68

Buletin Diseminora Volume 11 Tahun 2015 ijabar.litbang.pertanian.go.id/images/stories/Diseminora/... · 2017. 7. 11. · Buletin Diseminora Volume 11 1Tahun 2015 1 PEMANFAATAN LIMBAH

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 ii

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 iiii

    Pelindung dan Pengarah: Dr. Liferdi, SP, Msi. Plt. Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat

    Redaktur Pelaksana: Ketua : Nana Sutrisna Sekretaris : Nadimin Anggota :

    - Oswald Marbun - Anna Sinaga - Sukmaya - Titiek Maryati

    Layout/Desain Cover: - Bambang Unggul PS

    Alamat Redaksi BPTP Jawa Barat, Jl. Kayuambon No. 80 Lembang, Bandung, 40391 Telepon : (022) 2786238, 2787163 Faximile : (022) 2789846 E-mail : [email protected] Website : http//jabar.litbang.pertanian.go.id

    Keterangan Cover Depan:Kegiatan UPSUS di Kab. Sumedang

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 ii

    SSaallaamm DDiisseemmiinnoorraa,,

    Edisi sebelumnya Buletin Diseminora informasi tentang Potensi Sumberdaya Pangan, Usaha Ternak, dan Unit Pengelola Benih

    Sumber (UPBS), kali ini Diseminora akan mengajak para pembaca untuk sejenak mengetahui beberapa program

    Kemtan antara lain: Pemanfaatan Limbah Biogas Pemanfaatan Limbah Biogas Padat (Slurry) dan Cair dari Kotoran Sapi Perah

    sebagai Pupuk Organik Pada Sayuran Daun, Keragaan Pendampingan Program UPSUS di Kabupaten Sumedang.

    Selain itu Edisi ke 11 ini juga mengangkat tema “Konsep

    Pengembangan Model Pertanian Bioindustri Berbasis Padi di Jawa Barat” dan “Mitigasi Dampak Kekeringan”.

    Redaksi berharap Buletin Diseminora Edisi ke 11 ini dapat menambah wawasan tentang informasi teknologi untuk dapat

    diwujudkan di lapangan.

    SSeellaammaatt MMeemmbbaaccaa..

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 iiii

    FFookkuuss 1. Pemanfaatan Limbah Biogas Pemanfaatan Limbah Biogas Padat

    (Slurry) dan Cair dari Kotoran Sapi Perah Sebagai Pupuk Organik Pada Sayuran Daun di Pangalengan, Jawa Barat ......................... 1

    2. Keragaan Pendampingan Program UPSUS di Kabupaten Sumedang Tahun 2015 ......................................................................... 3

    PPrrooffiill 1. Profil Penyuluh Pertanian Teladan dari Kabupaten Pangandaran

    Provinsi Jawa Barat ................................................................................. 7 2. Kaki Gunung Tampomas Pembawa Berkah Bagi Petani Desa Licin,

    Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang ................................. 8

    PPeerrlluu AAnnddaa TTaahhuu 1. Lima Cara Perbanyak Tanaman Perbanyakan dengan cara

    vegetatif antara lain: Setek, grafting (sambung), okulasi, cangkok, dan sambung susu. ................................................................................. 11

    2. 7 Tanaman Penghasil Pestisida Nabati ................................................. 13 3. Budidaya Cabe Rawit ........................................................................... 18 4. Tumbuhan sebagai Indikator Lingkungan ........................................ 21 5. Konsep Pengembangan Model Pertanian Bioindustri Berbasis Padi

    Di Jawa Barat ......................................................................................... 28 6. Sorgum Sebagai Sumber Pangan ........................................................ 31 7. Teknologi Pertanian di WEBSITE BPTP JABAR................................................ 34 8. Mitigasi Dampak Kekeringan ................................................................ 38 9. Padi SALIBU .............................................................................................. 43 10. Roguing Tanaman Padi Perlukah? ....................................................... 48

    SSeeppuuttaarr KKiittaa 1. Lahan Sempit Tetap Produktif ................................................................ 52

    PPeelluuaanngg UUssaahhaa 1. Penangkaran Benih Kedelai di Lahan Sawah .................................... 57 2. Budidaya di Lahan Pekarangan ......................................................... 59

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 11

    PEMANFAATAN LIMBAH BIOGAS PADAT DAN CAIR DARI KOTORAN SAPI PERAH SEBAGAI

    PUPUK ORGANIK PADA SAYURAN DAUN DI PANGALENGAN, JAWA BARAT

    Atin Yulyatin dan Meksy Dianawati

    BPTP Jawa Barat Jl. Kayuambon no.80 Lembang-Bandung 40391 Indonesia

    Email : [email protected]

    Populasi sapi perah menurut BPS (2014) mencapai 15.245 ekor di Pangalengan, Jawa Barat. Populasi sapi perah yang tinggi tersebut berbanding lurus dengan kotoran yang dihasilkannya. Menurut Nurdiati (2012) bahwa jumlah kotoran sapi yang dikeluarkan sebanyak 15

    kg/ekor/hari. Jika kotoran yang terbuang tidak dimanfaatkan, dapat mencemari lingkungan. Pemanfaatan kotoran sapi dengan konsep zero waste dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang, kascing, media beternak cacing dan biogas.

    Biogas digunakan sebagai sumber energi terbarukan (renewable source). Limbah biogas dikeluarkan dari bak pengeluaran (outlet) berupa ampas (slurry) dan cair (dregs). Namun limbah biogas tersebut jika tidak diolah dapat mencemari lingkungan. Limbah slurry dan dregs diketahui dapat digunakan sebagai pupuk organik. Menurut Guo (2005) bahwa beberapa manfaat slurry antara lain sebagai pupuk organik, dan anti stress pada tanaman, karena mengandung asam nukleat, monosakarida, asam amino bebas, vitamin, asam lemak bebas, proline, asam linoleat, dan asam fulvic.

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 22

    Telah diketahui bahwa pupuk organik berfungsi sebagai penyedia unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Meskipun kandungannya nutrisinya lebih sedikit dibandingkan pupuk anorganik, namun dapat berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah. Diantaranya memperbaiki porositas tanah, ketersediaan air, dan kapasitas tukar kation (KTK). Meningkatnya kesuburan tanah dapat meningkatkan respon tanaman terhadap pemupukan sehingga akan tumbuh optimal. Display slurry sebagai pupuk organik pada tanaman petsay di kegiatan Model Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Inovasi (m-P2BBI) Integrasi Sayuran Sapi Perah Di Lahan Kering Dataran Tinggi Kabupaten Bandung Jawa Barat” yang dilakukan di Pangalengan menunjukan bahwa produksi petsay dengan penambahan slurry biogas baik basah maupun kering memiliki rata-rata produksi yang sama dengan pupuk kandang sapi mapun pupuk kandang ayam. Dosis 20 ton/ha slurry biogas dapat meningkatkan jumlah daun dan berat basah petsay. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Liu et al (2009) bahwa sebagian besar penelitian mengenai pupuk slurry biogas dapat meningkatkan produksi sayuran seperti seledri, Chinese cabbage, pakchoi, lettuce, green pepper, kangkung.

    Limbah biogas cair (dregs) diperoleh dari sisa biogas keluar melalui pipa pembuangan gas (outlet). Dregs langsung siap digunakan sebagai pupuk, karena telah melalui proses fermentasi dalam biodigester yang ditandai dengan C/N

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 33

    Liu. W.K., Qi-Chang Yang, and Lianfeng Du. 2009. Soilless cultivation for high-quality vegetables with biogas manure in China: Feasibility and benefit analysis. Renewable Agriculture and Food Systems: 24(4); 300–307.

    Guo, Q., Niu, D.J., and Cheng, H.J., 2005. Comprehensive use of biogas residue. China Resources Comprehensive Utilization : 23(12):11–15

    Nurdiati K, E Handayanta, Lutojo. 2012. Efisiensi produksi sapi potong pada musim kemarau di peternakan rakyat daerah pertanian lahan kering Kabupaten Gunungkidul. Tropical Animal Husbandry 1 (1):52-58

    PENDAMPINGAN PROGRAM UPSUS

    DI KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2015

    Oleh : Ratima Sianipar dan Bebet Nurbaeti

    Berbagai program untuk mencapai swasembada pangan dan peningkatan produksi komoditas lainnya seperti hortikultura, perternakan dan perkebunan terus digulirkan pemerintah. Disamping itu pemerintah ingin mencapai sasaran kedaulatan pangan dalam 3 tahun, sehingga dapat tercapai pada tahun 2017.

    Untuk pencapaian keberhasilan mulai tahun 2015 banyak program yang digulirkan pemerintah melalui Kementeriaan Pertanian, salah satu diantaranya adalah Upaya khusus (UPSUS) terhadap tiga komoditas utama Padi, Jagung dan Kedelai (PJK). Pada kegiatan UPSUS (PJK) segala strategi dan upaya dilakukan untuk peningkatan luas tanam dan produktifitas di daerah sentra produksi pangan. Operasionalisasi pencapaian target di lapangan benar-benar dilaksanakan secara optimal, yaitu dengan penyediaan dana, pengerahan tenaga, perbaikan jaringan irigasi yang rusak, bantuan pupuk, ketersediaan benih unggul yang tepat (jenis/varietas), julah,tempat,waktu,mutu, harga), bantuan traktor dan alsintan lainnya yang mendukung persiapan panen dan pasca panen termasuk kepastian pemasarannya (Kementrian Pertanian 2014)

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 44

    Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) sebagai institusi inovasi teknologi, melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) nya di Daerah, yaitu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat diminta untuk mengaplikasikan teknologi unggulan yang sudah dimilikinya untuk mendukung suksesnya program tersebut, terutama dalam hal penyediaan benih unggul serta pendampingan dan bimbingan teknik-teknik budidaya PJK, dan komoditas unggulan lainnya, serta pembinaan Sumberdaya Manusia (SDM). Salah satunya lokasi yang mendapat pendampingan program UPSUS di Jawa Barat adalah di Kabupaten Sumedang

    IMPLEMENTASI KEGIATAN DITINGKAT LAPANGAN A. Advokasi dan Sinergisme Program

    Advokasi dan sinergisme program kegiatan dilakukan dengan Dinas/Lembaga terkait pelaksana dan pendukung program UPSUS di Kabupaten Sumedang. Tujuan kegiatan ini adalah menyamakan presepsi dan mengsinergiskan kegiatan untuk mendukung pencapaian swasembada pangan Padi, Jagung dan Kedelai.

    Sinergisme program lebih diarahkan kepada bentuk pendampingan Balitbangtan sehingga mendukung kegiatan yang ada di Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan, Dinas PU, Biro Statistik dan Kodim 0610 Kabupaten Sumedang

    B. Pendampingan Tujuan pendampingan adalah untuk mengidentifikasi dan

    Karakterisasi Lokasi kegiatan Program strategis (UPSUS, PJK, ATP), meningkatkan koordinasi dan sinergisme Program dan memimbing penerapan inovasi teknologi pada program strategis dan pengembangan komoditas utama Kementerian Pertanian di Kabupaten Sumedang

    Pendampingan dilaksanakan kepada berbagai pihak yang mendukung pelaksanaan UPSUS. Bentuk pendampingan, sasaran, metode, materi dan hasil pendampingan dapat dilihat pada Table 1.

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 55

    Tabel 1. Bentuk pendampingan, sasaran, metode, materi dan hasil pendampingan

    No Sasaran Metode Materi Out put/ hasil 1. Babinsa,

    Penyuluh/THL

    Pertemuan Pemahaman kedaulatan pangan dengan focus teknologi dan 6 gerakan bentuk kerjasama penyuluh dan babinsa, serta inovasi teknologi dalam rangka peningkatan produkstivitas padi,Jagung dan Kedelai melalui PTT Padi dan rekomendasi KATAM

    Peningkatan pemahaman petugas tentang pendampingan dan teknologi.. pendukung UPSUS

    2 Pelaku Usahatani

    Pertemuan dan Pelatihan

    Model PTT Padi (Tanam Jarwo 2:1, VUB, Intermittan, Pemupukan )

    -Diperoleh Produksi 436,347 ton -Peningkatan luas tanam jarwo dari 5 % menjadi 45 %

    3 Narasumber pada pertemuan rutin petugas

    Penyuluh/UPTD PTT Padi, Katam, Peta singkap, Buku cetakan, Caplak, PUTS/PUTK dll

    -Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan petani dalam penerapan model PTT, bertambah luas tanam. Jarwo 2:1 -Peningkatan adopsi tanam Jarwo 2:1 di kab. Sumedang sebesar 40 %

    4 Display Kelompok tani: a. kelompok tani

    Tonggoh desa ganeas kecamatan Ganeas

    b. kelompok tani desa Nanggerang Kec. Sukasari

    c. kelompok tani Bumi Mekar desa Cienten Kec. Darmaraja

    a. Varitas Inpari 9, Inpari

    10, Inpari 13, Inpari 18, Inpari 20

    b. Varitas Inpari 19, Inpari

    26, Inpari 27. c. Varitas Inpari 18, Inpari

    19, Inpari 20, Inpari 29, Inpari 31

    Peningkatan pengetahuan , wawasanpetani dan petugas tentang berbagai VUB padi hasil Balitbangtan

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 66

    Peningkatan adopsi legowo 2 : 1 ini tidak diikuti dengan peningkatan produksi dari target 498,593 ton karena pengaruh alih fungsi lahan seluas 2.707 ha untuk jalan Tol dan kekeringan/Puso.

    C. Membantu Monitoring Perbaikan Jaringan Irigasi Rehabilitasi jaringan irigasi bertujuan untuk mengantisipasi

    dampak kekeringan pada lahan usahatani, teritama lahan sawah irigasi. Berdasarkan data kekeringan dan puso sejak Juli 2015 di kabupaten Sumedang mencakup luasan 550 ha yang tersebar di 7 (tujuh) kecamatan yaitu Kec. Ujung Jaya, Kec.Situraja, Kec. Buahdua, Kec. Cisitu, Kec.Tomo, Kec.Sumedang Utara, Kec. Jati gede .

    FOTO PENDAMPINGAN UPSUS KAB. SUMEDANG 2015

    Gambar 1. Peletakan batu pertama gerakan perbaikan irigasi oleh Bupati di Kab. Sumedang

    Gambar 2. Rapat Koordinasi Pendampingan dan Pengawalan UPSUS di Kab. Sumedang

    Gambar 3. Pelatihan jasa tanam jajar legowo 2 : 1 di desa Kudang Wangi kecamatan Ujung Jaya Kab. Sumedang 

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 77

    PROFIL PENYULUH PERTANIAN PENYELIA DARI KABUPATEN PANGANDARAN

    PROVINSI JAWA BARAT

    Engkus Kuniati AMd; Alamat: Dusun Bulak Gebang RT. 07 RW. 04 Desa Sukajaya, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran Bekerja sebagai Penyuluh Pertanian Penyelia di Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat. Sudah mengabdi sebagai penyuluh pertanian selama 21 tahun 10 bulan. Respons dan inovatif dalam mengembangkan teknologi hasil Litbang Pertanian, antara lain: membina kelompok tani di Cimerak untuk menerapkan PTT padi dan termasuk Sistem Tanam Jajar Legowo. Sejak Tahun 2013 Jarwo

    di Cimerak bisa mencapai 85%. Berdampak pada kelompok tani di luar wilayah binaannya, sehingga produktivitas padi di Kecamatan Cimerak rata-rata meningkat. Selalu membimbing kelompok tani untuk mencari sumber informasi teknologi termasuk ke perguruan tinggi, sehingga bisa menjalin kerjasama/kemitraan baik dalam penyebaran informasi teknologi maupun usaha kelompok tani. Kegiatan kerjasama usaha yang saat ini sedang berjalan adalah praktek mahasiswa (PKL/KKN), Pengabdian Masyarakat, dan pengembangan ternak Domba yang diitegrasikan dengan sorgum. Telah mengembangkan ekonomi kreatif aneka produk pengolahan sorgum. Membimbing dan mengajak kelompok tani studi banding,

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 88

    magang, pelatihan, pameran, dll. dengan biaya sendiri. Saat ini kelompok tani binaannya sudah bisa mengembangkan aneka olahan sorgum baik antara lain: bubur sorgum, kerupuk sorgum, baso sorgum, aneka kueh basah (brownis), dan aneka kueh kering.

    KAKI GUNUNG TAMPOMAS PEMBAWA BERKAH BAGI PETANI DESA LICIN, KECAMATAN CIMALAKA KABUPATEN SUMEDANG Oleh : Ratima Sianipar BPTP Jabar 

    Setiap tahun ada sawah yang beralih fungsi, berkurangnya lahan tersebut disebabkan oleh sejumlah kegiatan proyek pembangunan proyek. Untuk mengimbanginya perlu pencetakan lahan sawah baru agar produksi padi tidak berkurang. Sesuai dengan program pemerintah saat ini untuk mencapai swasembada pangan melalui peningkatkan produksi padi salah satunya adalah dengan

    pencetakan sawah baru atau pemanfaatan lahan tidur.

    Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang dikenal dengan daerah pertambangan galian pasir ada yang diusahakan oleh PT dan ada yang diusahakan perorangan. Ada yang membiarkan bekas galian pasir begitu saja namun ada juga yang menjadikan sawah baru dan ada yang menanami dengan buah naga. Desa Licin memiliki wilayah sawah 46 ha salah satu desa yang

    mempunyai galian pasir sekitar 20 Ha. Kebiasaan masyarakat tani Desa licin menanam padi varitas mekongga, ciherang dan varitas

    Gbr 1. Petani Bpk Ahud Sahudin bersama tim BPTP Jabar, Penyuluh, Ka. UPTD di lokasi Pencetakan sawah baru bekas galian pasir di ds. Licin kec. Cimalaka, Kab. Sumedang

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 99

    Gbr 2. Kolam penampungan air sawah melalui mata air Gn. Tampomas Ds. Licin Kec. Cimalaka Kab.            

    Sumedang

    lokal, pengairan usahatani langsung dari mata air kaki gunung Tampomas. Karena lahannya kurang subur kebanyakan pasir pada umumnya petani menanam benih padi 15 - 20 batang perlobang, bila di tanam 2 – 3 batang perlobang tidak ada anakan dan harus menggunakan pupuk yang banyak .

    Kunjungan BPTP Jawa Barat (LO Sumedang) bersama penyuluh dan ka. UPTD (Entis ) kec. Cimalaka kabupaten Sumedang bahwa adanya pencetakan sawah baru di lokasi bekas galian pasir desa Licin kecamatan Cimalaka kabupaten Sumedang dengan petani pemilik bapak Ahud Sahudin (umur 57 thn lulusan SD) memiliki luas areal galian pasir sekitar 20 ha, dengan luas areal persawahan bekas tambang galian pasir yang dimilikinya sudah menanam padi seluas 3 ha. Pak Ahud Sahudin sudah melakukan penanaman padi sawah 2 kali tanam dengan tanam jajar legowo 5 : 1 umur padi saat ini 5 minggu dan rencana panen pada akhir bulan Agustus, kendala yang dihadapi adalah adanya hama wereng, wbc dan hama burung karena hanya pk Ahud yang menanam padi di lokasi ini daerah sekitarnya adalah hutan. Awal pembukaan areal persawahan ini dengan membeli tanah topsoil bekas kebun bambu untuk menimbun lahan dengan ketebalan sekitar 20 cm dengan memberikan pupuk Organik 3 kwintal, TS 1 kw, KCl 1 Kw, Phonska 1 kw. Penanaman padi pertama dengan varitas inpari 19 hasil panen 9,4 ton/ha dan Varitas Ciherang hasil panen 7 ton/ha habis panen jerami dimasukkan lagi ke sawah. Tim BPTP Jabar telah memperkenalkan berbagai teknologi seperti cara tanam jajar legowo 2 :1, pengenalan caplak beroda, adanya varitas unggul baru (inpari), adanya alat tanam (transplenter).

    Pengairan sawah ini berasal dari mata air kaki gunung Tampomas dengan membuat kolam penampungan, kemudian dialirkan kesawah, selain itu pak Ahud juga membagikan air lewat pipa

    besar dengan pengelolaan desa Licin lalu dibagikan lagi

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 1100

    ke masyarakat sebanyak 4 Rw sekitar desa Licin kecamatan Cimalaka kabupaten Sumedang melalui pipa kecil. Kegiatan seperti inilah sebenarnya yang di harapkan pemerintah mencetak sawah baru khususnya di lahan tidur atau di lahan bekas pertambangan, membuat /memperbaiki saluran irigasi bahkan dapat membagikan kepada masyarakat tani lainnya.

    Adapun pencetakan sawah baru ini belum terdaftar di kecamatan Cimalaka kabupaten Sumedang karena belum tahu apakah pak Ahud masih mempertahankan sawah ini untuk tahun berikutnya, namun hasil kunjungan kami bahwa tahun berikutnya pk Ahud Sahudin akan tetap menanam padi di lokasi ini dan direncanakan nantinya akan membuka areal sawah baru sekitar 8 ha di areal bekas galian pasir sedangkan areal lainnya ditanami cengkeh dan adanya areal motor cross.

    Kegiatan pak Ahud Sahudin yang telah mencetak sawah baru dan memanfaatkan lahan bekas tambang galian pasir sangat mendungkung program pemerintah, diharapkan adanya pak Ahud lain yang menyusul untuk melestarikan lingkungan di kaki Gunung Tampomas.

    Gambar 3. Hamparan padi sawah Ds. Lici Kec. Cimalaka Kab. Sumedang

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 1111

     

    Lima Cara Perbanyak Tanaman Perbanyakan dengan cara vegetatif antara lain: Setek,

    grafting (sambung), okulasi, cangkok, dan sambung susu.

    Setek Perbanyakan dengan memanfaatkan potongan organ tanaman, seperti batang, daun, atau akar. Cara ini paling praktis karena tinggal menancapkan potongan ke media steril. Dengan cara ini bibit dapat diperoleh dalam waktu singkat.

    Setek dapat menghasilkan bibit dalamjumlah masal dalam waktu singkat.

    Okulasi Hampir sama dengan cara

    sambung, tetapi yang dimanfaatkan adalah kulit

    kayu varietas unggul. Kulit kayu selanjutnya ditempel

    di batang bawah yang telah dilukai seluas bahan yang akan ditempei. Pertautan

    kemudian dililit plastik sehingga cepat melekat

    dan bebas dari air.

    Bibit asal tempel mata okulasi

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 1122

    Sambung pucuk Prinsip teknik ini dengan menyelipkan potongan pucuk varietas unggul sepanjang 5-10 cm pada batang bawah tanaman asal biji. Agar merekat sempurna sambungan diikat plastik. Tutup dengan plastik agar tidak terkena air.

    Bibit asal sambung pucuk alias grafting

    Cangkok

    Perbanyakan ini dilakukan untuk mendapatkan bibit yang besar dengan

    cepat. Caranya dengan membuat keratan pada batang/cabang bibit

    unggul. Keratan dibuat untuk memutuskan aliran nutrisi dari atas

    ke bawah. Lalu kerik kambium. Keratan kemudian dibalut media, lalu

    dibungkus plastik atau sabut kelapa dan ikat. Setelah keluar akar,

    cangkokan dipotong.

    Cara cangkok dipakai untuk mendapatkan bibit besar dalam waktu singkat.

    Sambung susu Sambung susu memanfaatkan cabang pohon dewasa sebagai batang bawah. Lalu disambungkan dengan cabang bibit varietas unggul dengan cara sisip. Sambungan itu lalu diikat plastik. Setelah menyatu, cabang varietas unggul dipotong dari induknya. Bibit asal sambung susu

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 1133

    7 Tanaman Penghasil Pestisida Nabati Oleh: Nana Sutrisna, O Marbun

    BPTP Jawa Barat Jl. Kayuambon no.80 Lembang-Bandung 40391 Indonesia

    Secara alami tumbuhan memiliki “senjata” untuk menghadapi serangan dari luar. Kemampuan itu hasil interaksi antara tanaman dan hama yang berlangsung jutaan tahun lalu. Serangan hama menyebabkan kematian yang rentan. Lewat proses evolusi, lahir populasi beradaptasi tinggi. Kelompok tersebut berhasil menciptakan zat-zat “kekebalan”.

    Berdasarkan kelebihan tersebut manusia memanfaatkan tumbuhan sebagai sumber pengendali hama dan penyakit. Cairan perasan daun tembakau dan akar tuba untuk mengendalikan kutu dan ulat pada palawija dan sayuran tertentu. Umbi gadung (Dioscorea hispida) dan biji sirsak sering digunakan petani di Jawa Barat untuk membasmi hama ulat. Petani sayuran di Pangalengan, Jawa Barat memanfaatkan perasan kacang babi (Mucuna sp) untuk mengendalikan ulat grayak pada bawang merah.

    Dari pengalaman tersebut para peneliti mempelajari fenomena itu. Sejumlah temuan para peneliti itu dikumpulkan dalam seminar yang dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. Berikut adalah 7 tanaman penghasil pestisida nabati tersebut.

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 1144

    1. TEMBAKAU (Nicotiana tabacum):

    Kandungan aktif : nikotin dengan kadar tertentu. Spesies Nicotiana tabacum dan N. rustica mengandung nikotin antara 6%—18%. Kandungan tertinggi terdapat di daun. Pemanfaatan: sebagai insektisida nabati, telah lama digunakan sebagai racun

    perut dan pernapasan. Hama yang dikendalikannya terutama serangga berukuran kecil dan bertubuh lunak, seperti aphid.

    2. CENGKEH (Syzygium aromaticum) Kandungan aktif : minyak asiri dan komponennya, seperti eugenol dan eugenol asetat. Selain dalam bentuk ekstrak, tepung cengkih juga menghambat pertumbuhan patogen tanaman. Bagian tanaman yang bisa dimanfaatkan adalah daun, bunga, dan tangkai bunga Pemanfaatan: Sebagai fungisida nabati, mengendalikan jamur patogen. Phytophtora capsici, P. Palmivora, Selerotium sp, serta Rigidoporus lignosus. Konsentrasi minimal tepung daun atau tangkai bunga untuk menghambat ketiga jamur tersebut adalah 0,4%. Sedangkan tepung bunga 0,2%. Populasi P. capsici dalam tanah menurun dan populasi

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 1155

    jamur tanah meningkat dengan pemberian minimal 1% tepung bunga. Pemakaian minyak dan eugenol untuk maksud yang sama adalah 200 ppm dan 300 ppm. Minyak cengkih juga menekan pertumbuhan Pseudomonas solanacearum pada keluarga terung-terungan. Pemberian tepung daun cengkih sebanyak 5% ke dalam tanah menekan 69% serangan Fusarium oxysporum. Jamur tersebut penyebab penyakit busuk batang pada vanili. 3. TUBA (Derris elliptica)

    Kandungan aktif:

    rotenon dan rotenoid. Selain D. eliptica, D. Malaccensis mengandung rotenon 4%—5%. Bahan aktif paling banyak terdapat pada akar.

    Pemanfaatan : insektisida nabati ini aktif sebagai racun kontak dan perut berbagai spesies serangga hama. Akar tuba dalam bentuk tepung dan ekstraknya berpotensi mengatasi gangguan hama gudang.

    4. MIMBA (Azadirachta indica)

    Kandungan aktif:

    azadirachtin, salanin, meliantriol, dan nimbin. Senyawa pertama lebih berperan penting. Kandungan terbanyak terdapat pada daun dan biji.

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 1166

    Pemanfaatan : sebagai insektisida, bekerja menurunkan nafsu makan pada serangga hama. Hama yang diganggu misalnya wereng padi, hama penggulung daun Cnaphalocrocis medinalis. Termasuk juga belalang (Valanga nigricornis), ulat kubis (Crocidolomia sp dan Plutela sp), tungau jingga (Brevipalpus phoenicis). Selain insektisida, mimba juga berpotensi sebagai molusida, fungisida, bakterisida, dan antivirus. Khusus untuk fungsi terakhir, hasil penelitian menunjukkan pemberian nimba yang dicampur Urea dalam bentuk cake berdampak positif pada padi. Hasil padi meningkat lantaran menurunnya serangan virus RSV, GSV, dan tungro. Mimba berfungsi sebagai antifeedant bagi serangga vektor.

    5. PIRETRUM (Chrysanthemum cinerariaefolium)

    Kandungan aktif: ekstraknya menghasilkan 6 unsur pokok yaitu piretrin I, piretrin II, cinerin I, jasmolin I, dan jasmolin II. Yang paling efektif adalah piretrin I. kandungan piretrin antara 0,03%-0,1% dan sinergis 5-10 kali. Bahan aktif tersebut paling tinggi terdapat pada bunga.

    Pemanfaatan:

    piertrin menyerang urat syaraf pusat serangga melalui kutikula. Ia bisa dipergunakan untuk mengendalikan serangga rumah yang menggigit, hama gudang, hama sayuran dan buah-buahan, serta daun tanaman kehutanan.

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 1177

    6. BENGKOANG (Pachyrhizus erosus)

    Kandungan aktif :

    pachyrrhizida termasuk dalam golongan retenoid. Bahan bioaktif ini banyak terdapat pada biji bengkuang

    Pemanfaatan: sebagai insektisida dan larvasida nabati. Ia bekerja dengan cara meracuni perut serangga hama. Bahan ini memperlihatkan mortalitas yang tinggi pada ulat-ulat Plutella xylostella. Selain musuh besar sayuran kubis tersebut, ia juga meracuni beberapa jenis serangga dari ordo Coleoptera, Diptera, Hemiptera, Lepidoptera, dan Orthoptera. Dari penelitian dihasilkan pula pengaruh positif pemberian biji bengkuang terhadap hama penghisap lada (Dasynus piperis). 7. NONA SABRANG (Annona glabra)

    Kandungan aktif :

    terdapat 3 senyawa asetogenin yang bersifat insektisida. Squamosim, asimisin, dan desasetiluvarisin. Asimisin memiliki sifat toksis paling tinggi. Kandungan tersebut paling banyak terdapat pada bijinya.

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 1188

    Pemanfaatan:

    Bahan ini amat potensial sebagai insektisida. Ia bekerja toksik membuat gerakan serangga menjadi lamban, aktivitas makan menurun, tubuh menghitam, dan mengkerut, dan akhirnya mati. Ektraknya bersifat letal terhadap kepik (Oncopeltus fasciatus), ulat (Plutella xylostella), wereng daun (Nephotettix cincticeps), dan ulat (Crocidolomia binotalis). Ia juga berpengaruh positif terhadap pengendalian hama kedelai (Phaedonia inclusa).

    Budidaya Cabe Rawit Oleh: Nana Sutrisna, Anna Sinaga

    BPTP Jawa Barat Jl. Kayuambon no.80 Lembang-Bandung 40391 Indonesia

    Cabai rawit (Capsicum frustescens L.) merupakan tanaman semusim yang berbentuk perdu, dan mampu hidup lebih dari setahun. Tanaman cabai rawit memiliki nilai ekonomi cukup tinggi sehingga snagat prospektif untuk agribisnis.

    SYARAT TUMBUH Tanaman cabai rawit tumbuh baik pada tanah yang:

    • Berstruktur remah/gembur, lempung berpasir dan kaya bahan organik;

    • pH 5,0 - 7,0 dan optimal 6,0 - 6,5. Bila pH dibawah 5,0 perlu ditambahkan kapur sebanyak 2 - 4 ton/ha. Penambahan kapur sangat tergantung dari pH tanah yang dikehendaki. Contoh pH tanah awal 5,0 sedang pH yang diinginkan 5,5, maka perlu

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 1199

    ditambahkan kapur sebesar 2 ton/ha, sedangkan jika pH yang diinginkan 6,0, maka perlu ditambahkan kapur sebesar 4 ton/ha;

    • Paling cocok ditanam pada dataran dengan ketinggian 0 - 500 meter dari permukaan laut (dpl).

    • Curah hujan 600-1.250 mm/tahun. Suhu udara rata-rata tahunan berkisar antara 18 - 30o C.

    • Kelembaban 60 - 80%.

    PERSIAPAN TANAM

    Benih

    • Keperluan benih ± 150 g/ha dengan daya tumbuh > 90%; • Rendam benih dalam air dengan suhu 60oC selama 5 menit atau

    campur dengan Ridomil untuk mengurangi serangan penyakit busuk pangkal atau rebah kecambah di persemaian.

    A. Persemaian

    • Siapkan media semai yang terdiri dari tanah + pasir + pupuk

    kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1 • Buat bedengan dengan ukuran, panjang 3-5 m, lebar 1 m dan

    tinggi ± 20 cm. Arah bedengan utara - selatan; • Bedengan diberi atap dengan tinggi sebelah timur 1 m dan

    sebelah barat 0,75 m agar sinar matahari pagi dapat masuk ke dalam persemaian;

    • Taburkan benih secara merata atau dilarik dengan jarak 5 cm, kemudian ditutup dengan tanah halus (diayak), terus disiram;

    • Untuk menjaga kelembaban, persemaian disiram setiap hari. B. Pembibitan

    • Jika bibit berumur ± 10 hari, dapat dipindahkan ke dalam kantong plastik gula ukuran ¼ kg atau polybag yang sudah diisi tanah dan dilubangi pada sudut kiri - kanan serta ditengahnya, selanjutnya diletakkan pada bedengan persemaian.

    • Bibit cabai rawit dapat dipindahkan ke lapangan pada umur 1,5 bulan setelah semai atau jika tinggi tanaman sudah mencapai lebih dari 8 cm, dengan jumlah daun 4 -6 helai.;

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 2200

    • Kurang lebih 5 hari sebelum tanam, naungan persemaian dibuka atau dikurangi untuk melatih bibit kena sinar matahari, sehingga tanaman tidak terkejut pada saat dipindahkan ke lapangan.

    C. Persiapan Tanah

    • 2 minggu sebelum tanam. Tanah sudah diolah bedengan dibuat dengan ukuran lebar antara 90 - 120 cm dan tinggi 20 - 40 cm, pada lahan bekas sawah bedengan sebaiknya dibuat dengan tinggi 40 cm atau lebih, pada lahan tegalan atau kebun bedengan dibuat setinggi 20 - 30 cm, panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan;

    • Berikan pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha bila menggunakan kotoran sapi, atau 10 ton/ha bila menggunakan kotoran ayam.

    TANAM Tanam bibit dengan jarak 60 x 100 cm atau 60 x 80 cm. Lubang

    tanam dibuat dengan ukuran diameter 10 - 15 cm dan kedalaman sekitar 15 cm atau kira-kira cukup untuk menempatkan bibit bersama media tanahnya.

    PEMELIHARAAN Pemakaian pupuk organik seperti pupuk kandang/kompos

    merupakan kebutuhan pokok disamping pupuk buatan. Pupuk organik selain dapat mensuplai unsur hara bagi tanaman juga dapat memperbaiki struktur dan struktur tanah dan tekstur tanah, memelihara kelembaban tanah aktivitas biologi tanah.Pemberian pupuk pelengkap cair (PPC) melalui dan untuk melengkapi unsur hara yang diperlukan tanaman. Untuk mengatasi faktor lingkungan yang kurang baik terhadap pembungaan dan pembuahan dengan pemberian ZPT (zat pengatur tumbuh). Dosis dan cara pemberian pupuk untuk tanaman cabai rawit per ha pertanaman:

    • Pupuk dasar 1 minggu sebelum tanam dengan pupuk kandang 10 - 15 ton

    • Pupuk susulan pertama 1 bulan setelah tanam Urea 80 kg , SP-36 20 kg , KCl 60 kg

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 2211

    • Pupuk susulan kedua 2,5 bulan setelah tanam Urea 85 kg , SP-36 30 kg , KCl 60 kg

    • Pupuk ussulan ketiga 4 bulan setelah tanam Urea 85 kg , SP-36 35 kg , KCl 65 kg

    • ZPT Atomik 1,5-2 m/lt air 30, 50, 72 HST, Dharmasari 0,3-5 ml/lt air 21, 42, 62 HST.

    Pemberian ajir dapat mulai dilakukan pada saat tanaman berumur 3 - 4 minggu setelah tanam.

    Tanaman dibumbun bersamaan dengan pemberian pupuk.

    OPT yang menyerang. Hama yang sering menyerang adalah: belalang, jangkrik, ulat

    grayak, kutu daun persik, trips Penyakit yang sering menyerang adalah : bercak daun, busuk batang dan buah.

    PANEN Umur panen cabai rawit sangat bervariasi, tergantung pada

    varietas tanaman dan keadaan iklim setempat. Pada umumnya umur panen pertama cabai rawit adalah 2,5 - 4 bulan setelah tanam. Pemanenan dapat dilakukan 3 - 7 hari sekali tergantung banyaknya buah cabai rawit yang siap di panen. Panen harus dilakukan secara selektif dan hati-hati agar tidak merusak bunga, buah dan batangnya.

    TUMBUHAN SEBAGAI INDIKATOR LINGKUNGAN

    Oleh: Nana Sutrisna, Titiek M BPTP Jawa Barat

    Jl. Kayuambon no.80 Lembang-Bandung 40391 Indonesia

    A. Pengertian Tumbuhan, sifat-sifatnya merupakan pencerminan yang ada di

    dalam tumbuhan itu (hereditas), tetapi selain itu pertumbuhannya juga dipengaruhi lingkungan. Jadi fenotipe yang terjadi merupakan paduan dari hereditas dan lingkungan itu. Tumbuhan dapat hidup

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 2222

    dengan baik di lingkungan yang menguntungkan. Suatu tumbuhan atau komunitas tumbuhan dapat berperan sebagai pengukur kondisi lingkungan tempat tumbuhnya, disebut indikator biologi atau bioindikator atau fitoindikator. Dengan istilah lain tumbuhan yang dapat digunakan sebagai indikator kekhasan habitat tertentu disebut tumbuhan indikator.

    Banyak tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai indikator suatu lingkungan. Dalam suatu komunitas tumbuhan beberapa diantaranya dominan dengan jumlah yang melimpah. Tumbuhan semacam ini merupakan indikator yang penting, karena mereka sudah sangat erat hubungan dengan habitatnya. Dengan demikian dapatlah dinyatakan bahwa kebanyakan tumbuhan merupakan indikator yang lebih baik dari pada tumbuhan yang tumbuh secara individual.

    Pengetahuan tentang indikator tumbuhan dapat membantu mencirikan sifat tanah setempat, dengan demikian dapat menentukan tanaman apa atau apa yang dapat diusahakan di bagian tanah itu atau seluruh tanah di situ. Indikator tumbuhan juga digunakan untuk memperkirakan kemungkinan lahan sebagai sumber daya untuk hutan, padang rumput atau tanaman pertanian. Bahkan beberapa jenis logam dapat dideteksi dengan pertumbuhan tumbuhan tertentu di suatu areal.

    Di dunia ini sebenarnya tersedia banyak sekali indikator asam basa. Baik masih berupa tanaman, ataupun telah dalam bentuk olahan manusia. Namun tumbuhan lain pun dapat menjadi indikator keasaman suatu tanah. Jika suatu daerah tanahnya terlalu asam atau terlalu basa maka tumbuhan yang tumbuh di tanah tersebut menjadi kerdil, bahkan tidak ada tanaman yang bisa hidup di tanah tersebut.

    Tanaman-tanaman yang digunakan sebagai indikator, terkadang, bahkan seringkali diabaikan. Padahal tanaman-tanaman tersebut selain sebagai tanaman hias, makanan ternak, atau sebagai sayuran, memiliki manfaat lain yang belum diketahui banyak orang.

    Seperti bunga terompet biru yang biasa terdapat di tepi jalan, pekarangan, lapangan, tepi sawah, bahkan di tepi got/saluran air yang sering diabaikan, diinjak-injak, atau dijadikan pakan ternak ternyata bermanfaat bunganya untuk dijadikan indikator asam basa.

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 2233

    Baik berupa cairan maupun dalam bentuk kertas lakmus. Namun tidak semua bunga dapat dijadikan indikator. Hanya bunga-bunga tertentu yang dapat dijadikan indikator. Selain itu ekstrak bunga yang bisa dijadikan indikator pun tidak semuanya bisa dijadikan bahan kertas lakmus. Hanya yang memiliki keawetan warna yang cukup saja yang bisa dijadikan kertas lakmus. Indikator lakmus yang biasa dijumpai di laboratorium pun sebenarnya terbuat dari kertas yang direndam dalam ekstrak lumut kerak atau lichenes. Namun untuk menguji suatu zat yang asam dan basa dibutuhkan 2 jenis kertas lakmus; lakmus biru dan lakmus merah. Sedangkan kertas lakmus sederhana buatan memiliki keunggulan yang tidak dimiliki kertas lakmus biasa, karena lakmus dari ekstrak bunga terompet ungu bersifat universal atau dapat bereaksi baik dengan asam maupun basa.

    B. Azas-azas tumbuhan indicator Tumbuhan indikator mempunyai kekhususan, dengan demikian

    diperlukan adanya pedoman umum yang kemungkinan dipunyai dalam penerapan di lapang. Pedoman umum atau azas itu antara lain:

    1) Tumbuhan sebagai indikator kemungkinan bersifat steno atau eury.

    2) Tumbuhan terdiri atas banyak spesies merupakan indikator yang lebih baik dari pada kalau terdiri atas sedikit spesies.

    3) Sebelum mempercayai sebagai suatu indikator harus dibuktikan dulu di tempat-tempat lain.

    4) Banyaknya hubungan antara spesies, populasi dan komunitas sering memberikan petunjuk sebagai indikator yang lebih dapat dipercaya dari pada spesies tunggal.

    C. Tipe-tipe indikator tumbuhan Tipe yang berbeda dalam indikator tumbuhan mempunyai

    peranan yang berbeda dalam aspek tertentu.

    1. Indikator tumbuhan untuk pertanian.

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 2244

    Kebanyakan indikator tumbuhan menentukan apakah tanah cocok untuk pertanian atau tidak. Petumbuhan tanaman pertanian dapat berbeda di beberapa kondisi lingkungan yang berbeda dan jika tumbuh dengan baik di suatu tanah berarti tanah itu cocok untuk tanaman itu. Sebagai suatu contoh, rumput-rumput pendek menandakan bahwa tanah di situ keadaan airnya kurang. Adanya rumput yang tinggi dan rendah menandakan tanah tempat tumbuh rumput itu subur, dengan demikian juga cocok untuk pertanian.

    2. Indikator tumbuhan untuk overgrazing. Kebanyakan tumbuhan yang menderita perlakuan karena adanya manusia/hewan yang kurang makan ini mengalami modifikasi, sehingga vegetasinya berbentuk padang rumput. Sedangkan padang rumput sendiri kalau mengalami overgrazing akan mengalami kerusakan dan produksinya sebagai makanan ternak akan turun. Tumbuhan yang tahan tidak rusak, tetapi seperti istirahat. Beberapa tumbuhan menunjukkan sifat yang karakteristik bahwa di situ terjadi overgrazing. Biasanya hal itu dicirikan dengan adanya beberapa gulma semusim atau gulma tahunan berumur pendek, antara lain seperti Polygonum, Chenopodium, Lepidium dan Verbena. Beberapa tumbuhan tidak menunjukkan atau sedikit menunjukkan adanya peristiwa itu, yaitu seperti: Opuntia, Grindelia, Vernonia.

    3. Indikator tumbuhan untuk hutan Beberapa tumbuhan menunjukkan tipe hutan yang karakteristik dan dapat tumbuh pada suatu areal yang tidak terganggu. Pada umumnya di sini tumbuhan yang ada menunjukkan bahwa sifat pertumbuhannya sesuai dengan kondisi hutan, sehingga bila di situ dijadikan hutan kemungkinannya akan berhasil.

    4. Indikator tumbuhan untuk humus Beberapa tumbuhan dapat hidup pada humus yang tebal. Monotropa, Neottia dan jamur menunjukkan adanya humus di dalam tanah.

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 2255

    5. Indikator tumbuhan untuk kelembaban Tumbuhan yang lebih suka hidup di daerah kering akan

    menunjukkan kandungan air tanah yang rendah di dalam tanah, antara lain seperti : Saccharum munja, Acacia, Calotropis, Agare, Opuntia dan Argemone. Sedangkan Citrullus dan Eucalypus tumbuh di tanah yang dalam. Tumbuhan hidrofit menunjukkan kandungan air tanah yang jenuh atau di paya. Vegetasi Mangrove dan Polygonus menunjukkan tanah mengandung air yang beragam.

    6. Indikator tumbuhan untuk tipe tanah Beberapa tumbuhan seperti: Casuarina equisetifolia, Ipomoea, Citrullus, Cilliganum polygonoides, Lycium barbarum dan Panicum tumbuh di tanah pasir bergeluh. Imperata cylindrica tumbuh di tanah berlempung. Kapas suka tumbuh di tanah hitam.

    7. Indikator tumbuhan untuk reaksi tanah Rumex acetosa Rhododendron, Polytrichum dan Spagnum menunjukkan tanah kapur. Beberapa lumut menunjukkan tanah berkapur dan halofit menunjukkan tanah bergaram.

    8. Indikator tumbuhan untuk mineral Beberapa tumbuhan suka tumbuh di tanah-tanah dengan kandungan mineral yang khas, tumbuhan semacam ini disebut Metallocolus atau Metallophytes.

    9. Indikator tumbuhan untuk logam berat Tanah yang mempunyai cadas berkandungan logam berat, khususnya Zn, Pb, Ni, Co, Cr, Cu, Mr, Mg, Cd, Se dan lain-lain. Diantaranya Mn, mg, Cd dan Se bersifat toksik untuk kebanyakan tumbuhan. Kontaminasi logam berat juga terjadi di daerah industri, baik yang berbentuk debu ataupun garam dalam perairan di daerah industri tersebut. Kebanyakan tumbuhan sensitive terhadap logam berat. Membukanya stomata dipengaruhi fotosintesis, turun, respirasi terganggu dan akhirnya pertumbuhan terhambat. Sebagian besar logam berat ini merupakan deposit di dinding sel-sel perakaran dan daun.

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 2266

    10. Indikator tumbuhan untuk habitat saline

    Beberapa tumbuhan tumbuh dan tahan dalam habitat dengan kandungan garam tinggi, yang kemudian disebut halofit. Tumbuhan itu biasa hidup di pantai yang mesofit atau hidrofit tak dapat hidup subur, karena dua yang disebut terakhir biarpun tahan genangan, tetapi tidak tahan kadar garam yang tinggi di air ataupun tanah di situ. Kegaraman tanah antara lain disebabkan oleh NaCl, CaSO4, NaCO3, KCl.

    11. Indikator tumbuhan untuk pencemaran Penggunaan vegetasi sebagai indikator biologi untuk pencemaran lingkungan sudah sejak lama, kira-kira sejak seratus tahun yang lalu di daerah pertambangan. Pengetahuan tentang ketahanan terhadap polutan, terutama untuk vegetasi yang tumbuh di daerah industri atau di daerah padat penduduk.

    Pada umumnya tumbuhan lebih sensitive terhadap polutan daripada manusia. Tumbuhan yang sensitiv dapat merupakan indikator, sedangkan tumbuhan yang tahan dapat merupakan akumulator polutan di dalam tubuhnya, tanpa mengalami kerusakan. Jamur, fungi dan Lichenea sensitive terhadap SO2 dan halide.

    D. Pengenalan Indikator Indikator adalah suatu senyawa kompleks yang dapat bereaksi dengan asam dan basa. Dengan indikator, dapat diketahui suatu zat bersifat asam atau basa. Indikator juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kekuatan suatu asam atau basa. Indikator yang sering tersedia di laboratorium adalah kertas lakmus, karena praktis dan harganya murah. Beberapa jenis tanaman dapat dijadikan sebagai indikator. Ada pula tanaman bunga yang menjadi indikator keasam basaan tanah tempat ia ditanam. Yaitu bunga hydrangea atau lebih dikenal dengan nama bunga panca warna. Bunga hydrangea ini akan berwarna biru jika ditanam di tanah yang terlalu asam.

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 2277

    Namun bukan hanya bunga hydrangea saja yang dapat digunakan sebagai indikator alami, melainkan bunga dan tanaman yang sudah kita kenal akrab, yaitu:

    1) Bunga Terompet Biru

    Bunga terompet biru yang berwarna ungu kebiruan ini termasuk dalam famili Solanaceae (terong-terongan). Bunga ini berbentuk seperti terompet, berwarna ungu kebiruan, buahnya yang kering jika dikenai air selama beberapa detik akan pecah/meledak seperti petasan namun tidaklah berbahaya karena ukurannya kecil (1cm-2,5 cm).

    2) Bunga Sepatu (Hibiscus rosa sinensis)

    Bunga sepatu memang sudah dikenal dapat digunakan sebagai indikator asam basa. Bunga sepatu atau nama ilmiahnya Hibiscus rosa-sinensis termasuk dalam famili Malvaceae atau kapas-kapasan bermanfaat sebagai tanaman hias, bahan campuran kosmetik (sabun), dan sebagai indikator. Bunga sepatu ini memiliki banyak varietas warna dan bentuk. Namun biasanya yang digunakan untuk indikator adalah yang berwana merah.

    3) Bunga Suring

    Tanaman yang daunnya di beberapa daerah seperti Purworejo, Kebumen, Pati, dsb ini dijadikan sayuran lezat, ternyata bunganya pun bermanfaat sebagai indikator asam basa. Tanaman ini masih berkerabat jauh dengan bunga matahari dan bunga krisan yang termasuk famili Compositae. Bunga suring pun memiliki beberapa varietas dan jenis yang bermacam-macam, ada yang bunganya berwarna kuning, oranye, dan pink keunguan. Biasa digunakan untuk indikator adalah yang berwarna oranye.

    4) Bunga Terompet Ungu

    Bunga ini sekilas mirip dengan bunga terompet biru. Namun jika lebih diperhatikan, warnanya lebih ungu daripada bunga terompet biru. Apalagi jika kita melihat bentuk tanamannya, baik

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 2288

    batang maupun daunnya sangat berbeda. Jika bunga terompet biru daunnya membulat ujungnya, maka daun bunga terompet ungu ini berbentuk oval dengan ujung daun meruncing. Bunga terompet biru batangnya tidak terlalu tinggi, sedangkan bunga terompet ungu batangnya tinggi. Tetapi bunga ini masih termasuk famili Solanaceae.

    5) Bunga Canna sanseviera

    Bunga yang sering kita jumpai di tepi-tepi jalan sebagai penghias tepi jalan ini dapat pula dijadikan indikator asam basa. Bunga yang berwarna merah ini termasuk dalam famili Cannae atau tasbih-tasbihan.

    6) Bunga Pukul Empat (Mirabilis jalapa L)

    Bunga yang termasuk dalam famili Nyctaginaceae ini termasuk tanaman multifungsi. Manfaatnya yaitu sebagai obat tradisional, terutama batang, akar, daun, dan bijinya. Akan tetapi ditemukan manfaat lain dari tanaman ini, yaitu bunganya dapat dijadikan indikator asam basa.

    7) Bunga Pacar Cina

    Bunga ini biasa di temui di pinggir-pinggir kebun, tepi jalan, atau di depan rumah kita. Tanaman ini bunganya berbentuk seperti bunga anggrek, warnanya bermacam-macam; ada yang oranye, merah, ungu, pink, putih, dll. Daunnya biasa dijadikan cat kuku dengan cara ditumbuk lalu dibubuhkan pada kuku. Buahnya berbentuk oval dan berisi biji-biji kecil yang coklat bila sudah tua. Tanaman ini termasuk dalam famili Balsaminaceae. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai indikator adalah daunnya karena bunganya tidak dapat digunakan.(Sumber: lomba Karya Ilmiah Remaja)

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 2299

    KONSEP PENGEMBANGAN MODEL PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS PADI DI JAWA BARAT

    Oleh: Nana Sutrisna, Anna Sinaga

    BPTP Jawa Barat Jl. Kayuambon no.80 Lembang-Bandung 40391 Indonesia

    Padi merupakan komoditas unggulan Provinsi Jawa Barat dan selalu menjadi andalan Pemerintah Republik Indonesia sebagai penyumbang beras terbesar nasional. Setiap tahun, Provinsi Jawa Barat memberikan kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan beras nasional tidak kurang dari 17%, padahal luas lahan sawahnya setiap tahun terus berkurang.

    Pemeritah Daerah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura terus berupaya meningkatkan produksi padi dengan berbagai program/kegiatan yang dapat meningkatkan produktivitas padi. Upaya-upaya yang dilakukan sebagain besar berhasil bahkan hampir setiap tahun produksi beras Provinsi Jawa Barat tertinggi di Indonesia.

    Namun demikian, manfaat dan dampak peningkatan produksi padi di Jawa Barat belum dirasakan sepenuhnya oleh seluruh petani, terutama petani yang skala usahataninya < 0,5 ha. Hal ini karena hasil padi yang diperoleh sebagian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarganya, sehingga hanya sedikit dijual untuk menambah pendapatan keluarga. Atas dasar itu, perlu dicarikan alternatif usaha yang dapat membantu petani meningkatkan pendapatan usahataninya. Hal ini dapat dilakukan melalui pengembangan pertanian bioindustri.

    Pertanian bioindustri merupakan konsep pengembangan pertanian yang memandang lahan pertanian tidak semata-mata merupakan sumberdaya alam, namun juga industri yang memanfaatkan seluruh faktor produksi untuk menghasilkan pangan guna mewujudkan ketahanan pangan, serta produk lain yang dikelola menjadi bioenergi, serta bebas limbah dengan menerapkan prinsip mengurangi, memanfaatkan kembali dan mendaur ulang (reduce, reuse and recycle).

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 3300

    Pengembangan pertanian bioindustri berbasis padi di Jawa Barat diimplementasikan secara partisipatif dalam suatu wilayah dengan menggunakan 5 pendekatan yaitu melalui: (1) agroekosistem, (2) sumber daya manusia, (3) agribisnis, (4) kelembagaan dan (5) berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan.

    Pendekatan agroekosistem berarti bahwa model pertanian bioindustri berbasis padi yang akan dikembangkan harus memperhatikan kesesuaian kondisi bio-fisik lahan yang meliputi aspek sumber daya lahan, air, wilayah dan komoditas. Untuk komoditas utama yang dikembangkan yaitu padi, maka agroekosistemnya adalah lahan sawah.

    Pendekatan sumber daya manusia, berarti dalam mengimplementasikan model pertanian bioindustri berbasis padi ditentukan secara musyawarah dengan petani dan pelaku usaha lainnya berdasarkan potensi dan pasar, serta berbasis pada masalah pengembangannya. Kegiatan penerapan teknologi dilakukan melalui wadah jaringan penelitian dan pengkajian dengan tujuan untuk menyusun, memilih, menguji, mengadaptasi dan mengembangkan teknologi yang dihasilkan Balai Penelitian Komoditas dan berbagai sumber teknologi lainnya.

    Pendekatan agribisnis diartikan bahwa implementasi model pertanian bioindustri berbasis padi yang dikembangkan perlu memperhatikan struktur dan keterkaitan subsistem penyediaan input, usahatani, pascapanen, pemasaran, dan penunjang dalam suatu sistem. Perbaikan dilakukan melalui pengembangan sistem inovasi dan penguatan kelembagaan.

    Pendekatan kelembagaan berarti implementasi model pertanian bioindustri berbasis padi, tidak hanya memperhatikan keberadaan dan fungsi suatu organisasi ekonomi, namun juga mencakup modal sosial, norma dan aturan yang berlaku di lokasi. Di samping itu, pelaksanaan kegiatan mencakup peningkatan kinerja kelompok tani, kinerja jasa usahatani seperti jasa tanam, jasa alsintan, dan pengairan serta dukungan dari Pemerintah Daerah dari tingkat kabupaten sampai tingkat desa.

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 3311

    Berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan; model pertanian bioindustri berbasis padi yang diperkenalkan merupakan inovasi yang mampu meningkatkan pendapatan secara nyata dalam pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang berkelanjutan (Badan Litbang Pertanian, 2004).

    Rancangan model pertanian bioindustri berbasis padi disusn berdasarkan hasil identifikasi /karakterisasi biofisik, sosial ekonomi, dan kelembagaan. Salah satu alternative rancangan model pertanian bioindustri berbasis padi di Jawa Barat disajikan pada Gambar Rancangan Model Pertanian Bioindustri Berbasis Padi berikut.

    Gambar 1. Rancangan Model Pertanian Bioindustri Berbasis Padi.

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 3322

    Sorgum sebagai Sumber Pangan

    Oleh: Nana Sutrisna, O Marbun, Titiek M

    BPTP Jawa Barat Jl. Kayuambon no.80 Lembang-Bandung 40391 Indonesia

    Sorgum termasuk tanaman serealia penting di dunia yang

    ditunjukkan oleh luas areal tanam, produksi dan kegunaannya yang menduduki peringkat kelima setelah gandum, padi, jagung, dan barley (Martin, 1970; Doherty et al., 1981; House, 1985; Tribe 2007). Di negara yang beriklim panas, seperti beberapa negara Afrika, Asia Selatan, dan Amerika Tengah, sorgum dijadikan sebagai bahan pangan utama (House, 1985; Green Car Congress, 2009).

    Sorgum memiliki kandungan kalori lebih rendah dari beras dan jagung, namun lebih tinggi dari pada kedelai dan singkong (Tabel 1).

    Tabel 1. Kandungan Nutrisi Sorgum

    Unsur NutrisiKandungan/100 g

    Beras Jagung Singkong Sorgum Kedelai

    Kalori (cal) 360 361 146 332 286

    Protein (g) 6.8 8.7 1.2 11.0 30.2

    Lemak (g) 0.7 4.5 0.3 3.3 15.6

    Karbohidrt (g) 78.9 72.4 34.7 73.0 30.1

    Kalsium (mg) 6.0 9.0 33.0 28.0 196.0

    Besi (mg) 0.8 4.6 0.7 4.4 6.9

    Posfor (mg) 140 380 40 287 506

    Vit. B1 (mg) 0.12 0.27 0.06 0.38 0.93 Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan, 1992 dan Sirappa, 2003.

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 3333

    Menurut Beti et al. (1990), Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura (1996) dan Direktorat Jenderal Perkebunan (1996), sorgum merupakan komoditas sumber karbohidrat yang cukup potensial karena kandungan karbohidratnya cukup tinggi, yaitu sekitar 73 g/100 g bahan dan dapat diolah menjadi tepung.

    Sebagai sumber pangan di wilayah Afrika, sorgum dikonsumsi lebih dari 300 juta penduduknya (Mogusu, 2005; Gudu et al., 2009) dan umumnya dikonsumsi dalam bentuk produk olahan tepung atau pasta (Obilana, 1981). Produk olahan tepung lebih menguntungkan,

    karena praktis serta mudah diolah menjadi berbagai produk makanan (Suarni, 2004). Produk olahan sorgum diantaranya adalah roti, kue kering, bubur, bahan minuman termasuk sirup dan bir, serta gula atau jaggery (Rajvanshi dan Nimbkar, 2005), seperti ditunjukan pada Gambar.

    Banyaknya ragam makanan yang dapat dihasilkan oleh sorgum menjadikan tanaman ini sebagai serealia penting dan sangat potensial untuk program diversifikasi pangan, terutama di negara yang mengalami penurunan produksi bahan pangan utama seperti Indonesia. Menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional yang dikutip oleh Khomsan (2006), konsumsi beras orang Indonesia rata-rata 120-130 kg/kapita/tahun. Apabila konsumsi beras ini dapat diturunkan menjadi 100 kg/kapita/tahun melalui program diversifikasi pangan, maka akan menurunkan permintaan beras nasional setara dengan 4,3 juta ton/tahun.

    Berkaitan dengan program diversifikasi pangan di Indonesia, sorgum merupakan serealia yang paling potensial digunakan sebagai substitusi beras, karena kandungan gizinya setara (Sirappa, 2003; Suarni, 2004), produktivitas bijinya tinggi (Dirjen Tanaman Pangan, 2007), dan secara genetik tanaman sorgum mampu tumbuh pada agroekologi yang panas dan kering, dimana tanaman serealia lain sulit tumbuh (FAO-ICRISAT, 1996). Sorgum sangat berpeluang untuk

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 3344

    dikembangkan menjadi pangan premium, karena keunggulannya, seperti kandungan gluteinnya yang sangat rendah (glutenous free food) dan indek glikemiknya yang juga rendah (low glicemiks index) sehingga sangat sesuai untuk konsumen dengan kebutuhan gizi khusus (Sungkono et al., 2009).

    Keunggulan sorgum sebagai sumber pangan telah menarik minat Bill and Melinda Gates Foundation yang dipimpin oleh Bill Gates memberikan hibah sebesar US$ 16.9 juta kepada Africa Harvest Biotech Foundation di Kenya pada tahun 2005. Program ini bertujuan mengembangkan varietas sorgum yang mempunyai level vitamin, mineral, dan protein tinggi dalam rangka perbaikan gizi masyarakat di negara miskin (Mogusu, 2005). Saat ini di seluruh dunia terdapat lebih dari 170 juta anak usia prasekolah berada pada status gizi buruk yang sebarannya terbanyak di negara-negara miskin dan berkembang yang mempunyai masalah dengan pangannya (Wattimena, 2005). Sorgum dapat menjadi solusi masalah pangan bagi masyarakat miskin yang kesulitan modal usaha karena dalam budidayanya hanya membutuhkan sedikit input produksi (Hoeman, 2007).

    Teknologi Pertanian di Website BPTP JABAR Setiawan, S. Sos.

    BPTP Jawa Barat Jl. Kayuambon no.80 Lembang-Bandung 40391 Indonesia

    Dinamika pembaharuan

    Inovasi dan teknologi pertanian sudah banyak dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian, tetapi dari sekian banyak teknologi yang telah dihasilkan masih banyak yang belum teradopsi oleh petani, jika dibandingkan dengan seluruh teknologi yang dimiliki Badan Litbang Pertanian. Putusnya siklus rantai hubungan antara Badan Litbang Pertanian sebagai penghasil teknologi (agen pembaharu) dengan petani sebagai pengguna, dapat diakibatkan oleh berbagai faktor. Secara umum faktor tersebut dapat diakibatkan oleh invensi

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 3355

    (teknologi baru) belum terpublikasikan ke masyarakat luas; teknologi sudah dipublikasikan, tetapi belum terbaca oleh publik, atau karena teknologi yang sudah dipublikasikan dan sudah dibaca, tetapi publik kurang mengerti atau tertarik terhadap teknologi tersebut. Missing link seperti ini seandainya dibiarkan, maka kesenjangan antara teknologi yang dihasilkan dengan teknologi yang diadopsi akan semakin melebar. Untuk itu sudah menjadi kebutuhan bahwa kesenjangan tersebut harus segera dijembatani.

    Upaya menjembatani antara penghasil teknologi dengan pengguna teknologi sudah dilakukan pemerintah sejak pemerintah orde lama, orde baru, hingga saat ini. (Jusuf Sutanto,:2006) Penyebaran petugas penyuluh pertanian ke daerah, penyebaran publikasi tercetak, pemberdayaan organisasi dan kelembagaan pertanian baik dari pemerintah maupun swadaya masyarakat sudah dilakukan. Pada kenyataanya permasalahan respon petani bersedia menggunakan teknologi baru tidak selalu mudah.

    Perkembangan teknologi informasi dewasa ini sudah maju pesat. Di jaman internet ini arus informasi dapat menyebar ke berbagai wilayah secara elektronik dengan cepat dan mudah. R. Angkowo mengatakan bahwa dalam dunia teknologi sekarang ini, keuntungan belajar dari dunia net, adalah menjelajah. Dengan dunia modern ini siapa pun dapat mengakses berbagai informasi. Oleh karena itu website BPTP Jawa Barat mempunyai peranan strategis terhadap penyebaran teknologi pertanian kepada publik. Permasalahan saat ini adalah apakah publik tahu persis terhadap keberadaan Website BPTP Jawa Barat, sehingga publik tertarik mengunjungi/membukanya.

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 3366

    Website BPTP Jawa Barat

    Website BPTP Jawa Barat merupakan salah satu profil pewajahan institusi. Sejarah berdirinya institusi, visi, misi, tugas pokok, serta berbagai informasi mengenai kegiatan BPTP Jawa Barat disajikan di beranda ini. Seksi Kerjasama Pelayanan Pengkajian (KSPP) selaku penanggung jawab kegiatan ini selalu berupaya menyempurnakan tampilan konten, serta kolom inter-aktif bagi pengguna.

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 3377

    Pada Menu Info Teknologi disajikan berupa informasi teknologi pertanian, klinik teknologi, laboratorium, visitor plot ternak kelinci, ayam, domba, sapi, serta perpustakaan di dalam Website BPTP Jawa Barat. Dengan berbagai konten serta keragaman isi ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan sarana pembelajaran bagi petani, mahasiswa, pengusaha, petugas pertanian atau para pembelajar yang haus ilmu di bidang pertanian.

    Website BPTP Jawa Barat tidak hanya bermanfaat untuk masyarakat luas, tetapi juga bagi masyarakat BPTP Jawa Barat sendiri. Konten info teknologi yang berisi gambaran umum teknologi pertanian dapat digunakan untuk pengembangan profesi bagi tenaga fungsional. Sebaliknya dengan tenaga fungsional mengisi konten ini akan mendorong updating informasi website bagi pengguna. Hubungan mutualisma ini akan tumbuh subur, apabila keinginan dan perhatian dari tenaga fungsional untuk mengisi konten Website BPTP Jawa Barat tetap terjaga.

    Tantangan perkembangan teknologi Internet adalah dunia jaringan informasi elektronis yang saling

    berhubungan. Berbagai jenis sumber informasi atau mesin pencari informasi tersedia di sini. Perkembangan teknologi informasi ini telah meningkatkan penawaran informasi dalam berbagai jenis dan bentuk. Dengan fasilitas ini pengguna dapat mengakses informasi secara cepat dan mudah. Kelimpahan informasi tidak selamanya menjadi berkah, karena kebanjiran informasi pun dapat menjadi sumber kebingungan para pencari informasi. Tidak menutup kemungkinan pengguna kesulitan membedakan dan memilih informasi mana yang benar, yang resmi, dan dapat dipercaya.

    Permasalahan bagaimana memanfaatkan internet secara efektif dan hasil guna tentu menjadi pertanyaan yang jawaban sangat dibutuhkan. Djoko Pramono dalam kata pengantarnya dalam buku: Membangun situs dengan visual interdev 6, mengatakan: “Dunia internet adalah dunia masa depan, barang siapa memiliki keterampilan yang memadai di bidang ini maka ia akan survive di masa depan”.

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 3388

    Strategi menggunakan internet guna mendapatkan informasi yang efektif menurut Vivit Wardah dalam artikelnya ”literasi informasi pustakawan/pengelola perpustakaan lingkup kementerian pertanian” diperlukan kemampuan literasi informasi. Literasi informasi adalah kemampuan mengidentifikasi, mencari, menemukan, mengevaluasi, serta memanfaatkan informasi. Cara menganalisis informasi yang dicari, merumuskan pertanyaan dan kata kunci, memilih browser penelusuran yang tepat dan terpercaya, memanfaatkan strategi Boolean (penelusuran menggunakan kata AND, OR dan NOT pada mesin pencari) menjadi bagian penting dalam literasi informasi.

    Kelimpahan informasi sudah menjadi realitas di era internet. Keberadaan Website BPTP Jawa Barat pun menjadi bagian limpahan informasi bagi pengguna.

    Alternatif Pemecahan Website merupakan aset non fisik yang dimiliki BPTP Jawa

    Barat. Sebagai aset pemerintah tentunya ada tindakan maintenence (pemeliharaan). Pemeliharaan website tentu akan berbeda dengan pemeliharaan aset dalam bentuk fisik. Pemeliharaan website yang bersifat non fisik akan dipengaruhi oleh upaya menjaga dinamisasi tampilan dan updating isi konten. KSPP sebagai seksi yang membidangi kegiatan website BPTP Jawa Barat telah melakukan penyegaran dan perbaikan tampilan website. Selain itu Tim KSPP BPTP Jawa Barat yang dipelopori oleh Dr. Ir. Nana Sutrisna, MP. telah mengidentifikasi kebutuhan teknologi pertanian di beberapa daerah di Jawa Barat. Hasil identifikasi ini menjadi bahan pertimbangan memilih topik-topik kajian isi konten. Dengan isi konten sesuai dengan kebutuhan masyarakat di daerah, diharapkan dapat membantu petani dan petugas pertanian di wilayah setempat. Penempelan konten berupa brosur, leaflet, juknis, serta panduan teknologi pertanian dengan fasilitas download, dimaksudkan dapat membantu mereka mengakses informasi sesuai kebutuhan.

    Melihat fungsi demikian niscaya website punya peranan strategis bagi penyebaran teknologi pertanian hasil Badan Litbang Pertanian. Peranan strategis demikian tentu perlu didukung semua pihak.

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 3399

    Keberadaan website BPTP Jawa Barat sudah lama hadir di dunia internet. Akan tetapi pengetahuan dan kemampuan petani atau petugas pertanian di daerah tidak semua sama dan terbiasa menggunaka website. Oleh karena itu, kerjasama Petugas BPTP Jawa Barat turut mensosialisasikan keberadaan website BPTP Jawa Barat ke daerah serta mengisi konten secara kontinu, memiliki peranan strategis dalam menanggulangi kesenjangan penghasil teknologi dengan calon pengguna teknologi.

    Daftar Pustaka Angkowo, Robertus, 2007. Optimalisasi media pembelajaran:

    Mempengaruhi motivasi, hasil belajar, dan kepribadian,P.T. Grasindo: Jakarta.

    Pramono, Djoko, 2001. Membangun situs dengan visual interdev 6, P.T. Gramedia: Jakarta

    Seruni, Suli, 2015. Literasi Informasi, Makalah workshop, Hari kujung Perpustakaan, di Pustaka Bogor.

    Wardah, Vivit, 2013. Jurnal Perpustakaan Pertanian, Vol. 22, No. 1, hal. 16-23, Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian: Bogor.

    Sutanto, Jusuf: 2006. Revitalisasi pertanian dan dialog peradaban, Kompas: Jakarta

    MITIGASI DAMPAK KEKERINGAN??? Oleh : Ratima Sianipar dan Bebet Nurbaeti 

    Besarnya dampak perubahan iklim yang dirasakan merupakan tantangan sekaligus peluang bagi sektor pertanian. Dalam mengantisipasi perubahan iklim memerlukan berbagai seperti upaya untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Tahun 2015 Balitbangtan melalui BPTP melaksanakan kegiatan pendampingan dan pengawalam program strategis Kementerian Pertanian yaitu kegiatan Demfarm Mitigasi Dampak Kekeringan yang dilaksanakan hanya di 3 (tiga) propinsi yaitu: Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah .

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 4400

    Untuk Jawa Barat di laksanakan di 4 (empat) kabupaten salah satunya kabupaten Sumedang

    Teknologi mitigasi yang bertujuan untuk mengurangi emisi GRK dari lahan pertanian guna mengurangi laju perubahan iklim global, antara lain adalah: a) penggunaan varietas rendah emisi, (b) pengelolaan air dengan irigasi berselang, (c) pengelolaan pupuk an organik dan organik, (d) teknologi pengelolaan pupuk dengan sistem Tabela, dan (e) penyiapan lahan dengan sistem tanpa olah tanah.

    Lokasi pelaksanaannya adalah di Desa Kebun Cau kecamatan Ujung Jaya Kabupaten Sumedang dengan petani kooperator adalah kelompok tani Sri Mekar Jaya yang diketuai olek pk Jajang seluas seluas 10 (sepuluh) hektar sawah dengan menanam padi 9 (Sembilan) varitas yang semuanya di prediksi tahan akan kekeringan dan Desa Kudang Wangi kecamatan Ujung Jaya dengan petani kooperator adalah kelompok tani Sangkali yang diketuai oleh bapak Rusdia untuk seluas 10 (sepuluh) ha padi Inpari 30 varitas ini adalah tahan genangan. Waktu pelaksanaan bulan Juli sampai Desember 2015.

    IMPLEMENTASI KEGIATAN DITINGKAT LAPANGAN

    a) Advokasi dan Sinergisme Kegiatan BPTP Jawa Barat dengan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sumedang dapat mensinergiskan kegiatan Demfarm tersebut dengan kegiatan Oplah yang ada di Dinas pertanian karena yang 10 (sepuluh) ha BPTP Jawa Barat hanya memfasilitasi bantuan benih padi varitasi inpari 30 sehingga kegiatan ini bisa terlaksana dengan baik.

    b) Identifikasi dan karakterisasi lokasi dan petani kegiatan Secara geografis Kecamatan Ujung Jaya mempunyai rata-rata

    ketinggian 41- 65 meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah sebesar 7.236 Ha. Curah Hujan pada bulan Juli – November ahun 2015 adalah 102 mm dan hari hujan sebanyak 11 hari.

    Dampak fenomena iklim global saat ini sudah sangat terasa. EL-Nino saat ini telah mebawa dampak kekeringan panjang di

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 4411

    beberapa daerah termasuk di Jawa Barat. Kecamatan Ujung Jaya Kabupaten Sumedang adalah daerah pemasok produksi padi paling tinggi untuk kabupaten Sumedang, namun kecamatan Ujung Jaya ini juga pemasok kekeringan (Fuso) paling tinggi di Kabupaten Sumedang untuk tahun 2015 lahan padi yang kekeringan Fuso sekitar 200 ha terancam 323 hektare. Kecamatan Ujung Jaya dimana kelihatan sungai Cimanuk debit airnya menurun, air tidak dapat naik lagi ke mesin pompa sehingga petani tidak tanam padi tetapi menanam tanaman Horti seperti cabai dan timun.

    Dengan adanya kegiatan Demfarm Mitigasi kekeringan ini diharapkan dapat membantu petani dalam mengatasi masalah kekeringan yang ada. Kegiatan ini didukung penuh oleh Dinas Pertanian Peternakan Perikanan Kabupaten Sumedang, Dandim dan disambut baik anggota kelompok tani desa Kebon Cau kec. Ujung Jaya dan desa Kudang Wangi Kabupaten Sumedang.

    c). Penerapan inovasi teknologi di tingkat lapangan. Kegiatan dilakukan dalam mengimplementasikan inovasi

    teknologi padi, melalui pelaksanaan demfarm seluas 10 ha yang dilakukan oleh pelaksana. Komponen Teknologi PTT yang akan diterapkan adalah: (a) VUB genjah dan tahan kekeringan: Inpari 10, : Inpari 20, : Inpari 23, : Inpari 1, Situ Patenggang, Situ Bagendit, Inpago 5, Inpago 7 dan Inpago 8, (c) Cara tanam legowo 2:1, (c) Pengairan berselang (intermitten) dan (d) Pompanisasi. Pada pengamatan Hama tanaman pengganggu hampir tidak ada hama penyakit yang mengganggu tanaman padi.

    Panen dan Temu Lapang yang dihadiri oleh Oleh Kepala Dinas Pertanian Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Sumedang, Kabid. Tanaman Pangan Kabid. SDP, Ka. UPTD kecamatan Ujung Jaya, Camat Kecamatan Ujung Jaya, Kepala Desa Kebon Cau dan Kudangwangi, Kasdim, Danramil, Babinsa, petugas lapang se Kecamatan Ujungjaya, dan petani pelaksana program serta perwakilan anggota kelompok tani dari 9 (Sembilan ) desa yang ada di kecamatan Ujung Jaya. Data Produksi Padi per Ha (GKP) diperoleh pada Tabel 1 berikut.

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 4422

    Tabel 1. Data Produksi Padi per Ha (GKP) pada kegiatan Mitigasi No Varitas Padi Jumlah 1 Inpari 1 9,44 Ton/ha 2 Inpari 7 9,76 Ton/ha 3 Inpari 10 6.80 Ton/ha 4 Inpari 20 9,44 Ton/ha 5 Inpari 23 8,16 Ton/ha 6 Inpago 5 8.32 Ton/ha 7 Inpago 8 9,44 Ton/ha 8 Situ Bagendit 8,16 Ton/ha 9 Situ Patenggang 8,16 Ton/ha 10 Mekongga (varitas tanaman pembanding) 7,00 Ton/ha

    Dari kesembilan varitas yang ditanam pada Demfarm Mitigasi

    Dampak Kekeringan ini produksi yang paling tinggi adalah Inpari 7 adalah 9,76 ton/ha. Varitas padi Inpari 30 belum panen masih berumur 70 Hst. Analisa Usaha Tani Padi pada kegiatan Demfarm Mitigasi ini seperti pada Tabel 2 dibawah ini. Tabel 2. Analisa Usaha Tani Padi Inpari 7 Kegiatan Mitigasi sbb: No. Bahan Satuan Harga (Rp ) Jumlah ( Rp) 1 benih 20 9000 180000 2 pupuk : urea 200 2000 400000 NPK 250 2400 600000

    3 pestisida : padat 20 11000 220000 cair 4 140000 560000 tepung 10 22000 220000

    4 Upah kerja persemaian 2 50000 100000 olah tanah : traktor 1200000 membersihkan galengan +

    meratakan tanah 10 50000 500000

    tanam 20 15000 300000 penyulaman 10 15000 150000 penyiangan 20 40000 800000 pemupukan 8 40000 320000 penyemprotan 8 50000 400000 pengairan 1480 5000 7400000

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 4433

    No. Bahan Satuan Harga (Rp ) Jumlah ( Rp) panen 1070 5000 5350000

    5 Lain-lain: sewa lahan 5350000 pajak 75000

    6 Pengeluaran total 24125000 7 produksi rata-rata per Ha

    GKP 9760 5000 48800000

    8 keuntungan bersih 24675000 Keterangan: 1. Upah tanam dan menyulam murah karena sistem CEBLOK (Bayarnya kalau panen sekali) 2. Biaya pengairan 4 : 1 dari hasil panen/gabah3. Biaya panen / ceblok 5 : 1 dari hasil panen

    Kegiatan Demfarm Mitigasi Dampak Kekeringan ini sangat direspon baik dan diharapkan dapat dilaksanakan lagi pada musim kekeringan di tahun berikutnya. Dari komponen PTT Varitas Unggul Baru (VUB) 9 (Sembilan) varitas yang diterapkan varitas yang lebih disukai petani secara visual adalah Inpari 7, Inpari 20, Inpago 8 dan Inpari 1 karena produksi nya lebih tinggi dan bentuknya tidak terlalu tinggi, tahan akan serangan hama penyakit dan umurnya lebih genjah. Sebagai tanaman pembanding adalah varitas mekongga (7 ton/ha). Dari penerapan teknologi pengairan berselang (intermittan) petani sangat merespon baik sehingga pada musim kekeringan berikutnya petani dapat mengontrol sendiri kondisi air tanah, melaksanakan pengaturan air dengan baik sehingga sekalipun kondisi kekeringan dan menggunakan pompa air tidak terlalu menghabiskan biaya yang banyak karena padi bukan tanaman air yang harus selalu digenangi air tetapi membutuhkan air.

    Teknologi sistim tanam jajar legowo 2 : 1 yang telah diterapkan sangat disukai petani dan berkomitmen akan melanjutkan terus teknologi tanam jajar legowo 2 : 1 ini karena sudah merasakan

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 4444

    kelebihannya seperti mudah dalam pemupukan, penyiangan, tidak ada serangan hama tikus dan produksi lebih tinggi. Harapan dari petani agar pemerintah setempat dapat membantu petani dalam mengatasi kekeringan di tahun yang akan datang.

    Padi SALIBU Oleh : Kiki Kusyaeri Hamdani

    Beberapa strategi yang diperlukan untuk memacu peningkatan produksi beras nasional, antara lain: 1) perluasan areal tanam dengan mencetak sawah baru, 2) peningkatan produktivitas lahan dan 3) perluasan areal panen melalui peningkatan IP (indeks panen). Budidaya padi salibu (ratun yang dimodifikasi) dapat memacu peningkatan produksi padi dengan meningkatkan IP (indek panen).

    Teknologi Salibu merupakan teknologi budidaya padi yang spesifik lokasi berbasis kearifan lokal. Bagi sebagian petani istilah Salibu mungkin masih terdengar asing. Akan tetapi, untuk aplikasinya di lapangan khususnya pada komoditas padi sebagian petani sudah tahu bahkan ada yang sudah menerapkan. Salibu merupakan singkatan dari ‘Salin Ibu’. Sistem pertanaman Salibu mirip dengan perlakuan panen beberapa kali pada sayuran kangkung darat (tanpa cabut akar). Artinya ada kesempatan untuk meraih hasil pada panen berikutnya. Sehingga ada juga yang menyebutnya dengan ‘Sekali Tanam Panen Berkali-kali’. Biasanya, sisa batang padi yang sudah dipanen (ratun), beberapa saat kemudian masih dan akan tumbuh sisa-sisa tunas dan tunas baru. Dalam sistem Salibu, padi yang sudah dipanen tersebut dibiarkan bertunas kembali dan dipelihara sampai panen kembali. Di sinilah terjadi modifikasi ratun melalui budidaya/perlakuan terhadap ratun agar dapat berproduksi kembali secara optimal. Intinya, budidaya padi salibu melanjutkan pemeliharaan dari pemotongan sisa batang tanaman utama sejak awal Hari Setelah Pemotongan (HSP).

    Budidaya padi salibu secara umum dapat diusahakan pada berbagai agroekosistem dan ketinggian tempat (dari rendah sampai

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 4455

    1.100 m dpl), seperti lahan irigasi desa atau sederhana, lahan tadah hujan dan pasang surut. Tingkat produksi tanaman salibu sesuai input yang diberikan dan diharapkan mampu berproduksi minimal sama dengan tanaman induknya. Tanaman utama untuk budidaya padi salibu sebaiknya telah mengaplikasikan model PTT.

    Pertumbuhan tunas-tunas baru yang terjadi salah satunya karena adanya perlakuan pemangkasan pada saat panen. Tunas yang muncul dari buku yang ada di dalam tanah, akan mengeluarkan akar baru sehingga suplai hara tidak lagi tergantung pada batang lama. Tunas ini bisa membelah atau bertunas lagi seperti pada padi tanaman pindah biasa. Inilah yang membuat pertumbuhan dan produksinya bisa sama atau bahkan lebih tinggi dibanding tanaman utama (ibunya).

    Padi salibu berbeda dengan padi ratun. Padi ratun adalah padi yang tumbuh dari batang sisa panen tanpa dilakukan pemangkasan batang, tunas akan muncul pada buku paling atas dan suplai hara tetap dari batang lama, Tabel 1.

    Tabel 1. Perbandingan teknologi Padi Salibu, Ratun dan Tanam pindah

    Parameter Salibu Ratun Tanam Pindah Panen sebelumnya

    Lebih awal 10 hari Biasa Biasa

    Persiapan lahan − Penyemprotan gulma − Penggenangan 2-3 hari − Pemotongan batang

    sisa panen (7 HSP)

    Pembersihan gulma

    Pembersihan jerami sisa panen

    Pengolahan tanah

    Tidak ada Tidak ada Di bajak 2 x kali

    Persemaian Tidak ada Tidak Ada Ada

    Tanam Tidak ada Tidak Ada Tanam pindah Pemupukan Rekomendasi dan

    ditingkat N 25-50% Kurang dari rekomendasi

    Sesuai rekomendasi

    Penjarangan/ penyisipan

    Penjarangan/penyisipan umur 20-25 hari

    Tidak ada Ada, umur 25-30 hari

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 4466

    Parameter Salibu Ratun Tanam Pindah Penyiangan Lebih awal dan

    membenam jerami potongan batang

    Standar OPT Standar OPT

    Pemeliharan Standar OPT Standar OPT Standar OPT

    Umur panen Lebih awal 20% dari umur biasa

    Lebih awal 40% dari umur biasa

    Biasa

    Sumber : Erdiman, 2013

    Beberapa keuntungan budidaya padi salibu yaitu :

    1. Umur tanaman relatif lebih pendek (rentang waktu produksi lebih pendek) karena tidak melakukan pengolahan tanah, persemaian, dan penanaman kembali sehingga dapat meningkatkan indeks pertanaman. Waktu yang dapat dihemat sekitar 40 hari dibandingkan dengan tanam pindah.

    2. Kebutuhan air lebih sedikit.

    3. Biaya operasional untuk produksi lebih rendah karena penghematan dalam pengolahan tanah, persemaian, penanaman, dan penggunaan bibit. Hasil kajian menunjukkan budidaya padi salibu dapat menekan biaya produksi sekitar 45% dibandingkan dengan tanam pindah. Budidaya padi salibu akan memberikan keuntungan lebih tinggi jika menggunakan pola tanam (tapin - salibu1 - salibu2) dibanding pola tanam (tapin1 - tapin2) dalam satu tahun.

    4. Kemurnian genetik lebih terpelihara karena pertumbuhan tanaman selanjutnya terjadi secara vegetatif.

    5. Dapat menanggulangi keterbatasan benih varietas unggul.

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 4477

    Sumber : Erdiman, 2013

    Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh pada budidaya padi salibu yaitu antara lain :

    1) Tinggi pemangkasan batang sisa panen. Tinggi pangkasan berpengaruh terhadap kemampuan pembentukan tunas salibu karena akan menentukan jumlah mata tunas yang ada untuk pertumbuhan ulang. Panen tanaman utama meninggalkan sisa batang atau tunggul sekitar 25 cm dari permukaan tanah (kebiasaan petani). Kemudian dibiarkan selama 7-10 hari sampai keluar tunas baru. Jika tunas yang keluar < 70% dari populasi maka tidak disarankan untuk dilakukan budidaya salibu dan jika memenuhi syarat (> 70%) dilakukan pemotongan ulang tunggul sisa panen secara seragam hingga tersisa 3-5 cm dari permukaan tanah. Alat pemotong yang digunakan sebaiknya adalah alat mesin pemotong rumput bermata pisau petak agar sisa potongan dan pertumbuhan selanjutnya seragam.

    Tunas salibu 7 HSP Tunas salibu 30 HSP

    Pemotongan ulangTunggul siap dipotong 

     

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 4488

    2) Varietas. Beberapa varietas padi yang ditanam dengan sistem salibu di beberapa lokasi mampu berproduksi dengan baik. Hasil kajian menunjukkan beberapa varietas dan galur padi yang memiliki potensi ratun tinggi.

    Kelompok Varietas Potensi Ratun (%) Hibrida Rokan

    Maro Hipa 4

    Hipa 5 Ceva

    99,3 76,8

    100,0 75,9

    Inbrida Inpari 19 Inparti 23 Inpari 24 Inpari 25 Inpari 32

    Batang Piaman

    84,9 72,4 69,8 69,3 64,9 62,9

    3) Kondisi air tanah setelah panen. Ketersediaan air tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas setelah padi dipotong. Setelah tunas padi salibu keluar harus dilakukan pengairan (ketinggian 2-5 cm dari permukaan tanah) atau tunas yang keluar tidak terendam.

    4) Pemupukan. Padi salibu perlu pemupukan yang cukup untuk mengimbangi kebutuhan unsur hara pada masa pertumbuhan anakan dan produksi. Pemupukan padi salibu sesuai dengan rekomendasi spesifik lokasi (sama dengan tanaman utama), yaitu berdasarkan Permentan Nomor : 40/Permentan/ OT.140/4/2007, Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS), atau Pemupukan Hara Spesifik Lokasi (PHSL). Pemupukan pertama diberikan sebanyak 40% dari dosis pada umur 15-20 HSP. Sedangkan pemupukan kedua diberikan sebanyak 60% dari dosis pada saat tanaman berumur 30-35 HSP. (Dari berbagai sumber)

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 4499

    RROOGGUUIINNGG TTAANNAAMMAANN PPAADDII...... PPEERRLLUUKKAAHH??

    Oleh : Kiki Kusyaeri Hamdani dan Yaya Sukarya

    Sepertinya banyak orang yang tidak tahu dengan istilah ‘roguing’. Bahkan yang berkecimpung di dunia pertanian pun belum tentu semuanya tahu. Akan tetapi, bagi yang terbiasa melakukan kegiatan perbanyakan benih sumber terutama sebagai produsen benih, pasti sudah paham dengan istilah tersebut.

    Roguing adalah seleksi negatif yaitu kegiatan mengidentifikasi dan menghilangkan/membuang tanaman yang menyimpang (off type) serta tanaman yang terserang hama dan penyakit. Tanaman simpang adalah tanaman atau benih yang menyimpang dari sifat-sifat suatu varietas sampai diluar batas kisaran yang telah ditetapkan. Tujuan dilakukannya roguing adalah untuk mendapatkan pertanaman murni varietas dan sehat. Produsen benih atau pelaksana roguing harus mengenali karakteristik varietas dengan baik, termasuk faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap karakter tersebut karena karakteristik varietas dapat digunakan sebagai dasar untuk mengenali dan mengidentifikasi tipe simpang.

    Benih merupakan unsur utama dan menentukan sukses tidaknya kegiatan budidaya pertanian. Benih bermutu adalah benih yang mempunyai tingkat kemurnian tinggi dengan kualitas mutu fisik, mutu genetik, dan mutu fisiologis yang baik. Benih unggul dan bermutu dihasilkan dari proses yang mengikuti teknologi perbenihan baku yang sudah ditentukan. Roguing merupakan kegiatan utama dalam proses produksi benih dan dilakukan pada setiap kelas benih yang dihasilkan (Gambar 1). Setiap benih sumber tanaman padi apalagi dalam jumlah yang banyak pasti ada benih tanaman atau varietas lain yang terbawa selama persentasenya dapat ditolerir pada setiap kelas benih yang telah ditetapkan. Bisa juga tanaman atau varietas lain tersebut tumbuh di lahan perbanyakan benih akibat pertanaman sebelumnya. Oleh karena itu roguing perlu dilakukan

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 5500

    dengan benar dan teliti dari mulai fase vegetatif sampai akhir pertanaman.

    Untuk pertanaman padi, roguing dilakukan sekurangnya tiga

    kali, yaitu :

    1. Fase Vegetatif, pada fase ini tanaman padi sedang aktif membentuk anakan • Tanaman yang tumbuh diluar jalur/barisan, • Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan awalnya menyimpang

    dari sebagian rumpun-rumpun lain, • Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari

    sebagian besar rumpun-rumpun lain, • Tanaman yang warna kaki atau daun pelepahnya berbeda dari

    sebagian besar rumpun-rumpun lain, • Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok).

    2. Fase Generatif / Berbunga, pada saat tanaman padi mulai berbunga

    Gambar 1. Alur Kelas Benih Sumber Padi

    ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ Roguing 

    ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ Roguing 

    ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ Roguing 

    Breeder Seed/BS (Benih Penjenis)

    Foundation Seed/FS (Benih Dasar)

    Stock Seed/SS (Benih Dasar) 

    Extension Seed/ES (Benih Sebar)

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 5511

    • Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain,

    • Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain,

    • Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dari sebagian besar rumpun-rumpun lain,

    • Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah berbeda.

    3. Fase Masak, pada saat buah masak sebelum panen • Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari

    sebagian besar rumpun-rumpun lain, • Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda

    dari sebagian besar rumpun-rumpun lain, • Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dari

    sebagian besar rumpun-rumpun lain, • Tanaman/rumpun yang terlalu cepat matang, • Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda, • Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah,

    warna gabah, dan ujung gabah (rambut/tidak berambut) berbeda.

    Pelaksanaan roguing sebaiknya harus dilakukan secara intensif atau kapan saja bahkan setiap haripun lebih bagus dan tidak terpaku hanya pada tiga fase/waktu di atas. Penentuan ketiga fase tersebut terkait dengan fase/waktu pemeriksaan tanaman oleh pihak Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB). Artinya sebelum diperiksa oleh BPSB, per tanaman padi harus bersih dari tanaman off type agar bisa lulus.

    Cepat atau lambatnya pelaksanaan roguing tergantung pada keahlian, banyaknya tanaman simpang, maupun jumlah pelaksana roguing per satuan luasan. Jadi, untuk menjaga kualitas serta kemurnian benih, maka pelaksana roguing jangan merasa sayang atau ragu-ragu untuk membuang tanaman simpang....

    RRRoooggguuuiiinnnggg fffaaassseee vvveeegggeeetttaaattt iii fff RRRoooggguuuiiinnnggg fffaaassseee gggeeennneeerrraaattt iii fff RRRoooggguuuiiinnnggg fffaaassseee mmmaaasssaaakkk

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 5522

    LAHAN SEMPIT TETAP PRODUKTIF Oleh: Nana Sutrisna

    BPTP Jawa Barat Jl. Kayuambon no.80 Lembang-Bandung 40391 Indonesia

    Urung berkebun lantaran tidak mempunyai lahan luas? Itu

    masalah awam yang banyak dihadapi penduduk perkotaan. Sejatinya berkebun tidak melulu memerlukan lahan luas. Pekarangan minimalis pun dapat "disulap" menjadi kebun hijau yang produktif. Selain memuaskan hobi, berkebun di lahan sempit pun meningkatkan ketahanan pangan keluarga.

    Lahan halaman rumah sempit tak membuat Asriyadi Alexander Mering, warga Kelurahan Tanjung Hulu, Keeamatan PontianakTimur, Pontianak, urung bereoeok tanam. la membuat instalasi akuaponik di halaman rumahnya yang hanya

    seluas 3 m x 4 m. Alhasil, pemandangan halaman rumah yang sebelumnya hanya tembok berubah menjadi lebih sejuk dan hijau. Tak hanya itu, hasil panen sayur dan ikan di pekarangannya pun menjadi sumber tambahan kebutuhan lauk pauk sehari-harl.

    Mering membangun instalasi pipa PVC bersusun sebagai wadah menanam aneka sayuran. Di bawahnya, kolam ikan berdinding beton menjadi tempat budidaya ikan konsumsi sekaligus wadah

  •  

    BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 5533

    nutrisi untuk tanaman. Teknologi terapan yang dikenal dengan akuaponik itu irit lahan dan air, sehingga coeok diterapkan di perkotaan dengan lahan sempit.

    Pertanian perkotaan alias urban farming memang tengah menjamur. Praktek budidaya, pengolahan, dan distribusi makanan di atau sekitar kota itu tidak hanya melibatkan aktivitas bercocok tanam semata.Peternakan, perikanan, agroforestri, ba