Lantai 1 Puslitbang Biomedis
dan Farmasi. Nuansa seninya memang terasa. Di ruang beliau
segalanya teratur rapi dan selalu ada bunga. Kini ruang itu
kami lestarikan dan kami beri nama ruang ERS. Semua pesan
dan kenangan beliau kami kumpulkan di ruang tersebut. Ada
beberapa buku dan tulisan ilmiah karya beliau, ada kaca cermin
yang beliau gunakan, juga karya kenangan kami (puisi, kumpulanSMS) terhadap beliau kami taruh di ruang tersebut. Ruang ERS
semoga menjadi tanda bahwa seorang peneliti dari Balitbangkes
pernah diangkat menjadi Menteri Kesehatan, dengan prestasi
prima dan reputasi indah.
Rasa yang paling menyakitkan
Saya pernah mendapati Ibu ERS dalam keadaan marah, sedih,
sakit hati, bercampur aduk. Saya lupa tanggalnya, tetapi saat itu
saya perlu konsultasi tentang Flu Burung. Beliau telah mendalami
masalah ini, bahkan pernah membuat tulisan ilmiah tentang
penyakit ini. Saya menghadap beliau dan hanya berdua saja. Saya
minta pendapat beliau tentang penanganan Avian Influenza
kaitannya dengan pengembangan laboratorium. Namun diskusi
ini kemudian bergerak kemana-mana termasuk tudingan Ibu
Menkes SFS kepada beliau. Pada saat itulah beliau menangis
sedih dan seolah menahan rasa sakit, dengan penuh perasaan
beliau berkata: Pak Tri, yang paling menyakitkan adalah
kalau dituduh berkhianat pada bangsa sendiri. Saya terdiam,
merasakan betapa sesaknya beliau ketika dituduh menjual viruske luar negeri. Saya dan segenap jajaran litbangkes tahu betul,
tuduhan itu tidak pernah terbukti. Dari situ saya tahu betapa
tingginya kadar merah-putih dalam dada Ibu Endang.
Tidak ada rasa balas dendam
Sewaktu beliau masih menjabat sebagai Kepala Pusat Biomedis
dan Farmasi, beliau pernah berantem dengan staf peneliti
senior. Biasa, di Balitbangkes peneliti bisa tidak sejalan dengan
Kepala Pusatnya, karena peneliti mempunyai integritas sendiri,yang tentu saja bisa berbeda pendapat dengan Pimpinannya.
Pertengkaran itu cukup parah sehingga sang peneliti sampai
mogok.
Namun sewaktu beliau menjadi Menteri Kesehatan, peneliti
tersebut malah sekarang dipromosikan menjadi eselon 2
atas usulan beliau. Ini bukti yang menunjukkan bahwa beliau
memang tidak mempunyai rasa balas dendam.
Mementingkan pluralitas
Sewaktu beliau mencari Kepala Badan Litbang Kesehatan untuk
menggantikan Prof. AP, beliau minta agar dicarikan calon yang
memenuhi syarat tetapi bukan dari UI. Beliau menyadari bahwa
makin beragam asal universitas dari para pejabat eselon 1, akan
makin baik buat Kementerian Kesehatan secara keseluruhan.
Apalagi waktu itu ada saran agar jangan UI sentris. Sayangnya
tidak mudah mencarinya, mereka yang mau tidak memenuhi
syarat sedangkan yang memenuhi syarat tidak mau. Itulah
sebabnya saya yang juga alumni UI akhirnya dipromosikan,
setelah calon dari Universitas lain tidak bersedia/belum
memenuhi syarat.
Bersemangat bila berkunjung ke Balitbangkes
Setiap beliau berkunjung kembali ke Balitbangkes, baik formal
maupun dadakan, saya perhatikan beliau selalu kelihatan
sumringah, merasa kembali ke dalam dunianya. Itulah sebabnya
Balitbangkes selalu membuat acara bila ibu sedang terbebani
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
21/172
21
banyak masalah. Dengan bertemu kembali para peneliti di
Balitbangkes, semangat beliau seolah kembali segar dan siapmenghadapi beban seberat apapun. Di bawah ini disajikan puisi
sederhana sewatku kami merayakan ulang tahun beliau pada
tahun 2010.
Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih
Semoga tetap bekerja tanpa pamrihBerteman tanpa pilih kasih
Mendapatkan ridho Allah Yang Maha Pengasih
Demikian sekilas kenangan saya dengan Ibu Dr. Endang Rahayu
Sedyaningsih MPH, DR.PH
Menkes & Meneg PP dan Anak dalam acara hari anak
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
22/172
22
Menkes menghadiri pertemuan WHO tahun 2010
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
23/172
23
Ibu Endang,Pemimpin yang Apresiati,Aspirati, Disiplin, dan Tegasdr. Supriantoro, Sp.P, MARSDirektur Jenderal Bina Upaya Kesehatan (Dirjen BUK)
Seperti kita ketahui bahwa sebelum menjabat sebagai
Menteri Kesehatan, Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih
pernah menjabat Eselon II. Saat itu tidak sedikit yang
meragukan Beliau, underestimated. Bahkan ada yang mencurigai
hubungannya dengan Namru. Namun saya tahu, itu tidak benar.
Ibu Endang adalah sosok yang cepat belajar, cepat menyesuaikandiri, dan cepat pula menyelesaikan pekerjaan.
Yang menjadi ciri khasnya, Ibu Menkes selalu membawa buku.
Dengan buku itulah beliau langsung menuliskan apa saja hal-hal
menarik yang didiskusikan atau disampaikan lawan bicaranya.
Mungkin ini disebabkan latar belakangnya seorang peneliti.
Ini menunjukan bahwa Ibu Menkes sangat mengapresiasi dan
mendengar masukan dari orang lain, siapapun itu. Kemudian
saran dan masukan yang baik akan ditindaklanjuti dan
diimplementasikan.
Beliau juga sangat menghargai masukan dengan cara
menyampaikan apa adanya. Contohnya dalam sebuah pertemuan
dengan Gubernur, DPRD, Bupati, Walikota, dan pejabat daerah di
Provinsi Nusa Tenggara Barat, Ibu Endang mengatakan bahwa
apa yang disampaikannya berdasarkan informasi dari saya.
Padahal sebagai Menkes, beliau mempunyai kewenangan tidak
harus menyebutkan hal itu. Itulah bukti bahwa Ibu Menkes
sangat menghargai staf-stafnya. Beliau juga contoh pemimpin
yang terbuka dengan perbedaan pendapat. Beliau tidak marah
atau tersinggung jika stafnya mempunyai pemikiran berbeda.
Di antara Pejabat Negara, Ibu Menkes termasuk yang sangatpeduli dengan masalah-masalah masyarakat umum, terutama
masyarakat miskin dan tidak mampu. Teleponnya terbuka
bagi siapa saja bisa menyampaikan pengaduan. Beliau sendiri
merespon pengaduan tersebut. Dan selanjutnya meneruskan
pengaduan masyarakat itu kepada staf-stafnya terkait untuk
ditindaklanjuti dan diselesaikan.
Di antara kebaikan dan kesabarannya, Ibu Menkes adalah
pemimpin yang tegas. Siapa yang benar akan diapresiasi, siapa
yang salah akan ditegur baik secara halus maupun tegas. Pendek
kata, Ibu Endang adalah pemimpin yang berwibawa, apresiatif,
aspiratif, disiplin, dan tegas. Untuk kejujurannya dan kepatuhan
pada prinsip tata pemerintahan yang baik, tak usah diragukan
lagi. Sebagai contoh ketika diberikan sebuah souvenir saja,
Beliau mengembalikan kepada yang memberikan.
Ada beberapa sikap yang membuat saya sangat terkesan.
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
24/172
24
Misalnya saja ketika saya menanyakan mengapa Beliau selalu
berprasangka baik bahkan kepada orang yang pernah menyakiti
dan melecehkan dirinya. Beliau menjawab bahwa pada dasarnya
orang itu adalah orang baik dan apa yang disampaikannya
merupakan koreksi dan perbaikan diri bagi Ibu Menkes. Luar
biasa, beliau selalu melihat sisi positif dan mengabaikan sisi
negatif seseorang.
Saya semakin kagum dengan komitmen dan etos kerja yang
ditunjukkan Beliau meskipun sedang sakit. Sebagai spesialis
paru, saya sampaikan prognosa terkait kesehatan beliau. Namunfaktanya, beliau sangat tegar dan aktif melaksanakan tugas-tugas
berat sehari-hari. Tanpa segan beliau juga melakukan kunjungan
ke daerah yang jauh. Saya ingat beliau mengatakan bahwa
beliau sudah merasa mendapatkan anugerah yang banyak dari
Allah SWT, sehingga sekarang saatnya melakukan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat. Mengisi hidup dengan hal-hal yang
bermanfaat bagi sesama.
Suatu hari sebelum dirawat di rumah sakit, saya pernah
menyarankan Ibu Menkes tidak melakukan kunjungan ke Sumba.
Karena itu perjalanan yang jauh dan berat. Namun ternyata beliau
tetap bertekad melaksanakan tugas ke Sumba. Pak Pri, saya
sudah janji. Mereka akan kecewa jika saya tidak datang, begitu
kata Ibu Menkes waktu itu. Dan meskipun akhirnya Ibu Menkes
batal ke Sumba, karena harus menjalani perawatan sakitnya.
Akhirnya, saya bisa mengambil hikmah bahwa Ibu Endang adalah
pribadi yang telah melakukan apa yang pernah dikatakan pada
sambutan buku Berdamai dengan Kanker, Sungguh, lamanya
hidup tidaklah sepenting kualitas hidup itu sendiri. Mari lakukansebaik-baiknya apa yang bisa kita lakukan hari ini. Kita lakukan
dengan sepenuh hati.
Begitulah sekelumit kesan saya tentang Ibu Menkes. Apa yang
saya paparkan ini mungkin tak berarti apa-apa dibandingkan
dengan keteladanan sebenarnya yang dilakukan oleh Ibu
Endang Rahayu Sedyaningsih.
Selamat jalan, Ibu Menkes.
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
25/172
25
Smart dan strong-leadershipdra. Maura Linda sitanggang, Ph.DDirektur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Ibu Endang adalah pribadi yang smart, namun tetap rendah hati
dengan segala kelebihan dan talenta yang dimilikinya. Sebagai
pemimpin, beliau memiliki strong-leadership. Walaupun bagi
saya sangat singkat, selama bekerja di bawah pimpinannya, saya
merasakan ketegasan dan kecepatan beliau dalam mengambil
keputusan serta berani mengambil risiko, namun tetap penuhpertimbangan.
Di balik kepribadiannya yang tegas, Ibu Endang adalah sosok
yang sangat perhatian/concern kepada orang kecil dan terpuruk,
yang diaktualisasikan melalui sikap dan pengorbanannya.
Selamat berpulang Ibu. Kenangan dan teladanmu akan selalu
menginspirasi banyak orang!
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
26/172
26
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
27/172
27
Banyak yang dapat dipelajaridari beliauProf. dr. Budi Sampurna, SH, DFM, Sp.F (K), Sp.KPStaf Ahli Menteri Bidang Mediko Legal
Endang Rahayu Sedyaningsih saya kenal sebagai
pemimpin, ibu, dan teman. Beliau seorang pemimpin
yang memiliki visi. Ia mampu menguraikan dan
mempertahankan pandangannya ke depannya, gigih
dalam melaksanakan upaya untuk mencapainya, serta tidak
mudah tergoyahkan.
Di bidang yang merupakan domain kerja saya, khususnya
penyusunan peraturan perundang undangan, kematangan
beliau dalam membuat kebijakan publik terlihat dengan
nyata. Beliau bijaksana dalam menghadapi tantangan,
khususnya dalam kebijakan di bidang Air Susu Ibu, produk
tembakau, dan sunat perempuan. Beliau meyakini bahwa
tujuannya baik bagi masyarakat luas.
Beliau begitu bersemangat dan berkeinginan kuat untuk
menyelesaikan rancangan peraturan pemerintah tentang Air
Susu Eksklusif dan pengamanan bahan yang mengandung zat
adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan.
Keputusan dalam menghadapi pertentangan dua kepentinganselalu dibuat dengan mempertimbangkan dari berbagai aspek.
Beliau mau mendengar kritik dan saran, dan mampu pula
membuat keputusan yang tegas.
Beliau juga konsisten dan konsekuen dalam menjalankan konsep
dan isi kedua rancangan peraturan tersebut.
Banyak yang dapat dipelajari dari kepemimpinan beliau.
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
28/172
28
Menkes menyerahkan bantuan bencana mentawaidisahkan Wapres dan Mensos tahun 2010
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
29/172
29
Dua bilah keris Bu Ennydr. Bambang Sardjono, MPHStaf Ahli Menteri Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Desentralisasi
Apabila kita bercerita tentang Bu Endang Rahayu
Sedyaningsih, atau akrab disapa dengan Bu Enny,
tidak akan pernah ada habisnya. Ada saja topik
pembicaraan yang dikaitkan dengan beliau sebab wawasan
beliau sangat luas. Beliau juga memberikan perhatian yang besar
pada banyak hal.
Kadang-kadang saya masih belum percaya bahwa beliau sudah
tiada. Saya sering merasa bahwa beliau masih ada. Ketika
saya sedang berkunjung ke daerah, dan ketika menyampaikan
kebijakan Kemenkes --menjelaskan tentang kebijakan Kemenkes
antara lain PIREB (Pro-Rakyat, Inklusif, Responsif, Efisien -Effektif
dan Bersih)-- rasanya Bu Enny masih ada di sekitar saya. Seakan-
akan dia sedang mengawasi dari kejauhan sambil tersenyum.
Senyum khas Bu Enny. Atau apabila saya sedang melintasi Blok A
lantai 2 kantor Kementerian Kesehatan, masih terasa kehadiran
sosok Bu Enny. Seakan-akan beliau masih berada di ruang kerja
beliau.
Tentu sudah banyak orang yang menulis mengenai Bu Enny dari
berbagai sudut padang. Misalnya, tentang keterkaitan beliau
dengan khazanah penelitian, mengenai etos dan semangat kerja,
tentang kedekatan beliau dengan program untuk masyarakat,
tentang anthusiasme beliau terhadap rakyat, tentang penyakit
yang beliau derita, tentang keluarga, dan tentang-tentang yang lain.
Saya juga mempunyai kesan tersendiri tentang Bu Enny. Saya
bisa menulis berbagai hal tentang Bu Enny menurut persepsi
saya. Namun, kali ini saya menulis atau bercerita tentang hal-halyang sangat berbeda dengan yang selama ini diketahui banyak
orang, yakni tentang keris. Ya, tentang KERIS dan Bu Enny.
Begini ceritanya; suatu hari di bulan Oktober 2011, setelah selesai
memimpin sebuah rapat di gedung Kementerian Kesehatan,
ketika berjalan menuju ruangan, Bu Menkes memanggil saya.
Beliau berkata bahwa ada orang menyampaikan bahwa hobi saya
adalah mengoleksi keris. Kemudian beliau sampaikan bahwa dia
memiliki dua bilah keris peninggalan ayahnya, almarhum Prof.
Sudjiran. Singkatnya, beliau ingin agar saya melihatnya dan
minta saran sebaiknya diapakan keris itu. Bu Enny meminta saya
datang dan melihat di rumahnya, di Duren Sawit, Jakarta Timur.
Pada hari yg ditentukan, yaitu Sabtu pagi, sekitar pukul 08.30,
saya menghadap beliau di rumahnya. Ketika saya tiba di sana,
sepertinya beliau baru kembali dari suatu acara meresmikan atau
memberikan amanat atau kegiatan di Monas. Beliau mengenakan
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
30/172
30
kaus olah raga lengan panjang. Dan, beliau rupanya sedang asyik
menata koleksi gantungan kunci dan magnet kulkas. Ternyata,
salah satu hobi beliau adalah mengumpulkan magnit kulkas dari
berbagai tempat.
Setelah masuk, kami duduk dan ngobrol sejenak seputar
pekerjaan. Saya menyampaikan tentang kegiatan Direktorat
Bina Upaya Kesehatan Dasar yang saya emban. Lalu, akhirnya,
kami membicarakan tentang keris. Beliau masuk ke kamar dan
membawa keluar dua bilah keris. Satu terbungkus kain slayer/
scarf dan satu lagi dibungkus kain hitam.
Beliau menceritakan riwayat keris tersebut. Dia menerima keris
itu dari ayahanda. Dia juga bercerita bahwa keris itu sebenarnya
milik keluarga, dan akan diberikan kepada adik laki-laki beliau.
Saya mohon izin membuka sarung/warangkanya. Lalu saya
mengamati dan memeriksa dengan seksama. Saya mencermati
keris itu dan mengecek/merujuk referensi --Ensiklopedi Keris
karya Bambang Harsrinuksmo dan lainnya yang sengaja saya
bawa.
Lalu saya sampai pada kesimpulan sementara; kedua keris itu
dibuat dari bahan yang baik. Pamornya bagus. Hanya sedikit
berkarat karena lama tidak dibersihkan. Deskripsi kedua keris
itu kira-kira adalah: 1) Keris A: Warangkanya Ladrang Surakarta,
dibuat di era Sri Sunan Paku Buwono IX di Surakarta dan kerisnya
Sabuk Inten luk 11 dari zaman Majapahit. 2) Keris B: Warangkanya
ladrang Surakarta era baru, Keris Luk 9 yang dibuat zaman
Majapahit atau sebelumnya.
Bu Enny rupanya ingin tahu lebih detil. Pertanyaan beliau
antara lain: makna pamornya, karya empu dari mana,
dari zaman kapan, apa tanda-tandanya, bagaimana cara
memelihara dan menyimpan. Sambil mengobrol beliau
membolak-balik buku ensklopedia. Rasa ingin tahu beliau
tentang keris itu sangat besar. Saya menduga, barangkali
karena beliau adalah seorang peneliti dan jiwa peneliti selalu
ingin mengetahui hal apapun. Singkatnya, kemudian beliau
memasrahkan keris untuk saya bersihkan. Saya menyanggupi.
Kedua keris tersebut saya bawa pulang ke rumah. Saya langsung
membersihkan keris itu. Sebenarnya, proses membersihkan
keris cukup panjang, dan ada urut-urutan bakunya. Langkah
pertama adalah merendam keris itu di dalam air kelapa sayu.
Lalu membersihkan karat. Setelah itu, memutihkan permukaan
keris dengan jeruk nipis. Setelah putih, lalu mewarangi, dan
seterusnya.
Pada saat yang sama saya juga membersihkan beberapa bilah
keris lama saya. Kebetulan, persediaan warangan (arsenikum)
saya saat itu tidak ada, maka proses hari itu hanya sampai
memutihkan besinya. Pada hari Minggu esoknya saya minta
bantuan ke rekan mranggi (pembuat warangka) di daerah
Cipinang. Di sana kami sama-sama mewarangi. Siang itu cuaca
cukup bagus, sehingga dalam waktu satu jam sudah terlihat
gambaran pamor di besi ke dua keris tersebut. Saya bisa melihat
keindahan besi berpadu dalam pamor yang indah. Sementaraitu rekan mranggi yang lain menggarap ke dua warangkanya.
Menjelang ashar, proses kerja spoet ini sudah selesai
Keesokan harinya saya kirim SMS ke Bu Enny mengabarkan
bahwa keris telah selesai dibersihkan dan sudah siap untuk
diantar. Beliau menjawab melalui SMS: kok, cepat sekali. Saya
tidak menceritakan bahwa saya membersihkan keris itu bersama
teman-teman saya para mranggi dari Madura.
Kemudian beliau menentukan waktu untuk bertemu di rumah
dinas di Jl. Denpasar. Pada hari yang ditentukan pukul 07.30 saya
sudah hadir. Ajudan dan penjaga mempersilahkan masuk. Saya
menunggu di ruang dalam. Sementara itu, seorang pembantu
menyodorkan teh manis dan kue.
Sejenak kemudian beliau keluar kamar dengan wajah cerah
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
31/172
31
dengan pakaian rapi siap untuk suatu acara. Kemudian
saya menyerahkan keris tersebut kepada beliau sambil
menyampaikan dan menjelaskan lebih detil. Intinya, bahwa dua
keris ini berkualitas baik. Rupanya beliau ingin tahu lebih banyak
tentang keris. Lalu kami membuka buku rujukannya. Kami
berdiskusi tentang keris lebih kurang 15 menit. Setelah itu, saya
pamit ke kantor.
Cerita ini menggambarkan sisi lain dari bu Enny yang tetap
meneruskan tradisi nguri-urii kabudayan (memelihara
kebudayaan), yang salah satunya adalah melestarikan dan
memelihara keris.
Saya sungguh bangga dan bahagia diberi amanah, mendapat
kehormatan dan kesempatan untuk melihat, memegang
bahkan membersihkan dan mewarangi pusaka keluarga ibu
Enny. Demikianlah, sekelumit cerita tentang keris dan Bu Enny.
Wilujeng saklajengipun.
Kunjungan Menkes bersama mentri PDT di Sambas Kalbar
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
32/172
32
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
33/172
33
Ia Memperhatikan Anak Buahdr. Untung Suseno Sutarjo, M. KesStaf Ahli Menteri Bidang Pembiayaan & Pemberdayaan Masyarakat
Pada suatu hari saya diminta menghadap Ibu Menkes.
Saya waktu itu memang baru membuat telaahan tentang
pembiayaan sesuai dengan tupoksi jabatan saya, yang
dikaitkan dengan pengambilan keputusan Ibu Menteri. Jadi, saya
datang membawa semua bahan yang diperlukan.
Sesampai di kamar beliau, langsung saya masuk dan duduk.
Beliau memang tampak tegang dan langsung menyatakan, Pak
Untung harus sadar bahwa jabatan itu adalah amanah. Kalau
masih dibutuhkan, akan tetap menjabat. Kalau tidak mampu,
dipersilahkan untuk ke tempat lain.
Saya terkejut mendengar kalimat itu, dan macam-macam timbul
di pikiran saya. Termasuk terpikirkan juga yang paling ekstrim:
saya harus berkarya di luar Kemkes. Atau, rupanya tidak mudahmasuk jajaran eselon satu. Sebab, saya baru dilantik tiga bulan
tapi sudah menghadapi pernyataan yang demikian kerasnya.
Apalagi beliau kemudian menjelaskan secara panjang lebar
kriteria menjadi pejabat di Kemkes. Beliau juga menekankan
apa yang diharapkannya dari para pejabat dalam melaksanakan
program unggulan Kemkes.
Terus terang pada saat itu saya berfikir, saya pasti sudah buat
salah besar. Tetapi, mengapa beliau harus bicara sendiri seperti
itu pada saya. Jadi saya dengarkan terus arahan hingga akhirnya
beliau menyatakan itu keputusannya harus dijalankan.
Wah saya speechless, tidak berani menjawab. Saya pikir nanti
setelah beliau selesai saya akan bertanya. Kurang lebih 20menit kemudian beliau memberikan kesempatan kepada untuk
melaporkan apa yang saya bawa. Saya langsung bertanya,
Mohon maaf Ibu menteri. Mohon izin, kalau berkenan, ibu
memberitahu apa salah saya sehingga harus dipindahkan.
Saya siap Ibu kalau harus dipindahkan. Tiba-tiba saja beliau
tersenyum dan membalas, Saya tidak ada niat memindahkan
Pak Untung. Baru saja dilantik, koq dipindah. Saya hanya mau
kasih tahu, instruksi saya di rakorpim, karena saya perhatikan Pak
Untung sudah dua kali tidak hadir, dan harus tahu apa yang sayaputuskan.
Terus terang perasaan saya kaget campur kagum. Seorang
menteri mau memanggil anak buahnya untuk menjelaskan
keputusannya. Baru pertama kali saya mengalami hal seperti itu.
Beliau juga memperhatikan kehadiran anak buahnya dalam rapat
penting. Ketika saya jelaskan kekagetan saya pada saat awal
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
34/172
34
Kunjungan Menkes di B2P2TO-OT Tawangmangu
datang, beliau tertawa. Beliau menyatakan tujuannya sederhana
supaya saya mendapatkan informasi langsung dari sumbernya,
bukan isu atau gosip. Beliau tidak marah atas ketidakhadiran
saya, karena jelas alasannya. Saya baru menyadari betapa beliau
mengutamakan chain of command yang harus mendapatkan
informasi yang benar, sehingga staf bisa menjalankan tugas
dengan baik. Saya masih ingat ungkapan yang sering beliau
sampaikan yaitu A chain is only as strong as its weakest link.
Dan benar satu bulan kemudian ada pelantikan pejabat, sesuai
dengan arahan beliau.
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
35/172
35
Ketika itu tahun 1997. Seorang teman mengatakan kepada
saya bahwa di Badan Litbangkes ada seorang peneliti
baru yang baik dan pandai. Saya segera menemui peneliti
itu untuk berkenalan. Waktu itu, sebagai penanggung jawab
program Pengendalian ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut),
saya memerlukan counter part dari Badan Litbangkes untukmembantu mengembangkan program.
Peneliti itu bernama Endang Rahayu Sedyaningsih. Beliau
menyatakan bersedia membantu saya dengan ramah. Itulah
perkenalan saya pertama kali dengan Bu Endang. Setelah itu
pertemanan dan kerjasama kami berlanjut sekitar lima belas
tahun. Berteman dan bekerjasama dengan Bu Endang sangat
menyenangkan, karena beliau selalu bersikap ramah dan
bersahabat. Beliau juga bekerja keras, profesional, serius, tekun,serta amat bertanggung-jawab. Karena waktu itu saya bekerja
di bidang pemberantasan penyakit menular dan Bu Endang
bekerja di bidang penelitian yang terkait dengan penyakit
menular, maka kerjasama kami terus berlanjut. Antara lain dalam
Pengendalian HIV-AIDSyang kelak menjadi tugas pokok saya dan
merupakan topik tesis doktor beliau di Harvard School of Public
Health.
Dia peneliti baik dan pandaidr. Indriyono Tantoro, MPHStaf Khusus Menkes Bidang Percepatan Pembangunan Kesehatan dan Reformasi Birokrasi
Ketika terjadi Pandemi SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)
tahun 2002-2003, saya kembali bekerjasama dengan Bu
Endang. Di Badan Litbangkes, beliau bertanggungjawab
mengkoordinasikan konfirmasi laboratorium kasus suspek SARS.
Sedangkan saya yang saat itu bertugas di bidang Surveilans
Epidemiologi, Imunisasi dan Kesehatan Matra, bertanggung-jawab dalam surveilans SARS. Selama beberapa minggu, saat
Pandemi SARS merebak, setiap hari mulai pukul 08:00 pagi
diadakan rapat koordinasi di Departemen Kesehatan yang
dipimpin langsung oleh Menteri Kesehatan (waktu itu Dr Sujudi).
Rapat koordinasi itu dihadiri para pejabat terkait serta para
klinisi dan para peneliti di bidang penyakit menular. Bu Endang
tidak pernah absen dalam rapat yang setiap hari berlangsung
selama 3-4 jam itu.
Pada tahun 2005, kasus flu burung yang disebabkan virus Influenza
H5N1 mulai bermunculan di Indonesia. Dalam Pengendalian Flu
Burung, Bu Endang bertugas mengkoordinasikan pemeriksaan
spesimen dan pengembangan kapasitas laboratorium virus
Influenza H5N1. Ketika itu saya bertugas sebagai Sekretaris Tim
Penanggulangan Flu Burung internal Departemen Kesehatan.
Sebetulnya bidang yang ditekuni Bu Endang adalah Medical
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
36/172
36
Anthropology dan Epidemiology, tetapi beliau selalu menekuni
dengan sungguh-sungguh bidang apa pun yang menjadi tugas
dan tanggung-jawab beliau. Di Badan Litbangkes beliau bertugas
di laboratorium yang juga melaksanakan kegiatan virologi
influenza. Oleh karena itu pengetahuan dan pemahaman Bu
Endang tentang influenza tidak perlu diragukan.
Pada tahun 2006, ketika Dr. Siti Fadilah Supari menjabat
Menteri Kesehatan, Indonesia mempelopori perubahan atau
reformasi tatanan Pandemic Influenza Preparedness: Sharing
of Virus and Sharing of Vaccines and Other Benefitsdi lingkunganOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO). Reformasi ini dimaksudkan
agar tatanan yang berlaku di WHO tidak merugikan negara
berkembang dan agar menganut prinsip adil, transparan dan
setara (fair, transparent, and equitable). Dalam negosiasi antara
negara berkembang (yang dipelopori Indonesia) dan negara
maju (yang dipelopori Amerika Serikat) tentang reformasi
tatanan tersebut, Bu Endang adalah negosiator Delegasi
Indonesia dalam aspek tehnis virologi Influenza. Beliau sangat
disegani oleh delegasi negara-negara yang berpihak maupunyang berseberangan dengan Indonesia. Negosiasi berlangsung
alot dan untuk mencapai titik temu antara negara berkembang
dan negara maju, WHO harus menyelenggarakan beberapa
kali IGM (Inter Governmental Meeting)dan beberapa kali Open
Ended Working Group (OEWG) di Jenewa sepanjang hampir lima
tahun (2006-2011). Ada kejadian lucu dalam salah satu sidang
OEWG di Jenewa. Ketika itu Bu Endang sebagai negosiator
Delegasi Indonesia bertahan pada posisi Indonesia untuk bunyi
suatu paragraf dalam draft MTA (Material Transfer Agreement).Sementara itu, pihak Amerika juga bertahan pada posisinya.
Ketika waktu makan siang tiba, Delegasi Amerika Serikat
mengusulkan agar sidang ditunda untuk istirahat makan siang.
Bu Endang, segera mengangkat flag isyarat minta bicara
pada Ketua Sidang - dan sambil tersenyum beliau menyatakan
bahwa Indonesia dapat menyetujui usul Amerika untuk istirahat
makan siang. Seluruh peserta sidang tertawa dan Ketua Sidang
mengatakan : Inilah pertama kalinya Delegasi Indonesia dan
Delegasi Amerika dapat menyepakati sesuatu, yaitu sepakat
untuk istirahat makan siang.
Untuk mewujudkan reformasi tatanan tersebut, Indonesia
bersama beberapa negara berkembang (like minded countries)
harus berjuang keras dalam lima Sidang Majelis Kesehatan
Sedunia (World Health Assembly),yaitu tahun 2007, 2008, 2009,
2010, dan 2011. Akhirnya, pada tahun 2011, sewaktu Bu Endang
menjabat Menteri Kesehatan, perjuangan itu berhasil dengan
sukses. Tatanan baru yang adil, transparan dan setara berhasil
disepakati oleh seluruh negara anggota WHO dalam SidangMajelis Kesehatan Sedunia ke-64 tahun 2011.
Ketika Bu Endang menjabat Menteri Kesehatan (2009-2012),
saya ditugasi membantu beliau sebagai Staf Khusus Menteri
Kesehatan. Beliau melaksanakan tugas Menteri Kesehatan
dengan profesional, penuh dedikasi, dan dengan komitmen
kuat. Hal ini tercermin dalam tag linebeliau, yaitu : pro-rakyat,
responsif, efektif, inklusif dan bersih. Dalam kesibukan sebagai
Menteri Kesehatan, Beliau tetap membaca dengan teliti semuasurat, dokumen, e-mail, dan SMS yang diajukan kepadanya.
Bahkan beliau menandai dengan coretan jika dalam suatu
dokumen ada salah ketik, salah ejaan, pilihan kata yang tidak
tepat atau ada data atau informasi yang tidak masuk akal.
Beliau bukan hanya membaca tetapi juga menilai akurasi data
yang disajikan dalam dokumen yang diajukan staf. Beliau selalu
memberikan umpan balik pada hasil pekerjaan staf disertai
ucapan terima kasih. Umpan balik beliau dapat berupa pujian,
kritik, atau teguran. Beliau mengarahkan agar semua surat,e-mail,sms dan telpon yang masuk ke Kementerian Kesehatan dari siapa
pun harus direspons segera. Beliau sendiri bekerja cepat, semua
berkas yang diajukan kepada beliau rata-rata sudah turun
dalam waktu 1 X 24 jam. Dalam setiap rapat, diskusi, dan saat
menerima staf atau tamu, beliau selalu mencatat sendiri hal-hal
yang penting dalam buku catatan. Jika beliau mengikuti Sidang
Kabinet, maka catatan beliau disampaikan kepada staf dalam
Rapat Koordinasi Pimpinan (Rakorpim)untuk ditindaklanjuti. Ada
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
37/172
37
mekanisme unik yang berlaku bagi saya setiap beliau memimpin
rapat. Dalam rapat tersebut, bila saya ingin menyampaikan
sesuatu, saya akan memandang beliau dan beliau paham bahwasaya mohon diberi kesempatan bicara. Mekanisme unik ini tidak
pernah dibicarakan atau disepakati sebelumnya, berlaku begitu
saja.
Pada tahun 2010, beberapa bulan setelah Bu Endang menjabat
Menteri Kesehatan, diadakan pertemuan bilateral antara
Indonesia dan Amerika Serikat di Jakarta untuk membahas
kelanjutan kerjasama antara Kementerian Kesehatan RI dengan
US Namru-2 (US Naval Medical Research Unit-2), termasuk
membahas masa depan Laboratorium Namru-2 yang terletak
di kompleks Badan Litbangkes, Jakarta. Delegasi Indonesia
mendapat arahan langsung dari Bu Endang selaku Menteri
Kesehatan agar memegang teguh prinsip kepentingan nasional
di atas kepentingan segalanya. Bersama beberapa teman,
saya ditugasi Bu Endang untuk menjadi anggota Delegasi
Indonesia. Ternyata sampai akhir perundingan, tidak tercapai
titik temu antara kedua belah pihak. Akhirnya, kerjasama
antara Kementerian Kesehatan RI dengan US Namru-2 diakhiri
pada tahun 2010 itu juga. Selanjutnya, seluruh staf asing US
Namru-2dipulangkan, dan peralatan yang ada di laboratorium
ex-Namru-2tersebut diserahkan kepada pihak Indonesia. Setelah
kerjasama tersebut berakhir, laboratorium ex-Namru-2 dikuasai
dan dikelola oleh Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan.
Masa-masa berteman, bekerjasama, dan membantu tugas Bu
Endang sebagai Menteri Kesehatan adalah masa-masa yang
indah bagi saya. Tapi kehendak Allah yang berlaku di alam
semesta ini. Seperti dikatakan seorang penceramah dalam
tausiah memperingati tujuh hari wafatnya Almarhumah Bu
Endang : Allah lebih mencintai beliau. Karena itu beliau dipanggil
berpulang ke Rahmatulah. Sesungguhnya, segala sesuatu yang
ada di dunia adalah milik Allah dan semuanya akan kembali
kepada-Nya. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Semoga Arwah
Almarhumah Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih mendapat
tempat yang mulia di sisi Allah SWT. Amin.
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
38/172
38
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
39/172
39
Bu Endang inspirasikudrg. Murti Utami, MPHKepala Pusat Komunikasi Publik
Ibu....
Genggaman tanganmu yang hangat masih kurasakan
Senyum manismu masih kuingat
Ucapan lembutmu masih kudengar
Kau adalah pemimpin yang mempunyai hati
Kau gunakan perasaan dan hatimu untuk memimpin Kementerianbesar yang terisi oleh berbagai watak dan nafsu manusia
Selamat jalan ibuku
Kau adalah inspirasiku
Tidak seperti yang lainnya, mereka mengenal ibu Endang sudah
cukup lama, ada yang dari masa sekolah, kolega kerja di Litbang
dan lainnya. Tidak seperti saya. Saya mengenal beliau mungkin
sekitar 4 tahun terakhir. Itu pun tidak rutin bertemu. Namun sulitrasanya menghilangkan kenangan yang mendalam ini karena
beliau selalu menjadi inspirasi saya.
Sekitar tahun 2010. Ketika beliau diangkat menjadi Menteri
Kesehatan, saya menjadi Kepala Bagian Tata Usaha Pimpinan
(banyak orang mengatakan kedudukan ini adalah Sekretaris
pribadi Menkes). Pada hari kedua beliau mulai bekerja
sebagai Menkes, saya memberanikan diri untuk mengajukan
pengunduran diri sebagai Kepala Bagian tersebut, yang sehari
hari mengurusi pimpinan tertinggi di Kementerian ini. Saya
katakan bahwa saya ingin beliau lancar dalam menjalankan
amanah ini, terutama dalam 100 hari kerja pertama beliau
menjadi Menkes. Saya dapat mengerti pasti ada beberapa orang
yang kurang suka apabila saya masih di lingkungan terdekatMenkes, karena saya sebelumnya adalah sekretaris Menkes yang
terdahulu. Tak aku sangka, beliau menjawab dengan jujur dari
hati beliau, Saya juga tidak mengerti mengapa orang meminta
saya untuk berhati-hati dengan kamu. Saya tau betul bu Ami dan
I dont know why. I can trust you.
Jawaban beliau begitu menghentak saya. Beliau menatap saya
dengan tajam. Tanpa kusadari airmata menetes perlahan di
pipiku. Ya ALLAH, begitu mulia dan bersihnya hati ibu Endang.Subhahanallah.
Esok harinya kami bekerja seperti biasa. Suatu sore beliau
memanggil saya dan mengatakan bahwa beliau akan
mempromosikan saya menjadi eselon 2. Saya berusaha menolak
dengan berbagai alasan, dan saya katakan ingin pindah
bukan untuk minta dipromosikan. Tetapi beliau tetap ingin
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
40/172
40
mempromosikan jabatan saya menjadi lebih tinggi.
Rupanya keinginan mempromosikan saya telah menjadipergunjingan. Hal ini saya ketahui dari beliau sendiri. Saya
sempat katakan, Ibu, walaupun saya sudah mendapatkan
undangan pelantikan untuk besok, dan sekarang ibu menjadi
susah dan bingung, maka saya mohon untuk tidak dilantik besok
karena saya sebenarnya tidak ingin sebuah jabatan.
Saat itu tangan saya ditarik untuk diajak ke ruang istirahat beliau
(ruangan itu berada di samping ruang kerja beliau). Kami duduk
di kursi makan dengan cukup dekat dan tanpa saya sangka
beliau katakan. Kalau saya jadi bu Ami, saya akan tunjukkan
kepada orang-orang yang menilai ketidakmampuan saya, bahwa
saya bisa.
Langsung saya merespon dengan tegas, Apabila memang
ini yang ibu inginkan, saya bisa. Kulihat ibu tersenyum,
dan memegang tanganku dengan erat. Terima kasih
ibu, kau telah memberikan kepercayaan kepadaku.
Perjalanan saya menjadi seorang Kepala Pusat Komunikasi Publik
mengharuskan kami selalu berkomunikasi. Saat beliau mulai
tidak dapat aktif masuk kantor dan harus beristirahat, baik di
rumah maupun di rumah sakit, maka menjadi semakin sering
kami ber-SMS dan ber-email. Hal ini karena semakin banyak
waktu beliau menonton tv dan membaca media cetak maupun
online. Semua komunikasi kami tentang pekerjaan, sampai
akhirnya saya memberanikan diri mengirim SMS ke beliau: Sayakangen dengan Ibu. Setiap hari saya hanya menjawab SMS Ibu
yang semuanya terkait dengan pekerjaan.
Tengah malam ternyata beliau menjawab SMS saya, Apabila
Bu Ami berkenan menengok saya, datang saja besok. Dengan
semangat, kutengok ibu di Paviliun Kencana RSCM, siang.
Ternyata saya tidak sendiri. Di kamar ibu sudah ada kolega dan
sahabat sahabat ibu dari Litbangkes. Kami tertawa dan bercanda.
Hampir satu bulan beliau dirawat di RSCM. Selalu kusempatkan
menengok beliau, paling tidak seminggu sekali. Saat kujengukibu hari minggu pagi tanggal 30 April 2012, beliau menggenggam
tanganku begitu kuat. Seperti biasa, apabila saya menjenguk
beliau, saya akan bertanya: bagaimana kabar ibu hari ini? Dengan
senyum dan suara yang sudah parau, beliau menjawab, Baik,
Bu Ami. Kami sempatkan untuk berdzikir menyebut asma Allah
bersama dan saat saya akan pamit, beliau menyampaikan pesan
terakhir untuk saya, Sukses, ya, Bu Ami.
Pesan terakhir ini yang selalu menjadi bagian dari inspirasi saya,
yaitu dorongan seorang ibu untuk anaknya.
Oh, ibu. Engkaulah inspirasiku. Tanpa doronganmu, saya tidak
dapat membuktikan bahwa ternyata saya bisa. Ketulusanmu,
kelembutanmu, dan kehangatanmu akan selalu menjadi
kenangan yang sejati.
Ya, Allah, ampunilah Ibu Endang. Tempatkanlah beliau di sisiMuyang hangat dan lembut sesuai dengan amal ibadah yang selalu
beliau berikan kepada kami. Amien.
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
41/172
41
Empaty, rational, smart, and smiledr. Abidinsyah Siregar, DHSM, M.KesDirektur Bina Yankes Tradisional, Alternatif & komplementerDirektorat Jenderal Bina Gizi Ibu dan Anak
Kami mengenal Ibu dr. Endang Rahayu Sedyaningsih,
MPH, Dr.PH, sebagai Menteri Kesehatan RI. Lebih dari itu
kami mengenal beliau sebagai seorang pimpinan yang
mampu memacu kami untuk mengemban amanah dalam
mengakselerasikan pengembangan dan penataan pelayanan
kesehatan tradisional. Baik penataan di tingkat masyarakat,maupun penataan fasilitas kesehatan. Penilaian ini kami anggap
tidak berlebihan, apalagi bila melihat dukungan yang sangat
besar dari beliau untuk pekerjaan yang kami tangani. Beliau
terus memotivasi kami agar kami terus berusaha mengejar
ketertinggalan Indonesia dibandingkan dengan negara lain dan
mengangkat citra Jamu sebagai Brand of Indonesia.
Tidak mudah mewujudkan hal di atas karena banyak tantangan,
walaupun peluang yang dinamis juga selalu datang. NamunBeliau terus memberikan dukungan melalui kebijakannya sebagai
menteri. Karena kebijakan dan dukungan itu, Direktorat Bina
Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif, dan Komplementer
(Dit.Bina Yankes Tradkom), Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA,
menjadi mampu melakukan banyak hal mendasar. Antara lain,
menyusun Regulasi, NSPK, Revitalisasi sistem dan kelembagaan,
serta memacu Integrasi Pelayanan Kesehatan Tradkom di
rumah sakit dan Puskesmas. Semua yang telah kami lakukan itu
mendapat sambutan positif dari pemangku kepentingan; yang
pada akhirnya kami merasakan kemajuan pesat.
Ini semua bermula pada tanggal 3 Januari 2011, ketika nama saya
disebutkan menjabat sebagai Direktur Bina Pelayanan Kesehatan
Tradisional, Alternatif, dan Komplementer. Ketika itu mungkinhampir semua yang hadir di Auditorium Dr. Leimena surprise
--untuk tidak mengatakan kaget dan tertanya-tanya-- jabatan
apa gerangan yang diberikan kepada saya.
Lalu, saat Bu ERS memberikan ucapan selamat dengan menjabat
tangan, Beliau mengatakan: Pak Abidin, saya percaya Bapak
bisa mengemban amanat ini, Presiden punya harapan besar
pada bidang ini. Saya tatap Ibu ERS, dan saya balas dengan
anggukan lega dan senyum, sebagai pertanda bahwa saya akanmemperhatikan permintannya.
Saya dan teman-teman di lingkup Dit. Tradkom (demikian
kami menyebut inisial pendek nomenklatur institusi kami),
sudah berkomitmen kuat dan mengibarkan semangat strategi
Akselerasi Program. Hasilnya luar biasa. Kami mencapai target
di atas sasaran hingga akhir tahun 2011. Tahun itu bisa ditutup
dengan Pencapaian Target di atas sasaran, baik sosialisasi/
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
42/172
42
advokasi ke seluruh Provinsi, Revitalisasi Sentra P3T (semula zero
menjadi 17 Sentra), NSPK, Regulasi: lebih 40 Rumah Sakit dan
lebih 100 Puskesmas telah memberikan Pelayanan KesehatanTradisional yang terintegrasi dan bersinergi dengan pelayanan
konvensional yang sudah ada sebagai komplementer maupun
alternatif.
Sebenarnya, masih banyak agenda kerja atau permintaan ibu,
termasuk untuk jalan bersama ke Puskesmas dan Rumah Sakit
yang telah memberikan Pelayanan Tradkom. Jalan bersama ini
kira-kira seperti sudah kami lakukan di Satelit Obat Tradisional
Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) Jakarta. Di sini Ibu
Menteri berpesan agar mengutamakan produk Obat Herbal
asli Indonesia. Ibu juga berpesan agar kami menertibkan iklan
pengobatan tradisional lokal dan asing.
Program yang sudah kami agendakan adalah kunjungan ke
fasilitas industri Jamu, antara lain ke Kampoeng Djamoe Organik
(KADO) di Cikarang, Puskesmas Yankestrad di NTB, dan banyak
kunjungan lain lagi.
Perhatian Ibu ERS pada Dit.Tradkom semakin terlihat saat
saya mendapat giliran Paparan Eselon 2 di forum Rapat Kerja
Pimpinan. Di hadapan Menteri dan seluruh eselon 1 dan Staf
Khusus Menteri, mungkin Dit. Tradkom termasuk paling lama
dibahas. Ketika itu, pembahasan di Dit. Tradkom mencapai tiga
jam lebih, termasuk jeda isoma 45 menit. Pertanyaan, pandangan,
gugatan, harapan dan dukungan yang diberikan, menunjukkan
betapa Ibu Menteri sangat menguasai dan punya visi yang kuatdan futuristik untuk mengembangkan Tradkom di Indonesia.
Sikapnya jelas dan tegas, santun mendengar dan berbicara. Semua
itu membuat kita selalu terdorong untuk memberikan masukan
agar mendapat hasil akhir yang maksimal. Kami memberikan
masukan dengan segala cara, termasuk berkomunikasi melalui
sms yang interaktif. Kami pernah berbicara empat mata di
rumah Beliau di Duren Sawit. Di sela perjalanan dinas atau saat
jeda acara internal atau eksternal, kami berdua sering terlibat
diskusi panjang tentang mengembangkan Dit. Tradkom. Bahkan
kami membicarakan juga hal-hal yang sensitif dan serius.Alhamdulillah, Ibu Menteri bisa menerima dengan besar hati.
Karena itu, saya merasakan betul, ruang dan peluang untuk
saling asah, asih, dan asuh antara pimpinan dan bawahan.
Ibu Menteri telah memberikan hadiah kepada Indonesia berupa
karya besar untuk mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri.
Karya besar itu termasuk lembaga Direktorat Bina Pelayanan
Kesehatan Tradisional, Alternatif, dan Komplementer yang
merupakan institusi paling baru di lingkungan Kementerian
Kesehatan. Ini juga menjadi bukti tekad dan mutiara gagasan
beliau.
Saya percaya Ibu ERS, seperti keyakinan kami para Tradkomers
(sebutan gampang bagi para pegiat Program Bina Yankes
Tradkom), bahwa Yankes Tradkom punya masa depan gemilang
di Indonesia dan bahkan dapat memberikan kontribusi untuk
kualitas kesehatan dunia.
Kini Ibu telah berpulang ke Rahmatullah dengan cara yang
sangat luar biasa. Namun Ibu meninggalkan semangat baja.
Semangatmu itu telah menjadi bagian dari kami yang terus
memperjuangkan cita-citamu memajukan Yankes Tradkom di
bumi Indonesia.
Selamat jalan Ibu dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH.
Semoga Allah SWT menerima semua amal-ibadah Ibu dan Ibumendapat surga jannatunnaiim.. Aamiin ya Robbal Alamin.
Izinkan saya memberi makna untuk inisial namamu ERS:
E untuk Empaty,
R untuk Rational dan
S untuk Smart and Smile.
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
43/172
43
Ringan membantu akar rumputAnorital SutanbatuahPeneliti Pusat 1
Setahun setelah menjadi warga Balitbangkes (1998), Ibu
Endang Rahayu Sedyaningsih, mengajukan proposal
penelitian tentang PMS untuk mendapat dana hibah
Risbinkes. Sewaktu dinilai Tim Pakar, proposal tadi mendapat
nilai tinggi dan layak dibiayai dari APBN. Namun setelah itu,
beliau jarang mengajukan proposal lagi untuk dapat dibiayaidari APBN karena anggaran Balitbangkes yang memang terbatas.
Beliau lebih sering memanfaatkan dana hibah dari donor agency.
Tahun 2000 saya dipromosi ke Puslitbang Pemberantasan
Penyakit (kelak berubah nama menjadi Biomedis dan Farmasi,
dan kini Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan). Kerja sama
saya dengan Ibu Endang semakin intens. Terlebih lagi sewaktu
beliau dipilih para peneliti menjadi Ketua PPI (Panitia Pembina
Ilmiah) Puslitbang Pemberantasan Penyakit. Jika dalam lingkupnegara, Ketua PPI dapat disamakan dengan Ketua DPR. Meski
bukan merupakan jabatan struktural, Ketua PPI punya pengaruh
yang besar bagi Kepala Puslitbang dalam menetapkan berbagai
kebijakan. Salah satu usulan beliau adalah pemisahan fungsi KPP
(Kelompok Program Penelitian) yang semula juga mencakup
fungsi laboratorium sebagai pendukung penelitian. Fungsi
laboratorium dijadikan tersendiri, bebas dari pengaruh KPP,
sehingga Penanggung Jawab Laboratorium sama kedudukannya
dengan Ketua KPP. Usul ini disetujui oleh dr. Ingerani, SKM (saat
itu sebagai Ka Puslitbang). Sayangnya beliau jadi Ketua PPI hanya
1 periode (2002-2003).
Akhir 2004, tsunami meluluhlantakkan Aceh. Sebagai seorang
peneliti dan juga dokter, sifat untuk menolong sesama yangsedang dilanda musibah, membuat beliau sudah tidak sabar lagi
untuk ditugaskan ke Serambi Makkah. Sempat beliau berujar
ke saya: Pak Ano, saya jadi geregetan nih dengan lambannya
upaya penanggulangan yang dilakukan. Hancurnya sarana dan
prasarana laboratorium menyebabkan Balitbangkes ditugaskan
untuk mendirikan laboratorium lapangan (laboratorium
lapangan ini kelak menjadi Loka Litbangkes Banda Aceh).
Oleh Ka Puslitbang (saat itu dr. Agus Suwandono), Ibu Endangditugaskan memimpin Tim Litbangkes untuk menjalankan
operasional lab lapangan. Di bawah kepemimpinan Ibu
Endang, tim yang terdiri dari para peneliti dan teknisi litkayasa
(laboratorium), melaksanakan tugas dengan baik. Dalam
bertugas, Ibu Endang banyak menggalang kerja sama dengan
lembaga donor dan LSM dari manca negara. Kepiawaian beliau
dalam berkomunikasi dan membina hubungan yang baik,
mendapat banyak pujian dari berbagai pihak.
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
44/172
44
Awal tahun 2007, Ibu Endang diberi kepercayaan untuk menjadi
Kepala Puslitbang (saat itu sudah berubah menjadi Puslitbang
Biomedis dan Farmasi/BMF). Keputusan pak Triono Soendoro/pak TS (sebagai Ka Badan Litbangkes) mempromosikan Ibu
Endang adalah keputusan yang sangat tepat. Terlebih lagi saat itu
Riskesdas baru akan dimulai. Sebuah pekerjaan besar yang belum
pernah dilakukan Badan Litbangkes. Sebagai Ka. Puslitbang
BMF, beliau bertanggung jawab dalam pelaksanaan Riskesdas
di 8 provinsi (Banten, DKI Jakarta, Jateng, DI Yogyakarta, Kalbar,
Kalteng, Kalsel, dan Kaltim). Dalam perjalanan kegiatan, ternyata
tanggung jawab pelaksanaan Riskesdas tidak hanya dalam
pengumpulan data kesmas saja. Puslitbang BMF pun dibebani
tanggung jawab mengkordinir kegiatan pengumpulan data
biomedis di 33 provinsi. Alhamdulillah, di bawah kepemimpinan
beliau, tugas maha berat tersebut dapat diselesaikan dengan
baik. Tidak salah jika Pak Triono menggelari beliau sebagai
wanita besi (iron woman). Tahan bantingan, tidak pernah
mengeluh, dan bekerja sepenuh hati.
Selama beliau berada di lingkungan Puslitbang BMF, baik sebagaipeneliti maupun Kepala, banyak kenangan manis yang dirasakan
para staf, terutama dari kalangan akar rumput (office boy dan
sekuriti). Ingatan kolektif yang tidak pernah dilupakan oleh
akar rumput adalah sesaat menjelang lebaran, beliau selalu
membagi-bagikan hadiah lebaran dari uang pribadi beliau. Tidak
hanya itu, mereka yang mendapat musibah dan kemalangan,
tidak segan-segan Ibu Endang membantu.
Sebagai seorang pemimpin, ada beberapa hal yang membuatsaya terkesan dan hal itu membuat kita seharusnya meneladani
sifat tersebut. Selama Ibu Endang menjadi Ka. Puslitbang BMF,
tidak pernah beliau berkata kasar atau ketus terhadap staf
atau bawahan beliau. Meskipun beliau tampak stress dengan
pekerjaan yang memburu, beliau tetap menunjukkan wajah
biasa seperti tidak terjadi apa-apa. Marah kepada staf? Selama
ini tidak pernah. Hanya pernah sekali beliau marah, itu pun
karena ulah staf tsb sudah sangat keterlaluan. Sewaktu kejadian
memarahi tersebut, beliau menyesal tidak dapat bertahan
untuk tidak marah. Sengaja saya menuliskan kata marah dengan
menggunakan tanda apostrof () karena yang namanya marahtetap yang keluar adalah kata-kata santun. Untuk menghindari
kata-kata kasar, dalam marah Ibu ERS lebih sering memilih
menggunakan kata-kata bahasa Inggris.
Salah satu yang patut kita teladani pada diri Ibu Endang adalah
contoh yang diberikan dalam menjalani pekerjaan sehari-hari.
Beliau tidak pernah meminta agar staf Puslitbang BMF harus
masuk dan pulang pada jam sekian. Hanya sekali-kali beliau
mengingatkan masalah kedisiplinan pegawai dalam acara-acara
tertentu. Tapi kita melihat bagaimana disiplinnya beliau bekerja,
masuk kantor antara pukul 7-7.30 pagi dan keluar kantor bisa
terkadang sampai pukul 9 malam. Bahkan hari Sabtu pun, beliau
ke kantor. Etos kerja seperti ini tidak hanya beliau perlihatkan
sewaktu jadi Ka. Puslitbang; tapi sudah berurat-berakar sejak
masuk ke Badan Litbangkes (1997) menjadi peneliti. Beliau
pernah menasehati saya: Pak Ano, kita tidak perlu meminta
staf untuk datang dan pulang kantor sesuai dengan keinginankita, cukup dengan kita memberikan contoh datang lebih awal
dan pulang lebih belakangan, maka sedikit banyaknya akan
menyentuh kesadaran staf untuk lebih disiplin.
Hal lain yang menjadi kenangan yang tidak pernah terlupakan
bagi para peneliti dan para teknisi litkayasa (laboratorium)
adalah kepedulian beliau dengan sarana pendukung penelitian.
Saat itu porsi anggaran Badan Litbangkes dari APBN terbilang
memprihatinkan. Pendingin ruangan (AC) banyak yang sudahtidak berfungsi, lemari pendingin tempat penyimpan spesimen
dan reagen terbatas, peralatan kantor seperti mesin fotocopy
tidak ada, demikian juga mesin fax. Dari honor beliau sebagai
ketua pelaksana penelitian, peralatan tersebut satu demi satu
diadakan. Seminggu setelah saya bertugas di Puslitbang, staf
urusan rumah tangga lapor bahwa ada rehabilitasi ruang
laboratorium bakteriologi khususnya untuk tuberkulosis. Saya
tanya biayanya dari mana. Staf tersebut menjawab bahwa biaya
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
45/172
45
berasal dari Ibu Endang. Padahal saat itu Ibu Endang masih
sebagai peneliti. Namun beliau merasa prihatin dengan kondisi
laboratorium tuberkulosis yang kurang aman bagi para teknisilitkayasa yang bekerja.
Kabar wafatnya Ibu Endang, saya terima saat kami Tim PDBK
Bulungan berada di ruang tunggu bandara Juwata Tarakan.
Semula beberapa dari antara kami tidak percaya berita
tersebut. Pimpinan Tim, Ibu dr. Eka Viora, sibuk menelpon.
Akhirnya kepastian beliau wafat kami terima setelah email
Pak Triono masuk. Seluruh PDBK-ers terduduk lemas. Meski
sebelumnya kami sudah siap andaikata menerima kabar seperti
itu, mengingat berbagai pemberitaan dan info kritisnya kondisi
beliau sejak Selasa sore. Pak Yongki terduduk lemas. Pandangan
mata mbak Parmi menatap sayu, ada semburat kesedihan di
kelopak matanya. Seluruh PDBK-ers Bulungan langsung turun
selera makannya.
Allah swt berkehendak lain untuk Ibu Endang. Beliau disayangi
Allah untuk lebih dahulu menghadap dibanding kita semua.
Selamat jalan Ibu Endang.
Di akhir tulisan ini, saya persembahkan selarik puisi untuk Ibu
Endang.
Ibu Endang ......
limapuluhtujuh tahun menembus waktu,
menjalani kehidupan yang patut ditiru.
Kala kami berteriak,
Ibu menoleh sejenak,
namun kami tak melihat lagi senyuman Ibu.
Kini kesunyian menerkam kami,
karena Ibu terbaring damai di belantara belulang para pejuang,
antara Karawang--Bekasi.
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
46/172
46
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
47/172
47
Sang pencetus jaminan persalinanDirektorat Bina Kesehatan Ibu
Direktorat Bina Kesehatan Ibu dan siapapun yang
berkecimpung dalam program kesehatan ibu, pasti
memiliki kesan mendalam terhadap sosok Ibu Endang
Rahayu Sedyaningsih. Sosok Ibu Endang telah memberikan
inspirasi yang luar biasa, khususnya bagi kaum perempuan
Indonesia. Tanpa banyak bicara dan berteori, Ibu Endang telahsecara nyata memberikan gambaran seorang perempuan yang
tak kenal lelah bekerja bagi rakyat dan bangsanya, dengan tidak
meninggalkan amanahnya sebagai seorang istri bagi suami dan
ibu bagi anak-anaknya. Sosok Kartini di masa lampau, bagai
lahir kembali dan menjelma dalam diri seorang Endang Rahayu
Sedyaningsih.
Endang Rahayu Sedyaningsih dikenal sangat keibuan. Ia ramah,
lemah lembut, dan penuh kasih. Dalam kesehariannya sebagaiMenteri Kesehatan, Ibu Endang dikenal sangat dekat dengan
seluruh stafnya, tanpa memandang jabatan, agama, atau status
pekerjaannya. Ibu Endang juga tidak pernah marah kepada
siapa pun. Namun itu bukan berarti Ibu Endang lemah. Apabila
Ibu Endang menjumpai pelanggaran aturan oleh stafnya, dia
menunjukkan ketegasan yang amat sangat, namun tetap dibalut
dengan kesantunan dan semangat mendidik, sehingga tidak
menimbulkan sakit hati bagi staf yang mendapat peringatan. Di
sini terllihat jiwa besar dan jiwa kepemimpinan yang besar pula.
Sifatnya yang sangat keibuan dia wujudkan juga dalam program-
program kesehatan yang bersentuhan langsung dengan kaum
ibu. Sebagai seorang ibu, beliau sadar betul bahwa hambatan
finansial masih menjadi kendala bagi sebagian ibu di Indonesia,sehingga mereka tidak bisa mengakses pelayanan kesehatan
ibu dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Dalam
analisis Ibu Endang, hal itu turut berperan dalam menyumbang
kematian ibu di Indonesia. Pemahaman itu mendorong
Ibu Endang untuk melahirkan program Jaminan Persalinan
(Jampersal) sejak tahun 2011, yang menanggung biaya paket
persalinan secara komprehensif sejak pemeriksaan kehamilan,
pertolongan persalinan, pelayanan ibu nifas, pelayanan keluarga
berencana pasca persalinan, hingga pelayanan bayi baru lahir.
Kehadiran program Jampersal disambut hangat masyarakat
Indonesia khususnya bagi ibu hamil yang tidak memiliki jaminan
pembiayaan paket persalinan. Banyak sudah kaum ibu yang
terbantu oleh program Jampersal. Sepanjang tahun 2011 saja,
lebih dari 1,5 juta ibu telah melahirkan dengan ditanggung
Jampersal.
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
48/172
48
Mewakili keluarga-keluarga di seluruh Indonesia yang telah
menerima manfaat Jampersal, berikut kami sampaikan ungkapan
terima kasih yang disampaikan oleh Bpk. Paul Wowor dan istridari Pekanbaru Riau serta Bpk. Mufly dan istri dari Sidoarjo Jawa
Timur, sebagaimana telah diungkapkannya melalui website
Direktorat Bina Kesehatan Ibu:
Dear Depkes, saya mengucapkan terima kasih. Dengan
menunjukkan KTP selaku warga Pekanbaru, kami diberikan
pelayanan Jampersal yang sangat memuaskan, tanpa biaya sepeser
pun. Saya yang dalam kondisi tidak bekerja sangat berterima kasih
kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam program
Jampersal.(Bpk. Paul Wowor beserta istri dari Pekanbaru, Riau)
Saya sangat bersyukur sekali atas adanya Jampersal. Pada hari
Kamis 1 Maret 2012 istri saya melahirkan anak pertama di Sidoarjo.
Pelayanannya sangat baik sekali. Bagi teman-teman yang mau ikutprogram Jampersal di manapun kalian berada, program ini sangat
baik dan tidak dipungut biaya sepeser pun. Terima kasih semuanya.
(Bpk. Mufly dan istri dari Sidoarjo, Jawa Timur)
Kebaikan yang telah diterima oleh Bpk Paul Wowor sekeluarga,
Bpk Mufly sekeluarga, serta ribuan lainnya penerima manfaat
Jampersal di seluruh Indonesia, semoga menjadi kebaikan
juga bagi almarhumah Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih, sang
pencetus Jampersal.
Selamat jalan Ibu Endang, doa kami selalu menyertai Ibu...
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
49/172
49
2,5 tahun yang sangat berartiDr. Merki Rundengan, MKMAuditor Itjen
Penujukan Dr. Endang RS sebagai Menteri Kesehatan sempat
menimbulkan tanda tanya ketika namanya diumumkan
oleh istana. Namanya tak pernah diperhitungkan. Namun
setelah menjalankan tugas sebagai Menteri Kesehatan, dia
menunjukkan kelasnya sebagai orang yang sangat layak duduk
di kursi Menteri Kesehatan.
Buktinya? apa yang telah dilakukannya menunjukkan bahwa
dia adalah seorang menteri yang memiliki profesionalitas tinggi,
pekerja keras, serta memiliki integritas dan konsistensi yang luar
biasa. Setelah setahun Ibu Endang menjadi Menteri Kesehatan,
kita meyakini bahwa akan ada kemajuan di bidang kesehatan
dan Kementerian Kesehatan. Baik menyangkut pekerjaan
tugas pokok dan fungsi serta jajaran Kementerian Kesehatan.
Kerja keras Beliau telah membawa perubahan bagi kemajuanpembangunan kesehatan Indonesia. Itu sudah terlihat nyata.
Walaupun Beliau baru bekerja 2,5 tahun.
Seandainya sisa jabatan 2,5 tahun (ataupun lebih) bisa terus
Beliau jalani sebagai Menteri Kesehatan, rasanya Indonesia
akan mencapai kondisi berperilaku sehat dan berpola hidup
sehat jasmani dan rohani. Itu pasti. Sehat jasmani buat rakyat
Indonesia karena kesadaran yang dibangun atas arahan Kemkes.
Sehat rohani khusus buat jajaran Kemkes dan umumnya jajaran
kesehatan, karena beliau telah menunjukkan konsistensi dan
semangat anti korupsi dan anti gratifikasi yang terus ditularkan
ke jajarannya.
Buku alm dr. Endang RS terakhir Untaian Garnet dalam Hidupkuyang habis kubaca dalam tiga jam, sungguh memberikan banyak
pencerahan bagaimana perjuangan Beliau untuk memajukan
kesehatan Indonesia, tanpa ada pengecualiaan.
Sedih dan haru sungguh tak terkatakan manakala kita menatap
beliau kaku dan tak bisa menyatakan besarnya perjuangannya
untuk dunia kesehatan. Namun kesadaran melanjutkan
perjuangan Beliau tetap harus kita kobarkan.
Semoga semua insan kesehatan Indonesia tidak terpaku dalam
keharuan kehilangan. Tetapi, semua pihak bersatu padu dengan
penuh kesadaran dan kesungguhan meneruskan perjuangan
almarhumah tanpa kompromi dan niat korupsi. Semoga.
Terima kasih Ibu untuk semua yang telah kau berikan untuk
Indonesia tercinta ini...
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
50/172
50
Pemberian penghargaan kepada Karyawan Kemenkes di halaman Upacara Kemenkes
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
51/172
51
Selalu punya waktu untuk stadra. Rahmaniar Brahim, Apt, M.KesInspektur III, Itjen
Kejadian ini tidak bisa saya lupakan karena sangat
membahagiakan saya. Ya, ketika itu tanggal I Februari
2011. Saya mengucapkan selamat ulang tahun kepada Ibu
Endang, Menteri Kesehatan. Di samping menyampaikan ucapan
selamat, saya juga mengatakan bahwa saya juga berulang tahun
pada tanggal yang sama.
Lalu yang terjadi adalah: saya dikirimi bunga besar oleh Beliau,
dengan ucapan selamat ulang tahun. Ketika itu saya masih
menjabat sebagai Kepala Bidang Statistik Kesehatan di Pusdatin.
Sewaktu saya mengucapkan selamat ulang tahun melalui
email. Dan, Beliau langsung menjawab email saya, seraya juga
mengucapkan selamat ulang tahun kepada saya.
Kejadian ini menyadarkan saya bahwa Ibu Menkes sebagai
pimpinan tertinggi, selalu punya waktu untuk siapa saja.
Termasuk untuk stafnya. Beliau selalu berusaha agar dapat
membahagiakan orang lain.
Buat saya bunga kiriman Ibu Endang tersebut sangat surprise,
berarti, dan membanggakan sekali. Bunga itu juga sebuah
anugrah dari Allah melalui Ibu Endang karena saya bahagia
bukan main menerimanya.
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
52/172
52
Foto bersama Perawat RSUD Labuha Maluku Utara
5/27/2018 BUKU Menkes Dr Endang
53/172
53
Beliau bagian dari kamiSupraptiniPeneliti Pusat 3
Pada saat saya di San Diego Hills, ketika mengikuti Upacara
Pemakaman Ibu Endang, saya sempat kaget begitu
mendengar Presiden SBY menyebut akan membacakan
kata pengantar dari Bu Endang yang ditulis untuk Buku Berdamai
Dengan Kanker. Saya jadi teringat pada saat saya memohon kata
pengantar tersebut kepada Beliau.
Saat itu saya hanya menulis SMS kepada Beliau yang berbunyi:
Yth. Ibu Endang. Saat ini kami para survivor cancer akan menulis
buku tentang pengalaman kami dengan kanker. Hasil penjualan
buku tersebut akan kami pergunakan untuk kegiatan CISC
(Cancer Information and Support Center), untuk membantu
para pasien kanker yang membutuhkan. Apakah kiranya Ibu
berkenan untuk menulis kata pengantar untuk buku tersebut?
Tidak saya sangka, beliau langsung menjawab SMS: Tentu sayamau Bu Prapti.
Setelah naskah kami selesai diedit oleh Mbak Yuniarti Tanjung
(wartawati Femina), naskah saya kirimkan kepada Beliau.
Naskah itu saya titipkan kepada mbak Iis yang kebetulan
mau ke rumah Beliau. Kurang dari seminggu kami telah
menerima Pengantar yang Beliau tulis. Bukan main, di si