8
KSM BIntang Pena Bulet n Dakwah STAI Darul Ulum Kandangan kritis, inovatif dan aktual Al-Ishlah Al-Ishlah Edisi 3/Februari 2015 AL-ISHLAH/edisi 3/Februari 2015#Hal. 1 “Kata2 Mutiara” “Kata2 Mutiara” Imam Hasan Al-Basri Imam Hasan Al-Basri Salam Redaksi A lhamdulillah segala puji bagi Allah swt yang telah melimpakan rahmat-Nya serta tak lupa shalawat dan salam kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad saw beserta keluarga, sahabat-sahabatnya hingga waktu di penghujung zaman. Sahabat Bintang Pena yang kami hormati, Sungguh kami panjatkan rasa syukur yang tiada terkira, kami diberi kesempatan kembali untuk menyajikan tulisan yang digoreskan dalam secarik Assalamu’alaikum, Wb. Wr. kertas hingga menjadi sebuah buletin dari KSM BINTANG PENA. Tentunya hal ini tidak terlepas dari dukungan para sahabat-sahabat Bintang Pena dan nasehat dari pihak-pihak yang bekerja sama dalam proses pembuatan buletin ini, langkah demi langkah hingga sampai pada pucuk penyelesaian buletin ini. Adapun bahasan kali ini, kami mengambil tema tentang “Janji Yang Mengatasnamakan Insyaa Allah” dimana hal ini sangat sering terjadi dalam kehidupan kita, sehingga timbul pemikiran-pemikiran untuk meluruskan hal ini, agar kita semua tak termasuk dalam bagian orang-orang yang menyimpang. Akhirnya kami serahkan kepada sahabat sekalian, semoga bermanfaat dan kita bisa mengambil hikmah, serta kami juga selalu menerima saran – saran yang membangun atau pun ide – ide brilliant dari para Sahabat Bintang Pena... Wassalamu'alaikum, Wr. Wb. Topik Utama : * Janji Mengatasnamakan “Insyaa Allah” * Tips dan Solusi Agar Dapat Menepati Janji

Buletin Al - Ishlah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Persembahan dari KSM Bintang Pena STAI Darul Ulum Kandangan

Citation preview

Page 1: Buletin Al - Ishlah

KSM BIntang Pena Bulet n Dakwah

STAI Darul Ulum Kandangan kritis, inovatif dan aktual

Al-IshlahAl-IshlahEdisi 3/Februari 2015

AL-ISHLAH/edisi 3/Februari 2015#Hal. 1

“Kata2 Mutiara”“Kata2 Mutiara”

Imam Hasan Al-BasriImam Hasan Al-Basri

Salam Redaksi

Alhamdulillah segala puji bagi Allah swt

yang telah melimpakan rahmat-Nya

serta tak lupa shalawat dan salam

kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad

saw beserta keluarga, sahabat-sahabatnya hingga

waktu di penghujung zaman.

Sahabat Bintang Pena yang kami hormati,

Sungguh kami panjatkan rasa syukur yang tiada

terkira, kami diberi kesempatan kembali untuk

menyajikan tulisan yang digoreskan dalam secarik

Assalamu’alaikum, Wb.Wr.

kertas hingga menjadi sebuah buletin dari KSM

BINTANG PENA. Tentunya hal ini tidak terlepas dari

dukungan para sahabat-sahabat Bintang Pena dan

nasehat dari pihak-pihak yang bekerja sama dalam

proses pembuatan buletin ini, langkah demi langkah

hingga sampai pada pucuk penyelesaian buletin ini.

Adapun bahasan kali ini, kami mengambil tema

tentang “Janji Yang Mengatasnamakan Insyaa

Allah” dimana hal ini sangat sering terjadi dalam

kehidupan kita, sehingga timbul pemikiran-pemikiran

untuk meluruskan hal ini, agar kita semua tak

termasuk dalam bagian orang-orang yang

menyimpang.

Akhirnya kami serahkan kepada sahabat

sekalian, semoga bermanfaat dan kita bisa mengambil

hikmah, serta kami juga selalu menerima saran – saran

yang membangun atau pun ide – ide brilliant dari para

Sahabat Bintang Pena...

Wassalamu'alaikum, Wr. Wb.

Topik Utama :

* Janji Mengatasnamakan “Insyaa Allah”* Tips dan Solusi Agar Dapat Menepati Janji

Page 2: Buletin Al - Ishlah

AL-ISHLAH/edisi 3/Februari 2015#Hal. 2

Topik Utama

Rasulullah

SAW

Bersabda :

Tanda-

tanda

munafik

ada tiga;

apabila

berbicara

dusta,

apabila

berjanji

mengingka-

ri, dan

apabila

dipercaya

khianat.(HR.

Muslim)

Hai sahabat Bintang Pena, bagaimana kabar kalian hari ini..? Tentunya

baik-baik saja kan..? Alhamdulillah..! semua pada sehat wal afiyat

dan tak kurang rejeki apapun. “kalau sakit gimana ?”

yaa Alhamdulillah juga.

Sahabat, kalau kita mau benar-benar bersyukur harusnya tidak pilih-pilih

keadaan, mau nikmat ataupun melarat kita harus tetap bersyukur, betul nggak

mas n mba bro..?

Kalau udah kayak gitu, Insya Allah berkah..!

Ooppsss.. Bicara tentang kalimat “Insya Allah”, Sahabat Sekalian pernah

mengucapkannya kan..?

Tentunya iya..

Nah, sahabat sekalian !

Zaman sekarang, tradisi mengucapkan janji disertai dengan kata Insya

Allah ternyata berkembang pesat, namun maksudnya telah condong ke arah

sebaliknya. Maksudnya Luarnya saja berkata Insya Allah, namun dalamnya

terbesit niat tidak ingin menepati janji itu. Sini kita kasih contoh : “Anda

diundang teman Anda untuk datang ke acara Maulidan Nabi saw, di rumahnya.

Terus Anda bilang, Insya Allah saya datang. Padahal Anda tidak berniat datang

karena Anda pengin nonton drama terbaru atau film terbaru di rumah anda. Anda

tidak berani langsung menolak karena tidak ingin mengecewakan teman Anda.

Sehingga dengan mudahnya Anda berkata Insya Allah” begitu maksudnya

tentang janji mengatasnamakan Insya Allah .

Nah disini kita akan membahas masalah tersebut, boleh atau engga hal

tersebut dilakukan ? Apa ada hukum tertentu dalam pengucapan Insya Allah ?

Ayo simak terus ya mas n mba bro buletinnya.....

INSYA ALLAH berkah.....

Page 3: Buletin Al - Ishlah

AL-ISHLAH/edisi 3/Fevruari 2015#Hal. 3

PENYALAH GUNAAN “INSYA ALLAH”

DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Ngomongin masalah Insya Allah, tentu erat

kaitannya dengan janji. Janji sendiri adalah hutang

yang harus dibayar. Oleh sebab itu, jika berjanji harus

ditepati, jika seseorang berjanji lalu ia ingkari tanpa

uzur, naudzubillah ini sudah

termasuk ke dalam munafik . Karena

kata Rasulullah:

Namun, karena manusia

tidak bisa memastikan jika ia bisa

dan pasti melaksanakan sesuatu yang

telah dijanjikannya kepada orang lain pada waktunya,

maka seharusnya ia menepati janji-janjinya untuk

masa mendatang dengan sebuah kalimat “Insya

Allah” (jika Allah Menghendaki) atau “Illa An Yasya

Allah” ( kecuali jika Allah menghendaki).

Sebenarnya kalimat tersebut malah mengatas

Tanda-tanda

munafik ada tiga; apabila berbicara

dusta, apabila berjanji mengingkari,

dan apabila dipercaya khianat.(HR.

Muslim).

Seringkali dalam kehidupan sehari-hari kita

sering mengucapkan Insya Allah, namun dalam

kenyataannya, kalimat “Insya Allah” sudah berubah

makna. Seolah-olah Insya Allah itu diartikan

“Gimana nanti” intinya penolakan secara halus, tidak

berani mengatakan “tidak” jadi bilangnya “Insya

Allah” padahal dalam hatinya berniat tidak mau atau

hati menolak untuk memenuhinya.

namakan Allah untuk beralasan dan pasrah tanpa ada

niat untuk menepati janji. Bukan Qona'ah dan Ikhtiar

yang keduanya mempunyai makna berusaha dan

menyerahkan kembali kepada Allah. Sedangkan

dalam hal ini malah diam dan berniat untuk tidak

memenuhinya. Salah besar pemahaman yang seperti

itu. Ada orang yang mengatakan

bahwa “Insya Allah” berarti 99%

“ya”. Bisa dibilang seperti itu

karena dengan kalimat tersebut

kita sudah berjanji dengan orang

lain dan mengatasnamakan Allah

sebagai dzat penengah dari kedua

belah pihak. Jika sampai janji

tidak ditepati dan sebelumnya

mengucapkan Insya Allah, tidak

bedanya orang itu mempermainkan nama Allah.

Maka dari itu jika kita sudah mengucapkan

Insya Allah bagaimana pun janji itu harus dipenuhi.

Terkecuali, jika ada halangan yang sangat mendesak.

Bahaya tidak menepati janji tidak hanya diterima si

pengucap namun yang dijanjikan juga akan kecewa

akan apa yang dilakukan. Orang yang ingkar pada

janji yang ia buat sendiri adalah ia termasuk ke dalam

golongan orang yang munafik. Sikap munafik ini

sering terjadi dalam pergaulan kehidupan yang akan

merusak interaksi sosial atau hubungan dalam

bermasyarakat karena hilangnya kepercayaan dari

orang yang di beri janji itu.

Page 4: Buletin Al - Ishlah

AL-ISHLAH/edisi 3/Februari 2015#Hal. 4

Sahabat Bintang Pena sekalian yg setia, kita

paham pastinya maksud pembahasan kita kali ini

tentang kata “Insya Allah” yang di salah gunakan, dan

pastinya udah ngerti juga dampak yang dihasilkan bila

kita melakukan hal tersebut. Tapi sahabat Bintang

Pena pasti bertanya-tanya, apakah ada hukum tertentu

dalam pengucapan kata “Insya Allah” ? serta apa ada

dalil dalam pengucapan kata “Insya Allah” ?

Tenang di sini kita pasti jelaskan juga tentang

hal tersebut, maka dari itu tetap stay terus di Buletin

AL-ISHLAH ya mas n mba bro.....

MENGUCAP “INSYA ALLAH” KETIKA

BERJANJI APA HUKUMNYA ?

Sebelumnya mari kita perhatikan Firman Allah

swt, dalam Q.S. Al-Kahfi: 23-24, sebagai berikut :

Artinya :

“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan

tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan

mengerjakan ini besok pagi. kecuali (dengan

. menyebut): "Insya Allah" dan ingatlah kepada

Tuhanmu jika kamu lupa dan Katakanlah: "Mudah-

mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada

yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini".

Menurut riwayat, ada beberapa orang Quraisy

bertanya kepada Nabi Muhammad saw tentang roh,

kisah ashhabul kahfi (penghuni gua) dan kisah

Dzulqarnain lalu beliau menjawab, datanglah besok

pagi kepadaku agar aku ceritakan. dan beliau tidak

mengucapkan Insya Allah (artinya jika Allah

menghendaki). tapi kiranya sampai besok harinya

wahyu terlambat datang untuk menceritakan hal-hal

tersebut dan Nabi tidak dapat menjawabnya. Maka

turunlah ayat 23-24 di atas, sebagai pelajaran kepada

Nabi; Allah mengingatkan pula bilamana Nabi lupa

m e n y e b u t I n s y a A l l a h h a r u s l a h s e g e r a

menyebutkannya kemudian.

Dari kedua ayat di atas dapat disimpulkan

bahwa jika berjanji hendaknya ada pengecualian

dengan mengatakan “jika Allah menghendaki”.

Hal ini berfungsi jika orang yang janji itu lupa

atau ada uzur, sehingga tidak bisa menepati janjinya,

maka ia tidak tergolong orang yang berbohong atau

ingkar janji. Bahkan pada ayat berikutnya (ayat 24)

ada anjuran jika lupa mengucapkan Insya Allah lalu

ingat, maka tetap dianjurkan untuk mengucapkan itu,

walaupun sudah lama waktu antara janji (yang lupa

mengucapkan Insya Allah) dengan waktu ingatnya itu

bahkan walau sudah hampir satu tahun, sebagaimana

pendapat sahabat Ibn Abbas yang dinukil oleh Imam

Qurthubi dalam tafsirnya.

Dalam al-Qur'an sendiri terdapat pelajaran dari

kisah-kisah umat terdahulu tentang ucapan In Syaa

Allah yang terulang sebanyak 6 kali, yaitu: (1) Q.S. al-

Baqarah: 70, tentang janji Bani Israil kepada Nabi

Musa untuk menyembelih seekor sapi dengan ciri-ciri

tertentu; (2) Q.S. Yusuf: 99, tentang Janji Nabi Yusuf

pada saudara-saudranya untuk masuk Mesir dengan

aman; (3) Q.S. al-Kahfi: 69, tentang janji Nabi Musa

Ÿw ur £̀ s9q à) s? >ä ô“($ t± Ï9 ’ÎoT Î) ×@ Ïã$ sù š� Ï9º sŒ # ´‰ xî ÇËÌÈ

Hw Î) b r& uä !$ t± o„ ª! $# 4 �ä. øŒ$# ur š� ­/ §‘ # sŒÎ) |MŠÅ¡ nS

ö@ è% ur #Ó |¤ tã b r& Ç` tƒÏ‰ ôg tƒ ’În1 u‘ z> t�ø% L{ ô` ÏB # x‹» yd # Y‰ x© u‘ ÇËÍÈ

Page 5: Buletin Al - Ishlah

AL-ISHLAH/edisi 3/Februari 2015#Hal. 5

termasuk orang munafik, tempat pembalasan bagi

orang munafik adalah neraka. Namun ada dua macam

janji yang boleh dibatalkan bahkan wajib diingkari,

yaitu janji kemaksiatan/mungkar dan janji karena

terpaksa.

Sahabat Bintang Pena yang dirahmati Allah,

janganlah kita bermain-main dengan janji dan

pengucapan kata yang berhubungan dengan lafadz

Allah karena pasti akan mendatangkan dampak yang

buruk atau mudharot pada diri kita sendiri, maka dari

itu mas n mba bro HATI-HATI dengan mulutmu dan

janji-janji yang telah diucapkan.

So…

“HATI-HATI DENGAN INSYA ALLAH”

Wallahu a'lam Bissawab.

Kelompok Studi Mahasiswa

Bintang Pena

STAI Darul Ulum Kandangan

pada Nabi Khidir untuk taat dan sabar saat belajar

padanya; (4). Q.S. al-Qashash: 27, tentang janji Nabi

Syu'aib pada Nabi Musa yang akan dinikahkan

dengan salah seorang putrinya setelah mahar dari

Nabi Musa berupa kerja di ladangnya dalam hitungan

waktu tertentu terpenuhi sebagiannya; (5) Q.S. al-

Shaaffat: 102, tentang janji Nabi Ismail pada ayahnya;

Nabi Ibrahim bahwa ia akan ikhlas dan tidak berontak

saat akan disembelih ayahnya, oleh karena itu ia minta

pada ayahnya agar ia tidak usah diikat, karena tidak

akan lari dan; (6) Q.S. al-Fath: 27, tentang janji Allah

pada Nabi Muhammad untuk bisa (dalam waktu

dekat) kembali menguasai kota suci mekkah dan bisa

berhaji lagi setelah sebelumya diembargo oleh orang-

orang kafir Quraisy.

Para ulama telah sepakat bahwa berjanji dengan

tambahan pengecualian kata Insya Allah atau semisal

dengan bahasa Arab atau bahasa apapun adalah

sunnah (dianjurkan dan berpahala) walau memang

ada sebagian kecil ulama yang berpendapat wajib

hukumnya tambahan kalimat Insya Allah. Namun

ulama yang berpendapat sunnah pun memberi syarat;

boleh berjanji tanpa Insya Allah, jika dalam hatinya

tidak ada keyakianan bahwa ia pasti bisa menepati

janjinya tanpa ada kaitanya dengan taqdir Allah.

Oleh karena itu, jelaslah bagi kita hukum dalam

pengucapan kata Insya Allah, dapat dikatakan bila

kita berjanji diharuskan mengucapkan kata

Insya Allah dengan niatan untuk

menepati janji tersebut, tapi jika kita

berjanji lalu mengucapkan kata

Insya Allah dengan niatan tidak

menepati janji tersebut, maka

kita termasuk orang yang

mengingkari janji dan orang

yang meng ingka r i j an j i

yang paling beratMEMEGANG

adalahAMANAH

AMANAH

yang paling beratMEMEGANG

adalah (Imam Ghazali)(Imam Ghazali)

Page 6: Buletin Al - Ishlah

AL-ISHLAH/edisi 3/Februari 2015#Hal. 6

Apa kita pernah berfikir

bahwa kadang kita terlalu

cepat membuat janji.

Janji itu kita ucapkan begitu

saja tanpa dipikirkan

dahulu.

Sehingga kadang juga

bingung bagaimana

menepatinya.

Lalu apa yang harus kita

lakukan sebelum membuat

janji ?

Tips dan SolusiTips dan Solusi

DapatDapat

Menepati “JANJI”Menepati “JANJI”

Berikut ada tips untuk dan solusi bagi sahabat

sekalian, monggo di simak mas n mba bro...

1. Pikir, Pertimbangkan dan Renungkan.

Sebelum kita membuat janji terutama dengan

mel iba tkan orang la in , k i ta harus

memikirkannya terlebih dahulu serta

mempertimbangkan dan merenungkannya

apakah tepat apa tidak terhadap janji yang

akan kita buat.

Misalnya saat akan mereferensikan teman di

tempat kerja kita. Sebelum berjanji dengan

t e m a n k i t a t e r s e b u t s e b a i k n y a

dipertimbangkan terlebih dahulu. Apakah

teman kita tersebut secara administratif

misalnya telah memenuhi syarat. Juga apakah

tempat kerja kita bisa menerima dia sesuai

dengan posisi yang diinginkan, dan lain

sebagainya.

2. Berjanji untuk diri sendiri.

Walaupun tidak melibatkan orang lain, justru

janji yang ditujukan untuk diri sendiri malah

jarang untuk ditepati. Apabila kita berjanji

untuk kepentingan diri sendiri, maka kita

harus komitmen terhadap janji tersebut.

Karena bila kita tidak berkomitmen untuk

menepatinya tidak akan ada orang yang tahu,

tetapi kadang secara mental kita akan sedikit

terbebani. Jadi tetaplah konsisten terhadap

janji yang telah kita buat sendiri tersebut.

3. Pikirkan konsekuensinya.

Misal, Rudi adalah perokok berat sampai-

sampai dia dijuluki dengan sebutan “Kereta

Api” oleh teman-temannya karena tidak

pernah lepas dari rokok. Suatu saat Rudi

masuk rumah sakit karena dadanya merasa

sangat sakit. Dokter mendiagnosis bahwa ada

yang tidak beres dengan paru-parunya. Sejak

saat itu Rudi berjanji tidak akan merokok lagi.

Sebulan kemudian seorang ibu di sebelah

rumahnya mengalami sakit pada paru-

Page 7: Buletin Al - Ishlah

AL-ISHLAH/edisi 3/Februari 2015#Hal. 7

parunya, padahal ibu itu tidak pernah

merokok. Rudi menjadikan hal tersebut

sebagai pembenar bahwa merokok tidak ada

hubungannya dengan sakit paru-paru. Maka

Rudi pun merokok lagi. Padahal jelas terbukti

bahwa merokok dapat mengganggu

kesehatan. Maka pikirkanlah konsekuensinya

sebelum melanggar janji dan memulai

kebiasaan buruk lagi.

4. Sesuaikan dengan kemampuan.

Membuat janji sesuai dengan kemampuan

bukan berarti meragukan kemampuan kita

masing-masing. Saat kita membuat janji

temukan motifasi yang kuat dalam janji

tersebut, apalagi untuk hal-hal yang sekiranya

diluar kemampuan. Karena apabila kita

membuat janji diluar kemampuan, sedangkan

kita tidak cukup termotifasi, maka besar

kemungkinan kita tidak akan dapat untuk

memenuhi janji tersebut.

Nah bagi sahabat sekalian yang udah terlanjur

sering tidak menepati janji, berikut ada solusinya.

Tapi kami yakin sahabat sekalian adalah orang-orang

yang menepati janji, namun gak ada salahnya kita tau

bagaimana solusi dalam hal ini, sehingga kita bisa

memberikan ilmu yang lain, Insya Allah berkah,

monggo di simak mas n mba bro.

1. Perlu pembiasaan dan pendisiplinan diri

send i r i , an ta ra l a in , mela lu i

penggemblengan spiritual yang

bersangkutan, bagi pihak yang

tak tepat waktu, mudah ingkar

janji, maka tak perlu berbasa-

basi lagi. Sampaikan saja

masukkan kita. Bila dibiarkan,

justru akan menjadi momok di

kemudian hari.

2. Jatuhkan sanksi edukatif. Ini seperti

diperlihatkan oleh para dosen di Universitas

Al-Azhar Kairo. Mahasiswa yang datang

terlambat tidak diperbolehkan masuk ruang

kelas. Sebaliknya, berikan apresiasi kepada

mereka yang komitmen dan konsisten pada

janjinya.

3. Usahakan mencontoh sosok yang disiplin dan

komitmen terhadap janjinya. Ini seperti

dilakukan oleh Imam as-Syaukani. Pengarang

kitab Nail al-Authar tersebut menaruh hormat

luar biasa kepada sang guru, yakni Imam al-

Khada'i. Sang guru tersebut tidak akan pernah

melewatkan jam mengajar walau hujan

menerpa. Pernah suatu ketika hujan turun

hampir tiap hari dari subuh hingga pagi,

sedangkan ba'da shalat Subuh ada jam

pengajian. Namun, Imam al-Khada'i tetap

datang ke taklim karena bagaimanapun bagi

sang guru hujan bukan halangan bila ada janji.

Wallahu a'lam Bissawab.

Kelompok Studi Mahasiswa

Bintang Pena

STAI Darul Ulum Kandangan

Page 8: Buletin Al - Ishlah

Bagi sahabat sekalian yang ingin request atau mau curhat masalah apapun, dan mau bertanya permasalahan yang belum paham betul tentang suatu hal

atau sahabat semua mau pasang iklan,bisa kirimkan ke kami dengan format :

Nama#request/curhat/pertanyaan/iklan sahabat

Kirim ke atau bisa sms ke no berikut

+6287716350552/+6287816758020

[email protected]

Buletin ini jangan diletakkan di sembarang tempat, karena terdapat ayat-ayat suci Al-Qur’an di dalamnya

Buletin Dakwah AL-ISHLAH, Terbit setiap dua bulan sekali

Penerbit : KSM Bintang Pena (STAI Darul Ulum Kandangan). Pembina : Ahmad Harisuddin, S.Th.I,M.Pd.I.Pimpinan Umum : Risni Nisviarisni. Pimpinan Redaksi : Ernawati. Redaktur Pelaksana : Abdurrahman, Ardiansyah,Burhanuddin, Ernawati, Norlina, Rafi’ah, Ratni. Editor : Masbudi, Syihabuddin. Desain dan Produksi : Bahrul HayyunAlamat : Jl. Budi Bhakti, No. 09, RT. 04/II, Kandangan-HSS, Kalsel-71213. Email Redaksi : [email protected] : 0517-23563, +6287716350552, +6287816758020

Tanya - JawabTanya - Jawab

Coming Soon di Edisi 4

Pada edisi berikutnya Buletin AL - ISHLAH akan menambah rubrik baru yaitu tentang :

Dimana sahabat bisa bertanya tentang berbagai hal, baik tentang agama atau pun masalah lainnya,yang jawabannya langsung kami berikan di edisi berikutnya, jadi sahabat Bintang Pena

tetap stay terus saja di Buletin AL-ISHLAH, Insya Allah dapat ilmu dan berkah.