140
BUKU PINTAR PENGELOLAAN ASET DESA Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II Sutaryono Dyah Widuri Akhmad Murtajib

Buku Pintar Pengelolaan Aset Desa Pres

Embed Size (px)

DESCRIPTION

buku pintar pengelolaan ase desa

Citation preview

  • BUKU PINTAR

    PENGELOLAANASET DESA

    Australian Community Development and Civil Society

    Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II

    Sutaryono Dyah Widuri

    Akhmad Murtajib

  • BUKU PINTAR

    PENGELOLAANASET DESA

    Australian Community Development and Civil Society

    Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II

    Sutaryono Dyah Widuri

    Akhmad Murtajib

  • Buku PintarPENGELOLAAN ASET DESA

    Penulis : Sutaryono Dyah Widuri Akhmad Murtajib Kontributor : Marcelinus Supardi, ANIMASI, TTS I Kadek Bawa, Sekdes Wa Ode Angkalo, Buton Utara.Penyunting : Sutoro Eko YunantoReviewer : R. Endi Jaweng Budhi HermantoPenata Letak : Candra CoretDesain Cover : Dedi, Candra & Ernillustrasi : Bintang & Darban

    Copyleft@Diperkenankan untuk melakukan modifikasi,penggandaan maupun penyebarluasan buku ini untuk kepentingan pendidikan dan bukan untuk kepentingan komersial dengan tetap mencantumkan atribut penulis dan keterangan dokumen ini secara lengkap.

    Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD)Jl. Karangnangka No. 175 Dusun Demangan Desa Maguwoharjo Kec. Depok Sleman Yogyakarta Telp./fax: 0274 4333665, mbl: 0811 250 3790Email: [email protected]: http//www. forumdesa.org

    Cetakan Pertama : Februari 2014

    14,5 x 21 cm, xxiv + 114 HalISBN : 978-602-14643-2-8

  • Pengelolaan Aset Desa iii

    KATA PENGANTAR ACCESS

    Kemandirian desa, mendukung demokratisasi desa,kearifan lokal, partisipasi, keadilan gender,

    penanggulangan kemiskinan, dan akuntabilitaspembangunan desa

    Kemampuan desa untuk mengelola pembangunan le-bih mandiri yang didukung oleh semua unsur dan sumber daya desa sangat penting bagi perbaikan kesejahteraan masyarakat, terlebih bagi masyarakat miskin di desa. Desa yang dapat menjalankan pengelolaan pemba-ngunan secara mandiri bukan hanya mampu menggerak-kan seluruh aset sumber daya yang dimiliki desa, tetapi desa juga akan mampu memperbaiki kebutuhan dasar warga, kebutuhan penghidupan, memperjuangkan hak warga dan menata kehidupan secara berkelanjutan.

    Hadirnya serial buku pintar tentang kemandirian desa ini diharapkan dapat menjadi bacaan segar di desa, khu-susnya bagi para Kepala Desa, Perangkat Desa, Kader Desa termasuk Kader Posyandu, para pengelola atau pengguna keuangan desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan

  • Pengelolaan Aset Desaiv

    juga masyarakat desa - baik laki-laki maupun perempuan - untuk menata desanya. Buku ini juga menarik untuk di-baca kawan-kawan para pegiat pemberdayaan masyarakat dan desa, fasilitator desa, dan rekan-rekan Lembaga Swa-daya Masyarakat peduli desa. Terlebih dengan lahirnya Un-dang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, maka kehadiran buku-buku pintar ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi pemberdayaan desa.

    Serial buku pintar meliputi 1) Kedudukan dan Kewe-nang an Desa, 2) Pengelolaan Aset Desa, 3) Pe ngem bang-an Regulasi Desa, 4) Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Demokrasi Desa, 5) Perencanaan dan Penganggaran Desa, 6) Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa, 7) Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa, 8) Sis tem Administrasi dan Informasi Desa, 9) Pertanggung-jawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, dan 10) Re-posisi Peran Publik Perempuan di Desa. Buku-buku pintar tersebut disusun terutama berdasarkan pengalaman desa dan daerah wilayah kerja Program ACCESS Tahap II.

    ACCESS Tahap II merupakan program pengembangan kapasitas warga dan organisasi warga yang didukung oleh dana hibah dari Pemerintah Australia. Program ini ber upaya mendukung kerja-kerja pemberdayaan yang menghargai aspek lokalitas dan menempatkan perempuan, masyarakat miskin, dan kelompok marginal sebagai subyek pemba-ngunan yang memiliki posisi setara dengan pelaku lainnya.

  • Pengelolaan Aset Desa v

    Akhirnya, kami sampaikan terima kasih sebesar-besar-nya kepada tim Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD) yang telah menghimpun serial buku dalam rangka memberi bahan kepada pelaku dan pejuang di desa dan daerah untuk membantu mereka mengelola desa dengan menghargai kearifan lokal serta memanfaatkan peluang yang diberikan melalui UU Desa menuju desa yang de-mokra tis, berkeadilan gender, dan bebas dari kemiskinan berbagai segi. Semoga buku-buku tersebut dapat menam-bah khazanah pengetahuan bagi pelaku dan pegiat pem-bangunan desa di Indonesia.

    Paul BoonDirektur Program ACCESS Tahap II

  • Pengelolaan Aset Desa vii

    Desa yang kuat adalah desa yang memiliki pemerin-tahan yang kuat sekaligus masyarakat yang kuat. Oleh karena itu desa memiliki makna penting yaitu, pertama, sebagai institusi yang memiliki organisasi dan ta-ta pemerintahan yang mengelola kebijakan, perenca naan, ke uangan, dan melakukan pelayanan dasar bagi war ga ma-sya rakat; kedua, sebagai subyek yang mampu meman di-ri kan diri dengan mengembangkan aset-aset lokal sebagai sumber penghidupan bersama.

    Banyak desa telah mampu mengelola aset lokal mere-ka secara mandiri untuk menggerakkan nadi kehidupan ekonomi warganya seperti desa kerajinan, desa pertanian, dan desa wisata; atau menyediakan pelayanan publik yang sangat mendasar seperti desa mengelola air bersih. Ada banyak cerita di nusantara tentang bagaimana warga desa dan pemerintahan desa mampu mengelola aset desa de-

    KATA PENGANTARForum Pengembangan Pembaharuan Desa

  • Pengelolaan Aset Desaviii

    ngan lebih baik. Cerita semacam itu perlu dikabarkan, dan spiritnya ditiru oleh desa-desa lain di Indonesia. Replikasi atau mencontoh dan menerapkan praktek pengelolaan aset desa yang sudah dilakukan oleh desa-desa tersebut men jadi hal yang perlu dilakukan, agar semua pihak mam-pu mengambil manfaat dari aset yang mereka miliki serta ber daya guna dalam jangka panjang.

    Tujuan ditulisnya Buku Pintar adalah, pertama, dapat menjadi bahan dan media belajar bagi stakeholder desa baik aparat desa, institusi supra desa, dan masyarakat desa. Mereka dapat memperoleh pemahaman umum tentang aset desa beserta pengelolaannya. Kedua, dapat menjadi bahan acuan bagi Pemerintahan Desa dalam melakukan pengelolaan aset desa. Bahan acuan ini diharapkan mam-. Bahan acuan ini diharapkan mam-pu mendorong pengelolaan aset desa yang berdayaguna dan berhasilguna untuk meningkatkan pendapatan desa, me nyejahterakan masyarakat desa, dan menjaga keberlan-masyarakat desa, dan menjaga keberlan- dan menjaga keberlan-jutannya.

    Buku pintar ini diperuntukkan semua stakeholder yang berkepentingan terhadap penggalian, pengelolaan dan pelestarian aset desa. Mereka adalah pemerintah desa, otoritas supra desa, dan tokoh masyarakat, yang berkaitan langsung sebagai pengelola aset desa agar memiliki ke-mampuan menggali, mendokumentasi, mengelola dan me les tarikan aset desa. Buku ini juga diperuntukkan bagi ma sya rakat desa secara umum diantaranya kader pember-

  • Pengelolaan Aset Desa ix

    dayaan, tokoh masyarakat, anggota PKK dan Dasa Wisma, anggota-anggota kelompok tani dan organisasi warga lain-nya, agar mereka memiliki wawasan tentang arti penting-nya pendokumentasian dan pengelolaan aset desa. Pema-haman masyarakat umum tentang aset desa apalagi jika aset tersebut menyuguhkan kemanfaatan bagi warga, akan berdampak pada keamanan dan keberlanjutan aset desa.

    Sutoro Eko YunantoKetua Steering Committee

  • Pengelolaan Aset Desa xi

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ACCESS ...................................... iii

    KATA PENGANTAR FPPD .......................................... vii

    DAFTAR ISI ................................................................ xi

    DAFTAR SINGKATAN ................................................. xv

    DAFTAR ISTILAH ...................................................... xvii

    BAB I PENGERTIAN ASET DESA ............................ 1

    A. Apakah yang dimaksud dengan Aset Desa? 1

    B. Apa Bentuk-Bentuk Aset Desa? .............. 6

    a. Aset Sumber daya Manusia .............. 8b. Sumber daya Alam .......................... 8c. Aset Sosial ....................................... 9d. Aset Finansial .................................. 12e. Aset Fisik (Sarana Prasarana) ........... 14f. Aset Kelembagaan ........................... 15g. Aset Spiritual/Budaya ....................... 17

  • Pengelolaan Aset Desaxii

    C. Bagaimana Status Kepemilikan Aset Desa? 19

    1. Kepemilikan oleh Desa ..................... 192. Kepemilikan oleh warga .................. 223. Kepemilikan oleh masyarakat .......... 24

    D. Mengapa Aset Desa Penting? .................. 30

    BAB II BAGAIMANA DESA MENGATUR DAN

    MENGELOLA ASET DESA ? .......................... 33

    A. Bagaimana Mengadministrasikan Aset Desa? .............................................. 38

    B. Siapa yang Bisa mengelola Aset Desa? ... 41

    C. Apa Jenis-Jenis Pemanfaatan Aset Desa? 47

    D. Berapa lama Aset Desa Dikelola dan Dimanfaatkan Pemerintah Desa dan Pihak Lain? ............................................. 56

    E. Bagaimana Proses Pengaturan untuk Pe ngelolaan dan Pemanfaatan Aset Desa? .............................................. 58

    F. Bisakah Aset Desa Dilepaskan atau Dijual? .................................................... 61

    G. Bagaimana dengan Sanksi-Sanksi? ........ 66

  • Pengelolaan Aset Desa xiii

    H. Bagaimana Melakukan Pendampingan dan Pengawasan terhadap Aset Desa? .... 67

    BAB III APA TANTANGAN DAN ALTERNATIF

    PENGELOLAAN ASET DESA? ...................... 73

    A. Apa tantangan dalam pengelolaan aset desa? ............................................... 74

    B. Apa alternatif dalam menghadapi tantangan pengelolaan aset desa? .......... 77

    C. Bagaimana memetakan aset desa sebagai dasar perencanaan pembangunan desa? 92

    D. Bagaimana desa memfasilitasi aset warga dan aset masyarakat? ................... 96

    BAB IV PENUTUP ...................................................... 101

    BAHAN BACAAN ....................................................... 105

    TENTANG PENULIS .................................................. 111

    PROFIL FPPD ............................................................ 113

  • Pengelolaan Aset Desa xv

    DAFTAR SINGKATAN

    ADD : Alokasi Dana DesaAPB Desa : Anggaran Pendapatan dan Belanja DesaBMN : Barang Milik NegaraBPD : Badan Permusyawaratan DesaBUM Desa : Badan Usaha Milik DesaCC : Community CenterHKm : Hutan KemasyarakatanHTI : Hutan Tanaman IndustriHTR : Hutan Tanaman RakyatIUPHHK-HTR : Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-

    Hutan Tanaman RakyatKK : Kepala KeluargaKPUK : Kelompok Perempuan Usaha KecilLPM : Lembaga Pemberdayaan MasyarakatLSM : Lembaga Swadaya MasyarakatNTB : Nusa Tenggara BaratPAB : Pengelolaan Air Bersih PADes : Pendapatan Asli DesaPDAM : Perusahaan Daerah Air Minum

  • Pengelolaan Aset Desaxvi

    Perbup : Peraturan BupatiPerdes : Peraturan DesaPergub : Peraturan GubernurPermendagri : Peraturan Menteri Dalam NegeriPermenhut : Peraturan Menteri KehutananPKK : Pemberdayaan dan Kesejahteraan KeluargaPLDT : Pemanfaatan Lahan di Bawah TegakanPNPM : Program Nasional Pemberdayaan MasyarakatPPK : Program Pengembangan KecamatanRUU : Rancangan Undang-Undang SK Kades : Surat Keputusan Kepala DesaTTS : Timor Tengah SelatanTV : TelevisiUU : Undang-UndangVCD : Video Compact Disc

  • Pengelolaan Aset Desa xvii

    DAFTAR ISTILAH

    Alokasi Dana Desa (ADD): dana yang dialokasikan oleh peme-rintah kabupaten/kota untuk desa, menjadi hak desa, bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pu sat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota.

    Aset desa: segala sesuatu yang bernilai, yang dapat dikelola dan dikontrol oleh desa, dan dimanfaatkan untuk pe-ningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Aset desa ber asal dari kekayaan asli desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah. Pada umumnya aset desa merupakan aset yang berwujud (tangible).

    Asosiasi: perkumpulan orang yang memiliki kepenting an bersa-ma yang saling berkomunikasi dan berinteraksi.

    Bengkok/lungguh: tanah desa yang menjadi hak pamong desa untuk menggarapnya sebagai kompensasi gaji.

    Chainshaw: gergaji tangan/jinjing bertenaga listrik, tekan an udara, dan hidrolik; berbahan bakar solar dan oli; prak-tis di gunakan dalam aktivitas penebangan kayu dan pembukaan ladang.

  • Pengelolaan Aset Desaxviii

    Community Centre: ruang yang digerakkan warga ma sya rakat sipil di Lombok Barat yang didampingi para mitra AC-CESS II, berfungsi sebagai pusat layanan informasi, pengaduan dan pembelajaran sederhana bagi warga, dan menjadi alat kontrol bagi unit-unit pelayanan pu-blik.

    Gelondongan: pada umumnya merujuk pada pengertian kayu yang sudah ditebang dalam ukuran tertentu.

    Genset: merupakan singkatan dari generator (pembangkit) set (paket), adalah rangkaian elektrik dan elektronik yang di hubungkan dengan mesin penggerak, mengeluarkan putaran tertentu sehingga menghasilkan suatu tenaga listrik. Genset sa ngat dibutuhkan di daerah-daerah ter-pencil yang akses listriknya sangat terbatas.

    Gong: alat musik perkusi yang terbuat dari logam, dipukul de-ngan nada tertentu menghasilkan bunyi untuk meng-iringi acara ritual dan kesenian.

    Investor: orang atau lembaga yang melakukan bentuk investasi atau penanaman modal sesuai jenis investasi dan jang-ka waktu yang dipilih

    Kalakeran negeri: adalah tanah desa, tanah adat, tanah mi-lik bersama penduduk desa, yang terdiri dari tanah pekuburan, jalan desa, dan sarana publik lainnya se-perti lapangan sepak bola, dan pasar. Tanah kalakeran negeri terdapat di Minahasa.

    Ketinting: perahu yang menggunakan motor luar dengan poros panjang yang dipasang di sisinya, dapat dibenamkan ke dalam air atau diangkat ke permukaan air.

  • Pengelolaan Aset Desa xix

    Kapulaga: sejenis buah yang sering digunakan sebagai rempah (bumbu) untuk masakan tertentu dan juga untuk cam-puran jamu. Kapulaga yang lazin ditanam di Indonesia adalah kapulaga Jawa (Amomum compactum).

    Kelompok Perempuan Usaha Kecil (KPUK): terdiri dari 10-20 anggota perempuan usaha kecil yang bergabung un-tuk bekerja sama dalam mengembangkan usaha kecil mikro skala rumah tangga guna meningkatkan penda-patan keluarga. Beberapa KPUK bergabung dalam JARPUK (Jaringan Perempuan Usaha Kecil) mengem-bangkan jaringan dengan berbagai pihak untuk men-dapat pengetahuan dan keterampilan kewirausahaan. Mereka menggerakkan emansipasi lokal perempuan mis kin pedesaan yang berupaya mengentaskan ke mis-kinan secara mandiri.

    Lembo: atau kebun buah merupakan satu bidang lahan be-kas ladang tempat pemukiman atau rumah panjang (lamin) yang telah ditinggalkan oleh pemiliknya. Dike-nal berbagai ma cam lembo diantaranya lembo ladang dan lamin yang me ru pakan kawasan tradisional ma-sya rakat Dayak Benuaq di Kalimantan Timur, tempat beragam tanaman hidup menunjang kelestarian alam.

    Mamar: sistem usaha tani yang dikembangkan di lahan sekitar sumber mata air yang subur, terdiri dari berbagai jenis tanaman jangka panjang, tanaman semusim, ternak dan sumber hasil hutan yang dikelola para pemangku adat di wilayah pulau Timor, NTT. Saat ini berkembang wacana pemanfaatan mamar yang lestari untuk meno-

  • Pengelolaan Aset Desaxx

    pang kehidupan masyarakat sekitar hutan di mana ter-dapat aturan adat yang melarang warga mengambil hasil hutan atau berburu binatang tanpa mengindah-kan kelestarian alam.

    Manik: butir kecil-kecil dari merjan, karang, monte, yang dilu-bangi di bagian tengah sebagai tempat tali atau kawat dan dicocok sedemikian rupa sehingga membentuk per hiasan se per ti kalung, gelang, dan anting.

    Musrenbang desa: adalah forum musyawarah tahunan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa dan BPD bekerja sama dengan warga desa dari berbagai kalangan ter-masuk perempu an, kaum miskin, dan kaum marjinal untuk membangun kese pa katan tentang program yang memajukan desa dan mengentas kan kemiskinan, kemudian membahasnya dalam rencana kerja tahunan dengan mengacu pada RPJMDesa.

    Nilam: nama ilmiahnya Pogostemon cablin Benth adalah suatu semak tropis penghasil sejenis minyak atsiri yang dina-ma kan minyak nilam. Aroma minyak nilam dikenal be rat dan kuat dan telah berabad-abad digunakan sebagai wangi-wangian dan bahan dupa (setanggi).Tanaman ini berasal dari Filipina, kemudian menyebar dan berkembang ke Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brasil, dan Indonesia.

    Palawija: secara harfiah berarti tanaman kedua atau tanam an hasil panen kedua setelah padi; kini palawija diartikan sebagai tanaman pertanian semusim yang ditanam pada lahan ke ring diantaranya jagung, kacang-kacang-

  • Pengelolaan Aset Desa xxi

    an, dan umbi-umbian, se bagai sumber pangan selain padi.

    Parabola: lazim untuk menyebut antena parabola yaitu suatu alat penangkap sinyal digital yang digunakan untuk me lihat siaran televisi satelit.

    Pecatu: dikenal pada masyarakat Sasak di Lombok yaitu tanah yang diberikan kepada pejabat tertentu oleh masyarakat adat untuk menyelenggarakan pemerintahan di wila-yah nya berdasarkan prinsip bahwa tanah tersebut dibe-rikan selama yang bersangkutan memangku jabatan dan dapat dianggap suatu pembayaran kepada kepala desa oleh persekutuan untuk memelihara keluarganya. Tanah-tanah ini adalah tanah hak milik adat di mana mereka mempunyai hak atas pendapatan dan pengha-silan dari tanah itu.

    Pemanfaatan Lahan di Bawah Tegakan: pola penanaman yang memanfaatkan sinar matahari dan tanah untuk meningkatkan produktivitas lahan. Pada petak-petak lahan hutan ditanama tanaman besar seperti jati, di ba wahnya petani menanam ta nam an yang memerlu-kan naungan untuk berproduksi se perti pa lawija. Pola semacam ini mendorong peningkatan pro duk ti vitas la-han hutan, mencegah kerusakan dan penurunan kesu-bur an tanah secara alami.

    Pengarem-arem: tanah kas desa yang menjadi hak pamong desa sebagai penggarap ketika pensiun, jika ia mening-gal ta nah pengarem-arem dikembalikan pengelolaan-nya ke desa.

  • Pengelolaan Aset Desaxxii

    Repong: kebun damar yang dimiliki warga secara turun temu-run, diolah dan diambil getahnya untuk menunjang mata pencaharian masyarakat Krui di Lampung Barat. Damar dijaga kelestariannya dan dihindari untuk dite-bang demi keuntungan ekonomi. Untuk memperoleh pendapatan, warga menanam tanaman buah-buahan dengan cara tumpangsari di kebun damar.

    Sumpit: di kalangan masyarakat Dayak dikenal dengan istilah sum pitan yang digunakan dengan cara ditiup, merupa-kan senjata tradisional untuk berburu, bertempur secara terbuka atau senjata rahasia untuk pembunuhan diam-diam. Sumpit dibuat dari tabung bambu berukur an 1-3 meter, dilengkapi anak sumpit (damek) yang kadang-ka dang dilumuri racun untuk mematikan musuh.

    Tanah kas desa: tanah milik desa berupa bengkok/lungguh, pen-garem-arem, titisara, kuburan, jalan desa, penggemba-laan hewan, danau, tanah pasar desa, tanah keramat, la pang an, dan tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Desa. Tanah kas de sa dikelola oleh desa untuk menda-nai kegiatan pembangun an desa, pemberdayaan, dan pe merintahan.

    Tembawang: sistem penggunaan lahan masyarakat Da yak di Ka li mantan Barat yang mengandung nilai ke ane ka-ra gam an hayati, ekonomi dan konservasi. Dalam pe-nge lolaannya, ma sya rakat adat membagi tembawang menjadi empat jenis, salah satunya adalah tembawang umum yang dimanfaatkan bersama bagi penduduk da-lam satu desa atau lebih. Lainnya adalah tembawang

  • Pengelolaan Aset Desa xxiii

    yang dimiliki kelompok seketurunan, keluarga besar satu atau dua generasi, dan perorangan.

    Tempayan: tempat air yang besar, dibuat dari tanah liat, perut-nya besar, mulutnya sempit. Pada umumnya dipakai juga untuk menyimpan beras atau membuat ikan asin.

    Tombak: tanah hutan yang dimiliki komunitas masyarakat adat Batak Toba secara komunal dan turun-temurun, yang ditanami haminjon/kemenyan sehingga lazim dikenal tombak haminjon.

  • Pengelolaan Aset Desa 1

    BAB I PENGERTIAN ASET DESA

    Aset adalah sesuatu yang mempunyai nilai tukar, modal atau kekayaan.1 Dalam hal ini, pengertian aset sama maknanya dengan konsep kekayaan. Aset Desa sama pengertiannya dengan kekayaan desa seba gai ma na disebut dalam berbagai regulasi pemerintah yang meng-atur tentang Desa, meskipun tidak terbatas pada kekayaan yang bersifat fisik.

    A. Apakah yang dimaksud dengan Aset Desa?

    UU No. 6/2014 tentang Desa mendefinisikan Aset Desa adalah barang milik desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pen-

    1 KamusBesarBahasaIndonesia,http://kbbi.web.id/

  • Pengelolaan Aset Desa2

    dapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah. Kemudian pasal 76 ayat (1) dan (2) menyebutkan se-cara rinci jenis Aset Desa, yaitu sebagai berikut:

    (1) Aset Desa dapat berupa: a. Tanah kas Desa;b. Tanah ulayat;c. Pasar Desa;d. Pasar hewan; e. Tambatan perahu;

  • Pengelolaan Aset Desa 3

    f. Bangunan Desa;g. Pelelangan ikan;h. Pelelangan hasil pertanian;i. Hutan milik Desa;j. Mata air milik Desa;k. Pemandian umum; danl. Aset lainnya milik Desa.

    (2) Aset lainnya milik Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain:

    a. kekayaan Desa yang dibeli atau diperoleh atas be-ban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,

  • Pengelolaan Aset Desa4

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;

    b. kekayaan Desa yang diperoleh dari hibah dan sumbangan atau yang sejenis;

    c. kekayaan Desa yang diperoleh sebagai pelaksa-naan dari perjanjian/kontrak dan lain-lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang-an;

    d. hasil kerja sama Desa; dan

    e. kekayaan Desa yang berasal dari perolehan lain-nya yang sah.

    Rincian mengenai jenis Aset Desa tersebut merupakan pengakuan dari pemerintah bahwa desa memiliki aset yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pendapat an asli desa. Aset desa tidak hanya untuk kepentingan me ning katkan pendapatan asli desa, tetapi juga untuk ke pentingan yang lebih luas seperti pembangunan pasar desa, sarana pen-didikan dan sarana sosial lainnya untuk menunjung pela-yanan publik, dan lain-lain.

    Selanjutnya pasal 76 ayat (3) hingga (6) memuat hal-hal sebagai berikut:

    (3) Kekayaan milik Pemerintah dan Pemerintah Daerah berskala lokal Desa yang ada di Desa dapat dihibah-kan kepemilikannya kepada Desa.

  • Pengelolaan Aset Desa 5

    (4) Kekayaan milik Desa yang berupa tanah disertifikatkan atas nama Pemerintah Desa.

    (5) Kekayaan milik Desa yang telah diambil alih oleh Pe-merintah Daerah Kabupaten/Kota dikembalikan kepa-da Desa, kecuali yang sudah digunakan untuk fasilitas umum.

    (6) Bangunan milik Desa harus dilengkapi dengan bukti status kepemilikan dan ditatausahakan secara tertib.

    UU No. 6/2014 tentang Desa membawa kemajuan yang sangat berarti berkenaan dengan Aset Desa.

    Pertama, penegasan digunakannya istilah aset desa yang memiliki makna lebih luas dari kekayaan desa.

    Ke dua, bervariasinya uraian mengenai aset milik De sa baik aset fisik/infrastruktur, aset finansial, dan aset sumber daya alam. Pemerintah telah memberi pengakuan (rekog-nisi) dan proteksi terhadap aset desa seperti hutan milik Desa, tambatan perahu, dan mata air milik Desa. Dengan kata lain, Pemerintah telah memberi proteksi de ngan me-la kukan redistribusi sumber daya alam yang selama ini di-kuasai oleh negara.2

    Ke tiga, aset finansial bukan hanya meliputi kekayaan desa yang dibeli dan diperoleh atas beban APB Desa/Dae-

    2 DESA=DemokratisEmansipasiSejahteraAdil.PositionPaperuntukRUUDesa.Yogyakarta:FPPD.2013,hal.77-78.

  • Pengelolaan Aset Desa6

    rah, namun juga meliputi kekayaan desa yang dibeli dan diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Ini merupakan kemajuan bahwa desa mendapat pengakuan dan penghormatan sebagai bagian dari sistem ketatanegaraan Republik Indonesia, bukan sebagai sub sis-tem kabupaten/kota.

    Ke empat, proteksi terhadap Aset Desa juga diberikan pada kekayaan milik desa yang selama ini telah diambil alih Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dikembalikan kepada Desa kecuali yang sudah digunakan untuk fasilitas umum. Hal ini membuka upaya lebih luas bagi Desa dalam me-nge lola berbagai aset Desa untuk kesejahteraan warganya, sejalan dengan salah satu tujuan pengaturan Desa yaitu mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan potensi dan aset Desa guna kesejahteraan bersama.

    B. Apa Bentuk-Bentuk Aset Desa?

    Dalam konteks pemberdayaan desa, Aset Desa dibe-da kan menjadi 7 (tujuh) bentuk sebagaimana tertuang da-lam Gambar 1 be rikut. 3 Aset desa tersebut untuk mem-bangun kemandirian desa sebagaimana tujuan pengaturan desa (Lihat pasal 4 UU No, 6/2014).

    3 Sumber: Dureau, Christopher, Pendekatan Berbasis Aset (Strength Based Approach).ManualbagiStafdanMitraACCESS.Denpasar:ACCESSPhaseII.

  • Pengelolaan Aset Desa 7

    Gambar 1. Bentuk-bentuk Aset Desa

  • Pengelolaan Aset Desa8

    Agar lebih jelas tentang bentuk-bentuk aset desa, beri-kut ini kita coba pahami mengenai aset-aset desa tersebut.

    a. Aset Sumber daya Manusia

    Aset sumber daya manusia adalah keahlian yang dimi-liki oleh warga desa, misalnya, kemampuan warga de sa di bidang menjahit, membuat ukiran, memba ngun ru-mah, dan lain-lain. Keahlian lainnya berkaitan de ngan pemikiran, misalnya seorang guru yang bisa menga-jarkan kepada warga desa tentang ilmu terten tu. Sum-ber daya manusia ini pada dasarnya adalah milik si individu, tetapi pemerintah desa bisa memanfa atkan keahlian tersebut. Misalnya pemerintah desa men di ri-kan sekolahan, dan para guru terlibat mengajar di se-kolah itu.

    b. Sumber daya Alam

    Sumber daya alam misalnya berbentuk lahan perkebun-an, ikan-ikan atau kerang yang ada di sungai desa, sumber air, sinar matahari, dan pohon. Sumber daya alam adalah sumber-sumber yang berkait dengan ling-kungan alam baik udara, tanah maupun air yang mem-berikan penghidupan bagi masyarakat. Sumber daya alam menjadi aset/kekayaan desa manakala desa me-ngua sai atau memiliki aset tersebut dan pemerintahan desa bersama-sama warga masyarakat terlibat dalam

  • Pengelolaan Aset Desa 9

    pengelolaannya. Penguasaan dan keterlibatan pengelo-laan itu dimaksudkan untuk kesejahteraan war ga desa.

    c. Aset Sosial

    Aset sosial pada umumnya dikaitkan dengan kolektiv-isme dan kebersamaan yang memungkinkan berpe-nga ruh secara politik, sehingga sering disebut juga sebagai aset sosial dan politik. Contoh aset sosial adalah organisasi yang ada di desa seperti kelompok keagamaan yaitu NU, Muhammadiyah, Pemuda Kato-lik, dan lain-lain. Selain itu kelompok-kelompok kul-tural se perti kelompok paduan suara dan kelompok tari-tarian juga merupakan aset sosial.

    Organisasi atau kelompok di luar desa, misalnya LSM, bisa disebut aset sosial selagi berkait dengan komuni-tas. Misalnya, LSM Lembu Peteng bekerja dalam isu penanganan kekerasan terhadap rumah tangga di de-sa Sumberadi kabupaten Sleman. LSM Lembu Peteng itu adalah aset sosial.

    Warga desa dan pemerintah desa bisa memanfaat-kan aset sosial ini dengan cara misalnya membentuk jejaring dengan mereka. Buah dari jejaring sosial itu akan berdampak kepada, misalnya masyarakat desa menjadi semakin tahu tentang cara mengelola hutan rakyat yang ada di desa setelah mengikuti serangkaian kegiatan LSM.

  • Pengelolaan Aset Desa10

    Berikut ini adalah contoh bagaimana masyarakat desa mendapatkan manfaat dari aset sosial berupa organi-sasi. Masyarakat membentuk Asosiasi Mareje Bonga untuk mengelola kawasan hutan Mareje Bonga di ka bupaten Lombok Tengah. Asosiasi Mareje Bonga me rupakan aset sosial yang lahir dari masyarakat dan kemudian didukung oleh pemerintah. Apa yang di lakukan oleh AMB berdampak bagi kesejahteraan warga. AMB adalah contoh aset sosial (Lihat Kotak 1).

    Kotak 1.

    Masyarakat membentuk Asosiasi Mareje Bonga untukMengelola Hutan Mareje Bonga di Lombok Tengah

    KemiskinanyangdialamiwargadesadisekitarhutanMarejeBonga di Lombok Tengah mendorong mereka membentuksebuah organisasi untuk mengembangkan aset lokal seba-gai sumber penghidupan masyarakat yakni Asosiasi MarejeBonga.Kawasanhutan inimerupakanhutanproduksi seluassekitar3.300Ha,kayatanamankayudanbuah-buahansepertimete,jati,mahoni,mangga,dannangka,sertatanamanmu-simansepertiubi,jagung,kedelaidanpadi.

  • Pengelolaan Aset Desa 11

    Asosiasiyangterdiridaritigakelompoktanihutaninidibentukuntukmendorongpengelolaanhutanyangberpihakpadama-syarakatyangpadagilirannyadapatmeningkatkankesejahte-raan.Kinimerekamemperolehaksesterhadapsumberdayahutantanpaharusberhadapandengantindakkekerasanapa-ratpemerintahdanmenjaminsetiapusahahutanmerekadi-tujukanpulauntukmenjagakelestarianhutanMarejeBonga.

    MasyarakatdidesaKabuldantigadesalainnyaberhasilme-rintisperubahandaripengelolapasifmenjadipengelolaaktifkarena mereka memperoleh izin resmi pengelolaan HutanTanaman Rakyat (HTR) dari pemerintah pusat. Warga desadapat bekerja lebih giatmemanfaatkan sumber daya hutandanmengembangkanusahadibidanglainsepertipeternakandanberjualanbarangkebutuhansehari-hari.4

    4. Sumber:Eko,Sutoro,et.al.,2013,MutiaraPerubahan.InovasidanEmansipasiDesadariIndonesiaTimur.Yogyakarta:IRE-ACCESS;Mariana,DinadanSutoroEko,2012,Meman-faatkanModalSosialmenjadiModalEkonomi.PelajaranBerhargadariKabupatenLombokTengah,NTB.StocktakePembelajaranProgramACCESSIIterhadapKemandirianDesadanPenanggulanganKemiskinandiIndonesia.IRE-ACCESS.Hal.187-189.

  • Pengelolaan Aset Desa12

    d. Aset Finansial

    Aset finansial adalah segala sesuatu yang bisa kita jual, atau bisa dimanfaatkan untuk menjalankan bisnis ke-cil-kecilan. Juga disebut aset finansial adalah kemam-puan memperbaiki cara-cara menjual barang sehing-ga anda bisa mendapatkan uang dan mengguna kan apa yang ada secara lebih bijak.

    Aset finansial juga bisa berupa sumber-sumber ke-uangan seperti tabungan, kredit, pengiriman uang se bagai hasil kerja dari luar negeri (remitansi), dan pen siun, yang memberi alternatif bagi sumber penghi-dup an secara berbeda.

    Secara lebih khusus, aset finansial desa adalah segala macam bentuk keuangan desa, baik yang bersumber dari Alokasi APBN, swadaya masyarakat, Pendapatan Asli Desa (PADes), Alokasi Dana Desa (ADD), bantuan pemerintah maupun bantuan dari pihak ketiga.

    Kotak 2 berikut ini menunjukkan contoh bagaimana warga desa bisa mengambil manfaat dari aset finan-sial.

  • Pengelolaan Aset Desa 13

    Kotak 2.

    Lembaga Ekonomi Perempuan (LEP) Amanah Desa Wa Ode Angkalo Kabupaten Buton Utara

    Ibu-ibudidesaWaOdeAngkalo,ButonUtara,melahirkange-rakankeuanganmikrodenganmendirikanLembagaEkonomiPerempuan(LEP)Amanah.Awalnyaparaibuyangtergabungdalamkelompokpengajianmenghimpuntabunganselamabe-berapawaktu,kemudiandiambilolehanggotahanyamenje-langharilebaran.MitraACCESSdidaerahmendorongparaibumerubahpolamenabungmenjadipolasimpanpinjamkelom-pok.

    Anggotakelompokkiniberkembangmenjadi35orangdarise-mulahanya7orang.SetiapanggotamenyetorkansimpananpokokRp.50.000dansimpananwajibRp.10.000perbulan.Dana anggota yang disimpan di LEP mendapat bunga sim-panansebesar0,2%perbulan.Parapeminjambolehmemin-jamuangsebesar5kalidarijumlahuangyangdiasimpandiLEP,denganbungapinjaman1%perbulan.Denganpolasim-panpinjamtersebut,LEPkinimenyimpandanahinggaRp41,5jutapadaakhir2012,termasukRp25jutayangsedangdipin-jamparaanggota.

  • Pengelolaan Aset Desa14

    LEPmemiliki asetfinansial yangdapatdimanfaatkananggo-ta untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari termasuk ketikawarga mengalami gagal panen. Pemerintah propinsi jugamendorongtumbuhnyalembagaekonomiyangdikelolaparaperempuaninidenganmemberisuntikandanasebesarRp.20jutamelaluiprogramBahteramas.HalinimenunjukkanbahwaLEPtelahmembuktikansebagaikelembagaandesayangtum-buhdaritradisimasyarakatsipildesa.LEPadalahasetfinansialbagidesa.5

    e. Aset Fisik (Sarana Prasarana)

    Aset fisik misalnya dalam bentuk alat-alat pertanian, pertukangan, alat-alat untuk pertamanan, pemancing-an, alat transportasi yang bisa disewa, rumah-rumah yang bisa jadi tempat pertemuan, atau alat-alat lain se-perti kendaraan, pipa air, dan sebagainya. Aset fisik bisa juga disebut sebagai infrastruktur dasar (baik be rupa transportasi, shelter, air, energi, komunikasi), peralatan produksi dan alat-alat yang bisa mendorong warga me-

    5 Eko,Sutoroet.al.,2013,MutiaraPerubahan.InovasidanEmansipasiDesadariIndonesiaTimur.Yogyakarta:IRE-ACCESS,Hal.197-198.

  • Pengelolaan Aset Desa 15

    miliki kemampuan untuk mendapatkan peng hidupan, termasuk di dalamnya adalah bangun an kantor, toko/kios dan gedung serbaguna.

    f. Aset Kelembagaan

    Aset kelembagaan berbentuk badan-badan pemerin-tah atau lembaga-lembaga lain yang memiliki hubung-an dengan masyarakat, misalnya Komite Sekolah, la-yanan kesehatan, lembaga penyedia air minum atau listrik, Posyandu, layanan pertanian dan peternakan. Contoh-contoh ini biasanya memang disebut aset so-si al karena berkait dengan komunitas dan bisa dise-but aset kelembagaan bila disponsori atau didanai oleh pemerintah. BUM Desa yang siponsori oleh desa meru pakan contoh aset kelembagaan. Salah satu ki-sah sukses tentang BUM Desa adalah BUM Desa desa Labbo di Kabupaten Bantaeng dapat dilihat pada ko-tak 3.

  • Pengelolaan Aset Desa16

    Kotak 3.

    BUM Desa di Desa Labbo Kabupaten Bantaeng

    Bagaimana rasanyabila sebuahdesamengalami kelangkaanair?Bagimasyarakatmanapun,apalagimasyarakatdesa,ke-langkaanairadalahsebuahpetaka.Karenaairadalahkebutuh-andasar sekaligussumberkehidupan.Masyarakatmanapunakanmelakukanupayauntukbisamendapatkanair.DemikianjugayangdialamiolehwargadidesaLabbo,kabupatenBan-taeng.Warga desa ini mengalami kelangkaan air bertahun-tahunsampaikemudianmendapatbantuansaranaprasaranaairbersihtahun1980-andarilembagainternasionaldantahun2003dariPPK.

    Karenatidakadapenataandanpengaturanyangbaik,pihakdesa atas dukungan warga desa berinisiatif membuat BUMDesa pada tahun 2010 yang bertujuanmemaksimalkan tatakelola air bersih. Pemerintah kabupaten Bantaeng menga-lokasikandanahibahuntukmodalawalBUMDesasebesarRp.100 jutadanuntukpembeliandanpemasanganpipa&me-teransebesarRp.50juta.SaatiniUMDesLabbomemiliki415pelanggan.PenggunaanairdikenaitarifRp.250/kubikdanbi-ayabebanRp.500/kubik.

  • Pengelolaan Aset Desa 17

    Pengelolaanairkiniberkembangbaik,memberikemanfaatanbagiwargadesaatasairbersihdansecarasosialwargadesaterhindardarikonflikinternalkarenaberebutaksesairbersih.Selainitupengelolaandanaairbersihinimenghasilkanpema-sukanbagiPADes.6

    g. Aset Spiritual/Budaya

    Aset ini mengenai nilai-nilai yang penting dan meng-gairahkan hidup seperti nilai keimanan, kerelaan untuk berbagi dan saling mendoakan. Nilai yang lain adalah nilai budaya seperti menghormati orang tua dan men-jalankan tradisi-tradisi lokal dalam menjalin kerukunan dan kebersamaan.

    Semua aset tersebut mempunyai peran yang sama dalam mendorong pencapaian cita-cita menuju kehi-dup an dan kesejahteraan masyarakat dan desa yang lebih baik. Aset desa dalam berbagai bentuknya tidak

    6 Sumber:Roviana,SridanBorniKurniawan,2012,PengelolaanAsetDesauntukKese-jahteraan dan Pendidikan Sosial menuju Desa Demokratis. Stocktake PembelajaranProgramACCESSIIterhadapKemandirianDesadanPenanggulanganKemiskinandiIn-donesia.IRE-ACCESS.

  • Pengelolaan Aset Desa18

    akan bermanfaat dan berkembang untuk menyejah-te rakan warga masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Desa sebagai entitas yang terdiri dari warga masyarakat, wilayah bernaung, dan pemerintah desa--da pat menjadi arena bersama untuk menyemai kehi-dupan dan penghidupan dengan memanfaatkan aset yang mereka miliki.

    Pembangunan komunitas berbasis aset yang diper-ke nalkan oleh ACCESS Tahap II mengajak warga dan masyarakat desa menggali dan menemukan aset yang mereka miliki untuk dapat dikembangkan demi pe-ning katan kesejahteraan di berbagai bidang diantara-nya sosial dan ekonomi.7 Aset ditempatkan sebagai ke kuatan yang sudah dimiliki, namun banyak aset yang belum dimanfaatkan secara optimal dan belum disadari bahwa aset tersebut dapat bermanfaat untuk meraih cita-cita di masa depan. Aset desa dalam arti luas dimiliki baik di tingkat individu dan komunitas

    7 ACCESS Tahap II adalah program kemitraan Pemerintah Australia dan PemerintahIndonesia,bertujuanuntukmembantuupayapengentasankemiskinan,mendorongpem-berdayaanmasyarakatdanpenguatanmasyarakatsipildiIndonesiaterutamadidelapankabupatendiKawasanTimurIndonesia.ACCESSTahapIIdikembangkanberdasarkanke-berhasilanACCESSTahapI,memberikanfokusyanglebihbesarpadapenguatankapasitasOMS lokal danmembangun tuntutan terhadap tata kepemerintahan yang lebihbaik,danbekerja di berbagai lingkup (antara lain di lingkupmasyarakat, desa, kecamatan,kabupaten,propinsidannasional),untukmeningkatkantatakepemerintahanlokalyangdemokratisdengancaramemberikandukunganagarmasyarakat,organisasi-organisasimasyarakatdanwarganegaradapatberperanlebihbesar,danmampusecarakonstruktifberinteraksidinamisdenganpemerintah(Lihathttp://www.access-indo.or.id)

  • Pengelolaan Aset Desa 19

    menjadi dasar bagi warga dan masyarakat untuk me-ningkatkan kekayaan dan kesejahteraan.

    C. Bagaimana Status Kepemilikan Aset Desa?

    Berdasarkan status kepemilikannya, aset desa dibeda-kan menjadi tiga, yaitu:

    1. Kepemilikan oleh Desa

    Aset desa ini dikelola dan dimanfaatkan untuk kepen-tingan masyarakat desa, dimiliki oleh desa secara legal se-perti surat bukti kepemilikan bagi tanah kas desa atau sta-tus kepemilikan bagi bangunan desa. Aset tersebut dapat diperoleh melalui pembelian, sumbangan, bantuan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah maupun pihak lain, dan bantuan dari pihak ketiga yang sah dan tidak meng-ikat sesuai dengan paraturan perundang-undangan. Pada umum nya desa-desa di Jawa memiliki tanah kas desa se-bagai aset desa yang belum semuanya memiliki bukti ke-pe milikan yang diakui secara formal.

    Pengelolaan dan pemanfaatan tanah kas desa telah di-atur oleh regulasi di daerah di antaranya DIY dan Kabupa-ten Bekasi. Peraturan Gubernur DIY No. 11/2008 tentang Pengelolaan Tanah Kas Desa di DIY, mendefinisikan tanah kas desa adalah tanah milik desa berupa bengkok/lungguh,

  • Pengelolaan Aset Desa20

    pengarem-arem, titisara, kuburan, jalan desa, penggem-balaan hewan, danau, tanah pasar desa, tanah keramat, lapangan, dan tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Desa.4

    Peraturan Bupati Bekasi No. 12/2010 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Tanah Kas Desa di kabupaten Bekasi, menyebutkan tanah kas desa adalah suatu tanah yang di-miliki pemerintah desa dan dikelola untuk kegiatan pem-bangunan sehingga menjadi salah satu sumber pendapat-an desa bersangkutan berupa tanah bengkok, titisara, kuburan, jalan-jalan desa, danau-danau, tanah pasar desa, makam keramat, lapangan-lapangan dan lain-lain.5

    Selain tanah desa seperti dikemukakan di atas, desa juga memiliki aset desa yang tidak memiliki bukti kepe-milikan formal seperti hutan milik desa, tambatan perahu, tempat pelelangan ikan, dan mata air milik desa, tetap di-se but sebagai aset desa karena merupakan sumber daya desa yang berasal dari hak asal-usul. Hak asal-usul harus diakui, dihargai dan dihormati oleh negara. Desa dapat memanfaatkan dan mengelola hutan desa untuk kese jah-teraan warga masyarakat yang tinggal di wilayah hutan dan sekitarnya, akan tetapi kepemilikan formal tetap di tangan negara sesuai amanat UUD 1945 pasal 33 ayat 3 bahwa Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalam-nya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebe-sar-besarnya kemakmuran rakyat.

  • Pengelolaan Aset Desa 21

    Istilah tanah kas desa tidak lazim digunakan desa-desa di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kaliman-tan, Sulawesi, atau Sumatera. Setiap pendukung kebu-dayaan memiliki istilah sendiri yang menunjuk pada tanah desa. Contohnya adalah tanah pecatu di Lombok dan ta-nah kalakeran negeri di Minahasa. Tanah kalakeran negeri adalah tanah desa, tanah adat, tanah milik bersama pen-duduk desa, yang terdiri dari tanah pekuburan, jalan desa, dan sarana publik lainnya seperti lapangan sepak bola, dan pasar.8 Di Nusa Tenggara Timur, tanah adat yang dimiliki klen dari keluarga raja dapat berupa tanah penggembalaan dan hutan yang dimanfaatkan untuk memenuhi kehidupan warga masyarakat dan dapat dimanfaatkan untuk kepen-tingan publik seperti tempat membangun kantor pelayan-an desa, Puskesmas, sekolah, pasar desa, dan lain-lain.Tanah-tanah tersebut pada umumnya tidak memiliki bukti kepemilikan formal namun harus diakui oleh negara seba-gai aset desa yang dapat dikelola dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya.

    Aset sumber daya alam seperti hutan, ladang penggem-balaan, sungai dan mata air, pada umumnya dimiliki ber-dasarkan konsensus masyarakat lokal atau masyarakat adat yang telah lama mengelola sumber daya alam mereka secara turun-temurun sebagai warisan leluhur yang harus

    8 Soeripto, Sri Rahayu, Penggunaan Tanah Adat Untuk Kepentingan Pembangunan DiKecamatan LangowanKabupatenMinahasaPropinsi SulawesiUtara, TesisProdiMag.KenotariatanUniv.Diponegoro.Semarang.2007.

  • Pengelolaan Aset Desa22

    dijaga keberadaannya karena menjadi sumber kehidupan bersama. Aset sumber daya alam tersebut dikelola bersa-ma untuk memenuhi kehidupan dan penghidupan warga masyarakat. Contohnya adalah mamar pada masyarakat Timor di Nusa Tenggara Timur, Lembo pada masyarakat Dayak di Kalimantan Timur, Tembawang pada masyarakat Dayak di Kalimantan Barat, Repong pada Masyarakat Pe-minggir di Lampung, dan Tombak pada masyarakat Ba-tak di Tapanuli Utara.9 Meskipun demikian, konsensus se macam ini menjadi lemah karena ketidakjelasan kepemi-likan dan ketiadaan pengakuan dari negara, mengakibat-kan tekanan terhadap aset sumber daya dari pihak luar sa-ngat kuat.

    2. Kepemilikan oleh warga

    Kepemilikan aset oleh warga atau aset warga adalah aset yang dimiliki dan dikelola oleh warga desa, merupa-kan aset individu atau aset rumah tangga. Pada umumnya warga dan rumah tangga di Jawa memiliki rumah, tanah garap an (tegalan atau sawah), ternak, dan peralatan elek-tronik. Pada orang Punan di Kalimantan Timur, aset ru-mah tangga yang penting bagi mereka adalah perahu me sin (ketin ting dan mesin tempel), chainsaw, genset, TV, parabola, VCD, dan kulkas. Orang Punan juga memi-

    9 Sirait, Martua, et.al. Kajian Kebijakan Hak-Hak Masyarakat Adat di Indonesia; SuatuRefleksiPengaturanKebijakandalameraOtonomiDaerah.SeriKebijakanI.ICRAF-LATIN-P3AE_UI,Maret2001.

  • Pengelolaan Aset Desa 23

    liki aset tradisional bernilai ritual seperti tempayan, gong, sumpit, manik, dan cerapa. Orang Punan adalah kelom-pok masyarakat asli yang mendiami hutan Borneo di Kali-mantan Timur.10

    Seperti pada umumnya masyarakat di Nusa Tenggara Timur, warga desa Loli dan Enoneontes di Kabupaten Timor Tengah Selatan memiliki aset ternak terutama babi dan sapi yang bernilai ritual dan sosial. Sapi dan babi sa ngat penting dalam aktivitas ritual memperingati lingkaran hidup manu-sia maupun dalam aktivitas sosial seperti memenuhi kebu-tuhan sekolah dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Pada umumnya babi dipelihara di halaman belakang rumah, se-dangkan sapi dibiarkan mencari makan di hutan.

    Warga desa Gunungsari di kabupaten Buton Utara memiliki dan mengelola ternak sebagai aset rumah tangga yang berharga untuk mendukung perekonomian rumah tangga. Mereka menerapkan sistem bagi hasil untuk pe-milik dan pemelihara sapi penggemukan dengan kompo-sisi keuntungan masing-masing 50%. Ada pula kerjasama antara peternak pemilik dan peternak penyewa sapi untuk menarik kayu gelondongan dari hutan dengan komposisi keuntungan masing-masing juga 50%.11

    10 Sitorus, Soaduon, et.al., Potret Punan Kalimantan Timur. Sensus Punan 2002-2003.Jakarta:CIFOR,2004.

    11 Kurniawan,Borni,2013.GerakanPerempuanMembangunEkonomiHijaudariIndonesiaTimur.ThematicPaper.IRE-ACCESS.

  • Pengelolaan Aset Desa24

    3. Kepemilikan oleh masyarakat

    Kepemilikan oleh masyarakat atau aset masyarakat adalah aset yang diinisiasi dan dikelola oleh kelompok-kelompok masyarakat dan organisasi warga yang keman-faatannya dapat menyentuh masyarakat banyak. Con-toh-contoh tentang aset masyarakat adalah kegiatan pem bangunan dan pemberdayaan yang dikelola oleh ka-um perempuan seperti community center (Lihat Kotak 4). Aset masyarakat yang secara langsung menghasilkan nilai ekonomi misalnya gerakan perempuan untuk penguatan ekonomi lokal (Lihat Kotak 5).12

    12 Sumber:DyahWiduri danPatje Saubaki, 2012, PartisipasiWargadalamPengentasanKemiskinan.PelajaranBerhargadariKabupatenKupang,NTT.StocktakePembelajaranProgram ACCESS II terhadap Kemandirian Desa dan Penanggulangan Kemiskinan diIndonesia.IRE-ACCESS.

  • Pengelolaan Aset Desa 25

    Kotak 4.

    Community centre di Lombok Barat

    Community centremerupakangejalasosialyangmenarikka-rena diinisiasi dan digerakkan oleh masyarakat sipil, mem-fungsikan diri sebagai pusat layanan informasi, pengaduandanpembelajaransederhanabagiwarga, sertamenjadialatkontrolyangefektifbagiunit-unitpelayananpublik.DiLom-bokBarat,dijumpai13community centre yangmenjalankanfungsinyahinggamenyentuhisukekerasandalamrumahtang-gayangsangatsensitifbagikaumperempuandanwargama-syarakat luas.Peran-peranyangdilakukancommunity centre diantaranyaadalah:

    Pertama, CCmenjadi sarana penyampaikan complainwargaterhadappelayananpublik;

    Kedua,CCmenjadiwadahberbagiilmudanketerampilanbagiparaperempuananggotanya,memahamipentingnyapenguat-anperempuandiruangdomestikdanpublik,sertapentingnyapartisipasiperempuandalamperencanaanpenganggarandesa.

    Ketiga, CC melakukan kontrol terhadap kualitas pelayananpublikterutamadibidangkesehatandanpendidikan.

  • Pengelolaan Aset Desa26

    Keempat,CCmelakukanfasilitasidanpendampinganbagica-lonburuhmigrandanburuhmigranitusendiri,sertamelaku-kanadvokasi padapemerintahdesaagar turutmemberikanperlindunganpadawarganya.13

    13 Sumber: Dina Mariana & Sutoro Eko, 2012, Emansipasi Lokal di Desa Transisional.PelajaranBerhargadariKabupatenLombokBarat,NTB.StocktakePembelajaranProgramACCESS II terhadap KemandirianDesa dan Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia.IRE-ACCESS.

  • Pengelolaan Aset Desa 27

    Kotak 5.

    Gerakan Ekonomi Kaum Perempuan

    GerakanperempuanselainmelahirkancommunitycentrediLombokBarat,jugamendorongbangkitnyaperanperempuandalamekonomi lokal.Padatahun2004telahlahirKelompokPerempuanUsahaKecil (KPUK)UsahaBarudidesaOemasi,kabupatenKupang.Beranggotakan16ibu,merekamenyeleng-

  • Pengelolaan Aset Desa28

    garakanarisandansimpanpinjam.Padaawalpembentukankelompok,merekamematokiuranpokokRp10.000daniuranwajib Rp 1.000/bulan/anggota. Hingga tahun 2012 modalsimpanpinjamkelompokberkembangmenjadiRp8.500.000.Para anggotamemanfaatkan uang pinjaman untukmenam-bahmodalproduksikaintenun.Menenuntelahmenjadiba-gian darimata pencaharian perempuan desaOemasi selainmenjadipetaniladang.Uanghasilmenenundigunakanuntukmembelikebutuhansehari-haritermasukmembeliberasdanuntukmembiayaipendidikananak.KelompokinimembangunjaringanpemasarandenganbanyaktokodiKupangyangmen-jualsouvenirberbahantenunikatsepertiselendang/syalke-cil,sarung,kain,tas,dompet,tempatkacamata,tempatpensildanlain-lain.Sayangnya,merekahanyabisamembuatselen-dangdansarungsepertikebanyakanparapenenundikabu-paten Kupang. Padahal, pasarmembutuhkan banyak ragamproduk.Menyadari kebutuhan pasar serta potensi ekonomitenunikat,saatinimerekamengembangkanketerampilanun-tukmenghasilkananekasouveniragarmakinbanyakprodukyangbisadiserappasar.

    DidesaEnoneonteskabupatenTimorTengahSelatan,masya-rakatmembentukkelompok-kelompoktanimengembangkanlumbung pangan untuk meningkatkan ketahanan pangan.Keterbatasansumberdayaairuntukkebutuhanrumahtang-

  • Pengelolaan Aset Desa 29

    ga dan lahan pertanian mengakibatkan sistem penanam-an tanaman jangka pendek kurang dikembangkan, padahaltanaman jangka pendek dapatmenjadi jaminan ketersedia-an akses pangan masyarakat. Mereka kemudian memben-tuk kelompok,menentukan lahan untuk pertanian palawija,mengikutipelatihandanpendampinganyangdiselenggarakanpemerintahdaerahdanLSMsetempat.Salahsatukelompokperempuan (Mawar) membuka lahan bersama, melakukanpenanamantanamansayur-sayurandanmemeliharanya.Hasilpertaniandijualuntukpenghasilankelompokdanpembelian

    bibitdankebutuhanlainnya.14

    Aset masyarakat yang menghasilkan nilai ekonomi se-lain organisasi warga yang membentuk kelompok-kelom-pok ekonomi perempuan adalah hutan rakyat kemitraan. Hutan Rakyat adalah salah satu skema perhutanan sosial yang diinisiasi oleh Kementerian Kehutanan. Hutan rakyat yang berdiri di atas hutan milik petani merupakan model

    14 Sumber:DyahWiduri danPatje Saubaki, 2012, PartisipasiWargadalamPengentasanKemiskinan.PelajaranBerhargadariKabupatenKupang,NTT.StocktakePembelajaranProgram ACCESS II terhadap Kemandirian Desa dan Penanggulangan Kemiskinan diIndonesia.IRE-ACCESS.

  • Pengelolaan Aset Desa30

    kemitraan dengan pola bagi hasil antara petani pemilik la-han dengan pihak-pihak lain yang dikelola berdasar prinsip saling menguntungkan. Petani menanam tanaman kayu untuk memenuhi permintaan bahan baku kayu di pasar da lam dan luar negeri.

    Contohnya, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Su ngai (BPDAS) Unda Anyar pada tahun 2010 membangun mo-del hutan rakyat kemitraan seluas 175 hektar di kabupaten Karangasem, Bangli, Buleleng, dan Jembrana. Di Jawa Timur, perusahaan produksi plywood bekerja sama dengan petani pemilik lahan hutan untuk menghasilkan tanaman sengon melalui program kemitraan hutan rak yat. Sengon sangat dibutuhkan oleh dunia industri merupa kan bahan pembuat petik, papan penyekat, pengecoran semen, in-dustri korek api, pensil, papan partikel, dan bahan baku industri pulp kertas. Dari sisi ekonomi warga masyarakat memperoleh peningkatan pendapatan, dari sisi sosial ske-ma ini merupakan bagian dari pemberdayaan masyarakat, dari sisi lingkungan membantu rehabilitasi lahan dan men-jaga kelestarian lingkungan.

    D. Mengapa Aset Desa Penting?

    Aset desa penting karena dapat memberi manfaat bagi pemerintah desa dan masyarakat. Bagi pemerintah desa, aset desa dapat menjadi sumber pendapatan desa,

  • Pengelolaan Aset Desa 31

    kekayaan desa, dan modal usaha desa untuk kegiatan-ke-giat an pembangunan. Bagi masyarakat desa, pengelolaan aset desa dapat memberi manfaat, diantaranya adalah se-bagai berikut:

    1. Membuka kesempatan bekerja dan berusaha2. Meningkatkan pendapatan masyarakat desa 3. Memberikan penguatan dan eksistensi untuk kemandi-

    rian masyarakat desa

    Keberadaan aset desa di wilayah desa memiliki nilai strategis karena diakui secara legal dengan bukti kepemilik-an yang sah, dapat menghasilkan nilai ekonomi melalui pro ses pengelolaan dan pengembangan, serta memiliki ke manfaatan bagi masyarakat luas.

    Pemanfaatan aset desa bagi masyarakat luas akan lebih maksimal jika desa melakukan distribusi yang adil. Aset tidak lagi bermakna aset pasif tetapi aset aktif yang dapat menjamin pemanfaatan hasil pengelolaan diperoleh masyarakat luas terutama kaum perempuan dan ma sya ra-kat miskin di pedesaan.

    Aset desa sebagai aset aktif yang dikelola oleh kelem-bagaan desa dapat mewujudkan kemandirian desa. Ke-mandirian desa dalam arti desa memiliki emansipasi (pra-karsa, kemampuan, dan gerakan kolektif) untuk mengelola aset desa yang menyumbang pada kemakmuran dan kese-

  • Pengelolaan Aset Desa32

    jahteraan. Melalui pengelolaan aset desa, desa dapat ber-manfaat dalam pemberian pelayanan publik dan mengem-bangkan aset lokal dan aset milik bersama sebagai sumber penghidupan ekonomi. 15

    15 DESA=DemokratisEmansipasiSejahteraAdil.PositionPaperuntukRUUDesa.Yogyakarta:FPPD.2013,hal.24-25.

  • Pengelolaan Aset Desa 33

    BAB IIBAGAIMANA DESA MENGATUR DAN

    MENGELOLA ASET DESA ?

    UU No. 6/2014 tentang Desa pasal 77 ayat (1) menye-butkan bahwa pengelolaan kekayaan milik Desa dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup ma sya-rakat Desa serta meningkatkan pendapatan desa. Tujuan pe nge lolaan kekayaan milik Desa ini sejalan de ngan regulasi sebelumnya yang tertuang dalam Permendagri No. 4/2007 di mana Pemerintah desa memperoleh mandat untuk me-nge lola kekayaan desa yang dimanfaatkan se penuhnya un-tuk kepentingan penyelenggaraan pemerin tahan, pemb a-ngunan, dan pelayanan masyarakat desa.

    Pengelolaan aset desa adalah segala kegiatan dan tin dak an terhadap aset desa mulai dari perencanaan, peng adaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pe me liharaan, peng hapusan, pemindah-tanganan, pena ta-usa haan, penilai an, pembinaan, pengawasan dan pengen-dalian. Sekalipun men dapat mandat pengelolaan, pemerin-

  • Pengelolaan Aset Desa34

    tah desa tidak dapat me manfaatkannya untuk kepentingan pribadi atau segelintir orang. Rambu-rambu ini telah jelas dibuat dalam regulasi tentang aset desa. Pengelolaan aset desa harus mendapatkan per setujuan dari BPD yang meru-pakan lembaga perwakilan desa. Jika dilakukan pelepasan hak kepemilikan aset desa ha rus mendapat persetujuan BPD dan ijin tertulis dari Bupati/Wa li kota dan Gubernur.Dalam pengelolaan aset desa, semua proses harus dijalan-kan mengikuti asas atau prinsip dasar tertentu meng ikuti azas umum pengelolaan barang milik negara (BMN).

    Prinsip dasar atau kaidah-kaidah dalam pengelolaan aset desa adalah sebagai berikut:

    Fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pe me-cahan masalah-masalah di bidang pengelolaan barang mi-lik desa yang dilaksanakan pengelola harus sesuai fungsi, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing.

    Kepastian hukum, yaitu pengelolaan aset desa harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perun-dang-undangan.

    Keterbukaan, penyelenggaraan pengelolaan aset de-sa harus terbuka bagi semua pihak. Masyarakat berhak menerima informasi mengenai tujuan, sasaran, dan hasil pengelolaan aset desa.

    Efisiensi, pengelolaan aset desa diarahkan agar digu-nakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang di-

  • Pengelolaan Aset Desa 35

    perlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal.

    Akuntabilitas, seluruh proses dan kegiatan pengelo-laan aset desa dari usulan hingga pencapaian hasilnya harus dapat dipertanggungjawabkan pada semua pihak terutama masyarakat desa.

    Kepastian nilai, pengelolaan aset desa harus di du-kung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan aset serta penyusutan neraca pemerintah.16

    UU No. 6/2014 pasal 77 ayat (1) menambahkan asas atau prinsip dasar dalam pengelolaan aset desa adalah asas kepentingan umum, yang mengandung pengertian bah wa pengelolaan aset desa didasarkan pada kepenting-an masyarakat luas di atas kepentingan individual, kelom-pok, atau golongan tertentu. Kepentingan masyarakat luas ini dalam pelaksanaannya dijamin dan dilindungi oleh per-aturan perundang-undangan.

    Pengelolaan aset desa harus memenuhi azas-azas seba-gaimana disebutkan di atas, dengan tujuan sebagai berikut:

    1. Meningkatkan pendapatan asli desa (PAD)2. Memfasilitasi pelayanan publik bagi warga desa

    16 Sumber:http://barang-milik-negara.blogspot.com/2011/04/asas-umum-pengelolaan-barang-milik.html#.UbMuqJz67cM. Diunduh 8 Juni 2013. http://www.djkn.depkeu.go.id/pages/layanan-bmn.html.Diunduh8Juni2013.

  • Pengelolaan Aset Desa36

    3. Mengembangkan aset lokal dan aset milik bersama untuk meningkatkan kesejahteraan warga desa

    4. Memberdayakan dan mengembangkan kapasitas war-ga desa untuk melakukan pemetaan dalam mengem-bangkan aset lokal dan aset milik bersama untuk men-ingkatkan perekonomian warga desa.

    Agar pengaturan dan pengelolaan aset desa menjadi lebih optimal dan berkekuatan, pemerintah Kabupaten perlu membuat kebijakan khusus mengenai pengelolaan aset desa seperti dilakukan Kabupaten Grobogan dan Ka-bupaten Bima. Kebijakan ini akan menjadi landasan bagi pemerintah desa dalam melakukan pengelolaan aset desa. Perda Kabupaten Grobogan No. 5/2009 tentang Sumber Pendapatan dan Kekayaan Desa diantaranya mengatur pe-ngelolaan sumber pendapatan dan kekayaan desa yang terdiri dari pengurusan dan pengelolaan; administrasi dan status hukum; alih fungsi dan perubahan status hukum kekayaan desa. Perda mengamanatkan Pemerintah Desa bersama-sama dengan BPD berkewajiban mengamankan, melestarikan serta mengelola sebaik-baiknya kekayaan de-sa yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh Desa.

    Perda Kabupaten Bima No. 4/2008 tentang Sumber Pendapatan Desa mengklasifikasikan kekayaan desa lebih beragam dibandingkan kekayaan desa yang dirinci dalam Permendagri No. 4/2007, yakni:

  • Pengelolaan Aset Desa 37

    a. tanah kas desa;b. pasar desa;c. pasar hewan milik desa;d. tambatan perahu milik desa;e. bangunan desa;f. pelelangan ikan yang dikelola oleh desa;g. objek rekreasi milik desa;h. pemandian umum milik desa;i. hutan desa;j. tempat pemancingan umum desa;k. jalan desa;l. tanah makam desa;m. tanggul, saluran tersier desa;n. lain-lain kekayaan milik desa.

    Desa wisata saat ini sedang menjadi wacana bagi ber-bagai pihak karena dalam perkembangannya dapat member-dayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Kehadiran desa wisata yang tidak dikelola dengan baik oleh Pemerintah Desa dan tidak didukung regulasi yang mema-dai, akan menjadi persoalan di kemudian hari. Pengelolaan oleh individu atau kelompok memungkinkan terjadinya kom petisi yang tidak sehat antarmereka dan memungkin-kan terjadinya pengalihan pengelolaan secara sepihak oleh pihak lain yang lebih kuat seperti Pemerintah Daerah atau

  • Pengelolaan Aset Desa38

    pengusaha besar. Aset desa yang seharusnya dapat melahir-kan spirit pemberdayaan dan mengembangkan kewirausa-haan untuk meningkatkan kehidupan warga menjadi tidak terwujud, akibatnya warga desa hanya me nge nyam tetesan-tetesan ekonomi yang dinikmati segelin tir warga saja.

    Setiap daerah dan desa dapat menyusun regulasi da-lam melakukan pengelolaan aset desa dengan memper-timbangkan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya ma-sing-masing daerah. Contohnya pengelolaan wisata yang ber kaitan dengan keberadaan pura Tanah Lot di Bali ber-ada di tangan Desa Adat, bukan di tangan Desa Dinas, diperkuat dengan Peraturan Daerah. Berbeda dengan pe-nge lolaan desa wisata di kabupaten Gunung Kidul dilaku-kan oleh BUM Desa yang dikelola oleh pemerintah desa dan masyarakat Bleberan.

    Pada bab ini, buku ini membahas cara mengatur dan mengelola aset desa, yaitu kegiatan-kegiatan yang dilaku-kan agar pengelolaan aset desa teradministrasi dengan baik sehingga optimalisasi aset dapat dicapai.

    A. Bagaimana Mengadministrasikan Aset Desa?

    Karena manfaatnya sangat besar bagi masyarakat, aset desa perlu dikelola secara baik berlandaskan pada azas-azas pengelolaan sebagaimana telah disebutkan di atas. Hal yang penting adalah pengadministrasian seluruh

  • Pengelolaan Aset Desa 39

    Bag

    an 1

    . Pen

    cata

    tan

    Ase

    t D

    esa

  • Pengelolaan Aset Desa40

    aset desa secara tertib. Seluruh aset desa tersebut harus dilindungi dengan bukti atau alas hak yang kuat berupa do-kumen kepemilikan yang sah atas nama desa, utamanya adalah aset-aset yang berupa tanah dan aset fisik lainnya. Bagan 1 merupakan hal-hal pokok yang harus diperhati-kan dalam mengadministrasikan aset desa.

    Bukti kepemilikan terutama tanah ada yang berben-tuk sertifikat, ada pula yang masih berbentuk Letter C. Di desa Sumbermulyo kecamatan Bambanglipuro kabupaten Bantul memiliki tanah kas desa yang sebagian besar masih dalam bentuk Letter C, digunakan untuk kantor desa, kantor-kantor pemerintah lainnya seperti sarana pendidik-an dan kesehatan, lapangan, jalan-jalan desa, bantaran su ngai, dan tanah-tanah pekarangan yang produktif dan ti dak produktif. Letter C adalah tanda bukti berupa catat-an dan keterangan tanah yang berada di kantor desa atau kelurahan. Secara hukum Letter C lemah sebagai bukti kepemilikan tanah karena buku letter C sebenarnya dijadi-kan dasar dalam catatan penarikan pajak, bukan sertifikat yang merupakan bukti kepemilikan yang sah. Desa secara bertahap perlu melakukan sertifikasi tanah kas desa agar terhindar dari perselisihan kepemilikan di kemudian hari.

    Asal atau cara memperoleh aset desa dicantumkan dalam aset desa, misalnya berasal dari pembelian melalui APBDes, swadaya masyarakat murni, swadaya masyarakat

  • Pengelolaan Aset Desa 41

    dan PNPM Mandiri Perdesaan, hibah dari pihak ketiga, dan lain-lain.

    Agar pengadministrasian rapi, tertib dan aman, desa perlu menetapkan orang-orang yang bertanggungjawab terhadap pendataan, pengelolaan, pemeliharaan dan peng-amanan aset. Dalam melakukan pencatatan dan penda ta-an, buku aset desa selain memuat aset fisik dapat memuat aset desa yang lain yaitu aset sumber daya manusia, aset sumber daya alam, aset fisik atau infrastruktur, aset sosial atau perkumpulan, aset institusi, aset finansial, aset spiri-tual dan budaya, beserta asal atau cara memperoleh aset desa tersebut.

    B. Siapa yang Bisa mengelola Aset Desa?

    Setelah seluruh aset desa terkelola dan teradministrasi secara baik, agar lebih berdayaguna dan berhasilguna bagi pemerintah desa dan masyarakat desa, maka aset desa per-lu dikelola dan dimanfaatkan. Mereka yang diperboleh kan melakukan pengelolaan dan pemanfaatan aset desa adalah:

    1. Anggota Masyarakat2. Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa)3. Instansi Pemerintah4. Swasta

  • Pengelolaan Aset Desa42

    Untuk mengefektifkan pengelolaan aset desa, Peme-rintah Desa dapat membentuk kepanitiaan atau pengelola dari berbagai unsur yang terpisah dari manajemen pemerin-tahan desa. Desa dapat mengelola aset desa melalui BUM Desa atau kepanitiaan yang terdiri dari Pemerintah Desa dan masyarakat. Berikut ini adalah contoh yang menunjuk-kan alur pembentukan pengelola aset desa.

    Di kabupaten Kebumen keberadaan BUM Desa belum me masyarakat, untuk itu dibentuk kepanitiaan melalui Mu -sya warah Desa dalam mengelola aset desa. Panitia terdiri dari unsur Pemerintah Desa, lembaga kemasyarakat an desa, dan tokoh masyarakat, yang terdiri dari ketua, se kre ta ris, benda-hara, dan anggota; dan bertugas diantara nya mela ku kan in-ventarisasi aset desa, menaksir harga aset desa, me lakukan kegiatan pengadaan hingga pengaman an aset desa. Biaya yang timbul atas pengelolaan itu bersumber dari APB Desa dan/atau pihak ketiga sesuai dengan per atur an perundang-undangan yang berlaku. Pengelola ber tang gung jawab ke-pada kepala desa dan membuat laporan kepada Ke pala Desa dengan tembusan BPD. Pe nge lolaan aset desa melalui BUM Desa mengikuti langkah-langkah ker ja dalam BUM Desa. Aset desa yang dikelola BUM Desa merupakan salah satu atau beberapa unit usaha BUM Desa. Contohnya desa Labbo di kabupaten Bantaeng mengelola sumber air bersih yang merupakan aset desa untuk meme nuhi kebutuh an warga desa seperti diceritakan pada Kotak 3.

  • Pengelolaan Aset Desa 43

    Bag

    an 2

    . Pen

    gelo

    la A

    set

    Des

    a

  • Pengelolaan Aset Desa44

    Di Kabupaten Bima, pengelolaan pasar desa seba-gai aset desa diserahkan pada Pemerintah Desa. Bagi desa yang membentuk BUM Desa, pasar desa menjadi salah satu unit usaha BUM Desa. Bagi desa yang belum memi-liki BUM Desa, Pemerintah desa dapat membentuk kepe-ngurusan pasar desa yang terdiri dari Camat, Kepala Desa, Ketua BPD, kepala unit usaha, dan staf unit usaha pasar desa. Pengelolaan pasar desa diperkuat dengan regulasi

  • Pengelolaan Aset Desa 45

    desa sebagai bentuk tanggung jawab desa dalam memberi pelayanan pada warganya. Pengelola pasar desa diantara-nya bertugas memungut retribusi pasar untuk diserahkan pada pemerintah desa secara rutin; melaksanakan peng-amanan, kerapihan, dan kebersihan pasar desa; menjamin fasilitas umum di pasar desa terpenuhi.

    Pasar Desa adalah pasar yang berada di wilayah desa, bersifat historis dan tradisional serta ditumbuhkembangkan oleh pemerintah desa. Pasar menjadi ruang jual beli, ruang pertukaran barang dan jasa, yang mendorong hidupnya perekonomian desa.17 Sebagai pasar yang ada di wilayah desa, hasil produksi desa dapat langsung dipasarkan di de-sa, mengurangi pengeluaran biaya angkutan, dengan de-mikian dapat menekan harga jual.

    Pengelolaan pasar desa tidak semata-mata menjadi sa lah satu sumber pendapatan asli desa, namun memili-k i makna pemberdayaan masyarakat karena produk lokal diperkenalkan pada para pembeli, membuka kesempatan kerja bagi warga desa, dan terpenuhinya kebutuhan kon-sumsi dan produksi yang diperlukan warga desa.

    Pada umumnya desa memiliki Surat Keputusan Kepa-la Desa tentang Pengelolaan Pasar Desa sebagai bentuk tanggung jawab desa memberi pelayanan pada warganya.

    17 LihatWahyudi,ImamR.,PasarDesauntukKemakmuranDesa,16Oktober2012,diunduh8 Juni 2013 di http://pmd-jogja.com/berita-144-pasar-desa-untuk-kemakmuran-desa.html

  • Pengelolaan Aset Desa46

    Di desa dibentuk unit pengelola pasar desa yang diantara-nya bertugas memungut retribusi pasar untuk diserahkan pada pemerintah desa secara rutin; melaksanakan penga-manan, kerapihan, dan kebersihan pasar desa; menjamin fasilitas umum di pasar desa terpenuhi.

    Kabupaten Rokan Hulu di Provinsi Riau lebih spesi-fik menyusun regulasi yang berkenaan dengan pengelola-an aset desa dengan mengeluarkan Peraturan Bupati No. 40/2011 tentang Pedoman Pengelolaan Pasar Desa. Regu-lasi ini mendudukkan pasar desa menjadi urusan atau ke-wenangan Pemerintah Desa untuk mengatur dan menge-lola. Langkah ini mengandung dua hal yaitu:

    Pertama, pemerintah daerah secara sah telah menye-rahkan pengelolaan pasar desa yang dibangun oleh Peme-rintah, Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Daerah pada Pe merintah Desa.

    Kedua, Pemerintah Daerah membuat pedoman penge-lolaan sejak pembentukan, pembangunan dan pe ngem bang-an, pengelolaan, kepengurusan, tahun buku dan ang garan, keuangan, bagi hasil, perlindungan dan pem ber dayaan pasar desa, kerjasama dengan pihak ketiga, per tang gungjawaban, hingga pembinaan dan pengawas an. Pe do man ini menjadi landasan bagi Pemerintah Desa untuk men jaga koridor dalam mengelola pasar desa.

  • Pengelolaan Aset Desa 47

    Pemerintah Daerah di mana pun perlu membuat ke-bijakan-kebijakan khusus seperti regulasi yang dibuat ka-bupaten Rokan Huku tersebut terutama untuk melindungi aset desa dari pengusaha luar desa, menjelaskan keduduk-an aset desa yang bertempat di desa, dan pada gilirannya menghindari konflik pengelolaan aset desa di kemudian hari.

    Pengelolaan aset desa oleh swasta perlu dibuat aturan yang jelas agar tidak menjadi masalah di kemudian hari. Aturan ini mencakup misalnya, bagaimana kewenangan swasta dalam mengelola aset desa, seberapa besar pemba-gian hasilnya, sampai kapan pengelolaannya, serta tang-gungjawab akhir dari swasta. Aturan tersebut seyogyanya dibuat dalam bentuk misalnya peraturan desa dan daerah.

    C. Apa Jenis-Jenis Pemanfaatan Aset Desa?

    Pemanfaatan aset desa yang lazim dikenal dan dijum-pai di desa-desa di berbagai daerah dapat dilihat dalam ta bel 1 berikut ini.

  • Pengelolaan Aset Desa48

    Tabel 1. Pemanfaatan Aset Desa

    NO PEMAN- FAATAN

    PENGERTIAN KETENTUAN

    1 Penyewaan Penyerahanhakpenggu-naanataupemakaianba-rangkepadapihakketigadalamhubungannyadengansewamenyewadenganketentuanpihakketigatersebutharusmemberikanimbalandalamjangkawaktutertentu.

    1. menguntungkanDesa2. jangkawaktupalinglama

    3(tiga)tahunsesuaide-nganbentukasetdesadandapatdiperpanjang

    3. penetapantarifsewaditetapkandenganKepu-tusanKepalaDesasetelahmendapatpersetujuanBPD

    2 Pinjampakai PinjampakaidilakukanolehPemerintahDesadenganinstansipemerin-instansipemerin-emerin-tahlainnya. Pinjampakaiasetdesadapatdilakukan kecualiterhadaptanahdanbangunan.

    1. dilaksanakanolehKepalaDesasetelahmendapatpersetujuanBPD;

    2. Jangkawaktupinjampa-kaipalinglama7(tujuh)haridandapatdiperpan-jang;

  • Pengelolaan Aset Desa 49

    NO PEMAN- FAATAN

    PENGERTIAN KETENTUAN

    3 Kerjasamapemanfaatan

    Kerjasamapemanfaatan dilakukanatasdasarmengoptimalkandayagunadanhasilgunaasetdesasertameningkatkanpendapatandesa.

    1. tidaktersediaatautidakcukuptersediadanadalamAPBDesuntukmemenuhibiayaope-rasional/pemeliharaan/perbaikanasetDesa;

    2. penetapanmitrakerja-samapemanfaatanberdasarkanmusyawarahmufakatantaraKepalaDesadanBPD;

    3. ditetapkanolehKepalaDesasetelahmendapatpersetujuanBPD;

    4. tidakdibolehkanmeng-gadaikan/memindahtang-ankankepadapihaklain;dan

    5. jangkawaktupalinglama3(tiga)tahunsesuaidenganjenisaset desa dandapatdiperpanjang.

  • Pengelolaan Aset Desa50

    NO PEMAN- FAATAN

    PENGERTIAN KETENTUAN

    4 BangunGuna Serah

    Pemanfaatanasetdesa berupatanaholehpihaklaindengancaramendi-rikanbangunandan/atausaranaberikutfasilitas-nya,kemudiandidaya-gunakanolehpihaklaintersebutdalamjangkawaktutertentuyangtelahdisepakatiuntukselanjutnyadiserahkankembalitanahbesertabangunandan/atausaranaberikutfasilitas-nyasetelahberakhirnyajangkawaktu.

    a.PemanfaatanasetdesaberupaBangunGuna Serah dan BangunSerahGunadilakukanatasdasar:

    pemerintahdesame-merlukanbangunandanfasilitasbagipenyeleng-garaanpemerintahandesauntukkepentinganpelayananumum;dan

    tidaktersediadanadalamAnggaranPen-dapatanBelanjaDesauntukpenyediaanba-ngunandanfasilitas.

    b.Jangkawaktupeman-faatanasetdesaberupaBangunGuna Serah dan BangunSerahGunapalinglama20(duapuluh)tahundandapatdiperpanjangsetelahterlebihdahuludilakukanevaluasiolehKepalaDesadanBPD.

    5 BangunSerah Guna

    Pemanfaatanasetdesa berupatanaholehpihaklaindengancaramendirikanbangunandan/atausaranaberikutfasilitasnya,dansetelahselesaipembangunannyadiserahkanuntukdidaya-gunakanolehpihaklaintersebutdalamjangkawaktutertentuyangdisepakati.

  • Pengelolaan Aset Desa 51

    NO PEMAN- FAATAN

    PENGERTIAN KETENTUAN

    6 BagiHasil Hubunganhukumyangberupabagihasildalampengelolaandanpeman-faatanasetdesadiper-untukkanbagiasetdesayangberupasumberdayaproduktif,baikberupatanahataupunasetlainyangberupamodalkerja.

    1. Asetyangdikelolabersifatproduktifdanmenghasil-kanpendapatan;

    2. Menguntungkankeduabelahpihak

    7 Pemanfaatanbersamayangtidakmengikat

    Hubunganhukumantarasubjekdanobjekasetdesayangpengelolaandanpemanfaatannyabersifatkolektifdantidakmengikat,dilakukanterhadapasetdesayangbersifatopen access, dimanaasetdesadapatdipergunakanolehsetiapanggotamasyarakatyangmembutuhkantanpaadaikatansecarakhusus,kecualiikutsertadalampemeliharaandanketertibandalampeman-faatan.

    1. Hubunganhukumantarasubjekdanobjekasetdesayangpengelolaandanpemanfaatannyabersifatkolektifdantidakmengikat,dilakukanter-hadapasetdesayangber-sifatopen access, dimana asetdesadapatdipergu-nakanolehsetiapanggotamasyarakatyangmembu-tuhkantanpaadaikatansecarakhusus,kecualiikutsertadalampemeliharaandanketertibandalampemanfaatan.

    2. Pengelolaandanpeman-faatanasetdesaolehpemerintahdesadantidakmelibatkanpihakketigacukupdiadminis-trasikansecaratertibdanberkelanjutan,agartetapterjaminkeamanannya.

    Sumber: Permendagri No. 4/2007

  • Pengelolaan Aset Desa52

    Selain ketentuan seperti tertuang dalam tabel peman-faatan aset desa, semua bentuk pemanfaatan--kecuali pe-manfaatan bersama yang tidak mengikat--harus membuat Surat Perjanjian. Mengacu pada jenis pemanfaatannya (pe-nyewaan, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah, bangun serah guna, bagi hasil), sekurang-ku-rangnya memuat hal-hal berikut ini:

    pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian obyek perjanijian; nilai/proporsi; jangka waktu; hak dan kewajiban para pihak; penyelesaian perselisihan; keadaan di luar kemampuan para pihak (force ma-

    jeure); dan peninjauan pelaksanaan perjanjian.

    Desa Sumbermulyo tidak secara khusus mengelola aset desa yang pada umumnya berupa tanah kas desa. Desa ini tidak memiliki wilayah hutan atau pantai atau aset sumber daya alam lainnya. Pasar Desa yang terletak di desa Sumbermulyo tidak dikelola oleh desa, tetapi dikelola oleh pemerintah kabupaten.

    Pemanfaatan tanah kas desa sebagian besar untuk di-se wakan pada warga masyarakat dan perusahaan, hasilnya

  • Pengelolaan Aset Desa 53

    menjadi bagian dari Pendapatan Asli Desa yang digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat. Biaya sewa diatur mengi-kuti Peraturan Desa Sumbermulyo Nomor 02/2012 ten-tang Pengelolaan Sumber Pendapatan Desa Tahun Ang-garan 2012. Contohnya, desa Sumbermulyo menyewakan lahan pada perusahaan dengan biaya sewa Rp 8 juta rupi-ah per hektar per tahun. Biaya sewa lahan untuk kandang sapi dan sawah yang diusahakan kelompok tani sekitar Rp 3.000 rupiah per meter persegi. Biaya sewa kios desa sebe-sar Rp 3 juta rupiah per dua tahun.

    Pada dasarnya, penyewaan aset desa tidak semata-mata ditujukan untuk mendapatkan pemasukan bagi desa, namun desa dapat memberi ruang bagi masyarakat yang membutuhkan lahan sebagai mata pencaharian hidup dan menjadi sumber pendapatan keluarga. Kotak 6 menceri-takan pemanfaatan tanah kas desa di desa Umbulmartani kabupaten Sleman.

  • Pengelolaan Aset Desa54

    Kotak 6.

    Pemanfaatan Tanah Kas Desa Sebagai Aset Desa

    Pada umumnya desa-desa di propinsi Yogyakarta mengaturdanmengelolatanahkasdesauntukkepentinganmasyarakatbanyak dan sebagai pemasukan bagi pendapatan asli desa.Tanahkasdesadapatdimanfaatkansebagaitanahpemakam-an umum untuk mengakomodasi kebutuhan kuburan bagiwargadesasepertiyangdilakukandesaUmbulmartanidika-bupatenSleman,Yogyakarta.

    Padasekitartahun1996,penghunisebuahkompleksperumah-an di wilayah desa Umbulmartani kesulitan memakamkananggotakeluargakarenadiarealperumahantidakdisediakantanahmakamdanwargadusundisekitarperumahankeberat-an jikaanggotakeluargaperumahandimakamkandimakamdusun mereka. Makam-makam dusun hanya diperuntukkanwargaasli dusun tersebut, bukanuntukpendatang, lagipulaseiring berjalannya waktu makam dusun makin hari makinterbatas lahannya.Wargaperumahanyangdihuni lebihdari300KKdan tergabungdalamsatuRW initidakmenemukankesepakatandalamhalpembeliantanahmakamkarenaterhi-tungcukupmahal.Persoalanyangberlarut-larutinidiresponsolehdesayangkemudianmenyediakantanahkasdesasebagaitanahmakamdesauntukseluruhwargadesaUmbulmartani

  • Pengelolaan Aset Desa 55

    termasukwargaperumahan.Tanahkasdesajugadimanfaat-kanuntuksaranapublik lain,sepertitempatolahraga.Padawaktuitudesamembangungedungdiatastanahkasdesase-bagaitempatbermainbulutangkiswarganya.

    DesaUmbulmartanimenyewakantanahkasdesauntuktem-patusahasalahseorangwarganya.Penyewamembangunru-angusahasendiridanmembayarsewatanahkedesasebesaryangsudahdisepakatibersama.Desajugamembangunrukodi atas tanah kas desa kemudian ruko tersebut disewakanpadawargadesasetempatmaupundesalainnya.Penggunaantanah kasdesa semacam ituperlu adanya kepastianhukumyaituperjanjiansewamenyewa.

    Padatahun1990-andesainimembangunPasarDesasebagairuangberjualanparapedagangyangberasaldaridalamdanluardesa.Desamemiliki kebijakan tersendiri berkenaande-ngan warga desa setempat yang bekerja sebagai pedagangkecildanmikro.Padaumumnyamerekatidakmemilikicukupmodaluntukmembukausaha, kemudiandesamenyediakanruang terbuka atau petak-petak berjualan bebas sewa danhanya dikenai biaya kebersihan per petak. Bagi warga yangberasal dari dalamdan luar desa yangmenempati kios-kiosdidalampasarpadaumumnyapedagangskalamenengah--dikenakanbiayasewasesuaiperaturanyangditetapkanpe-merintahdesa.

  • Pengelolaan Aset Desa56

    D. Berapa lama Aset Desa Dikelola dan Di-manfaatkan Pemerintah Desa dan Pihak Lain?

    Pengelolaan dan pemanfaatan aset desa perlu dibatasi dengan jangka waktu tertentu, tergantung pada bentuk, cara pengelolaan dan subjek/pihak yang mengelola dan memanfaatkan.

    1. Aset desa yang dikelola dan dimanfaatkan oleh ma-sya rakat umum untuk kepentingan sosial dan/atau kepentingan umum (seperti tempat ibadah, ladang penggembalaan-open space, pendidikan, kesehatan, ma kam, lumbung pangan, danau, dsb), jangka waktu pengelolaan dan pemanfaatannya adalah sepanjang masih dipergunakan dan bernilai produktif bagi desa dan masyarakat;

    2. Aset desa yang dikelola dan dimanfaatkan oleh per-orangan, baik untuk tujuan komersial maupun non komersial, jangka waktunya diatur dalam perjanjian kerjasama (MoU) antara pihak yang memanfaatkan dan mengelola aset desa dengan pihak pemerintah desa. Jangka waktu kerjasama maksimal 3 tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan kesepakatan ber-sama;

    3. Aset desa yang dikelola dan dimanfaatkan oleh BUM Desa, jangka waktunya adalah sepanjang masih digu-

  • Pengelolaan Aset Desa 57

    nakan dan bernilai produktif bagi desa dan diatur de-ngan peraturan desa;

    4. Aset Desa yang dikelola dan dimanfaatkan oleh ins-tansi pemerintah untuk kepentingan sosial dan/atau kepentingan umum, jangka waktu pengelolaan dan pe manfaatan sepanjang masih dipergunakan dan ber-nilai produktif bagi desa dan masyarakat;

    5. Aset Desa yang dikelola dan dimanfaatkan oleh ins-tansi pemerintah untuk kepentingan pemerintah (kan tor, gudang, dsb) dan/atau untuk kepentingan ko mersial, jangka waktunya diatur dalam perjanjian kerjasama (MoU) antara pihak yang memanfaatkan dan mengelola aset desa dengan pihak pemerintah desa. Jangka waktu kerjasama maksimal 10 tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan kesepakatan bersama;

    6. Aset Desa yang dikelola dan dimanfaatkan oleh pihak swasta, baik untuk kepentingan komersial maupun non komersial, jangka waktunya diatur dalam perjan-jian kerjasama (MoU) antara pihak yang memanfaat-kan dan mengelola aset desa dengan pihak pemerin-tah desa. Jangka waktu kerjasama maksimal 3 tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan kesepakatan bersama.

  • Pengelolaan Aset Desa58

    E. Bagaimana Proses Pengaturan untuk Pe-ngelolaan dan Pemanfaatan Aset Desa?

    Proses pengaturan pengelolaan dan pemanfaatan aset desa dituangkan dalam peraturan desa. Bagan berikut ini secara umum menunjukkan contoh tahapan permohonan dalam pengelolaan dan pemanfaatan aset desa oleh pihak lain.

    Pengusulan Permohonan

  • Pengelolaan Aset Desa 59

    Musdes dipimpin oleh BPD

    Penyampaian hasil keputusan

  • Pengelolaan Aset Desa60

    Bagan 3. Tahapan Permohonan Pengelolaan dan Pe-manfaatan Aset Desa oleh Pihak Lain

  • Pengelolaan Aset Desa 61

    F. Bisakah Aset Desa Dilepaskan atau Dijual?

  • Pengelolaan Aset Desa62

    Pelepasan Aset Desa untuk Kepentingan Umum, meliputi:

    pertahanandankeamanannasional;

    jalanumum,jalantol,terowongan,jalurkeretaapi,stasiunkeretaapi,danfasilitasoperasikeretaapi;

    waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum,saluranpembuanganairdansanitasi,danbangunanpeng-airanlainnya;

    pelabuhan,bandarudara,danterminal;

    infrastrukturminyak,gas,danpanasbumi;

    pembangkit,transmisi,gardu,jaringan,dandistribusitena-galistrik;

    jaringantelekomunikasidaninformatikaPemerintah;

    tempatpembuangandanpengolahansampah;

    rumahsakitPemerintah/PemerintahDaerah;

    fasilitaskeselamatanumum;

    tempat pemakaman umum Pemerintah/Pemerintah Dae-rah;

    fasilitassosial,fasilitasumum,danruangterbukahijaupu-blik;

    cagaralamdancagarbudaya;

    kantorPemerintah/PemerintahDaerah/desa;

  • Pengelolaan Aset Desa 63

    Aset desa harus dilindungi dengan berbagai cara. Jika dilakukan pelepasan atau penjualan pada pihak lain harus mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pelepasan aset desa adalah:

    Pelepasan hak kepemilikan aset desa dilakukan sete-lah mendapat ganti rugi sesuai dengan hasil penilaian oleh penilai independen;

    Penggantian ganti rugi berupa uang harus digunakan untuk membeli aset lain yang senilai, lebih baik, me-ng untungkan desa dan mempunyai nilai tambah bagi

    penataanpermukimankumuhperkotaandan/ataukonsoli-dasi tanah, serta perumahan untukmasyarakat berpeng-hasilanrendahdenganstatussewa;

    prasaranapendidikanatausekolahPemerintah/PemerintahDaerah;

    prasaranaolahragaPemerintah/PemerintahDaerah;dan

    pasarumumdanlapanganparkirumum.

  • Pengelolaan Aset Desa64

    Pemerintah Desa, dan apabila berupa tanah maka ta-nah tersebut berlokasi di Desa setempat.

    Pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan pelepasan aset desa adalah :

    a. Pemerintah Pusat;b. BUMN;c. Pemerintah Daerah;d. BUMD.

    Bagan berikut ini menggambarkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pelepasan aset desa ter-utama tanah untuk kepentingan umum.

  • Pengelolaan Aset Desa 65

    Bag

    an 4

    . K

    eten

    tuan

    Pel

    epas

    an A

    set

    Des

    a B

    erup

    a Ta

    nah

    untu

    k K

    epen

    ting

    an U

    mum

  • Pengelolaan Aset Desa66

    G. Bagaimana dengan Sanksi-Sanksi?

    Setiap pelanggaran terhadap peraturan desa dan perjan jian yang berhubungan dengan pengelolaan dan pe-man faatan aset desa harus mendapatkan sanksi, sesuai de ngan tingkat pelanggarannya. Bentuk sanksi dapat diru-muskan ke dalam 3 ranah:

    1. Sanksi administratif, dapat diberikan berkenaan de-ngan pelanggaran yang bersifat administratif, sesuai dengan tingkat pelanggaran. Misal pelanggaran ringan dilakukan secara lisan dengan teguran, pelanggaran sedang dengan peringatan tertulis dan pelanggaran be rat dengan pencabutan ijin pengelolaan dan pe-man faatan aset desa.

    2. Sanksi perdata, dapat diberikan pada pihak-pihak yang melanggar aturan secara keperdataan berke na-an dengan pengelolaan dan pemanfaatan aset desa. Misalnya memperbaiki atau mengganti aset desa yang rusak atau hilang yang diakibatkan oleh kelalaian da-lam pengelolaan.

    3. Sanksi pidana, hanya dapat dilakukan oleh pihak yang berwenang (kepolisian, kejaksaan dan lembaga per-adilan), apabila terjadi pelanggaran pidana berkenaan dengan pengelolaan dan pemanfaatan aaset desa, misalnya: penggelapan, pencurian dan penjualan aset desa.

  • Pengelolaan Aset Desa 67

    H. Bagaimana Melakukan Pendampingan dan Pengawasan terhadap Aset Desa?

    Untuk menjaga dan meningkatkan kualitas pengelola-an aset desa serta menjamin keberlangsungan kemanfa-atan aset desa bagi masyarakat, perlu dilakukan pendam-pingan dan pengawasan. Desa yang sudah memiliki per aturan desa tentang pengelolaan aset desa biasanya me nye butkan istilah pembinaan dan pengawasan.

  • Pengelolaan Aset Desa68

    Sebagai contoh di Desa Karangrejek Kabupaten Gu-nung Kidul, pada Pasal 41 Perdes No. 1/2011 tentang Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa, menyebutkan hal-hal sebagai berikut:

    a. BPD melakukan pembinaan dan pengawasan penge-lo laan kekayaan desa

    b. Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) be-rupa pemberian bimbingan, koordinasi dan supervisi untuk melindungi kekaysaan desa

    c. Pengendalian pengelolaan kekayaan desa dilakukan oleh Kepala Desa beserta BPD

    Bentuk pembinaan dan pengawasan adalah sebagai berikut:

    a. Internal

    Pembinaan dan pengawasan internal ini dilakukan se-cara berkala sesuai kebutuhan dan urgensitas aset desa yang dikelola dan dimanfaatkan, bisa mingguan, bulanan, tiga bulanan, enam bulanan, tahunan atau pada saat ber-akhirnya jangka waktu pengelolaan dan pemanfaatan aset desa. Desa dapat menyelenggarakan musyawarah desa untuk mengatur siapa yang seharusnya duduk sebagai pengurus dan badan pengawas termasuk pembagian tu-gas pengurus dan tugas badan pengawas. Badan penga-

  • Pengelolaan Aset Desa 69

    was dapat bertugas memberikan solusi kinerja pengurus aset desa, memantau proses perencanaan dan pelaksana-an kerja pengurus aset desa, melaksanakan pembinaan administrasi, dan lain-lain. Pengawas juga dapat minta bantuan pada akuntan publik untuk menjaga kesehatan administrasi dan keuangan pengelolaan aset desa.

    Masyarakat juga dapat melakukan pengawasan dalam pengelolaan aset desa yaitu ketika pengelola menyelengga-rakan musyawarah desa khusus membahas pengelolaan aset desa, misalnya musyawarah desa menentukan besar-nya tarif sambungan baru bagi pelanggan PAM Desa dan menentukan biaya rekening pemakaian air bersih.

    b. Eksternal

    Pembinaan dan pengawasan eksternal ini dapat dila-kukan secara berkala (tahunan atau lima tahunan) atau saat berakhirnya jangka waktu pengelolaan maupun secara temporer/tiba-tiba. Pembinaan dan pengawasan ini dilaku-kan oleh lembaga supra desa. Peraturan Bupati Kabupaten Gunung Kidul No. 23/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa, menyebutkan dalam pasal 37 tentang Pembinaan dan Pengawasan, adalah sebagai berikut:

    1) Bupati melakukan pembinaan, fasilitasi, dan penga-wasan pengelolaan kekayaan desa.

  • Pengelolaan Aset Desa70

    2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian pedoman, bimbingan, dan super-visi untuk melindungi kekayaan desa.

    3) Pengendalian pengelolaan kekayaan desa dilakukan oleh Bupati, Camat, dan Kepala Desa beserta BPD.

    4) Pengawasan pengelolaan kekayaan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui audit yang dilakukan Aparat Pengawas Fungsional

    Berdasarkan contoh di atas, tampak bahwa esensi pem binaan yang dilakukan adalah berupa pendampingan atau fasilitasi. Dengan demikian, maka tujuan pendamping-an dan pengawasan pengelolaan aset desa adalah agar keamanan dan keberlanjutan pengelolaan aset desa dapat terjaga (Lihat Kotak 7).

  • Pengelolaan Aset Desa 71

    Kotak 7.

    Merawat Keberlangsungan Aset Desa

    Melaluiskemapemberdayaanmasyarakat,desaSumbermulyodidukungPNPMmembangunInstalasiPengolahanAirLimbah(IPAL)untuk100sambunganMCKrumahtanggadiatastanahkasdesa.Sekitar500jiwawargamerasakanmanfaatpemba-ngunaninstalasitersebutkarenaairlimbahtidakmencemarisumberairbersihwargadanlingkungansekitarnya.

    Secara umum semuawargadesa danpemerintahdesa ber-tanggung-jawabuntukmemeliharakeberlangsunganasetter-sebut, secara khusus para pemanfaat didukung pemerintahdesamembentuktimpemeliharayangdisebutKPP(KelompokPemanfaat dan Pemelihara). Tim tersebut dibentuk melaluirembugwarga,hasildantugas-tugasanggotatimpemeliharadituangkandalamSKKepalaDesa/Lurah.Timpemeliharame-lakukankoordinasidanmenetapkaniuranpemeliharaanyangbesariurannyadisepakatisecarabersama-sama.

    Sumber:WawancaradenganKepalaDesadanBKMDesaSumbermulyo,Ke-camatanBambanglipuro,KabupatenBantul26September2013.

  • Pengelolaan Aset Desa 73

    BAB IIIAPA TANTANGAN DAN ALTERNATIF

    PENGELOLAAN ASET DESA?

    Pada bab II telah dikemukakan pengelolaan dan pe-man faatan aset desa yang secara formal dimiliki oleh desa karena memiliki bukti kepemilikan yang sah dan pengam-bilan keputusan atas pemanfaatannya disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Banyak aset desa lainnya yang berada di desa tetapi pemerintah de sa dan warga masyarakat tidak terlibat dalam proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan aset desa. Bahkan tidak jarang terjadi pihak luar atau pemerintahan di atasnya mengambil alih pengelolaan aset desa yang su-dah dilakukan desa tertentu. Bab III akan menggambarkan problematika pengelolaan aset desa dan menawarkan al-ter natif jalan keluarnya dengan tetap mengacu pada per-atur an perundang-undangan yang berlaku, berikut contoh-contohnya.

  • Pengelolaan Aset Desa74

    A. Apa tantangan dalam pengelolaan aset desa?

    Peristiwa yang acapkali terjadi dan menjadi tantangan dalam pengelolaan aset desa adalah:

    1. Penjualan/pelepasan hak kepemilikan aset desa pada pihak lain yang dilakukan oleh Kepala Desa atau aparat desa lainnya.

    Pemerintah telah menegaskan larangan pelepasan aset desa kecuali untuk kepentingan umum seperti di se but-kan dalam Permendagri No.4/2007. Regulasi ini sa ngat penting untuk memberi perlindungan, menjaga keber-adaan dan kelestarian aset desa.

    2. Pengambilalihan terjadi secara sepihak karena di masa lalu kerja sama pemanfaatan atau sewa tanah desa tidak dilakukan dengan perjanjian tertulis.

    Misalnya pemerintah kabupaten/provinsi di masa lalu meminjam tanah desa untuk pembangunan fasilitas umum seperti sub terminal. Menilik pada regulasinya, proses itu disebut pinjam pakai, bukannya jual beli atau tukar guling antara pemerintah kabupaten dan pemerintah desa. Tiba-tiba sekian puluh tahun kemu-dian muncul sertifikat tanah atas nama pemerintah kabupaten/provinsi. Hal ini menimbulkan perselisihan karena pemerintah desa merasa tanahnya diserobot

  • Pengelolaan Aset Desa 75

    pemerintah kabupaten/provinsi, di sisi lain pemerin-tah kab