62
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM BIOKIMIA LABORATORIUM DASAR PROSES KIMIA DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2013

Buku Panduan Praktikum Biokimia 2013-1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

NKJ

Citation preview

  • BUKU PANDUAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

    LABORATORIUM DASAR PROSES KIMIA DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2013

  • 1

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt, karena dengan rahmat dan

    hidayahNya kami dapat menyelesaikan penyusunan buku petunjuk praktikum Biokimia ini.

    Praktikum Biokimia merupakan salah satu mata kuliah dasar yang diberikan

    departemen Teknik KimiaFTUI pada semester genap. Buku petunjuk praktikum Biokimia ini

    dibuat dengan maksud membantu mahasiswa agar lebih mudah mendalami materipraktikum

    yang akan dilaksanakan.

    Kemudian pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

    sebesar - besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini.

    Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami dengan

    senang hati menerima kritik dan saran yang membangun.

    Akhimya kami mengharapkan semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi para

    pembacanya.

    Depok, 31 Januari 2013

    Editor,

    Desy Qoiriyani

    Muhammad Firdaus S

  • 2

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 1

    DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... 2

    TATA TERTIB PRAKTIKUM ....................................................................................................................... 3

    ASPEK KESELAMATAN ............................................................................................................................. 4

    SUSUNAN PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA ...................................................................... 7

    MODUL 1 REAKSI-REAKSI PADA HIDROKARBON .................................................................................... 9

    MODUL 2ANALISIS POLISAKARIDA ALAMI ............................................................................................ 19

    MODUL 3EKSTRAKSI MINYAK DAN IDENTIFIKASI LIPID DAN ASAM LEMAK ......................................... 25

    MODUL 4EKSTRAKSI DNA DARI KACANG HIJAU ................................................................................... 31

    MODUL 5EKSTRAKSI DAN KUANTIFIKASI PROTEIN DARI SUMBER MAKANAN .................................... 37

    MODUL 6PERHITUNGAN MIKROSKOPIS ............................................................................................... 48

    MODUL 7KLOROFIL DAN KAROTENOID ................................................................................................ 52

    MODUL 8TEKNIK ASEPTIK DAN PEMBUATAN BIAKAN MURNI............................................................. 57

  • 3

    TATA TERTIB PRAKTIKUM

    1. Semua praktikan wajib mengenakan jas lab yang berwarna putih selama melaksanakan praktikum.

    2. Semua praktikan wajib hadir 10 menit sebelum tes awal dimulai, dan menandatanganidaftar hadir.

    3. Semua praktikan wajib menyerahkan berkas Laporan Pendahuluan dan Jurnal Praktikumkepada asisten sebelum praktikum dimulai. Berkas tersebut dapat diminta

    lagi kepadaasisten setelah mengikuti tes awal.

    4. Semua praktikan wajib mengikuti tes awal sebelum percobaan dilakukan sampai asistenyang bertanggungjawab menilai bahwa yang bersangkutan pantas dan

    mampumelaksanakan modul percobaan yang telah ditentukan. Apabila praktikan

    tidak mengikutites awal, percobaan dinyatakan GUGUR. Tes awal berlangsung 10-20

    menit.

    5. Semua praktikan wajib mencatat semua hasil pengamatan dari percobaan yang dilakukandi dalam Jurnal Praktikum. Pada akhir percobaan semua hasil pengamatan

    harusdiketahui dan ditandatangani oleh asisten.

    6. Laporan Praktikum harus diserahkan kepada asisten satu minggu setelah praktikum.Keterlambatan penyerahan akan dikenai sanksi yaitu tidak boleh mengikuti

    praktikumpada hari penyerahan Laporan Praktikum.

    7. Laporan praktikum yang belum memenuhi persyaratan harus diperbaiki, dan diserahkankepada asisten yang bersangkutan paling lambat satu minggu setelah

    dinyatakan perluperbaikan.

    8. Peminjaman alat-alat praktikum harus seijin petugas laboratorium dan dikembalikankepada petugas dalam keadaan yang sama.

    9. Sebelum meninggalkan laboratorium, praktikan harus membersihkan meja kerja dan alat-alatpraktikum serta mengatur kembali letak bahan dan alat praktikum.

    10. Penggunaan alat-alat dan pemakaian bahan kimia harus hati-hati, tidak boleh sampai adabahan kimia yang tercecer atau tumpah.

    11. Kerusakan alat atau bahan yang terbuang yang terjadi karena kesalaha kerja dan ataukelalaian praktikan, wajib diganti oleh praktikan dengan alat/bahan yang sama.

    12. Bersikap sopan pada petugas laboratorium dan asisten. 13. Ketidakhadiran praktikan pada waktu yang telah dijadwalkan mendapatkan

    sanksidinyatakan GUGUR, kecuali ada alasan kuat seperti musibah/kemalangan yang

    tidakterhindarkan.

    14. Ketidakhadiran karena sakit, percobaannya dapat dilakukan di luar jadwal praktikumdengan persetujuan asisten, setelah mendapat ijin dari Dosen Kordinator

    Praktikum.Dispensasi penjadwalan ulang karena sakit hanya diperbolehkan satu kali

    selama periodepraktikum.

    15. Ketentuan lulus praktikum: Telah mengikuti tes awal dan menyerahkan Laporan Pendahuluan dan

    Jurnalsebelum praktikum dimulai.

    Telah melaksanakan semua percobaan pada semester yang sama dan dinyatakan lulus oleh asisten.

    Menyerahkan laporan praktikum untuk semua percobaan yang telah dilaksanakan dan dinilai oleh asisten.

    Lulus ujian akhir praktikum.

  • 4

    ASPEK KESELAMATAN

    Untuk memperoleh hasil percobaan yang benar maka haruslah diketahui lebih dulu

    cara-cara pokok dalam penggunaan alat-alat laboratorium.

    I. Pemanasan

    Kebanyakan dari proses pemanasan dalam laboratorium dilakukan dengan

    menggunakan alat pembakar gas, meski demikian untuk beberapa hal dipakai peralatan oven.

    Pembakaran atau bunsen seperti tergambar di bawah ini pada umumnya memiliki sebuah

    katup pengatur gas dan pengatur udara.

    Untuk menyalakan bunsen, dilakukan tahap sebagai berikut :

    - Katup udara dalam keadaan tertutup dan katup gas terbuka. - Nyalakan dengan korek api, pada tahap ini akan dihasilkan nyala berwarna merah

    yang tak terlalu panas.

    - Untuk mendapatkan nyala yang baik dan temperatur pembakaran yang lebih tinggi,

    katup udara dibuka perlahan-lahan hingga didapat nyala biru.

    - Setelah selesai digunakan, matikan bunsen dengan cara menutup katup aliran gas. - Jika bunsen digunakan untuk memanaskan zat dalam tabung reaksi/beaker gelas, tata

    caranya dapat dilihat dalam gambar di bawah ini :

  • 5

    Perhatikan mulut tabung jangan mengarah ke wajah atau kearah orang lain !

    II. Penyaringan

    Penyaringan bertujuan untuk memisahkan suatu cairan dari bahan padat dengan cara

    melewatkan cairan pada bahan penyaring, misalnya kertas saring. Tata cara penyaringan

    adalah sebagai berikut :

    - Lipat kertas saring seperti gambar di bawah ini :

    (a) (b) (c) Cara melipat kertas saring

    Penyaringan

    (d)

    - Pasanglah di atas corong, lalu basahi kertas saring tersebut dengan air suling dan hindari adanya rongga udara dibalik kertas saring.

    - Perhatikan posisi tepi kertas saring harus 1/2 sampai 1 sentimeter dari tepi atas corong dan jumlah endapan 2/3 dari ketinggian kertas saring (maksimum).

    - Pasang corong pada penyangga dan taruhlah wadah penampung di bawahnya.

    Pemanasan dan pendidihan larutan

    dalam sebuah tabung reaksi

    Pemanasan gelas beker pada standar

    dengan bunsen pembakar.

  • 6

    - Tuanglah cairan melalui batang pengaduk dengan hati-hati. - Bilaslah beberapa kali dengan air suling hingga benar-benar bersih.

    III. Pembacaan skala

    Pada alat-alat pengukur volume cairan tertera tanda garis-garis melingkar yang

    menunjukkan batas tinggi cairan pada volume tertentu. Sebagai batas pembacaan adalah

    bagian permukaan lengkung cairan, kecuali untuk cairan yang berwarna pekat/gelap, dibaca

    pada bagian atas permukaan lengkung cairan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar

    di bawah ini:

    IV. Pencucian alat

    Alat-alat yang digunakan dalam laboratorium kimia harus dalam keadaan bersih. Alat

    yang bersih dapat diketahui bila permukaannya dibasahi maka akan terdapat suatu lapisan

    cairan yang merata. Adanya lemak atau debu akan menyebabkan lapisan tersebut tidak

    merata.

    Pencucian/pembersihan alat dilakukan dengan cara pencucinya dengan ditergen dan bila

    perlu digosok dengan sikat dan akhimya dibilas dengan air suling. Untuk mencuci alat-alat

    yang sangat kotor digunakan larutan Kalium dikromat dalam asam sulfat. Cara membuat

    larutan tersebut dapat ditanyakan pada asisten.

  • 7

    SUSUNAN PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

    1. PENULISAN LAPORAN PENDAHULUAN DAN JURNAL

    1. PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM

    A. KULIT LUAR

  • 8

    B. ISI

  • 9

    MODUL 1

    REAKSI-REAKSI PADA HIDROKARBON

    I. Tujuan Percobaan

    - Menguji kelarutan dan flammability hidrokarbon - Mengetahui sifat-sifat kimia dan reaksi-reaksi pada hidrokarbon

    II. Teori

    Banyaknya jenis senyawa organik tidak terlepas dari kemampuan atom karbon

    untuk mengikat satu sama lain dan jumlah unsur-unsur yang mampu membentuk

    ikatan dengan gugus karbon yang sudah ada. Untuk menyederhanakan masalah ini,

    maka disepakati bahwa senyawa hidrokarbon adalah senyawa dengan ikatan hidrogen

    dan karbon saja.

    Hidrokarbon memiliki jumlah ikatan yang sangat banyak, tetapi dapat

    dikelompokkan sesuai dengan ciri khas strukturnya. Dimana struktur-struktur ini juga

    disesuaikan dengan kereaktifan kimia secara umum. Sehingga tiap kelompok dapat

    dikelompokkan dari struktur maupun kereaktifannya. Pada percobaan ini, praktikan

    akan mengujicobakan kereaktifan kimia dari hidrokarbon jenuh, tidak jenuh dan

    aromatik.

    Stuktur Hidrokarbon

    Hidrokarbon dikatakan jenuh apabila jumlah hidrogen yang terikat pada

    karbonnya sudah maksimal. Hal ini terjadi bila atom karbon terikat satu sama lain

    dengan ikatan tunggal atau yang dikenal sebagai ikatan sigma (). Etana merupakan contoh hidrokarbon jenuh berdasarkan kriteria ini.

    H C

    H

    C

    H

    H

    H

    H

    Gambar 2.1 Struktur hidrokarbon, Etana

    Hidrokarbon tak jenuh memiliki jumlah hidrogen yang terikat lebih sedikit

    daripada jumlah maksimal yang mampu diikatnya. Senyawa jenis dipastikan memiliki

    ikatan rangkap sehingga jumlah total ikatan kovalen pada tiap atom karbon sebanyak

    empat. Contoh senyawa jenis ini adalah etilen dan asetilen

  • 10

    C C

    H

    H

    H

    H

    Ethylene

    C CH H

    Acethylene

    Gambar 2.2 Struktur Etilen dan Asetilen

    Ikatan karbon rangkap pada etilen terdiri dari sebuah ikatan seperti yang

    terdapat pada hidrokarbon jenuh dan sebuah ikatan jenis pi (). Keduanya bersama-sama membentuk ikatan rangkap. Sedangkan acetilen memiliki ikatan rangkap tiga

    yang terdiri dari satu ikatan dan dua ikatan .

    Hidrokarbon aromatik memiliki ikatan yang unik antara karbonnya yang susah

    untuk dideskripsikan. Pada benzene, salah satu jenis hidrokarbon aromatik, semua

    ikatan karbon-karbonnya (6 ikatan) identik. Dua contoh jenis ikatan benzene, a dan b,

    memiliki ikatan tunggal dan double yang bervariasi.

    (a) (b) (c)

    Gambar 2.3 Struktur benzena

    Akantetapi, keduanya mewakili jenis molekul yang berbeda. Strutur c, yang

    menggunakan lingkaran dalam heksagon, dapat lebih diterima. Lingkaran ini

    mewakili enam elektron yang terdistribusi secara merata pada ikatan aromatik di keenam atom karbonnya. Ikatan yang diwakili oleh sisi-sisi hexagonal adalah ikatan

    . Struktur c dapat digunakan untuk mewakili semua jenis ikatan karbon-karbon dalam benzen secara benar.

    Kereaktifan Hidrokarbon

    Ikatan pada hidrokarbon jenuh (alkana) sangat stabil sehingga sangat tidak reaktif. Pada temperatur tinggi, hidrokarbon jenuh bereaksi dengan oksigen

    (pembakaran). Pada reaksi tersebut, ikatan karbon-karbon diputus dan produknya

    adalah karbondioksida dan air. Jika pembakarannya tidak efisien, maka yang

    terbentuk adalah karbon monoksida atau bahkan karbon tunggal (soot). Tetapi secara

    umum hidrokarbon jenuh terbakar dengan lebih efisien daripada jenis hidrokarbon

    lainnya.

    Ikatan karbon-hidrogen dari alkana dapat digantikan oleh halogen. Persamaan

    reaksi yang umum dengan bromin adalah sebagai berikut :

  • 11

    R H + Br2 R Br + HBrheat

    Perhatikan bahwa HBr adalah produk dari reaksi tersebut. Untuk bereaksi dengan

    halogen diperlukan heat ataupun energi yang ringan.

    Ikatan pada hidrokarbon tak jenuh (alkena dan alkuna) bersifat reaktif dan mempermudah terjadinya reaksi tambahan. Pada reaksi ini, sebuah molekul seperti

    bromin membentuk dua ikatan tunggal karbon-bromin yang setara dengan energi

    ikatan . Etilen bereaksi dengan bromin membentuk 1,2-dibromoetana.

    C C

    H

    H

    H

    H

    C C

    H

    Br

    H

    Br

    H

    H

    Br2

    (colorless) (red-brown) (colorless)

    +

    Reaksi tersebut dapat terjadi pada suhu ruang. Sebagai hasilnya, karakteristik

    warna merah kecoklatan pada bromin menghilang. Perlu diperhatikan juga bahwa

    tidak terbentuk HBr seperti pada reaksi substitusi hidrokarbon jenuh pada reaksi ini.

    Acetilen yang memiliki dua ikatan juga mengalami reaksi lanjutan :

    C CH HBr C

    H

    C

    Br

    H

    Br

    Br

    + 2Br

    (colorless) (red-brown)(colorless)

    Ikatan juga merupakan pusat serangan oleh oxidizing agents. Sebagai contoh, larutan potasium permanganat yang netral bereaksi dengan alkena dan akuna sehingga

    menghasilkan dialkohol. Secara visual, reaksi ini diikuti dengan hilangnya warna

    ungu dari potasium permanganat dan terbentuknya warna coklat sebagai wujud dari

    manganese dioxide. Percobaan untuk menguji reaksi tak jenuh disebut test Baeyer.

    HC CHR R C

    OH

    C

    H

    OH

    R

    H

    + 2 KMnO4 + 4 H2O + 2MnO2 (s) + 2 KOH3 R 3

    (purple) (brown)

    (2.1)

    (2.2)

    (2.3)

    (2.4)

  • 12

    Jaringan dari senyawa aromatik dipertahankan selama reaksi. Bahkan grup yang sudah jenuh yang terikat pada cincin benzene bisa diserang oleh axidizing agents

    dengan energy yang sangat besar. Produk yang selalu dihasilkan ketika alkyl group

    tunggal terikat pada cincin benzene adalah asam benzoid.

    CH2CH2CH3 CO2H

    + 2 CO2 + 3 H2O

    Benzoic Acid

    oxidazing

    agent

    Atom hidrogen dari benzene bisa disubstitusikan oleh bromin. Akantetapi,

    diperlukan katalis Fe. Perhatikan bahwa reaksi berikut ini adalah reaksi substitusi dan

    HBr terbentuk.

    Br

    + Br2+ HBr

    Fe

    III. Prosedur

    III.1 Alat

    Tabung reaksi 10x 75 mm

    Tabung reaksi 16 x 150 mm

    Acetylene generator

    Pipet tetes

    Kaca arloji

    Rak tabung reaksi

    III.2 Bahan

    Heptana

    1-oktana

    toluene

    xylena

    1-butanol

    karbon tetraklorida

    1% bromin dalam karbon tetraklorida

    paku payung

    1% larutan potasium permanganat

    sample hidrokarbon yang tidak diketahui

    kalsium karbida

    kertas lakmus biru

    (2.5)

    (2.6)

  • 13

    III.3 Prosedur Percobaan

    Perhatikan bahwa limbah organik harus dibuang ke tempat yang tersedia.

    Catatan :

    1. Lakukan semua percobaan di bawah ini. 2. Percobaan A sampai D menggunakan tiga hidrokarbon yakni, heptana,

    1-oktana dan toluena. Gunakan tabung reaksi yang bersih dan kering

    untuk semua reaksi. Struktur ketiga hidrokarbon tersebut adalah :

    CH3(CH2)5CH3 CH2=CH(CH2)5CH3Heptane 1-Octane

    Toluene

    CH3

    Gambar 4.1 Struktur hidrokarbon dalam percobaan

    3. Kebanyakan alkana mengandung pengotor alkena. Untuk membersihkannya, alkana dicampur dengan H2SO4 dengan

    perbandingan alkana : H2SO4 = 3:1. Terbentuk lapisan, dimana lapisan

    bawah yang lebih gelap (H2SO4) dipisahkan. Lapisan alkana yang

    tersisa diperlakukan ulang dengan H2SO4 hingga tidak terbentuk lagi

    lapisan yang lebih gelap. Setelah itu, alkana dicuci dengan air. (Hati-

    hati dengan larutan H2SO4, dikerjakan hanya oleh orang yang sudah

    berpengalaman)

    A. Kelarutan Hidrokarbon. 1. Kocoklah secara perlahan 0.5 ml heptana dengan 5ml pelarut air dalam

    tabung reaksi 16x150 mm untuk menguji kelarutannya. Catatlah hasil

    pengamatan Anda.

    2. Ulangi langkah 1dengan sampel 1-Oktana dan toluena, masing-masing dengan takaran yang sama.

    3. Ganti pelarut dengan 1-butanol dan ligroin (campuran alkana), ulangi langkah 1 dan 2 di atas dengan takaran yang sama.

    B. Flammability Hidrokarbon Hati-hati : hidrokarbon sangat mudah terbakar, dan uapnya sangat ekplosif

    di udara. Berhati-hatilah dengan apinya. Jangan menambah kuantitas dari

    hidrokarbon selain daripada yang sudah ditentukan.

    1. Teteskan 3 tetes dari salah satu jenis sampel hidrokarbon pada kaca gelas, dengan menggunakan korek, nyalakanlah hidrokarbon tersebut.

    2. Amati type dan warna nyalanya, karbon yang terdapat dalam nyala tersebut dan jumlah residu yang tertinggal.

    3. Ulangi langkah di atas untuk kedua sampel hidrokarbon lainnya. 4. Catat hasil pengamatan Anda.

  • 14

    C. Perilaku Bromin dalam Karbon Tetraklorida. 1. Masukkan 1ml bromin dalam karbon tetraklorida dalam tabung reaksi

    kecil.

    2. Tambahkan 10-20 tetes dari sampel hidrokarbon, perhatikan perubahan warnanya.

    3. Bila tidak terjadi perubahan warna setelah tetes ke-20, tambahkan iron tack, dan biarkan selama 5 menit.

    4. Bila masih tidak terdapat perubahan warna, panaskan larutan tersebut dalam water bath panas selama 15-20 menit.

    5. Untuk mengetes terdapatnya kandungan hidrogen bromid, letakkan kertas lakmus biru lembab di mulut tabung reaksi.

    6. Ulangi percobaan dengan kedua sampel hidrokarbon lainnya. 7. Catatlah hasil pengamatan Anda.

    D. Reaksi dengan Potassium Permanganat 1. Tempatkan 1ml sampel hidrokarbon dalam tabung reaksi kecil. 2. Tambahkan 3 tetes dari larutan 1% potasium permanganat. 3. Kocok tabung reaksi tersebut, perhatikan semua perubahan yang

    terjadi. Berapa waktu yang dibutuhkan sebelum perubahan terjadi?

    4. Ulangi dengan sampel hidrokarbon lainnya. 5. Catat hasil pengamatan Anda.

    E. Pengelompokkan Zat 1. Dapatkan sampel hidrokarbon yang tidak diketahui dari asisten

    praktikum Anda.

    2. Lakukan tes untuk menggelompokkann sampel-sampel tersebut menjadi hidrokarbon saturated, unsaturated dan aromatik.

    F. Preparasi dan Sifat-Sifat Kimia dari Acetylene. 1. Perhatikan alat percobaan acetylene yang terdiri dari sebuah botol

    kering 250 ml dengan dua buah karet stopper, sebuah saluran dropping,

    tubing kaca dan karet yang sesuai. (Lihat Gambar).

    2. Beberapa potongan kalsium karbid (CaC2) dimasukkan dalam botol kering tersebut.

    3. Penambahan air yang berhati-hati dan sedikit demi sedikit akan menghasilkan gas acetylene.

    4. Untuk mengeringkan tabung reaksi 16x150mm yang mengandung 10 tetes dari larutan 1% bromin dalam karbon tetraklorida, tambahkan

    sekitas 3ml karbon tetraklorida. Alirkan acetylene ke larutan tersebut.

    Perhatikan perubahan yang terjadi.

    5. Untuk tabung reaksi 16x150 mm yang mengandung 3 tetes dari larutan 1% potasium permanganat, tambahkan sekitar 3ml air. Alirkan

    acetylene ke larutan tersebut hingga warna permanganatnya

    menghilang. Jika reaksinya lamban, kocok dan teruskan dengan aliran

    acetylene. Ulangi hingga terjadi penghilangan warna. Perhatikan

    Perubahan yang terjadi.

  • 15

    6. Catatlah hasil pengamatan Anda.

    IV. Potensi Bahaya

    No. Alat Potensi Bahaya

    1 Tabung Reaksi Pecah/meledak

    2 Acetylene Generator Bocor/meledak

    3 Pipet Tetes Pecah

    4 Kaca Arloji Pecah/meledak

    5 Rak Tabung Reaksi Patah

    No. Bahan Potensi Bahaya

    1 Heptana Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.

    Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau

    memasuki saluran pernapasan.

    Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak

    jangka panjang.

    Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.

    Mudah terbakar.

    2 1-oktana Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.

    Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau

    memasuki saluran pernapasan.

    Mudah terbakar jika terkena panas atau api.

    3 Toluena Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.

    Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau

    memasuki saluran pernapasan.

    Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak

    jangka panjang.

    Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.

    Mudah terbakar.

    4 Xylena Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.

    Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau

    memasuki saluran pernapasan.

    Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak

    jangka panjang.

    Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.

    Mudah terbakar.

    5 1-butanol Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.

    Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau

    memasuki saluran pernapasan.

    Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak

    jangka panjang.

    Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.

    Mudah terbakar.

    6 Karbon Tetraklorida Iritasi bila terkena mata dan kulit

    Bahaya bila tertelan dan terhirup

    7 Bromin Oksidator yang kuat.

    Mudah terbakar.

    Korosif.

  • 16

    Dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit.

    Dapat menyebabkan iritasi sistem pencernaan bila

    tertelan.

    Dapat menyebabkan iritasi sistem pernapasan bila

    terhirup.

    Dapat menyebabkan gangguan saraf, jantung, hati, dan

    ginjal.

    8 Paku payung Tertusuk.

    9 Potasium permanganat Oksidator yang kuat.

    Mudah terbakar.

    Korosif.

    Dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit.

    Dapat menyebabkan iritasi sistem pencernaan bila

    tertelan.

    Dapat menyebabkan iritasi sistem pernapasan bila

    terhirup.

    11 Kalsium Karbida Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.

    Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau

    memasuki saluran pernapasan.

    Dapat menyebabkan kebakaran jika terpapar oksigen

    atau panas.

    V. Pertanyaan Berikan produk hasil dari reaksi berikut ini :

    a . CH3CH2CH3 + O2heat

    b.

    CH3

    CH3

    heat

    KMnO4

    c.

    CH2CH3

    heat

    KMnO4

    d.

    C C

    H3C

    H3C

    CH3

    CH3

    Br2

    CCl4

    e.

    CH3C CCH2CH3Br2

    CCl4

  • 17

    f.

    CH3CH2CH2CH=CH2KMnO4

    g.

    CH3

    CH3

    Br2

    Fe

    h.

    CaC2 + H2O

    VI. Format Laporan dan Pengumpulan A. Kelarutan Hidrokarbon No. Data yang diambil Hasil Pengamatan

    1 0,5 ml heptana + 5 ml air

    2 0,5 ml 1-oktana + 5 ml air

    3 0,5 ml toluena + 5 ml air

    4 0,5 ml heptana + 5 ml ligroin

    5 0,5 ml 1-oktana + 5 ml ligroin

    6 0,5 ml toluena + 5 ml ligroin

    7 0,5 ml heptana + 5 ml 1-butanol

    8 0,5 ml 1-oktana + 5 ml 1-butanol

    9 0,5 ml toluena + 5 ml 1-butanol

    B. Flammability Hidrokarbon No. Data yang diambil Hasil Pengamatan

    1 3 tetes heptana + api

    2 3 tetes 1-oktana + api

    3 3 tetes toluena + api

    C. Perilaku Bromin dalam Karbon Tetraklorida

    No. Data yang diambil Hasil

    Pengamatan

    1 1 ml 1% bromin dalam karbon tetraklorida + 10-20

    tetes heptana

    2 1 ml 1% bromin dalam karbon tetraklorida + 10-20

    tetes 1-oktana

    3 1 ml 1% bromin dalam karbon tetraklorida + 10-20

    tetes toluena

    D. Reaksi dengan Potassium Permanganat

  • 18

    No. Data yang diambil Hasil

    Pengamatan

    Waktu

    Reaksi

    1 1 ml heptana + 3 tetes larutan 1% potassium

    permanganat

    2 1 ml 1-oktana+ 3 tetes larutan 1% potassium

    permanganat

    3 1 ml toluena + 3 tetes larutan 1% potassium

    permanganat

    E. Pengelompokkan Zat

    No. Data yang diambil Hasil

    Pengamatan

    Waktu

    Reaksi

    1 3 tetes hidrokarbon + api -

    2 0,5 ml hidrokarbon + 5 ml 1-butanol -

    3 1 ml 1% bromin dalam karbon tetraklorida +

    10-20 tetes hidrokarbon -

    4 1 ml hidrokarbon + 3 tetes larutan 1%

    potassium permanganat

    F. Preparasi dan Sifat-sifat Kimia dari Acetylene.

    No. Data yang diambil Hasil

    Pengamatan

    1 (10 tetes larutan 1% bromin dalam tetraklorida + 3 ml

    karbon tetraklorida) + gas acetylene

    2 (3 tetes larutan 1% potassium permanganat + 3 ml air)

    + gas acetylene

    VII. Daftar Pustaka Tim Penyusun, 2006. Buku Panduan Praktikum Kimia Organik. Departemen

    Teknik Gas dan Petrokimia Universitas Indonesia. Depok.

    Fessenden, Ralph J., and Fassenden, Joans S., 1982, Organic Chemistry, 2nd

    ed.,

    Williard Grant Press/PWS Publisher, Masachusetts, USA.

  • 19

    MODUL 2

    ANALISIS POLISAKARIDA ALAMI

    I. Tujuan Percobaan

    - Mengkarakterisasi gula: monosakarida dan polisakarida - Menganalisis polisakarida alami

    II. Teori

    Monosakarida

    Secara umum, ciri-ciri dari monosakarida adalah sebagai berikut:

    - Sebuah molekul yang terdiri dari C, H, dan O dengan rasio 1:2:1 [CH2O)n]. - Sebagian besar monosakarida pada protoplasma adalah berupa 3-karbon gula

    (triosa), 5-karbon gula (pentosa), atau 6-karbon gula (heksosa)

    - Gula yang merupakan monosakarida juga dikarakterisasi oleh apapun yang mengandung aldehid (aldosa) atau grup keton (ketosa)

    Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas 6-

    rantai atau cincin karbon. Atom-atom hidrogen dan oksigen terikat pada rantai

    atau cincin ini secara terpisah atau sebagai gugus hidroksil (OH). Ada tiga jenis

    heksosa yang penting dalam ilmu gizi, yaitu glukosid, fruktosa, dan galaktosa.

    Ketiga macam monosakarida ini mengandung jenis dan jumlah atom yang sama,

    yaitu 6 atom karbon, 12 atom hidrogen, dan 6 atom oksigen. Perbedaannya hanya

    terletak pada cara penyusunan atom-atom hidrogen dan oksigen di sekitar atom-

    atom karbon. Perbedaan dalam susunan atom inilah yang menyebabkan perbedaan

    dalam tingkat kemanisan, daya larut, dan sifat lain ketiga monosakarida tersebut.

    Monosakarida yang terdapat di alam pada umumnya terdapat dalam bentuk isomer

    dekstro (D). Struktur kimianya dapat berupa struktur terbuka atau struktur cincin.

    Jenis heksosa lain yang kurang penting dalam ilmu gizi adalah manosa.

    Monosakarida yang mempunyai lima atom karbon disebut pentosa, seperti ribosa

    dan arabinosa.

    Polisakarida

    Secara umum, ciri-ciri dari polisakarida adalah sebagai berikut:

    - Banyak jenis berbeda dari polisakarida yang diketahui. Dan pati, glikogen, serta selulosa adalah jenis polisakarida yang penting dalam sistem kehidupan.

    - Ketiga jenis polisakarida tersebut terbuat dari subunit glukosa yang tergabung akibat adanya perpindahan air (kondensasi) untuk membentuk ikatan

    glikosida.

    - Ketiga jenis polisakarida tersebut berbedadalam hal struktur dan juga sifat-sifat kimianya.

    - Adapun sifat-sifat dari ketiga jenis polisakarida yang penting dalam sistem

    kehidupan tersebut, dilampirkan pada Tabel 2.1, sebagai berikut:

  • 20

    Tabel 2.1 Perbedaan jenis polisakarida

    Jenis Glikogen Pati Selulosa

    Dihasilkan oleh Sel hewan Sel tumbuhan Sel tumbuhan

    Fungsi Polisakarida penyimpan yang mungkin

    terdeposit pada granula yang cukup

    besar di dalam sel.

    Polisakarida

    struktural yang

    meliputi sel

    dinding tumbuhan

    Jenis ikatan

    glikosida

    Ikatan alpha-glikosida (glikogen lebih

    bercabang dibandingkan dengan pati)

    Ikatan beta-

    glikosida (tidak

    mudah terpecah di

    alam, selulosa

    bersifat sangat

    kuat dan

    merupakan zat

    yang tahan lama.

    Polisakarida merupakan polimer molekul-molekul monosakarida yang berupa

    rantai lurus dan bercabang. Polisakarida dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim

    tertentu dan diantaranya dihasilkan oligosakarida. Pada bahan makanan ada dua

    macam polisakarida yaitu polisakarida yang berfungsi sebagai penguat tekstur

    (struktural) seperti selulosa, hemiselulosa, pektin dan lignin atau yang disebut

    serat, dan polisakarida sumber energi seperti pati, dekstrin, glikogen dan fruktan

    (Winarno, 1997).

    Hidrolisis

    Pemecahan ikatan glikosida melibatkan penambahan air dinamakan proses

    hidrolisis. Peristiwa ini dapat dilakukan dengan memanaskan polisakarida dalam

    air dan/atau asam kuat. Enzim mengkatalisis reaksi hidrolitik yang sama dalam

    larutan normal tanpa kondisi ekstrim.

    Kontrol dalam Percobaan

    Sebuah kontrol positif atau negatif dalam prosedur percobaan dibuat dalam

    rangka untuk memastikan bahwa hasil percobaan diperoleh bukan karena:

    - Kesalahan sistematik - Kesalahan eksperimental

    Dalam kontrol positif, sebuah efektor positif meliputi variasi uji, termasuk di

    dalamnya. Sedangkan pada kontrol negatif, variasi uji tidak termasuk didalamnya

    dan diharapkan hasil bersifat negatif.

    III. Prosedur III.1 Alat

    Tabung reaksi

    Rak Tabung Reaksi

    Tusukan gigi (1 pack)

    Pipet pasteur

    Boiling water bath

  • 21

    III.2 Bahan

    Saliva

    1M glukosa

    0,5% pati

    Larutan Benedict

    6M HCl

    5M NaOH

    Na2CO3

    III.3 Prosedur Percobaan

    Bagian I

    1. Ambil saliva pada beaker yang telah disediakan. 2. Tandai 4 (empat) tabung reaksi, dengan label A, B, C, dan D, 3. Isi keempat tabung reaksi tersebut dengan komposisi masing-masing tabung

    adalah sebagai berikut:

    - Tabung A: 15 ml H2O + 30 tetes saliva - Tabung B: 30 tetes saliva + 15 ml pati - Tabung C: 15 ml H2O + 30 tetes pati - Tabung D: 15 ml pati + amilase

    4. Inkubasi keempat tabung tersebut pada suhu 37oC dalam jangka waktu 1 jam. 5. Tambahkan 20 tetes larutan Benedict (setelah 1 jam). 6. Panaskan selama 5 menit pada boiling water bath. 7. Observasi dan catat perubahan warna yang terjadi.

    Bagian II

    1. Tandai 4(empat) tabung reaksi, dengan label E, F, G, dan H. 2. Isi keempat tabung dengan komposisi masing-masing tabung adalah sebagai

    berikut:

    - Tabung E: 15 ml H2O - Tabung F: 15 ml larutan pati - Tabung G: 1 tusukan gigi yang telah dipecah menjadi bagian-bagian yang

    cukup kecil + 15 ml H2O

    - Tabung H: 15 ml larutan glukosa 3. Panaskan keempat tabung tersebut dalam boiling water bath selama 15 menit

    dan kemudian biarkan dingin

    4. Tambahkan 20 tetes larutan Benedict pada semua tabung 5. Catat warnanya 6. Panaskan dalam boiling water bath selama 5 menit 7. Catat warnanya

    Bagian III

    1. Tandai 4 (empat) tabung reaksi, dengan label I, J, K, dan L. 2. Isi keempat tabung reaksi dengan komposisi sebagai berikut:

    - Tabung I: 15 ml H2O + 10 ml 5N HCl - Tabung J: 15 ml larutan pati + 10 ml 5N HCl(*) - Tabung K: 1 tusukan gigi yang telah dipecah menjadi bagian-bagian kecil +

    10 ml 5N HCl

    - Tabung L: 15 ml larutan glukosa + 10 ml 5N HCl 3. Panaskan dalam boiling water bath selama 15 menit dan kemudian dinginkan

  • 22

    4. Tambahkan Na2CO3 secara bertahap, sampai pembentukan gelembung berhenti

    5. Tambahkan 20 tetes larutan Benedict 6. Panaskan dalam boiling water bath selama 5 menit 7. Catat warnanya

    (* ) PERHATIAN! Praktikan seharusnya selalu menambahkan asam ke

    dalam air, bukan air ke dalam asam.

    (**) PERHATIAN! Letakkan mulut tabung cukup jauh dari praktikan

    (***) PERHATIAN! Jangan tambahkan NaOH terlalu banyak, karena reaksi

    terjadi sangat cepat.

    IV. Potensi Bahaya

    No. Alat Potensi Bahaya

    1 Tabung Reaksi Pecah/meledak

    2 Rak Tabung Reaksi Patah

    3 Tusukan Gigi Tertusuk

    4 Pipet Pasteur Pecah

    5 Boiling Water Bath Meledak/Terpapar tubuh

    No. Bahan Potensi Bahaya

    1 Saliva Dapat menularkan penyakit.

    2 Larutan benedict Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.

    Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau

    memasuki saluran pernapasan.

    3 Asam Klorida (HCl) Sangat korosif dan toksik.

    Dapat menyebabkan iritasi bila terkontak dengan mata

    atau terhirup.

    4 Natrium Hidroksida

    (NaOH)

    Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.

    Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau

    memasuki saluran pernapasan.

    Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak

    jangka panjang.

    Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.

    Mudah terbakar.

    5 Natrium Karbonat

    (Na2CO3)

    Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.

    Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau

    memasuki saluran pernapasan.

    Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak

    jangka panjang.

    Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.

    V. Pertanyaan

    1. Untuk masing-masing bagian dalam percobaan, tentukan dan terangkan, manakah yang merupakan tabung kontrol negatif, tabung kontrol positif, dan

    tabung uji!

    2. Apakah kandungan dari larutan Benedict? Reaksi apakah yang terjadi di dalamnya?

  • 23

    3. Mengapa tabung reaksi perlu untuk dipanaskan setelah penambahan larutan Benedict? Jelaskan!

    4. Mengapa glukosa disebut juga reducing sugar/ gula pengurang? 5. Untuk bagian I, apa yang dapat anda simpulkan terkait saliva? Apa yang anda

    harapkan untuk menjadi hasil, jika anda menggunakan tusukan gigi dan juga

    larutan pati dalam percobaan?

    6. Tuliskan reaksi yang merupakan hasil dari pembentukan gelembung ketika Na2CO3 ditambahkan dalam percobaan. Mengapa reaksi ini dibutuhkan?

    Jelaskan!

    7. Gambarkan struktur dari: a. Glukosa b. Ikatan glikosida pada pati dan Selulosa c. Reaksi hidrolisis

    VI. Format Laporan dan Pengumpulan Bagian I

    No. Data yang diambil Hasil

    Pengamatan

    Perubahan

    Warna

    1 Tabung A: 15 ml H2O + 30 tetes saliva

    2 Tabung B: 30 tetes saliva + 15 ml pati

    3 Tabung C: 15 ml H2O + 30 tetes pati

    4 Tabung D: 15 ml pati + amilase

    Bagian II

    No. Data yang diambil

    Perubahan

    warna

    setelah

    ditambahkan

    larutan

    benedict

    Perubahan

    warna

    setelah

    dipanaskan

    1 Tabung E: 15 ml H2O

    2 Tabung F: 15 ml larutan pati

    3

    Tabung G: 1 tusukan gigi yang telah

    dipecah menjadi bagian-bagian yang

    cukup kecil + 15 ml H2O

    4 Tabung H: 15 ml larutan glukosa

    Bagian III

    No. Data yang diambil

    Perubahan

    Warna

    1 Tabung I: 15 ml H2O + 10 ml 5N HCl

    2 Tabung J: 15 ml larutan pati + 10 ml 5N HCl

    3 Tabung K: 1 tusukan gigi yang telah dipecah menjadi

    bagian-bagian kecil + 10 ml 5N HCl

    4 Tabung L: 15 ml larutan glukosa + 10 ml 5N HCl

    VII. Daftar Pustaka

  • 24

    Ozoren, Nesrin. Ugur, Sibel. Aslan, Tolga. Seker, Tungcay. Atay, Cigdem.,2008.Cell Biology

    Lab Manual. Departement of Molecular Biology and Genetics: Bogazici University,

    Istanbul.

    Winarno, F.G., 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Cet. ke-8. P. T. Gramedia Pustaka

    Utama, Jakarta.

  • 25

    MODUL 3

    EKSTRAKSI MINYAK DAN IDENTIFIKASI LIPID DAN ASAM LEMAK

    I. Tujuan Percobaan

    - Melakukan ekstraksi lipid dan melakukan analisa kelarutan dan kejenuhan lemak - Menentukan jumlah asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak goreng

    II. Pendahuluan Trigliserida, salah satu jenis lipida, adalah ester dari gliserol alkohol dan asam

    karboksilat rantai panjang.

    H2C O C R

    O

    HC O C

    O

    R'

    H2C O C

    O

    R''

    Trigliserida mengandung asam dengan 8 sampai 12 karbon atom dan terdiri

    dari campuran beberapa jenis asam yang berbeda. Jika sebagian besar asam tersebut

    tidak jenuh, maka gliserida tersebut berupa cairan dan diklasifikasikan sebagai

    minyak. Gliserida yang mengandung asam jenuh yang lebih banyak memiliki titik

    leleh yang lebih tinggi dan diklasifikasikan sebagai lemak.

    Hidrolisis lemak atau minyak dengan basa untuk menghasilkan gliserol dan

    garam dari asamnya dikenal sebagai proses saponifikasi. Sabun adalah garam-garam

    dari asam karboksilat berantai panjang. Garam sodium dan potasium larut dalam air,

    sedangkan garam dari magnesium, kalsium, dan besi tidak terlarut dalam air.

    H2C O C R

    O

    HC O C

    O

    R'

    H2C O C

    O

    R''

    + 3 NaOH

    CH2OH

    CHOH

    CH2OH

    +

    RCO2Na

    R'CO2Na

    R''CO2Na

    Deterjen adalah garam dari aryl sulfonates atau alkyl sulfates.

  • 26

    Ar SO3-Na

    +

    Sodium aryl sulfonate

    R OSO3-Na

    +

    Sodium alkyl sulfate

    Karena garam kalsium dari aryl sulfonate dan alyl sulfate terlarut dalam air,

    deterjen bisa digunakan dalam air keras, sedangkan sabun akan membentuk

    presipitant tidak terlarut.

    Setiap tahunnya, orang Amerika menggunakan jutaan kilogram deterjen untuk

    mencuci pakaian dan perlatan lainnya. Hampir setiap gram dari deterjen tersebut

    mengalir ke danau maupun sungai. Kebanyakan produk laundry mengandung

    phospate yang apabila sudah berada dalam perairan, akan menyuburkan pertumbuhan

    algae. Phosphate bertindak sebagai pupuk bagi alga dalam bentuk seperti ketika

    phosphate menyuburkan tanaman atau rumput di kebun. Alga mengonsumsi oksigen

    yang terlarut dalam air dalam jumlah banyak. Konsentrasi dari oksigen terlarut yang

    berkurang menyulitkan ikan-ikan atau hewan air lain, sehingga menganggu

    keseimbangan ekosistem.

    Pada percobaan ini, deterjen komersial diujicobakan untuk mengetahui

    keberadaan kandungan phosphate di dalamnya. Dasar dari percobaan ini adalah reaksi

    kimia antara anion phosphate anion molybdate dalam larutan asam.

    12Mo7O246-

    + 7 PO43-

    + 72 H+ 7 PMo12O40

    3- + 36 H2O (3.1)

    Larutan ammonium molybdate, (NH4)6Mo7O24, ditambahkan pada sampel

    terdahulu yang bersifat asam. Jika sampel tersebut mengandung anion phospate,

    presipitat ammonium phosphomolybdate (NH4)3PMo12O40 yang terpisah dengan baik

    dan berwarna kuning terang akan terbentuk.

    Pada percobaan ini, praktikan diminta untuk membawa sendiri sedikit sampel

    dari deterjen cair ataupun bubuk. Pastikan sudah mengecek labelnya untuk

    menentukan bahwa apakah produk tersebut mengandung phospate. Ujicoba dilakukan

    tukaran dengan praktikan yang lain untuk mengetahui kandungan phospate.

    III. Prosedur

    III.1 Alat

    Tabung reaksi 16x150 mm

    Tabung reaksi 10x75 mm

    Peraltan refluks

    Pipet tetes

    Glass stirring rod

    Gelas Beaker

    III.2 Bahan

    Minyak biji kapas

    Heksana

    Karbon tetraklorida

    Larutan 5% bromin dalam karbon tetraklorida

  • 27

    etanol 95%

    Larutan NaOH

    Larutan HCl konsentrasi tinggi

    Kalsium klorida 0.1M

    Magnesium klorida 0.1M

    Besi (III) klorida 0.1M

    Larutan ammonium molybdate 0.2 M

    Asam nitrat 6M

    Kertas lakmus atau kertas penguji pH

    Minyak mineral.

    III.3 Prosedur Percobaan

    Ekstraksi Minyak

    Menentukan Kelarutan Minyak

    1. Masukkan masing-masing 0.5ml (sekitar 10 tetes) minyak biji kapas ke empat buah tabung reaksi 16x150 mm.

    2. Tambahkan 1ml air ke tabung pertama, 1ml etanol ke tabung kedua, 1ml heksana ke tabung ketiga dan 1ml karbon tetraklorida ke tabung keempat.

    3. Kocoklah tabung-tabung reaksi tersebut, catatlah kelarutan dari masing-masing larutan dalam tabung reaksi.

    4. Tambahkan maing-masing 5 ml pelarut tambahan 5. Kocoklah dengan kencang masing-masing tabung, amatilah apakah

    minyaknya terlarut sekarang.

    6. Catatlah hasil pengamatan Anda.

    Identifikasi Lipid

    Menentukan Ketakjenuhan Trigliserida

    1. Gunakanlah 2ml dari larutan antara karbon tetraklorida dan minyak biji kapas yang dipraktekkan dalam percobaan A untuk percobaan ini.

    2. Tambahkan tetes demi tetes larutan bromin 5% dalam karbon tetraklorida. 3. Hitunglah jumlah tetesan yang diperlukan untuk menghasilkan efek warna

    bromin terhadap larutan tersebut.

    4. Larutkan 0.1 g crisco ke dalam 1ml karbon tetraklorida. 5. Ulangi langkah 2 dan 3. 6. Catatlah hasil pengamatan Anda.

    Identifikasi Asam Lemak

    Menentukan Jumlah Asam Lemak

    1. Buat larutan KOH dalam etanol 0.1 N dalam labu 100 mL. Titrasi dengan larutan HCl 0,1 N.

    2. Buat campuran benzena dan etanol dengan perbandingan 1:1 dalam erlenmeyer, kemudian masukan erlenmeyer ini ke dalam air panas sambil

    digoyang-goyang, sampai campuran menjadi homogen.

    3. Titrasi larutan (benzena + etanol) dengan KOH 0,1 N hingga larutan berubah warna dari bening jadi ungu.

    4. Sementara itu, timbanglah 1 g minyak goreng dalam erlenmeyer. 5. Campurkan larutan hasil titrasi dengan minyak goreng, kemudian teruskan

    titrasi sampai terbentuk warna merah.

  • 28

    6. Catat volume titran yang ditambahkan.

    Maka dapat dihitung nilai asam (acid value) dari minyak goreng dengan:

    W

    N * T * (56.11) KOH BMASAM NILAI (3.2)

    dengan:

    T = volume titran KOH yang ditambahkan pada titrasi CPO N = normalitas KOH W = berat sampel CPO yang dititrasi

    IV. Potensi Bahaya

    No. Alat Potensi Bahaya

    1 Tabung Reaksi Pecah/meledak

    2 Peralatan refluks Pecah/meledak

    3 Pipet Tetes Pecah

    4 Glass stirring rod Pecah

    5 Gelas Beaker Pecah

    No. Bahan Potensi Bahaya

    1 Minyak biji kapas Dapat tertelan.

    2 Heksana Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.

    Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau

    memasuki saluran pernapasan.

    Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak

    jangka panjang.

    Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.

    Mudah terbakar.

    3 Karbon tertraklorida Iritasi bila terkena mata dan kulit

    Bahaya bila tertelan dan terhirup

    4 NaOH Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.

    Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau

    memasuki saluran pernapasan.

    Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak

    jangka panjang.

    Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.

    Mudah terbakar.

    5 HCl Sangat korosif dan toksik.

    Dapat menyebabkan iritasi bila terkontak dengan mata

    atau terhirup.

    6 Kalsium klorida Dapat menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan bila

    terhirup.

    Dapat menyebabkan iritasi pada sistem pencernaan

    ringan bila tertelan.

  • 29

    Dapat menyebabkan iritasi kulit ringan.

    Dapat menyebabkan abrasi mekanis atau luka bakar pada

    mata dari panas iritasi hidrolisis dan klorida.

    7 Magnesium klorida Dapat menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan bila

    terhirup.

    Dapat menyebabkan iritasi pada sistem pencernaan

    ringan bila tertelan.

    Dapat menyebabkan iritasi kulit ringan.

    Dapat menyebabkan iritasi pada mata.

    8 Besi (III) klorida Dapat menimbulkan kebakaran jika terkena bahan-bahan

    yang mudah terbakar.

    Dapat mengakibatkan luka bakar.

    Dapat menyebabkan efek merugikan jangka panjang

    dalam lingkungan air.

    Sangat beracun untuk organisme air.

    9 Larutan amonium

    molybdate

    Oksidator kuat.

    Dapat menyebabkan mata dan kulit terbakar.

    Dapat menimbulkan kebakaran jika terkena bahan-bahan

    yang mudah terbakar.

    Dapat menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan bila

    terhirup.

    Dapat menyebabkan iritasi pada sistem pencernaan

    ringan bila tertelan.

    10 Asam nitrat Bersifat korosif.

    Dapat menyebabkan mata dan kulit terbakar.

    Dapat menimbulkan kebakaran jika terkena bahan-bahan

    yang mudah terbakar.

    Dapat menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan bila

    terhirup.

    Dapat menyebabkan iritasi pada sistem pencernaan

    ringan bila tertelan.

    11 Minyak mineral Dapat menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan bila

    terhirup.

    Dapat menyebabkan iritasi pada sistem pencernaan

    ringan bila tertelan.

    V. Pertanyaan 1. Dari semua pelarut yang dicobakan, manakah pelarut paling bagus untuk

    menghilangkan noda minyak atau lemak dari pakaian ?

    2. Berapa gramkah bromin yang diperlukan untuk bereaksi secara sempurna dengan 1mol trigliserida yang mengandung hanya asam oleic?

    VI. Format Laporan dan Pengumpulan

    Ekstraksi Minyak

    No. Data yang diambil Kelarutan

    1 0,5 ml minyak biji kapas + air

    2 0,5 ml minyak biji kapas + etanol

    3 0,5 ml minyak biji kapas + heksana

  • 30

    4 0,5 ml minyak biji kapas + karbon tetraklorida

    Identifikasi Lipid

    No. Data yang diambil Hasil

    Pengamatan

    Jumlah

    Tetesan

    5% bromin

    dalam

    karbon

    tetraklorida

    1

    2 ml larutan karbon tetraklorida + karbon

    tetraklorida (hasil dari percobaan A) + 5%

    bromin dalam karbon tetraklorida

    2

    0,1 g crisco dalam 1 ml karbon

    tetraklorida + 5% bromin dalam karbon

    tetraklorida

    Identifikasi Asam Lemak

    No. Data yang diambil Volume

    titran

    1 Larutan KOH dalam etanol 0,1 N

    2 Campuran benzena dan etanol

    3 Campuran larutan 1 dan 2 + 1 g minyak goreng

    VII. Daftar Pustaka Modul Praktikum Kimia Organik Departemen Gas dan Petrokimia Universitas Indonesia

    2006.

    Fessenden, Ralph J., and Fassenden, Joans S., 1982, Organic Chemistry, 2nd

    ed., Williard

    Grant Press/PWS Publisher, Masachusetts, USA.

  • 31

    MODUL 4

    EKSTRAKSI DNA DARI KACANG HIJAU

    I. Tujuan Percobaan

    - Mengisolasi DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) dari kacang hijau (bovine spleen)

    II. Teori

    DNA (Deoxyribo Nuceic Acid)

    DNA adalah akronim dari Deoxyribo Nucleic Acid yang bila diterjemahkan

    kedalam bahasa Indonesia berarti Asam Deoksiribo Nukleat. DNA merupakan

    senyawa kimia yang terdapat di dalam inti sel yang sangat berperan pada proses

    sintesis protein untuk pembentukan enzim, dan protein lain.

    Pada tahun 1953, Francis H.C Crick dan James D. Watson, berdasarkan analisis

    foto difraksi sinar X, menggambarkan struktur DNA sebagai tangga tali terpilin dan

    disebut Double Helix (heliks ganda). Ibu tangganya terdiri atas rentetan rantai gugus gula deoksiribosa dan gugus fosfat, sedangkan anak tangganya terdiri atas basa

    nitrogen, yaitu Purin terdiri atas Adenin(A) dan Guanin (G); serta Pirimidin terdiri

    atas Sitosin (S) dan Timin (T).

    Basa-basa nitrogen yang menyusun anak tangga tersebut dihubungkan oleh ikatan

    hidrogen yang sifat ikatannya lemah. Setiap anak tangga terdiri atas pasangan basa

    nitrogen yang khas, yaitu Adenin (A) dengan Timin (T), Sitosin (S) dengan Guanin

    (G). Atas penemuan mereka mengenai struktur model DNA tersebut, pada 1962,

    Crick dan Watson menerima hadiah Nobel. Crick dan Watson menyimpulkan bahwa

    tatanan nukleotida merupakan perangkat kode instruksi pembangunan seluruh

    organisme.

    Fungsi DNA

    DNA berfungsi menyampaikan informasi genetika dari induk ke generasi

    berikutnya dan mengatur perkembangan metabolisme tubuh. Dengan demikian, dapat

    dikatakan bahwa DNA adalah gen itu sendiri. DNA dapat juga mengawasi aktivitas-

    aktivitas sel dengan memerintahkan pembentukan semua macam protein (enzim) di

    dalam sel. DNA berada di dalam inti sel dan pada umumnya pembentukan protein

    terjadi pada ribosom, yaitu pada sitoplasma. Sehingga, informasi yang ada pada DNA

    harus diterjemahkan dahulu oleh suatu senyawa tertentu dan dibawa oleh senyawa

    tersebut dariinti ke sitoplasma. DNA akan membentuk senyawa lain dalam

    menyampaikan informasi genetik yang akan memerintahkan sintesis protein.

    Senyawasenyawa yang dibentuk oleh DNA, yaitu RNA duta, RNA transfer, dan RNA

    ribosom.

    Ektraksi DNA

    Ekstraksi DNA adalah sebuah prosedur rutin yang dilakukan untuk mendapatkan dan

    mengumpulkan DNA untuk molekuler subsekuen atau analisis forensik.

  • 32

    DNA diekstraksi dari sel-sel yang ada pada manusia untuk berbagai alasan. Dengan

    sampel murni berupa DNA, anda dapa menguji bayi yang baru lahir untuk penyakit

    genetik, menganalisis pembuktian forensik, atau mempelajari gen yang terlibat dala

    kanker.Secara garis besar, tahapan untuk ekstraksi DNA adalah sebagai berikut:

    1. Buka sel dengan cara dipecah/ cacah untuk menampakkan DNA 2. Hilangkan lemak membran dengan penambahan deterjen 3. Presipitasi DNA dengan alkohol. Adapun jenis alkohol yang digunakan adalah

    etanol atau isopropanol (70-95%). Karena DNA tidak terlarut pada alkohol jenis

    tersebut, DNA akan teragregasi secara bersama-sama, denga pemberian pellet saat

    proses sentrifugasi. Tahapan ini juga berguna untuk menghilangkan garam yang

    larut dalam alkohol (alcohol-soluble salt).

    III. Prosedur

    III.1 Alat

    Blender

    Saringan

    Tabung reaksi

    Rak tabung reaksi

    Batang lidi/ kayu

    Gelas beaker

    Wadah

    UV Spektroskopi

    III.2 Bahan

    Kacang hijau

    Garam/ NaCl

    Air dingin

    Deterjen cair

    Enzim (Dapat berupa pelunak daging (meat tenderizer), jus nanas, atau larutan pembersih lensa kontak)

    Alkohol 70-95% (Etanol atau Isopropanol)

    DNA Standar

    III.3 Prosedur Percobaan

    Secara garis besar, tahapan untuk ekstraksi DNA adalah sebagai berikut:

    1. Buka sel dengan cara dipecah/ cacah untuk menampakkan DNA 2. Hilangkan lemak membran dengan penambahan deterjen 3. Presipitasi DNA dengan alkohol. Adapun jenis alkohol yang digunakan adalah

    etanol atau isopropanol (70-95%). Karena DNA tidak terlarut pada alkohol

    jenis tersebut, DNA akan teragregasi secara bersama-sama, denga pemberian

    pellet saat proses sentrifugasi. Tahapan ini juga berguna untuk menghilangkan

    garam yang larut dalam alkohol (alcohol-soluble salt).

    Adapun proses detail untuk percoban ini adalah sebagai berikut:

    1. Siapkan alat dan bahan yang telah ditentukan sebelumnya 2. Masukkan cup kacang hijau (100 ml) dalam blender

  • 33

    3. Masukkan sejumput garam (kurang dari 1/8 sendok teh, kurang dari 1 ml) dalam blender

    4. Masukkan air dingin sebanyak 2 (dua) kali lebih banyak dari jumlah kacang hijau yang sebelumnya sudah dimasukkan dalam blender (kira-kira 1 cup, 200

    ml)

    5. Blender kesemuanya dengan kecepatan tinggi selama 15 detik

    Gambar 4.1 Ilustrasi proses blending

    (Sumber:http://learn.genetics.utah.edu, 2008)

    6. Blender memisahkan sel dari kacang hijau dari beberapa komponen di dalamnya, sehingga setelah selesai di-blender, praktikan akan mendapatkan

    sel kacang hijau dalam bentuk menyerupai soup.

    7. Tuangkan soup sel kacang hijau hasil blender tersebut melalui saringan ke dalam wadah yang lain, seperti gambar berikut ini.

    Gambar 4.2Ilustrasi proses penyaringan

    (Sumber:http://learn.genetics.utah.edu, 2008)

    8. Tambahkan sekitar 2 (dua) sendok makan deterjen cair (kira-kira) 30 ml ke dalam soup sel kacang hijau hasil saringan.

    9. Aduk sehingga membentuk sebuah campuran 10. Biarkan campuran tersebut selama 5-10 menit 11. Tuang campuran ke dalam tabung reaksi, masing-masing sekitar 1/3 volume

    maksimal tabung reaksi

    12. Tambahkan sedikit enzim (enzim yang digunakan dapat berasal dari pelunak daging (meat tenderizer), jus nanas, atau larutan pembersih lensa kontak)

    pada masing-masing tabung reaksi

    13. Aduk perlahan (Hati-hati! Jika anda mengaduk terlalu kencang/ keras, secara otomatis anda akan merusak DNA dalam campuran tersebut)

    14. Miringkan tabung reaksi tersebut dan secara perlahan-lahan tuangkan alkohol ke dalam tabung reaksi, seperti gambar berikut ini.

  • 34

    Gambar 4.3Ilustrasi proses penambahan alkohol

    (Sumber:http://learn.genetics.utah.edu, 2008)

    15. Tuangkan alkohol (70-95%) kesamping, sehingga membentuk lapisan di atas campuran kacang hijau

    16. Tuang hingga didapati jumlah lapisan alkohol yang sama dalam tabung dengan campuran kacang hijau

    17. Kemudian amati bahwa DNA akan naik ke lapisan alkohol dari lapisan campuran kacang hijau

    18. Gunakan lidi/ batang kayu tipis untuk mendapatkan DNA yang naik ke lapisan alkohol, seperti gambar di bawah ini

    Gambar 4.4 Ilustrasi proses pengambilan ekstrak DNA

    (Sumber:http://learn.genetics.utah.edu, 2008)

    19. Jika anda ingin menyimpan dan meneliti DNA tersebut, anda dapat memindahkannya ke dalam wadah berukuran kecil yang berisi alkohol.

    20. Analisis DNA menggunakan kurva standar dari DNA standar.

    IV. Potensi Bahaya

    No. Alat Potensi Bahaya

    1 Blender Meledak/terbakar

    2 Tabung reaksi Meledak/pecah

    3 Rak tabung reaksi Patah

    4 Batang lidi/kayu Tertusuk

  • 35

    5 Gelas Beaker Pecah

    6 UV Spektroskopi Meledak/terbakar

    No. Bahan Potensi Bahaya

    1 Kacang hijau Dapat tertelan/tersedak.

    2 Garam/NaCl Dapat menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan bila

    terhirup.

    Dapat menyebabkan iritasi pada sistem pencernaan

    ringan bila tertelan.

    Dapat menyebabkan iritasi kulit ringan.

    Dapat menyebabkan iritasi bila terkena mata.

    3 Deterjen cair Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.

    Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau

    memasuki saluran pernapasan.

    Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak

    jangka panjang.

    Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.

    4 Alkohol Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.

    Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau

    memasuki saluran pernapasan.

    Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak

    jangka panjang.

    Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.

    Mudah terbakar.

    V. Pertanyaan 1. Mengapa kacang hijau digunakan dalam percobaan ini? Apakah kacang hijau

    merupakan sumber DNA terbaik? Jelaskan alasan anda!

    2. Apakah fungsi dan tujuan penambahan garam dan deterjen pada percobaan ini?

    3. Mengapa air dingin lebih baik dibandingkan dengan air hangat dalam mengekstraksi DNA? Jelaskan!

    4. Bagaimanakah sel dinding dari sel tumbuhan dapat dicacah/ pecah? 5. Jenis enzim apakah yang ditemukan di dalam pelunak daging/ jus nanas/

    larutan pembersih lensa kontak?

    6. Apakah yang dapat anda lakukan untuk meningkatkan hasil DNA dalam percobaan ini?

    7. Mengapa DNA menggumpal secara bersama-sama? Jelaskan! 8. Bagaimana anda dapat mengkonfirmasi bahwa gumpalan putih berserabut

    yang menempel pada lidi/ batang kayu tersebut adalah DNA?

    9. Apakah mungkin bahwa gumpalan putih berserabut tersebut adalah campuran DNA dan RNA?

    10. Berapa lama daya tahan DNA? Akankah kuantitas DNA menurun dan menghilang? Jelaskan!

    11. Dapatkah anda mengekstrak DNA manusia menggunakan prosedur percobaan ini?

    12. Dapatkah anda menggunakan mikroskop untuk melihat DNA yang anda ekstrak dalam percobaan ini?

    VI. Format Laporan dan Pengumpulan

  • 36

    No. Data yang diambil Absorbansi

    1 DNA Standar

    2 DNA kacang hijau

    VII. Daftar Pustaka

    Genetic Science Learning Center Team, 2008. How to Extract DNA from Anything

    Living

    (http://learn.genetics.utah.edu/content/labs/extraction/howto/DNA_Extraction.pdf).

    Genetic Science Learning Center, Utah.

    K. Murray, Robert, dkk. 2003. Biokimia Harper. Penerbit Buku Kedokteran EGC,

    Jakarta.

    Ozoren, Nesrin. Ugur, Sibel. Aslan, Tolga. Seker, Tungcay. Atay, Cigdem.,2008.Cell

    Biology Lab Manual. Departement of Molecular Biology and Genetics: Bogazici

    University, Istanbul.

  • 37

    MODUL 5

    EKSTRAKSI DAN KUANTIFIKASI PROTEIN DARI SUMBER MAKANAN

    I. Tujuan: Menentukan konsentrasi protein dari suatu sample yang tidak diketahui

    II. Teori Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang

    merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama

    lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen,

    nitrogen dan kadang sulfur serta fosfor. Protein merupakan salah satu bio-makromolekul

    yang penting perananya dalam makhluk hidup. Setiap sel dalam tubuh kita mengandung

    protein, termasuk kulit, tulang, otot, kuku, rambut, air liur, darah, hormon, dan enzim.

    Fungsi dari protein itu sendiri secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kelompok

    besar, yaitu sebagai bahan struktural dan sebagai mesin yang bekerja pada tingkat

    molekular. Beberapa protein struktural, fibrous protein, berfungsi sebagai pelindung,

    sebagai contoh a dan b-keratin yang terdapat pada kulit, rambut, dan kuku. Sedangkan

    protein struktural lain ada juga yang berfungsi sebagai perekat, seperti kolagen. Protein

    dapat memerankan fungsi sebagai bahan struktural karena seperti halnya polimer lain,

    protein memiliki rantai yang panjang dan juga dapat mengalami cross-linking dan lain-

    lain. Selain itu protein juga dapat berperan sebagai biokatalis untuk reaksi-reaksi kimia

    dalam sistem makhluk hidup. Makromolekul ini mengendalikan jalur dan waktu

    metabolisme yang kompleks untuk menjaga kelangsungan hidup suatu organisma. Suatu

    sistem metabolisme akan terganggu apabila biokatalis yang berperan di dalamnya

    mengalami kerusakan.

    1. Tahap utama sintesis protein

    Tahap 1 : Aktivasi asam amino

    Tahap ini terjadi di sitosol, bukan pada ribosom. Masing- masing dari 20 asam

    amino diikat secara kovalen dengan suatu RNA pemindah spesifik dengan

    memanfaatkan energi ATP. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim pengaktif yang

    memerlukan Mg2+

    sebagai kofaktor yang masing- masing spesifik bagi satu asam

    amino dan bagi tRNA-nya.

  • 38

    Tahap 2 : Inisiasi Rantai Polipeptida

    RNA pembawa pesan yang membawa sandi bagi polipeptida yang akan

    dibentuk diikat oleh subunit ribosom yang berukuran lebih kecil, diikuti oleh inisiasi

    asam amino yang diikat oleh tRNA-nya membentuk suatu kompleks inisiasi. tRNA

    asam amino penginisiasi ini berpasangan dengan triplet nukleutida spesfik atau kodon

    pada mRNA yang menyandi permulaan rantai polipeptida. Dalam proses ini

    memerlukan guanosin trifosfat (GTP), dilangsungkan oleh tiga protein sitosol spesifik

    yang dinamakan faktor inisiasi.

    Tahap 3 : Pemanjangan

    Rantai polipeptida diperpanjang oleh pengikatan kovalen unit asam amino

    berturut-turut, masing-masing diangkut menuju ribosom dan diletakkan ke tempatnya

    secara benar oleh tRNA masing-masing, yang berpasangan dengan kodonnya pada

    molekul RNA pembawa pesan. Pemanjangan digiatkan oleh protein sitosol yang

    dinamakan faktor pemanjangan. Energi yang diperlukan untuk mengikat setiap

    aminoasil t-RNA yang datang dan untuk pergerakan ribosom disepanjang RNA

    pembawa pesan satu kodon diperoleh dari hidrolisis dua molekul GTP bagi setiap

    residu yang ditambahkan ke polipeptida yang sedang tumbuh. Terdapat 3 faktor

    penunjang yaitu Tu, Ts, dan G.

    Tahap 4 : Terminasi dan pembebasan

    Terminasi polipeptida didisyaratkan oleh satu diantara tiga triplet terminasi

    (UAA, UAG, dan UGA) dimana triplet tersebut tidak menyandi asam amino

    manapun. Sekali ribosom mencapai kodon terminasi, ada tiga faktor pengakhir

    (terminasi) atau faktor pembebas, yaitu protein R1, R2, dan S, yang kemudian turut

    menyebabkan (1) penguraian hidrolitik polipeptida dari ujung tRNA terakhir dan

    melepaskannya dalam bebtuk bebas, (2) pelepasan tRNA terakhir yang sekarang

    kosong dari tempat P, dan (3) dissosiasi ribosom 70S menjadi subunit 30S dan 50S

    nya siap untuk memulai rantai polipeptida yang baru.

    Tahap 5 : pelipatan dan pengolahan

    Untuk memperoleh bentuk aktifnya secara biologis, polipeptida harus

    mengalami pelipatan menjadi konfirmasi tiga dimensi yang benar. Sebelum dan

    sesudah pelipatan, polipeptida baru dapat mengalami pengolahan oleh kerja enzimatik

    untuk melepaskan asam amino penginisiasi, dan mengikat gugus fosfat, metil,

    karboksil atau gugus lain pada residu asam amino tertentu, atau untuk mengikat gugus

  • 39

    oligosakarida atau gugus prostetik. Perubahan yang terjadi tersebut dinamakan

    modifikasi pasca translasi, dimana pengolahannya bergantung pada proteinnya.

    2. Struktur protein

    Suatu asam amino- terdiri atas:

    1. Atom C . Disebut karena bersebelahan

    dengan gugus karboksil (asam).

    2. Atom H yang terikat pada atom C .

    3. Gugus karboksil yang terikat pada atom C .

    4. Gugus amino yang terikat pada atom C .

    5. Gugus R yang juga terikat pada atom C .

    Ada 4 tingkat struktur protein yaitu struktur primer, struktur sekunder, struktur

    tersier dan struktur kuartener.

    a. Struktur primer

    Struktur primer adalah urutan asam-asam

    amino yang membentuk rantai polipeptida.

    Struktur primer protein bisa ditentukan dengan

    beberapa metode: (1) hidrolisis protein dengan

    asam kuat (misalnya, 6N HCl) dan kemudian

    komposisi asam amino ditentukan dengan instrumen amino acid analyzer, (2)

    analisis sekuens dari ujung-N dengan menggunakan degradasi Edman, (3)

    kombinasi dari digesti dengan tripsin dan spektrometri massa, dan (4) penentuan

    massa molekular dengan spektrometri massa.

    b. Struktur sekunder

    Struktur sekunder protein bersifat reguler, pola lipatan berulang dari rangka

    protein. Pada struktur sekunder, protein sudah mengalami interaksi intermolekul,

    melalui rantai samping asam amino. Analisa defraksi sinar-X merupakan cara

    yang baik untuk mempelajari struktur sekunder protein serabut.

    Kekuatan yang menstabilkan struktur protein

    Beberapa interaksi nonkovalen yang

    secara individual lemah, namun secara numerik cukup kuat menstabilkan

  • 40

    konformasi protein. Kekuatan ini mencakup iktan hidrogen, interaksi hidrofobik,

    interaksi elektrostatik dan kekuatan van der Walls.

    1. Ikatan hidrogen

    Residu dengan gugus polar R umumnya terdapat pada permukaan protein

    globuler, dimana residu tersebut membentuk ikatan hidrogen terutama dengan

    molekul air. Di bagian lain, residu aminoasil pada tulang punggung membentuk

    ikatan hidrogen antara satu dgn yang lain.

    2. Interaksi hidrofobik

    Interaksi ini meliputi gugus nonpolar R pada residu aminoasil yang dalam

    protein globular thipikal berada dalam bagian interior protein. Pembentukan

    interaksi ini digerakkan secara entropis. Keseluruhan bentuk yang sferis kasar

    mengurangi daerah permukaan. Konsentrasi residu nonpolar dalam bagian interor

    protein menirinkan jumlah residu permukaan dan memaksimalkan peluang bagi

    lapisan tipis molekul air permukaaan untuk membentuk ikatan hidrogen antara

    satu dengan yang lainnya yaitu suatu proses yang berkaitan dengan peningkatan

    entropi. Berkebalikan, lingkungan nonpolar membran biologik lebih memberikan

    peluang bagi residu permukaaan yang hidrofobik yang gugus nonpolar R nya

    berpartisipasi dalam interaksi hidrofobik dengan rantai samping akil ester asil

    lemak pada lapisan ganda membran.

    3. Interaksi elektrostatik

    Interaksi elektrostatik atau ikatan garam dibentuk antar gugus yang muatannya

    berlawanan seperti gugus terminal amino dan karboksil pada peptida dan gugus R

    bermuatan pada residu polar aminoasil. Gugus polar spesifik yang melakukan

    fungsi biologis yang esensial dapat terletak dalam celah yang menembus bagian

    interior protein. Karena residu polar dapat pula berpartisipasi dalam interaksi

    ionik, maka keberadaan garam seperti KCL dapat menurunkan secara bermakna

    interaksi ionik antar residu permukaan.

    4. Interaksi van der Walls

    Kekuatan van der Wall bersifat sangat lemah serta bekerja hanya pada jarak

    yang amat pendek mencakup komponen yang menarik dan yang menolak.

    Kekuatan yang menarik (attractive force) meliputi interaksi antar sifat bipoler

    yang terbentuk oleh fluktuasi monomer distribusi elektron pada atom didekatnya.

    Kekuatan yang menolak (repulsive pulse) turut berperan ketika dua buah atom

    datang begitu dekat sehingga orbit elektronnya saling tumpang tindih. Jarak

  • 41

    dimana kekuatan yang menarik bekerja maksimal dan kekuatan yang menolak

    minimal disebut jarak kontak van der Walls.

    Ikatan yang membentuk struktur ini, didominasi oleh ikatan hidrogen antar

    rantai samping yang membentuk pola tertentu bergantung pada orientasi ikatan

    hidrogennya. Dua pola terbanyak adalah alpha helix dan beta sheet . b-sheet itu

    sendiri ada yang paralel dan juga ada yang anti-paralel, bergantung pada orientasi

    kedua rantai polipeptida yang membentuk struktur sekunder tersebut. Struktur

    sekunder bisa ditentukan dengan menggunakan spektroskopi circular dichroism

    (CD) dan Fourier Transform Infra Red (FTIR). Spektrum CD dari puntiran-alfa

    menunjukkan dua absorbans negatif pada 208 dan 220 nm dan lempeng-beta

    menunjukkan satu puncak negatif sekitar 210-216 nm. Estimasi dari komposisi

    struktur sekunder dari protein bisa dikalkulasi dari spektrum CD. Pada spektrum

    FTIR, pita amida-I dari puntiran-alfa berbeda dibandingkan dengan pita amida-I

    dari lempeng-beta. Jadi, komposisi struktur sekunder dari protein juga bisa

    diestimasi dari spektrum inframerah.

    c. Struktur tersier

    Struktur tersier terbentuk karena terjadinya perlipatan (folding) rantai -helix,

    konformasi , maupun gulungan rambang suatu polipeptida, membentuk globular,

    yang struktur tiga dimensiny lebih rumit daripada protein tersebut. Interaksi intra

    molekuler seperti ikatan hidrogen, ikatan ion, van der Waals, hidropobik turut

    menentukan orientasi struktur 3 dimensi dari protein. Beberapa protein telah dapat

    ditentukan struktur tersiernya, misalnya hemoglobin, mioglobin, lisozim,

    ribonulease dan kimo tripsinogen. Sebagai contoh, struktur tersier enzim sering

    padat, berbentuk globuler.

  • 42

    Struktur tersier dari protein enzim triosa fosfat isomerase (TPI)

    d. Struktur kuartener

    Beberapa protein tersusun atas lebih dari satu rantai polipeptida. Struktur

    kuartener menggambarkan subunit-subunit yang berbeda dipak bersama-sama

    membentuk struktur protein. Beberapa molekul protein dapat berinteraksi secara

    fisik tanpa ikatan kovalen membentuk oligomer yang stabil (misalnya dimer,

    trimer, atau kuartomer) dan membentuk struktur kuartener. Kemantapan struktur

    kuartener suatu protein oligomer disebabkan oleh interaksi dan ikatan non-

    kovalen yang lemah antara masing-masing sub bagiannya. Kemampuan untuk

    berhimpun diri daripada beberapa sub bagian ini merupakan ciri struktur

    kuartener suatu protein oligomer. Sebagian besar protein oligomer mengalami

    disidiasi pada pH tinggi atau rendah, juga bila ditempatkan dalam larutan urea

    atau garam berkonsentrasi tinggi. Dalam proses denaturasi ini, protein oligomer

    mengalami dua proses bertingkat, yaitu :

    1. Disosiasirantai polipeptida yang satu dengan yang lainnya

    2. Merenggangnya satuan rantai polipeptida

    Struktur kuartener yang terkenal adalah enzimRubisco dan insulin. Sebagai

    contoh adalah molekul hemoglobin manusia yang tersusun atas 4 subunit, yang

    akan berdisosiasi pada proses pengenceran. Masing-masing sub bagian terdiri atas

    dua rantai polipeptida, dan .

  • 43

    Struktur hemoglobin yang merupakan struktur kuartener protein

    3. Percobaan berdasarkan reaksi warna:

    a. Percobaan kadar-N

    Kapur natron, yaitu campuran NaOH dan Ca(OH)2 dalam tabung reaksi dengan

    larutan protein dipanaskan. Keluarlah Amoniak dan Amina.Lakmus merah yang

    dibasahi menjadi biru.

    b. Reaksi Xantoprotein

    Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan protein.

    Setelah dicampur terjadi pengendapan putih yang dapat berubah menjadikuning

    apabila dipanaskan.. reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada inti Benzen yang terdapata

    pada molekul protein. Jadi, reaksi ini positif untuk protein, fenilalanin dan triptofan.

    Kulit kita bila kena asam nitrat berwarna kuning, itu juga karena terjadi reaksi

    xantoprotein ini.

    c. Reaksi Millon

    Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat,

    apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan

    putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini

    positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus

    hidroksifenil yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan memberikan

    reaksi positif.

  • 44

    d. Reaksi Biuret

    Beberapa reaksi uji terhadap protein, tes biuret merupakan salah satu cara untuk

    mengidentifikasi adanya protein, dalam larutan basa biuret memberikan warna violet

    dengan CuSO4 karena akan terbentuk kompleks Cu2+

    dengan gugus CO dan gugus

    NH dari rantai peptida dalam suasana basa. Pengendapan dengan logam diketahui

    bahwa protein mempunyai daya untuk menawarkan racun. Salting out, apabila

    terdapat garam-garam anorganik alam presentase tinggi dalam larutan protein, maka

    kelarutan protein akan berkurang, sehingga mengakibatkan pengendapan.

    Pengendapan dengan alkohol, penambahan pelarut organik seperti aseton atau alkohol

    akan menurunkan kelarutan protein pada kedudukan dan distribusi dari gugus hidrofil

    polar dan hidrofob polar di dalam molekul hingga menghasilkan protein yang dipol

    (Tim Dosen Kimia, 2011).

    Pengembangan dari metode biuret adalah metode lowry. Metode lowry

    merupakan teknik uji biokimia untuk mengetahui kadar total protein di dalam suatu

    larutan. Total konsentrasi protein diperlihatkan melalui proporsi perubahan warna

    larutan sampel dibandingkan dengan konsentrasi protein, yang dapat dihitung dengan

    menggunakan teknik colorimetric. Nama Lowry sendiri diambil dari nama

    seorangbiochemist bernama Oliver H. Lowry yang mengembangkan reagen pada

    tahun 1940.

    Dalam metode ini terlibat 2 reaksi. Awalnya, kompleks Cu(II)-protein akan

    terbentuk sebagaimana metode biuret, yang dalam suasana alkalis Cu(II) akan

    tereduksi menjadi Cu(I). Ion Cu+ kemudian akan mereduksi reagen Folin-Ciocalteu,

    kompleks phosphomolibdat-phosphotungstat (phosphomolybdotungstate),

    menghasilkan heteropolymolybdenum blue akibat reaksi oksidasi gugus aromatik

    (rantai samping asam amino) terkatalis Cu, yang memberikan warna biru intensif

    yang dapat dideteksi secara kolorimetri. Kekuatan warna biru terutama bergantung

    pada kandungan residu tryptophan dan tyrosine-nya. Keuntungan metode Lowry

    adalah lebih sensitif (100 kali) daripada metode Biuret sehingga memerlukan sampel

    protein yang lebih sedikit. Batas deteksinya berkisar pada konsentrasi 0.01 mg/mL.

    Namun metode Lowry lebih banyak interferensinya akibat kesensitifannya.

    Beberapa zat yang bisa mengganggu penetapan kadar protein dengan metode

    Lowry ini, diantaranya buffer, asam nuklet, gula atau karbohidrat, deterjen, gliserol,

    Tricine, EDTA, Tris, senyawa-senyawa kalium, sulfhidril, disulfida, fenolat, asam

    urat, guanin, xanthine, magnesium, dan kalsium. Interferensi agen-agen ini dapat

  • 45

    diminimalkan dengan menghilangkan interferens tersebut. Sangat dianjurkan untuk

    menggunakan blanko untuk mengkoreksi absorbansi. Interferensi yang disebabkan

    oleh deterjen, sukrosa dan EDTA dapat dieliminasi dengan penambahan SDS atau

    melakukan preparasi sampel dengan pengendapan protein (Lowry et al., 1951).

    Metode Lowry-Folin hanya dapat mengukur molekul peptida pendek dan tidak

    dapat mengukur molekul peptida panjang (Alexander dan Griffiths, 1992). Prinsip

    kerja metode Lowry adalah reduksi Cu2+ (reagen Lowry B) menjadi Cu+ oleh tirosin,

    triptofan, dan sistein yang terdapat dalam protein. Ion Cu+ bersama dengan

    fosfotungstat dan fosfomolibdat (reagen Lowry E) membentuk warna biru, sehingga

    dapat menyerap cahaya (Lowry et al., 1951).

    III. Prosedur

    III.1 Alat

    Spektrofotometer

    Gelas beaker

    Tabung reaksi

    Pipet

    Mikropipet

    III.2 Bahan

    Tahu

    Tempe

    Susu

    Na2CO3

    N NaOH

    NaK Tartrate

    H2O

    CuSO4.5 H2O

    Folin-Phenol 2 N

    III.3 Prosedur Percobaan

    1. Siapkan bahan-bahan berikut: A. 2% Na2CO3 dalam 0.1 N NaOH B. 1% NaK Tartrate dalam H2O C. 0.5% CuSO4.5 H2O dalam H2O D. 48 mL of A, 1 mL of B, 1 mL C E. Phenol Reagent : 1 bagian Folin-Phenol [2 N] : 1 bagian air BSA

    Standard - 1 mg/ mL

    2. Siapkan sampel (tempe, tahu, susu) dengan 4 konsentrasi berbeda 3. Tambahkan 2 mL larutan D pada setiap tabung 4. Inkubasikan selama 10 menit pada suhu ruang. 5. Tambahkan 0.2 mL larutan phenol reagent pada setiap tabung.

  • 46

    6. Vortex (melakukan pencampuran dengan bantuan vibrator) segera setiap tabung tersebut dengan segera.

    7. Inkubasikan selama 30 menit pada suhu ruang. 8. Tentukan absorbansi setiap sample menggunakan spektrofotometer pada

    panjang gelombang 600 nm.

    9. Plot absorbansi vs mg protein sampel untuk mendapatkan kurva kalibrasi standar.

    10. Ambil sample dengan konsentrasi yang yang tidak diketahui dari asisten praktikum.

    11. Ukur absorbansi sampel tersebut. 12. Tentukan konsentrasinya

    IV. Potensi Bahaya

    No. Alat Potensi Bahaya

    1 Spektrofotometer Meledak/terbakar

    2 Gelas Beaker Pecah

    3 Tabung reaksi Meledak/pecah

    4 Pipet dan mikropipet Meledak/pecah

    No. Bahan Potensi Bahaya

    1 Natrium karbonat

    (Na2CO3)

    Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.

    Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau

    memasuki saluran pernapasan.

    Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak

    jangka panjang.

    Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.

    2 Natrium Hidroksida

    (NaOH)

    Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.

    Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau

    memasuki saluran pernapasan.

    Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak

    jangka panjang.

    Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.

    Mudah terbakar.

    3 NaK Tartrate Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.

    Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau

    memasuki saluran pernapasan.

    Dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit.

    5 CuSO4.5 H2O Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.

    Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau

    memasuki saluran pernapasan.

    Dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit.

    6 Folin-Phenol Dapat menyebabkan gangguan fatal pada kulit jika

    terpapar.

    Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau

    memasuki saluran pernapasan.

    Dapat menyebabkan iritasi fatal pada mata dan kulit.

    V. Pertanyaan 1. Jelaskan Prinsip kerja dari metode Lowry dalam menentukan konsentrasi protein

  • 47

    2. Jelaskan mengenai keketerbatasan metode Lowry ini

    VI. Format Laporan dan Pengumpulan No. Data yang diambil Absorbansi

    1 Tempe

    2 Tahu

    3 Susu

    4 Sampel dengan konsentrasi yang tidak

    diketahui

    VII. Daftar Pustaka Modul Praktikum Kimia Organik Departemen Gas dan Petrokimia Universitas Indonesia

    2006.

    Budi, Setya. 2008. Struktur dan Fungsi Protein. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

    Alam Universitas Sebelas Maret: Surakarta.

  • 48

    MODUL 6

    PERHITUNGAN MIKROSKOPIS

    I. Tujuan Percobaan Untuk menghitung spesimen dengan menggunakan mikroskop

    II. Teori

    Bagian-bagian dari mikroskop cahaya

    Tipe Mikroskop Cahaya

    Mikroskop cahaya menggunakan cahaya tampak untuk melihat spesimen. Cahaya

    tersebut akan melewati dua lensa yang akan memperbesar gambar . Sementara itu,

    lensa yang ketiga berada ditempat untuk melakukan pengamatan yang dekat

    dengan mata pengamatan untuk mendapatkan gambar sesungguhnya. Batas dari

    mikroskop ini berhubungan dengan resolusi, iluminasi, dan keterangan. Resolusi

    dapat ditingkatkan menggunakan lensa imersi, pencahayaan dan keterangan dapat

    ditingkatkan dengan memodifikasi area gelap, fase terang, dan interferensi terang.

    Hal-hal yang mempengaruhi kualitas mikroskop adalah sebagai berikut

    Perbesaran, derajat kebesaran dari gambar dibandingkan dengan ukuran aslinya. Perbesaran dilakukan oleh dua lensa yaitu lensa okular (8 atau 10x)

    dan lensa objektif (4, 10, 100x). Total dari perbesaran adalah hasil perkalian

    perbesaran kedua lensa.

    Resolusi, adalah perhitungan untuk kejelasan gambar Kemampuan untuk lihat mendetail, gambar yang diberikan dari mikroskop

    dapat melihat objek secara detail.

    Keterangan, adalah kemampuan untuk melihat kedetailan dari spesimen terhadap latar belakang.

    Perbesaran maksimum didapatkan dari mikroskop cahaya adalah sebesar 400 kali.

    Dengan kata lain, ukuran yang dapat dilihat minimal adalah sebesar 0,2 m. Batas

    ini adalah hasil dari difraksi oleh objek saat observasi yang disebabkan oleh

    interferensi cahaya oleh gambar.

    Perhitungan Mikroskopis

    Ukuran linear dari spesimen yang diobservasi di mikroskop diekspresikan dalam

    m bukan dari total perbesaran. Ukuran aktual dari objek yang dilihat dibawah

  • 49

    mikroskop dapat di estimasi berdasarkan fakta bahwa penglihatan mikroskop dan

    kombinasi lensa memiliki diameter konstan. Alat untuk pengukurannya disebut

    dengan hemocytometer seperti yang terdapat pada gambar dibawah ini,

    Hemocytometer dibawah mikroskop cahaya

    Alat ini digunakan untuk menghitung jumlah spesimen (sel/bakteri). Metode ini

    banyak digunakan dalam suatu riset. Aplikasi hemocytometer biasa ditemukan

    untuk menghitung jumlah sel darah. Dalam percoban akan dilakukan untuk

    menghitung jumlah spesimen yang digunakan.

    Contoh perhitungan,

    Diameter yang digunakan pada x10 lensa objektif = 2 mm

    Diameter dari media yang digunakan, x40 lensa objektif = 2x10/40 mm = 0,5 mm

    III. Prosedur

    III.1 Alat

    Mikroskop cahaya

    Hemocytometer

    Slide mikroskop

    Coverslip

    Pipet

    III.2 Bahan

    Rambut

    Dedaunan

    Safranin stain

    Methylene blue

    Etanol

    Isopropanol (to clean objective lenses)

    III.3 Prosedur Percobaan

  • 50

    Perhitungan diameter rambut

    1. Menghitung diamter media dengan hemocytometer. Gunakan lensa objektif perbesaran 10x dan 40x. Gunakan hemocytometer berdiameter 0,05 mm.

    Bandingkan nilai yang didapatkan keduanya. Apakah ada perbedaan?

    2. Bersihkan slide gelas kaca mikroskop dengan etanol 3. Ambil sehelai rambut (potong kecil) dan diletakkan pada slide) 4. Berikan air sehingga menutupi rambut 5. Observasi sampel dengan menggunakan lensa objektif 40x. Untuk

    mengestimasi ketebalan dari sampel, luruskan rambut yang menjadi spesimen.

    Hitung diameter dari rambut.

    Observasi sel daun

    Daun muda digunakan untuk mempelajari struktur sel karena sel ini hanya teridir

    dari beberapa layer.

    1. Ambil sedikit bagian dari daun muda, teteskan air hingga menutupi spesimen 2. Lakukan pengamatan dengan perbesaran 40x 3. Tambahan tetesan dari safranin stain untuk membuat dinding sel lebih terlihat.

    Tambahkan stain (1 tetes) untuk menutupi jaringan dari sampel yang tertutupi

    Observasi sel epitel

    1. Gesekan pipi dengan menggukanan tusuk gigi 2. Teteskan methylene blue pada slide hingga menutupi sel epitel 3. Lakukan pengamatan dengan perbesaran 40x 4. Gambarkan tipe sel yang didapatkan

    IV. Potensi Bahaya

    No. Alat Potensi Bahaya

    1 Mikroskop cahaya Meledak/terbakar

    2 Hemocytometer Pecah/patah

    3 Slide mikroskop Meledak/terbakar

    4 Pipet Meledak/pecah

    No. Bahan Potensi Bahaya

    1 Safranin stain

    Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.

    Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau

    memasuki saluran pernapasan.

    Dapat menyebabkan iritasi pada mata, hati, dan ginjal.

    Mudah terbakar dalam bentuk cair dan uap.

    2 Methylene blue Dapat menyebabkan gangguan pada kulit dan mata jika

    terpapar.

    Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau

    memasuki saluran pernapasan.

    Mudah terbakar.

    3 Etanol Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.

    Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau

    memasuki saluran pernapasan.

    Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak

    jangka panjang.

    Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.

    Mudah terbakar.

  • 51

    5 Isopropanol Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.

    Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau

    memasuki saluran pernapasan.

    Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak

    jangka panjang.

    Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.

    Mudah terbakar.

    V. Pertanyaan 1. Apa perbedaan dari mikroskop dengan area terang dan gelap? Apa tipe

    mikroskop yang baik digunakan untuk melihat sampel?

    2. Apa bagian sel yang dipengaruhi oleh safranin dan methylene blue? 3. Berapa diameter dari daun dan sel epitel?

    VI. Format Laporan dan Pengumpulan Perhitungan Diameter Rambut

    No. Data yang diambil Diameter

    1 Rambut pada perbesaran lensa objektif 10 x

    2 Rambut pada perbesaran lensa objektif 40 x

    Observasi Sel Daun

    Gambar atau hasil pengamatan

    Observasi Sel Epitel

    Gambar sel epitel yang didapatkan

    VII. Daftar Pustaka Ozoren, Nesrin. Ugur, Sibel. Aslan, Tolga. Seker, Tungcay. Atay, Cigdem. Cell

    Biology Lab Manual. 2008. Departement of Molecular Biology and Genetics:

    Bogazici University.

  • 52

    MODUL 7

    KLOROFIL DAN KAROTENOID

    I. Tujuan Percobaan

    - Mengekstraksi klorofil dan karotenoid dari dedaunan - Menentukan kandungan klorofil dan karotenoid

    II. Teori

    Sumber energi yang paling utama dari semua sumber kehidupan di alam ini

    adalah matahari. Energi yang terdapat dalam sinar matahari yang memasuki biosfer

    dimanfaatkan oleh sebuah proses yang dinamakan fotosintesis, yang biasanya terjadi

    pada tumbuh-tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri. Fotosintesis dapat juga

    dikatakan sebagai proses physico-chemical, dimana organisme yang melakukan

    fotosintesis menggunakan energi cahaya untuk mensintesis senyawa-senyawa organik.

    Proses fotosintesis tergantung pada sebuah set molekul protein kompleks yang berlokasi

    di dalam dan sekitar sebuah membran yang sangat terorganisir. Melalui serangkaian

    reaksi transfer energi, mesin fotosintetik tersebut mengubah energi cahaya menjadi

    sebuah bentuk stabil yang dapat bertahan selama ratusan juta tahun.

    Pada tumbuh-tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri, proses fotosintesis

    menghasilkan suatu pelepasan oksigen molekular dan penghilangan karbon dioksida dari

    atmosfer, yang akan digunakan untuk mensitesa karbohidrat (fotosintesis oksigenik).

    Sedangkan ada beberapa jenis bakteri yang menggunakan energi cahaya untuk membuat

    senyawa organik tetapi tidak menghasilkan oksigen (fotosintesis anoksigenik).

    Fotosintesis menyediakan energi dan mengurangi karbondioksida yang diperlukan untuk

    kelangsungan semua kehidupan di muka bumi ini, juga oksigen molekular yang sangat

    diperlukan untuk kehidupan organisme yang mengkonsumsi oksigen, termasuk manusia.

    Juga bahan-bahan bakar yang dibakar untuk menyediakan energi bagi aktivitas

    kehidupan manusia dihasilkan oleh organisme-organisme fotosintetik pada zaman

    dahulu. Meskipun fotosintesis terjadi di dalam sel atau organela yang sesungguhnya

    hanya berukuran beberapa mikron, tetapi proses ini dapat berdampak pada lapisan

    atmosfer bumi dan iklim.

    Pada tumbuhan-tumbuhan proses fotosintesis terjadi didalam kloroplast, dimana

    organela-organela ditemukan di dalam sel. Kloroplast menyediakan energi dan karbon

    tereduksi yang diperlukan untuk pertumbuhan tumbuhan dan perkembangannya,

    sementara itu tumbuhan menyediakan CO2, air, nitrogen, senyawa organik, dan mineral-

    mineral yang penting yang diperlukan kloroplast untuk biogenesis. Kebanyakan

    kloroplast berada dalam sel daun yang spesial, dimana biasanya mengandung 50 atau

    lebih kloroplast tiap sel.

    Fotosintesis digerakkan terutama oleh cahaya tampak (panjang gelombang dari

    400 sampai 700 nm) yang terabsorb oleh molekul pigmen (terutama klorofil a dan b, dan

    karotenoid).

  • 53

    Gambar 2.1 Struktur kimia Klorofil a

    Struktur kimia dari molekul klorofil a dapat dilihat pada Gambar 4.1 Pada klorofil

    b, CH3 pada cincin II digantikan oleh grup CHO. Tumbuhan akan kelihatan hijau

    dikarenakan klorofil yang dimilikinya. Cahaya yang dikumpulkan oleh 200 300 molekul pigmen akan yang diikat oleh protein kompleks berada di dalam membran

    fotosintetik.

    Masing-masing klorofil ini memiliki kelebihan pada daya absorpsi terhadap

    panjang gelombang tertentu seperti ditunjukkan pada Gambar 4.2.

    Gambar 2.2. Daya absorpsi klorofil a dan b ter