Upload
uzwa-khazana-aquino
View
290
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
1
BUKU PEGANGAN GURU
(Untuk Kalangan Sendiri)
AR-RISALAH
TARIKH
ISLAM
O
L
E
H
Uswatun Khasanah, S.H.I., M.Pd.I
2
I. MASUKNYA ISLAM DI SPANYOL
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-715 M), salah
seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, dimana Umat Islam
sebelumnya telah menguasai Afrika Utara. Dalam proses penaklukan Spanyol ini terdapat
tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa yaitu Tharif ibn Malik, Thariq ibn
Ziyad, dan Musa ibn Nushair.
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715 M), salah
seorang khalifah dari Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan
Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu
propinsi dari dinasti Bani Umayah, Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di
zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abd al-Malik mengangkat Hasan ibn
Nu‟man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu.
Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan ibn Nu‟man sudah digantikan oleh Musa ibn
Nushair. Di zaman al-Walid itu, Musa ibn Nushair memperluas wilayah kekuasaannya
dengan menduduki Aljazair dan Marokko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan
ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga
mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang
pernah mereka lakukan sebelumnya.
Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai
menjadi salah satu propinsi dari Khilafah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun,
yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H
(masa al-Walid). Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat
kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothik.
Kerajaan ini sering menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan
Islam.
Setelah kawasan ini betul-betul dapat dikuasai, umat Islam mulai memusatkan
perhatiannya untuk menaklukkan Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu
loncatan bagi kaum muslimin dalam penaklukan wilayah Spanyol. Dalam proses penaklukan
spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-
satuan pasukan ke sana.
Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif
dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di antara
Marokko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang diantaranya
adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian.
Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan
kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya.
Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan
Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk
memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan
ke spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad. Thariq ibn Ziyad lebih
banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih
3
nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn
Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid. Pasukan itu kemudian
menyeberangi Selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.
Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan
menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya
daerah ini, maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran
di suatu tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan
pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada dan Toledo
(ibukota kerajaan Gothik saat itu). Sebelum Thariq menaklukkan kota Toledo, ia meminta
tambahan pasukan kepada Musa ibn Nushair di Afrika Utara. Musa mengirimkan tambahan
pasukan sebanyak 5000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang.
Jumlah ini belum sebanding dengan pasukan Gothik yang jauh lebih besar, 100.000 orang.
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuat jalan untuk penaklukan
wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa ibn Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam
gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu
pasukan yang besar, ia berangkat menyeberangi selat itu, dan satu per satu kota yang
dilewatinya dapat ditaklukkannya.
Setelah Musa berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta
mengalahkan penguasa kerajaan Gothic,Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq
di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol,
termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa sampai Navarre. Gelombang perluasan
wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abd al-Aziz tahun
99 H/717 M. Kali ini sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia
dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al-Samah, tetapi usahanya itu
gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H.
Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdurrahman ibn Abdullah al-
Ghafiqi. Dengan pasukannya, ia menyerang kota Bordesu, Poiter, dan dari sini ia mencoba
menyerang kota Tours. Akan tetapi, diantara kota Poiter dan Tours itu ia ditahan oleh Charles
Martel, sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur
kembali ke Spanyol. Sesudah itu, masih juga terdapat penyerangan-penyerangan, seperti ke
Avirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut
Tengah Majorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia juga jatuh
ke tangan Islam di zaman Bani Umayah.
Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai
pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh
menjangkau Perancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia. Kemenangan-
kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan
dari adanya faktor eksternal dan internal yang menguntungkan. Yang dimaksud dengan faktor
eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa
penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini
berada dalam keadaan menyedihkan.
Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa
negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran
agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama
4
lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk
Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa, dan dibunuh
secara brutal. Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga keadaannya diliputi oleh
kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak.
Di dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas, dan
juru pembebasnya mereka temukan dari orang Islam. Berkenaan dengan itu Amer Ali, seperti
dikutip oleh Imamuddin mengatakan, ketika Afrika (Timur dan Barat) menikmati
kenyamanan dalam segi material, kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan, tetangganya di
jazirah Spanyol berada dalam keadaan menyedihkan di bawah kekuasaan tangan besi
penguasa Visighotic. Di sisi lain, kerajaan berada dalam kemelut yang membawa akibat pada
penderitaan masyarakat. Akibat perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting
menjadi tempat-tempat perlawanan dan pemberontakkan.
Perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak membantu keberhasilan campur tangan
Islam di tahun 711 M. Perpecahan itu amat banyak coraknya, dan sudah ada jauh sebelum
kerajaan Gothic berdiri. Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat.
Ketika Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal,
sewaktu Spanyol berada di bawah pemerintahan Romawi, berkat kesuburan tanahnya,
pertanian maju pesat. Demikian juga pertambangan, industri dan perdagangan karena
didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah
kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun.
Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu
daerah dan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan. Buruknya
kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik
yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, Raja Goth
terakhir yang dikalahkan Islam. Awal kehancuran kerajaan Ghoth adalah ketika Raja
Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza,
yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaan ini
memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak dan anak Witiza. Keduanya kemudian
bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderick. Mereka pergi ke Afrika Utara
dan bergabung dengan kaum muslimin. Sementara itu terjadi pula konflik antara Roderick
dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum
Muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol,
Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq dan
Musa. Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang terdiri
dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang Selain itu, orang
Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan
bagi perjuangan kaum Muslimin.
Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat
dalam tubuh penguasa, tokon-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam
penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat,
tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah
dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang
ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap
5
toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu
menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam disana.(suaramedia)
Adapun faktor yang menyebabkan kemunduran Islam di Spanyol antara lain:
1. Pergolakkan Antarsuku dan Lemahnya Penguasa
Sesudah pemerintahan Abdurrahman II, dinasti bani Umayyah di Spanyol lemah
karena kekuasaan pemerintahan silih berganti.1[12] Andalus dalam masa 43 tahun setelah
selesai masa penaklukannya (95 H) dipegang oleh 21 orang gubernur sehingga rata-rata masa
pemerintahannya adalah 2 tahun.2[13] Hal ini menunjukan bahwa keadaan Andalus masa itu
masih dalam goncangan dan kekacauan. Selama itu di Andalus terjadi peralihan dari
pemerintahan bangsa Gothia kepada bani Umayyah. Namun, hal tersebut dapat diatasi oleh
Abdurrahman ad-Dakhil. Ia berhasil mendirikan dinasti bani Umayyah serta mengatasi
konflik dan menyatukan masyarakat Andalus di bawah kekuasaannya.
Pengaruh geografis Andalus yang terpisah oleh pegunungan dan sungai-sungai
dengan masyarakatnya yang heterogen, tidak memungkinkan sistem pemerintahan
sentralisasi yang dibangun oleh Abdurrahman II (206-238 H/822-852 M). Maka, digantilah
sistem disentralisasi, tetapi ternyata menimbulkan disintralisasi politik. Tiga orang Emir yaitu
Muhammad Ibn Abdurrahman, al-Mundzir dan Abdullah tidak mampu membendung
timbulnya kerjaan-kerajaan kecil.
2. Serangan dari Luar
Pada murabitun berkuasa di Andalus sebelum akhirnya dipukul mundur oleh
Muwahhidun, serangan kaum Nasrani dari Leon dapat mencapi Gilbraltar. Namun, murabitun
tidak mampu lagi mengahadapi serangan dari utara tersebut. Karena itu, pendudukan Andalus
berontak terhadap mereka da mengusirnya dari Andalus. Kemudian Andalus berhasil kembali
dikuasai oleh Muluk al-Thawaif, yaitu Malik bin Hamdain di Cordova, Ibnu Maimun di Faz;
Al-Lumtuni di Granada, dan Ibnu Mardanis di Valencia. Sebagian penduduk di Andalus dari
Berber,tetapi ketika Muwahhidun menguasai Andalus, Muluk al-Thawaif tunduk kepadanya
dan dalam jangka lima tahun seluruh Spanyol tunduk di bawah kekuasaan Muwahhidun,
sedangkan kedudukan Murabitun tidak tetap bahkan pemerintah harian diwakilkan kepada
orang lain atas namanya yang bermakas di Marrakesh.
Pada tahun 609 H kaum nasrani mengadakan serangan besar-besaran ke Spanyol
dengan mengatasnamakan perang suci di Eropa. Mereka dapat menghimpun bantuan
sukarelawan persekutuan yang terdiri dari orang-orang Perancis, Jerman, Inggris dan Itali.
Serangan tersebut dihadapi oleh khalifah al-Mansur Billah bersama 600.000 tentara di Las
Navas de Toloso (Al ‘Uqud) sekitar 70 mil di sebelah timur Cordova. Saat itu pasukan
Nasrani dipimpin oleh Alfonso VIII, Raja Castile. Dalam peperangan tersebut tentara
Muwahhidun mengalami kekalahan besar bahkan menyebabkan berakhirnya kekuasaan
Muwahhidun di Eropa (633 H/1235 M). Maka, satu persatu kekuasaan Islam di Spanyol jatuh
ke tangan Nasrani sehingga selama tahun 1238-1260 M mereka dapat menguasai Valencia,
Cordova, Murcia dan Seville. Sementara yang masih bertahan adalah Granada di bawah
kekuasaan bani al-Ahmar yang mampu mempertahankan selama dua setengah abad (630-897
6
H/1232-1492 M) karena penguasa Granada hanya terdiri dari satu etnis yaitu etnis Arab di
Spanyol yang melarikan diri dan berkumpul di bawah kekuasaan bani Ahmar.
3. Loyalitas Militer
Militer di Spanyol semula terdiri dari orang-orang Arab terutama suku Barber yang
jumlahnya paling banyak, sedangkan orang asing hanya sedikit. Setiap kelompok tentara dari
suku Arab merupakan tentara cadangan yang dapat ditugaskan pada saat dibutuhkan
pemerintah pusat. Masing-masing kesatuan tentara diperbolehkan menggunakan dana dari
daerah penempatannya masing-masing sedangkan sisa dana keperluan militer diserahkan ke
kas negara.
Kekuatan militer Islam yang dimasuki suku selain Arab, terutama keturunan orang-
orang slavis yang datang dari Eropa Timur, ditetapkan khusus sebagai tentara pengawal
istana Emir atau khalifah. Pada masa al-Nasir jumlah mereka mencapai ribuan dan pada masa
ketika masa al-Mansur bin Abi Amir terjadi perubahan dalam pembentukan militer yang telah
digabung yaitu terdiri dari suku Arab dan Slav juga dari orang-orang yang berasal dari Berber
Afrika Utara yang jumlahnya mayoritas dibanding suku lain. Hal ini karena suku Arab di
Eropa diistimewakan dalam masyarakat Spanyol sehingga banyak yang tidak tertarik lagi
pada bidang militer. Kemudian al-Mansur tidak membedakan ketiga suku dalam
pengelompokan militer, semuanya dibiayai oleh negara. Tetapi, ketika wibawa pemerintah
melemah militer Islam dipengaruhi oleh etnis keturunan, sehingga loyalitasnya terpengaruh
terhadap kesukuan atau kepada siapa yang membayar lebih besar.
4. Tidak Ada Ideologi Pemersatu dan Sulitnya Perekonomian
Selain loyalitas militer Islam sebagai tentara bayaran sangat diragukan, kedisiplinan
mereka mengikuti perintah atasan yang disesuaikan dengan siapa yang membayar lebih tinggi
maka, perpecahan umat Islam sebagai anggota masyarakat atau sebagai penguasa tidak dapat
dihindari.3[20] Islam penduduk pribumi Spanyol tidak menjadikan dirinya sederajat dengan
bangsa Arab, tetapi tetap diperlukan sebagai Ibad dan muwalladun sehingga dianggap
merendahkan, oleh karena itu beragama Islam tidak menjadi daya tarik bagi bangsa Spanyol
sebagai dasar pemersatu ideologi.4[21] Oleh sebab itu, beragama Islam tidak menjadi tidak
menjadi daya tarik rakyat sebagai alat pemersatu ideologi.
5. Sistem Peralihan Kekuasaan yang Tidak Jelas
Pemerintahan yang tidak jelas mengakibatkan sering terjadi perebutan kekuasaan
sesama ahli waris, sehingga melemahkan dan hilangnya wibawa pemerintah, bahkan
mengakibatkan runtuhnya kekuasaan bani Umayyah dan muncul al-Muluk al-Tawaif, tetapi
tetap pula terjadi perebutan kekuasaan diantara mereka.
6. Keterpencilan
Pemerintahan Islam di Spanyol yang jauh dari daerah Islam lain mengakibatkan
jauhnya dukungan dari daerah lain kecuali dari Afrika Utara yang dibatasi oleh laut,
sementara daerah sekitar adalah daerah yang dikuasai kaum Nasrani yang selalu iri dan
merasa direndahkan.
7
II. TARIQ BIN ZIYAD SEBAGAI LEGENDA PENAKHLUK SPANYOL
Thariq bin Ziyad adalah Panglima Besar Islam pada masa Daulah Umayyah. Pada
tahun 711 M, Gubernur Afrika Utara yang bernama Musa bin Nusair memerintahkan
Panglima Perang Tariq bin Ziyad untuk menaklukkan Andalusia. Dengan gagah berani Tariq
bertempur dan menaklukkan kota-kota di Andalusia. Dalam waktu singkat ia berhasil
menguasai lebih dari setengah wilayah Andalusia.
Setelah Rasulullah Shallallahu „alaihi Wasallam wafat, Islam menyebar dalam
spektrum yang luas. Tiga benua lama Asia, Afrika, dan Eropa pernah merasakan rahmat dan
keadilan dalam naungan pemerintahan Islam. Tidak terkecuali Spanyol (Andalusia). Ini
negeri di daratan Eropa yang pertama kali masuk dalam pelukan Islam di zaman
Pemerintahan Kekhalifahan Bani Umaiyah. Sebelumnya, sejak tahun 597 M, Spanyol
dikuasai bangsa Gotic, Jerman. Raja Roderick yang berkuasa saat itu. Ia berkuasa dengan
lalim. Ia membagi masyarakat Spanyol ke dalam lima kelas sosial. Kelas pertama adalah
keluarga raja, bangsawan, orang-orang kaya, tuan tanah, dan para penguasa wilayah. Kelas
kedua diduduki para pendeta. Kelas ketiga diisi para pegawai negara seperti pengawal,
penjaga istana, dan pegawai kantor pemerintahan. Mereka hidup pas-pasan dan diperalat
penguasa sebagai alat memeras rakyat. Kelas keempat adalah para petani, pedagang, dan
kelompok masyarakat yang hidup cukup lainnya. Mereka dibebani pajak dan pungutan yang
tinggi. Dan kelas kelima adalah para buruh tani, serdadu rendahan, pelayan, dan budak.
Mereka paling menderita hidupnya.
Akibat klasifikasi sosial itu, rakyat Spanyol tidak kerasan. Sebagian besar mereka
hijrah ke Afrika Utara. Di sini di bawah Pemerintahan Islam yang dipimpin Musa bin Nusair,
mereka merasakan keadilan, kesamaan hak, keamanan, dan menikmati kemakmuran. Para
imigran Spanyol itu kebanyakan beragama Yahudi dan Kristen. Bahkan, Gubernur Ceuta,
bernama Julian, dan putrinya Florinda -yang dinodai Roderick-ikut mengungsi. Melihat
kezaliman itu, Musa bin Nusair berencana ingin membebaskan rakyat Spanyol sekaligus
menyampaikan Islam ke negeri itu. Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik memberi izin. Musa
segera mengirim Abu Zar‟ah dengan 400 pasukan pejalan kaki dan 100 orang pasukan
berkuda menyeberangi selat antara Afrika Utara dan daratan Eropa.
Kamis, 4 Ramadhan 91 Hijriah atau 2 April 710 Masehi, Abu Zar‟ah meninggalkan
Afrika Utara menggunakan 8 kapal dimana 4 buah adalah pemberian Gubernur Julian.
Tanggal 25 Ramadhan 91 H atau 23 April 710 H, di malam hari pasukan ini mendarat di
sebuah pulau kecil dekat Kota Tarife yang menjadi sasaran serangan pertama. Di petang
harinya, pasukan ini berhasil menaklukan beberapa kota di sepanjang pantai tanpa
perlawanan yang berarti. Padahal jumlah pasukan Abu Zar‟ah kalah banyak. Setelah
penaklukan ini, Abu Zar‟ah pulang. Keberhasilan ekspedisi Abu Zar‟ah ini membangkitkan
semangat Musa bin Nusair untuk menaklukan seluruh Spanyol. Maka, ia memerintahkan
Thariq bin Ziyad membawa pasukan untuk penaklukan yang kedua. Thariq bin Ziyad bin
8
Abdullah bin Walgho bin Walfajun bin Niber Ghasin bin Walhas bin Yathufat bin Nafzau
adalah putra suku Ash-Shadaf, suku Barbar, penduduk asli daerah Al-Atlas, Afrika Utara. Ia
lahir sekitar tahun 50 Hijriah. Ia ahli menunggang kuda, menggunakan senjata, dan ilmu bela
diri.
Senin, 3 Mei 711 M, Thariq membawa 70.000 pasukannya menyeberang ke daratan
Eropa dengan kapal. Sesampai di pantai wilayah Spanyol, ia mengumpulkan pasukannya di
sebuah bukit karang yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar -diambil dari bahasa Arab
“Jabal Thariq”, Bukit Thariq. Lalu ia memerintahkan pasukannya membakar semua armada
kapal yang mereka miliki. Pasukannya kaget. Mereka bertanya, “Apa maksud Anda?” “Kalau
kapal-kapal itu dibakar, bagaimana nanti kita bisa pulang?” tanya yang lain.
Dengan pedang terhunus dan kalimat tegas, Thariq berkata, “Kita datang ke sini
bukan untuk kembali. Kita hanya memiliki dua pilihan: menaklukkan negeri ini lalu tinggal
di sini atau kita semua mati syahid!” Kini pasukannya paham. Mereka menyambut panggilan
jihad Panglima Perang mereka itu dengan semangat berkobar.
Mendengar pasukan Thariq telah mendarat, Raja Roderick mempersiapkan 100.000
tentara dengan persenjataan lengkap. Ia memimpin langsung pasukannya itu. Musa bin
Nusair mengirim bantuan kepada Thariq hanya dengan 5.000 orang. Sehingga total pasukan
Thariq hanya 12.000 orang. Ahad, 28 Ramadhan 92 H atau 19 Juli 711 M, kedua pasukan
bertemu dan bertempur di muara Sungai Barbate. Pasukan muslimin yang kalah banyak
terdesak. Julian dan beberapa orang anak buahnya menyusup ke kubu Roderick. Ia
menyebarkan kabar bahwa pasukan muslimin datang bukan untuk menjajah, tetapi hanya
untuk menghentikan kezaliman Roderick. Jika Roderick terbunuh, peperangan akan
dihentikan.
Usaha Julian berhasil. Sebagian pasukan Roderick menarik diri dan meninggalkan
medan pertempuran. Akibatnya barisan tentara Roderick kacau. Thariq memanfatkan situasi
itu dan berhasil membunuh Roderick dengan tangannya sendiri. Mayat Roderick tengelam
lalu hanyat dibawa arus Sungai Barbate. Terbunuhnya Roderick mematahkan semangat
pasukan Spanyol. Markas pertahanan mereka dengan mudah dikuasai. Keberhasilan ini
disambut gembira Musa bin Nusair. Baginya ini adalah awal yang baik bagi penaklukan
seluruh Spanyol dan negara-negara Eropa.
Setahun kemudian, Rabu, 16 Ramadhan 93 H, Musa bin Nusair bertolak membawa
10.000 pasukan menyusul Thariq. Dalam perjalanan ia berhasil menaklukkan Merida, Sionia,
dan Sevilla. Sementara pasukan Thariq membagi pasukannya untuk menaklukkan Cordova,
Granada, dan Malaga. Ia sendiri membawa sebagian pasukannya menaklukkan Toledo,
ibukota Spantol saat itu. Semua ditaklukkan tanpa perlawanan. Pasukan Musa dan pasukan
Thariq bertemu di Toledo. Keduanya bergabung untuk menaklukkan Ecija. Setelah itu
mereka bergerak menuju wilayah Pyrenies, Perancis. Hanya dalam waktu 2 tahun, seluruh
daratan Spanyol berhasil dikuasai. Beberapa tahun kemudian Portugis mereka taklukkan dan
mereka ganti namanya dengan Al-Gharb (Barat).
9
Sungguh itu keberhasilan yang luar biasa. Musa bin Nusair dan Thariq bin Ziyad
berencana membawa pasukannya terus ke utara untuk menaklukkan seluruh Eropa. Sebab,
waktu itu tidak ada kekuatan dari mana pun yang bisa menghadap mereka. Namun, niat itu
tidak tereaslisasi karena Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik memanggil mereka berdua
pulang ke Damaskus. Thariq pulang terlebih dahulu sementara Musa bin Nusair menyusun
pemerintahan baru di Spanyol. Setelah bertemu Khalifah, Thariq bin Ziyad ditakdirkan Allah
Subhana Wata‟ala tidak kembali ke Eropa. Ia sakit dan menghembuskan nafas. Thariq bin
Ziyad telah menorehkan namanya di lembar sejarah sebagai putra asli Afrika Utara muslim
yang menaklukkan daratan Eropa.
10
III. SPANYOL DIBAWAH KEKUASAAN ISLAM
Sejak pertama Islam masuk di Spanyol hingga kerajaan Islam terakhir di sana, Islam
memainkan peran yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujh tegah abad.
Sejarah panjang umat Islam di Spanyol itu dapatdi bagi menjadi enam periode, yaitu:
1. Periode Pertama (711-755 M)
Di masa ini Spanyol, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang di angkat
oleh khalifah Bani umayah yang berpusat di Damaskus, saat itu stabilitas. Politik negeri
Spanyol belum tercapai secara sempurna karena berbagai perselisihan antar elit, etnis, dan
golongan serta perbedaan pandang antara khalifah dengan gubernur Afrika Utara masing-
masing merasa paling berhak untuk mengusai daerah tersebut.
2. Periode Kedua (755-912 M)
Masa itu Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar
amir(panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang saat
itu di pegang oleh khalifah abbasiyah di baqdad. Amir pertama adalah Abdurrahman 1 yang
memasuki Spanyol tahun 138H/755M dan di beri gelar Al-Dakhil (yang masuk Spanyol).
Dia adalah keturunan Bani umayah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbas yang
menakhlukan Bani umayah di Damaskus. Ia berhasil mendirikan dinasti Bani umayah di
Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini ialah Abd. Al-Rahman al-Dakhil,
hisyam I, Hakam I, Abd Al-Rahman Al-Ausath, Muhammad Ibn Abd Al-Rahman munzir
Ibn Muhammad dan Abdullah Ibn Muhammad.
Dalam kurun waktu ini umat Islam di Spanyol mulai menunjukan kemajuan-kemajuan
di bidang politik dan beradaban. Abd Al-Rahman Al-Dakhil mendirikan masjid cordova dan
sekolah-sekolah di kota-kota besar di Spanyol , sedangkan Abd Al-Rahman Al-Ausath di
kenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat mulai masuk pada masa
pemerintahannya. Ia mengundang para ahli di dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol
sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.
Namun demikian berbagai kerusuhan dan ancaman masih sering terjadi. Pertengahan
abad IX stabilitas keamanan terganggu dengan munculnya gerakan Kristen Fanatik yang
mencari kesyahidan (marlyrdom). Gerakan ini tidak mendapat dukungan umat Kristen
lainnya. Karena pemerintah Islam memberi kebebasan beragama, memiliki pengadilan
sendiri sesuai aturan agamanya, diizinkan mendirikan gereja, biara dan asrama serta
kebebasan bekerja. Gangguan serius datang dari umat Islam sendiri yang berada di Toledo.
Gerakan itu dipimpin oleh Hafsan dan anakya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga.
Disamping itu, masih sering terjadi antara orang Bar – Bar dengan orang – orang arab.
11
3. Periode Ketiga (912 – 1013 M)
Masa ini dimulai dari pemerintahan Abd ar – Rahman III yang bergelar “An – Nasir”
sampai munculnya raja – raja kelompok yang dikenal dengan sebutan Muluk al – Thawaif.
Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar Khalifah. Penggunaan gelar
tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abd al- Rahman III, bahwa Al Muktadir
khalifah daulat Bani Abbas di Bagdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri.
Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah
sedang mengalami kemelut. Ia berpendapat bahwa saat itu merupakan saat yang tepat untuk
memeakai gelar khalifah, yang telah lepas dari kekuasaan Bani Umayah selama 150 tahun
lebih dan gelar itu dipakai kembali tahu 929 M. Khalifah – Khalifah besar yang memerintah
pada periode ini yaitu, Abd Al – Rahman Al – Nasir (912 – 961 M), Hakam II (961 – 976 M)
dan Hisyam (976 – 1009 M).
Pada masa ini umat Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan
menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Bagdad. Abd Al- Rahman Al- Nasir mendirikan
Universitas Cordova, perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga
seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan, saat itu masyarakat menikmati
kesejahteraan dan kemakmuran.
Awal kehancuran Khilafah Bani Umayyah di Spanyol ketika Hisyam naik tahata
dalam usia sebelas tahun, sehingga kekuasaan riil berada di tangan para pejabat. Tahun 981
M, khalifah menunjuk Ibn Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Ia ambisius
yang berhasil menancapkan akan melebarkan kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan
dan juga saingannya. Atas keberhasilannya ia memperoleh gelar Al- Manshur Billah. Ia wafat
tahun 1002 M dan digantikan anaknya Al Muzaffar yang masih bias mempertahankan
keunggulan kerajaan sampai ia wafat tahun 1008 M. Kemudian digantikan adiknya yang
tidak punya kecakapan untuk memimpin, sehingga dalam waktu singkat kerajaan hancur dan
khalifah mengundurkan diri tahun 1009 M. Tahun 1013 M Dewan menteri menghapuskan
jabatan Khalifah setelah beberapa orang mencoba menduduki jabatan tersebut tetepi gagal
mengatasi persoalan.
4. Periode Keempat (1013 – 1086 M)
Pada periode ini Spanyol sudah terpecah – pecah lebih dari 30 negara kecil dibawah
pemerintahan raja – raja golongan atau Al- Mulukuth- Thawaif, yang berpusat dikota Seville,
Cordova, Toledo dan lainnya, yamg terbesar adalah abbadiyah di Seville. Masa ini diwarnai
oleh pertikaian antar umat Islam di Spanyol, ironisnya ada diantaranya raja yang meminta
bantuan pada raja – raja Kristen. Meski kehidupan politik tidak stabil namun kehidupan
intelektual terus berkembang karena istana member perlindungan kepada para sarjana dan
sastrawan.
12
5. Periode Kelima (1086 – 1248 M)
Meski terpecah – pecah dalam beberapa Negara kecil, ada satu kekuatan yang
menonjol yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (1086 – 1143 M) dan dinasti Muwahhidun
(1146 – 1235 M). Dinasti Murabithun pada awalnya suatu gerakan agama yang didirikan oleh
Yusuf Ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 ia berhasil mendirikan kerajaan yang
berpusat di Marakesy. Masuk ke Spanyol atas undangan penguasa – penguasa Islam di
Spanyol yang tengah memikul beban berat untuk mempertahankan negaranya dari serangan
orang Kristen. Bersama tentaranya tahun 1086 berhasil masuk ke Spanyol dan berhasil
mengalahkan pasukan Cashlia. Karena perpecahan raja – raja muslim ia melangkah lebih
jauh untuk menguasai Spanyol dan berhasil. Pengganti setelahnya merupakan orang – orang
yang lemah dan pada tahun 1143 M dinasti inipun berakhir, baik di Afrika Utara maupun di
Spanyol. Tahun 1146 dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut Spanyol.
Dinasti ini didirikan oleh Muhammad Ibn Tumart, dan masuk ke Spanyol dipimpin oleh Abd
Al- mun‟im. Antara tahun 1114 dan 1154 kota – kota penting seperti Cordova, Almeria, dan
Granada jatuh kedalam kekuasaannya. Untuk beberapa saat dinasti ini mengalami kemajuan,
tetpi tak lama sesudah itu mengalami kejatuhan. Tahun 1212 M tentara Kristen memeproleh
kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan itu menyebabkan penguasa muslim
memilih meninggalkan Spanyol ke Afrika Utara tahun 1235 M. kekuatan Islam tak mampu
membendung kekuatan Kristen sehingga Cordova jatuh pada tahun 1238 M disusul Seville
tahun 1248 M, hanya Granada yang masih berada dalam kekuasaan Islam.
6. Periode Keenam (1248 – 1492 M)
Islam hanya berkuasa di Granada dibawah pimpinan Bani Ahmar (1232 – 1492 M).
Peradaban mengalami kemajuan pesat seperti zaman Abdul Al- rahman Al- Nasir, tetapi
secara politik dinasti ini hanya berkuasa diwilayah yang kecil. Kekuasaan Islam terakhir di
Spanyol ini pun harus berakhir karena perselisihan antar orang Islam untuk memperebutkan
kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad putra Bani Ahmar, tak suka kepada ayahnya yang
menunjuk putranya yang lain untuk menjadi raja. Ia memberontak untuk merampas
kekuasaan dan Bani Ahmar terbunuh yang kemudian digantikan oleh Muhammad Ibn Sa‟ad.
Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdenand dan Isabella untuk
menjatuhkannya dan berhasil dan akhirnya Abu Abdullah Muhammad naik tahta. Ferdinand
dan Isabella yang menyatukan kerajaan dengan mengadakan perkawinan tidak puas dan
akhirnya menyerang kekuasaan Islam yang terakhir di Spanyol ini. Abu Abdullah tak mampu
menahan serangan dan akhirnya mengaku kalah pada penguasa Kristen dan hijrah ke Afrika
Utara tahun 1492 M. Umat Islam dihadapkan pada pilihan yang sulit yaitu masuk Kristen
atau meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M dapat dikatakan sudah tidak ada lagi umat
Islam di Spanyol.
13
IV. SPANYOL PADA MASA DAULAH MURABITIN DAN MUWAHIDIN
SERTA KEMUNDURAN PEMERINTAHANNYA
1. Daulah Murabbitun (479-540 H/1088-1145 M)
Murabbitun adalah salah satu organisasi islam yang giat dalam penyebaran ajarannya
yaitu berdasarkan mazhab salaf, golongan ini dipimpin Yahya ibn Umar yang kemudian
dibantu oleh Abdullah ibn Yasin seorang guru mazhab Maliki. Maka daru itu Murabbitun
bisa disebut dengan salah satu dinasti islam yang berkuasa di maghribi, dan namanya itiu
sendiri itu berasal dari nama suatu tempat yang mereka tinggali saat menjalani
penggemblengan ajaran dari YAhya ibn Umar dan pembantunya.
Dalam akhirnya organisasi ini menjadi gerakan religio militer yang bergerak juga
dalamperluasan wilayah hingga ke Wadi dara yang berada didaerah Afrika Utara. Ketika
Yahya ibn Umar telah meninggal digantilah pemimpinannya oleh Abu Bakar ibn Umar.
Dalam kepemimpinannya dia bersama Abdullah ibn Yasin memperluas kekuasaanya hingga
ke Sahara, Maroko Tengah dan sampai memerangi suku Barghawata yang dianggap
menganut faham bid‟ah, tetapi Abdullah ibn YAsin meninggal dalam peperangan ini
akhirnya Abu Bakar menjadi pemegang kekuasaan secara penuh dan lambat laut
mengembangkan system kesultanan. Sepeninggal Abu Bakar pemerintahan digantikan oleh
YA‟kub Yusuf ibn Tasyfin, dan saat inilah daulah Murabbitun mengalami kejayaan yang
sudah dibangunnya kota Marakesy sebagai pusat pemerintahan dan mengangkat gubernur-
gubernur untuk menjabat didaerah-daerah taklukkannya. Simbol kejayaan masa
kepemimpinan Tasyfin ditandai dengan berhasilnya mereka menyeberang ke Spanyol atas
undangan Amir Cordova, al mu‟tamid ibn Abbas yang terancam kekuasaannya oleh raja
Alfonso VI (raja Leon Castillia), dan akhirnya mereka dapat menang. Tapi akhirnya sebagian
dari wilayah Andalus juga menjadi wlayah kekuasaan dari Yusuf termasuk Granada dan
Malaga, dan mulai saat itulah dia memakai gelar amir al Mukminin.
Dan ketika yusuf meninggal dia mewariskan kekuasaanya yang luas dan besar terdiri
dari Maghribi dan Spanyol kepada anaknya, Ali ibn Yusuf. Akan tetapi setelah masyarakat
Murabbitun sudah menang perang mereka malah dapat dilkalahkan oleh materi dan
gemerlapnya kota spanyol, yang itu sangat mengubah kehidupan masyarakat Murabbitun
yang dulunya keras gurun sahara sekarang menjadi lemah lembut. Dan akhirnya Ali
mengalami kekalahan dalam pertempuran yang terjadi di Cuhera (522-1129 M), dan sejak itu
berangsur-angsur mulai melemah. Dinasti Murabbitun memegang kekuasaan ± 890 tahun
dengan enam penguasa, yaitu abu Bakar ibn Umar, Yusuf ibn Tasyfin, Ali ibn Yusuf, Tasyfin
Ibn Ali, Ibrahim ibn Tasyfin, dan ishak ibn Ali. Menjelag abad ke-12 Murabbitun mulai
retak, karena di Spanyol Muluk al Thawaif menolak kekuasaanya, dan di Maroko timbul
organisasi keagamaan baru (Muwahhidun) yang mengingkarinya.Kehancuran ddinasti ini
disebabkan oleh;
a. Lemahnya disiplin tentara dan korupsi
b. Berubahnya watak keras menjadi lemah lembut
14
c. Mereka memasuki Andalus ketika kecemerlangan intelektual kalangan arab telah
mengganti kesengan berperang
d. Kontak dengan peradaban dan tidak siap dalam asimilasi
e. Dikalahkan oleh dinasti dari rumpun keluarganya sendiri, (al muwahhidun).
Peninggalan MurabbitunDapat menyatukan islam di Afrika utara yang saat abad 7-10
mereka menganut paham khawarij, syi‟ah, sunni dan sufi menjadi satu faham islam salaf
pada abad 12.
Sebelum Daulah Murobbitin berkuasa di Spanyol, Spanyol berada dibawah kekuasaan
raja-raja kecil yang disebut Mukukut Thowif, misalnya :
a. Ibnu Jahur di Cordova
b. Bani Ibad di Sevilla
c. Bani Zinnun di Toledo
d. Bani Hud di andalussia Timur
e. Daulat Zawizin di Granada
Karena tidak ada kesejahteraan dan kesepakatan antara raja-raja kecil tersebut, maka
mereka tidak dapat bersatu dalam mengembangkan Islam. Setelah raja-raja Kristen yang
dikoordinir oleh Raja Alfonso dan didukung raja-raja Kristen Eropa bersatu untuk melakukan
perlawanan, mereka mulai bangkit dan menyatukan diri untuk mempertahankan wilayah
Islam.
Sejarah mencatat meskipun raja-raja kecil sudah bersatu dalam mempertahankan
serangan dari raja-raja Kristen. Namun mereka tidak mampu,m karena itu merka bersepakat
untuk meminta bantuan kepada penguasa Islam di Afrika Utara yakni Daulat
Adapun alasan mereka ingin mengembangkan kekuasaan Murabbitin ke Spanyol
sebagai berikut:
a. Pasukan Murabbitin lebih kuat bila dibandingkan dengan pasukan raja-raja kecil di
Spanyol.
b. Keadaan tanah di Spanyol relative lebih subur, sehingga kehidupan rakyatnya makmur.
c. Kondisi kota Spanyol sudah maju dan menarik perhatian bila dibandingkan dengan Afrika
Daulat Murabbitin di Spanyol berkuasa lebih dari setengah abad dan mencapai
kejayaan sudah jatuh karena dikalahkan oleh Daulat Murobbitin yang dating dari Afrika.
Adapun sebab-sebab jatuhnya Daulat Murabbitin sebagai berikut:
a. Para pendukung Daulat Murobbitin kurang menguasai politik kenegaraan.
b. Rendahnya mata ilmu pengetahuan sehingga kondisi Negara sulit mengalami kerugian
bahkan kemunduran.
c. Kondisi intern tidak ada rasa nyaman dan aman karena minimnya pertahanan Negara.
2. Daulah Muwahhidun (524-667 H/1130-1269 M).
Abdullah ibn Tumart seorang ahli sufi masjid Cordova melilhat tingkah laku raja-raja
Murabbitun tidak sesuai dengan ajaran agama islam lagi, maka dari itu dia pergi ke Baghdad
untuk menambahilmunya kepada imam ghazali. Dan setelah dia pulang ke Maroko ia mulai
mengkritisi raja-raja Murabbitun dan dia mulai menyebut dirinya dengan sebutan al Mahdi
15
yang akan membangkitkan kebenaran dan keadilan. Maka banyaklah pengikutnyakemudian
ia memproklamirkanajarannya yang berpaham tauhid menentang kekafiran dan pengikutnya
diberi nama Muwahhidun (bala tentara tauhid).
Meskipun disini ibn Tumart sebagai penggagas terbektunya gerakan Muwahhidun,
namun ia sendiri tidak pernah menjadi sultan. Yang lebih terkenal adalah Abd mu‟min yang
awalnya sebagai wakil dan berkedudukan sebagai panglima. Ia akhirnya memimpin selama
33 tahun (1130-1163 M)dengan membawa kemajuan pesat. Langkah-langkah yang dilakukan
oleh ibn tumart adalah membersihkan agama dengan tauhid dan amar ma‟ruf nahi munkar
walaupun dengan kekerasan, dan murid-murid disuruhnya membuat benteng-bentengagar
sukar bagi musuh untuk memasukinya. Didaerah tanmaal inilah ibn tumart merumuskan
system militernya sebagai organisasi pemerintahan. Disusunlah tiga dewan yang terdiri dari;
a. Dewan menteri (ahl al syarah/ahl al jama‟ah) Terdiri dari sepuluh orang, yang berperan
sebagai kepala dari kalangan murid-murid al mahdi, diantaranya adalah Abdul Mu‟in
b. Dewan majlis pemuka suku, jumlahnya ada 50 orang(al khamsin)
c. Majlis rakyat, terdiri dari para murid (al thalabah), para keluarga almahdi (ahl dar), qabilah
Hurghah dan tanmaal.
Kebijakan yang ditetapkan adalah:
a. Menghormati undang-undang.
b. Bersifat terpuji
c. Shalat tepat waktu
d. Melaksanakan wirid dan menaati buku aqidah Muwahhidah. Dengan demikian, gerakan
Muwahhidan mendirikan Almhad yang disebut juga gerakan politik keagamaan.
Sepeninggal ibn Tumart kepemimpinan beralih kepada al Mu‟min yang berasal dari
suku Zhata. Awal kepemimpinannya dipusatkan kepada pemasyarakatan ajaran Muwahhidin
keseluruhkabilah Maghribi, dan mengakhiri ajaran Murabbitun. Dan akhirnya padas tahun
1137 semua qabilah yang ada di Negeri Tanmaal dan Negeri Shall mengakui tunduk dan
bersumpah setia kepadanya.
Dari tahun ketahun kekuasaanya semakin bertambah hingga akhirnya pada tahun
1147 M Muwahhidun mampu menguasai semua daerah Murabbitun termasuk spanyol dan
raja-raja kecil (Muluk al Thawaif) pada tahun 1145 M. tercatat suatu kemajuan yang sangat
pesat di daerah Andalus saat dikuasai oleh orang-orang Muwahhidun lebih khususnya al
Mu‟min. lahirlah beberapa orang cendekiawan muslim yang terkenal, diantaranya: ibn Bajjah
(533 H/1139 M), adalah sebagai seorangfilsafat dan musisi, selain itu ada ibn Tufayl
(Abebacer), seorang dokter istana. Dan yang lebih terkenal adalahAverrous (ibn Rusyd 1126-
1198 M) dia adalah seorang filosof, dokter, ahli matematika, ahli hukum dan juga seorang
polemic. Setelah al Mu‟min digantikan oleh Ya‟kub Yusuf (1163-1184 M), diantara daerah
ekspansinya adalah Toledo (565 H/1170 M), bagian barat Andalus (1180 M), Almeria (1156
M), Granada (1156-1160 M), dan sampai kelembah Jeni memerangi umat Kristen. Abu
Ya‟kub digantikan oleh Abu Yusuf al Manshur (1184-1199 M), dia dapat mengalahkan
16
kekuasaan Alfonso VIII setelah menguasai benteng Alarcos dan kemudian menguasai
Toledo.
Dan kembali lagi ke Sevilla sebagai ibu kota yang baru. Al Manshur digantikan oleh
al Nashir. Ia kalah dalam pertempuran Toulose dan sejak itu kekuasaan Muwahhidun
melemah. Kerajaan-kerajaan Kristen mulai melepaska diri, sebab itulah kekuasaan di
Andalus habis. Peninggalan Muwahhidun antara lain, menara Giralda di Sevilla, rumah sakit
di Marakesy. Derah-daerah yang menjalin hubungan perdagangan dengan Muwahhidun
adalah diseputar pulau Italia sepertiGenoa, Pisa, merseille, Venice, dan Sisilia.
Setelah menjalani kekuasaan selama satu abad (1133-1169 M) dinasti Muwahhidun
mengalami kemunduran terutama setelah al Nashir wafat dan dipimpin oleh khalifah yang
lemah, dan factor-faktor sebagai berikut:
a. Perebutan tahta
b. Melemahnya control terhadap penguasa daerah
c. Mengendurnya kedisiplinan
d. Memudarnya keyakinan akan keagungan misi al Mahdi ibn Tumart.
Dengan begitu berakhirlah kekuasaan Muwahhidun di Spanyol dan di Afrika dengan
didudukinya Maroko oleh daulah bani Marin tahun 1269 M.
17
V. PERANAN SPANYOL SEBAGAI PUSAT PENGEMBANGAN ISLAM
Pada awal masa kejayaan Islam di tanah Spanyol pada masa pemerintahan
Abdurahman III (912-961) dan al-Hakam (961-976). Dibawah pemerintahan kedua khalifah
ini, Spanyol berkembang menjadi salah satu pusat peradaban dunia yang sekaligus
menandingi kejayaan Muslim Timur di bawah pemerintahan Dnasti Abasiyyah . Kemajuan
yang dicapai meliputi berbagai bidang, terutama dalam bidang pendidikan dan ilmu
pengetahuan. Kemajuan dalam bidang pendidikan telah menarik minat para siswa Kristen dan
Muslim yang bukan hanya dari dalam Spanyol melainkan juga dari wilayah-wilayah lain di
Eropa, Afrika,dan Asia. Upaya dalam mengembangkan pendidikan dan peradaban Islam pada
waktu itu adalah dengan mendirikan Lembaga Pendidikan.
Pada masa khalifah Abdurrohman III, universitas cordova berhasil didirikan.
Universitas ini mengambil tempat di sebuah Masjid. Pada masa Al Hakam II (961-976 M),
universitas tersebut diperluas lokasinya, dan bahkan mendatangkan para profesor dari Timur
(Al Ahzar dan Nizhamiyah) sebagai dosen undangan untuk memberikan perkuliahan disana.
Lembaga pendidikan yang ditawarkan pada masa itu telah memiliki kesamaan stratifikasi
dengan pendidikan saat ini. Kesamaan itu adalah dengan diterapkannya tingkatan-tingkatan
kelas tertentu (sistem klasikal) dalam proses pendidikannya. Hal ini berarti telah ada
pengelolaan administrasi pendidikan yang telah rapi, baik yang menyangkut taraf
perkembangan peserta didik, fasilitas, maupun materi yang akan diajarkan.
1. Kuttab
Pada lembaga pendidikan kuttab mempelajari beberapa bidang studi dan pelajaran-
pelajaran yang memiliki meliputi fiqih, bahasa dan sastra, serta musik dan kesenian.
a. Fikih
Karena Spanyol Islam menganut mazhab Maliki, maka para ulama memperkenalkan
materi fikih dari mazhab Imam Maliki. Para ulama itu antara lain Abu akr Al-
QuthiyahBaluthi dan ibn Hazm yang terkenal.
b. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab menjadi bahasa resmi dan bahasa adminitrasi pemerintahan. Keadaan
yang demikian itu dapat di terima oleh golongan muslim maupun non Muslim, bahkan
penduduk asli Spanyol menduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan
mahir dalam bahasa Arab, sehingga mereka terampil dalam berbicara maupun tata bahasa.
c. Musik dan Kesenian
Syair merupakan ekspresi utama dari peradaban Spayol. Pada dasarnya syair didasarkan
pada model-model syair Arab yang membangkitkan sentimen prajurit dan para penakhluk
Arab. Dalam bidang musik dan seni, Spanyol Islam memiliki tokoh seniman yang sangat
terkenal, yaitu Al-Hasan ibn Nafi dikenal dengan julukan Ziryab. Setiap kali ada pertemuan
dan perjamuan di Cordova, selalu mempertunjukkan kebolehannaya. Ia juga terkenal sebagai
18
penggubah lagu, ilmu yang dimilikinya diajarkan kepada anak-anaknya, baik laki-laki
maupun perempuan dan para budak sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
2. Pendidikan Tinggi
Dalam bidang pendidikan tinggi, Muslim Spanyol amat terkenal dan menjadi salah
satu pusat pendidikan dunia menyaingi Mesir dan Bagdad. Berdirinya Universitas Cordova
pada masa Khalifah Abdurahman III yang selanjutnya dikembangkan al-Hakam II
menandingi dua Universitas lainnya yaitu al-Azhar di Kairo dan Nidzamiyah di Bahdad.
Keberadaan Universitas cordova tersebut telah menarik perhatian para pelajar yang bukan
hanya dari Spanyol tetapi juga dari tempat lain seperti Eropa, afrika, dan Asia. Di Universitas
ini terdapat jurusan Astronomi, Matematika, Kedokteran, teologi dan hukum.
Setiap tahunnya Universitas ini menerima mahasiswa dalam jumlah ribuan. Selain itu ijazah
yang dikeluarkan dari universitas ini memberikan peluang pada mereka untuk mendapatkan
jabatan tinggi di kerajaan. Di samping Universitas Cordova, terdapat juga Universitas
Granada yang tidak kalah mashurnya dengan Universitas Cordova. Universitas ini di dirikan
oleh Khalifah Nashariyah ketujuh yaitu Yusuf Abu al-Hajjaj (1333-1354 ). Di universitas ini
gedung-gedungnya mempunyai gerbang yang di apit oleh patung-patung singa.
Kurikulum yang diajarkan di Universitas Granada ini meliputi kajian teologi, ilmu
hukum, kedokteran, kimia, filsafat, dan astronomi. Adapun mahasiswanya banyak dari
kalangan bangsawan. Selain itu, para mahasiswanya bukan hanya dari dalam negeri, namun
juga dari luar negeri. Satu hal yang perlu dicatat, bahwa keberadaan Universitas-universitas
tersebut bukan hanya terdapat di Cordova dan Granada, melainkan juga terdapat di beberapa
kota penting di Spanyol seperti Seville dan Malaga. Tidak jauh berbeda dengan kedua
Universitas sebelumnya cordova dan Granada, di kedua Universitas ini juga diajarkan tentang
teologi, hukum Islam, kedokteran, kimia, filsafat dan astronomi.
Untuk pengembangan ilmu-ilmu akal, mereka lakukan dengan jalan penerjemahan
karya-karya Yunani kuno dan Persia ke dalam bahasa Arab, terutama karya-karya Aristoteles
dan Plato. Karya-karya tersebut kemudian mereka analisis dalam framework ajaran islam.
Analisa yang komprehensif itu dilakukan dengan jalan melaksanakan serangkaian percobaan
diberbagai laboratorium yang telah disediakan oleh penguasa waktu itu. Dari hasil
observatorium inilah kemudian mereka sterilkan dan formulasikan sesuai dengan nilai-nilai
islami. Hasil yang mereka peroleh tersebut kemudian mereka tulis menjadi buku dan
disebarluaskan kepada masyarakat umum, kecuali filsafat dan ilmu nujum yang terbatas pada
orang-orang tertentu. Dari sini, dapat dilihat bahwa pengembangan ilmu-ilmu
a. Filsafat.
Puncak pencapaian intelektual Muslim Spanyol terjadi dalam pemikiran filsafat.
Dalam bidang ini, Muslim Spanyol merupakan mata rantai yang menghubungkan antara
filsafat Yunani klasik dengan pemikiran Latin-Barat. Selain itu, muslim Spanyol juga turut
andil besar dalam mendamaikan antara agama dengan ilmu, akal dengan iman yang sekaligus
menandai akhir abad kegelapan Eropa. Pada kekhalifahan al-Hakam II (961-976M) ribuan
karya ilmiah filosofis di Impor dari Timur.
19
Tokoh-tokoh filsafat tersebut antara lain :
1. Solomon Ben Gabirol ( Didunia barat ia terkenal dengan nama Avicebrol,Avencebrol) Ia
dilahirkan di Malaga sekitar tahun 1021. Karya monumentalnya adalah Yanbu al
Hayah(SumberKehidupan).IbnBajjahl
2. IbnThufayl.
3. IbnRusdy. Begitu juga di dunia Barat Ia mendapatkan julukan “Sang Komentator”
sedangkan Aristoteles sebagai ”sang Guru “.
b. Tasawuf
Dalam bidang tasawuf, Muslim Spanyol juga mempunyai andil besar dalam
perkembangan ilmu ini. Salah satu tokoh terbesarnya adalah Ibn Arabi. Ia merupakan wakil
mazhab iluminasi (Isyraqi) yang dipelopori oleh Suhrawardi (w.1191M) di Timur.
1. Bidang Sains
2. BidangKedokteran
3. BidangAstronomi
4. BidangSejarah
5. BidangGeografi
c. Musik dan kesenian
Dalam bidang musik dan kesenian, Muslim Spanyol terkenal dengan tokohnya al-
Hasan Ibn Nafi yang mendapatkan julukan Zaryab. Selain itu, ia juga terkenal dengan
kemahirannya dalam menggubah lagu. Kemahirannya tersebut bukan hanya untuk
dinikmatinya sendiri malainkan ia juaga mengajarkannya pada anak-anaknya baik pria
maupun wanita seta pada budak-budaknya.
d. BahasadanSastra
Tokoh yang terkenal dalam bidang ini adalah Muhammad Ibn al-Hasan al-Zubaydi
(928-989M) dan Ali Ibn Hazm (994-1064M). al-Zubaydi pada masa al-Hakam diangkat
menjadi pengawas pendidikan anak laki-lakinya Hisyam yang pada akhirnya di angkat
menjadi Qadhi dan ketua Pengadilan di Seville. Karya utamanya adalah daftar klasifikasi ahli
tata bahasa dan ahli filologi yang bermunculan sepanjang hidupnya. Sedangkan Ibn Hazm
merupakan pujangga besar dan yang mempunyai pemikiran murni. Menurut Ibn Khalikhan
dan al-Qifthi bahwa Ibn Hazm memiliki karya tak kurang dari 4 ratus jilid buku yang berisi
tentang sejarah, teologi, hadis, logika dan puisi. Salah satu bukunya adalah “ Thauq al-
Hamamah”(kalung merpati) sebuah antologi syair-syair cinta yang memuja konsep cinta
Platonis. Selain itu, pada saat Islam berkuasa bahasa Arab menjadi bahasa adminitrasi
pemerintahan. Keadaan yang demikian itu dapat di terima oleh golongan muslim maupun non
Muslim, bahkan penduduk asli Spanyol menduakan bahasa asli mereka.
20
DAFTAR PUSTAKA
Faqih, Aunur Rohim dan Munthoha. Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta : UII
Press, 2009.
Israr, Sejarah Kesenian Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1978.
Karim, M. Abdul. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta : Pustaka Book
Publisher, 2009.
Sunanto, Musyrifah. Sejarah Islam Klasik. Jakarta Timur : Prenada Media, 2006.
Syalabi, Ahmad. Sejarah dan Kebudayaan Islam, jilid 2, Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000.
http://badrislam.blogspot.com/2009/05/sejarah-masuknya-islam-ke-spanyol-spain.html
http://abubaid.blogspot.com/2011/03/kisah-thariq-bin-ziyad-sang-penakluk.html
http://rohmanf2.wordpress.com/2011/08/11/islam-di-spanyol/