Upload
adminkkptanjungpriok
View
1.087
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
2
INFO KESEHATAN PELABUHAN
BULETIN
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK
Diterbitkan oleh :
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK
DITJEN PP & PL DEPARTEMEN KESEHATAN R.I.
Pelindung / Penasehat:
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok
Raissekki, SKM, MM
Dewan Redaksi :
Ketua,
RBA. Widjonarko, SKM, MKes
Anggota Redaktur:
Ikron, SKM, MKM.,Agus Syah, SKM,Sugeng Retyono, SKM., Sulistyono Wahyudi,SH.,Arik
Arumawati
Editor :
Nana Mulyana, SKM.,Lussie Soraya.,Dewi Dyah Palupi, SKM
Sekretariat :
Agus Sudarman,SKM
Alamat Redaksi : Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok | Jl. Raya Pelabuhan No. 17 Tanjung Priok - Jakarta Utara | Telp. 021 – 43931045, 4373265 | Fax. 021 – 4373265 | E-Mail : [email protected] & [email protected] | Publisher Desain dan Layout oleh : Nana Mulyana, SKM.
Design : Nana Mulyana,SKM
INDEX
2 PROLOGUE
3 Visi Bersama Sebagai
Modal Upaya Kese-
hatan
4 Kesiapsiagaan dan Ke-
waspadaan Lebaran di
Pelabuahan Tanjung
Priok
11 Pentingnya Sikap Tubuh
yang Baik dalam
Bekerja
13 Penyimpanan Obat
16 Potensi Makanan Anca-
man Bagi Kesehatan
Manusia
22 Waspadai Bahan
Makanan Tambahan
25 Posfin Sebagai Alternatif
Pengganti Methyl Bro-
mide
31 Beberapa Peralatan
Sederhana Laborato-
rium Entomologi
34 Mengedit Film Yoo...
35 Pengamanan Makanan
di Wilayah Pelabuhan
49 Pinjal si Pencetus Tinda-
kan Besar
EVOLUSI ...........
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan ini merupakan buletin Volum II
edisi 4 yang diterbitkan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I
Tanjung Priok dan telah terbit selama dua tahun. Buletin ini
merupakan wahana informasi bagi insan pelabuhan dalam
mengembangkan potensi diri guna mendukung pelaksanaan
program kesehatan, khususnya bagi para pegawai Kantor
Kesehatan Pelabuhan di seluruh Indonesia.
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan berisi informasi hasil pelaksanaan program,
kajian – kajian, pengembangan teknologi, peningkatan sumber daya manusia
melalui pelatihan, naskah – naskah ilmiah dan karya – karya seni serta peristiwa –
peristiwa terkini lainya, bahkan informasi pengobatan tradisional.
Kami menerima sumbangan artikel, laporan, reportase, saduran, karikatur, sajak –
sajak ataupun karya sastra lain dan foto – foto yang berkaitan dengan program
kesehatan khusunya kesehatan pelabuhan. Walaupun sumbangan naskah dari KKP
lain belum pernah masuk, namun Redaksi tetap menawarkan kesempatan ini pada
para kolega KKP di seluruh Indonesia untuk berpartisipasi dalam penulisan Buletin
Info Kesehatan.
Untuk tampilan lebih baik Kami selalu melakukan perubahan (berevolusi) walaupun
sampai saat ini belum ada masukan saran dari pembaca, oleh karena itu Kami
selalu menunggu e-mail komentar Anda mengenai Buletin ini.
Selamat Natal & Tahun Baru 2008!
Dewan Redaksi,Ketua
O rganisasi yang senantiasa mengembangkan
komitmen, meningkatkan kapasitas dan kreativitas
stafnya merupakan organisasi yang memiliki arah
masa depan. Seluruh komponen organisasi harus
selalu berinteraksi untuk mewujudkan komitmen yang setiap saat perlu penyesuaian –
penyesuaian untuk mencapai visi bersama yang telah dicanangkan.
Visi merupakan kekuatan hidup suatu organisasi apabila setiap anggota organisasi
benar – benar percaya akan visi tersebut bahwa mereka sedang membangun masa
depan yang lebih baik. Oleh karena itu, bukan hanya visi bersama yang dicanangkan
oleh suatu organisasi tetapi juga sampai pada tahapan integral yakni tujuan dan
kegiatan harus saling dipahami bersama, bahkan kesejahteraanpun juga dinikmati
bersama.
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
3
Aspirasi bersama akan muncul
dengan sendirinya, staf berkeinginan
untuk saling berhubungan satu dengan
yang lain, kepedulian bersama akan
bertumbuh dalam upaya pelaksanaan
suatu kegiatan program.
Untuk mencapai kondisi ini
memerlukan pemikiran dan waktu yang
tidak singkat, namun Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok selalu
optimis bahwa kondisi tersebut dapat
tercipta melalui pertemuan – pertemuan
rutin dan pelatihan.
Kebersamaan membangun TPM sehat
Kebersamaan pada Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung
Priok, bukan hanya mengembangkan
kebersamaan intern, namun juga
mengembangkan sayap ke stake holder
di wilayah pelabuhan, antara lain yakni
para pengelola Tempat Pengelolaan
Makanan (TPM)
Sebagai anggota komunitas di
Pelabuhan dan sebagai leading sector
dalam pembangunan kesehatan maka
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I
Tanjung Priok bersama sektor terkait
menembus hati nurani para pengelola
TPM untuk membangun kebersamaan
para pengelola TPM di Pelabuhan.
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas`I
Tanjung Priok dan sektor terkait (Adpel
dan Pelindo), memfasilitasi para
pengelola TPM untuk membentuk
Asosiasi Rumah Makan dan secara
mandiri mereka menyelenggarakan
lomba rumah makan sehat pada HUT
Kemerdekaan RI ke 62. Mereka menilai
Rumah Makan miliknya sendiri dengan
menggunakan format yang disediakan
oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan,
sedangkan penyelenggaraan lomba
dibawah koordinasi Administrator
Pelabuhan dan dibantu oleh Pelindo.
VISI BERSAMA SEBAGAI MODAL UPAYA KESEHATAN
Oleh : Raissekki, SKM, MM
P elabuhan Tanjung Priok
merupakan pintu utama arus
mudik lebaran 1 syawal 1428 H / 2007
M. Hal ini cukup beralasan karena
Pelabuhan Tanjung priok selain
digunakan sebagai tempat bongkar
muat barang, juga digunakan sebagai
terminal penumpang warga Jakarta
dan sekitarnya yang ingin mudik ke
kampung halaman dengan
menggunakan kapal laut.
Berdasarkan data dua tahun terakhir,
arus mudik yang melewati Pelabuhan
Tanjung Priok mengalami peningkatan.
Pada arus mudik tahun 2007 dari H-7
sampai dengan H+7 sebanyak 11329
orang, sedangkan pada hari yang
sama pada tahun yang lalu sebanyak
8839 orang. Peningkatan arus mudik ini
harus diamati dan diwaspadai sebagai
faktor resiko yang perlu mendapat
perhatian , agar dampak yang
ditimbulkan tidak menjadi masalah
kesehatan masyarakat.
Kewaspadaan terhadap fenomena
sosial yang rutin terjadi setiap tahun
seperti arus mudik lebaran terus
ditingkatkan. Arus mudik merupakan
situasi khusus yang sangat rentan untuk
terjadinya transmisi penyebaran dan
penularan penyakit. Dalam situasi
khusus ini dapat kiranya dipastikan akan
terjadi penumpukkan penumpang
dalam jumlah yang besar dengan
mobilitas yang tinggi di wilayah
pelabuhan. Keadaan ini akan sangat
tidak menguntungkan bagi kesehatan
mayarakat jika tidak dilakukan
pengawasan dengan baik.
Sesuai tugas pokok dan fungsi Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung
Priok, yaitu melaksanakan cegah
tangkal masuk dan keluarnya penyakit
karantina dan of International concern /
PHEIC (masalah kedaruratan kesehatan
masyarakat yang menjadi perhatian
global), maka untuk mengantisipasi
dampak negatif yang ditimbulkan oleh
arus mudik ini, KKP kelas I Tanjung priok
melaksanakan upaya pencegahan
penyakit dan penyehatan lingkungan,
menyediakan pelayanan kesehatan di
terminal penumpang dan melakukan
koordinasi dengan instansi terkait di
wilayah pelabuhan.
Metodologi
Metode yang digunakan dalam
pengamatan Situasi Khusus Mudik
Lebaran 1 Syawal 1428 H / Tahun 2007 M
adalah survey terhadap kapal
penumpang yang tiba dari atau sandar
di Terminal Penumpang Nusantara Pura
II Pelabuhan Tanjung Priok dan Pos
Kesehatan KKP Kelas I Tanjung Priok
dengan waktu pengamatan mulai
tanggal 6 s/d 20 Oktober 2007.
Unit analisis yang digunakan yaitu ABK
kapal, penumpang turun, penumpang
lanjut, penumpang naik, penderita yang
berobat di pos kesehatan, penderita
yang berobat di Poliklinik Kapal
Penumpang selama di perjalanan, dan
rujukan penderita dengan populasi
KESIAPSIAGAAN DAN KEWASPADAAN LEBARAN
DI PELABUHAN TANJUNG PRIOK
(Laporan Bidang Karantina & Surveilans Epidemiologi)
Oleh : Sogir Haratua Siregar, SKM
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
4
pengamatan yang digunakan adalah
masyarakat yang melakukan aktivitas di
wilayah Terminal Penumpang
Nusantara Pura II. Sedangkan sampel
diambil dari semua penderita yang
berobat di Pos Kesehatan dan Poliklinik
diambil sampelnya untuk pemeriksaan
lebih lanjut. Data yang ada diolah
dengan komputer dan disajikan dalam
bentuk grafik, tabel dan narasi. Variabel
yang dianalisis adalah variabel ABK,
penumpang turun, penumpang lanjut,
penumpang naik, yang mendapatkan
pelayanan di poliklinik.
Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan formular melalui 2 cara :
1. Untuk pengumpulan data ABK,
penumpang turun, penumpang
lanjut, penumpang naik, dan da-
ta kesakitan diatas kapal selama
perjalanan dilakukan dengan pe-
tugas naik ke atas kapal pada
saat kapal penumpang sandar
dengan melakukan observasi
dan wawancara terhadap Dok-
ter/Perawat kapal
2. Untuk data penderita di Pos
Pelayanan Kesehatan Terminal,
petugas mengambil data di Pos
Pelayanan Kesehatan Terminal
penumpang.
Dalam pelaksanakan kegiatan ini
Kantor Kesehatan Pelabuhan kelas I
Tanjung Priok berkoordinasi dengan
instansi terkait seperti : Administrator
Pelabuhan Utama Tanjung Priok, Perum
Pelindo II Cabang Tanjung Priok, PMI
Jakarta Utara, Suku Dinas Kesehatan
Jakarta Utara, PT. Pelni Cabang Tanjung
Priok, CV. Prima Vista, KP3, Rumah RSPI
Sulianti Saroso, RSUD Koja, dan Rumah
Sakit Port Medical Center.
Adapun sarana dan prasarana yang
tersedia dalam pelayanan kesehatan Unit
Gawat Darurat, Instalasi farmasi, dan
Ambulance.
Tenaga kesehatan yang terlibat dalam
Kesiapsiagaan dan kewaspadaan arus
mudik lebaran 1428 H / 2007 M adalah
Tenaga Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kelas I Tanjung Priok dibantu dengan
tenaga kesehatan dari beberapa
organisasi sosial dari luar pelabuhan.
Rincian jumlah tenaga sebagai berikut :
1. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I
Tanjung Priok
a. Bidang Karantina & Survailans
Epidemiologi : 16 orang
b. b. Bidang Upaya Kesehatan
Pelabuhan : 33 orang
c. c. Bidang Pengendalian Resiko
Lingkungan : 13 orang
2. Bantuan dari instansi lain :
a. Palang Merah Indonesia : 12 orang
b. Lembaga Kesehatan Mahasiswa
Islam (LKMI) : 9 orang
c. Forum Kesehatan Masyarakat
Betawi (FKMB) : 15 orang
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan
dalam kegiatan ini, seperti :
1. Kegiatan pelayanan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan Pemberian
pengobatan Rujukan
2. Kegiatan Survailans Epidemiologi di
atas kapal dan di Pos Kesehatan
Terminal
a. Pengamatan ABK
b. Pengamatan Penumpang
c. Pengamatan Kesakitan
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
5
d. Pengamatan Kecelakaan
e. Pengamatan Rujukan
3. Kegiatan Pengendalian Resiko
Lingkungan
a. Pengendalian lingkungan di luar
bangunan
b. Pengendalian lingkungan di
parkir kendaraan
c. Hygiene sanitasi lingkungan
d. Pengendalian vektor
e. Sanitasi kapal
f. TPM
g. Pengasapan / fogging
Hasil Kegiatan
Pos Kesehatan Terminal
Penderita yang berobat di Pos
Kesehatan Terminal sebesar 287 orang,
terdiri dari 68 orang (23,69%) penderita
umum dan 219 orang (76, 30%)
penderita TKI.
Penderita Umum
Selama pengamatan situasi khusus
mudik lebaran 1428 H / 2007 M, Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung
Priok melakukan palayanan kesahatan
di Pos Kesehatan yang terletak di
Terminal Penumpang Nusantara Pura II
Tanjung Priok. Penderita yang berobat
terdiri dari penumpang, calon
penumpang, dan petugas diwilayah
terminal penumpang.
Dari total penderita yang berobat ke
Pos Kesehatan sebanyak 68 orang
sebagian besar penderita berstatus
penumpang sebesar 46 orang (68%).
Hal ini menunjukkan bahwa masih
banyak penumpang yang menderita
sakit. keadaan ini harus menjadi
perhatian dari pihak manajemen kapal
dan petugas kesehatan untuk
memperhatikan kesehatan penumpang.
Lingkungan kapal harus dijaga
kebersihannya dan penumpang juga
harus menjaga kesehatannya. Kedua
faktor ini akan menentukan kesehatan
penumpang selama dalam perjalanan.
Untuk jenis kelamin proporsi penderita
yang berobat di Pos kesehatan tidak jauh
berbeda. Untuk proporsi dengan jenis
kelamin pria sebesar 39 orang (57,4%) dan
proporsi dengan jenis kelamin wanita
sebesar 29 orang (42,6%). dengan
kelompok umur penderita yang berobat
di Pos Kesehatan tertinggi terdapat pada
kelompok umur 18 – 59 tahun sebesar 57
orang (84%) kemudian diikuti oleh
kelompok umur 6 – 17 Tahun sebesar 9
orang (13%) dan hanya sebagian kecil
kelompok umur ≤ 5 Tahun sebesar 2 orang
(3%).
Sedangkan dari jenis penyakit yang
didiagnosa pada penderita yang berobat
di Pos Kesehatan Terminal, didapatkan
bahwa diagnosa penyakit tertinggi
adalah ISPA sebesar 21 orang (30,88%).
Keadaan penyakit ini masih sama seperti
tahun lalu dimana penyakit ISPA masih
menjadi primadona di wilayah
pelabuhan. Hal ini menunjukan bahwa
lingkungan pelabuhan masih cukup
rentan untuk terjadinya penyebaran
penyakit ISPA. Untuk jelasnya dapat dilihat
pada grafik 1.
Selama H-7 s/d H+7 terdapat dua kece-
lakaan, yang pertama pada tanggal 9
Oktober 2007 terdapat seorang ABK kapal
Kunjari yang jatuh pada saat mengecat
kapal dengan luka dibagian kepala dan
badan yang kemudian dirujuk ke RS Port
Medical center. Sedangkan pada tang-
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
6
gal 13 Oktober 2007 seorang petugas KP3 dengan luka ringan dikarenakan terjatuh
saat mengendarai motor.
Penderita Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
Selain penderita penumpang dan masyarakat pelabuhan yang berobat di pos
kesehatan Terminal selama pengamatan situasi khusus lebaran 1428 H / 2007 M,
Grafik 1
21
98
7
3 3 32 2 2
1 1 1 1 1 1 1 1
0
5
10
15
20
25
Distribusi Penderita Menurut Diagnosa Penderita Pada Pos Kesehatan KKP Kelas I Tanjung Priok
di Terminal Penumpang Nusantara Pura II Tanjung Priok, Tanggal 6 - 20 Oktober 2007
Tabel 1
Distribusi Kedatangan Tenaga Kerja Indonesia
Di Terminal Penumpang Nusantara Pura II Pelabuhan Tanjung Priok
Tanggal 6 s/d 20 Oktober 2007
No Tgl Tiba Asal
Pelabuhan Nama Kapal Jumlah TKI
1 9 Oktober 2007 Kijang KM. Dobon solo 198 orang
2 13 Oktober 2007 Pontianak KM. Lambelu 334 orang
3 13 Oktober 2007 Kijang KM. Munic I 8 orang
Total 540 orang
Berdasarkan tabel 1 di atas, tampak
tertinggi TKI datang dengan menggunkan
KM Lambelu pada tanggal 13 Oktober 2007
sebesar 334 orang (61,9%) dari total TKI
yang datang sebesar 540 orang.
Dari 540 orang TKI yang datang di
Pelabuhan Tanjung Priok, terdapat 219
orang (40,55%) diantaranya berobat di
Pos Kesehatan Terminal. Tingginya
angka kesakitan yang diderita para TKI
ini, kemungkinan dikarenakan TKI yang
dideportasi ini, sebelumnya pernah
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
7
menjalani hukuman di Malaysia. Pada
saat mereka tiba di Pelabuhan Tanjung
Priok, keadaan mereka
memprihatinkan, mereka tidak
membawa perbekalan kecuali baju
yang melekat di badan. Harta miliknya
tidak boleh dibawa pulang. Untuk
pulang sampai ke tempat tinggalnya
dibiayai oleh Departemen Sosial.
Adapun distibusi penderita TKI sebagai
berikut :
Berdasarkan jenis kelamin penderita TKI,
dari tiga Trip kedatangan kapal yang
mengangkut TKI didapatkan sebagian
besar proporsi penderita yang berobat
di Pos Kesehatan adalah berjenis
kelamin Pria sebesar 176 orang (80,36%)
sedangkan yang berjenis kelamin
wanita hanya sebesar 43 orang
(19,63%). Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh tingkat hukuman fisik
yang berbeda antara pria dan wanita.
Pria hukumannya lebih berat
dibandingkan wanita.
Kelompok umur untuk TKI yang berobat ke
Pos Kesehatan Terminal berada pada
kelompok umur 18 – 59 tahun sebesar 218
orang (99,5%) sedangkan sebagian kecil
pada kelompok umur 6 – 17 tahun (0,4%).
Hal ini kemungkinan disebabkan karena
adanya peraturan pengiriman tenaga
kerja yang membatasi usia minimal untuk
dikirim keluar negeri.
Terdapat 3 besar jenis penyakit yang didi-
agnosa yaitu ISPA sebesar 107 orang
(48,85%), dermatitis sebesar 27 orang
(12,32%) dan chepalgia sebesar 24 orang
(10,95%). Tinggi ketiga penyakit yang dide-
rita TKI ini, kemungkinan disebabkan oleh
tingkat sanitasi yang rendah saat mereka
menjalani hukuman. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada grafik 2 dibawah ini .
107
27 24
12 125 3 3 3 2 2 2 2
15
0
20
40
60
80
100
120
Distribusi Penderita TKI Menurut Diagnosa PenyakitPada Pos Kesehatan KKP Kelas I Tanjung Priok
di Terminal Penumpang Nusantara Pura II Tanjung Priok, Tanggal 6 - 20 Oktober 2007
Grafik 2
Total : 28 penyakit
Poliklinik Kapal Penumpang Tujuan Pela-
buhan Tanjung Priok
Selain di Pos Kesehatan terminal, KKP Ke-
las I Tanjung Priok juga melakukan penga-
matam penyakit di Poliklinik kapal penum-
pang yang sandar di Pelabuhan Tanjung
Priok. Dari seluruh penderita yang berobat
di Poliklinik kapal penumpang tujuan pe-
labuhan Tanjung Priok adalah berstatus
penumpang sebesar 18 orang (100%).
Jika dibandingkan tahun 2006,
penderita yang berobat di Poliklinik
kapal baik yang berstatus penumpang
ataupun ABK mengalami penurunan.
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
8
ABK mengalami penurunan 100% (dari 8
orang di Tahun 2006 menjadi 0 orang di
Tahun 2007) sedangkan penumpang
mengalami penurunan sebesar 10%.
(dari 20 orang di Tahun 2006 menjadi 18
orang di Tahun 2007). Hal ini terjadi,
kemungkinan dikarenakan pada Tahun
ini Crew kapal/agen kapal lebih
memperhatikan makanan yang
dikonsumsinya, mengingat pada tahun
lalu terdapat 8 orang ABK yang
berobat di Poliklinik kapal.
Jenis kelamin penderita yang berobat
di Poliklinik kapal penumpang tujuan
Tanjung priok adalah Pria 9 orang (50%)
dan wanita sebesar 9 orang (50%),
dengan kelompok umur penderita
tertinggi pada kelompok umur 18 – 59
tahun sebesar 17 orang (94%) dan
terendah pada kelompok umur 6 – 17
tahun sebesar 1 tahun (6%) dari total
penderita sebesar 18 orang. Tingginya
pengobatan pada kelompok umur 18 – 59
Tahun dikarenakan proporsi penumpang
pada kelompok ini paling besar
dibandingkan dengan kelompok umur
lainnya.
Adapun pelabuhan asal penderita
tertinggi berasal dari Pelabuhan Kijang
sebesar 8 orang ( 44%) dan terendah dari
pelabuhan Jayapura sebesar 1 orang (6%)
dari total penderita sebesar 18 orang.
Untuk diagnosa penyakit dapat
diinformasikan bahwa dari total jenis
penyakit yang didiagnosa terdapat 9
penyakit. Penyakit yang tertinggi adalah
gastritis sebesar 5 orang (27,7%), untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 3
dibawah ini.
Grafik 3
5
3
2 2 2
1 1 1 1
0
1
2
3
4
5
6
Distribusi Penderita Menurut Diagnosa PenyakitPada Poliklinik Kapal Tujuan Pelabuhan Tanjung Priok
di Terminal Penumpang Nusantara Pura II Tanjung Priok, Tanggal 6 - 20 Oktober 2007
Total : 9 Jenis Penyakit
Dibandingkan dengan Tahun 2006,
jumlah jenis penyakit yang diderita tidak
terjadi perubahan yaitu 9 jenis penyakit.
Tetapi untuk jenis penyakit yang
menduduki urutan tertinggi mengalami
perubahan. Pada tahun 2006 penyakit
yang menduduki urutan tertinggi
adalah penyakit Diare sementara di
tahun 2007 penyakit yang mendududki
urutan tertinggi adalah penyakit
Gastritis. Perubahan jenis penyakit ini
kemungkinan disebabkan oleh karena
perubahan perilaku ABK dan penumpang
kapal untuk lebih memperhatikan
makanan yang dikonsumsinya.
C. Sanitasi
Selain pelayanan kesehatan, kegiatan
sanitasi di Terminal Penumpang Nusantara
Pura II Pelabuhan Tanjung Priok dalam
rangka situasi khusus mudik lebaran 1428
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
9
H / 2007 M juga dilakukan, dengan hasil
sebagai berikut :
Lokasi
a. Lingkungan terminal penumpang
tidak banjir pada saat musim hujan
b. Tidak terletak pada sumber
pencemaran
Lingkaran di Luar Bangunan
a. Bersih
b. TPS tersedia mencukupi & tidak
terjadi penumpukan sampah lebih
dari 24 jam
c. Tidak menjadi tempat berkembang
biak binatang pengganggu
d. Setiap hari dilakukan pengawasan (H
-7 s/d H+7)
Halaman Parkir Kendaraan
a. Bersih
b. Rata/tidak bergelombang, kuat dan
kedap air
c. Tidak becek/tidak berdebu
Hygiene Sanitasi Lingkungan
Terminal Nusantara Pura I
Kelembaban 60%
Suhu 28,30 C
TPS 20 buah dengan kualitas baik
Urinoir 2 buah dengan kualitas baik
3 Kamar mandi dengan kualitas
baik
Kualitas air bersih
Kuantitas mencukupi
Kualitas fisik secara visual baik
Sisa Chlor 0,08
PH 7,2
Terminal Nusantara Pura II
Kelembaban 60%
Suhu 28,30 C
TPS 22 buah dengan kualitas baik
Urinoir 7 buah dengan kualitas baik
Kamar mandi 12 buah dengan kualitas
baik
Wastafel 6 buahn dengan koalitas baik
Kualitas air bersih
Kuantitas mencukupi
Kualitas fisik secara visual baik
Sisa Chlor 0,08
PH 7,2
Pengendalian vektor
Terminal Nusantara Pura I
Jumlah container 3
Positiv larva tidak ada
Setiap hari dilakukan pemeriksaan jentik
Terminal Nusantara Pura II
Jumlah 3 container
Positiv larva tidak ada
Setiap hari dilakukan pemeriksaan jentik
Sanitasi kapal
a. Jumlah 17 kapal
b. Hasil Baik
TPM
a. 1 Rumah makan dengan hasil baik
b. 20 Tempat makanan jajanan dengan
hasil baik
C.Setiap hari dilakukan pengawasan
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
10
kebersihan (H-7 s/d H+7)
Pengasapan/Fogging
a. Luas 4 Ha
b. Bahan Organofosfat, Solar, Bensin
c. Jumlah tenaga 6 orang
d. Dilaksanakan tanggal 10 Oktober
2007 atau H-3.
D. Anak Buah kapal (ABK) & Penumpang
Distribusi Anak Buah kapal (ABK)
Pengamatan kedatangan ABK dari
kapal penumpang yang sandar di
Terminal penumpang Nusantara Pura II
mulai 6 s/d 20 Oktober 2007 didapatkan
hasil sebesar 1855 orang, dengan
jumlah ABK terbanyak yang datang
pada tanggal 8 Oktober 2007 sebanyak
443 orang, dengan rata-rata ABK 123
orang setiap harinya.
Dibandingkan Tahun 2006 telah terjadi
penurunan jumlah ABK sebesar 166
orang (8,21%). Penurunan ini terjadi
karena frekuensi aktivitas kapal
penumpang yang datang di Pelabuhan
Tanjung Priok mengalami penurunan dari
61 kapal menjadi 23 kapal. Banyak faktor
yang dapat menyebabkan penurunan
frekuensi kapal yang datang di Terminal
Nusantara Pura II Tanjung Priok,
diantaranya iklim usaha yang kurang
kondusif seperti tingginya biaya
operasional kapal sementara muatan
kurang sehingga pemilik kapal meurunkan
frekuensi operasional kapal
Distribusi Penumpang
Jumlah penumpang yang turun di
Pelabuhan Tanjung Priok H-7 s/d H+7
mengalami peningkatan sebesar 2500
orang (28,28%) dibandingkan pada hari
yang sama tahun lalu. Tahun 2007 total
penumpang yang turun sebesar 11329
orang, sementara di Tahun 2006 sebanyak
8839 orang. Pada arus mudik Tahun 2007
ini, Peningkatan penumpang yang turun di
Pelabuhan Tanjung Priok terjadi pada H-2
dan H+6. Puncak penumpang turun terjadi
pada tanggal 11 Oktober 2007 sebesar
2687orang.
PENTINGNYA SIKAP TUBUH YANG BAIK DALAM BEKERJA
Oleh dr.Endriana S.Lubis
S ikap tubuh dalam bekerja adalah
salah satu aspek dalam penerapan
ergonomi.
Sistem kerja yang tidak ergonomik
dalam suatu tempat kerja sering kurang
mendapat perhatian atau dianggap
sepele oleh para pihak manajemen
atau pengelola sumber daya manusia di
tempat tersebut. Sebagai contoh antara
lain adalah pada cara , sikap dan posisi
kerja yang tidak benar, fasilitas kerja
yang tidak sesuai dan faktor lingkungan
kerja yang kurang mendukung. Hal ini
akan berpengaruh terhadap
produktivitas, efisiensi dan efektivitas
pegawai/tenaga kerja dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
Kata Ergonomi berasal dari bahasa
Yunani, yaitu :
”Ergos”, artinya Kerja, dan ”Nomos” ,
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
11
artinya Peraturan/hukum.
Jadi secara harafiah, Ergonomi diartikan
sebagai “ Ilmu aturan tentang Kerja “.
Hasil lokakarya tentang “ Penyusunan
norma-norma ergonomi di tempat kerja
“ (1978) merumuskan pengertian
ergonomi sebagai berikut :
“ Ilmu serta penerapannya yang
berusaha menyerasikan pekerjaan dan
lingkungan terhadap orang atau
sebaliknya dengan tujuan tercapainya
produktivitas dan efisiensi yang setinggi-
tingginya melalui pemanfaatan manusia
seoptimal mungkin ”
Tujuan dari ergonomi itu sendiri adalah
bagaimana mengatur kerja agar
tenaga kerja atau pegawai dapat
melakukan pekerjaan dengan rasa
aman, selamat, efisien, efektif dan
produktif, dan juga rasa nyaman serta
terhindar dari bahaya yang mungkin
timbul di tempat kerja.
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Beberapa aspek yang perlu
diperhatikan dalam penerapan
ergonomi , antara lain :
1. Faktor Manusia..
2. Anthropometri
3. Sikap tubuh dalam bekerja
4. Manusia - Mesin
5. Pengorganisasian Kerja
6. Pengendalian Lingkungan Kerja
7. Kelelahan Kerja
8. Cumulative Trauma Disorder ( CTD )
9. Kesegaran Jasmani dan Musik
Pada kesempatan kali ini saya akan
mengulas tentang 3 bagian Sikap tubuh
dalam bekerja
Selain SOP ( Standard Operating
Procedures ) yang terdapat pada setiap
jenis pekerjaan , hubungan tenaga kerja /
pegawai dalam sikap dan interaksinya
terhadap sarana kerja akan menentukan
efisiensi , efektivitas dan produktivitas kerja.
Semua sikap tubuh yang tidak alamiah
dalam bekerja, misalnya ”sikap
menjangkau barang yang melebihi
jangkauan tangan, harus dihindarkan.
Apabila hal ini tidak memungkinkan, maka
harus diupayakan agar beban statiknya
diperkecil”.
Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran
baku oleh orang yang mempunyai ukuran
lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu
tinggi sedikit banyak akan berpengaruh
terhadap hasil kerjanya. Tanpa disadari
pegawai tersebut akan sedikit
membungkuk saat melakukan
pekerjaannya. Hal ini akan menimbulkan
kelelahan lokal di daerah pinggang dan
bahu, yang pada akhirnya akan
menimbulkan nyeri pinggang dan nyeri
bahu. Namun karena penderitanya tidak
mencolok maka biasanya keluhan tersebut
dianggap ” bukan masalah ” . Tetapi,
kerugian yang ditimbulkan bisa berujud
hilangnya jam kerja, terhambatnya produksi
dan lainnya. Pada waktu bekerja
diusahakan agar bersikap secara alamiah
dan bergerak optimal.
Dalam sistem kerja angkat dan angkut,
sering dijumpai nyeri pinggang sebagai
akibat kesalahan dalam mengangkat
maupun mengangkut, baik itu mengenai
teknik maupun berat atau ukuran beban.
Nyeri pinggang dapat pula terjadi sebagai
sikap paksa yang disebabkan karena
penggunaan sarana kerja yang tidak sesuai
dengan ukuran tubuhnya.
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
12
Sikap tubuh dalam bekerja yang
dikatakan secara ergonomik adalah
yang memberikan rasa nyaman, aman,
sehat dan selamat dalam bekerja, yang
dapat dilakukan dengan cara :
1. Menghindarkan sikap yang tidak
alamiah dalam bekerja
2. Mengusahakan beban statis menjadi
sekecil-kecilnya
3. Membuat dan menentukan kriteria
dan ukuran baku tentang peralatan
kerja yang sesuai dengan ukuran
4. Mengupayakan bekerja dengan
sikap duduk dan berdiri secara
bergantian.
Penatalaksanaan suatu sistem kerja di
tempat kerja dengan mengacu pada
norma ergonomi diharapkan dapat
menciptakan sistem kerja yang aman,
nyaman dengan tingkat produktivitas,
kesehatan dan keselamatan kerja yang
prima.
Sumber dari :
a. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan
Kerja, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang, 2005
b. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja,
CV.Haji Masagung, Jakarta
Contoh Gambar Sikap Tubuh
PENYIMPANAN OBAT
Oleh : Aah Nurliah, S.Si., Apt
O bat…… Siapa yang tidak
mengetahui tentang obat? Hampir
semua orang mengetahui tentang obat,
baik karena pernah mengkonsumsi,
melihat ataupun mendengar tentang
obat. Pada dasarnya obat adalah
racun, tapi dalam dosis tertentu dapat
digunakan untuk menyembuhkan
penyakit walaupun selalu mempunyai
efek samping dan kontra indikasi. Untuk
itu penggunaan obat harus hati-hati dan
dikonsumsi jika benar-benar dibutuhkan,
lebih baik lagi jika dibawah pengawasan
medis. Agar fungsi farmakologi obat
dapat maksimal, selain mengkonsumsi
obat harus sesuai dengan indikasinya,
juga harus diperhatikan cara
penyimpanannya.
Tapi tidak semua orang mengetahui
cara penyimpanan obat. Padahal cara
penyimpanan obat merupakan hal yang
paling penting untuk menjaga obat itu
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
13
tetap dalam kondisi baik. Penyimpanan
yang buruk dapat mengakibatkan obat
berubah, baik secara fisika maupun
kimia.
Perubahan obat tersebut dapat
menyebabkan obat rusak, jika hanya
rusak secara fisika, obat tersebut jika
dikonsumsi (disarankan jika hanya dalam
keadaan terpaksa) tidak menimbulkan
efek negatif, tapi jika hanya rusak
secara kimia dan secara fisika obat
tersebut baik, maka jika dikonsumsi
dapat menyebabkan efek samping
yang besar, yang dapat merusak organ-
organ tubuh seperti : hati, ginjal, paru-
paru, jantung, dsb.
Tapi kemungkinan obat rusak hanya
secara kimia sangat kecil, karena
sebagian besar jika obat rusak secara
kimia pasti juga rusak secara fisika.
Tanda–tanda obat yang rusak mudah
dilihat secara organoleptis, artinya
dapat dilihat dari bentuk fisiknya, dari
baunya dan dari rasanya.
Berikut ciri-ciri fisik obat rusak :
Sediaan Tablet
Berubah warna
Kekerasan tablet menurun (rapuh,
lembek, dsb)
Sediaan Kapsul
Kapsul pecah
Berubah warna
Lengket
Sediaan Tablet Salut Gula
Pecah
Berubah warna
Lengket
Sediaan Tablet Salut Selaput Enterik
Belah
Berubah warna
Kekerasan tablet menurun (rapuh,
lembek, dsb)
Sediaan Sirup
Berbau tengik
Tidak jernih/ ada endapan
Sediaan Emulsi (sirup yang mengandung
minyak)
Berbau tengik
Tidak jernih/ ada endapan
Lapisan air dan minyak terpisah, dan
jika dikocok tidak menyatu
Sediaan Suspensi (sirup kental)/lotion
Berbau tengik
Terbentuk lapisan air, dan jika dikocok
obat tidak terdispersi dengan baik.
Di bawah botol terbentuk caking
(endapan yang mengeras), dan jika
dikocok endapan tersebut tetap keras.
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
14
Sediaan Injeksi/Infus/Tetes mata/Tetes
telinga
Berubah warna
Tidak jernih/ ada endapan
Sediaan Salep/Cream
Berubah warna
Berbau tengik
Sediaan Suppositoria/Ovula
Berubah warna
Berbau tengik
Lembek
Untuk menghindari kerusakan-kerusakan
tersebut, maka harus diperhatikan cara
penyimpanan obat. Obat sebaiknya
ditempatkan pada kotak obat dan
disimpan pada suhu kamar (250 C),
kecuali disyaratkan lain.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
penyimpanan obat:
1. Obat harus dihindarkan dari terkena
sinar matahari langsung, karena
banyak senyawa obat yang bersifat
fotosensitivitas, artinya sensitif
terhadap cahaya. Sehingga
dikhawatirkan jika obat tersebut
terkena mataharai langsung secara
terus-menerus, obat tersebut akan
berubah sifat fisika dan kimianya
(rusak). Jika keadaan tidak
memungkinkan, harus dicari cara lain
agar obat tidak terkena sinar matahari
langsung, seperti untuk obat berbentuk
cair, ditempatkan di dalam botol
berwarna coklat.
2. Kelembaban. Obat tidak boleh
ditempatkan di tempat yang lembab,
karena akan mengakibatkan obat
berjamur dan rusak. Untuk mengurangi
kelembaban disarankan pada kotak
obat disertakan silika gel/arang yang
bersifat sebagai penyerap lembab.
3. Pada kotak penyimpanan obat, obat
luar dan obat dalam ditempatkan
terpisah, untuk menghindari kesalahan
pemakaian obat.
4. Obat dalam bentuk loss (satuan)
ditempatkan dalam wadah masing-
masing (satu wadah untuk satu obat),
untuk menghindari rekasi kimia antar
obat, menghindari kesalahan
pemakaian obat dan untuk
memudahkan pemakaian obat.
5. Obat dalam bentuk strip dan blister
ditempatkan dalam wadah
berdasarkan kandungan zat aktifnya
walaupun berbeda merk, untuk
menghindari kesalahan pemakaian
obat dan untuk memudahkan
pemakaian obat.
6. Penyimpanan obat dalam refrigerator
atau freezer dilakukan hanya jika
disyaratkan dalam leaflet obat tersebut.
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
15
M anusia sebagai mahluk hidup,
untuk melangsungkan
kehidupannya, kita membutuhkan
makanan yang jumlahnya cukup ,
berimbang gizinya serta kondisi
makanannya yang sehat dan tidak
tercemar oleh bahan pencemar. Hal ini
penting karena apabila jumlah
kecukupan gizinya kurang serta
mengandung bahan pencemar, maka
tubuh kita lambat laun akan menerima
dampak dari apa yang kita makan ( Risk
daily Intake ), sampai pada kadar
tertentu dimana daya dukung tubuh
sudah tidak mampu lagi mendukung
kehidupan karena pengaruh bahan
pencemar tadi, yang di konsumsi setiap
hari, maka akan tibul geja yang ringan
sampai risiko yang paling berat yaitu
kematian. Bahaya makanan yang kita
konsumsi setiap hari apabila
mengandung zat pencemar bisa
berakibat timbulnya penyakit atau
keracunan makanan baik itu akut
( segera ) maupun Kronis ( menahun ).
Apakah itu keracunan makanan?
Keracunan makanan adalah penyakit
yang diakibatkan memakan makanan
yang tercemar. Makanan dikatakan
tercemar jika ia mengandungi sesuatu
benda atau bahan yang tidak seharusnya
berada di dalamnya.
Tiga jenis pencemaran makanan utama
1. Biologikal – bakteria, fungi ( jamur )
dan virus.
2. Fisika – benda atau bahan asing
seperti rambut, pecahan kaca, paku
dan lain-lain.
3. Kimia – racun serangga, racun tikus,
bahan pencuci kimia, aditif
makanan seperti pengawet yang
berlebihan.
Sebagai contoh : keracunan makanan
adalah dengan memakan makanan atau
meminum minuman yang :
a. Mengandungi toksin atau racun ,
jamur ( aflatoxin ), makanan laut
(shellfish) dll
b. Tercemar oleh kuman yang
berbahaya ( pathogen )
c. Tercemar oleh bahan-bahan kimia
d. Tercemar oleh bahan-bahan/benda
asing
Tanda-tanda dan gejala
Gejala yang dialami berbeda dari seorang
dengan yang lainnya dan bergantung
kepada :
a. Jenis racun atau jenis bakteria
POTENSI MAKANAN ANCAMAN BAGI KESEHATAN MANUSIA
Oleh : Agus Syah. FH
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
16
b. Jumlah racun atau bakteria yang
termakan
c. Umur seseorang
d. Ketahanan seseorang
Biasanya tanda-tanda dan gejala mulai
timbul beberapa jam selepas memakan
makanan yang tercemar atau be-
berapa hari kemudian. Adapun tanda –
tanda umum keracunan adalah seba-
gai berikut :
a. Lemas dan muntah
b. Mulas dan sakit perut
c. Kadangkala demam dan dehidrasi
d. Mencret-mencret ( buang air tidak
normal )
Hal-hal yang harus di perhatikan ( dihin-
dari )
1. Tidak melakukan kebersihan diri
ketika menyediakan, menghidang
dan menjual makanan ( sanitasi
food hendler)
2. Melakukan prilaku buruk seperti
merokok, bersin ke arah makanan,
meludah sembarangan pada
waktu menyediakan dan menjual
makanan.
3. Tidak memperhatikan kebersihan
lingkungan sekitar .
4. M e m b i a r k a n m a k a n a n
terkontaminasi oleh serangga/
hawan dan pencemaran fisika.
5. Self service “pelanggan mengambil
sendiri makanan tanpa di layani”
Bagaimana kita dapat terhindar dari
keracunan makanan?
Keracunan makanan dapat dihindari
apabila kita secara bijak dapat menuntut
hak-haknya untuk :
1. Memilih makanan yang dijual oleh
penyedia makanan yang melakukan
kebersihan diri dan lingkungannya.
2. Melaporkan kepada Pejabat yang
berwenang tentang pengendali
makanan yang tidak mematuhi
peraturan kebersihan makanan.
3. Tidak menggunakan atau memakan
makanan dalam kaleng atau paket
jika :
a. kaleng penyok atau karat
b. Paket bocor
c. bergelembung
d. Rusak dalam bentuk apapun
e. Habis masa kadaluarsa
Bagaimana mencegah keracunan
makanan?
Cara yang paling baik dan tepat untuk
mencegah kejadian keracunan terhadap
makanan adalah dengan melindungi
makanan dari tercemar dan mengawasi
sumber-sumber pencemaran seperti beri-
kut :
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
17
Manusia (pengendali makanan / food
hendler)
1. Menghindari prilaku buruk seperti
merokok, mengorek hidung dan
telinga serta menggaruk kepala
atau bagian-bagian lain pada
badan sewaktu mengendalikan
makanan.
2. Selalu melakukan kebersihan dan
kesehatan diri supaya tidak
menjadi sumber penyakit kepada
orang lain.
3. Membasuh tangan secara teliti
terutama selepas ke WC,
memegang bahan mentah,
mengangkut sampah atau sisa
makanan.
4. Menjaga kebersihan lingkungan di
dalam dan luar tempat
pengolahan makanan.
5. Memastikan peralatan yang rusak,
sumbing atau retak tidak
digunakan lagi.
6. Selalu tutupi makanan yang
dihidangkan.
7. Tidak menyediakan makanan ter-
lalu awal.
Bahan mentah
1. Bahan-bahan mentah, terutama
daging atau hasil olahannya ha-
rus disimpan pada suhu yang ren-
dah (<4˚C).
2. Bahan mentah harus disimpan
terpisah dengan makanan yang su-
dah dimasak dan sediaan untuk di-
makan. Ini dapat menghindari
pencemaran silang dari bahan men-
tah ke makanan yang siap saji/
dimakan.
3. Gunakan peralatan seperti pisau
dan papan memotong (chopping
board) yang tidak terkontaminasi
dengan bahan pencemar, hal ini un-
tuk menghindari pencemaran silang.
4. Cuci bahan mentah dengan teliti
untuk mengeluarkan kotoran atau
benda asing pada permukaannya.
5. Biasakan membasuh tangan secara
teliti setelah memegang bahan
mentah seperti daging mentah, se-
belum food handler melakukan
kegiatannya atau makan.
Serangga dan Hewan ( Vektor )
1. Hewan/vector seperti lalat, lipas, ti-
kus, burung dan binatang peliharaan
adalah pembawa kekotoran dan
kuman,virus penyakit.
2. Perlindungan terhadap serangga
dan hewan ini akan membantu
mengurangi pencemaran makanan
secara bermakna.
Penyediaan Air Bersih
1. Jika air yang digunakan tidak
diperoleh secara langsung dari
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
18
sumber utama (contohnya :
menggunakan sambungan
pipa ), pencemaran boleh jadi
melalui kebocoran silang ( Cross
connection ).
2. Harus di siapkan air bersih yang
memadai dan selalu di kontrol
kualitasnya, agar tetap sehat.
Sisa dan Bahan Buangan
1. Bahan buangan mengandung
makanan yang sedang mebusuk,
sisa kulit kupasan dan bahan or-
ganik yang menjadi sumber bak-
teria hidup dan berkembang biak
dengan mudah.
2. Bekas sisa dan sampah-sampah
yang tercecer atau melimpah
akan menarik hewan dan ser-
angga seperti tikus, burung, lalat
dan lipas.
Penyakit Bawaan Makanan
Penyakit - penyakit yang di bawa oleh
makanan dan berhubungan dengan
lingkungan dapat dikelompokkan sbb :
1. Water borne desease
2. Air borne desease
3. vektor borne desease
4. food borne desease
5. Man behavior desease
Terjadinya gangguan kesehatan/penyakit
Komponen lingkungan yang selalu ber-
interaksi dengan manusia dan seringkali
mengalami perubahan akibat adanya
kegiatan manusia seperti : Bertani, ber-
wisata, berbisnis, industri dll. Perubahan
yang harus diwaspadai, pada dasarnya
adalah karena berbagai komponen ling-
kungan seperti air, udara, makanan dan
vektor yang mengandung agen penyakit,
hal ini yang akan mencemari komponen
lingkungan tadi.
Deteksi oleh masyarakat/kader
1. Pencemaran air
Keadaan kuman yang menumpang
dalam air disebut, pencemaran air
yaitu apabila agen/bahan kimia
yang menumpang dalam air dalam
konsentrasi yang cukup tinggi untuk
dapat menyebabkan gangguan ke-
sehatan/penyakit pada manusia.
Kondisi tercemar yaitu bila :
a. Sumber air seperti sungai, sumur
gali, sumur pompa, penampun-
gan air hujan dll yang dicemari
kotoran manusia, limbah pabrik,
bengkel dan lain - lain.
b. Sumur gali, sumur pompa dan
sumber air bersih lain menjadi
tempat perindukan vektor
karena kurang perawatan.
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
19
c. Sanitasi seperti saluran
drainase yang tidak baik dan
tercemari/tersumbat oleh
sampah
d. Sumber air baku untuk air mi-
num dan air bersih yang ter-
cemar bahan kimia, radiasi,
fisika.
Pencegahan / pengendalian
pencemaran dapat dilakukan dengan
melakukan pengamatan dan melibat-
kan masyarakat di mulai dari tahapan
awal atau bila kita mengadopsi teori
simpul maka akan di dapat sebagai
berikut:
Simpul I ( Sumber ) :
Pengamatan pada sumber kegiatan
adakah kegiatan seperti pabrik, pem-
bangunan jembatan, kegiatan perda-
gangan membuang limbah ke sumber
air yang digunakan masyarakat dapat
di awasi oleh masyarakat bersama den-
gan para kadernya.
Simpul II ( Lingkungan /Ambien):
Pengamatan dan pengukuran kepada
komponen lingkungan itu sendiri dalam
hal ini kualitas air bersih, masyarakat /
kader bersama petugas kesehatan /
sanitarian PUSKESMAS atau SUDIN setem-
pat dapat memeriksa kualitas air ke la-
boratorium, ( Lab Kesda, Ke BBTKL PPM&PL
a ta u L a b S wa s ta L a i n n ya ) .
Simpul III ( Bio Marker/manusia ):
Pengamatan dan pengukuran spesimen
pada tubuh manusia. Masyarakat mem-
bantu memberi informasi masyarakat yang
mengalami gangguan kesehatan/penyakit
untuk diambil spesimennya untuk diukur,
misalnya urine untuk melihat gangguan gin-
jal yang berasal dari air baku yang dikon-
sumsi sehari-hari.
Simpul IV (Out Putnya /Kejadian Sakit):
Pengamatan kejadian penyakit, masyara-
kat memberi informasi ke petugas kese-
hatan terdekat sedini mungkin masyarakat
yang mengalami gangguan kesehatan/
penyakit untuk mendapat pengobatan.
Misalnya Diare, penyakit kulit dan lain lain.
2. Pencemaran udara
Keadaan pencemaran adalah kegiatan
yang mengakibatkan penurunan kuali-
tas udara yang berdampak negatif ter-
hadap kesehatan manusia. sumber
pencemaran udara dapat melalui:
1.Kegiatan industri
2.Kegiatan transportasi
3.Kegiatan perkantoran
4.Kegiatan perumahan
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
20
Kegiatan alam : kebakaran hutan,
gunung meletus dan gas alam beracun
Pencegahan / pengendalian pencema-
ran dapat dilakukan dengan melakukan
pengamatan, pembatasan serta meli-
batkan masyarakat dalam pelak-
sanaanya yang di mulai dari tahapan
awal yaitu :
Simpul I ( Sumber ):
Pengamatan pada sumber kegiatan
Adakah kegiatan seperti industri,
transportasi, kegiatan perkantoran
dan perumahan serta kegiatan alam
yang mengeluarkan gas buangan ke
udara bebas dapat dipantau oleh
masyarakat bersama kader.
Simpul II ( Lingkungan/ Ambien ) :
Pengamatan dan pengukuran
kepada komponen lingkungan itu
sendiri dalam hal ini kualitas udara,
masyarakat/kader bersama petugas
kesehatan /sanitarian PUSKESMAS
atau SUDIN setempat dapat me-
meriksa kualitas udara ke laborato-
rium ( Lab Kesda, Ke BBTKL PPM & PL
atau Lab Swasta Lainnya ).
Simpul III ( Biomarker/ manusia ):
Pengamatan dan pengukuran spe-
simen pada tubuh manusia.
Masyarakat membantu memberi infor-
masi, masyarakat yang mengalami
gangguan kesehatan/penyakit untuk
diambil spesimennya diukur, misalnya
pengukuran kapasitas paru
Simpul IV ( Out Put / Kejadian Sakit ) :
Pengamatan kejadian penyakit,
masyarakat memberi informasi ke petu-
gas kesehatan terdekat sedini mungkin
masyarakat yang mengalami gang-
guan kesehatan/penyakit untuk menda-
pat pengobatan. Misalnya asma, sesak
nafas,ispa akut atau menahun dan lain
lain.
3. Pencemaran makanan/minuman
Pencemaran makanan adalah dimana
agent/penyebab penyakit baik
fisik,biologi dan kimia terdapat dalam
makanan dan minuman yang dapat
menimbulkan gangguankesehatan/
penyaki t Kondis i pencemaran
makanan / minuman dapat terjadi
pada saat :………………………………..
1. Sebelum pengolahan makanan
Tahap pengolahan penyimpanan
dan pengangkutan makanan
Pencegahan / pengendalian
pencemaran dapat dilakukan den-
gan melakukan pengamatan, pem-
batasan serta melibatkan masyara-
kat dalam pelaksanaanya yang di
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
21
P ada umumnya bahan makanan
mengandung beberapa unsur
atau senyawa seperti air, karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, enzim, pigmen
dan lain-lain. Kandungan jenis bahan
tersebut bergantung pada sifat alamiah
dari bahan makanan tersebut.
Adakalanya makanan yang tersedia
tidak mempunyai bentuk yang menarik
meskipun kandungan gizinya tinggi,
dengan arti lain kualitas dari suatu
produk makanan sangat ditentukan
oleh tingkat kesukaan konsumen
terhadap makanan tersebut. Umumnya
pengolahan makanan selalu berusaha
untuk menghasilkan produk yang
berkualitas baik. Kualitas makanan
adalah keseluruhan sifat-sifat dari
makanan tersebut yang berpengaruh
terhadap penerimaan dari konsumen.
Atribut kualitas makanan adalah
pertama yaitu sifat indrawi/organoleptik
yaitu sifat-sifat yang dapat dinilai
dengan pancaindra seperti sifat
penampakan (bentuk, ukuran, warna),
cita rasa yaitu asam, asin, manis, pahit,
flavor, tekstur yaitu sifat yang dinilai
dengan indra peraba. Kedua, nilai gizi
yaitu karbohidrat, protein, vitamin,
mineral, dan lain-lain. Ketiga, keamanan
makanan yang dikonsumsi yaitu
terbebas dari bahan-bahan pencemar
atau racun yang bersifar mikrobiologis.
Makanan yang tersaji harus tersedia dalam
bentuk yang lebih menarik, rasa enak, rupa
dan konsistensinya baik serta awet maka
sering dilakukan penambahan bahan
tambahan makanan yang sering disebut
zat aditiv kimia (food aditive).
Bahan tambahan makanan adalah bahan
yang secara alamiah bukan merupakan
bagian dari bahan makanan, tetapi
terdapat dalam bahan makanan tersebut
karena perlakuan saat pengolahan,
penyimpanan atau pengemasan.
Definisi bahan tambahan makanan
Bahan tambahan makanan adalah bahan
yang ditambahkan dengan sengaja ke
dalam makanan dalam jumlah kecil,
dengan tujuan untuk memperbaiki
penampilan, cita rasa, tekstur, flavor dan
memperpanjang daya simpan. Selain itu
dapat meningkatkan nilai gizi seperti
protein, mineral dan vitamin.
Menurut undang-undang RI No 7 Tahun
1996 tentang Pangan, pada Bab II
mengenai Keamanan Pangan, pasal 10
tentang Bahan Tambahan Pangan
dicantumkan, (1) Setiap orang yang
memproduksi pangan untuk diedarkan
dilarang menggunakan bahan apa pun
Waspadai Bahan Tambahan Makanan
Oleh : Agus Syah
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
22
sebagai bahan tambahan pangan
yang dinyatakan terlarang atau
melampaui ambang batas maksimal
yang telah ditetapkan. (2) Pemerintah
menetapkan lebih lanjut bahan yang
dilarang dan atau dapat digunakan
sebagai bahan tambahan pangan
dalam kegiatan atau proses produksi
pangan serta ambang batas maksimal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Kegunaan bahan tambahan
Jenis-jenis bahan tambahan makanan
yang sering digunakan adalah bahan
pengawet, pewarna, pemanis,
antioksidan, pengikat logam, pemutih,
pengental, emulsifier, buffer (asam,
alkali), zat gizi, flavoring agent dan lain-
lain
Pemakaian bahan tambahan makanan
memberikan keuntungan besar bagi
industri makanan. Salah satunya adalah
mengawetkan makanan. Adakalanya
untuk mencegah kelebihan produksi
hasil pertanian di negara-negara
berkembang diperlukan suatu alternatif
untuk mengawetkan makanan,
sehingga saat musim paceklik dan
kebutuhan bahan makanan tidak
mencukupi maka proses pengawetan
makanan dijadikan alternatif
memecahkan masalah tersebut.
Sehingga kebutuhan akan produk
makanan masih dapat ditanggulangi.
Cara tertua penggunaan bahan pengawet
makanan adalah dengan menggunakan
asap yang dapat mengawetkan daging.
Kalsium propionate atau natrium
propionate digunakan untuk menghambat
pertumbuhan kapang, asam sorbat
menghambat pertumbuhan kapang dalam
keju, sirup dan buah kering. Bahan kimia
yang digunakan sebagai pengawet
diharapkan dapat mengganggu kondisi
optimal pertumbuhan mikroba tersebut.
Ditinjau secara kimiawi, pertumbuhan
mikroba yang paling rawan adalah
keseimbangan elektrolit pada sistem
metabolismenya. Karena itu bahan kimia
yang digunakan untuk antimikroba yang
efektif biasanya digunakan asam-asam
organik. Bahan pengawet adalah zat kimia
yang dapat menghambat kerusakan pada
makanan, karena serangan bakteri, ragi,
dan cendawan.
Reaksi-reaksi kimia yang sering harus
dikendalikan adalah reaksi oksidasi,
pencoklatan (browning) dan reaksi
enzimatis lainnya. Reaksi enzimatis
dirangsang aktivitas mikroba, sehingga
pertumbuhan mikroba ditekan, dan
diharapkan reaksi enzimatis berkurang.
Dengan merusak sel dan aktivitas jaringan
yang menurun, maka aktivitas enzim akan
menurun pula, kecuali jika terdapat oksigen
atau senyawa logam.
Oksigen adalah salah satu sumber
penyebab kerusakan oksidatif dan
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
23
enzimatis. Kerusakan oksidatif dapat
dicegah dengan penambahan bahan
kimia yaitu antioksidan atau senyawa
pereduksi lainnya. Antioksidan yang
sering digunakan adalah vitamin E,
butylated hydroxyl anisol (BHA),
butylated hydroxyl toulen (BHT).
Penggunaan bahan tambahan
makanan lainnya seperti pewarna
makanan, warna dapat memperbaiki
dan memberikan daya tarik tersendiri.
Makanan akan lebih menarik dan
menimbulkan selera dengan warna
yang indah. Penggunaan pewarna
dalam bahan makanan dimulai pada
akhir tahun 1800, yaitu pewarna
tambahan berasal dari alam seperti
kunyit, daun pandan, daun suji atau
karamel. Zat warna sintetik ditemukan
William Henry Perkins tahun 1856, zat
pewarna ini lebih stabil dan tersedia dari
berbagai warna. Zat warna sintetis mulai
digunakan sejak tahun 1956 dan saat ini
ada sekira 90% zat warna buatan
digunakan untuk industri makanan.
Bahan tambahan makanan yang
digunakan untuk memperbaiki tekstur
dan kualitas makanan merupakan
kelompok yang paling banyak
digunakan dalam pengolahan bahan
makanan, di antaranya adalah
pengental yaitu bahan tambahan yang
digunakan untuk menstabilkan,
memekatkan atau mengentalkan
makanan yang dicampurkan dengan air,
sehingga membentuk kekentalan tertentu.
Contoh pengental adalah pati, gelatin,
dan gum (agar, alginat, karagenan).
Emulsifier adalah zat yang dapat
mempertahankan disperse lemak dalam air
dan sebaliknya. Pada mayonaise tanpa
adanya emulsifier, maka lemak akan
terpisah dari airnya. Contoh emulsifier yaitu
kuning telur dan lesitin.
Zat pemanis buatan biasanya digunakan
untuk membantu mempertajam rasa manis.
Beberapa jenis pemanis buatan yang
digunakan adalah sakarin, siklamat, dan
aspartam.(Berbagai sumber)
Ancaman Bahan tambahan makanan
Bahan tambahan makanan yang
digunakan untuk memperbaiki tekstur dan
kualitas makanan merupakan kelompok
yang paling banyak digunakan dalam
pengolahan bahan makanan, hal ini
apabila penggunaanya tidak dikendalikan
atau digunakan tanpa aturan minimal
yang di perbolehkan, akan sangat mungkin
dapat menimbulkan reaksi pada tubuh kita
yang tidak kita duga, misalkan saja apa
bila di gunakan dalam jumlah besar dan
waktu yang lama, bukan tidak mungkin
akan menjadi prekursor atau pencetus
timbulnya penyakit degeneratif seperti
kanker, kelainan genetis bahkan akan
menimbulkan kerusakan permanen pada
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
24
organ vital tubuh kita, walaupun tiap
individu mempunyai respon yang
berbeda, namun hal tersebut tetap
akan selalu mengancam kesehatan
manusia dalam jangka waktu tertentu.
Sebetulnya ada methoda bagaimana
kita bisa memprediksi kapan asupan
yang mempunyai risiko terhadap
kesehatan dapat di ketahui atau
diperkirakan, sehingga kita bisa
melimitasi atau membuat suatu startegi
dengan cara membuat pola asupan
yang seimbang atau alternatif asupan
yang kita makan, yaitu dengan
methoda Risk assessment terhadap
makanan yang kita makan. Pengukuran
daily intake dihitung dengan faktor risiko
yang akan dihadapi dikalikan dengan
lama waktu pemajanan dan dibagi
dengan berat badan atau status gizi,
maka pada akhirnya kita dapatkan pola
asupan yang tetap sehat walaupun kita
mengkonsumsi makanan yang mempunyai
faktor risiko kesehatan.
Penutup
Bahwa untuk melindungi masyarakat dari
bahaya yang ditimbulkan oleh zat
tambahan makanan, baik itu pewarna,
pemanis, pengemulsi dan lainnya, maka
hal tersebut perlu diatur dan di awasi
penggunaanya baik itu oleh pemerintah
berbentuk peratuan menteri, perda,
bahkan masyarakat di mana barang ini
beredar, disamping hal tersebut perlu
adanya kesadaran dan pengetahuan bagi
masyarakat luas dan pada khususnya
kalangan industri atau produksi makanan
rumahan bahkan rumah tangga,
memahami arti bahaya dari penggunaan
bahan tambahan makanan tersebut, bila
digunakan dalam jumlah yang berlebih
bahkan dalam waktu yang lama. @
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
25
FOSFIN SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI METHYL BROMIDE
Montreal protokol menegaskan
bahwa telah terjadi kerusakan ozon
yang luar biasa diatas lapisan muka
bumi yang berdampak kepada
terjadinya perubahan iklim yang sangat
besar, sebagai contoh akan terjadi efek
rumah kaca, pencairan es di kutub,
perubahan prilaku vektor penyakit akan
bertambah ganas, serta pemanasan
global. Perusakan ozon antara lain
disebabkan oleh bahan perusak ozon (BPO),
salah satunya adalah methyl bromida
( Ch3Br). Oleh karena itu, penggunaan atau
konsumsi methyl bromida mulai dihapus
secara bertahap.
Methyl bromida ( Ch3Br)
Methyl bromida ( Ch3Br) merupakan
pestisida untuk penggunaan terbatas
dari bahan aktif metil bromida yang
telah terdaftar dan memperoleh izin
Menteri Pertanian sebanyak 8 (delapan)
formulasi, yaitu Metabrom 98 LG,
Mebrom 98 LG, Sobrom 98 LG, Biometh
98 LG, Metilgas 98 LG, Methybrom 98 LG,
Antarbrom 98 LG, dan Dupibrom 98 LG.
Penggunaan metil bromida di
Indonesia digunakan untuk Kesehatan
Pelabuhan, Karantina Tumbuhan dan
penyimpanan hasil pertanian. Sejalan
dengan komitmen pemerintah
sehubungan dengan upaya
penghapusan bahan perusak ozon
sebagaimana telah diratifikasinya
ketentuan Montreal Protocol, Mentri
Pertanian memberikan ijin sementara
dengan jumlah (kuantitas) yang tebatas
selama 1 (satu) tahun.
Konvensi Wina dan Protokol Montreal
Konvensi Wina ( 22 Maret 1985) :
* Komitmen berbagai pihak / negara
untuk melindungi kesehatan manusia
dan lingkungan dari pengaruh
penipisan lapisan ozon dan negara -
negara harus bekerja sama dalam
penelitian, observasi dan pertukaran
informasi Protokol Montreal ( 16 Sep-
tember 1987 ):
* Penjelasan secara rinci mengenai ba-
gaimana berbagai pihak / negara
harus menurunkan produksi dan konsumsi
bahan – bahan kimia perusak ozon
Sebagai konsekuensinya Indonesia wajib
mematuhi ketentuan konvensi Wina dan
Protokol Monteral, yakni :
* Melakukan upaya perlindungan
lapisan ozon
* Mengawasi dan mengendalikan kon-
sumsi BPO (Bahan Perusak Ozon)
Informasi penting
* Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 7 Tahun 1973 bahwa setiap
pestisida yang di edarkan, disimpan dan
digunakan harus terlebih dahulu
terdaftar dan memperoleh ijin Menteri
Pertanian
* Tahap awal penghapusan methyl
bromida ( Ch3Br) yakni penghapusan
methyl bromida ( Ch3Br) untuk
penggunaan fumigasi pergudangan
(biji-bijian) pada tanggal 31 Desember
2007 dan di ganti dengan
menggunakan fosfin (PH3) yaitu
Almunium Fosfin dan magnesium fosfin.
* Tahap berikut yakni penghapusan
methyl bromida ( Ch3Br) untuk kegiatan
lain, termasuk untuk kegiatan fumigasi
kapal.
Jenis perijinan pestida
Perijinan pestisida dapat dibedakan
menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
26
1. Ijin Percobaan
Ijin Percobaan diberikan dengan
maksud agar pemohon dapat
membuktikan kebenaran atas
klaim produk yang akan
didaftarkannya, yaitu klaim yang
berkaitan dengan mutu, efikasi
dan toksisitas pestisida.
Ijin percobaan diberikan untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun dan
dapat di perpanjang 2 (dua) kali
masing – masing untuk jangka
waktu satu tahun.
2. Ijin Sementara
Ijin Sementara pestisida diberikan
dengan maksud agar pemohon
pendaftaran dapat melengkapi
data dan informasi sesuai dengan
persyaratan teknis dan
administrasi yang telah
ditetapkan.
Pestisida yang telah memperoleh
izin sementara dapat diproduksi /
diedarkan atau digunakan dalam
jumlah yang terbatas dan
ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Pertanian.
Ijin percobaan diberikan untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun
dapat di perpanjang 3 (tiga) kali
masing-masing untuk jangka
waktu satu tahun.
3. Ijin Tetap
Ijin tetap pestisida diberikan kepada
pemohon yang telah memenuhi
seluruh persyaratan baik teknis
maupun administrasi.
Pestisida yang telah memperoleh ijin
tetap dapat digunakan / diedarkan
secara komersial dengan jumlah
yang tidak terbatas dan diterapkan
dengan Keputusan Menteri
Pertanian.
Ijin tetab berlaku selama 5 (lima)
tahun
Walaupun demikian, pestisida yang telah
memperoleh ijin sementara maupun ijin
tetap namun apabila diketahui
menimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan manusia, maka Menteri
Pertanian dapat mencabut status ijin
pestisida tersebut.
Peraturan Pemerintah No. 74
Salah satu peraturan perundangan yang
dapat dipakai sebagai kekuatan bagi
petugas KKP yakni PP No. 74 tentang
Pengelolaan Bahan Beracun dan
Berbahaya
* Pasal 8
√ Setiap orang yang melakukan
kegiatan impor B3 yang terbatas
dipergunakan dan atau yang per-
tama kali di impor, wajib mengikuti
prosedur notifikasi
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
27
√ Notifikasi sebagai mana dimak-
sud, wajib disampaikan oleh
otoritas Negara pengekspor
kepada instansi bertanggung-
jawab.
* Pasal 28 :
√ Wewenang pengawasan terha-
dap kegiatan pengelolaan B3 di-
lakukan oleh instansi yang ber-
tanggung jawab dan instansi
yang berwenang sesuia dengan
bidang tugas nya masing-masing
√ Dalam hal tertentu, wewenang
pengawasan terhadap kegiatan
pengelolaan B3 sebagai mana
dimaksud, dapat diserahkan
menjadi urusan provinsi/
kabupaten/kota.
* Pasal 30 :
Setiap orang yang melakukan
kegiatan pengelolaan B3 wajib :
√ Mengizinkan pengawas untuk
memasuki lokasi kerja dan mem-
bantu terlaksananya tugas pen-
gawasan.
√ Mengizinkan pengawas untuk
mengambil contoh B3
√ Memberikan keterangan dengan
benar baik lisan maupun tertulis
√ Mengizinkan pengawas untuk
melakukan pemotretan di lokasi
kerja dan mengambil gambar
* Pasal 31 :
Setiap orang yang melakukan kegiatan
pengelolaan B3 wajib menyampaikan
laporan tertulis tentang pengelolaan B3.
Sikap KKP ?
Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 7 Tahun 1973, Kantor Kesehatan
Pelabuhan harus lebih berhati – hati dalam
pemilihan insektisida yang akan dipakai
untuk pengendalian vektor di Pelabuhan
dan harus lebih berhati – hati dalam
penyelenggaraan pengawasan fumigasi
ataupun disinseksi yang dilakukan oleh
Badan Usaha Swasta (BUS). Oleh karena
itu, KKP harus memiliki acuan tentang
pestisida yang telah terdaftar dan diijinkan
pemakaiannya di Indonesia.
Kenapa demikian?
Saat ini, arus globalisasi perdagangan
semakin pesat, terbukti bahwa masuknya
beragam barang ke Wilayah Nusantara
tercinta ini semakin terasa, termasuk
peredaran masuknya berbagai jenis
pestisida. Oleh karena itu, KKP harus lebih
selektif dalam proses pengadaan barang
(khususnya insektisida) walaupun oleh
rayuan – rayuan yang melankolis, misalnya
bahwa barang dari Manca Negara
memiliki Lethal Dosis tepat
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
28
KKP tidak perlu terlalu resah
karena saat ini penggunaan methyl
bromida ( Ch3Br) untuk kegiatan
fumigasi kapal masih diperkenankan.
Selanjutnya, bagaimana cara fumigasi
menggunakan fosfin, silakan
bertandang ke KKP Kelas I Tanjung Priok.
Alternatif pengganti methyl bromida
( Ch3Br)
Salah satu alasan memilih jenis
fumigan methyl bromida ( Ch3Br) ini
adalah waktu pemaparannya
( exposure time ) yang lebih singkat jika
dibandingkan dengan fumigan lainnya
sehingga biaya yang dibutuhkan pun
akan menjadi lebih efisien. Namun,
dibalik keunggulan yang dimiliki jenis
fumigan methyl bromida ( Ch3Br)
tersebut, dalam aplikasinya berpotensi
menyebabkan terjadinya kerusakan
lingkungan yakni terjadinya penipisan
lapisan ozon
Pada saat ini sudah ada
beberapa alternatif pengganti metil
bromida yang telah terdaftar maupun
yang saat ini sedang dalam proses
pendaftaran. Alternatif pengganti metil
bromida yang telah terdaftar yaitu
alumunium fosfida dan magnesium
fosfida, sedangkan alternatif pengganti
yang saat ini sedang dalam
prosespendaftaran adalah sulfuril
fluorida
Fosfin murni merupakan gas yang
tidak berbau dan tidak berwarna. Untuk
alasan keamanan, fosfin murni umumnya
ditambahkan dengan zat lain diantaranya
amonium carbamat sehingga saat
terdeteksi akan menimbulkan aroma seperti
bawang putih atau karbit.
Berat jenis fosfin hanya sedikit lebih
berat dari berat jenis udara sehingga
kemampuan menyebarnya lebih cepat
sehingga aplikasinya cukup diletakkan
pada bagian bawah komoditi. Selain itu
fosfin juga memiliki kemampuan penetrasi
ke dalam biji yang lebih baik sehingga
efektik mengendalikan serangga yang
berada dalam biji.
a. Sifat-sifat fisika dan kimia fumigan fosfin
* Nama kimia : Hydrogen Phospide
* Nama dagang :Celphos, Fumiphos,
Phostoxin, Quickphos, Shenphos, dll.
* Rumus kimia : PH3
* Berat molekul : 34,04
* Titik didih : - 87.40C
* Berat jenis gas : 1234 ( udara = 1 )
* Kelarutan dalam air : sangat kecil
* Bentuk formulasi : berupa Pellet,
tablet, pelate, bag dan strip
b. Sifat khusus
* Mudah terbakar dan meledak bila
kontak dengan air pada konsentrasi di
atas 1.8 % diudara
* Gas yang terbentuk bergerak dari
bawah keatas
* Gas langsung terbentuk setelah 1-4
jam setelah berhubungan dengan
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
29
udara.
* Formilasi standar berat fosfin = 1/3
berat padatan
c. Sifat kimia lain
* Gas yang timbul bereaksi dengan
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
30
Kelebihan dan Kekurangan Fosfin dibandingkan MB
N
o
URAIAN PH3 MB
Kelebihan : Kekurangan :
1. Efek terhadap
lingkungan
- Tidak merusak lapisan Ozon - Merusak
2. Germinasi - Tidak berpengaruh - Berpengaruh
3. Residu - Relatif tidak meninggalkan residu - Meninggalkan
residu
4. Prosedur aplikasi - Lebih simpel - Lebih rumit
5. Kebutuhan alat
bantu
- Sedikit - Lebih banyak
6. Alat pemanas - Tidak perlu - Perlu pemanas
7. Kebutuhan Fan
( kipas )
- Tidak butuh - Butuh
8. Transportasi - Lebih mudah - Lebih sulit
9. Harga - Relatif lebih murah - Relatif lebih mahal
Kekurangan : Kelebihan :
1. Lama aksposa - Lebih lama ( min 3 x 24 jam ) - Lebih cepat ( 1 x 24
jam )
2. Spektrum - Hanya efektif pada temperature
diatas 150C
- Efekti pada
temperature diatas
100C
3. Efek pada logam - Efek karat - Tidak ada efek
4. Potensi ledakan - Meledak pada konsentrasi 1.8 % - Tidak mudah mele-
dak
semua jenis metal ( khususnya
perangkat listrik ). Emas dan perak
sehingga menimbulkan efek karat.
* Tidak meninggalkan residu.
( penulis : RBA WIDJONARKO,SKM,MKes )
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
31
BEBERAPA PERALATAN SEDERHANA LABORATORIUM ENTOMOLOGI Oleh : RBA Widjonarko SKM,M.Kes
Beberapa peralatan sederhana
laboratorium entomologi yang harus dimiliki
oleh Kantoor Kesehatan Pelabuhan, antara
lain :
1. Peralatan optic, antara lain : kaca
pembesar / loupe dan mikroskop,
seperti gambar dibawah ini
.
Cara menggunakan loupe
a. Pegang loupe pada tangan kanan
atau kiri sesuai dengan kebi-
asaannya, pergunakan dulu lensa
pembesaran kecil.
b. Arahkan loupe searah sinar datang
kira – kira dengan sudut sebesar 450 .
c. pegang sediaan/preparat dengan
menjepit antara jari manis dan
jempol
d. letakkan jari telunjuk di bagian
belakang sediaan yang berfungsi
sebagai pengatur cahaya
(condensor)
e. Bila yang dicari telah ditemukan,
maka untuk lebih jelas lagi pakailah
lensa dengan ukuran pembesaran
yang lebih besar
f. Aturlah lensa mendekati atau
menjauhi obyek untuk mencari
fokusnya.
2. Peralatan untuk menangkap dan
mengidentifikasi jentik / nyamuk
Beberapa peralatan untuk
menangkap dan menguji nyamuk,
antara lain :
LOUPE
Aspirator
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
32
PIPET
JARING NYAMUK
Botol / Vial bottle
Slide box
Paper cup
Jarum seksi
Pinset
Obyek glass
Bahan – bahan untuk mengidentifikasi
jentik / nyamuk
Peralatan untuk mengukur factor –
faktor lingkungan
Peralatan untuk mengukur faktor
lingkungan dalam survei vektor, antara
lain : pH meter, hygrometer,
anemometer, dll
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
33
Kain kasa
Alkohol 70%
Alkohol 96%
Chloroform
pH Meter
hygrometer
D i dalam PC (personal com-
puter) pastilah memiliki pro-
gram Windows yang me-
muat aplikasi – aplikasi bawaan, apalagi
sekarang computer semakin memasuki
ke berbagai disiplin ilmu dengan berba-
gai kepentingan pribadi, organisasi , per-
kantoran dan multi kepentingan lainnya.
Namun disayangkan jika computer atau
notebook/laptop hanya untuk mengetik
di plapon miscrosoft word aja. Untuk
menjadi professional di dalam suatu
bidang pastilah memulainya dari awal
yang paling sederhana. Mari penulis
mengajak menengok satu bawaan ap-
likasi gratis dari Window dan pastinya di
computer telah terinstal Windows Xp
pack 1 atau 2 siapakah “DIA” ?.
Di saat kita membuka start windows > all
program ada tampilan “ windows
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
34
MENGEDIT FILM YO……
Oleh : Nana Mulyana
movie maker “ yang merupakan aplikasi un-
tuk mengedit video, gambar sehingga men-
jadikan hidup sebagai tampilan movie.
Walaupun memiliki keterbatasan membaca
codec dari format video seperti dat( format
vcd), mov(hasil rekaman camera digital) , rm
( video web) , 3gp (hasil camera dari phone
mobile/HP) dan sebagian avi (hasil camera
Mp 4 dan video camera digital), jadi yang
bisa dibacanya dalam format video adalah
dengan format mpg, mpeg, mpe, wmv se-
dangan format gambar yang tidak bias di-
baca adalah format ico(icon) selain itu
seperti format png, jpg, bmp dapat diba-
canya.
Yoo …. kita memulai tahapan mengoperasi-
kannya
1. Untuk membukanya start > all pro-
grams > windows Movie Maker “klik
mouse kiri 1x atau 2x”, inilah tampi-
lannya, cakepkan ?
Bersambung ke halaman ………………….. 46
(empat ratus delapan puluh juta rupiah).
BAB XI
PENYERAHAN URUSAN DAN TUGAS PEMBANTUAN
Pasal 60
(1) Pemerintah dapat menyerahkan sebagian urusan di bidang pangan kepada Pemerintah
Daerah, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Pemerintah dapat menugaskan Pemerintah Daerah untuk melaksanakan tugas pembantuan
di bidang pangan.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
BAB XII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 61
(1) Dalam hal terjadi keadaan kekurangan pangan yang sangat mendesak, Pemerintah dapat
mengesampingkan untuk sementara waktu ketentuan Undang-undang ini tentang persyaratan
keamanan pangan, label, mutu, dan atau persyaratan gizi pangan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan tetap
memperhatikan keselamatan dan terjaminnya kesehatan masyarakat.
Pasal 62
Bilamana dipandang perlu, Pemerintah dapat menunjuk instansi untuk mengkoordinasi
terlaksananya Undang-undang ini.
Pasal 63
Undang-undang ini dan peraturan pelaksananya tidak berlaku bagi pangan yang diproduksi dan
dikonsumsi oleh kalangan rumah tangga.
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 64
Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini semua peraturan perundang-undangan tentang
pangan yang telah ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
Undang-undang ini.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
35
PENGAMANAN MAKANAN DI WILAYAH PELABUHAN
( Naskah kedua )
Sambungan buletin vol II no 3 :
Pasal 65
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 4 November 1996
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
SOEHARTO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 4 November 1996
MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA ttd
MOERDIONO
Pada naskah kedua ini disajikan format pemeriksaan TPM yang mengacu pada
Keputusan Menteri Kesehatan no. 1098/2003, tentang persyaratan hygiene sanitasi
rumah makan dan restoran, antara lain :
Format pemeriksaan TPM yang saat ini digunakan pada KKP Kelas I Tanjung, sebagai
berikut :
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
36
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PP& PL
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK
PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI
RUMAH MAKAN DAN RESTORAN
1. Nama rumah makan/restauran ……………………………………………………………………... :
2. Alamat ……………………………………………………………………... :
3. Nama pengusaha/penanggung jawab ……………………………………………………………………... :
4. Jumlah karyawan ……………………………………………………………………... :
5. Jumlah penjamah ……………………………………………………………………... :
6. Nomor/tanggal izin usaha ……………………………………………………………………... :
a. Laik Hygiene Sanitasi (KKP) ……………………………………………………………………... :
b. Adpel ……………………………………………………………………... :
c. Pelindo II ……………………………………………………………………... :
7. Nama pemeriksa ……………………………………………………………………... :
Cara Pengisian :
1. Kolom 3, beri tanda lingkaran O pada salah satu nilai yang paling sesuai.
2. Kolom 4 (empat), adalah hasil perkalian kolom 2 dengan nilai yang dipilih pada kolom 3
(tiga).
3. Nilai 0 (Nol), adalah wujud fisik sarana tidak ada
4. Batas Skore tingkat mutu/laik hygiene sanitasi minimal 700
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
37
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
38
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
39
Pemeriksaan kelaikan kesehatan TPM ini
dianjurkan dilakukan 6 (enam) bulan sekali
namun KKP Kelas I Tanjung Priok
melakukan pemeriksaan setiap bulan,
dengan harapan agar para pengelola
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
40
TPM secara rutin dapat dibina dalam
rangka peningkatan kesehatan TPM nya.
Prosedure tetap tahapan kegiatan
pengawasan makanan terhadap TPM
yang berada dalam wilayah pelabuhan, KKP Kelas I Tanjung Prioik menyelenggarakan
tahapan sebagai berikut :
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
41
Keracunan yang berhubungan dengan
makanan
Keracunan yang perlu diketahui oleh
petugas lapangan KKP, antara lain :
1. Keracunan Antimoni
Penyebab dan sumbernya
adalah antimoni didalam
peralatan masak berenamel
Waktu inkubasi adalah
beberapa menit sampai 1 jam
Gejalanya, muntah, kejang
perut, diare
Sekilas urutan kejadiannya,
menyimpan makanan berasam
tinggi didalam peralatan masak
berenamel, atau peralatan
masak berenamel yang retak
Spesimen yang diambil, sisa
makanan, muntahan ,faeces,
urine
2. Keracunan Kadmium
Penyebab dan sumbernya
adalah Kadmium dalam
peralatan masak
Waktu inkubasi adalah 15 menit
sampai 30 menit
Gejalanya, muntah, kejang perut,
diare, syok
Sekilas urutan kejadiannya,
menyimpan makanan berasam
tinggi didalam peralatan masak
yang mengandung kadmium, atau
menelan makanan yang
mengandung kadmium
Spesimen yang diambil, sisa
makanan, muntahan ,feces, urine
3. K eracunan Tembaga
Penyebab dan sumbernya adalah
tembaga dalam peralatan masak
ataupun pipa air
Waktu inkubasi adalah beberapa
menit sampai beberapa jam
Gejalanya, rasa logam di mulut,
mual, muntah (muntahan berwarna
hijau), sakit perut, diare
Sekilas urutan kejadiannya,
menyimpan makanan berasam
tinggi didalam peralatan masak
yang mengandung tembaga, atau
menggunakan pipa tembaga untuk
mengeluarkan air berasam tinggi
Spesimen yang diambil, sisa
makanan, muntahan cucian perut,
urine, darah
4. Keracunan Timbal
Penyebab dan sumbernya adalah
timbal dalam peralatan masak dari
tanah ataupun peralatan masak
yang dicat, diplester atau disolder
Waktu inkubasi adalah 30 menit
sampai lebih lama
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
42
Gejalanya, rasa logam di mulut,
mual, mulut terasa terbakar, sakit
perut, feces berdarah atau hitam,
bau mulut tak sedap, syok, garis
biru pada gusi
Sekilas urutan kejadiannya,
menyimpan makanan berasam
tinggi didalam peralatan masak
yang mengandung timbal atau
peralatan makanan yang dicat,
diplester, disolder
Spesimen yang diambil, sisa
makanan, muntahan, cucian
perut, urine, darah, faeces
5. Keracunan Timah
Penyebab dan sumbernya
adalah timah pada kaleng
bertimah
Waktu inkubasi adalah 30 menit
sampai 2 jam
Gejalanya, perut kembung, mual
muntah, kejang perut, diare, sakit
kepala
Sekilas urutan kejadiannya,
menyimpan makanan berasam
tinggi didalam peralatan masak
yang mengandung timah atau
makanan kaleng bertimah
Spesimen yang diambil, sisa
makanan, muntahan, faeces,
urine, darah
6. Keracunan Seng
Penyebab dan sumbernya adalah
seng didalam wadah yang
tergalvanisasi
Waktu inkubasi adalah beberapa
menit sampai beberapa jam
Gejalanya, sakit didalam mulut dan
perut, mual, muntah, pusing
Sekilas urutan kejadiannya,
menyimpan makanan berasam
tinggi didalam kaleng yang
tergalvanisasi
Spesimen yang diambil, sisa
makanan, muntahan, feces,urine,
darah
7. Keracunan Bacillus aereus
Penyebab dan sumbernya adalah
Enterotoksin b. Aerus mikroba di
dalam tanah
Waktu inkubasi adalah 30 menit
sampai 5 jam
Gejalanya, mual, muntah, kadang-
kadang diare
Sekilas urutan kejadiannya,
menyimpan makanan matang pada
suhu ruangan, menyimpan makanan
matang di dalam wadah besar di
dalam kulkas, menyiapkan makan
beberapa jam sebelum
menghidangkan
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
43
Spesimen yang diambil, sisa
makanan, muntahan, faeces
8. Keracunan staphylococus
Penyebab dan sumbernya
adalah Enterotoksin A, B, C, D, E
atau F, Staphylococus aereus.
Staphylococus dari hidung, kulit,
dan luka orang dan hewan
(kambing dan sapi)
Waktu inkubasi adalah 1 sampai 8
jam, rata-rata sampai 4 jam
Gejalanya, mual, muntah, sakit
perut,diare, prostation
Sekilas urutan kejadiannya,
menyimpan makanan matang
pada suhu ruangan, menyimpan
makanan matang di dalam
wadah besar di dalam kulkas,
menyentuh makanan matang,
menyiapkan makanan beberapa
jam sebelum menghidangkan,
orang yang luka bernanah,
memegang makanan pada suhu
hangat (suhu inkubasi bakteri),
fermentasi makanan berasam
rendah tak normal
Spesimen yang diambil, untuk
orang sakit (muntahan, feces,
usapan rectal) sedang pembawa
(usapan hidung, usapan luka,
usapan rectal)
9. Keracunan Nitrit
Penyebab dan sumbernya adalah
nitrit atau nitrat yang dipakai
sebagai bahan kering daging
Waktu inkubasi adalah 1 sampai 2
jam
Gejalanya, mual, muntah, sianosis,
sakit kepala, pusing, lemas,
kehilangan kesadaran, darah
berwarna cokelat
Sekilas urutan kejadiannya, makanan
apa saja yang terkontaminasi secara
tidak sengaja, bayam yang terpapar
nitrifikasi berlebihan, menggunakan
nitrit atau nitrat berlebihan di dalam
makanan untuk menutupi kerusakan
(menyangka nitrit sebagai garam
biasa), refrigrasi yang salah pada
produk segar, lahan terfertilisasi yang
di nitrifikasi berlebihan
Spesimen yang diambil, sisa
makanan, darah
10. Keracunan Organofosfat
Penyebab dan sumbernya adalah
insektisida kelompok Organofosfat
(parathion, TEPP, diazonin,
malathion)
Waktu inkubasi adalah beberapa
menit sampai beberpa jam
Gejalanya, mual, muntah, kejang,
diare, sakit kepla, nervous,
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
44
penglihatan kabur, sakit dada,
sianosis, bingung, twictching
Sekilas urutan kejadiannya,
makanan apa saja yang
terkontaminasi secara tidak
sengaja, menyimpan insektisida
di ruang yang sama dengan
makanan, menyangka pestisida
adalah makanan kering
Spesimen yang diambil, sisa
makanan, darah, urin, biopsy
lemak
11. Keracunan Karbamat
Penyebab dan sumbernya
adalah insektisida kelompok
Carbaryl ( sevin), Temik ( aldicarb)
Waktu inkubasi adalah ½ jam
Gejalanya, sakit lambung,
muntah, air ludah berlebihan,
berkeringat, pipil menhecil, tidak
ada koordinasi otot
Sekilas urutan kejadiannya,
makanan yang tak sengaja
terkontaminasi (semangka),
makanan apa saja yang
terkontaminasi secara tidak
sengaja, menyimpan insektisida
di tempat yang sama dengan
makanan, menyangka pestisida
adalah makanan kering
Spesimen yang diambil, darah,
urine
12. Keracunan Merkuri (Hg)
Penyebab dan sumbernya adalah
senyawa etil dan etil merkuri dari
limbah industri dan merkuri organik
dalam fungisida
Waktu inkubasi adalah 1 minggu
atau lebih
Gejalanya, mati rasa, lemah kaki,
paralisis spastic, kerusakan
penglihatan, buta,koma
Sekilas urutan kejadiannya, pakan
hewan dengan mendapat
perlakuan fungisida yang
mengandung merkuri, memakan biji
– bijian yang mendapat perlakuan
fungisida merkuri (daging babi, ikan,
kerang-kerangan)
Spesimen yang diambil, sisa
makanan, urin, darah, rambut
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
45
Sambungan dari halaman ………. 34
2. Dalam Capture video bisa memasukan/ import video, music dan audio lainya
(rekaman suara kita), sekarang kita memasukan video dari folder dimana file video
disimpan (jangan lupa format yang akan dimasukan harus bisa di baca oleh
WMM). Jika telah terpilih klik 2 kali di format tersebut atau klik import.
3. Setelah diimport maka akan tercantum di collections, klik mouse kanan 1x dan klik di
add time line ( Ctrl + D ), maka video tadi sudah tertera di show storyboard. Jika
ingin masukan gambar ikuti langkah diatas.
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
46
4. Jika ingin menghapus di time line maka klik kanan di mouse 1x dan delete, se-
dangkan jika ingin memasukan audio/music lakukan langkah seperti memasukan
video dan gambar. Tunggu dulu krusor dengan garis biru pada posisi di awal.
5. Sekarang kita melangkah pada edit movie, view video effect adalah untuk ef-
fect dari video yang dihasilkan, view video transitions adalah effect antara tam-
pilanvideo satu ke video lain atau peralihan gambar sedangkan make titles or
credits adalah menambahkan kalimat pembuka pada awalan after atau dian-
tara video atau akhiran video (seperti film layar lebar).
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
47
6. Setelah semuanya selesai apa yang kita inginkan jangan dulu disimpan baik di
computer, di CD, kirim ke web atau DV camera, dicoba dulu diputar „play‟ se-
hingga jika ada kekurangan baik music, gambar atau video juga setingan teksnya
maka bisa diedit ulang. Untuk baiknya lebih baik hasil editan ini disimpan dicom-
puter. Lakukan klik save to my computer berikan nama movie dan simpanlah di
folder my video di My Document lakukan browse untuk mencarinya. Setelah Oke
klik next pilihlah “best quality for play back on my computer (recommended)”.
7. Klik next untuk meneruskan simpanan dan ada tampilan apakah setelah selesai
disimpan video akan diputar play movie when I clik finish ,jika ya klik centangn
pada kolom dan jika kosongnkan kotak tersebut( harus diingat jika belum diinstal
winamp bisa juga diputar otomatis di window media player… jangan kawatir).
Selamat mencoba !!! Belum mengerti ? hubungi aja via email kepada :
[email protected]. (selesai)
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
48
Menyambut era globalisasi pasar
bebas beberapa tahun terakhir ini per-
tumbuhan telah terjadi di seluruh Negara,
termasuk Indonesia tercinta ini. Secara
otomatis, dampak kemajuan ekonomi
dunia juga telah terjadi dengan segala
konsekuensinya.
Walau sering dilakukan
pemberantasan dan depopulasi, ”tikus”
di setiap negara tetap exist, tidak pernah
punah. Mereka tinggal di sekitar tempat
”kantong – kantong” makanan sambil
berceloteh bahwa ”kami tidak akan
punah dan kami ini adalah kelompok
pewaris yang paling menikmati dampak
kemajuan ekonomi”.
Sejak jaman dahulu kala, tikus su-
dah sangat akrab dg kehidupan manusia
bahkan menurut Mc Neely (antropol) &
Watchel (psikol) The soul of the Tiger
(1988) : tikus paling menikmati dampak
dari kemajuan ekonomi di Benua Asia. Di
China tikus sebagai lambang
kemakmuran karena mereka terampil
membuat lubang dan lincah dalam
mencari makan di segala musim.
Sedangkan sebagian masyarakat di
pantai selatan Jawa Tengah
menganggap bahwa tikus adalah
balatentara dari penguasa laut selatan
sehingga kehadiranya tidak boleh diusik
bila tidak ingin celaka.
Para zoolog menggolongkan tikus
kedalam Ordo Rodentia, sub ordo
myomorpha, famili muridae, sub famili
muriane, genus : Mus, Rattus dan
bandicota. Yang harus kita ketahui pada
saat pemeriksaan tikus di kapal yakni
tanda – tanda kehidupan / keberadaan
tikus di kapal.
Tanda-tanda kehidupan / keberadaan
Tikus
* Dead rodent (kematian tikus)
* Rodent smears/feces/hairs/nests
(rambut / tinja / Corengan / sarang
tikus)
* Rodent gnaw marks (tanda ker-
atan / gerogotan / gigitan tikus)
* Rodent runs/burrows (bekas jalan /
lari / liang tikus)
* Rodent noise (suara berisik /
gaduh tikus)
Yang bertahta di tubuh sang tikus
yakni pinjal. Pinjal ini mempunyai 2000
spesies, yang kira-kira ¾ dari sejumlah spe-
sies tersebut menyukai induk semang he-
wan pengerat dan dewasanya makan
darah induk semangnya. Perhitungan in-
dex pinjal, silakan terjemahkan sendiri di-
bawah ini :
* The Total Flea Index :
the average number of fleas of all
spesies per rodent
* The Spesifik Index :
the average number of fleas per spe-
sies per host
* The Nest Index :
the average number of freeliving
fleas per spesies per rodent nest
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
49
PINJAL SI PENCETUS TINDAKAN BESAR
Oleh : Titiek Susilorini, BSc, RS, SE
( Staf pengajar pada Akademi Kesehatan Lingkungan Surabaya)
Xenopsylla cheopis
* The Burrow index :
the average number of freeliving
fleas per spesies per rodent burrow
* The House index :
the average number of Pulex irri-
tans or other human flea per hous
Sebenarnya pinjal inilah yang men-
yebabkan awal suatu kegiatan besar di
muka bumi ini yakni tindakan karantina
pertama kali di Venesia pada tahun
1348 terhadap kapal yang dicurigai ter-
jangkit penyakit PES. Pinjal ini menular-
kan penyakit dari tikus yang terjangkit
pes ke manusia sehingga tikus di kapal
harus diberantas.
Kapan pes masuk ke Indonesia ?
Diperkirakan pada tahun 1911 Pes ma-
suk melalui Pelabuhan Tg. Perak - Sura-
baya, tahun 1916 Pes masuk melalui Pe-
labuhan Semarang, tahun 1923 Pes ma-
suk melalui Pelabuhan Cirebon. Oleh
karena itu, pemerintah Belanda men-
gintensifkan penanganan kesehatan di
pelabuhan. Pada saat itu, penanganan
kesehatan di pelabuhan dilakukan oleh
oleh HAVEN ARTS (Dokter Pelabuhan)
dibawah koordinasi HAVEN MASTER
(Syahbandar), dan pada saat itu diben-
tuk 2 Haven Arts yakni di Pulau Rubiah -
Sabang dan Pulau Onrust di Teluk Ja-
karta. Setelah Indonesia merdeka (tahun
1949/1950), pemerintah RI membentuk 5
Pelabuhan Karantina, yaitu :
Pelabuhan Karantina Klas I :
Tanjung Priok dan Sabang
Pelabuhan Karantina Klas II :
Surabaya dan Semarang
Pelabuhan Karantina Klas III :
Cilacap
Selang 20 tahun kemudian yakni pada
tahun 1970, terbit SK Menkes nomor : 1025/
DD /Menkes, tentang pembentukan Dinas
Kesehatan Pelabuhan Laut (DKPL) dan Di-
nas Kesehatan Pelabuhan Udara (DKPU).
Dinas Kesehatan Pelabuhan Laut sebanyak
60 DKPL dan Dinas Kesehatan Pelabuhan
Udara sebanyak 12 DKPU, semuanya non
eselon.
Selang 8 tahun kemudian yakni pada
tahun 1978, terbit SK Menkes Nomor : 147/
Menkes/IV/78 DKPL/DKPU dilebur menjadi
Kantor Kesehatan Pelabuhan, dengan
eselon IIIB, yakni 10 KKP Kelas A dan 34 KKP
Kelas B. Perubahan kembali terjadi yakni
pada tahun 1985, terbitnya SK Menkes 630/
Menkes/SK/XII/85, menggantikan SK No.147,
jumlah KKP berubah menjadi 46 oleh
penambahan KKP kelas B (KKP Dili dan KKP
Bengkulu).
Pada tahun 2004 berubah oleh terbit-
nya SK Menkes nomor : 265/Menkes/SK/III
tentang Organisasi & Tata Kerja KKP yang
baru. KKP digolongkan kembali seperti
pada tahun 1949/1950, yakni :
1. KKP Kelas I (eselon II B) : 2 KKP
2. KKP Kelas II (eselon III A) : 14 KKP
3. KKP Kelas III (eselon III B) : 29 KKP
Kemudian pada tahun 2007, kembali terbit
Permenkes nomor : 167 merupakan perbai-
kan Kepmenkes No. 265 yakni penamba-
han KKP kelas` III menjadi 32 KKP sekaligus
wilayah kerjanya.
Perubahan – perubahan ini terjadi
sebagai konsekuensi dari kemajuan menje-
lang era globalisasi, terutama oleh adanya
pinjal (penular penyakit Pes) yang bertahta
di tubuh tikus si hewan pengerat yang
paling menikmati dampak kemajuan
ekonomi di setiap Negara. (@)
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
50
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan