129
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta Pusat 10720. Telp : (021) 4246321, Fax : (021) 4246703 www.bmkg.go.id JAKARTA, DESEMBER 2013

BUKU-SBK-EDISI-6

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BUKU-SBK-EDISI-6

Citation preview

Page 1: BUKU-SBK-EDISI-6

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKAJl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta Pusat 10720.

Telp : (021) 4246321, Fax : (021) 4246703www.bmkg.go.id

JAKARTA, DESEMBER 2013

Page 2: BUKU-SBK-EDISI-6

BUKU INFORMASI PERUBAHAN IKLIM DAN KUALITAS UDARA

DI INDONESIA

PUSAT PERUBAHAN IKLIM DAN KUALITAS UDARA KEDEPUTIAN BIDANG KLIMATOLOGI

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Page 3: BUKU-SBK-EDISI-6

BUKU INFORMASI PERUBAHAN IKLIM DAN KUALITAS UDARA DI INDONESIA TAHUN 2013 x + 119 hlm : 21 x 30 cm ISBN : Editor : Drs. Budi Suhardi, DEA, Ir. Anton Siswadi, Hadi Suyono, M.Si, Leni Nasarudin,

S.Si, M.Si, Andriyas Aryo. P, M.Si, Agus Sabana, M.Si, Farid Faisal, Mugni Hadi Hariadi, Ari Kurniadi

Penerbit : BMKG Jl. Angkasa I No.2. Kemayoran, Jakarta, Indonesia 10720 Telp : (+6221) 4246321. Fax : (+6221) 4246703 @ Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2013

Page 4: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia P a g e | i

KATA PENGANTAR

Bentuk negara yang berupa kepulauan, terletak di antara dua Benua dan

Samudera, tingkat perekonomian sebagai negara berkembang serta kemampuan

adaptasi masyarakat yang rendah terhadap perubahan iklim menempatkan

Indonesia sebagai negara yang rentan terhadap isu perubahan iklim.

Akan tetapi apakah perubahan iklim memang telah terjadi di Indonesia ?

Berdasarkan hasil pengamatan BMKG, telah terjadi kenaikan suhu yang

signifikan pada kurun waktu 30 tahun terakhir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Bukti perubahan iklim lain pun ditunjukan oleh pengamatan konsentrasi Gas Rumah

Kaca (GRK) di stasiun GAW Bukit Kototabang yang mengalami tren peningkatan

yang cukup signifikan. Selain itu BMKG telah melakukan pula pengamatan terhadap

luasan es di wilayah pegunungan Jaya Wijaya yang menunjukan penurunan. Hasil

pengamatan dan analisis tersebut diharapkan menjadi bukti dasar perubahan iklim

yang terjadi di Indonesia, dimana ini akan dilengkapi oleh rencana BMKG untuk

melakukan pengamatan terhadap kenaikan tinggi muka laut .

Hasil pengukuran BMKG mengenai penurunan konsentrasi GRK di Pulau Bali

sebesar 33% secara total saat Hari Raya Nyepi tahun 2013 telah menjadi bukti

dasar pengaruh kegiatan manusia terhadap konsentrasi GRK di atmosfer. Data ini

menjadi hal yang sangat berharga mengingat selama ini analisa yang dilakukan

lebih berdasarkan pendekatan asumsi saja.

Beberapa hal di atas telah menunjukan pentingnya peran BMKG dalam

menghadapi isu perubahan ini, tidak hanya dalam hal analisa pengamatan terhadap

bukti perubahan iklim tetapi juga dalam hal layanan informasi perubahan iklim untuk

mendukung kegiatan adaptasi dan mitigasi sektoral.

Dengan terbitnya Buku Informasi Perubahan iklim dan Kualitas Udara di Indonesia yang telah mencapai edisi yang ke-6, diharapkan menjadi salah satu

bentuk dari diseminasi informasi yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan

operasional BMKG baik Pusat maupun Daerah dan lebih lanjut lagi menjadi layanan

informasi untuk sektor terkait.

Kami atas nama Tim Penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika dan Deputi Bidang

Page 5: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia P a g e | ii

Klimatologi yang telah mendorong terbitnya buku ini, serta kepada semua pihak

yang telah turut mendukung penyusunannya. Semoga dengan tersedianya Buku

Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia dapat dijadikan rujukan

untuk mengetahui informasi tentang indikasi perubahan iklim di wilayah Nusantara.

Jakarta, Desember 2013

Kepala Pusat Perubahan Iklim

dan Kualitas Udara

Dr. Edvin Aldrian, B.Eng, MSc, APU

Page 6: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page iii

SAMBUTAN

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa- atas segala kenikmatan yang telah diberikan kepada kita semua. Saya memberikan apresiasi atas diterbitkannya Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia edisi ke-6 bulan Desember 2013. Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia yang telah diterbitkan oleh kedeputian Klimatologi telah terdiseminasi secara luas, tidak hanya di lingkup BMKG saja juga ke berbagai Kementerian/Lembaga lintas sektoral, akademisi dan masyarakat umum melalui berbagai kegiatan seperti Rakornas, Workshop maupun pameran-pameran lintas sektor.

Harapan dari penerbitan Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia tidak hanya untuk kepentingan internal BMKG yakni sebagi referensi atau guidence oleh UPT-UPT BMKG di daerah dalam memberikan informasi perubahan iklim dan kualitas udara, akan tetapi merupakan sebuah sarana pembelajaran bagi masyarakat umum akan pentingnya informasi perubahan iklim dan kualitas udara. Demikian pula merupakan sebuah sarana tukar informasi antar instansi-instansi sektoral terkait informasi perubahan iklim dan kualitas udara yang pada akhirnya dapat saling bersinergi dalam pencapaian tujuan bersama yakni tanggap dan cakap dalam melakukan tindakan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

Semakin luasnya cakupan diseminasi Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia ini, tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi Kedeputian Bidang Klimatologi dalam penyusunan Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia dimasa mendatang. Kedepannya, saya berharap Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia ini berisikan informasi-informasi terbaru dengan penyampaian yang mudah dipahami oleh semua lapisan masyarakat, dan saya juga berharap masukan maupun kritikan yang sifatnya konstruktif yang dilontarkan oleh pembaca dapat diakomodir sehingga Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia lebih dapat diterima dan lebih bermanfaat bagi masyarakat umum, pemangku kepentingan maupun untuk lingkungan internal BMKG.

Jakarta, Desember 2013 Deputi Bidang Klimatologi

Dr. Widada Sulistya, DEA

Page 7: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page iv

DAFTAR TIM PENYUSUN

BUKU INFORMASI PERUBAHAN IKLIM DAN KUALITAS UDARA BMKG 2013

Penasehat Dr. Widada Sulistya, DEA

Pengarah Dr. Edvin Aldrian, B.Eng, M.Sc, APU

Ketua Tim Rita Hidayati, S.T

Dewan Editor

Drs. Budi Suhardi, DEA

Drs. Nasrullah

Ir. Anton Siswadi

Hadi Suyono, M.Si

Editor Pelaksana Farid Faisal, ST

Rendy Artha Luvian, S.Si

Mugni Hadi Hariadi, S.Si

Sekretaris Riri Indriani Nasution, S.KM

Anggota Tim Vita Avianti

Pudji Setiyani, M.Si

Ari Kurniadi, Ssi

Andreas Aryo Prabowo, M.Si

Trinah Wati, S.Si

Leni Nazarudin, M.P

Noveta Chandra, SP

Mizani Ahmad, ST

Nuraliyanti, ST

Rima Novianti, S.Si

Andriyani Agus, ST

Atiyah, ST

Sunaryo, SP

Page 8: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page v

DAFTAR ISI

hal

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i KATA SAMBUTAN .......................................................................................... iii DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN........................................................................................... 1 II. ANALISIS PERUBAHAN IKLIM DI SUMATERA ........................................ 3

2.1 Metodologi Analisa ................................................................................. 3

2.2 Analisis Perubahan Iklim ........................................................................ 5

III. KUALITAS UDARA DI INDONESIA BULAN ............................................. 59 JANUARI – JUNI 2013

3.1. Kadar Debu / Suspended Particulate Matter (SPM) .............................. 59

3.2. Tingkat Keasaman (pH) Air Hujan......................................................... 66

3.3. Konsentrasi Kadar SO2 dan NO2 Di Jakarta ......................................... 72

3.4. Pemantauan Aerosol PM10 ................................................................... 73

3.5. Konsentrasi Kadar SO₂ dan NO₂ Di Indonesia ................................... 73

3.6. Ozon Permukaan ................................................................................. 80

IV. INFORMASI GAS RUMAH KACA ............................................................. 84

4.1. Pemantauan Gas Rumah Kaca Di Stasiun GAW Kototabang ............ 84

4.2 Pemantauan Gas Rumah Kaca Di 9 (Sembilan) UPT BMKG ............... 86 V. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN .............................. 92 5.1. Informasi Sebaran Asap Kebakaran Hutan Di Provinsi Riau ................. 92

5.2. Informasi Sebaran Asap Kebakaran Hutan Di Provinsi Jambi .............. 95

5.3. Informasi Sebaran Asap Kebakaran Hutan Di Provinsi Sumatera Utara 98

5.4. Informasi Sebaran Asap Kebakaran Hutan

Di Provinsi Sumatera Selatan............................................................... 101

5.5. Informasi Sebaran Asap Kebakaran Hutan

Di Provinsi Kalimantan Barat ................................................................ 104

Page 9: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page vi

5.6 Informasi Sebaran Asap Kebakaran Hutan

Di Provinsi Kalimantan Tengah ............................................................ 107

5.7. Informasi Sebaran Asap Kebakaran Hutan

Di Provinsi Kalimantan Selatan ............................................................ 110

5.8. Informasi Sebaran Asap Kebakaran Hutan

di Provinsi Kalimantan Timur ................................................................ 113

VI. INFORMASI SEBARAN DEBU GUNUNG BERAPI ................................... 117

Page 10: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page vii

PENULIS :

Trinahwati, Hadi Suyono, Rendy Artha Luvian

(Analisis Perubahan Iklim Di Sumatera)

Nuraliyanti, Riri Nasution, Farid Faisal

(Analisis Kualitas Udara di Indonesia, Informasi Gas Rumah Kaca)

Sunaryo, Andriyani Agoes, Mizani Ahmad

(Informasi Sebaran Asap Kebakaran Hutan dan Debu Gunung Berapi)

Page 11: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 1

I. PENDAHULUAN

Kehidupan di muka bumi sangatlah tergantung pada panas atau energi

matahari. Sekitar 70 persen dari cahaya matahari berhasil mencapai permukaan

bumi dengan berbagai spektrum panjang gelombang. Sebagian besar energi yang

membanjiri planet kita adalah radiasi gelombang pendek. Ketika energi ini memasuki

permukaan bumi. Permukaan bumi akan memantulkan kembali sebagian dari panas

ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke luar angkasa, walaupun

sebagian tetap terperangkap di atmosfer bumi. Sisanya, yang 30 persen radiasi

matahari yang terarah ke muka bumi akan dibelokan oleh atmosfer bagian luar.

Radiasi ini selanjutnya disebarkan kembali ke luar angkasa. Untuk radiasi

matahari yang mengenai permukaan bumi, radiasi tersebut diserap baik oleh

daratan maupun air. Dari permukaan inilah lalu dipantulkan kembali ke atas dalam

bentuk radiasi infra merah. Panas yang berasal dari radiasi infra merah inilah yang

diserap oleh gas yang dikenal dengan gas rumah kaca. Disebut gas rumah kaca

karena gas-gas di atmosfer ini menahan panas seperti halnya dinding-dinding kaca

dari sebuah rumah kaca. Gas-gas tertentu di atmosfer termasuk uap air (H2O),

karbondioksida (CO2), dan metana (CH4) akan menjadi perangkap radiasi ini. Gas-

gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan

Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Gas rumah

kaca, meskipun jumlahnya hanya sekitar 1 persen dari atmosfer bumi, namun

mampu mengatur iklim kita dengan memerangkap panas dan menahannya seperti

halnya selimut udara hangat yang menyelimuti bumi (Larry West, 2011).

Penumpukan gas rumah kaca (GRK) akan menyebabkan energi radiasi yang

terserap mengumpul di atmosfer. Hukum Fisika tentang kekekalan energi

menjelaskan, energi yang terkumpul tersebut akan tetap bertahan di atmosfer dan

hanya dapat berubah bentuk menjadi energi lainnya

Jika dicermati secara mendalam maka gejala yang diakibatkan dari

perubahan bentuk energi tersebut sebenarnya adalah perubahan dari berbagai

parameter iklim sepeti suhu, angin, dan hujan. Atau dengan kata lain, terjadi

perubahan siklus air di muka bumi. Selain suhu, angin dan hujan, parameter iklim

lainnya yang ikut berubah adalah penguapan, kelembaban, dan tutupan awan atau

Page 12: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 2

singkatnya perubahan energi akibat pemanasan global telah mengakibatkan

perubahan siklus air yang mengarah pada perubahan iklim.

Secara umum perubahan iklim berlangsung dalam waktu lama (slow face)

dan berubah secara lambat (slow onset). Perubahan berbagai parameter iklim yang

berlangsung perlahan tersebut dikarenakan berbagai peristiwa ekstrem yang terjadi

pada variabilitas iklim yang berlangsung secara terus-menerus. Peristiwa ekstrim

menyebabkan berubahnya besaran statistik rata-rata iklim yang pada akhirnya

menggeser atau mengubah iklim pada umumnya. Dengan demikian, pemantauan

perubahan iklim dapat dilakukan dengan memantau kondisi iklim ekstrim. Sebagai

contoh pola peningkatan suhu bumi ditandai dengan berbagai rekor baru suhu

maksimum secara terus-menerus, sedangkan pola musim berubah dengan adanya

pergeseran awal musim (E. Aldrian, 2012).

Respon yang dapat dilakukan terkait perubahan iklim yang telah, sedang dan

akan terjadi adalah dengan melakukan tindakan adaptasi untuk mengatasi akibat

atau dampak, serta melakukan mitigasi untuk mengatasi penyebab perubahan iklim.

Tindakan adaptasi adalah upaya mengatasi dampak perubahan iklim, sehingga

mampu mengurangi dampak negatif dan mengambil manfaat positifnya. Dalam

pengertian lain adaptasi adalah upaya untuk mengelola hal yang tidak dapat

dihindari. Dalam hal ini upaya perubahan dilakukan dengan asumsi bahwa

perubahan iklim merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat dihindari dan terjadi

secara global.

Tindakan mitigasi adalah upaya untuk mengatasi penyebab perubahan iklim

melalui kegiatan yang dapat menurunkan emisi atau meningkatkan penyerapan

GRK dari berbagai sumber emisi. Dalam pengertian lain mitigasi adalah upaya untuk

menghindari hal yang tidak dapat dikelola. Dalam hal ini upaya perubahan dilakukan

pada sumber penyebab pemanasan global

Page 13: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 3

II. ANALISIS PERUBAHAN IKLIM DI SUMATERA Analisis perubahan iklim di Sumatera ini memuat informasi berbagai

perubahan yang terjadi pada beberapa parameter iklim seperti curah hujan dan suhu

udara. Analisis perubahan iklim memberikan informasi berupa tabel, grafik dan

pemetaan tentang kecenderungan (tren) curah hujan dan suhu udara di beberapa

stasiun pengamatan meteorologi/klimatologi wilayah Sumatera. Pada Buku Informasi

Perubahan Iklim dan Kualitas Udara edisi ke-6 tahun 2013 beberapa perubahan

unsur curah hujan dan suhu udara dijelaskan secara detail.

2.1 METODOLOGI ANALISA 2.1.1 PENGUMPULAN DATA DAN METODE ANALISIS

Pengumpulan data dan metode analisis terkait dengan analisis perubahan

iklim dilakukan di beberapa stasiun klimatologi, meteorologi dan geofisika milik

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta menggunakan standar

internasional sesuai dengan prosedur dari World Meteorological Organization

(WMO). Di dalam penerbitan kali ini, telah dipilih beberapa stasiun pengamatan

klimatologi, meteorologi dan geofisika di wilayah Indonesia seperti yang terlihat pada Tabel 1 dan metode analisis seperti yang terlihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Stasiun Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dalam mendukung analisis perubahan iklim

No Nama Stasiun

1. Stasiun Klimatologi Indrapuri (Nanggroe Aceh Darussalam)

2. Stasiun Klimatologi Sampali (Sumatera Utara)

3. Stasiun Klimatologi Sicincin (Sumatera Barat)

4. Stasiun Klimatologi Jambi (Jambi)

5. Stasiun Global Atmospheric Watch (GAW) – Kototabang (Sumatera Barat)

6. Stasiun Meteorologi Radin Inten (Lampung)

7. Stasiun Meteorologi Pekan Baru (Riau)

Page 14: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 4

8. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang (Kepulauan Riau)

9. Stasiun Meteorologi Hang Nadim – Batam (Kepulauan Riau)

10. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep – (Kepulauan Riau)

11. Stasiun Meteorologi Ranai – Natuna (Kepulauan Riau)

12. Stasiun Meteorologi Tarempa – (Kepulauan Riau)

13. Stasiun Meteorologi Sultan Thaha – Jambi (Jambi)

14. Stasiun Meteorologi Polonia – Medan (Sumatera Utara)

15. Stasiun Meteorologi Belawan - Sumatera Utara

16. Stasiun Meteorologi Sibolga – Sumatera Utara

17. Stasiun Meteorologi Gunung Sitoli – Nias Sumatera Utara

Tabel 2. Metode Analisis

No Parameter Metode Analisis

1. Temperatur Analisis Kecenderungan (Tren) berdasarkan

time series data suhu udara rata-rata,

maksimum dan minimum serta maksimum

dan minimum absolut tahunan

2. Curah Hujan Analisis tren awal musim dan panjang

musim berdasarkan time series data dan

tren jumlah curah hujan 6 (enam) bulanan

dari bulan Oktober – Maret dan April -

September

Page 15: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 5

2.2 ANALISIS PERUBAHAN IKLIM 2.2.1 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN METEOROLOGI HANG

NADIM BATAM

1. Tren Suhu Maksimum Rata-Rata Tahunan

Gambar 1. Tren suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

Dari data tahun 1993 – 2011, suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun

Meteorologi Hang Nadim Batam menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.022 oc per

tahun. Suhu maksimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2009 dan 2010

sebesar 31.4 oc dan suhu maksimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 2000

sebesar 30.2 oc.

Page 16: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 6

2. Tren Suhu Minimum Rata-Rata Tahunan

Gambar 2. Tren suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

Dari data tahun 1993 – 2011, suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun

Meteorologi Hang Nadim Batam menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.0385 oc

per tahun. Suhu minimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2011 sebesar 25.0 oc dan suhu minimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1995 dan 2001 sebesar

23.8 oc.

3. Tren jumlah Curah Hujan 6 Bulanan

Gambar 3. Tren curah hujan 6 bulanan (April – September) di Stasiun Meteorologi Hang Nadim

Batam

Page 17: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 7

Curah hujan enam bulanan April – September di Stasiun Meteorologi Hang

Nadim Batam menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.0432 mm per enam bulan.

Curah hujan tertinggi tercatat pada tahun 1996 sebesar 1358 mm dan curah hujan

terendah terjadi pada tahun 1994 sebesar 765 mm.

Gambar 4. Tren curah hujan 6 bulanan (Oktober – Maret) di Stasiun Meteorologi Hang Nadim

Batam

Curah hujan enam bulanan Oktober – Maret di Stasiun Meteorologi Hang

Nadim Batam menunjukkan tren peningkatan sebesar 7.382 mm per enam bulan.

Curah hujan tertinggi tercatat pada tahun 2006 sebesar 1903 mm dan curah hujan

terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 745 mm.

Page 18: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 8

2.2.2 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN STASIUN METEOROLOGI NATUNA – RANAI

1. Grafik Suhu Rata-rata Tahunan

Gambar 5. Grafik suhu rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Ranai Natuna

Data suhu pengamatan yang ada dimulai tahun 2006, dari data tahun 2006 –

2011, suhu rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Ranai Natuna tidak

menunjukkan adanya tren karena data tidak terlalu panjang. Suhu rata-rata tertinggi

tercatat pada tahun 2010 sebesar 27.8 oc dan suhu rata-rata terendah terjadi pada

tahun 2008 sebesar 25.6 oc.

2. Grafik Suhu Maksimum Rata-Rata Tahunan

Gambar 6. Grafik suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Ranai Natuna

Page 19: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 9

Dari data tahun 2006 – 2011, suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun

Meteorologi Ranai natuna menunjukkan tren penurunan sebesar 0.4143 oc per

tahun. Suhu maksimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2007 sebesar 33.8 oc

dan suhu maksimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 2010 sebesar 29.6 oc.

3. Tren Suhu Minimum rata-rata tahunan

Gambar 7. Tren suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Ranai Natuna

Dari data tahun 2006 – 2011, suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun

Meteorologi Ranai Natuna menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.4314 oc per

tahun. Suhu minimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 25.3 oc

dan suhu minimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 2006, 2007 dan 2008

sebesar 22 oc.

4. Tren Jumlah Curah Hujan Enam Bulanan

Gambar 8. Tren curah hujan 6 bulanan (Oktober – Maret) di Stasiun Meteorologi Ranai Natuna

Page 20: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 10

Curah hujan enam bulanan Oktober – Maret di Stasiun Meteorologi Ranai

Natuna menunjukkan tren penurunan sebesar 6.7299 mm per enam bulan selama

tahun 1992 - 2011. Curah hujan tertinggi tercatat pada tahun 2000 sebesar 1983

mm dan curah hujan terendah terjadi pada tahun 2005 sebesar 592 mm.

Gambar 9. Tren curah hujan 6 bulanan (April – September) di Stasiun Meteorologi Ranai Natuna

Curah hujan enam bulanan April – September di Stasiun Meteorologi Ranai

Natuna tidak menunjukkan tren selama tahun 1992- 2011. Curah hujan tertinggi

tercatat pada tahun 1997 sebesar 1188 mm dan curah hujan terendah terjadi pada

tahun 2009 sebesar 643 mm.

Page 21: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 11

2.2.3 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN STASIUN METEOROLOGI TANJUNG PINANG BINTAN

1. Tren Suhu Rata-rata Tahunan

Gambar 10. Tren suhu rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang

Dari data tahun 1981 – 2011, suhu rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi

Tanjung Pinang menunjukkan adanya tren peningkatan sebesar 0.036 oc. Suhu rata-

rata tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 27.1 oc dan suhu rata-rata terendah

terjadi pada tahun 1984 sebesar 25.5 oc.

2. Tren Suhu Maksimum rata-rata tahunan

Gambar 11. Tren suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Tanjung pinang

Page 22: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 12

Dari data tahun 1981 – 2011, suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun

Meteorologi Tanjung Pinang tidak menunjukkan tren penurunan maupun

peningkatan. Suhu maksimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 1996 sebesar

32.3 oc dan suhu maksimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1983,1984 dan

1988 sebesar 30.1 oc.

3. Tren Suhu Minimum rata-rata tahunan

Gambar 12. Tren suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang

Dari data tahun 1981 – 2011, suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun

Meteorologi Tanjung Pinang menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.0312 oc per

tahun. Suhu minimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 24.2 oc

dan suhu minimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1996 sebesar 21.4 oc.

Page 23: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 13

4. Tren Jumlah Curah Hujan Enam Bulanan

Gambar 13. Tren curah hujan 6 bulanan (Oktober – Maret) di Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang

Curah hujan enam bulanan Oktober – Maret di Stasiun Meteorologi Tanjung

Pinang menunjukkan tren peningkatan sebesar 10.573 mm per enam bulan selama

tahun 1981 - 2011. Curah hujan tertinggi tercatat pada tahun 2002 sebesar 2536

mm dan curah hujan terendah terjadi pada tahun 1988 sebesar 1211 mm.

Gambar 14. Tren curah hujan 6 bulanan (April – September) di Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang

Page 24: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 14

Curah hujan enam bulanan April – September di Stasiun Meteorologi Tanjung

Pinang tidak menunjukkan tren selama tahun 1981- 2011. Curah hujan tertinggi

tercatat pada tahun 1988 sebesar 2054 mm dan curah hujan terendah terjadi pada

tahun 1982 sebesar 1006 mm.

2.2.4 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN STASIUN METEOROLOGI

TANJUNG BALAI KARIMUN

1. Tren Suhu Rata-rata Tahunan

Gambar 15. Tren Suhu Rata-rata Tahunan di Tanjung Balai Karimun

Dari data tahun 1998 sampai 2010, suhu rata-rata tahunan di Tanjung Balai

Karimun menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.073 oc setiap tahun. Suhu rata-

rata tertinggi tercatat pada tahun 2009 sebesar 28.3 oc dan terendah tercatat pada

tahun 1998 sebesar 26.6 oc.

Page 25: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 15

2. Tren Suhu Maksimum Rata-Rata

Gambar 16. Tren Suhu Maksimum rata-rata tahunan di Tanjung Balai Karimun

Dari data tahun 1998 sampai 2009, suhu maksimum rata-rata tahunan di Tanjung

Balai Karimun menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.006 oc setiap tahun. Suhu

maksimum rata-rata tertinggi tercatat tahun 2002 sebesar 31.5 oc dan suhu minimum

rata-rata terendah tercatat tahun 2006 sebesar 30.04 oc.

3. Tren Suhu Minimum Rata-Rata

Gambar 17. Tren Suhu Minimum rata-rata tahunan di Tanjung Balai Karimun

Page 26: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 16

Dari data tahun 1998 sampai 2009, suhu minimum rata-rata tahunan di

Tanjung Balai Karimun menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.048 oc setiap

tahun. Suhu minimum rata-rata tertinggi tercatat tahun 2005 sebesar 24.4 oc dan

suhu minimum rata-rata terendah tercatat tahun 1998 sebesar 23.5 oc.

4. Tren Curah Hujan 6 bulanan

Gambar 18. Tren Curah Hujan 6 bulanan (April-September) di Tanjung Balai Karimun

Dari data tahun 1995 sampai 2010, jumlah curah hujan 6 bulanan (April-

September) menunjukkan tren peningkatan sebesar 20.79 mm per 6 bulan. Curah

hujan tertinggi tercatat tahun 1998 sebesar 1943 mm dan terendah tercatat tahun

1997 sebesar 555 mm.

Page 27: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 17

Gambar 19. Tren Curah Hujan 6 bulanan (Oktober-Maret) di Tanjung Balai Karimun

Dari data tahun 1995 sampai 2009, jumlah curah hujan 6 bulanan (Oktober-

Maret) menunjukkan tren peningkatan sebesar 7.80 mm per 6 bulan. Curah hujan

tertinggi tercatat tahun 2005 sebesar 1592 mm dan terendah tercatat tahun 1997

sebesar 539 mm.

2.2.5 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN STASIUN GLOBAL ATMOSPHERE WATCH (GAW) KOTO TABANG SUMATERA BARAT

1. Tren Suhu Rata-rata tahunan

Gambar 20. Tren Suhu Rata-rata Tahunan di Stasiun GAW Bukit Kototabang

Page 28: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 18

Dari data tahun 1995 – 2012, suhu rata-rata tahunan di Stasiun GAW Koto

Tabang menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.14 oc per tahun. Suhu rata-rata

tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 22.0 oc dan suhu rata-rata terendah

terjadi pada tahun 1996 sebesar 17.2 oc.

2. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan

Gambar 21. Tren Suhu Maksimum Absoulut Tahunan di Stasiun GAW Bukit Kototabang

Dari data tahun 1996 – 2012, suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun

GAW Bukit Kototabang Kabupaten Agam menunjukkan tren peningkatan sebesar

0.213 oc per tahun. Suhu maksimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2006

sebesar 33.1 oc dan suhu maksimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1996

sebesar 24.6 oc.

Page 29: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 19

3. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan

Gambar 22. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan di Stasiun GAW Bukit Kototabang

Dari data tahun 1996 – 2012, suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun GAW

Bukit Kototabang menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.115 oc per tahun. Suhu

minimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 17.6 oc dan suhu

minimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1998 dan 2001 sebesar 14.4 oc.

4. Tren Jumlah Curah Hujan 6 Bulanan

Gambar 23. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (April-September) di Stasiun GAW Bukit Koto Tabang

Page 30: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 20

Curah hujan enam bulanan April – September di Stasiun GAW Bukit Koto

Tabang menunjukkan tren peningkatan sebesar 41 mm per enam bulan. Curah

hujan tertinggi tercatat pada tahun 2008 sebesar 1966 mm dan curah hujan

terendah terjadi pada tahun 1996 sebesar 409 mm.

Gambar 24. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (Oktober-Maret) di Stasiun GAW Bukit Koto Tabang

Curah hujan enam bulanan Oktober – Maret di Stasiun GAW Bukit Koto

Tabang menunjukkan tren peningkatan sebesar 44.71 mm per tahun. Curah hujan

tertinggi tercatat pada tahun 2006 sebesar 1758 mm dan curah hujan terendah

terjadi pada tahun 1997 sebesar 359 mm.

Page 31: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 21

2.2.6 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN METOROLOGI SULTAN THAHA JAMBI

1. Tren Suhu Udara Rata-rata Tahunan

Gambar 25. Tren Suhu Rata-rata Tahunan di Stasiun Meteorologi Jambi

Tren tahunan suhu udara rata-rata 1983 - 2011 di Stasiun Meteorologi Sultan Thaha

Jambi cendrung naik dengan laju kenaikan 0,015 oc /tahun, tertinggi terjadi pada

tahun 1996 bulan Agustus, Juni tahun 2003 dan November 2009 sebesar 28.3 oc

Periode 1983 - 2011. Suhu rata-rata terendah terjadi bulan September tahun 1984

sebesar 25.0 oc Periode 1983 - 2011.

Page 32: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 22

2. Tren Suhu Udara Maksimum Tahunan

Gambar 26. Tren Suhu Maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Polonia Medan

Tren Suhu Udara Maksimum rata-rata Tahunan Periode 1983 - 2011 cenderung naik

dengan laju kenaikan 0,007 oc /tahun, tertinggi terjadi pada bulan Mei tahun 1998

sebesar 33.9 oc dan teredah terjadi pada bulan Desember tahun 1988, Januari tahun

1984 dan 1993 sebesar 29.6 oc.

3. Tren Suhu Udara Minimum rata-rata tahunan

Gambar 27. Tren Suhu Minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Jambi

Page 33: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 23

Tren Suhu Udara Rata-rata Minimum rata-rata tahunan Periode 1983 – 2011

cendrung naik dengan laju kenaikan 0,008 oc /tahun, tertinggi terjadi pada bulan Mei

tahun 2010 sebesar 24,6 oc dan teredah terjadi pada Juli tahun 2003 dan tahun 2004

sebesar 20,8 oc.

4. Tren Panjang Musim Hujan

Gambar 28. Tren panjang musim hujan di Stasiun Meteorologi Sultan Taha Jambi

Dari data tahun 1985 sampai 2011, Panjang Musim Hujan Stasiun

Meteorologi Jambi (PMH) cenderung naik, dengan laju kenaikan 0,02 dasarian.

Musim hujan terpanjang terjadi pada musim hujan tahun 2000 yang mencapai 29

dasarian, dan terpendek pada musim hujan tahun1991 yang hanya 17 dasarian.

Page 34: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 24

5. Tren Awal Musim Hujan

Gambar 29. Tren awal musim hujan di Stasiun Meteorologi Sutan Taha, Jambi

Dari data tahun 1985 sampai 2011, Awal Musim Hujan Stasiun Meteorologi

Jambi (AMH) cenderung turun dengan laju penurunan 0,04 dasarian. Dalam artian

musim hujan paling maju terjadi pada musim hujan tahun 1996 yaitu pada dasarian

ke 23, dan paling mundur pada musim hujan tahun 1997 pada dasarian ke 33.

6. Tren Panjang Musim Kemarau

Page 35: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 25

Gambar 30. Tren panjang musim hujan di Stasiun Meteorologi Jambi

Dari data tahun 1985 sampai 2011, Panjang Musim Kemarau Stasiun

Meteorologi Jambi (PMK) cenderung turun, dengan laju penurunan 0,02 dasarian.

Musim Kemarau terpanjang terjadi pada musim kemarau tahun 1991 yang mencapai

19 dasarian, dan terpendek pada musim kemarau tahun 2000 yang hanya 7

dasarian.

7. Tren Awal Musim Kemarau

Gambar 31. Tren awal musim kemarau di Stasiun Meteorologi Jambi

Dari data tahun 1985 sampai 2011, Awal Musim Kemarau Stasiun

Meteorologi Jambi (AMK) cenderung turun, dengan laju penurunan 0,02 dasarian.

Musim Kemarau paling maju terjadi pada musim kemarau tahun 1991 dan 1998

pada dasarian ke-11, dan paling mundur pada musim kemarau tahun 2000 yaitu

pada dasarian ke-22.

Page 36: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 26

8. Tren Jumlah Curah Hujan 6 Bulanan

Gambar 32. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (Oktober-Maret) di Stasiun Meteorologi Jambi

Tren curah Hujan Musim Hujan (Oktober-Maret) di Stasiun Meteorologi Jambi

cendrung turun, dengan laju penurunan sebesar 0,05 mm. Dalam artian Curah

Hujan yang turun selama Musim Hujan mengalami penurunan 0,05 mm per tahun,

Curah Hujan Musim Hujan tertinggi terjadi pada tahun 1986 sebesar 1930 mm, dan

Curah Hujan Musim Hujan terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 857 mm.

Gambar 33. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (April - September) di Stasiun Meteorologi Jambi

Page 37: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 27

Tren curah hujan musim hujan (April-September) di Stasiun Meteorologi Jambi

cendrung naik, dengan laju kenaikan sebesar 1,7 mm. Dalam artian Curah Hujan

yang turun pada selama musim kemarau mengalami kenaikan sebesar 1,7 mm per

tahun, curah hujan musim hujan tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 1664 mm,

dan curah hujan husim hujan terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 441 mm.

2.2.7 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN METEOROLOGI POLONIA

MEDAN – SUMATERA UTARA

1. Tren Suhu Rata-rata Tahunan

Gambar 34. Tren Suhu Rata-rata Tahunan di Stasiun Meteorologi Polonia Medan

Data tahun 1998 sampai 2010 menunjukkan suhu rata-rata tahunan di Stasiun

Meteorologi Polonia Medan mengalami tren peningkatan sebesar 0.0283 oc setiap

tahun. Suhu rata-rata teringgi tercatat pada tahun 2010 sebesar 27.8 oc dan

terendah tercatat pada tahun 1982 sebesar 26.4 oc.

Page 38: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 28

2. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan

Gambar 35. Tren Suhu Maksimum AbsolutTahunan di Stasiun Meteorologi Polonia Medan

Data tahun 1981 sampai 2011 menunjukkan suhu maksimum rata-rata tahunan

di Stasiun Meteorologi Polonia Medan mengalami tren peningkatan sebesar 0.019 oc setiap tahun. Suhu maksimum rata-rata tertinggi tercatat tahun 1981 sebesar

37.1 oc dan suhu minimum rata-rata terendah tercatat tahun 1993 sebesar 34.5 oc.

Page 39: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 29

3. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan

Gambar 36. Tren Suhu Minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Polonia Medan

Dari data tahun 1981 sampai 2011, suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun

Meteorologi Polonia Medan menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.0221 oc setiap

tahun. Suhu minimum rata-rata tertinggi tercatat tahun 1986 sebesar 26.4 oc dan

suhu minimum rata-rata terendah tercatat tahun 1984 sebesar 23.4 oc.

4. Tren Curah Hujan 6 bulanan

Page 40: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 30

Gambar 37. Tren Curah Hujan 6 bulanan (April-September) di Stasiun Meteorologi Polonia Medan

Data tahun 1981 sampai 2011, jumlah curah hujan 6 bulanan (April-September)

menunjukkan tren peningkatan sebesar 7.08 mm per 6 bulan. Curah hujan tertinggi

tercatat tahun 2001 sebesar 1809 mm dan terendah tercatat tahun 1984 sebesar

710 mm.

Gambar 38. Tren Curah Hujan 6 bulanan (Oktober-Maret) di Stasiun Meteorologi Polonia Medan

Data tahun 1981 sampai 2011, jumlah curah hujan 6 bulanan (Oktober-Maret)

tidak menunjukkan tren peningkatan maupun penurunan. Curah hujan tertinggi

tercatat tahun 2003 sebesar 1853 mm dan terendah tercatat tahun 1982 sebesar

944 mm.

Page 41: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 31

2.2.8 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN METOROLOGI BELAWAN SUMATERA UTARA

1. Tren Suhu Rata-rata Tahunan

Gambar 39. Tren suhu rata-rata tahunan di Stasiun Belawan Sumatera Utara

Dari data tahun 1982 sampai tahun 2011, suhu rata-rata tahunan di Stasiun

Belawan – Medan menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.034 oc per tahun. Suhu

rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2008 sekitar 28 oc dan suhu rata-rata terendah

terjadi pada tahun 1984 sebesar 26.5 oc.

2. Tren Suhu Maksimum rata-rata tahunan

Gambar 40. Tren suhu maksimum absolut di Stasiun Belawan Sumatera Utara

Page 42: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 32

Dari data tahun 1982 sampai tahun 2011 di Stasiun Belawan Sumatera Utara,

menunjukkan suhu maksimum absolut mengalami penurunan (meskipun tidak

signifikan) dengan nilai tren sekitar 0.02 oc. Suhu maksimum absolut tertinggi terjadi

pada tahun 1990 sekitar 37 oc, sedangkan suhu maksimum absolut terendah terjadi

pada tahun 2003 sekitar 32.9 oc.

3. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan

Gambar 41. Tren suhu minimum absolut di Stasiun Belawan Sumatera Utara

Dari data tahun 1982 sampai tahun 2011 di Stasiun Belawan Sumatera Utara,

menunjukkan suhu minimum absolut mengalami peningkatan dengan nilai tren

sekitar 0.07 oc. Suhu minimum absolut tertinggi terjadi pada tahun 1983 sekitar 23 oc,

sedangkan suhu minimum absolut terendah terjadi pada tahun 1986 sekitar 18 oc.

Page 43: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 33

2.2.9 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN METOROLOGI SIBOLGA SUMATERA UTARA

1. Tren Suhu Rata-rata Tahunan

Gambar 42. Tren suhu rata-rata tahunan di Stasiun Sibolga – Sumatera Utara

Dari data tahun 1980 sampai tahun 2011, suhu rata-rata tahunan di stasiun

Sibolga – Medan menunjukkan peningkatan walaupun kecil dengan nilai trennya

sekitar 0.02 oc. Suhu rata-rata tahunan tertinggi terjadi pada tahun 2010 sekitar 27 oc,

sedangkan suhu rata-rata terendah terjadi pada tahun 1984 sekitar 25.5 oc.

2. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan

Gambar 43. Tren suhu maksimum absolut di Stasiun Sibolga Sumatera Utara

Page 44: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 34

Dari data tahun 1980 sampai tahun 2011 di Stasiun Sibolga, menunjukkan

suhu maksimum absolut mengalami penurunan dengan nilai tren sekitar 0.04 oc.

Suhu maksimum absolut tertinggi terjadi pada tahun 1988 sekitar 36.8 oc, sedangkan

suhu maksimum absolut terendah terjadi pada tahun 1999 sekitar 33.8 oc

3. Tren Suhu Minimum Absolut

Gambar 44. Tren suhu minimum absolut di Stasiun Sibolga Sumatera Utara

Data tahun 1980 - 2011 di Stasiun Sibolga Sumatera Utara menunjukkan

suhu minimum absolut mengalami peningkatan dengan nilai tren sekitar 0.02 oc.

Suhu minimum absolut tertinggi terjadi pada tahun 2007 sekitar 22.5 oc, sedangkan

suhu minimum absolut terendah terjadi pada tahun 2006 sekitar 16.9 oc.

Page 45: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 35

2.2.10 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN METOROLOGI GUNUNG SITOLI SUMATERA UTARA

1. Tren Suhu Rata-rata Tahunan

Gambar 45. Tren suhu rata-rata Tahunan di Stasiun Meteorologi Gunung Sitoli Sumatera Utara

Dari data tahun 1982 sampai 2011, suhu rata rata di Stasiun Meteorologi

Gunung Sitoli menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.025 per tahun. Suhu rata

rata tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 27.0 oc dan suhu rata rata terendah

pada tahun 1984 sebesar 25.2 oc .

2. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan

Gambar 46. Tren suhu Maksimum Absolut Tahunan di Stasiun Meteorologi Gunung Sitoli

Page 46: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 36

Dari data tahun 1982 sampai 2011, suhu maksimum absolut di Stasiun

Meteorologi Gunung Sitoli menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.036 per tahun.

Suhu maksimum rata rata tertinggi tercatat pada tahun 2001 sebesar 36.0 oc.

3. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan

Gambar 47. Tren suhu Minimum Absolut Tahunan di Stasiun Meteorologi Gunung Sitoli

Dari data tahun 1982 sampai 2011, suhu minimum absolut di Stasiun

Meteorologi Gunung Sitoli menunjukkan tren penurunan sebesar 0.07 per tahun.

Suhu minimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 2000 sebesar 10.0 oc .

Page 47: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 37

2.2.11 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN KLIMATOLOGI INDRAPURI NANGRO ACEH DARUSSALAM

1. Tren Suhu Rata-Rata Tahunan

Gambar 48. Tren Suhu Rata-rata di Stasiun Klimatologi Indrapuri NAD

Dari data tahun 1995 sampai 2011, suhu rata-rata tahunan di Stasiun

Klimatologi Sampali Medan menunjukan tren peningkatan 0.0108 oc per tahun. Suhu

rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 1998 sebesar 27.3 oc dan suhu rata-rata

terendah terjadi pada tahun 1999 dan 2004 sebesar 26.2 oc.

2. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan

Gambar 49. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan di Stasiun Klimatologi Indrapuri NAD

Page 48: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 38

Dari data tahun 1994 sampai 2011, suhu maksimum absolut tahunan di Stasiun

Klimatologi Sampali Medan menunjukan tren penurunan 0.005 oc per tahun. Suhu

rata-rata maksimum absolut tercatat pada tahun 2000 dan 2002 sebesar 38 oc dan

suhu maksimum absolut terendah terjadi pada tahun 2005 sebesar 34.6 oc.

3. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan

Gambar 30. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan di Stasiun Klimatologi Indrapuri NAD

Dari data tahun 1994 sampai 2011, suhu minimum absolut tahunan di Stasiun

Klimatologi Indrapuri NAD menunjukkan tren peningkatan 0.055 oc per tahun. Suhu

minimum absolut tertinggi tercatat pada tahun 1999 sebesar 22.8 oc dan suhu

minimum absolut terendah terjadi pada tahun 2003 sebesar 12.6 oc.

Page 49: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 39

2.2.12 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN KLIMATOLOGI SAMPALI SUMATERA UTARA

1. Tren Suhu Rata-rata tahunan

Gambar 31. Tren Suhu Rata-rata di Stasiun Klimatologi Sampali Medan

Dari data tahun 1977 sampai 2011, suhu rata-rata tahunan di Stasiun

Klimatologi Sampali Medan menunjukan tren peningkatan 0.018 oc per tahun. Suhu

rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 27.7 oc dan suhu rata-rata

terendah terjadi pada tahun 1999 sebesar 25.9 oc.

2. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan

Gambar 32. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan di Stasiun Klimatologi Sampali Medan

Page 50: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 40

Dari data tahun 1977 sampai 2011, suhu maksimum absolut tahunan di Stasiun

Klimatologi Sampali Medan menunjukan tren penurunan 0.02 oc per tahun. Suhu

rata-rata maksimum absolut tercatat pada tahun 1985 sebesa2 34.5 oc dan suhu

maksimum absolut terendah terjadi pada tahun 2009 sebesar 32.3 oc.

3. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan

Gambar 33. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan di Stasiun Klimatologi Sampali Medan

Dari data tahun 1977 sampai 2011, suhu minimum absolut tahunan di Stasiun

Klimatologi Sampali Medan menunjukan tren peningkatan 0.092 oc per tahun. Suhu

minimum absolut tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 22.6 oc dan suhu

minimum absolut terendah terjadi pada tahun 1981 sebesar 19.6 oc.

Page 51: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 41

4. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (Januari-Juni)

Gambar 34. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (Januari-Juni) di Stasiun Klimatologi Sampali Medan

Tren curah hujan musim kemarau (Januari-Juni) di Stasiun Klimatologi Sampali

menunjukkan tren naik sebesar 0.48 mm per musim. Artinya curah hujan yang

meningkat selama periode tersebut. Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 1996

mencapai 560 mm.

Gambar 35. Tren Curah Hujan 6 bulanan (Juli-Desember) di Stasiun Klimatologi Sampali

Page 52: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 42

Tren curah hujan musim kemarau (Juli-Desember) di Stasiun Klimatologi

Sampali menunjukkan tren turun sebesar 0.064 mm per musim. Artinya curah hujan

yang meningkat selama periode tersebut. Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun

2000 mencapai 650 mm.

2.2.13 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN KLIMATOLOGI RADIN INTEN

II BANDAR LAMPUNG

1. Tren Suhu Rata-rata Tahunan

Gambar 36. Tren Suhu Rata-rata-Tahunan di Stasiun Meteorologi Radin Inten II

Data tahun 1976-2011, suhu udara rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi

Radin Inten II Bandar Lampung menunjukan tren peningkatan sebesar 0,023 oc per

tahunnya. Sedangkan suhu rata-rata tertinggi tercatat sebesar 27,0 oc pada tahun

2002 dan suhu rata-rata terendah terjadi pada tahun 1984 sebesar 25,6 oc

Page 53: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 43

2. Tren Suhu Maksimum Absoulut Tahunan

Gambar 37. Tren Suhu Maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Radin Inten II

Dari data tahun 1976-2011, suhu udara maksimum rata-rata tahunan di Stasiun

Meteorologi Radin Inten II Bandar Lampung menunjukan tren peningkatan sebesar

0,033 oc per tahunnya. Sedangkan suhu maksimum rata-rata tertinggi tercatat

sebesar 32,9 oc pada tahun 1997 dan 2002 dan suhu maksimum rata-rata terendah

terjadi pada tahun 1978 sebesar 30,9 oc.

3. Tren suhu Minimum Absoulut Tahunan

Gambar 38. Tren Suhu Minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Radin Inten II

Page 54: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 44

Dari data tahun 1976-2011, suhu udara minimum rata-rata tahunan di Stasiun

Meteorologi Radin Inten II Bandar Lampung menunjukan tren peningkatan sebesar

0,0295 oC ~ 0,03 oc per tahunnya. Sedangkan suhu minimum rata-rata tertinggi

tercatat sebesar 23,6 oc pada tahun 1998 dan suhu minimum rata-rata terendah

terjadi pada tahun 1994 sebesar 21,1 oc.

4. Tren Jumlah Curah Hujan 6 bulanan

Gambar 39. Tren Curah hujan 6 bulanan (April-September) di Stasiun Meteorologi Radin Inten II

Data tahun 1976 sampai 2011 menunjukkan curah hujan 6 bulanan (April

sampai September) menunjukkan tren penurunan sebesar 0.5846 mm per enam

bulan. Curah hujan tertinggi tercatat tahun 2010 yang mencapai 1101 mm dan

terendah tahun 1976 sebesar 304 mm.

Page 55: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 45

Gambar 40. Tren Curah hujan 6 bulanan (Oktober-Maret) di Stasiun Meteorologi Radin Inten II

Data tahun 1976 sampai 2011 menunjukkan curah hujan 6 bulanan (Oktober -

Maret) menunjukkan tren penurunan sebesar 4.5611 mm per enam bulan. Curah

hujan tertinggi tercatat tahun 1995 yang mencapai 2287.1 mm dan terendah tahun

1980 sebesar 723.4 mm.

5. Tren Panjang Musim Hujan

Gambar 41. Tren Panjang Musim Hujan di Stasiun Meteorologi Radin Inten II

Page 56: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 46

Panjang musim hujan di wilayah Stasiun Meteorologi Radin Inten II Bandar

Lampung selama kurun waktu 36 tahun (1976-2011) menunjukkan adanya tren

penurunan dari tahun ke tahunnya dengan penurunan yang sangat kecil yaitu

sebesar 0.0068 dasarian atau sekitar 0.068 hari (1 hari) per musim hujannya. Artinya

musim hujan semakin memendek dari tahun ke tahunnya. Musim hujan paling

panjang terjadi pada musim hujan tahun 1984/1985 dan 1999/2000 yang mencapai

24 dasarian (8 bulan), dan panjang musim hujan yang terpendek terjadi pada musim

hujan tahun 2002/2003 yang hanya 9 dasarian (3 bulan).

6. Tren Awal Musim Hujan

Gambar 42. Tren Awal Musim Hujan di Stasiun Meteorologi Radin Inten II

Dari data tahun 1976-2011, awal musim hujan di wilayah Stasiun Meteorologi

Radin Inten II Bandar Lampungmenunjukkan adanya tren penurunan dari tahun ke

tahun yang artinya musim hujan cenderung makin maju namun trennya sangat kecil

sebesar 0.039 dasarian (kurang lebih 0.4 hari/1 hari). Musim hujan paling maju

terjadi pada musim hujan tahun 1978/1979, 1999/2000 dan 2000/2001pada dasarian

ke-28 (Oktober I) dan panjang musim hujan paling mundur terjadi pada musim hujan

tahun 1982/1983, 1985/1986, 2000/2001 dan 2005/2006 pada dasarian ke-36

(Desember III).

Page 57: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 47

7. Tren Panjang Musim Kemarau

Gambar 43. Tren Panjang Musim Kemarau di Stasiun Meteorologi Radin Inten II

Panjang musim kemarau di wilayah Stasiun Meteorologi Radin Inten II Bandar

Lampung selama kurun waktu 36 tahun (1976-2011) menunjukkan adanya tren

peningkatan dari tahun ke tahunnya dengan angka peningkatan hanya sebesar

0.0068 dasarian atau sekitar 0.068 hari (1 hari) per musim kemaraunya. Artinya

musim kemarau semakin memanjang dari tahun ke tahunnya. Musim kemarau

terpanjang terjadi pada musim kemarau tahun 2002/2003 yang mencapai 27

dasarian (9 bulan), dan panjang musim kemarau yang terpendek terjadi pada musim

hujan tahun 1984/1985 yang hanya 12 dasarian (4 bulan).

Page 58: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 48

8. Tren Awal Musim Kemarau

Gambar 44. Tren Awal Musim Kemarau di Stasiun Meteorologi Radin Inten II

Dari data tahun 1976-2011, awal musim kemarau di wilayah Stasiun

Meteorologi Radin Inten II Bandar Lampung menunjukkan adanya tren penurunan

dari tahun ke tahun yang artinya musim kemarau cenderung makin maju namun

trennya sangat kecil sebesar 0.036 dasarian (kurang lebih 0.4 hari/1 hari). Jika tidak

ada tren, awal musim kemarau di Stasiun Meteorologi Radin Inten II Bandar

Lampungrata-rata terjadi pada dsarian ke-13 (Mei I). Musim kemarau paling maju

terjadi pada musim kemarau tahun 2002/2003 dan 2008/2009 pada dasarian ke-5

(FebruariII) dan panjang musim kemarau paling mundur terjadi pada musim

kemarau tahun 1984/1985 pada dasarian ke-18 (Juni III).

Page 59: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 49

2.2.14 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN KLIMATOLOGI SICINCIN

1. Tren Suhu Rata-rata Tahunan

Gambar 45. Tren Suhu Rata-rata Tahunan Di Stasiun Klimatologi Sicincin

Dari data tahun 1984 samapi 2011, suhu rata-rata di Stasiun Klimatologi

Sicincin menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.023 oc per tahun. Suhu udara

rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 25,8 oc dan suhu udara rata-rata

terendah terjadi pada tahun 1984 sebesar 24,5 oc.

2. Tren Suhu Minimum Rata-Rata Tahunan

Page 60: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 50

Gambar 46. Tren Suhu Minimum rata-rata tahunan di Stasiun Klimatologi Sicincin

Dari data suhu udara minimum rata-rata Staklim Sicincin dari tahun 1986

sampai 2011 menunjukkan kenaikan trend sebesar 0.027 oc / tahun. Suhu udara

minimum rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 22.4 oc dan suhu udara

minimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1989 sebesar 20.2 oc.

3. Tren Suhu Maksimum Rata-Rata Tahunan

Gambar 47. Tren Suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Klimatologi Sicincin

Data suhu udara maksimum rata-rata Staklim Sicincin dari tahun 1986 sampai

2011 menunjukkan kenaikan trend sebesar 0.034 oc / tahun. Suhu udara maksimum

rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 33.5 oc dan suhu udara

rmaksimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 30.1 oc.

Page 61: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 51

4. Tren Jumlah Curah Hujan 6 Bulanan

Gambar 48. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (April-September) di Stasiun Klimatologi Sicincin

Dari data tahun 1985 sampai 2011, jumlah curah hujan 6 bulanan (April-

September) di Stasiun Klimatologi Sicincing menunjukkan tren penurunan sebesar

5.18 mm per 6 bulan. Curah hujan terbesar tercatat tahun 2010 sebesar 2660 mm

dan terendah tercatat pada tahun 1994 sebesar 1367 mm.

Gambar 49. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (Oktober-Maret) di Stasiun Klimatologi Sicincin

Page 62: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 52

Dari data tahun 1985 sampai 2011, curah hujan 6 bulanan (Oktober-Maret) di

Stasiun Klimatologi Sicincin mengalami tren penurunan sebesar 2.26 mm per 6

bulan. Curah hujan terbesar tercatat pada tahun 1991 sebesar 3824 mm dan

terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 1306 mm.

2.2.15 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN KLIMATOLOGI JAMBI

1. Tren Suhu Rata-rata Tahunan

Gambar 50. Tren Suhu Rata-rata Tahunan Di Stasiun Klimatologi Jambi

Dari data tahun 1998 sampai 2011, suhu rata-rata di Stasiun Klimatologi Jambi

menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.008 oc per tahun. Suhu udara rata-rata

tertinggi terjadi pada tahun 2003 dan 2005 sebesar 26.8 oc dan suhu udara rata-rata

terendah terjadi pada tahun 2008 sebesar 26.2 oc.

Page 63: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 53

2. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan

Gambar 51. Tren Suhu Minimum Absolut di Stasiun Klimatologi Jambi

Dari data tahun 1999 sampai 2011, Suhu Minimum absolut di Stasiun

Klimatologi Jambi menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.115 oc per tahun. Suhu

minimum rata-rata tertinggi tercatat tahun 2010 sebesar 23.8 oc dan terendah

tercatat tahun 2003 sebesar 22.9 oc.

3. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan

Gambar 52. Tren Suhu Minimum Absoulut di Stasiun Klimatologi Jambi

Page 64: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 54

Dari data tahun 1999 sampai 2011, Suhu Maksimum absolut di Stasiun

Klimatologi Jambi menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.053 oc per tahun. Suhu

maksimum absolute tertinggi tercatat tahun 2000 sebesar 31.3 oc dan terendah

tercatat tahun 2003 sebesar 31.9 oc.

4. Tren Jumlah Curah Hujan 6 Bulanan

Gambar 53. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (April-September) di Stasiun Klimatologi Jambi

Dari data tahun 1997 sampai 2011, jumlah curah hujan 6 bulanan (April-

September) di Stasiun Klimatologi Jambi menunjukkan tren peningkatan sebesar

8.01 mm per 6 bulan. Curah hujan Bulan April sampai dengan September terbesar

tercatat tahun 2010 sebesar 1424.3 mm dan terendah tercatat pada tahun 1997

sebesar 625 mm.

Page 65: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 55

Gambar 54. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (Oktober-Maret) di Stasiun Klimatologi Jambi

Dari data tahun 1997 sampai 2011, curah hujan 6 bulanan (Oktober-Maret) di

Stasiun Klimatologi Jambi mengalami tren peningkatan sebesar 20.11 mm per 6

bulan. Curah hujan Bulan Oktober sampai dengan Maret terbesar tercatat pada

tahun 2001 sebesar 1723 mm dan terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 822

mm.

5. Tren Panjang Musim Hujan

Gambar 55. Tren panjang musim hujan di Stasiun Klimatologi Jambi

Page 66: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 56

Dari data tahun 1998 sampai 2011, Panjang Musim Hujan Stasiun Klimatologi

Jambi (PMH) cenderung naik, dengan laju kenaikan 0,28 dasarian atau sekitar 2 – 3

hari. Musim hujan terpanjang terjadi pada musim hujan tahun 2010 yang mencapai

36 dasarian atau sepanjang tahun, dan terpendek pada musim hujan tahun 2000

dan 2006 yang sebesar 21 dasarian.

6. Tren Awal Musim Hujan Stasiun Klimatologi Jambi

Gambar 56. Tren Awal musim hujan di Stasiun Klimatologi Jambi

Dari data tahun 1998 sampai 2011, Awal Musim Hujan Stasiun Meteorologi

Jambi (AMH) cenderung naik dengan laju peningkatan 0.34 dasarian. Musim hujan

paling maju terjadi pada musim hujan tahun 1998 yaitu pada dasarian ke 19, dan

paling mundur pada musim hujan tahun 2006 pada dasarian ke 30.

Page 67: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 57

7. Tren Panjang Musim Kemarau

Gambar 57. Tren panjang musim kemarau di Stasiun Klimatologi Jambi

Dari data tahun 1998 sampai 2011, Panjang Musim Kemarau Stasiun Klimatologi

Jambi (PMK) cenderung turun, dengan laju kenaikan 0,28 dasarian atau sekitar 2 –

3 hari. Musim kemarau terpanjang terjadi pada musim kemarau tahun 2000 yang

mencapai 15 dasarian dan terpendek pada musim kemarau tahun 2010 yang

sebesar 0 dasarian dimana tidak terjadi kemarau sepanjang tahun tersebut.

4. Tren Awal Musim Kemarau

Gambar 58. Tren Awal musim kemarau di Stasiun Klimatologi Jambi

Page 68: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 58

Dari data tahun 1998 sampai 2011, Awal Musim Kemarau Stasiun Meteorologi

Jambi (AMK) cenderung naik dengan laju peningkatan 0.32 dasarian. Musim

kemarau paling maju terjadi pada musim kemarau tahun 1998 yaitu pada dasarian

ke 10, dan paling mundur pada musim kemarau tahun 2009 pada dasarian ke 17.

Page 69: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 59

III. KUALITAS UDARA DI INDONESIA BULAN JANUARI – JUNI 2013

3.1. KADAR DEBU / SUSPENDED PARTICULATE MATTER (SPM) Pemantauan Suspended Particulated Matter (SPM) di Indonesia dilakukan di 54 stasiun pemantau Kulitas Udara. Pemantauan SPM dilakukan dengan metode sampling menggunakan, High Volume Sampler (HVS), sedangkan untuk analisis laboratorium menggunakan Neraca Analitik (Analytical Balance). Hasil analisa kadar debu / SPM (suspended Particulate Matter) di Indonesia secara umum, di beberapa kota dari bulan Januari – Juni 2013 berkisar antara 13.60 – 431.68 μgram/m3, kondisi ini menunjukkan bahwa kadar debu di Indonesia yang terendah 13.60 μgram/m3di Tjilik Riwut, sedangkan yang tertinggi 431.68 μgram/m3di Glodok-Jakarta, beberapa kota yang sudah menunjukkan diatas nilai Baku mutu yang diperbolehkan (230 μgram/m3) antara lain: Ancol, Kemayoran, Monas, Tangerang dan Semarang.

3.1.1. Kadar Debu Di Indonesia Berdasarkan Rata-Rata Bulanan Pada bulan Januari 2013 Kadar debu rata-rata bulanan di Indonesia berkisar antara 13.60 μgram /m3 - 230.22 μgram /m3 , kadar debu tertinggi yang sudah melampau nilai baku mutu yang diperbolehkan (230 μgram/m3) terdapat di Ancol sebesar 230.22 µg/m3, dan yang terendah dibawah nilai baku mutu terdapat di Tjilik Riwut 13.60 µg/m3 seperti terlihat pada peta di bawah ini:

Gambar 54. Peta Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Januari 2013

KONSENTRASI SPM DI INDONESIA BULAN JANUARI 2013

Page 70: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 60

Pada grafik dibawah terlihat ada 1 (satu) stasiun dengan konsentrasi SPM /kadar debu lebih besar dari baku mutu (230 µgr/m³), antara lain: Stasiun Ancol.

Gambar 55. Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Januari 2013

Pada bulan Februari 2013 Kadar debu rata-rata bulanan di Indonesia berkisar antara 11.13 µg/m3 - 370.39 µg/m3 , kadar debu tertinggi yang sudah melampau nilai baku mutu yang diperbolehkan (230 μgram/m3), terdapat di Glodok (370.39 µg/m3), sedangkan yang terendah masih dibawah nilai baku mutu yang diperbolehkan terdapat di Tlilik Riwut (11.13 µg/m3) seperti terlihat pada peta di bawah ini:

Gambar 56. Peta Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Februari 2013

Pada grafik dibawah terlihat ada 4 (empat) stasiun dengan konsentrasi SPM /kadar debu lebih besar dari baku mutu (230 µgr/m³), antara lain: Stasiun Kemayoran

KONSENTRASI SPM DI INDONESIA BULAN FEBRUARI 2013

Page 71: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 61

(240.07 µg/m3), Glodok (370.39 µg/m3), Ancol (230.71 µg/m3), dan Semarang (244.79 µg/m3)

Gambar 57. Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Februari 2013

Pada bulan Maret 2013 Kadar debu rata-rata bulanan di Indonesia berkisar antara 13.21 µg/m3 - 360.58 µg/m3, kadar debu tertinggi yang sudah melampau nilai baku mutu yang diperbolehkan (230 μgram/m3), terdapat di Glodok (360.58 µg/m3), sedangkan yang terendah masih dibawah nilai baku mutu yang diperbolehkan terdapat di Darmaga (13.21 µg/m3) seperti terlihat pada peta di bawah ini:

Gambar 58. Peta Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Maret 2013

Pada grafik di bawah terlihat ada 1 (satu) stasiun dengan konsentrasi SPM /kadar debu lebih besar dari baku mutu (230 µgr/m³), antara lain: Stasiun Glodok (360.58 µg/m3)

KONSENTRASI SPM DI INDONESIA BULAN MARET 2013

Page 72: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 62

Gambar 59. Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Maret 2013

Pada bulan April 2013 Kadar debu rata-rata bulanan di Indonesia berkisar antara 16.43 µg/m3 - 372.01 µg/m3, kadar debu tertinggi yang sudah melampau nilai baku mutu yang diperbolehkan (230 μgram/m3), terdapat di Glodok (372.01 µg/m3), sedangkan yang terendah masih dibawah nilai baku mutu yang diperbolehkan terdapat di Tjilik Riwut (16.43 µg/m3) seperti terlihat pada peta di bawah ini:

Gambar 60. Peta Konsentrasi SPM di Indonesia bulan April 2013

Pada grafik dibawah terlihat ada 2 (dua) stasiun dengan konsentrasi SPM /kadar debu lebih besar dari baku mutu (230 µgr/m³), antara lain: Stasiun Glodok (372.01 μgram/m3) dan Kemayoran (247.82 μgram/m3)

KONSENTRASI SPM DI INDONESIA BULAN APRIL 2013

Page 73: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 63

Gambar 61. Konsentrasi SPM di Indonesia bulan April 2013

Pada bulan Mei 2013 kadar debu rata-rata bulanan di Indonesia berkisar antara 16.34 µg/m3 - 393.09 µg/m3, kadar debu tertinggi yang sudah melampau nilai baku mutu yang diperbolehkan (230 μgram/m3), terdapat di Glodok (393.09 µg/m3), sedangkan yang terendah masih dibawah nilai baku mutu yang diperbolehkan terdapat di Tjilik Riwut (16.43 µg/m3) seperti terlihat pada peta di bawah ini:

Gambar 62. Peta Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Mei 2013

Pada grafik dibawah ada 6 (enam) stasiun dengan konsentrasi SPM /kadar debu lebih besar dari baku mutu (230 µgr/m³), antara lain: Stasiun Glodok (393.09 µg/m3), Kemayoran (298.14 µg/m3), Ancol (248.34 µg/m3), Monas (268.53 µg/m3) Tangerang (255.66 µg/m3), dan Semarang (251.62 µg/m3),

KONSENTRASI SPM DI INDONESIA BULAN MEI 2013

Page 74: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 64

Gambar 63. Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Mei 2013

Pada bulan Juni 2013 Kadar debu rata-rata bulanan di Indonesia berkisar antara 17.02 µg/m3 - 431.68 µg/m3, kadar debu tertinggi yang sudah melampau nilai baku mutu yang diperbolehkan (230 μgram/m3), terdapat di Glodok (431.68 µg/m3), sedangkan yang terendah masih dibawah nilai baku mutu yang diperbolehkan terdapat di Tjilik Riwut (17.02 µg/m3) seperti terlihat pada peta di bawah ini:

Gambar 64. Peta Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Juni 2013

Pada grafik dibawah terlihat ada 6 (enam) stasiun dengan konsentrasi SPM /kadar debu lebih besar dari baku mutu (230 µgr/m³), antara lain: Stasiun Kemayoran (298.14 µg/m3), Glodok (431.68), Monas (282.50 µg/m3), Pd. Betung (298.15 µg/m3), Tangerang (306.77 µg/m3), dan Semarang (273.47 µg/m3)

KONSENTRASI SPM DI INDONESIA BULAN JUNI 2013

Page 75: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 65

Gambar 65. Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Juni 2013

3.1.2. Kadar Debu (SPM) di DKI Jakarta

Pemantauan kadar debu di DKI Jakarta dilakukan di 5 (lima) lokasi yaitu daerah Ancol, Bandengan, Glodok, Kemayoran, dan Monas. Umumnya, kadar debu di lima lokasi pada bulan Januari rendah belum melebihi nilai baku mutu yang diperbolehkan (230 gram/m3). pada bulan Februari – Juni 2013 sangat tinggi khususnya didaerah Glodok melebihi nilai baku mutu yang di perbolehkan (230 gram/m3). Tingginya kadar debu di Glodok diperkirakan merupakan kontribusi dari kendaraan bermotor, karena lokasi pengukuran dekat dengan jalan raya (road site). Kadar debu di daerah Bandengan relatif cukup baik, berada di bawah nilai baku mutu (Gambar 66).

Gambar 66. Kadar Debu di beberapa Lokasi di DKI Jakarta (Januari-Juni 2013)

Secara lebih rinci kadar debu tertinggi dan terendah di Jakarta pada periode Januari – Juni 2013 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kadar debu di DKI Jakarta (Januari – Juni 2013)

Page 76: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 66

No. Bulan Kadar debu tertinggi Kadar debu terendah

Lokasi Kadar

Lokasi Kadar

(μgram/m3) (μgram/m3) 1. Januari Ancol 230.22 Monas 140.17 2. Februari Glodok 370.39 Monas 175.69 3. Maret Glodok 360.58 Monas 115.43 4. April Glodok 372.01 Bandengan 150.44 5. Mei Glodok 393.09 Bandengan 197.11 6. Juni Glodok 431.68 Ancol 127.82

Keterangan:Nilai Ambang Batas untuk kadar debu adalah 230 gram/m3

3.2. TINGKAT KEASAMAN (pH) AIR HUJAN

Tingkat keasaman (pH) air hujan pada bulan Januari 2013 di Supadio-Pontianak, Temindung-Samarinda, Selaparang-Mataram, dan BAWIL.V-Jayapura, menunjukkan nilai pH air hujan berada diatas Nilai Ambang Batas (pH = 5,6) atau lebih bersifat basa, seperti terlihat pada peta dibawah ini:

Gambar 67. Peta Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan Januari 2013

Terdapat 4 (empat) stasiun dengan kadar pH tinggi di atas nilai ambang batas normal (pH = 5,6),bersifat basa antara lain: Stasiun Supadio-Pontianak, Temindung-Samarinda, Karangploso-Malang dan BAWIL. V Jayapura, terlihat pada grafik dibawah ini:

TINGKAT KEASAMAN (pH) AIR HUJAN DI INDONESIA BULAN JANUARI 2013

Page 77: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 67

Gambar 68. Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan Januari 2013

Tingkat keasaman (pH) air hujan pada bulan Februari 2013 di Pulau Baai-Bengkulu, Banjarbaru, Temindung-Samarinda, Panakukang-Ujung Pandang,

Eltari-Kupang, Beto Ambari-Bau Bau, dan BAWIL.V-Jayapura, menunjukkan nilai pH air hujan berada diatas Nilai Ambang Batas (pH = 5,6) atau lebih bersifat basa, seperti terlihat pada peta dibawah ini:

Gambar 69. Peta Tingkat keasaman (PH) Air Hujan di Indonesia bulan Februari 2013

Terdapat 8 (delapan) stasiun dengan kadar pH tinggi di atas nilai ambang batas normal (pH = 5,6), bersifat basa antara lain: Stasiun GAW-Kototabang, Pulau Baai-Bengkulu, Banjarbaru, Temindung-Samarinda, Panakukang-Ujumg Pandang, Eltari-Kung, Beto Ambari-Bau Bau dan BAWIL. V Jayapura, terlihat pada grafik dibawah ini:

TINGKAT KEASAMAN (pH) AIR HUJAN DI INDONESIA BULAN FEBRUARI 2013

Page 78: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 68

Gambar 70. Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan Februari 2013

Tingkat keasaman (pH) air hujan pada bulan Maret 2013 di Kenten-Palembang, Supadio-Pontianak, Banjarbaru, dan Tarempa, menunjukkan nilai pH air hujan berada diatas Nilai Ambang Batas (pH = 5,6) atau lebih bersifat basa, seperti terlihat pada grafik dibawah ini:

Gambar 71. Peta Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan Maret 2013

Terdapat 4 (empat) stasiun dengan kadar pH tinggi di atas nilai ambang batas normal (pH = 5,6), bersifat basa antara lain: Stasiun Kenten-Palembang, Supadio-Pontianak, Banjarbaru, dan Tarempa, terlihat pada grafik dibawah ini:

TINGKAT KEASAMAN (pH) AIR HUJAN DI INDONESIA BULAN MARET 2013

Page 79: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 69

Gambar 72. Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan Maret 2013

Tingkat keasaman (pH) air hujan pada bulan April 2013 di Kenten-Palembang, Supadio-Pontianak, Branti-Tanjungkarang, Selaparang-Mataram, Beto Ambari-Bau Bau, Angkasa-Jayapura, Karangploso-Malang, dan Tarempa, menunjukkan nilai pH air hujan berada diatas Nilai Ambang Batas (pH = 5,6) atau lebih bersifat basa, seperti terlihat pada peta dibawah ini:

Gambar 73. Peta Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan April 2013

Terdapat 8 (delapan) stasiun dengan kadar pH tinggi di atas nilai ambang batas normal (pH = 5,6), bersifat basa antara lain: Stasiun Kenten-Palembang, Supadio-Pontianak, Banjarbaru, Selaparang-Mataram, Beto Ambari-Bau Bau, Karangploso-Malang, Angkasapura dan Tarempa, terlihat pada grafik di bawah ini:

TINGKAT KEASAMAN (pH) AIR HUJAN DI INDONESIA BULAN APRIL 2013

Page 80: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 70

Gambar 74. Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan April 2013

Tingkat keasaman (pH) air hujan pada bulan Mei 2013 di Kototabang, Branti-Tanjungkarang, Panakukang-Ujungpandang, Beto Ambari-Bau Bau, dan Karangploso Malang, menunjukkan nilai pH air hujan berada diatas Nilai Ambang Batas (pH = 5,6) atau lebih bersifat basa, seperti terlihat pada peta dibawah ini:

Gambar 75. Peta Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan Mei 2013 Terdapat 5 (lima) stasiun dengan kadar pH tinggi di atas nilai ambang batas normal (pH = 5,6), bersifat basa antara lain: Stasiun GAW-Kototabang, Branti-Tanjungkarang, Panakukang-Ujungpandang, Beto Ambari-Bau Bau, dan Karangploso-Malang terlihat pada grafik dibawah ini:

TINGKAT KEASAMAN (pH) AIR HUJAN DI INDONESIA BULAN MEI 2013

Page 81: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 71

Gambar 76. Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesiam bulan Mei 2013

Tingkat keasaman (pH) air hujan pada bulan Juni 2013 di Kenten-Palembang, Temindung-Samarinda, Panakukang-Ujung Pandang dan Timika, menunjukkan nilai pH air hujan berada diatas Nilai Ambang Batas (pH = 5,6) atau lebih bersifat basa, seperti terlihat pada grafik dibawah ini:

Gambar 77. Peta Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan Juni 2013

Terdapat 4 (empat) stasiun dengan kadar pH tinggi di atas nilai ambang batas normal (pH = 5,6), bersifat basa antara lain: Stasiun Kenten-Palembang, Temindung-Samarinda, Panakukang-Ujungpandang, Beto Ambari-Bau Bau, dan Karangploso-Malang, terlihat pada grafik dibawah ini:

TINGKAT KEASAMAN (pH) AIR HUJAN DI INDONESIA BULAN JUNI 2013

Page 82: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 72

Gambar 78. Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan Juni 2013

3.3. KONSENTRASI KADAR SO2 DAN NO2 DI JAKARTA Secara umum, hasil pemantauan kadar SO2 dan NO2 di beberapa lokasi di Jakarta masih relatif rendah dan jauh di bawah nilai baku mutu yang diperbolehkan. Kadar rata-rata bulanan SO2 dan NO2 periode Januari–Juni 2013 adalah sebagai berikut: Kadar SO2 rata-rata bulanan di beberapa lokasi di Jakarta masih cukup baik dan berada di bawah nilai baku mutu yang diperbolehkan (0,014 ppm).

Gambar 79. Kadar SO2 di beberapa Lokasi di DKI - Jakarta (Januari-Juni 2013)

Kadar NO2 rata-rata bulanan di beberapa lokasi di Jakarta masih cukup baik dan berada di bawah nilai baku mutu yang diperbolehkan (0,08 ppm) . bulan Juni tidak ada data (Gambar.27)

Page 83: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 73

Gambar 80. Kadar NO2 di beberapa Lokasi di DKI - Jakarta (Januari-Juni 2013)

3.4. PEMANTAUAN AEROSOL PM10 Pemantauan partikulat PM10 (Aerosol) dilakukan di stasiun GAW-Kototabang. Pengukuran kadar PM10 dilakukan dengan peralatan otomatis (digital) menggunakan alat Betha Rays Attenuation Monitoring (BAM)-1020.

Gambar 81. Peralatan Pemantau Betha Rays Attenuation Monitoring (BAM)

3.5. KONSENTRASI KADAR SO₂ Dan NO₂ DI INDONESIA Pengukuran kadar / konsentrasi SO₂ dan NO₂ di Indonesia ada di 7 stasiun pemantau, antara lain di: Kemayoran, Ancol, Monas, Glodok, Bandengan, Kototabang dan Siantan 3.5.1. Konsentrasi SO₂ Pada bulan Januari 2013, kadar SO2 tertinggi di Glodok, Monas dan Bandengan sebesar.0.005 ppm dan kadar So₂ terendah di Ancol sebesar 0.003 ppm, namun masih berada di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm), Kototabang dan Siantan tidak ada data.

Page 84: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 74

Gamba 82. Konsentrasi SO2 di beberapa lokasi di Jakarta, GAW Kototabang dan Siantan bulan

Januari 2013 Pada bulan Februari 2013, kadar SO2 tertinggi di Kemayoran sebesar.0.005 ppm dan kadar SO₂ terendah di Kototabang sebesar 0.001 ppm, namun masih berada di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).

Gambar 83. Konsentrasi SO₂ di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang

dan Siantan bulan Februari 2013

Pada bulan Maret 2013, kadar SO2 tertinggi di Kemayoran sebesar.0.006 ppm dan kadar SO₂ terendah di Kototabang sebesar 0.002 ppm, namun masih berada di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).

Page 85: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 75

Gambar 84. Konsentrasi SO₂ di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang dan Siantan bulan Maret

2013 Pada bulan April 2013, kadar SO2 tertinggi di Bandengan sebesar.0.003 ppm dan kadar SO₂ terendah di Ancol dan Glodok sebesar 0.001 ppm, namun masih berada di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).

Gambar 85. Konsentrasi SO₂ di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang dan siantan bulan April 2013

Pada bulan Mei 2013 Kototabang dan Siantan tidak ada data, kadar SO2 tertinggi di Ancol sebesar.0.009 ppm dan kadar SO₂ terendah di Monas sebesar 0.007 ppm, namun masih berada di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).

Page 86: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 76

Gambar 86. Konsentrasi SO₂ di beberapa lokasi di DKI Jakarta bulan Mei 2013

3.5.2. Konsentrasi NO₂

Pada bulan Januari 2013 Kototabang dan Siantan tidak ada data, kadar NO2 tertinggi di Glodok sebesar.0.030 ppm dan kadar NO₂ terendah di Kemayoran dan Bandengan sebesar 0.020 ppm, namun masih berada di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).

Gambar 87. Konsentrasi NO₂ di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang dan siantan bulan Januari

2013 Pada bulan Februari 2013, kadar NO2 tertinggi di Glodok sebesar 0.051 ppm dan kadar NO₂ terendah di Kototabang sebesar 0.002 ppm, namun masih berada di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).

Page 87: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 77

Gambar 88. Konsentrasi NO₂ di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang dan Siantan bulan Februari 2013

Pada bulan Maret 2013, kadar NO2 tertinggi di Glodok sebesar 0.053 ppm dan kadar NO₂ terendah di Siantan sebesar 0.005 ppm, namun masih berada di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).

Gambar 89. Konsentrasi NO₂ di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang dan Siantan bulan Maret

2013 Pada bulan April 2013 Kototabang tidak ada data, kadar NO2 tertinggi di Glodok sebesar 0.051 ppm dan kadar NO₂ terendah di Siantan sebesar 0.005 ppm, namun masih berada di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).

Page 88: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 78

Gambar 90. Konsentrasi NO₂ di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang dan Siantan bulan April 2013 Pada bulan Mei 2013 Kototabang dan Siantan tidak ada data, kadar NO2 tertinggi di Glodok sebesar 0.044 ppm dan kadar NO₂ terendah di Kemayoran sebesar 0.025 ppm, namun masih berada di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).

Gambar 91. Konsentrasi NO₂ di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang dan Siantan bulan Mei 2013 Pemantauan Aerosol PM₁₀ di Kototabang bulan Januari 2013, Konsentrasi PM₁₀ maximum terjadi pada tanggal 18 sebesar 20.75 µgr/m³, sedangkan konsentrasi PM₁₀ minimum pada tanggal 1 sebesar 9.00 µgr/m³, Sedangkan rata-rata bulan konsentrasi PM₁₀ pada bulan Januari 2013 sebesar 16.48 µgr/m³

Page 89: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 79

Gambar 92. Pemantauan Aerosol PM₁₀ di Kototabang bulan Januari 2013

Pemantauan Aerosol PM₁₀ di Kototabang bulan Maret 2013. Konsentrasi PM₁₀ maximum terjadi pada tanggal 7 sebesar 52.00 µgr/m³, sedangkan konsentrasi PM₁₀ minimum pada tanggal 29 dan tanggal 31 sebesar 2.00 µgr/m³, Sedangkan rata-rata bulan konsentrasi PM₁₀ pada bulan Maret 2013 sebesar 17.86 µgr/m³

Gambar 93. Pemantauan Aerosol PM₁₀ di Kototabang bulan Maret 2013

Pemantauan Aerosol PM₁₀ di Kototabang bulan April 2013. Konsentrasi PM₁₀ maximum terjadi pada tanggal 14 sebesar 15.00 µgr/m³, sedangkan konsentrasi PM₁₀ minimum pada tanggal 3 dan tanggal 17 sebesar 7.00 µgr/m³, Sedangkan rata-rata bulan konsentrasi PM₁₀ pada bulan April 2013 sebesar 10.68 µgr/m³

Page 90: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 80

Gambar 94. Pemantauan Aerosol PM₁₀ di Kototabang bulan April 2013

3.6. OZON PERMUKAAN

Pemantauan Ozon Permukaan dilakukan di stasiun Kemayoran dan di Bukit-Kototabang. Pengukuran kadar Ozon Permukaan dilakukan dengan peralatan otomatis. Pengukuran di Stasiun Kemayoran menggunakan alat Ozone Analyzer dengan metode UV Photometric, sedangkan di stasiun Bukit-Kototabang menggunakan alat Ozone Analyzer tipe TEI49C dengan metode UV-Absorption

Pengukuran Ozon (O₃) di Kemayoran bulan Januari 2013, Konsentrasi Ozon maximum terjadi pada tanggal 19 sebesar 109.65 ppb, sedangkan konsentrasi Ozon minimum pada tanggal 20 sebesar 2.86 ppb,. Sedangkan rata-rata bulan konsentrasi Ozon pada bulan Januari 2013 sebesar 29.58 ppb.

Page 91: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 81

Gambar 95. Konsentrasi Ozon Permukaan di Kemayoran – Jakarta bulan Januari 2013

Pengukuran Ozon (O₃) di Kemayoran bulan Februari 2013, Konsentrasi Ozon maximum terjadi pada tanggal 5 sebesar 114.72 ppb, sedangkan konsentrasi Ozon minimum pada tanggal 6 sebesar 6.62 ppb,. Sedangkan rata-rata bulan konsentrasi Ozon pada bulan Februari 2013 sebesar 36.42 ppb.

Gambar 96. Konsentrasi Ozon Permukaan di Kemayoran – Jakarta bulan Februari 2013

Pengukuran Ozon (O₃) di Kemayoran bulan Maret 2013, Konsentrasi Ozon maximum terjadi pada tanggal 5 sebesar 141.07 ppb dan sudah melampaui baku mutu yang diperbolehkan (120 ppb), sedangkan konsentrasi Ozon minimum pada tanggal 28 sebesar 13.73 ppb,. Sedangkan rata-rata bulan konsentrasi Ozon pada bulan Maret 2013 sebesar 39.28 ppb.

Page 92: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 82

Gambar 97. Konsentrasi Ozon Permukaan di Kemayoran – Jakarta bulan Maret 2013

Pengukuran Ozon (O₃) di Kemayoran bulan April 2013, Konsentrasi Ozonmaximum terjadi pada tanggal 17 sebesar 133.81 ppb dan sudah melampaui baku mutu yang diperbolehkan (120 ppb), sedangkan konsentrasi Ozon minimum pada tanggal 14 sebesar 13.08 ppb,. Sedangkan rata-rata bulan konsentrasi Ozon pada bulan April 2013 sebesar 38.10 ppb

. Gambar 98. Konsentrasi Ozon Permukaan di Kemayoran – Jakarta bulan April 2013

Pengukuran Ozon (O₃) di Kemayoran bulan Mei 2013, Konsentrasi Ozon maximum terjadi pada tanggal 9 sebesar 103.00 ppb dan sudah melampaui baku mutu yang diperbolehkan (120 ppb), sedangkan konsentrasi Ozon minimum pada tanggal 31 sebesar 7.34 ppb, Sedangkan rata-rata bulan konsentrasi Ozon pada bulan Mei 2013 sebesar 36.22 ppb.

Page 93: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 83

Gambar 99. Konsentrasi Ozon Permukaan di Kemayoran – Jakarta bulan Mei 2013 Pengukuran Ozon (O₃) di Kemayoran bulan Juni 2013, Konsentrasi Ozon maximum terjadi pada tanggal 9 sebesar 82.75 ppb, sedangkan konsentrasi Ozon minimum pada tanggal 5 sebesar 4.07 ppb, Sedangkan rata-rata bulan konsentrasi Ozon pada bulan Juni 2013 sebesar 8.91 ppb.

Gambar 100. Konsentrasi Ozon Permukaan di Kemayoran – Jakarta bulan Juni 2013

Page 94: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 84

IV. INFORMASI GAS RUMAH KACA

4.1 . PEMANTAUAN GAS RUMAH KACA DI STASIUN GAW KOTOTABANG

Pemantauan aktivitas Gas Rumah Kaca (GRK) yang terdiri dari unsur CO2, CH4, N26 di Stasiun GAW Bukit Kototabang telah dimulai sejak tahun 2004. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari jaringan pemantauan sampling udara global (Global Air Sampling Monitoring Network), yang merupakan kolaborasi kerja sama antara pihak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dengan National Oceanic and Atmosphere Administration (NOAA) - Earth System Research Laboratory (ESRL) Amerika Serikat. Hingga saat ini telah terbentuk jaringan pengamatan GRK fixed site yang terdapat di 65 lokasi dan 2 di atas kapal komersil. Pengukuran konsentrasi GRK di Stasiun GAW Bukit Kototabang dilakukan dengan metode Airkit Flask Sampling yang dilakukan setiap 1 (satu) kali seminggu dengan menggunakan dua buah tabung yang masing-masing berukuran 2.5 Liter. Namun sejak April 2011, pengukuran GRK di Stasiun GAW Bukit Kototabang dengan metode Airkit Flask Sampling untuk sementara waktu dihentikan. Sebagai gantinya untuk saat ini pengukuran GRK dilakukan dengan metode CRDS (Cavity Ring-Down Spectroscopy) yang menggunakan instrumen Picarro G3010 Analyzer. Berbeda dengan instrumen Airkit Flask Sampling ,instrumen ini hanya bisa mengukur 2 jenis konsentrasi GRK yakni CO2 dan CH4. Sehingga dengan demikian untuk pengukuran N2O dan SF6 untuk sementara tidak dilakukan lagi. Pengukuran dengan menggunakan metode CRDS ini dilakukan pada 3 level ketinggian yaitu 10 meter, 20 meter dan 32 meter. Hasil pengukuran konsentrasi CO2 dan CH4 hingga bulan Juni 2013 di Stasiun GAW Bukit Kototabang dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3 di bawah ini.

Gambar 101. Trend Konsentrasi CO2 periode Januari 2004 - Juni 2013 di Stasiun GAW Bukit Kototabang

Page 95: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 85

Pada bulan Juni 2013, konsentrasi CO2 di Stasiun GAW Bukit Kototabang tercatat sebesar 390,3 ppm. Hasil ini relatif lebih tinggi dibandingkan rata-rata nilai konsentrasi CO2 pada bulan Mei 2013 yang sebesar 389,0 ppm (Lihat Gambar. 48). Namun jika dibandingkan nilai rata-rata sejak pengukuran tahun 2004 sebesar 379,6 ppm, nilai konsentrasi CO2 hingga bulan Juni 2013 mengalami peningkatan sebesar 2.66 %.

Gambar 102. Trend Konsentrasi CH4 periode Januari 2004 - Juni 2013 di Stasiun GAW Bukit

Kototabang Konsentrasi CH4 pada bulan Juni 2013 sebesar 1811,5 ppb dimana nilai tersebut menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan nilai konsentrasi pada bulan Mei 2013 yang menunjukkan nilai 1809,7 ppb (Lihat Gambar 49). Nilai rata-rata konsentrasi CH4 sejak dilakukan pengamatan tahun 2004 hingga saat ini adalah sebesar 1817,0 ppb, sehingga dengan demikian nilai konsentrasi CH4 pada bulan Juni 2013 menunjukkan peningkatan sebesar 0,30%. Konsentrasi CH4 pada bulan Juni 2013 sebesar 1811,5 ppb dimana nilai tersebut menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan nilai konsentrasi pada bulan Mei 2013 yang menunjukkan nilai 1809,7 ppb (Lihat Gambar 3). Nilai rata-rata konsentrasi CH4 sejak dilakukan pengamatan tahun 2004 hingga saat ini adalah sebesar 1817,0 ppb, sehingga dengan demikian nilai konsentrasi CH4 pada bulan Juni 2013 menunjukkan peningkatan sebesar 0.30%.

Page 96: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 86

Tabel 4. Perbandingan GRK berdasarkan nilai rata-rata dengan nilai rata-rata di stasiun GAW Bukit Kototabang.

4.2. PEMANTAUAN GAS RUMAH KACA DI 9 (SEMBILAN) UPT BMKG

Sejak bulan Mei 2012 BMKG telah melakukan pemantauan Gas Rumah Kaca (GRK). Parameter GRK yang diukur adalah CO₂ dan CH₄ . Metode pemantauan yang digunakan adalah metode tidak langsung (Indirect), yaitu dengan cara sampling dan analisis laboratorium. Alat sampling yang digunakan adalah Flask Sampler. Sedangkan analisis konsentrasi GRK menggunakan instrumen gas kromatografi.

Pada tahap awal lokasi sampling yang dipilih BMKG didaerah ada 9 (sembilan) lokasi, antara lain di: Sampali – Medan, Pekanbaru – Riau, Siantan – Pontianak, Banjarbaru – Kalimantan Selatan, Kayuwatu – Manado, Maros – Ujung Pandang, Karangploso – Malang, Negara – Bali, dan Lasiana – Kupang.

Hasil pemantauan GRK hanya di 8 (delapan) lokasi, karena 1 (satu) lokasi yaitu Pekanbaru – Riau tidak ada data, antara bulan Januari 2013 sampai dengan bulan Juni 2013 diperoleh data nilai rata-rata bulanan untuk CO₂ sebesar 392.89 ppm, dan untuk CH₄ sebesar 1.67 ppm. Konsentrasi CO₂ tertinggi 401.24 ppm terdapat di Sampali – Medan, dan terendah sebesar 386.98 ppm di Banjarbaru, sedangkan untuk CH₄ konsentrasi tertinggi sebesar 1.74 ppm di Karangploso – Malang dan terendah sebesar 1.59 ppm di Banjarbaru.

Pemantauan GRK di 8 (delapan) lokasi karena 1 (satu) lokasi yaitu Pekanbaru- Riau tidak ada data, di masing-masing lokasi dapat di lihat pada gambar grafik rata – rata bulanan di bawah ini, lihat Gambar 103 - 112.

Page 97: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 87

Gambar 103. Konsentrasi Rata-Rata CO₂ Periode Bulan Januari - Mei 2013

Gambar 104. Konsentrasi Rata-Rata CH₄ Periode Bulan Januari - Mei 2013

Page 98: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 88

Gambar 105. Konsentrasi Rata-Rata CO₂ Periode Bulan Januari – Mei 2013 di Staklim Banjarbaru dan Staklim Karangploso – Malang

Gambar 106. Konsentrasi Rata-Rata CH₄ Periode Bulan Januari – Mei 2013 di Staklim Banjarbaru dan Staklim Karangploso – Malang

Page 99: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 89

Gambar 107. Konsentrasi Rata-Rata CO₂ Periode Bulan Januari – Mei 2013 di Staklim Kayuwatu-Manado dan Staklim Lasiana – Kupang

Gambar 108. Konsentrasi Rata-Rata CH₄ Periode Bulan Januari – Mei 2013 di Staklim Kayuwatu-Manado dan Staklim Lasiana – Kupang

Page 100: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 90

Gambar 109. Konsentrasi Rata-Rata CO₂ Periode Bulan Januari – Mei 2013 di Staklim Negara-Bali dan Staklim Sampali– Medan

Gambar 110. Konsentrasi Rata-Rata CH₄ Periode Bulan Januari – Mei 2013 di Staklim Negara-Bali dan Staklim Sampali-Medan

Page 101: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 91

Gambar 111. Konsentrasi Rata-Rata CO₂ Periode Bulan Januari – Mei 2013 di Staklim Siantan-Pontianak dan Staklim Maros-Ujung Pandang

Gambar 112. Konsentrasi Rata-Rata CH₄ Periode Bulan Januari – Mei 2013 di Staklim Siantan-Pontianak dan Staklim Maros-Ujung Pandang

Page 102: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 92

V. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN

Sejak tahun 2010, BMKG selaku lembaga pemerintahan non kementerian menyampaikan beberapa informasi teknis terkait trajectory dan sebaran asap kebakaran hutan di wilayah Indonesia. Seperti diketahui bahwa pada bulan Januari hingga Juni 2013, telah terjadi kebakaran hutan yang cukup hebat yang melanda wilayah Sumatera dan Kalimantan. Berdasarkan pantauan dari satelit Modis (Terra dan Aqua) jumlah titik api di wilayah Sumatera terbanyak terjadi pada periode bulan Juni 2013. Hal ini disebabkan karena pada periode bulan tersebut merupakan periode kemarau yang terjadi di hampir sebagian besar wilayah Indonesia. Dasar hukum Tugas yang melandasi kegiatan penyampaian update informasi trajectory dan sebaran asap kebakaran hutan di wilayah Indonesia adalah: a. Undang Undang Republik Indonesia No. 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi

Klimatologi dan Geofisika Bab V Pasal 10 tentang (1) Pengamatan Klimatologi meliputi: iklim dan kualitas udara ; dan Bab VII pasal 29 tentang Pelayanan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan Data Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika

c. Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Nomor: KEP.03 TAHUN 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, pada Bagian Keempat Pasal 117 menyatakan Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, koordinasi kegiatan fungsional dan kerjasama observasi, pengelolaan dan pelayanan data dan informasi di bidang perubahan iklim dan kualitas udara.

d. Rencana Stratejik (RENSTRA) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tahun 2010-2014 tentang sasaran program pembangunan bidang klimatologi

Berdasarkan data Modis (satelit Terra dan Aqua) dengan tingkat kepercayaan 81 sampai dengan 100 % dan dari hasil running Model Hysplit4 (Hybrid Single Particle Lagrangian Integrated Trajectory Model) kerjasama BMKG-NOAA serta penggunaan data meteorologi pada bulan Januari – Juni 2013, berikut disampaikan Laporan Informasi Sebaran Asap Kebakaran hutan dan Trajektorinya untuk beberapa provinsi di wilayah Sumatera dan Kalimantan. 5.1. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI RIAU Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi yang sering dilanda kebakaran hutan setiap tahun. Pada periode Januari - Juni 2013, berdasarkan data harian hotspot yang diambil melalui data satelit Modis (Terra dan Aqua) menunjukkan bahwa wilayah Provinsi Riau hampir sepanjang hari dilanda kebakaran hutan. Jumlah hotspot terbanyak sebesar 1342 titik terjadi pada tanggal 19 Juni 2013 (Gambar:.60). Sedangkan trajectory asap kebakaran hutan pada saat itu memiliki kecenderungan bergerak kearah Timur sampai dengan Timur Laut. Dari hasil running aplikasi Hysplit4 tanggal 20 Juni pukul 07.00 WIB menggunakan data hotspot terbanyak, disampaikan peta sebaran hotspot dan trajectory asap kebakaran hutan sebagai berikut:

Page 103: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 93

(a) (b)

(c) Gambar 113. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Riau tanggal 20 Juni 2013.

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik hotspot di Kecamatan Langgam, Sungai Ma, Tanah Putih, Mandau, Medang Kampai, Kepenuhan, Teluk Meranti, Pelalawan, Kerumutan bergerak kearah Timur sampai dengan Timur Laut. Pada tabel 3 berikut ini disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi selama periode bulan Januari – Juni 2013 di Provinsi Riau.

Tabel 5. Rekapitulasi Hotspot Provinsi Riau Januari- Juni 2013

Tanggal Jumlah

Hotspot Tanggal

Jumlah

Hotspot Tanggal

Jumlah

Hotspot

01 Jan 2013 0 11 Jan 2013 3 21 Jan 2013 0

02 Jan 2013 0 12 Jan 2013 0 22 Jan 2013 0

03 Jan 2013 0 13 Jan 2013 0 23 Jan 2013 2

04 Jan 2013 0 14 Jan 2013 0 24 Jan 2013 0

05 Jan 2013 0 15 Jan 2013 0 25 Jan 2013 0

06 Jan 2013 0 16 Jan 2013 0 26 Jan 2013 1

07 Jan 2013 3 17 Jan 2013 3 27 Jan 2013 0

08 Jan 2013 3 18 Jan 2013 0 28 Jan 2013 1

09 jan 2013 0 19 Jan 2013 0 29 Jan 2013 0

10 Jan 2013 8 20 Jan 2013 0 30 Jan 2013 5

(a). Peta sebaran titik panas (hotspot) Riau

(b). Trajectory asap kebakaran hutan di Riau

(c). Trajectory asap kebakaran hutan di Riau dalam 3 dimensi

BMKG

Sumber: B MKG-NO AA Hysplit M odel

Trajectory Asap Kebakaran Hutandi Provinsi Riau Dalam 3 Dimensi

(20 – 21 Juni 2013, mulai Jam 07.00 WIB)

10 m 1 m 0 m (Permukaan tanah/ Gambut)

Page 104: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 94

31 Jan 2013 8

1 Peb 2013 0 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0

2 Peb 2013 61 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0

3 Peb 2013 0 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0

4 Peb 2013 0 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 0

5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 0

6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0

7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0

8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0

9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0

10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0

11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0

01 Mart 2013 0 11 Mart 2013 2 21 Mart 2013 2 02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 0 22 Mart 2013 0 03 Mart 2013 0 13 Mart 2013 4 23 Mart 2013 0 04 Mart 2013 1 14 Mart 2013 0 24 Mart 2013 0 05 Mart 2013 6 15 Mart 2013 4 25 Mart 2013 0 06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 0 26 Mart 2013 0 07 Mart 2013 0 17 Mart 2013 14 27 Mart 2013 0 08 Mart 2013 3 18 Mart 2013 7 28 Mart 2013 3 09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 14 29 Mart 2013 0 10 Mart 2013 0 20 Mart 2013 7 30 Mart 2013 0

31 Mart 2013 0 01 Aprl 2013 0 11 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 0

02 Aprl 2013 4 12 Aprl 2013 1 22 Aprl 2013 0

03 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 0

04 Aprl 2013 1 14 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0

05 Aprl 2013 10 15 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 0

06 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 60 26 Aprl 2013 0

07 Aprl 2013 0 17 Aprl 2013 1 27 Aprl 2013 0

08 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 64 28 Aprl 2013 0

09 Aprl 2013 1 19 Aprl 2013 4 29 Aprl 2013 0

10 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 1 30 Aprl 2013 0

01 Mei 2013 0 12 Mei 2013 0 23 Mei 2013 1 02 Mei 2013 0 13 Mei 2013 5 24 Mei 2013 0 03 Mei 2013 0 14 Mei 2013 9 25 Mei 2013 0 04 Mei 2013 0 15 Mei 2013 0 26 Mei 2013 0 05 Mei 2013 0 16 Mei 2013 0 27 Mei 2013 0 06 Mei 2013 0 17 Mei 2013 0 28 Mei 2013 0

Page 105: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 95

07 Mei 2013 0 18 Mei 2013 5 29 Mei 2013 0 08 Mei 2013 0 19 Mei 2013 4 30 Mei 2013 4 09 Mei 2013 0 20 Mei 2013 3 31 Mei 2013 6 10 Mei 2013 0 21Mei 2013 0

11 Mei 2013 3 22 Mei 2013 0

01 Jun 2013 22 11 Juni 2013 0 21 juni 2013 586

02 Jun 2013 0 12 Juni 2013 11 22 Juni 2013 158

03 Jun 2013 2 13 Juni 2013 35 23 Juni 2013 418

04 Jun 2013 0 14 Juni 2013 85 24 Juni 2013 313

05 Jun 2013 6 15 Juni 2013 120 25 Juni 2013 2

06 Jun 2013 10 16 Juni 2013 5 26 Juni 2013 4

07 Jun 2013 0 17 Juni 2013 77 27 Juni 2013 2

08 Jun 2013 4 18 Juni 2013 192 28 Juni 2013 6

09 Jun 2013 0 19 Juni 2013 1342 29 Juni 2013 0

10 Jun 2013 18 20 Juni 2013 300 30 Juni 2013 4

(Sumber: Satelit Modis, http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/index.php)

5.2. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI JAMBI

Provinsi Jambi merupakan salah satu provinsi yang sering dilanda kebakaran hutan setiap tahun. Pada periode Januari hingga Juni 2013, berdasarkan data harian hotspot yang diambil melalui data satelit Modis (Terra dan Aqua) menunjukkan bahwa wilayah Provinsi Jambi hampir sepanjang hari dilanda kebakaran hutan. Jumlah hotspot terbanyak sebesar 47 titik terjadi pada tanggal 19 Juni 2013 (Gambar 114). Sedangkan trajectory asap kebakaran hutan pada saat itu memiliki kecenderungan bergerak kearah Timur sampai dengan Tenggara. Dari hasil running aplikasi Hysplit4 tanggal 20 Juni pukul 07.00 WIB menggunakan data hotspot terbanyak, disampaikan peta sebaran hotspot dan trajectory asap kebakaran hutan sebagai berikut:

Page 106: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 96

(a) (b)

BMKG

Sumber: BMKG-NOAA Hysplit Model

Trajectory Asap Kebakaran Hutandi Provinsi Jambi Dalam 3 Dimensi(20 – 21 Juni 2013, mulai Jam 07.00 WIB)

10 m 1 m 0 m (Permukaan tanah/ Gambut) (c)

Gambar 114. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Jambi tanggal 20 Juni 2013.

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik hotspot di Kecamatan VII Koto, Sumay bergerak kearah Timur sampai dengan Tenggara. Pada tabel.6. berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi selama periode bulan Januari – Juni 2013 di Provinsi Jambi.

Tabel 6. Rekapitulasi Hotspot Provinsi Jambi Januari- Juni 2013.

Tanggal Jumlah

Hotspot Tanggal

Jumlah

Hotspot Tanggal

Jumlah

Hotspot

01 Jan 2013 0 11 Jan 2013 0 21 Jan 2013 0

02 Jan 2013 0 12 Jan 2013 0 22 Jan 2013 0

03 Jan 2013 0 13 Jan 2013 0 23 Jan 2013 0

04 Jan 2013 0 14 Jan 2013 0 24 Jan 2013 0

05 Jan 2013 0 15 Jan 2013 0 25 Jan 2013 0

06 Jan 2013 0 16 Jan 2013 0 26 Jan 2013 0

07 Jan 2013 0 17 Jan 2013 0 27 Jan 2013 0

08 Jan 2013 0 18 Jan 2013 0 28 Jan 2013 0

09 jan 2013 0 19 Jan 2013 0 29 Jan 2013 0

(a). Peta sebaran titik panas (hotspot) Jambi

(b). Trajectory asap kebakaran hutan di Jambi

(c). Trajectory asap kebakaran hutan di Jambi dalam 3 dimensi

Page 107: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 97

10 Jan 2013 1 20 Jan 2013 0 30 Jan 2013 0

31 Jan 2013 0

1 Peb 2013 0 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0

2 Peb 2013 0 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0

3 Peb 2013 0 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0

4 Peb 2013 0 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 0

5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 2

6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0

7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0

8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0

9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0

10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0

11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0

01 Mart 2013 11 11 Mart 2013 0 21 Mart 2013 0

02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 0 22 Mart 2013 0

03 Mart 2013 0 13 Mart 2013 0 23 Mart 2013 0

04 Mart 2013 2 14 Mart 2013 0 24 Mart 2013 0

05 Mart 2013 0 15 Mart 2013 0 25 Mart 2013 0

06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 0 26 Mart 2013 0

07 Mart 2013 0 17 Mart 2013 0 27 Mart 2013 0

08 Mart 2013 1 18 Mart 2013 0 28 Mart 2013 0

09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 0 29 Mart 2013 0

10 Mart 2013 0 20 Mart 2013 0 30 Mart 2013 0

31 Mart 2013 0

1 Aprl 2013 0 12 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 1 2 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0 3 Aprl 2013 0 14 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 0 4 Aprl 2013 0 15 Aprl 2013 0 26 Aprl 2013 0 5 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 0 27 Aprl 2013 0 6 Aprl 2013 0 17 Aprl 2013 0 28 Aprl 2013 0 7 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 0 29Aprl 2013 0 8 Aprl 2013 0 19 Aprl 2013 0 30 Aprl 2013 1 9 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 0

10 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 0

1 Mei 2013 0 12 Mei2013 0 23 Mei2013 0

2 Mei 2013 0 13 Mei2013 0 24 Mei2013 0

3 Mei 2013 0 14 Mei2013 1 23 Mei2013 2

4 Mei 2013 0 15 Mei2013 0 24 Mei2013 0

Page 108: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 98

5 Mei 2013 0 16 Mei2013 0 25 Mei2013 0

6 Mei 2013 0 17 Mei2013 0 26 Mei2013 0

7 Mei 2013 0 18 Mei2013 1 27 Mei2013 0

8 Mei 2013 0 19 Mei2013 0 28 Mei2013 0

9 Mei 2013 0 20 Mei2013 1 29 Mei 2013 0

10 Mei 2013 0 21 Mei2013 0 30 Mei 2013 0

11 Mei 2013 0 22 Mei2013 0 31 Mei 2013 0

1 Juni 2013 6 12 Juni 2013 0 23 Juni 2013 0 2 Juni 2013 0 13 Juni 2013 0 24 Juni 2013 16 3 Juni 2013 0 14 Juni 2013 0 25 Juni 2013 0 4 Juni 2013 0 15 Juni 2013 2 26 Juni 2013 2 5 Juni 2013 1 16 Juni 2013 0 27 Juni 2013 0 6 Juni 2013 0 17 Juni 2013 0 28 Juni 2013 29 7 Juni 2013 0 18 Juni 2013 2 29 Juni 2013 0 8 Juni 2013 0 19 Juni 2013 47 30 Juni 2013 0 9 Juni 2013 0 20 Juni 2013 4

10 juni 2013 0 21 Juni 2013 6

11 juni 2013 0 22 Juni 2013 13

(Sumber: Satelit Modis, http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/index.php)

5.3. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang sering dilanda kebakaran hutan setiap tahun. Selama periode Januari hingga Juni 2013, berdasarkan data harian hotspot yang diambil melalui data satelit Modis (Terra dan Aqua) menunjukkan bahwa wilayah Provinsi Sumatera Utara hampir sepanjang hari dilanda kebakaran hutan. Jumlah hotspot terbanyak sebesar 18 titik terjadi pada tanggal 24 Juni 2013 (Gambar.63). Sedangkan trajectory asap kebakaran hutan pada saat itu memiliki kecenderungan bergerak kearah Selatan sampai dengan Barat Daya. Dari hasil running aplikasi Hysplit4 tanggal 25 Juni pukul 07.00 WIB menggunakan data hotspot terbanyak, disampaikan peta sebaran hotspot dan trajectory asap kebakaran hutan sebagai berikut:

Page 109: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 99

(a) (b)

BMKG

Sumber: BMKGNOAA Hysplit Model

Trajectory Asap Kebakaran Hutandi Provinsi Sumatera Utara Dalam 3 Dimensi

(25– 26 Juni 2013, mulai Jam 07.00 WIB)

10 m 1 m12

(c) Gambar 115. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Sumatera Utara

tanggal 25 Juni 2013.

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik hotspot di Kecamatan Sei Kepayang, Kampung Rakyat, Sorkam, Barumun bergerak kearah Selatan sampai dengan Barat Daya. Pada tabel 5 berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi selama periode bulan Januari – Juni 2013 di Provinsi Sumatera Utara. Untuk bulan Februari dan April 2013 tidak terdeteksi adanya hotspot.

Tabel 7. Rekapitulasi Hotspot Provinsi Sumatera Utara Januari- Juni 2013

Tanggal Jumlah

Hotspot Tanggal Jumlaotspot Tanggal

Jumlah

Hotspot

01 Jan 2013 0 11 Jan 2013 0 21 Jan 2013 0

02 Jan 2013 0 12 Jan 2013 0 22 Jan 2013 0

03 Jan 2013 0 13 Jan 2013 0 23 Jan 2013 0

04 Jan 2013 0 14 Jan 2013 0 24 Jan 2013 0

05 Jan 2013 0 15 Jan 2013 0 25 Jan 2013 0

06 Jan 2013 0 16 Jan 2013 0 26 Jan 2013 0

07 Jan 2013 0 17 Jan 2013 0 27 Jan 2013 0

08 Jan 2013 0 18 Jan 2013 2 28 Jan 2013 0

(a). Peta sebaran titik panas (hotspot) Sumatera Utara

(b). Trajectory asap kebakaran hutan di Sumatera Utara

(c). Trajectory asap kebakaran hutan di Sumatera Utara dalam 3 dimensi

Page 110: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 100

09 jan 2013 0 19 Jan 2013 0 29 Jan 2013 0

10 Jan 2013 0 20 Jan 2013 0 30 Jan 2013 0

31 Jan 2013 0

1 Peb 2013 0 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0

2 Peb 2013 0 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0

3 Peb 2013 0 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0

4 Peb 2013 0 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 0

5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 0

6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0

7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0

8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0

9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0

10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0

11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0

01 Mart 2013 0 11 Mart 2013 0 21 Mart 2013 0

02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 0 22 Mart 2013 0

03 Mart 2013 0 13 Mart 2013 0 23 Mart 2013 0

04 Mart 2013 1 14 Mart 2013 0 24 Mart 2013 0

05 Mart 2013 1 15 Mart 2013 0 25 Mart 2013 0

06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 0 26 Mart 2013 0

07 Mart 2013 4 17 Mart 2013 0 27 Mart 2013 0

08 Mart 2013 3 18 Mart 2013 0 28 Mart 2013 0

09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 0 29 Mart 2013 0

10 Mart 2013 0 20 Mart 2013 0 30 Mart 2013 0

1 Aprl 2013 0 12 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 0

2 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0

3 Aprl 2013 0 14 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 0

4 Aprl 2013 0 15 Aprl 2013 0 26 Aprl 2013 0

5 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 0 27 Aprl 2013 0

6 Aprl 2013 0 17 Aprl 2013 0 28 Aprl 2013 0

7 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 0 29Aprl 2013 0

8 Aprl 2013 0 19 Aprl 2013 0 30 Aprl 2013 0

9 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 0

10 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 0

11 Aprl 2013 0 22 Aprl 2013 0

1 Mei 2013 0 12 Mei2013 2 23 Mei2013 0

2 Mei 2013 0 13 Mei2013 4 24 Mei2013 0

3 Mei 2013 0 14 Mei2013 0 25 Mei2013 0

4 Mei 2013 0 15 Mei2013 0 26 Mei2013 0

Page 111: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 101

5 Mei 2013 0 16 Mei2013 1 27 Mei2013 0

6 Mei 2013 0 17 Mei2013 0 28 Mei2013 0

7 Mei 2013 0 18 Mei2013 0 29 Mei2013 0

8 Mei 2013 0 19 Mei2013 0 30 Mei2013 0

9 Mei 2013 0 20 Mei2013 0 31 Mei 2013 0

10 Mei 2013 0 21 Mei2013 0

11 Mei 2013 0 22 Mei2013 0

1 Juni 2013 3 12 Juni 2013 0 23 Juni 2013 3

2 Juni 2013 0 13 Juni 2013 0 24 Juni 2013 18

3 Juni 2013 0 14 Juni 2013 0 25 Juni 2013 0

4 Juni 2013 0 15 Juni 2013 0 26 Juni 2013 1

5 Juni 2013 2 16 Juni 2013 6 27 Juni 2013 0

6 Juni 2013 0 17 Juni 2013 0 28 Juni 2013 0

7 Juni 2013 0 18 Juni 2013 0 29 Juni 2013 1

8 Juni 2013 2 19 Juni 2013 10 30 Juni 2013 0

9 Juni 2013 0 20 Juni 2013 14

10 juni 2013 2 21 Juni 2013 3

11 juni 2013 0 22 Juni 2013 6

(Sumber: Satelit Modis, http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/index.php)

5.4. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI

SUMATERA SELATAN

Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang sering dilanda kebakaran hutan setiap tahun. Selama periode Januari hingga Juni 2013, berdasarkan data harian hotspot yang diambil melalui data satelit Modis (Terra dan Aqua) menunjukkan bahwa wilayah Provinsi Sumatera Selatan pada bulan Juni hampir sepanjang hari dilanda kebakaran hutan. Jumlah hotspot terbanyak sebesar 5 titik terjadi pada tanggal 28 Juni 2013 (Gambar: 64). Sedangkan trajectory asap kebakaran hutan pada saat itu memiliki kecenderungan bergerak kearah Barat Laut. Dari hasil running aplikasi Hysplit4 tanggal 29 Juni pukul 07.00 WIB menggunakan data hotspot terbanyak, disampaikan peta sebaran hotspot dan trajectory asap kebakaran hutan sebagai berikut:

Page 112: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 102

BMKG

TRAJECTORY ASAP KEBAKARAN HUTANDI PROVINSI SUMATERA SELATAN

(29 – 30 Juni 2013, mulai Jam 07.00 WIB)

Sumber: BMKG-NOAA Hysplit Model

Pada Level Ketinggian tersebut:Trajectory massa udara Asap KebakaranHutan sebagian besar bergerak ke arahBarat Laut.

Keterangan:• Ketinggian Asap Kebakaran Hutan :

= 10 m (Pepohonan)= 1 m (Semak belukar)

• Lokasi Kebakaran :1. Kec. Kayu Agung2. Kec. Kayu Agung3. Kec. Kayu Agung

U

12

3

(a) (b)

(c) Gambar 116. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Sumatera Selatan

tanggal 29 Juni 2013.

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik hotspot di Kecamatan Kayu Agung bergerak kearah Barat Laut. Pada tabel 6 berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi selama periode bulan Januari – Juni 2013 di Provinsi Sumatera Selatan. Untuk bulan Januari dan Februari 2013 tidak terdeteksi adanya hotspot. Tabel 8. Rekapitulasi Hotspot Provinsi Sumatera Selatan Januari- Juni 2013.

Tanggal Jumlah

Hotspot Tanggal

Jumlah

Hotspot Tanggal

Jumlah

Hotspot

01 Jan 2013 0 11 Jan 2013 0 21 Jan 2013 0

02 Jan 2013 0 12 Jan 2013 0 22 Jan 2013 0

03 Jan 2013 0 13 Jan 2013 0 23 Jan 2013 0

04 Jan 2013 0 14 Jan 2013 0 24 Jan 2013 0

05 Jan 2013 0 15 Jan 2013 0 25 Jan 2013 0

06 Jan 2013 0 16 Jan 2013 0 26 Jan 2013 0

07 Jan 2013 0 17 Jan 2013 0 27 Jan 2013 0

08 Jan 2013 0 18 Jan 2013 0 28 Jan 2013 0

(a). Peta sebaran titik panas (hotspot) Sumatera Selatan

(b). Trajectory asap kebakaran hutan di Sumatera Selatan

(c). Trajectory asap kebakaran hutan di Sumatera Selatan dalam 3 dimensi

Page 113: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 103

09 jan 2013 0 19 Jan 2013 0 29 Jan 2013 0

10 Jan 2013 0 20 Jan 2013 0 30 Jan 2013 0

31 Jan 2013 0

1 Peb 2013 0 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0

2 Peb 2013 0 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0

3 Peb 2013 0 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0

4 Peb 2013 0 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 0

5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 0

6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0

7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0

8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0

9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0

10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0

11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0

01 Mart 2013 1 11 Mart 2013 0 21 Mart 2013 0

02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 0 22 Mart 2013 0

03 Mart 2013 0 13 Mart 2013 0 23 Mart 2013 0

04 Mart 2013 0 14 Mart 2013 0 24 Mart 2013 0

05 Mart 2013 0 15 Mart 2013 0 25 Mart 2013 0

06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 0 26 Mart 2013 1

07 Mart 2013 0 17 Mart 2013 0 27 Mart 2013 2

08 Mart 2013 0 18 Mart 2013 0 28 Mart 2013 0

09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 0 29 Mart 2013 0

10 Mart 2013 0 20 Mart 2013 0 30 Mart 2013 0

31 Mart 2013 0

1 Aprl 2013 0 12 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 0

2 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0

3 Aprl 2013 0 14 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 1

4 Aprl 2013 0 15 Aprl 2013 0 26 Aprl 2013 0

5 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 0 27 Aprl 2013 0

6 Aprl 2013 0 17 Aprl 2013 0 28 Aprl 2013 0

7 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 0 29Aprl 2013 0

8 Aprl 2013 0 19 Aprl 2013 0 30 Aprl 2013 0

9 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 0

10 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 0

11 Aprl 2013 0 22 Aprl 2013 0

1 Mei 2013 0 12 Mei2013 0 23 Mei2013 0

2 Mei 2013 0 13 Mei2013 0 24 Mei2013 0

3 Mei 2013 0 14 Mei2013 0 25 Mei2013 0

Page 114: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 104

4 Mei 2013 0 15 Mei2013 0 26 Mei2013 0

5 Mei 2013 0 16 Mei2013 0 27 Mei2013 0

6 Mei 2013 0 17 Mei2013 0 28 Mei2013 0

7 Mei 2013 0 18 Mei2013 0 29 Mei2013 0

8 Mei 2013 0 19 Mei2013 0 30 Mei2013 1

9 Mei 2013 0 20 Mei2013 0 31 Mei 2013 0

10 Mei 2013 0 21 Mei2013 0

11 Mei 2013 0 22 Mei2013 0

1 Juni 2013 0 12 Juni 2013 1 23 Juni 2013 2 2 Juni 2013 0 13 Juni 2013 0 24 Juni 2013 0 3 Juni 2013 0 14 Juni 2013 0 25 Juni 2013 2 4 Juni 2013 0 15 Juni 2013 1 26 Juni 2013 3 5 Juni 2013 0 16 Juni 2013 0 27 Juni 2013 0 6 Juni 2013 0 17 Juni 2013 0 28 Juni 2013 5 7 Juni 2013 0 18 Juni 2013 0 29 Juni 2013 0 8 Juni 2013 0 19 Juni 2013 0 30 Juni 2013 0 9 Juni 2013 0 20 Juni 2013 0

10 Juni 2013 2 21 Juni 2013 2

11 Juni 2013 0

(Sumber: Satelit Modis, http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/index.php)

5.5. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI

KALIMANTAN BARAT

Provinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi yang sering dilanda kebakaran hutan setiap tahun. Selama periode Januari hingga Juni 2013, berdasarkan data harian hotspot yang diambil melalui data satelit Modis (Terra dan Aqua) menunjukkan bahwa wilayah Provinsi Kalimantan Barat hampir sepanjang hari dilanda kebakaran hutan. Jumlah hotspot terbanyak sebesar 38 titik terjadi pada tanggal 23 Juni 2013 Sedangkan trajectory asap kebakaran hutan pada saat itu memiliki kecenderungan bergerak ke arah Timur laut sampai dengan Timur. Dari hasil running aplikasi Hysplit4 tanggal 24 Juni pukul 07.00 WIB menggunakan data hotspot terbanyak, disampaikan peta sebaran hotspot dan trajectory asap kebakaran hutan sebagai berikut:

Page 115: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 105

BMKG

TRAJECTORY ASAP KEBAKARAN HUTANDI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

(24 - 25 Juni 2013, mulai Jam 07.00 WIB)

31

Sumber: BMKGNOAA Hysplit Model

Pada Level Ketinggian tersebut:Trajectory massa udara Asap KebakaranHutan sebagian besar bergerak ke arahTimur Laut sampai dengan Timur.

Keterangan:• Ketinggian Asap Kebakaran Hutan :

= 10 m (Pepohonan)= 1 m (Semak belukar)

Lokasi Kebakaran (Hotspot) :1. Kec. SAMBAS 2. Kec. SANGGAU LEDO 3. Kec. MEMPAWAH HILIR 4. Kec. SEBANGKI 5. Kec. SEKADAU HILIR 6. Kec. KAYAN HILIR7. Kec. SUKADANA

1

U

23 4 5

6

7

(a) (b)

BMKG

Trajectory Asap Kebakaran Hutandi Provinsi Kalimantan Barat Dalam 3 Dimensi

(24 - 25 Juni 2013, mulai Jam 07.00 WIB)

Sumber: BMKGNOAA Hysplit Model 10 m 1 m32

(c) Gambar 117. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Kalimantan Barat tanggal 24

Juni 2013.

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik

hotspot di Kecamatan Sanggau Ledo, Sukadana, Sebangki, Mempawah Hilir,

Sambas, Sekadau Hilir, Kayan Hilir bergerak kearah Timur Laut sampai dengan

Timur.

Pada tabel 7 berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi

selama periode bulan Januari – Juni 2013 di Provinsi Kalimantan Barat. Untuk bulan

Februari 2013 tidak terdeteksi adanya hotspot.

Tabel 9. Rekapitulasi Hotspot Provinsi Kalimantan Barat Januari- Juni 2013

Tanggal Jumlah

Hotspot Tanggal

Jumlah

Hotspot Tanggal

Jumlah

Hotspot

01 Jan 2013 0 11 Jan 2013 0 21 Jan 2013 0

02 Jan 2013 0 12 Jan 2013 0 22 Jan 2013 0

03 Jan 2013 0 13 Jan 2013 0 23 Jan 2013 0

04 Jan 2013 0 14 Jan 2013 3 24 Jan 2013 0

(a). Peta sebaran titik panas (hotspot) Kalimantan Barat

(b). Trajectory asap kebakaran hutan di Kalimantan Barat

(c). Trajectory asap kebakaran hutan di Kalimantan Barat dalam 3 dimensi

Page 116: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 106

05 Jan 2013 0 15 Jan 2013 0 25 Jan 2013 0

06 Jan 2013 0 16 Jan 2013 7 26 Jan 2013 0

07 Jan 2013 0 17 Jan 2013 2 27 Jan 2013 0

08 Jan 2013 0 18 Jan 2013 2 28 Jan 2013 1 09 jan 2013 0 19 Jan 2013 1 29 Jan 2013 0 10 Jan 2013 0 20 Jan 2013 0 30 Jan 2013 4

31 Jan 2013 0 1 Peb 2013 0 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0

2 Peb 2013 0 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0

3 Peb 2013 0 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0

4 Peb 2013 0 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 0

5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 0

6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0

7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0

8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0

9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0

10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0

11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0

01 Mart 2013 2 11 Mart 2013 0 21 Mart 2013 0 02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 10 22 Mart 2013 0 03 Mart 2013 1 13 Mart 2013 0 23 Mart 2013 0 04 Mart 2013 0 14 Mart 2013 19 24 Mart 2013 2 05 Mart 2013 0 15 Mart 2013 3 25 Mart 2013 0 06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 1 26 Mart 2013 0 07 Mart 2013 0 17 Mart 2013 2 27 Mart 2013 0 08 Mart 2013 0 18 Mart 2013 0 28 Mart 2013 1 09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 1 29 Mart 2013 0 10 Mart 2013 3 20 Mart 2013 0 30 Mart 2013 0

31 Mart 2013 0

1 Aprl 2013 0 12 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 0

2 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0

3 Aprl 2013 0 14 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 1 4 Aprl 2013 0 15 Aprl 2013 0 26 Aprl 2013 0 5 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 0 27 Aprl 2013 1 6 Aprl 2013 0 17 Aprl 2013 0 28 Aprl 2013 0

7 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 0 29Aprl 2013 0

8 Aprl 2013 0 19 Aprl 2013 0 30 Aprl 2013 0

9 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 0

10 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 5

Page 117: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 107

11 Aprl 2013 0 22 Aprl 2013 0

1 Mei 2013 0 12 Mei2013 0 23 Mei2013 0

2 Mei 2013 0 13 Mei2013 0 24 Mei2013 0

3 Mei 2013 0 14 Mei2013 0 25 Mei2013 0

4 Mei 2013 0 15 Mei2013 0 26 Mei2013 0

5 Mei 2013 0 16 Mei2013 0 27 Mei2013 0

6 Mei 2013 0 17 Mei2013 0 28 Mei2013 0

7 Mei 2013 0 18 Mei2013 0 29 Mei2013 0

8 Mei 2013 0 19 Mei2013 0 30 Mei2013 0

9 Mei 2013 0 20 Mei2013 0 31 Mei 2013 0

10 Mei 2013 0 21 Mei2013 0

11 Mei 2013 0 22 Mei2013 1

1 Juni 2013 0 11 Juni 2013 0 21 Juni 2013 6 2 Juni 2013 0 12 Juni 2013 0 22 Juni 2013 2 3 Juni 2013 0 13 Juni 2013 0 23 Juni 2013 38 4 Juni 2013 0 14 Juni 2013 0 24 Juni 2013 0 5 Juni 2013 0 15 Juni 2013 0 25 Juni 2013 2 6 Juni 2013 0 16 Juni 2013 6 26 Juni 2013 3 7 Juni 2013 0 17 Juni 2013 0 27 Juni 2013 0 8 Juni 2013 0 18 Juni 2013 0 28 Juni 2013 6 9 Juni 2013 0 19 Juni 2013 5 29 Juni 2013 0

10 Juni 2013 0 20 Juni 2013 0 30 Juni 2013 13 (Sumber: Satelit Modis, http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/index.php)

5.6. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Pada periode Januari hingga Juni 2013, berdasarkan data harian hotspot yang

diambil melalui data satelit Modis (Terra dan Aqua) menunjukkan bahwa jumlah

hotspot di Provinsi Kalimantan Tengah terbanyak sebesar 2 titik terjadi pada tanggal

25 Juni 2013, sedangkan trajectory asap kebakaran hutan pada saat itu memiliki

kecenderungan bergerak ke arah Utara.

Dari hasil running aplikasi Hysplit4 tanggal 26 Juni pukul 07.00 WIB menggunakan

data hotspot terbanyak, disampaikan peta sebaran hotspot dan trajectory asap

kebakaran hutan sebagai berikut:

Page 118: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 108

BMKG

TRAJECTORY ASAP KEBAKARAN HUTANDI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

(26 – 27 Juni 2013, mulai Jam 07.00 WIB)

7

Sumber: BMKGNOAA Hysplit Model

Pada Level Ketinggian tersebut:Trajectory massa udara Asap KebakaranHutan sebagian besar bergerak ke arahUtara.

Keterangan:• Ketinggian Asap Kebakaran Hutan :

= 10 m (Pepohonan)= 1 m (Semak belukar)

• Lokasi Kebakaran (Hotspot) :1. Kec. GUNUNG TIMANG 2. Kec. BAAMANG

U

2

1

(a) (b)

BMKG

Sumber: BMKGNOAA Hysplit Model

Trajectory Asap Kebakaran Hutandi Provinsi Kalimantan Tengah Dalam 3 Dimensi

(26 – 27 Juni 2013, mulai Jam 07.00 WIB)

10 m 1 m11

(c) Gambar 118. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Kalimantan Tengah

tanggal 26 Juni 2013.

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik

hotspot di Kecamatan Gunung Timang, Baamang bergerak kearah Utara.

Pada tabel 10 berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi

selama periode bulan Januari – Juni 2013 di Provinsi Kalimantan Tengah. Untuk

bulan Januari dan Mei 2013 tidak terdeteksi adanya hotspot.

Tabel 10. Rekapitulasi Hotspot Provinsi Kalimantan Tengah Januari-Juni 2013.

(Sumber: Satelit Modis, http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/index.php)

Tanggal Jumlah

Hotspot Tanggal

Jumlah

Hotspot Tanggal

Jumlah

Hotspot

01 Jan 2013 0 11 Jan 2013 0 21 Jan 2013 0

02 Jan 2013 0 12 Jan 2013 0 22 Jan 2013 0

03 Jan 2013 0 13 Jan 2013 0 23 Jan 2013 0

04 Jan 2013 0 14 Jan 2013 0 24 Jan 2013 0

05 Jan 2013 0 15 Jan 2013 0 25 Jan 2013 0

(a). Peta sebaran titik panas (hotspot) Kalimantan Tengah

(b). Trajectory asap kebakaran hutan di Kalimantan Tengah

(c). Trajectory asap kebakaran hutan di Kalimantan Tengah dalam 3 dimensi

Page 119: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 109

06 Jan 2013 0 16 Jan 2013 0 26 Jan 2013 0

07 Jan 2013 0 17 Jan 2013 0 27 Jan 2013 0

08 Jan 2013 0 18 Jan 2013 0 28 Jan 2013 0

09 jan 2013 0 19 Jan 2013 0 29 Jan 2013 0

10 Jan 2013 0 20 Jan 2013 0 30 Jan 2013 0

31 Jan 2013 0

1 Peb 2013 1 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0

2 Peb 2013 0 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0

3 Peb 2013 0 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0

4 Peb 2013 0 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 1

5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 0

6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0

7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0

8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0

9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0

10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0

11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0

01 Mart 2013 0 11 Mart 2013 0 21 Mart 2013 0

02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 0 22 Mart 2013 0

03 Mart 2013 0 13 Mart 2013 0 23 Mart 2013 0

04 Mart 2013 0 14 Mart 2013 0 24 Mart 2013 0 05 Mart 2013 0 15 Mart 2013 0 25 Mart 2013 0 06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 0 26 Mart 2013 0 07 Mart 2013 0 17 Mart 2013 0 27 Mart 2013 0 08 Mart 2013 0 18 Mart 2013 0 28 Mart 2013 0 09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 0 29 Mart 2013 0

10 Mart 2013 0 20 Mart 2013 1 30 Mart 2013 0

31 Mart 2013 0

1 Aprl 2013 0 12 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 0

2 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0

3 Aprl 2013 0 14 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 0

4 Aprl 2013 0 15 Aprl 2013 0 26 Aprl 2013 0

5 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 0 27 Aprl 2013 0

6 Aprl 2013 0 17 Aprl 2013 0 28 Aprl 2013 0

7 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 1 29Aprl 2013 0

8 Aprl 2013 0 19 Aprl 2013 0 30 Aprl 2013 0

9 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 0

10 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 0

11 Aprl 2013 0 22 Aprl 2013 0

Page 120: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 110

1 Mei 2013 0 12 Mei 2013 0 23 Mei2013 0

2 Mei 2013 0 13 Mei 2013 0 24 Mei2013 0

3 Mei 2013 0 14 Mei 2013 0 25 Mei2013 0

4 Mei 2013 0 15 Mei 2013 0 26 Mei2013 0

5 Mei 2013 0 16 Mei 2013 0 27 Mei2013 0

6 Mei 2013 0 17 Mei 2013 0 28 Mei2013 0

7 Mei 2013 0 18 Mei 2013 0 29 Mei2013 0

8 Mei 2013 0 19 Mei 2013 0 30 Mei2013 0

9 Mei 2013 0 20 Mei 2013 0 31 Mei 2013 0

10 Mei 2013 0 21 Mei 2013 0

11 Mei 2013 0 22 Mei 2013 0

1 Juni 2013 0 12 Juni 2013 0 23 Juni 2013 0

2 Juni 2013 0 13 Juni 2013 0 24 Juni 2013 0

3 Juni 2013 0 14 Juni 2013 0 25Juni 2013 2 4 Juni 2013 0 15 Juni 2013 0 26 Juni 2013 1 5 Juni 2013 0 16 Juni 2013 0 27 Juni 2013 0 6 Juni 2013 0 17 Juni 2013 0 28 Juni 2013 0 7 Juni 2013 0 18 Juni 2013 0 29Juni 2013 0

8 Juni 2013 0 19 Juni 2013 0 30 Juni 2013 0

9 Juni 2013 0 20 Juni 2013 0

10 Juni 2013 0 21Juni 2013 0

11 Juni 2013 0 22 Juni 2013 0

5.7. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI

KALIMANTAN SELATAN

Pada periode Januari hingga Juni 2013, berdasarkan data harian hotspot yang

diambil melalui data satelit Modis (Terra dan Aqua) menunjukkan bahwa jumlah

hotspot di Provinsi Kalimantan Selatan terbanyak sebesar 1 titik terjadi pada tanggal

1 Mei 2013, sedangkan trajectory asap kebakaran hutan pada saat itu memiliki

kecenderungan bergerak ke arah Selatan sampai dengan Barat.

Dari hasil running aplikasi Hysplit4 tanggal 2 Mei pukul 07.00 WIB menggunakan

data hotspot terbanyak, disampaikan peta sebaran hotspot dan trajectory asap

kebakaran hutan sebagai berikut:

Page 121: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 111

BMKG

TRAJECTORY ASAP KEBAKARAN HUTANDI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

(2 – 3 Mei 2013, mulai Jam 07.00 WIB)

7

Sumber: BMKGNOAA Hysplit Model

Pada Level Ketinggian tersebut:Trajectory massa udara Asap KebakaranHutan sebagian besar bergerak ke arahSelatan sampai dengan Barat.

Keterangan:• Ketinggian Asap Kebakaran Hutan :

= 10 m (Pepohonan)= 1 m (Semak belukar)

• Lokasi Kebakaran (Hotspot) :1. Kec. AWAYAN

U

(a) (b)

BMKG

Sumber: BMKGNOAA Hysplit Model

Trajectory Asap Kebakaran Hutandi Provinsi Kalimantan Selatan Dalam 3 Dimensi

(21 – 22 Januari 2013, mulai Jam 07.00 WIB)

10 m 1 m

(c)

Gambar 119. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Kalimantan Selatan

tanggal 2 Mei 2013.

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik

hotspot di Kecamatan Awayan, bergerak kearah Selatan sampai dengan Barat.

Pada tabel 11 berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi

selama periode bulan Januari – Juni 2013 di Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk

bulan Januari, Februari, Maret dan Juni 2013 tidak terdeteksi adanya hotspot.

Tabel 11. Rekapitulasi Hotspot Provinsi Kalimantan Selatan Januari-Juni 2013.

(Sumber: Satelit Modis, http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/index.php)

Tanggal Jumlah

Hotspot Tanggal

Jumlah

Hotspot Tanggal

Jumlah

Hotspot

01 Jan 2013 0 11 Jan 2013 0 21 Jan 2013 0

02 Jan 2013 0 12 Jan 2013 0 22 Jan 2013 0

03 Jan 2013 0 13 Jan 2013 0 23 Jan 2013 0

04 Jan 2013 0 14 Jan 2013 0 24 Jan 2013 0

(a). Peta sebaran titik panas (hotspot) Kalimantan Selatan

(b). Trajectory asap kebakaran hutan di Kalimantan Selatan

(c). Trajectory asap kebakaran hutan di Kalimantan Selatan dalam 3 dimensi

Page 122: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 112

05 Jan 2013 0 15 Jan 2013 0 25 Jan 2013 0

06 Jan 2013 0 16 Jan 2013 0 26 Jan 2013 0

07 Jan 2013 0 17 Jan 2013 0 27 Jan 2013 0

08 Jan 2013 0 18 Jan 2013 0 28 Jan 2013 0

09 jan 2013 0 19 Jan 2013 0 29 Jan 2013 0

10 Jan 2013 0 20 Jan 2013 0 30 Jan 2013 0

31 Jan 2013 0

1 Peb 2013 0 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0

2 Peb 2013 0 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0

3 Peb 2013 0 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0

4 Peb 2013 0 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 0

5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 0

6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0

7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0

8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0

9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0

10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0

11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0

01 Mart 2013 0 11 Mart 2013 0 21 Mart 2013 0

02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 0 22 Mart 2013 0

03 Mart 2013 0 13 Mart 2013 0 23 Mart 2013 0

04 Mart 2013 0 14 Mart 2013 0 24 Mart 2013 0

05 Mart 2013 0 15 Mart 2013 0 25 Mart 2013 0

06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 0 26 Mart 2013 0

07 Mart 2013 0 17 Mart 2013 0 27 Mart 2013 0

08 Mart 2013 0 18 Mart 2013 0 28 Mart 2013 0

09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 0 29 Mart 2013 0

10 Mart 2013 0 20 Mart 2013 0 30 Mart 2013 0

31 Mart 2013 0

1 Aprl 2013 0 12 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 0

2 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0

3 Aprl 2013 0 14 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 0

4 Aprl 2013 0 15 Aprl 2013 0 26 Aprl 2013 0

5 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 0 27 Aprl 2013 0

6 Aprl 2013 0 17 Aprl 2013 0 28 Aprl 2013 0

7 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 1 29Aprl 2013 0

8 Aprl 2013 0 19 Aprl 2013 0 30 Aprl 2013 0

9 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 0

10 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 0

Page 123: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 113

11 Aprl 2013 0 22 Aprl 2013 0

1 Mei 2013 1 12 Mei2013 0 23 Mei2013 0

2 Mei 2013 0 13 Mei2013 0 24 Mei2013 0

3 Mei 2013 0 14 Mei2013 0 25 Mei2013 0

4 Mei 2013 0 15 Mei2013 0 26 Mei2013 0

5 Mei 2013 0 16 Mei2013 0 27 Mei2013 0

6 Mei 2013 0 17 Mei2013 0 28 Mei2013 0

7 Mei 2013 0 18 Mei2013 0 29 Mei2013 0

8 Mei 2013 0 19 Mei2013 0 30 Mei2013 0

9 Mei 2013 0 20 Mei2013 0 31 Mei 2013 0

10 Mei 2013 0 21 Mei2013 0

11 Mei 2013 0 22 Mei2013 0

1 Juni 2013 0 12 Juni 2013 0 23 Juni 2013 0

2 Juni 2013 0 13 Juni 2013 0 24 Juni 2013 0

3 Juni 2013 0 14 Juni 2013 0 25 Juni 2013 0

4 Juni 2013 0 15 Juni 2013 0 26 Juni 2013 0

5 Juni 2013 0 16 Juni 2013 0 27 Juni 2013 0

6 Juni 2013 0 17 Juni 2013 0 28 Juni 2013 0

7 Juni 2013 0 18 Juni 2013 0 29 Juni 2013 0

8 Juni 2013 0 19 Juni 2013 0 30 Juni 2013 0

9 Juni 2013 0 20 Juni 2013 0

10 juni 2013 0 21Juni 2013 0

11 Juni 2013 0 22 Juni 2013 0

5.8. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi yang sering dilanda

kebakaran hutan setiap tahun. Selama periode Januari hingga Juni 2013,

berdasarkan data harian hotspot yang diambil melalui data satelit Modis (Terra dan

Aqua) menunjukkan bahwa wilayah Provinsi Kalimantan Timur tidak ada kebakaran

hutan yang berarti. Jumlah hotspot terbanyak sebesar 4 titik terjadi pada tanggal 20

Januari 2013, sedangkan trajectory asap kebakaran hutan pada saat itu memiliki

kecenderungan bergerak ke Barat Daya.

Dari hasil running aplikasi Hysplit4 tanggal 21 Januari pukul 07.00 WIB

menggunakan data hotspot terbanyak, disampaikan peta sebaran hotspot dan

trajectory asap kebakaran hutan sebagai berikut:

Page 124: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 114

BMKG

TRAJECTORY ASAP KEBAKARAN HUTANDI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

(21 – 22 Januari 2013, mulai Jam 07.00 WIB)

7

Sumber: BMKGNOAA Hysplit Model

Pada Level Ketinggian tersebut:Trajectory massa udara Asap KebakaranHutan sebagian besar bergerak ke arahBarat Daya.

Keterangan:• Ketinggian Asap Kebakaran Hutan :

= 10 m (Pepohonan)= 1 m (Semak belukar)

• Lokasi Kebakaran (Hotspot) :1. Kec. SENGATTA

U

(a) (b)

BMKG

Sumber: BMKGNOAA Hysplit Model

Trajectory Asap Kebakaran Hutandi Provinsi Kalimantan Timur Dalam 3 Dimensi

(21 – 22 Januari 2013, mulai Jam 07.00 WIB)

10 m 1 m

(c)

Gambar 120. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Kalimantan Timur

tanggal 21 Januari 2013.

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik

hotspot di Kecamatan Sengatta, bergerak kearah Barat Daya.

Pada tabel 12 berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi

selama periode bulan Januari – Juni 2013 di Provinsi Kalimantan Timur.

Tabel 12. Rekapitulasi Hotspot Provinsi Kalimantan Timur Januari- Juni 2013.

(Sumber: Satelit Modis, http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/index.php)

Tanggal Jumlah

Hotspot Tanggal

Jumlah

Hotspot Tanggal

Jumlah

Hotspot

01 Jan 2013 0 11 Jan 2013 0 21 Jan 2013 0

02 Jan 2013 0 12 Jan 2013 0 22 Jan 2013 4 03 Jan 2013 0 13 Jan 2013 0 23 Jan 2013 1 04 Jan 2013 0 14 Jan 2013 0 24 Jan 2013 0 05 Jan 2013 0 15 Jan 2013 0 25 Jan 2013 0

06 Jan 2013 0 16 Jan 2013 0 26 Jan 2013 0

07 Jan 2013 0 17 Jan 2013 0 27 Jan 2013 0

(a). Peta sebaran titik panas (hotspot) Kalimantan Timur

(b). Trajectory asap kebakaran hutan di Kalimantan Timur

(c). Trajectory asap kebakaran hutan di Kalimantan Timur dalam 3 dimensi

Page 125: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 115

08 Jan 2013 0 18 Jan 2013 0 28 Jan 2013 0

09 jan 2013 0 19 Jan 2013 0 29 Jan 2013 0

10 Jan 2013 0 20 Jan 2013 4 30 Jan 2013 0

31 Jan 2013 0

1 Peb 2013 0 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0

2 Peb 2013 0 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0

3 Peb 2013 1 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0

4 Peb 2013 1 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 0

5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 0

6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0

7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0

8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0

9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0

10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0

11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0

01 Mart 2013 0 11 Mart 2013 0 21 Mart 2013 0

02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 0 22 Mart 2013 0

03 Mart 2013 0 13 Mart 2013 0 23 Mart 2013 0

04 Mart 2013 0 14 Mart 2013 0 24 Mart 2013 0

05 Mart 2013 1 15 Mart 2013 0 25 Mart 2013 1

06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 0 26 Mart 2013 0

07 Mart 2013 0 17 Mart 2013 0 27 Mart 2013 2

08 Mart 2013 0 18 Mart 2013 0 28 Mart 2013 0

09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 0 29 Mart 2013 0

10 Mart 2013 0 20 Mart 2013 1 30 Mart 2013 0

31 Mart 2013 0

1 Aprl 2013 0 12 Aprl 2013 0 22 Aprl 2013 1

2 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 0

3 Aprl 2013 0 14 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0

4 Aprl 2013 0 15 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 0

5 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 0 26 Aprl 2013 0

6 Aprl 2013 3 17 Aprl 2013 0 27 Aprl 2013 0

7 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 1 28 Aprl 2013 0

8 Aprl 2013 0 19 Aprl 2013 0 29Aprl 2013 0

9 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 0 30 Aprl 2013 0

10 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 1

1 Mei 2013 0 11 Mei 2013 0 21 Mei2013 0

2 Mei 2013 0 12 Mei2013 0 22 Mei2013 0

3 Mei 2013 1 13 Mei2013 0 23 Mei2013 0

Page 126: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 116

4 Mei 2013 0 14 Mei2013 0 24 Mei2013 0

5 Mei 2013 0 15 Mei2013 0 25 Mei2013 0

6 Mei 2013 0 16 Mei2013 0 26 Mei2013 0

7 Mei 2013 0 17 Mei2013 0 27 Mei2013 0

8 Mei 2013 0 18 Mei2013 0 28 Mei2013 0

9 Mei 2013 0 19 Mei2013 1 29 Mei2013 0

10 Mei 2013 0 20 Mei2013 0 30 Mei2013 0

31 Mei 2013 0

1 Juni 2013 0 12 Juni 2013 0 22 Juni 2013 0

2 Juni 2013 0 13 Juni 2013 0 23 Juni 2013 0

3 Juni 2013 0 14 Juni 2013 0 24 Juni 2013 0

4 Juni 2013 0 15 Juni 2013 0 25 Juni 2013 0

5 Juni 2013 0 16 Juni 2013 0 26 Juni 2013 0 6 Juni 2013 0 17 Juni 2013 0 27 Juni 2013 0 7 Juni 2013 0 18 Juni 2013 0 28Juni 2013 0 8 Juni 2013 0 19 Juni 2013 0 29 Juni 2013 1

9 Juni 2013 1 20 Juni 2013 0 30 Juni 2013 0

10 Juni 2013 3 21 Juni 2013 0

Page 127: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 117

VI. INFORMASI SEBARAN DEBU GUNUNG BERAPI

Sampai dengan bulan Juni 2013, beberapa gunung api berstatus SIAGA (level III)

hal ini ditandai dengan peningkatan intensif kegiatan seismik yang menunjukkan

bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang

dapat menimbulkan bencana. yaitu: G. Lokon yang berstatus SIAGA sejak tanggal

24 Juli 2011, G. Rokatenda berstatus Siaga sejak tanggal 13 Oktober 2012 dan G.

Ibu yang dinaikan statusnya menjadi SIAGA tanggal 7 Juni 2013.

Gunung api Lokon terletak pada posisi geografis 01° 21,5’ Lintang Utara dan

124°47,5’ Bujur Timur. Secara Administratif gunung Lokon terletak di Kota

Tomohon Sulawesi Utara dengan ketinggian 1579,5 m diatas permukaan laut.

Gunung Lokon berstatus siaga sejak 24 Juli 2011.

Berikut disampaikan hasil trajectory sebaran debu gunung Lokon yang di running

pada saat terjadi letusan pada Senin tanggal 8 April 2013 pukul 09:57 WITA dengan

ketinggian semburan debu lebih kurang 3000 meter (Gambar 121) dan pada Kamis

tanggal 11 April 2013 pukul 10:51 WITA dengan ketinggian semburan debu lebih

kurang 2000 meter (Gambar 122), menggunakan model Hysplit (Hybrid Single

Particle Lagrangian Integrated Trajectory Model) kerjasama BMKG-NOAA dan

telah di publikasikan melalui web BMKG (http://www.bmkg.go.id).

Page 128: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 118

Gambar 121. Informasi trajectory debu gunung Lokon tanggal 8 April 2013

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory debu Gunung Lokon bergerak

kearah Barat Daya sampai dengan Barat dengan ketinggian abu vulkanik mencapai

6900 m dari permukaan tanah.

Page 129: BUKU-SBK-EDISI-6

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 119

Gambar 122. Informasi trajectory debu gunung Lokon tanggal 11 April 2013

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory debu Gunung Lokon bergerak

kearah Selatan sampai dengan Barat Daya dengan ketinggian abu vulkanik

mencapai 3800 m dari permukaan tanah.