16
Pillar 65 Daftar Isi Iman dari Allah Roh Kudus ............................................. 1 Meja Redaksi ................................ 2 Pokok Doa .....................................3 A Letter from Hell ....................4 Dwinatur Kristus........................ 6 SerSan ...............................................8 Mengubah atau Berubah ........ 9 Theology of The Cross .......11 TKB ............................................... 13 Cursed Christmas ....................14 Pentingnya Teologi Penginjilan ................................. 16 Buletin Pemuda Gereja Reformed Injili Indonesia Desember 2008 Pemimpin Redaksi: Edward Oei Wakil Pemimpin Redaksi: Ev. Diana Ruth Redaksi Pelaksana: Adhya Kumara Heruarto Salim Desain: Heryanto Tjandra Jacqueline Fondia Salim Redaksi Bahasa: Lukas Yuan Mildred Sebastian Yana Valentina Redaksi Umum: Budiman Thia Dharmawan Tjokro Erwan Yesaya Ishak GRII Lippo Bank Cab. Pintu Air Jakarta Acc. 745-30-707000 Sekretariat GRII Jl. Tanah Abang III No.1 Jakarta Pusat Tel. +62 21 3810912 www.buletinpillar.org [email protected] Redaksi: P enasihat: Pdt. Benyamin F. Intan Pdt. Sutjipto Subeno Ev. Alwi Sjaaf Iman dari Allah Roh Kudus NREC 2007 Oleh Pdt. Dr. Stephen Tong T etapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya (1Kor. 12:7-11). Di dalam 1 Korintus 12:7-11 ini, kita melihat bahwa Roh Kudus memberikan berbagai karunia kepada umat Allah, kepada setiap orang percaya. Ini yang kemudian dikenal sebagai karunia Roh Kudus. Setiap orang percaya dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. Karunia Roh diberikan “seperti yang dikehendaki-Nya” yaitu seturut kehendak Roh Kudus, bukan menurut kehendak kita, doa kita, ataupun ambisi kita. Karunia Roh Kudus hanya berasal dari Roh Kudus dan atas kehendak Roh Kudus. Di sini dinyatakan bahwa Roh Kudus yang memberikan iman kepada umat- Nya. Ayat ini adalah satu-satunya ayat yang menyatakan bahwa iman berasal dari Roh Kudus, dan sekaligus satu-satunya ayat yang menyatakan bahwa iman adalah karunia. Allah Tritunggal dan Iman Allah Bapa memberikan iman dasar; Allah Anak (Kristus) memberikan iman keselamatan; dan Allah Roh Kudus memberikan iman pelayanan sebagai karunia. Allah Bapa menanamkan iman kepada kita sehingga kita bisa mengetahui adanya Tuhan Allah dan Dialah yang memberikan anugerah kepada manusia. Melalui Kristus, kita mengetahui bahwa Allah menciptakan kita dan menyelamatkan kita dengan Kristus mati dan bangkit bagi kita. Melalui iman yang ditanamkan oleh Roh Kudus, kita percaya kepada Tuhan dan bersandar kepada-Nya sambil berani melakukan banyak hal yang dianggap sulit atau tidak mungkin bagi orang lain. Jikalau ketiga macam iman yang diberikan oleh Allah Tritunggal ini ada di dalam diri kita, maka kita akan menjadi Berita Seputar GRII 1. NREYC – NREWC 2008 bertema: Iman, Pengetahuan dan Pelayanan (V), dengan pembicara Pdt. Dr. Stephen Tong dan rekan-rekan, akan diadakan di Wisma Kinasih pada tanggal 29 Desember 2008 – 01 Januari 2009. Untuk informasi dapat menghubungi: (021) 70003000 atau http://www.nrec.stemi.ws 2. KKR Natal 2008 Singapura dengan pembicara Pdt. Dr. Stephen Tong akan diadakan pada tanggal 14 Desember 2008 pukul 16:30 SIN, bertempat di Singapore Polytechnic Convention Centre (Next to Dover MRT Station), Singapura. 3. Kebaktian Natal 2008 Surabaya dengan pembicara Pdt. Dr. Stephen Tong akan diadakan pada tanggal 19 Desember 2008 pukul 18:30 WIB, bertempat di SIBEC Lt. TR, ITC Mega Grosir Surabaya, Jl. Gembong No. 20 - 30, Surabaya. 4. KKR Natal Umum Malang dengan pembicara Pdt. Dr. Stephen Tong akan diadakan pada tanggal 20 Desember 2008 pukul 18:30 WIB, bertempat di Aula Andrew Gih, SAAT Lama, Jl. Arif Margono No. 18, Malang.

Buletin Pillar GRII No.65 Desember 2008

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Buletin Pillar GRII No.65 Desember 2008

Pillar65Daftar Isi

Iman dari Allah RohKudus ............................................. 1

Meja Redaksi ................................ 2

Pokok Doa .....................................3

A Letter from Hell ....................4

Dwinatur Kristus........................ 6

SerSan ...............................................8

Mengubah atau Berubah ........ 9

Theology of The Cross .......11

TKB ............................................... 13

Cursed Christmas ....................14

Pentingnya TeologiPenginjilan ................................. 16

Buletin Pemuda Gereja Reformed Injili Indonesia

Desember 2008

Pemimpin Redaksi: Edward Oei

Wakil Pemimpin Redaksi:Ev. Diana Ruth

Redaksi Pelaksana:Adhya KumaraHeruarto Salim

Desain:Heryanto TjandraJacqueline Fondia Salim

Redaksi Bahasa:Lukas Yuan

Mildred Sebastian Yana Valentina

Redaksi Umum:Budiman ThiaDharmawan TjokroErwanYesaya Ishak

GRIILippo BankCab. Pintu Air JakartaAcc. 745-30-707000

Sekretariat GRIIJl. Tanah Abang III No.1Jakarta PusatTel. +62 21 3810912

[email protected]

Redaksi:

Penasihat:Pdt. Benyamin F. IntanPdt. Sutjipto SubenoEv. Alwi Sjaaf

Iman dari Allah Roh KudusNREC 2007

Oleh Pdt. Dr. Stephen Tong

T etapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakanpenyataan Roh untuk kepentingan bersama.Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia

untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lainRoh yang sama memberikan karunia berkata-kata denganpengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang samamemberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikankarunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Rohmemberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepadayang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dankepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untukmembedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorangIa memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasaroh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untukmenafsirkan bahasa roh itu. Tetapi semuanya ini dikerjakanoleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikankarunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yangdikehendaki-Nya (1Kor. 12:7-11).

Di dalam 1 Korintus 12:7-11 ini, kita melihat bahwaRoh Kudus memberikan berbagai karunia kepadaumat Allah, kepada setiap orang percaya. Ini yangkemudian dikenal sebagai karunia Roh Kudus. Setiaporang percaya dikaruniakan penyataan Roh untukkepentingan bersama. Karunia Roh diberikan“seperti yang dikehendaki-Nya” yaitu seturut

kehendak Roh Kudus, bukan menurut kehendakkita, doa kita, ataupun ambisi kita. Karunia RohKudus hanya berasal dari Roh Kudus dan ataskehendak Roh Kudus. Di sini dinyatakan bahwaRoh Kudus yang memberikan iman kepada umat-Nya. Ayat ini adalah satu-satunya ayat yangmenyatakan bahwa iman berasal dari Roh Kudus,dan sekaligus satu-satunya ayat yang menyatakanbahwa iman adalah karunia.

Allah Tritunggal dan ImanAllah Bapa memberikan iman dasar; Allah Anak(Kristus) memberikan iman keselamatan; dan AllahRoh Kudus memberikan iman pelayanan sebagaikarunia. Allah Bapa menanamkan iman kepada kitasehingga kita bisa mengetahui adanya Tuhan Allahdan Dialah yang memberikan anugerah kepadamanusia. Melalui Kristus, kita mengetahui bahwaAllah menciptakan kita dan menyelamatkan kitadengan Kristus mati dan bangkit bagi kita. Melaluiiman yang ditanamkan oleh Roh Kudus, kita percayakepada Tuhan dan bersandar kepada-Nya sambilberani melakukan banyak hal yang dianggap sulitatau tidak mungkin bagi orang lain. Jikalau ketigamacam iman yang diberikan oleh Allah Tritunggalini ada di dalam diri kita, maka kita akan menjadi

Berita Seputar GRII

1. NREYC – NREWC 2008 bertema: Iman, Pengetahuan dan Pelayanan (V), dengan pembicara Pdt. Dr. Stephen Tongdan rekan-rekan, akan diadakan di Wisma Kinasih pada tanggal 29 Desember 2008 – 01 Januari 2009. Untukinformasi dapat menghubungi: (021) 70003000 atau http://www.nrec.stemi.ws

2. KKR Natal 2008 Singapura dengan pembicara Pdt. Dr. Stephen Tong akan diadakan pada tanggal 14 Desember2008 pukul 16:30 SIN, bertempat di Singapore Polytechnic Convention Centre (Next to Dover MRT Station),Singapura.

3. Kebaktian Natal 2008 Surabaya dengan pembicara Pdt. Dr. Stephen Tong akan diadakan pada tanggal 19 Desember2008 pukul 18:30 WIB, bertempat di SIBEC Lt. TR, ITC Mega Grosir Surabaya, Jl. Gembong No. 20 - 30, Surabaya.

4. KKR Natal Umum Malang dengan pembicara Pdt. Dr. Stephen Tong akan diadakan pada tanggal 20 Desember 2008pukul 18:30 WIB, bertempat di Aula Andrew Gih, SAAT Lama, Jl. Arif Margono No. 18, Malang.

Page 2: Buletin Pillar GRII No.65 Desember 2008

Pillar No.65/Desember/082

Dari Meja RedaksiDari Meja RedaksiDari Meja RedaksiDari Meja RedaksiDari Meja Redaksi

Iman dari Allah Roh Kudus

Salam Pembaca Pillar yang setia,

Pada bulan Desember ini kita akan merayakan Natal, namun edisi ini tidak secara khusus membahas tentang tema Natal, melainkan suatulanjutan dari seri tema Ordo Salutis yaitu tema “Progressive Sanctification”. Di edisi ini kita akan melihat strategi setan di artikel “A Letter from Hell” dalam menghambat sanctification dalam hidup kita. Kitajuga akan diperhadapkan dengan suatu pilihan yang harus kita ambil ketika membaca artikel “Mengubah atau Berubah” dantentunya artikel-artikel lainnya yang akan semakin memperkaya wawasan berpikir Kristiani kita dalam melihat realitas dunia, sertadidorong oleh Roh Kudus untuk semakin dikuduskan dan mengubah zaman yang bengkok ini. Pembaca setia Pillar, sudah cek Pillar online di www.buletinpillar.org? Bagi kamu yang tidak mendapatkan edisi-edisi yang lalu, bisa membacanyaonline atau download pdf-nya. Kamu juga bisa mengirimkan masukan, saran, pertanyaan, artikel, ataupun resensi buku ke redaksi Pillar die-mail: [email protected].

Redaksi PILLAR

orang Kristen yang sungguh-sungguhberiman. Orang Kristen yang sungguh-sungguh beriman adalah orang yang tidakmenghasilkan iman dari diri sendiri yangberdosa, tidak mengandalkan diri yanghanya ciptaan ini, melainkan yangmendapatkan imannya dari AllahTritunggal - Dialah satu-satunya dan yangpaling berhak memberikan iman yangbenar kepada manusia. Hal inimengungkapkan apa yang dikenal sebagaitheologi yang theosentris, yaitu theologiyang berpusat pada Allah, yaitu imandimulai dan didasarkan pada Allah sendiri.Theosentris berarti berpusat pada Allah,bukan pada diri. Ada dua macam agama,yaitu agama yang dari Allah dan agamayang dari manusia; demikian juga ada duamacam gereja, yaitu gereja yang dari Allahdan gereja yang dari manusia.

Jika ada manusia yang pandai, mempunyaibanyak uang, dan kemampuan manajemenmendirikan gereja, maka gereja itu menjadigereja yang antroposentris, yaitu gerejayang berpusat pada manusia, bukan padaAllah. Gereja yang berpusat pada manusiaakan selalu mengandalkan kekuatanmanusia, mengandalkan orang pandai,orang kaya, atau orang-orang yangmempunyai pengaruh sosial atau politikdi masyarakat. Gereja yang berpusat padaAllah adalah Gereja yang mengandalkankuasa Allah, anugerah Allah, pimpinanAllah, dan berjalan berdasarkan gerakanRoh Kudus yang memimpin seluruhGereja-Nya untuk memuliakan Allah,bukan diri.

Demikian juga ada dua macam theologi,yaitu theologi yang berpusat pada Allah(theologi theosentris) dan theologi yangberpusat pada manusia (theologiantroposentris). Theologi antroposentrismenggunakan pendekatan psikologis untukmenjelaskan Alkitab, memakai pengalamanmanusia untuk menafsirkan Alkitab, danmemakai rasio manusia untuk membuattafsiran Alkitab. Diri manusia menjadi

pusat, kemudian memperalat firman Tuhandan memanipulasi firman Tuhan agarsesuai dengan pengalaman, rasio, danpergumulan manusia yang salah. Theologitheosentris berdasarkan pada wahyuTuhan, percaya penuh akan kebenaranfirman Tuhan - bahwa Alkitab tidakmengandung kesalahan, dan percaya padaAllah yang memberikan Firman.

Iman Palsu“Siapa yang percaya kepada Tuhan Yesuspasti diselamatkan.” Benarkah pernyataanini? Pernyataan ini baru benar sebagiankarena firman Tuhan mengatakan,“Barangsiapa ditarik oleh Bapa akan datangkepada Kristus.” Barulah kalimatberikutnya adalah kalimat yang di atas. Disini kita melihat perlunya mengertikebenaran firman Tuhan secara penuh.

Saat ini, ada begitu banyak orang yangmengajarkan iman yang berpusat padamanusia. Mereka berkata, “Asal percayasaja, nanti engkau pasti sembuh.” Banyakorang senang mendengar pengkhotbahseperti Benny Hinn, Reinhard Bonnke,dan lain-lain, yang berbicara tentang imanyang berbeda dari ajaran Alkitab. Iman yangbukan kembali kepada Allah dankebenaran-Nya, tetapi kepada keinginandan kepentingan manusia. Kalau saya mauberkhotbah seperti ini, tentu pendengarsaya akan menjadi jauh lebih banyak,karena lebih menyenangkan bagi manusia.Akan tetapi saya harus taat kepada Allahdan Firman-Nya, karena ini bukan untukkepentingan ataupun kenikmatan manusia.Theologi sejati adalah theologi yangtheosentris bukan antroposentris. Theologisejati menyenangkan Allah bukan manusia.Saat ini, semua yang menyenangkan Allahtetapi merugikan dan tidak menguntungkanmanusia, dibuang.

Saluran ImanDengan jalur apakah Allah Bapa, AllahAnak, dan Allah Roh Kudus memberikaniman kepada kita?

Pertama, iman datang dari pendengaran.Ini prinsip Alkitab yang pertama. Di dalamRoma 10:17, “Iman timbul daripendengaran, dan pendengaran olehfirman Kristus.” Khotbah tentang Kristusyang menyatakan kerahasiaan Kristologiadalah khotbah yang paling penting untukmenimbulkan iman. Orang yang sungguh-sungguh memberitakan Firman denganbenar, berkatnya besar sekali dari Tuhan.Tetapi orang yang terus-menerusmengkhotbahkan berkat yang besar,mungkin akan mendapat pukulan yangberat sekali dari Tuhan. Jikalau engkaumemberitakan tentang Kristus dan terusmemuliakan Kristus, maka tidak mungkinRoh Kudus tidak bekerja untukmendukung engkau. Di mana ada seorangpemuda, seorang hamba Tuhan, seorangpengkhotbah, yang membicarakanKristologi dengan sungguh-sungguh, disitu Roh Kudus mengurapi, memenuhi,mendampingi, memberi kekuatan,mengesahkan, dan mengkonfirmasikan apayang dikhotbahkan, karena Roh dikirimuntuk itu. Oleh karena itu, anak muda tidakboleh takut bersaksi tentang Kristus.

Saya menyerahkan diri menjadi hambaTuhan pada usia 17 tahun dan selalubersaksi. Saya menggunakan sekitar 20%dari pendapatan saya untuk membeli danmembagikan traktat penginjilan, serta 40%untuk pelayanan pekerjaan Tuhan. Suatuwaktu ketika menginjili di kereta api, sayatakut menginjili seorang polisi yang galaksekali wajahnya. Saya takut ia marah, tetapiakhirnya saya memberanikan diri. Sayakatakan, “Pak, silahkan percaya kepadaTuhan Yesus.” Sambil menerima traktat,Ia menjawab, “Oh, terima kasih.” dantersenyum. Saya baru tahu orang galakkalau tersenyum manis juga. Itu membuatsaya lebih berani membagikan traktatkepada orang lain. Saya bersyukur Tuhanterus memberkati saya hingga saat ini,semakin banyak orang yang menghadirikhotbah penginjilan yang saya kerjakansetiap tahun. Puji Tuhan! Jika engkau betul-

Page 3: Buletin Pillar GRII No.65 Desember 2008

Pillar No.65/Desember/08 3

betul mengabarkan Injil, betul-betulmemberitakan Kristus, betul-betulmencintai Tuhan dan jiwa sesama, makaTuhan akan memberkati. Orang berimanakan sungguh-sungguh meninggikanKristus. Jika orang meninggikan diri,Tuhan tidak akan memberkati dan oranglain akan melihat bahwa motivasinya tidakberes.

Kedua, iman datang dari tuntutan doa yangsungguh-sungguh. Murid Tuhan Yesusberkata, “Tuhan, iman kami tidak cukup,tambahkanlah iman kepada kami.” Ituberarti doa yang meminta iman tidaklahsalah. Banyak orang berdoa minta uang,minta kekayaan, minta kesembuhan, mintakesuksesan, tetapi jarang sekali yangberdoa meminta iman, minta mengertikehendak Tuhan, dan minta diberikekuatan untuk menjalankan kehendakTuhan. Doa yang baik adalah berdoa untukkemuliaan Tuhan, kerajaan Tuhan,kehendak Tuhan, dan kebesaran namaTuhan. Doa untuk diri sendiri cukup satukalimat saja yaitu, minta makanan yangsecukupnya untuk hari itu. Itu saja tidakada yang lain. Iman datang dari mana? Imandatang dari permohonan doa yang sungguh- permohonan untuk mau mengenal Allah,mau mengerti kehendak-Nya denganbenar, minta kekuatan untuk mengerjakankehendak-Nya dengan benar, itulahpermohonan yang benar. Tidaklah salahseseorang berdoa meminta iman.

Carilah dahulu kerajaan Allah dankebenaran-Nya, maka semua yang lain akanditambahkan kepadamu. Saya jarangberdoa untuk kesehatan saya, terus terangsaya jarang berdoa untuk keamanan dirisaya. Saya tidak pernah berdoa minta uang,minta kesehatan, ataupun minta keamanan,tetapi saya berdoa minta agar firman Tuhandapat saya jelaskan dengan baik, minta agarInjil dapat dikabarkan, minta agar banyakpemuda menyerahkan diri, minta agar

Tuhan memberkati orang yangmemberitakan Injil dengan berani, sertaminta agar Tuhan memberkati danmenolong para misionaris. Saya berdoaagar saya dapat menjalankan kehendak-Nyadan hanya kehendak-Nya sajalah yang jadi.

Ketiga, iman datang dari ujian. Mereka yangmengalami ujian iman akan menjadi lebihberharga daripada emas yang murni.Kalimat ini muncul dua kali, pertama diPerjanjian Lama yaitu, kitab Ayub: “Setelahaku diuji, aku akan menjadi seperti emasmurni.” Lalu di Perjanjian Baru yaitu, suratPetrus: “Tidak tahukah kamu, imanmusetelah diuji akan lebih berharga dari emasyang murni?” Dalam dua perjanjian ini,secara konsisten dikatakan bahwa imandiperkuat bagaikan emas yang diuji, makindibakar dan dicairkan, semakin murni. Padamulanya iman kita tidak murni karenabanyak si “aku” dan “keuntunganku”,tetapi akhirnya iman bisa menjadi murni.Pemurnian ini hanya dapat dilakukan olehTuhan. Jika kita melayani bagi kepentingandiri kita sendiri, bagi kemuliaan kita, profitkita, keluarga kita, maka kita tidak bisadipakai oleh Tuhan. Jika kita melayani bagikemuliaan Allah dan bagi Kristus, makapelayanan kita akan diperkenan oleh Tuhan.

Iman datang dari ujian. Setelah diujimelalui api, maka cairan yang kotor dapatdibuang sehingga emas menjadi semakinmurni. Ketika Sadrakh, Mesakh, danAbednego diperintahkan untukmenyembah berhala yang dibuat dari emas,mereka berada di dalam ujian. Jika merekamenolak, maka dapur api yang sedemikianpanas menanti mereka. Ini adalah ujian.Akhirnya, bukan saja tidak mati, tetapiketika mereka keluar, sama sekali tidak adabau terbakar ataupun bekas api. Hal inimembuat saya kagum. Banyak orang saatini masih berbau hangus ketika baru keluardari ujian, sehingga semua orang tahubahwa dia baru saja susah. Sadrakh,

Mesakh, dan Abednego berbeda, merekatidak ada bau terbakar sama sekali. Banyakorang berpuasa tapi membuat orang laintahu bahwa dia sedang susah danmengharuskan orang lain ikut susah. Sudahlelah, tidak terlihat lelah; sudah susah, tidakterlihat susah, sudah menderita tidakterlihat menderita, inilah sikap orangKristen. Orang yang melayani Tuhandengan beriman tidak bisa dilelehkan olehapi, karena “api” mereka lebih dari itu.Setelah melampaui ujian, aku menjadi lebihmurni dari emas murni. Inilah kesaksianAlkitab.

Di sorga nanti, yang paling keras bukanlahberlian, melainkan orang Kristen yangpernah dilatih, yang pernah pikul salib,yang pernah dianiaya, yang pernahdiumpat, difitnah, ditekan, maupun disalahmengerti. Ketika semua ujian sudahdilewati namun ia masih tetap berdiri tegak,maka saat itulah ia akan melebihi berhala.Berhala dibuat dari emas yang dicairkandan akhirnya menjadi cair oleh api.Sadrakh, Mesakh, dan Abednego tidak bisadicairkan oleh api, karena mereka jauh lebihkeras dari api yang mau membakarnya. Jikademikian, mengapa kita mau menyembahapa yang bisa dicairkan? Maukah engkaumenjadi manusia beriman? Iman yang sejatiadalah iman yang lebih keras dari berlian,platinum, ruby, atau batu apapun. Imanyang sudah teruji lebih kuat, lebih tinggi,lebih bernilai, dan lebih berharga daripadaemas murni. Siapakah mereka? Merekaadalah orang beriman yang sudah lewatujian.

Maka, pertama, iman datang dari Firman;kedua, iman datang dari tuntutan doa yangsungguh-sungguh; dan ketiga, iman yangmengalahkan ujian. Kiranya kita bolehmenjadi orang yang beriman. Amin.

Iman dari Allah Roh Kudus

POKOK DOAPOKOK DOAPOKOK DOAPOKOK DOAPOKOK DOA1. Bersyukur untuk berbagai KKR Regional yang telah diadakan di beberapa lokasi antara lain: Sumatra Utara, Kalimantan Timur, dan Jawa

Timur sepanjang bulan Oktober dan November 2008. Bersyukur untuk banyak jiwa, terutama anak-anak dan remaja yang telah mendengarkanInjil, kiranya Firman yang telah diberitakan selama KKR ini dapat bertumbuh di dalam hati mereka, melalui pemeliharaan Roh Kudus yangakan membawa mereka semakin mengenal Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi mereka. Bersyukur juga untuk KKR Regionalsepanjang tahun 2008 yang menjangkau sekitar 150.000 jiwa di seluruh penjuru tanah air, berdoa kiranya setiap kita semakin rindu dantertantang untuk lebih banyak membawa jiwa-jiwa kepada Tuhan di masa yang akan datang.

2. Berdoa untuk persiapan menjelang Natal pada bulan Desember ini, kiranya Natal bukan hanya menjadi sekedar suatu pestaataupun suasana seperti yang ada di mal-mal dan tempat-tempat hiburan, tetapi kita dapat mengerti esensi dari Natal itusendiri, yaitu: inkarnasi dari Tuhan kita Yesus Kristus untuk datang ke dunia ini dan menebus dosa umat manusia. Mari kitamempersiapkan hati kita di dalam menyambut Natal ini dan menjadikannya sebagai momen untuk melakukan penginjilan bagiorang-orang yang belum mengenal Kristus.

3. Berdoa untuk acara NREC yang akan diadakan pada akhir tahun ini. Bersyukur untuk orang-orang yang telah mendaftarkan diridan berdoa bagi persiapan hati mereka untuk mengikuti acara ini, untuk perjalanan mereka dari tempat masing-masing menujuWisma Kinasih. Berdoa untuk panitia yang mempersiapkan detail akhir dari acara ini, kiranya diberikan hikmat dan kesehatiandalam pelayanan ini. Berdoa untuk para pembicara yang akan membawakan firman Tuhan di dalam acara ini, kiranya Tuhanmengurapi mereka dan memberikan hati yang setia untuk memberitakan firman yang sejati di dalam acara ini.

Page 4: Buletin Pillar GRII No.65 Desember 2008

Pillar No.65/Desember/084

Jaaka yang terkasih,

Sungguh sangat menyedihkan bagiku ketika mengetahui bahwakeponakanku tersayang telah gagal menghalangi pasien pertamanyamenjadi orang Kristen. Bukankah sudah berulang kali kukatakankepadamu, jangan beri kesempatan sedikit pun kepadanya untuk melihatkesaksian dari persekutuan pengikut Sang Musuh? Tidak tahukah kamu,salah satu senjata terburuk yang digunakan Sang Musuh untuk membuatanak-anak manusia percaya kepada-Nya adalah melalui kesaksianpersekutuan, bukan kesaksian pribadi semata? Kamu teledor denganmembiarkan pasienmu mengikuti sebuah persekutuan, dengan harapania akan semakin membenci Sang Musuh ketika ia melihat kekurangan-kekurangan dalam Tubuh Sang Musuh. Sulit bagimu untuk berhasil, kamutidak akan luput dari hukuman.

Walaupun demikian, kamu masih dapat menggunakan sisa waktumudengan sebaik-baiknya, karena pasienmu masih dapat ditolong. Disuratmu sebelumnya, kamu mengatakan bahwa pasienmu ini adalahseorang yang pintar, namun dia sering ragu, bahkan terhadap hal-halyang dinyatakan sejernih kristal dalam Buku Sang Musuh. Kamu jugamengatakan bahwa dia mempunyai banyak dosa dan kebiasaan buruk dimasa lalu. Jika demikian halnya, maka saat ini adalah saat yang tepatbagiku untuk mengajarkanmu topik yang menjijikkan mengenai penyucianyang progresif. Aku harap kamu akan memiliki pedoman dalam merawatpasienmu selanjutnya. Perhatikan dengan teliti hal yang akan kutuliskanpadamu sekarang, jangan membuat kesalahan fatal lagi.

Tentu kamu sering mendengar tentang cara kotor yang digunakan SangMusuh dalam menularkan penyakit-Nya pada pasien kita, bukan? Diabukan hanya memberikan penyakit-Nya secara permanen(menjadikannya sebagai “ciptaan baru”), tetapi juga senantiasameningkatkan kadar derita penyakit itu sampai puncaknya di hariterakhir nanti (O, betapa barbar, biadab, dan tak mengenal belas kasihancara kerja-Nya!). Kadar penyakit ini ditingkatkan secara bertahapsampai pada hari terakhir, ini disebut proses penyucian yang progresif,atau singkatnya proses penyucian. Sungguh menyedihkan bahwa semuapenelitian yang dilakukan di Rumah Kita di Bawah sejak Adam sampaisekarang, tidak ada satu pun yang berhasil menemukan obat untukmenyembuhkan penyakit permanen ini – kelahiran kembali. Namundemikian, selama ribuan tahun terakhir ini kita telah mengembangkanberbagai upaya, dan kini kita dapat menghambat penyucian yangdiakibatkan oleh penyakit tersebut sampai hari terakhir. Di sinilahpekerjaan kita dimulai.

Telitilah pikiran pasienmu dan temukanlah gambaran yang ada di dalampikirannya tentang “ciptaan baru”, maka kamu akan menemukan halyang sangat menggelikan. Gambaran mengenai ciptaan baru yang adadalam benaknya adalah ciptaan baru yang statis, tidak bergerak!Bukankah ini bertentangan dengan makna ciptaan baru yangsesungguhnya? Sang Musuh menamai anak manusia yang terkena penyakit-Nya sebagai “ciptaan baru” bukan tanpa alasan. Ada makna khususyang secara licik ingin disampaikan-Nya melalui istilah tersebut. Tugaskita adalah untuk mengaburkannya. Ingat, salah satu senjata terbaikkita adalah bermain dengan istilah. Semakin banyak kitamenyelewengkan makna dari istilah-istilah yang dipakai oleh Sang Musuh,maka semakin banyak pula anak manusia yang dapat kita bawa ke RumahKita di Bawah. (Tidakkah kamu sadar betapa hebatnya kita mengaburkanmakna dari istilah “Kristen”, “dosa”, “Gereja”, “Roh Kudus” bahkan

“Anak Allah” dalam beberapa ratus tahun terakhir ini? Lihatlah, betapamemuaskan hasilnya!) Ketika Sang Musuh memakai istilah “ciptaan baru”,Ia sungguh-sungguh mendeskripsikan tentang suatu kehidupan yangbaru. Apakah yang dapat diharapkan dari kehidupan yang baru kalaubukan pertumbuhan? Seperti yang pernah dikatakan oleh Billy Grahamitu, “Life things grow, dead things decay.”

Sebagai orang Kristen baru, tentu saja pasienmu belum sampai padapemikiran seperti itu. Pasienmu masih berpikir bahwa ciptaan baru adalahsuatu bentuk kehidupan baru yang statis, tanpa pertumbuhan. Menjadiciptaan baru berarti sepenuhnya lepas dari dosa, atau berada dalamkondisi yang tidak mungkin berdosa. Jika melihat kehidupan lamanyayang penuh dengan dosa dan kebiasaan buruk, maka dapatlah dimaklumikalau ia sangat berharap bahwa apa yang dipikirkannya tentangpelepasan penuh secara instan adalah benar.

Adalah baik untuk membicarakan tentang harapan karena pemenuhanterhadap harapan tersebut diberikan oleh Sang Musuh kepada pengikut-pengikut-Nya sesuai dengan rencana terburuk yang telah disediakanoleh Sang Musuh bagi mereka. Namun, kamu dapat memanfaatkan harapantersebut supaya berguna bagimu. Sebagai ganti dari harapan yangseharusnya diarahkan kepada Sang Musuh, ajarkanlah pasienmu untukmengarahkannya kepada apa yang dipikirkannya mengenai Sang Musuh.Bukannya berusaha untuk melihat rencana Sang Musuh, tetapi ajarlahpasienmu untuk menebak-nebak rencana Sang Musuh. Harapan yangkurang tepat adalah sama dengan harapan yang salah sama sekali.Kamu akan melihat alasannya segera. Jika kamu berhasil, kamu akanmelihat bagaimana harapan pasienmu yang kurang tepat akanmembawanya melihat rencana Sang Musuh sebagai rencana yang cacatsama sekali, dan akhirnya menghilangkan harapannya pada Sang Musuhsama sekali.

Sekarang, pertimbangkanlah pemikiran pasienmu tersebut: Jika SangMusuh mampu melepaskannya dari perawatan kita secara instan, tentuSang Musuh yang hebat itu (sungguh tidak nyaman bagiku untukmenuliskan kata “hebat” bagi-Nya, meskipun aku tahu bahwa aku sedangmenuliskan ini menurut sudut pandang pasienmu) juga mampumelepaskannya dari dosa dan kebiasaan-kebiasaan buruknya secarainstan, tanpa harus melalui proses penyucian. Di sinilah kamu harusmemupuk harapannya.

Dapatkah kamu melihat ketumpulan pemikirannya? Ia tidak memasukkanunsur pertumbuhan dalam “ciptaan baru” melainkan berpikir bahwaproses penyucian yang dipakai oleh Sang Musuh dalam menyempurnakandia adalah cara yang lebih buruk daripada yang ia pikirkan, yaitu secarainstan.

Kuharap kamu tidak berpikiran konyol seperti anak manusia itu, Jaaka.Tetapi jika kamu pun seperti dia, tidak mengerti letak ketumpulanpemikiran tersebut, kuharap penjelasanku berikut ini dapatmembantumu keluar dari kekonyolan pikiranmu.

Perubahan instan pada kenyataannya tidak pernah memberikan maknaapapun pada suatu kehidupan baru, betapapun tingginya nilai yangdiperoleh dari kehidupan baru tersebut. Justru pertumbuhan didalamnyalah yang memberikan makna. Ambillah dirimu sebagai contoh:Seandainya detik ini kamu diangkat menjadi penguasa kedua di RumahKita di Bawah setelah Bapa Kita, apakah gunanya itu bagimu pada detik

Page 5: Buletin Pillar GRII No.65 Desember 2008

Pillar No.65/Desember/08 5

ini? Bukankah itu adalah perubahan status kehidupan yang instan? Namun,bukankah kehidupan barumu sebagai penguasa kedua baru kamu rasakannilainya pada saat kamu mengalami perubahan kehidupan yang mengikutiperubahan statusmu? Untuk pertama kalinya kamu dapat merasakannikmatnya kamar istana, setelah ratusan tahun silam kamu habiskanhanya di asrama sekolah. Kamu mencoba untuk bepergian, kamu akanmerasakan nikmatnya melihat penderitaan manusia di seluruh pelosokmuka Bumi, hal yang tidak mungkin kamu lakukan sebelumnya karenakamu harus mengerjakan tugasmu merawat seorang anak manusia disatu tempat saja di muka Bumi (sampai dia diamankan di Rumah Kita diBawah atau kamu dihukum karena kegagalanmu). Kamu juga mulaimenikmati rasanya memerintah departemen apapun di Rumah Kita diBawah untuk menjalankan kehendakmu, sebelumnya kamu selaludiperintah oleh departemen apapun di Rumah Kita di Bawah sebagaisetan muda yang baru lulus.

Dapatkah kamu melihat poinnya? Sebuah patung yang berubah menjadimakhluk hidup, tidak akan pernah mendapatkan makna dari perubahanesensinya yaitu menjadi makhluk hidup sebelum ia mencobamenggerakkan tubuhnya. Demikian pula, makna kehidupan baru tidakpernah ditemukan dalam perubahan instan dari kehidupan lama menjadikehidupan baru, melainkan pada proses berkelanjutan dalammenjalaninya, itulah penyucian. Ini menjelaskan mengapa Sang Musuh,secara hina, memilih (Ia tidak harus) proses penyucian bukan perubahaninstan untuk membebaskan pengikut-pengikut-Nya dari kuasa dosa,karena Ia tahu bahwa cara itu adalah cara yang terbaik dan palingsempurna. Ia memakai cara tersebut agar pengikut-pengikut-Nya dapatmerasakan kemenangan atas dosa. Kemenangan atas dosa tidaklahdimungkinkan pada suatu natur yang sama sekali tidak dapat dicobaiuntuk jatuh ke dalam dosa, tetapi dimungkinkan pada suatu natur yangdapat dicobai untuk jatuh ke dalam dosa, namun senantiasa memilihuntuk tidak berdosa. (Ingatkah kamu, dalam naturnya yang sementarasebagai Anak Manusia, Sang Musuh dapat dicobai oleh Bapa Kita di Bawah,walau tidak sekalipun Ia jatuh ke dalam dosa? Tidak heran kalau akhirnyaBapa Kita di Bawah harus menderita kekalahan total dalam pertandinganbusuk itu.) Demikian juga dengan pelepasan penuh (atau kemenangansempurna atas dosa) yang pasienmu damba-dambakan itu, padakenyataannya bukanlah terletak pada keadaan yang statis, melainkanpada proses kemenangan yang berkelanjutan, tidak melelahkan, danpenuh dengan sukacita. Mengertikah kamu sekarang mengapa topikmengenai penyucian ini kukatakan begitu menjijikkan?

Kembali pada pasienmu, Jaaka, tugasmu adalah terus meyakinkannyabahwa apa yang ada dalam pikirannya sekarang adalah benar dan tidakkurang. Jangan biarkan apa yang kurang dalam pertimbangannya, yaituhal-hal yang kujelaskan kepadamu di atas diterima oleh akalnya.Tempatkanlah realita tersebut jauh di luar pertimbangan pemikirannya,betapa pun sering dan nyatanya realita tersebut terpapar di depanmatanya. Bukankah sesungguhnya jelas sebening kristal bahwa anak-anak manusia di mana saja memang tidak pernah dapat dipuaskan olehsesuatu yang statis semata? Hanya ketika perubahan positif yangprogresif terjadi sajalah maka mereka akan dipuaskan. Ini adalah hukumspiritual yang sederhana. Jadi, jangan membuang-buang waktumudengan berusaha menjauhkan realita tersebut dari pengalamannya,usahamu akan sia-sia. Cukuplah bagimu untuk menempatkan realitatersebut jauh dari pemikirannya dan kamu akan takjub melihat hasilnya!Sungguh menyenangkan melihat bagaimana anak-anak manusia selalumelukiskan kita sebagai roh jahat yang memasukkan sesuatu ke dalampikiran mereka, sedangkan pada kenyataannya, pekerjaan terbaik kitaadalah menjaga agar sesuatu tetap berada di luar pikiran mereka.

Sekarang aku akan maju selangkah lebih jauh supaya kamu dapat memilikiantisipasi yang tepat ketika apa yang kita harapkan pada pasienmusungguh terjadi (kita pun memiliki harapan, kau tahu?). Ketika ia merasaapa yang di dalam pikirannya adalah benar dan tidak kurang, maka itulahsaatnya bagimu untuk menarik perhatiannya pada pengalamanpribadinya yang satu ini: “Kenapa dia masih saja berdosa?” Biarlah iamempertanyakan juga hal ini: “Kenapa Sang Musuh tidak melepaskan diadari kuasa dosa secara instan, kalau memang cara instan adalah carayang terbaik? Dan kalau Ia memang mampu dan mau untukmelakukannya?” Tanpa mempertimbangkan bahwa pemikirannyasendirilah yang mungkin salah, apakah kesimpulan logis yang dapat kamutarik dari proposisi-proposisi tersebut, Jaaka? Sang Musuh tidak mau,

tidak mampu, atau tidak ada, bukan? Inilah persisnya keyakinan yangingin kita tanamkan padanya! Ajarkanlah kepadanya untuk menjawabsecara langsung pergumulannya akan dosa dengan menggunakan apayang ada padanya sekarang, bukan dengan sabar dan rendah hatimencari jawaban yang benar mengenai permasalahannya. Menaburkanbenih keragu-raguan sedini mungkin adalah keahlian kita, bukan?

Sampai sejauh ini, aku harap kamu dapat melihat “hukum” penting dalammencobai anak manusia, Jaaka. Sadarkah kamu bahwa sebelumnya akutelah menyarankan kamu agar memakai pemikirannya untukmenjatuhkannya dan berikutnya pengalamannya? Artinya, kita tidakperlu menghentikan pemikiran anak manusia yang tajam maupun menutupmata mereka terhadap pengalaman, untuk membuat mereka jauh dariSang Musuh. Cukuplah bagi kita untuk mengarahkan keduanya pada halyang kita inginkan. “Arah” adalah kata kuncinya. Sang Musuh telahmenyiapkan antisipasi cerdik dalam Buku-Nya yang mengatakan: “Mataadalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jikamatamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu.” Ia ingin agar anak-anakmanusia senantiasa mengarahkan mata mereka kepada apa yang SangMusuh ajarkan pada mereka, bukan kepada apa yang kita ajarkan. Akantetapi, berapa banyak dari anak manusia yang telah membaca danmengerti hal tersebut? Angin kemenangan masih berada di pihak kita.

Sekarang tentunya kamu mengerti mengapa lebih mudah mencegahpenyucian pasien yang merasa dirinya “pintar” daripada pasien yangmenyadari keterbatasannya. Pasien yang pintar cenderung lebihmempercayai kepandaiannya sendiri daripada perkataan Sang Musuh.Teruslah yakinkan pasienmu bahwa dia memang pintar dan pemikirannyaadalah benar. Ini adalah hal yang hanya dapat dilihat oleh orang yangpintar seperti dia bukan orang-orang di sekitarnya. Sepertipengalamannya selama bertahun-tahun di sekolah dan lingkungankerjanya ketika ia mampu menjawab persoalan rumit melalui pemikirannyayang brilian dan menemukan bahwa tak seorang pun dari teman-temannyamelihat apa yang dia lihat. Mengapa hal penyucian ini tidak menjadisalah satunya? Pasienmu akan semakin sulit mempercayai temanseimannya, ia akan memilih untuk menutup diri serta mencari pemecahanatas masalahnya sendiri daripada mempercayai teman seimannya dalampersekutuan yang jauh berpengalaman daripadanya. Bukankah merekatidak sepandai dirinya? Pada titik ini kamu hanya tinggal menunggu waktusampai pasienmu menutup dirinya bahkan terhadap Sang Musuh – denganatau tanpa dia sadari!

Sudahkah kamu melihat akhir yang mulia di balik semuanya ini, Jaaka?Keadaan seorang Kristen yang terisolasi total seperti itulah persisnyakeadaan ideal yang kita idam-idamkan. Sangatlah mudah bagi kita untukmembuat orang-orang Kristen yang demikian menjadi “suam-suam kuku”,“kehilangan keasinannya”, dan “menjadi serupa dengan dunia!” Merekajuga menjadi lebih bermanfaat dalam membuat pasien-pasien kita yanglain semakin membenci Sang Musuh daripada orang-orang bukan Kristen.O, betapa kamu telah berada jauh di atas angin ketika kamu berhasilmenciptakan keadaan tersebut! Sang Musuh yang picik menginginkanproses penyucian tiap-tiap pribadi turut membangun penyuciankomunitas, dan sebaliknya tugas kita adalah menaburkan perpecahandan individualitas supaya kedua hal tersebut jangan sampai terjadi.Sang Musuh menginginkan pengikut-pengikut-Nya membuka diri satusama lain, sebaliknya kita menginginkan mereka untuk senantiasamemakai topeng satu sama lain. Adakah cara yang lebih baik untukmenghancurkan pasukan Sang Musuh yang kuat selain Divide et Impera?

Ingat selalu kata pepatah lama, keponakan, “Ada seribu satu jalan untukmencobai manusia. Jika yang satu gagal, kamu masih memiliki seribuyang lain.” Kita dapat mempermainkan seorang Simson, kita juga dapatmempermainkan seorang Kristen seperti dia.

Paman yang menyayangimu,NIYAMA

Ian KamajayaPemuda GRII Singapura

Page 6: Buletin Pillar GRII No.65 Desember 2008

Pillar No.65/Desember/086

Pagi itu sekalipun langit masih begitugelap, matahari seakan tak sabar untukmenyengatnya dan terangnya tak tahan

‘tuk tidak menelanjangi perbuatan hinanyasaat itu juga. Adalah bak petir di siang bolong,ketika kumpulan para ahli Taurat dan orangFarisi tiba-tiba menyeretnya layaknyabinatang. Tatapan tajam mereka begitumenusuk sehingga membuatnya tak mampuberkata-kata apalagi membela diri di hadapanmereka. Ya, ia memang seorang perempuanpezinah. Dia berikan tubuhnya kepada seorangpria yang bukan satu daging dengannya. Diaberikan kesucian itu dengan kesadaran penuhseraya menekan hati nuraninya sambiltersayat. Dan tak disangkanya bahwa dosa itumenjalar dan merusak seluruh hidupnya dalamsekejap mata saja. Namun, kini memang takada lagi harapan buatnya. Penyesalan tidaklahmembantunya ‘tuk lunakkan hati SangPencipta agar Dia memutar waktu apalagimenghapuskan dosanya. Saat itu yang mampudiramalkannya hanyalah bebatuan tajam yangkini diinjaknya, siap menghakimi dirinya ditempat itu dan kapan saja waktunya.

Dengan langkahnya yang terseret-seret, orangbanyak tetap saja mengaraknya menujusebuah bangunan suci yang mungkin takpernah terpikirkan lagi baginya ‘tuk dimasuki.Dengan pandangan ke depan yang sulitdilakukannya, ia mulai melihat seorang priadengan muka yang bercahaya sedang dudukmengajar orang banyak di bait yangmenyatakan kehadiran YHWH, Allah Penciptalangit dan bumi. Mata pria itu begitu teduhbahkan mampu menghangatkan jiwa, sangatberbeda dengan kumpulan orang yangmengelilingi dan mendorong-dorongnya saatitu. Semakin diarak mendekati pria itu,getaran jiwanya makin terasa hingga akhirnyaia hanya mampu tersungkur dengan mukasampai ke tanah di depan pria itu.

Sorakan orang-orang di sekitarnya semakinlama semakin kencang, dan salah satu darimereka mulai bertanya, “Rabi, perempuan initertangkap basah ketika ia sedang berbuatzinah. Musa, dalam hukum Taurat,memerintahkan kita untuk melempariperempuan-perempuan yang demikian. Apakahpendapat-Mu tentang hal itu?” Maka seketikaitu juga, tubuhnya makin bergetar ketakutan,seraya dilihatnya bebatuan tajam dari tanahitu sudah berpindah posisi dari tanah ke dalamgenggaman orang-orang yang mengelilinginya.Lagi-lagi pertanyaan itu berulang-ulangdilepaskan ke udara, layaknya panah tajam

yang dipanahkan tepat ke ulu hatinya.Maka makin meringkuklah tubuhnya taktahan sambil memohon pengampunan dariantara mereka. Tetapi pria yang dipanggilRabi itu, tak juga berespons terhadapmassa, sehingga makin tak terkontrollahkondisi saat itu.

Beberapa waktu berselang, Sang Rabi punbangkit berdiri dan berkata kepada mereka,“Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa,hendaklah ia yang pertama melemparkan batukepada perempuan itu.” Maka kini situasi yanggaduh itu berubah menjadi demikian sunyi.Sang Rabi itu kemudian mulai membungkuk danmenulis di tanah. Jawaban itu memangmembuat terdiam para ahli Taurat, orang Farisi,dan para pengikutnya. Sehingga mereka yangtadinya merajam perempuan itu denganhinaan, sekarang mulai melepaskan kembalibatu dalam genggaman mereka dan mulaimeninggalkannya. Sekalipun kekesalan tak jugapergi dari air muka mereka, namun merekamemang pergi meninggalkan niat merekauntuk merajamnya saat itu.

Maka kini hanya kibasan debu, perempuan itu,dan sang Rabi yang tertinggal di tempat yangseharusnya menjadi makam perempuan itu.Sang Rabi kemudian bangkit berdiri dan berkatakepadanya, “Hai perempuan, di manakahmereka? Tidak adakah seorang yangmenghukum engkau?” Maka jawabnya sambilterbata-bata, “Tidak ada, Tuhan.” Lalu ujar-Nya lagi, “Aku pun tidak menghukum engkau.Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulaidari sekarang.” Kalimat itu begitu jelasdidengarnya. Kalimat itu meneduhkan hati,mendamaikan jiwa, dan seakan memberipengharapan kepada perempuan malang ini.Namun, dalam hatinya ia bertanya-tanya,“Sesungguhnya siapakah orang ini? Ia tidakmenghukumku, tentunya Rabi ini juga adalahmanusia berdosa bukan? Tetapi mengapa kata-kata-Nya begitu bijaksana? Sesungguhnyasiapakah Dia? Haruskah kuturuti apa yangdiucapkan-Nya?”

Ya, sesungguhnya kebingungan yang samasudah terjadi bertahun-tahun lalu sejak Kristusdatang. Kelahiran-Nya menggemparkan duniagembala sampai kepada orang-orang majus daritimur. Kehadiran-Nya mengancam para ahliTaurat dan orang Farisi, dan keberadaan-Nyamembuat orang-orang Kristen memberanikandiri merumuskan tentang hidup-Nya. Namunberbagai pemikiran akan Kristus tidaklahpernah tuntas, karena sejarah membuktikan

ketidakmampuan manusia ‘tuk memikirkandengan utuh mengenai keilahian dankemanusiaan-Nya.

Dari mulai para jemaat mula-mula denganYudaismenya yang menekankan akankemanusiaan Kristus, ditandingi oleh orangKristen di bawah pengaruh ajaran Gnostik yangmemuja hanya keilahian-Nya. Dilanjutkandengan kebingungan mengenai hubunganketerkaitan kedua natur Kristus.Bagaimanakah kemanusiaan dan keilahianberpadu dalam Diri Sang Putra? Maka berbagaijawaban simpang siur bermunculan dari filsafatAlexandria dengan pengaruh Yunaninya sampaikepada filsafat Antiokhia. Namun setiappemikiran tersebut hanya membawa kepadaperselisihan antar bapak Gereja yang satudengan yang lainnya. Sehingga akhirnya PausLeo meminta kepada kaisar agar diadakan satukonsili lagi yang mewakili Gereja secaramenyeluruh. Konsili tersebut diadakan diChalcedon, dekat Konstantinopel, pada tahun451. Konsili tersebut mengundang lebih dari400 uskup dan menghasilkan perumusan yangpenting mengenai keberadaan Kristus, yaitu:

“ …Anak yang satu dan yang sama, Tuhan kitaYesus Kristus, sempurna dalam keilahian danjuga sempurna dalam kemanusiaan, sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia,dengan jiwa yang bisa berpikir dan tubuh;Menurut keilahian-Nya mempunyai zat/hakekat yang sama dengan Sang Bapa, danmenurut kemanusiaan-Nya mempunyai zat/hakekat yang sama dengan kita, dalam segalahal sama seperti kita tetapi tanpa dosa…Ia adalah Kristus, Anak, Tuhan yang satu danyang sama, satu-satunya yang diperanakkan,mempunyai keberadaan dalam dua hakekat,tanpa percampuran, tanpa perubahan, tanpaperpecahan, tanpa perpisahan; perbedaan daridua hakekat itu sama sekali tidak dihancurkanoleh persatuan mereka, tetapi sifat-sifat dasaryang khas dari setiap hakekat dipertahankandan bersatu menjadi satu pribadi dan satukeberadaan/makhluk, tidak berpisah atauberbagi menjadi dua pribadi, tetapi Anak yangsatu dan yang sama, dan satu-satunya yangdiperanakkan, Allah Firman, Tuhan YesusKristus.…”

Namun sesungguhnya, pengakuan iman yangsedemikian lengkap tidak menyurutkankesimpangsiuran rumusan mengenai Kristus.Pada zaman modern di abad ke-19, terdapatpergeseran dalam studi Kristologi yang awalnyadari sudut theologis sehingga bersifat

Page 7: Buletin Pillar GRII No.65 Desember 2008

Pillar No.65/Desember/08 7

theosentris, menuju sudut antropologisyang bersifat antroposentris. Beberapatokoh besar yang mewakili studi ini yaituFriedrich Schleiermacher dan AlbrechtRitschl. Menurut Schleiermacher, Kristusadalah ciptaan baru yang kesempurnaanmanusiawi-Nya demikian tinggi, namuntidak melebihi manusia. Ia menyadarisepenuhnya nasib manusia dalam sifat-Nyayang tidak berdosa, dan kesempurnaan-Nyasemakin nyata dalam kesadaran ilahi-Nyayang unik. Di dalam hal ini, kita mulaimencium akan filsafat pantheistik dalampandangan Kristologi yang dia ungkapkan.Di sisi lain, Ritschl menekankan Kristologibukan pada pribadi Kristus, melainkan darikarya-karya-Nya. Karya-Nyalah yangmenghantar manusia biasa Kristus inimemperoleh mahkota keallahan. Maka dengandemikian, ia menyingkirkan praeksistensi,inkarnasi, dan kelahiran Kristus dari perawanMaria. Dua tokoh pada masa modern inimengindikasikan bahwa doktrin tentang duanatur Kristus bergeser menjadi doktrinpantheistik Allah dan manusia.

Maka apakah ada pilihan lain bagi orangReformed mengatasi berbagai kesimpangsiuranpemahaman ini selain kembali pada apa yangdikatakan firman Tuhan mengenai Kristus?Sesungguhnya wujud infallibility dan inerrancydari Alkitab telah memaparkan secara objektif,utuh, dan sistematis mengenai bukti keilahianKristus dan kemanusiaan Kristus. Alkitabmembuktikan bahwa keilahian-Nya telahnampak bahkan sejak nubuat-nubuat para nabipada Perjanjian Lama. Yesaya mengatakan,“Sebab seorang anak telah lahir untuk kita,seorang putera telah diberikan untuk kita;lambang pemerintahan di atas bahunya, dannamanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib,Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, RajaDamai. Besar kekuasaannya, dan damaisejahtera tidak akan berkesudahan di atastakhta Daud dan di dalam kerajaannya, karenaia mendasarkan dan mengokohkannya dengankeadilan dan kebenaran dari sekarang sampaiselama-lamanya” (Yes. 9:5-6). Sesungguhnyakalimat yang sama disampaikan oleh malaikatGabriel saat menemui seorang perawan yangkelak rahimnya dipakai Allah untukmenggenapkan rencana kekal-Nya ini (Luk.1:32-33). Selain itu keilahian Kristus telahdinyatakan juga berkali-kali dalam penyataanDiri-Nya seperti yang dikatakan-Nya berikut ini:“Akulah terang dunia; barangsiapa mengikutAku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan,melainkan ia akan mempunyai terang hidup”(Yoh. 8:12), dan sesungguhnya orang-orangyang hidup pada zaman Tuhan Yesus juga tidakmampu berdalih akan kemahakuasaan-Nyadalam mengatasi badai, laut, kelemahan fisik,dan bahkan kematian.

Sedangkan kemanusiaan-Nya juga nyata sejakkelahiran-Nya, ketika Kristus dilahirkan dalamwujud bayi laki-laki (Luk. 2:7) yang perlahan-lahan bertumbuh dewasa, melewati prosespertumbuhan layaknya anak-anak yang lain(Luk. 2:40). Tubuh-Nya pun bisa merasa lapar(Luk. 4:2), haus (Yoh. 19:28), keletihan yangluar biasa sehingga tertidur (Mat. 8:24, Yoh.4:6). Emosi-Nya pun merupakan emosi layaknya

manusia lain. Ia bisa berdukacita hinggamarah (Mrk. 3:5), nalurinya bisa begitupeka sehingga tergerak oleh belas kasihan(Mat. 9:36), dan Ia pun bisa begitu sangatketakutan saat harus menghadapikematian-Nya (Luk. 22:44). Ia bisa menangissaat Lazarus meninggal (Yoh. 11:35) dan Iapun bisa terharu (Yoh. 12:27). Namun dalamsegala sifat kemanusiaan-Nya ini, Ia puntidak bisa terpisah dari natur ilahi-Nya yang‘non potuit pecare’. Yaitu natur manusia yangtidak berdosa walaupun secara hukum harusdijadikan berdosa (2Kor. 5:21, 1Ptr. 2:22, 1Yoh.3:5). Demikian suci kemanusiaan Kristus,sehingga Alkitab menyebutkan bahwa Ia adalahsatu-satunya manusia ideal yang menjadijawaban atas gambaran manusia yangsempurna.

Jika demikian, masihkah kita perlu meragukankeilahian dan kemanusiaan-Nya? Dalam benakkita, hal ini tentu tidak pernah terjadi padakita yang keKristenannya sudah mendarahdaging. Karena sudah puluhan kali (jika kita

sudah menjadi seorang Kristen puluhantahun) kita merayakan inkarnasi Kristus.Bahkan kita makin merasa bersumsum danbertulang saat kita merayakan kematiandan kebangkitan-Nya. Maka mungkinkahkita meragukan keilahian dan kemanusiaan-Nya? Mungkin kita akan segera berdoa,“Kiranya dijauhkanlah daripadakupemikiran itu, Tuhan…”

Tetapi, tunggu sebentar… Sebenarnyakeraguan ini merasuk dengan sangat halus,sehingga sulit bagi kita ‘tuk mendeteksinya.Maka untuk dapat meneliti dengan lebih jauh,mari saya ajak kita semua untuk bernostalgiasebentar. Ingatkah kita pada saat calling itudatang? Ketika Allah memanggil dengan efektifpara umat pilihan-Nya, maka saat itu pulasemua orang yang dipilih-Nya dari semula,mereka juga ditentukan-Nya dari semula untukmenjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya,supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulungdi antara banyak saudara. Dan mereka yangditentukan-Nya dari semula, mereka itu jugadipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya,mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan merekayang dibenarkan-Nya, mereka itu jugadimuliakan-Nya (Rm. 8:29-30). Maka adalahsukacita yang teramat besar saat itu, ketikakita seorang pendosa ini diikat kembali

dalam sebuah perjanjian dengan Allah dandipersatukan dengan Kristus (1Kor. 1:9).

Maka kita, sang pendosa yang telahdipersatukan ini, dikuburkan bersama denganKristus oleh baptisan dalam kematian,serta dibangkitkan pula seperti Kristus yangtelah dibangkitkan dari antara orang matioleh kemuliaan Bapa, dihidupkan(dilahirbarukan) kembali oleh Roh Kudus,serta memateraikan kita dengan responsyang benar untuk masuk dalam KerajaanAllah melalui pertobatan (Rm. 6:4; Yoh. 3:5).Setelah kita bertobat melalui iman kepadaKristus, kemudian kita dibenarkan(justified). Roh Kudus mengimputasirighteousness Yesus Kristus ke dalam hidupkita, sehingga kita dipandang benar(righteous) oleh Allah. Righteousness kitaberasal dari Kristus. Terlebih lagi, tidak hanyapada saat kita dibenarkan kita bergantungpada righteousness Kristus, tetapi pada saatkita disucikan pun kita sangat bergantung padarighteousness Kristus. Mengapa demikian?Karena kita, umat pilihan Tuhan, sudahditentukan dari semula untuk menjadi serupadengan Kristus. Maka Kristus adalah teladankita yang sempurna.

Namun dengan memory yang demikian indahdan pengertian yang komprehensif, mari kitareview hidup kita selama kita menyandang labelKristen dengan bertanya, seberapa seringkahkita berkata, “Ya, tidak usah ekstrem begitu,Kristus ‘kan Tuhan, sedangkan kita manusiaberdosa.” Saat Kristus memberi teladan dalammenegur keras Petrus dengan berkata,“Enyahlah Iblis. Engkau batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yangdipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkanmanusia” (Mat. 16:23). Atau seberapa seringkita berkata, “Ya, Kristus layak marah sepertiitu karena Dia Allah.” Saat Ia membuat cambuklalu mengusir para pedagang kambing dombadan merpati dari bait suci sambilmenghamburkan uang-uang penukar sampai ketanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya(Yoh. 2:15). Atau seberapa sering kita berkata,“Ya, jangan ditafsirkan seekstrem itu, Maria,ibu Yesus, pasti mengerti bahwa Kristusmemang Allah.” Saat Kristus mengajarmengenai siapakah keluarga kita yangsebenarnya (Mat. 12:46-50). Makasesungguhnya, sudah berapa banyak firmanTuhan yang kita kebiri dalam rangkaianmengebiri keilahian dan kemanusiaan Kristus?Ataukah sebenarnya kita pemegang warisanfilsafat Alexandria dengan pengaruh Yunaninyasehingga kita membunuh kemanusiaan Yesusdalam keilahian-Nya? Ataukah bahkan kita telahmundur terlalu jauh sehingga kembali padapemikiran Gnostik yang dualisme adanya,sehingga kita percaya bahwa Kristus hanyamemiliki tubuh semu?

Jika sungguh demikian adanya, maka celakalahkita! Karena pemikiran kafir senantiasa kitapelihara demikian suburnya, sambil kitamengaku bahwa Roh Kudus di saat yang samasedang menyucikan kita dan membuat kitasemakin serupa Kristus. Bahkan perkataanFrancis Schaeffer: “I do what I think, and Ithink what I believe” semakin membuktikan

... maka celakalah kita!Karena pemikiran kafirsenantiasa kita pelihara

demikian suburnya, sambilkita mengaku bahwa RohKudus di saat yang sama

sedang menyucikan kita danmembuat kita semakin serupa

Kristus.

Page 8: Buletin Pillar GRII No.65 Desember 2008

Pillar No.65/Desember/088

Halo semua!

Kita bertemu kembali di kolom SerSan dengan tema “Pengudusan” (sanctification). Tema ini adalah tema yang sangat penting didalam hidup kita untuk direnungkan dan dilakukan. Nah... di dalam kolom SerSan bulan ini, bisakah kalian mengurutkan istilah-istilah di bawah ini untuk menjadi suatu ayat yang lengkap dan benar? Ayat ini menjadi kunci penting bagi kita di dalam mengertipentingnya mengejar kekudusan dan kaitannya dengan orang lain.

A. tetapi kuduskanlah K. karena hidupmu yang salehB. dalam Kristus, L. menjadi maluC. pertanggungan jawab dari kamu M. dan dengan hati nurani yang murni,D. pada segala waktu N. dan siap sedialahE. Kristus di dalam hatimu O. tiap-tiap orangF. tentang pengharapan P. karena fitnahan mereka itu.G. sebagai Tuhan! Q. supaya mereka,H. yang ada padamu, R. dan hormat,I. yang memfitnah kamu S. yang memintaJ. tetapi haruslah dengan lemah lembut T. untuk memberi pertanggungan jawab kepada

Kalau sudah tahu, segera kirimkan jawaban kalian melalui SMS ke +6281511402588 sebelum 20 Desember 2008. Untuk sementara,SerSan hanya dapat diikuti oleh Jemaat GRII/MRII/PRII di Indonesia dan Singapura.

Contoh menjawab: Jacqueline Salim; GRII Singapura; A, B, C, dan seterusnya.

SerSan November 2008 tidak ada pemenang.

Jawaban SerSan November 2008: 1) Saul, 2) Herodes, 3) Euodia & Sintikhe, 4) Cornelius, 5) Henokh & Nuh.

betapa rusaknya kita, karena dengan tanpamerasa bersalah, kita mensinkretiskan imankafir dengan iman Kristen. Bahkansesungguhnya kita yang tidak bisa mengabdipada dua tuan, hanya menyelubungi iman kafirkita dengan status keKristenan. Ya, sungguhcelaka kita, jika pembenaran demipembenaran kita lontarkan demikenikmatan berzinah dengan iman kita yangberdosa, cara berpikir yang berdosa,sehingga menghasilkan perzinahan kitanyata dalam perbuatan kita.

Namun sesungguhnya saat mengetahuikebenaran ini pun, natur manusia berdosa kitakembali dengan refleksnya bertanya-tanyadengan sinis, yang menyatakan kebingungankita sesungguhnya, yang tidak beda denganperempuan pezinah itu. Apakah kita yanghanya manusia ini bisa serupa dengan Tuhan?Bukankah Tuhan terlalu tinggi untuk kitateladani? Jawabannya: Yesus Kristus adalahTuhan dan Manusia Sejati. Karena Ia ketikahidup sempurna pun bukan hanya karena IaTuhan, tapi Ia benar-benar adalah manusia.Maka sangat mungkin kita meniru hidup-Nya.

Tetapi seberapa besar kemungkinan kita dalammeneladani Kristus telah diungkapkan JohnMurray pada salah satu bab di dalam bukunyamengenai permasalahan tentang penyucian. Iamengatakan bahwa kemerdekaan dari kuasadosa yang dijamin oleh kesatuan denganKristus, dan kemerdekaan dari perusakan olehdosa yang dijamin dengan kelahiran baru, tidakmeniadakan semua dosa dari hati dankehidupan orang percaya. Masih ada dosa yangtertinggal. Orang percaya belum sedemikianserupa dengan Kristus di dalam kesucian,ketidakbersalahan, ketidakbercacatan, danketerpisahan dari orang–orang berdosa. Tetapi

karena kewarganegaraan kita sesungguhnyaadalah di dalam sorga, dan dari situ juga kitamenantikan Tuhan Yesus Kristus sebagaiJuruselamat yang akan mengubah tubuh kitayang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapatmenaklukkan segala sesuatu kepada Diri-Nya(Flp. 3:20-21), maka kita harus memilikisuatu urgensi bahwa hidup kita sekarangseharusnya merefleksikan hidup diconsummation kelak.

Dosa memang begitu menyiksa dan dosasenantiasa mendatangkan murka Allah, karenaIa suci adanya. Namun setiap orang yangmenaruh pengharapan kepada-Nya, tidak bisatidak menyucikan diri sama seperti Dia yangadalah suci (1Ptr. 3:3). Dosa memang membuatkita makin depresi. Gambaran depresi Paulusterlukiskan dengan sangat jelas (Rm. 7:14-21).Namun ia telah menemukan kemenangannyaketika kembali mengingat akan Roh Kudus yangmemberikan hidup telah memerdekakannyadalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut(Rm. 8:2). Penyucian ini sesungguhnya makinlama akan makin menyulitkan. Seseorang yangkian peka akan dosa, hidupnya akan kianserupa dengan gambaran Anak-Nya, yangartinya kian ditolak dan kian sulit dimengerti,karena demikianlah hidup Kristus saat di dunia.Tetapi Petrus justru berkata, “Sebaliknyabersukacitalah, sesuai dengan bagian yangkamu dapatkan dalam penderitaan Kristus,supaya kamu juga boleh bergembira danbersukacita pada waktu Ia menyatakankemuliaan-Nya” (1Ptr. 4:13).

Saudara-saudara, Kristus yang adalah Tuhandan Manusia itu sungguh-sungguh nyatakeberadaan-Nya. Kehadiran-Nya telah menjadisejarah yang tidak mungkin dihapuskan dari

muka bumi ini, maka segera hapuskanlah segalakeraguanmu. Ketaatan-Nya, inkarnasi-Nya,kehidupan-Nya, kematian-Nya, dankebangkitan-Nya yang sempurna membuat kitatak mampu berdalih. Membuat kita tidakbisa untuk tidak berlutut memohonketaatan demi ketaatan ‘tuk meneladaniKristus dengan total. Mari kita berperangmelawan dosa yang tertinggal supaya iatidak berkuasa lagi di dalam tubuh kita yangfana, melainkan kita serahkan anggota-anggota tubuh kita kepada Allah untukmenjadi senjata-senjata kebenaran (Rm.6:12-13). Mari kita pergi dan tinggalkaniman, pemikiran, dan perbuatan kafir,kemudian jangan berbuat dosa lagi mulaidari sekarang. Kiranya pimpinan dantuntunan dari Roh Kudus yang telahmembangkitkan Kristus dari kematian, jugamembangkitkan kita dari segala kematianiman, kebutaan pemikiran, dan menyucikanhidup kita senantiasa sampai Sang Sulungitu datang kembali dalam kemuliaan-Nya.Soli Deo Gloria.

Rebecca PuspasariPemudi GRII Pusat

Referensi1. Berkhof, Louis. Teologi Sistematika: Doktrin

Kristus. Jakarta: Lembaga Reformed InjiliIndonesia, 1996.

2. Curtis, A. Kenneth, Lang, J. Stephen, & Petersen,Randy. 100 Peristiwa Penting dalam SejarahKristen. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2006.

3. Groothuis, Douglas. Pudarnya Kebenaran.Surabaya: Momentum, 2000.

4. Murray, John. Penggenapan dan PenerapanPenebusan. Surabaya: Momentum, 1999.

Page 9: Buletin Pillar GRII No.65 Desember 2008

Pillar No.65/Desember/08 9

“Tuhan tidak terlalu tertarik untukmengubah keadaanmu saat ini, Tuhan jauhlebih tertarik untuk mengubah kamu lewatkeadaan yang kamu hadapi.” Demikianlahucapan bapak asrama Institut Reformed, Pdt.Rudy Pranoto, dalam suatu pembicaraandengan saya.

Sewaktu kita berbicara mengenai prosespengudusan/sanctification, implikasi yanglangsung sangat jelas adalah adanya perubahan.Tema-tema dalam progressive sanctificationseperti sanctification of emotion misalnyamengindikasikan adanya perubahan dari emosimanusia lama kepada manusia baru. Jadi apa/siapakah yang berubah? Gampang sekali kitamenjawab, kitalah yang berubah. Namunapakah benar demikian kehidupan kita?Apakah kita adalah orang-orang yang sungguhmenyadari bahwa fokus proses pengudusanadalah di dalam diri kita dan bukan terhadaplingkungan kita? Jikalau kita menghadapi suatusituasi yang kondisinya bertabrakan dengankehendak diri kita, yang manakah yang kitaperjuangkan untuk berubah? Diri kita ataulingkungan kita? Mengubah atau berubah? Apapola pikir yang berada di balik kedua pilihantersebut?

Ada suatu film tahun 80-an yang cukupterkenal, berjudul “The Gods Must Be Crazy”.Jika ada yang pernah menontonnya mungkinakan mengingatnya sebagai film humor yangmenceritakan mengenai petualangan seorangbushmen yang belum tersentuh “peradaban”modern di gurun Kalahari di Afrika, yangbertemu dengan berbagai manusia “beradab”yang karena satu dan lain hal berada dalamgurun tersebut, sehingga berbagai peristiwayang menggelikan terjadi. Namun mungkintidak banyak yang mengingat inti filmtersebut, yaitu penyuguhan suatu kontrasantara dua cara hidup manusia: di satu sisi filmini menceritakan bagaimana para bushmenhidup di gurun Kalahari, yang praktis tidakmempunyai air. Bagaimana mungkin bisa hidupdi tengah gurun seperti itu? Inilah gaya hidupyang pertama: manusia yang beradaptasiterhadap lingkungannya. Mereka mengetahuiada beberapa akar tanaman yang terkubur ditanah bisa digali dan ketika dipatahkan laludiperas dapat menghasilkan seteguk air.Kelihatannya tidak banyak, namun toh cukupuntuk menghidupi puluhan keluarga yang hidupdi gurun tersebut.

Lalu film tersebut menghadirkan gaya hidupmanusia yang kedua yang sama sekali berbeda,

kendati hanya berbeda jarak beberaparatus kilometer saja. Inilah gaya hidup dikota metropolitan, di mana manusiamengadaptasikan lingkungannya terhadap diri.Mereka sudah biasa minum air secara limpah,ketika mereka pergi ke gurun untuk segalamacam tujuan mereka akan membawa tangkipersediaan air yang sangat besar, sehinggakeluar-masuknya mereka dari gurun tergantungdari dan dibatasi oleh sisa persediaan airtersebut. Dalam contoh film di atas, menurutanda siapakah yang berhasil menaklukkan alam?Orang bushmen yang kegiatannya tidakterhalang dengan keadaan, atau orang kotayang kegiatannya hanya terbatas sumber airyang ia bawa?

Seringkali kita berpikir, jika A berhasilmengadaptasikan B kepada A, maka A lebihtinggi dari B. Contoh yang mudah adalahsepasang suami-istri yang sedang berantem.Setelah bertengkar, biasanya jika tidak adaresolusi maka keduanya saling mendiamkan,karena walaupun kedua pihak menghendakirekonsiliasi (konteksnya tentu sepasangsuami-istri yang saling mengasihi) keduanyajuga beranggapan pihak yang pertama datangmenawarkan rekonsiliasi adalah pihak yang“kalah”, karena ia adalah pihak yang berubah,bukan yang mengubah. Tapi ketika salah satupihak akhirnya datang meminta maaf akanbagian kesalahannya dan menawarkanrekonsiliasi, in a sense mengubah dirinyaterhadap keadaan, menurut saudara, siapakahyang lebih “menang”?

Sekarang saudara-saudara akan saya bawa satutingkat lagi. Dilihat secara proses sejarah,berubah (mengubah diri) dan bukan mengubahkeadaan terhadap diri adalah sifat Allah sendiri,Allah yang kita tahu berdaulat atas segalasesuatu! Dalam rencana keselamatan dari Allah,apakah Allah menyelamatkan dengan cara wesewes ewes bablas angine, lalu Kejadian 3dihapuskan dari muka bumi? Justru, rencanakeselamatan dari Allah bukanlah bagaimanaAllah mencoba untuk mengubah keadaankejatuhan manusia per se, melainkan suatukisah bagaimana Ia justru “mengubah” Diri-Nyadengan rela turun inkarnasi menjadi manusiadan mengalami segala penghimpitan kebebasanyang berklimaks dalam teriakan: “Eli Eli lamasabakhtani!” Filipi 2 mencatat proses“perubahan” ini: (1) Tidak mempertahankankesetaraan dengan Allah, (2) mengosongkanDiri, (3) mengambil rupa seorang hamba,(4) menjadi sama dengan manusia, (5)merendahkan Diri, (6) taat sampai mati, (7)

mati di atas kayu salib.

Adakah satu hal saja di mana Kristus berusahamengubah keadaan terhadap Diri-Nya? Danjustru hal ini menyatakan kedaulatan-Nya yangtertinggi di atas segala sesuatu, sehinggahanya kepada Dia saja segala lutut akanbertelut. Allah yang berdaulat bukanlah Allahyang menyelesaikan segala problema denganmengubah keadaan. Di dalam video games halini dinamakan cheat. Anda sulit mengalahkanmonster tertentu? Masukkan kode ini dannyawa karakter anda tidak akan habis-habis.Inilah pembuktian manusia sudah jatuh bahkandi bawah level ciptaannya sendiri. JikalauTuhan juga demikian, maka Tuhan juga sudahjatuh di bawah ciptaan-Nya, Ia yang absolutsudah menjadi relatif. Tapi Tuhan yang kitasembah justru dengan ajaib membuktikankedaulatan-Nya atas ciptaan-Nya, dengan caramengubah Diri-Nya, dan justru dengan carainilah Ia dengan sungguh-sungguh akhirnyamengubah seluruh realitas dunia ciptaan-Nya:musuh-Nya dijadikan-Nya anak-anak-Nya!

Lalu, apakah hal ini berarti kita hanya perlumengubah diri dan tidak perlu mengubahkeadaan? Bukankah kita sebagai orang Kristendipanggil untuk mengubah zaman, seperti kataPdt. Dr. Stephen Tong? Bukankah orang Kristenyang tidak mengubah zaman akan terseretzaman? Di sini kita perlu menyelidikipengertian yang benar di balik kalimattersebut. Apa arti mengubah zaman di sini?Atau pertanyaan yang perlu ditanyakanterlebih dulu adalah, mampukah manusiamengubah zaman? Jangankan itu, apakah kitabahkan mampu mengubah diri? Apakahmanusia mempunyai kapasitas untukmelakukan apapun di atas dunia ini? Contohrencana keselamatan di atas adalah contohTuhan dalam relasi-Nya dengan dunia ciptaan,dan transendensi Allah di atas dunia ciptaan-Nya yang memastikan adanya kapasitas SangPencipta untuk memperlakukan ciptaan-Nyasekehendak-Nya (meskipun kita percayaKristus juga adalah 100% manusia). Apakah kitamempunyai kapasitas demikian? Kita adalahciptaan yang jatuh di dalam dunia ciptaan,punya kuasa apakah kita? H. Richard Niebuhrpernah memberikan suatu gambaranketidakberdayaan manusia terhadapkeadaannya: Saya hidup, namun kekuatan yangmelanjutkan hidup saya bukan di bawahkontrol saya. Saya dapat mati setiap saat, sayadapat membunuh diri, namun saya juga tidakmempunyai kekuatan untuk menghentikaneksistensi saya. Siapa yang tahu secara pasti

Page 10: Buletin Pillar GRII No.65 Desember 2008

Pillar No.65/Desember/0810

bahwa sewaktu tubuh saya mati makaeksistensi saya juga berhenti?

Ajaran Reformed mempunyai suatu penekananyang sangat kuat dalam menempatkan segalasesuatu di bawah kedaulatan Allah. Segalasesuatu yang ada dan yang terjadi adalah dalamordinasi Allah. Dan manusia begitu hina danremeh di hadapan Allah sehingga Yakobus dalamsuratnya menegur keras mereka yang tidakmenyadari kontrol hidup ini hanyalah di dalamtangan Tuhan: (Yak. 4:13-14: Jadi sekarang, haikamu yang berkata: “Hari ini atau besok kamiberangkat ke kota anu, dan di sana kami akantinggal setahun dan berdagang serta mendapatuntung”, sedang kamu tidak tahu apa yangakan terjadi besok. Apakah arti hidupmu?Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentarsaja kelihatan lalu lenyap.)

Manusia tidak mungkin mengubahlingkungannya, dan juga tidak mungkin mampumengubah dirinya. Manusia harus mengaku dihadapan Tuhan ketidakberdayaannya terhadaprealita dan juga dirinya. Satu-satunya sumberdi mana manusia mempunyai kemungkinanuntuk berubah dan mengubah adalah dalamanugerah Allah melalui pekerjaan Roh Kudus.Ini adalah prinsip yang pertama. Kedua, relasiantara berubah dan mengubah harus sesuai:perubahan eksternal (mengubah keadaan)hanya datang setelah perubahan internal(perubahan diri) dan bukan sebaliknya. PdtRudy mempunyai suatu ilustrasi mengenaiterang yang mengungkapkan kedua prinsip ini.Beliau bertanya pada saya, “Apakah menurutkamu, terang itu mengubah keadaan?” Sayabingung, bukankah jelas mengubah? Di manaterang ada, kegelapan hilang, bukankahdemikian adanya? Tidak, terang tidakmengubah keadaan secara substansial. Kursidi suatu ruangan yang gelap tidak berpindahtempat ketika lampu dinyalakan. Yang diubahadalah perspektif kita, yang sekarangditerangi. Tanpa cahaya, kita bisa menabraksana-sini. Dengan terang, kitalah yangberubah, sekarang saya bisa melihat dimanakursi itu berada. Saya bisa menghindarinya,saya bisa memindahkannya, namun sebelumterang itu datang, saya bahkan tidakmengetahui keberadaannya.

Pola berpikir yang demikian akan mengubahcara pelayanan kita, menghasilkan suatuparadigma yang bersubjek bukan pada kitanamun pada Tuhan. Dan dengan demikianpelayanan kita pastilah pelayanan yangobedience-based, bukan result-oriented.Supaya sistem ini menjadi lebih jelas, mari kitaambil contoh misalnya mengenai panggilan:Berapa banyak orang yang ingin menjadiseperti hamba Tuhan namun sebenarnya inginmenjadi hamba Tuhan seperti Pak Tong, yangkarya hidupnya terlihat sebagai suatu contohkeberhasilan? Adakah yang mau menyerahkandiri menjadi hamba Tuhan seperti DavidBrainerd, misionaris kepada suku indian diAmerika yang hidupnya terlalu menyedihkan,atau Hudson Taylor yang membuang hidupnya,pergi ke China, melihat anak istrinya mati danakhirnya juga mati dengan hanya mendapatkansatu jiwa selama 51 tahun melayani Tuhan?Orang-orang seperti ini mengubah diri mereka

namun sampai mati tidak mengetahuibagaimana lingkungan berubah karena dirimereka. Bisa puaskah kita dengan itu? Puaskahkita menjadi Ayub yang sampai mati tidakmengetahui ujung pangkal ataupun berkatyang Tuhan curahkan pada Gereja sepanjangzaman lewat pergumulan dahsyat (baca:pengudusan) yang ia alami? Bagaimana denganYesaya yang sebelum pelayanan sudahdiberitahu kata-katanya akan dianggap sepi?Hosea? Yehezkiel?

Bagaimana dengan contoh kehidupan sehari-hari? Kalau saudara mendapat seorang bos yangjahat, apa respons saudara? Mengubahkeadaankah? Hengkang dan mencari pekerjaanyang lebih baik? Lha, wajar toh? Adalah suatuketidakadilan jika saya tidak bolehmemperjuangkan hak saya. Tapi, apakah iniadalah reaksi seseorang yang sadar bahwaadanya bos yang jahat tersebut adalah dalamkedaulatan Tuhan? Mari kita melihat contohdari Alkitab. Sebelum ia dijual oleh saudara-saudaranya, Yusuf mungkin sudah menyadariTuhan akan memakai dia dengan luar biasa olehkarena mimpi-mimpinya itu. Tapi sewaktu iamenderita habis-habisan sewaktu ia dijual olehsaudaranya sendiri, diperbudak, difitnah,dimasukkan ke penjara, dan dilupakan orangyang ditolongnya, menurut saudara apakah diaberusaha mengubah keadaannya yang sungguhmenyedihkan? Yang dilakukannya adalah justrumenyesuaikan dirinya dengan keadaan yang iapercaya pasti diizinkan Tuhan. Sewaktu iadiperbudak, ia melakukan pekerjaannyadengan begitu setia. Ia bisa saja mengadakanpemberontakan terhadap Potifar, toh iadiperbudak karena unrighteous cause. TapiYusuf bekerja dengan begitu setia sehinggaPotifar begitu mempercayainya sampai seluruhurusan rumahnya diberikannya kepada Yusuf.Sewaktu ia dirayu, Alkitab mencatat Yusuftidak mencoba membungkam istri Potifar ataumelaporkan ke suaminya, justru dicatat bahwaia tidak mendengarkan bujukannya. Dipenjara, Yusuf kembali beradaptasi, sampaikepala penjara mempercayakan seluruhtahanan di penjara tersebut kepadanya! Yusuftidak pernah mengambil kesempatan untukmenentukan nasibnya sendiri, menurutpenilaiannya atau perspektifnya. Ia menungguwaktu Tuhan. Dan ketika waktu Tuhan tiba,betapa luar biasanya Tuhan memakai Yusufuntuk mengubah zamannya. Tapibagaimanakah perubahan tersebut terjadi?Tidak dengan menjadikan dirinya subjek untukmencoba mengubah keadaan yang ia lihatlewat perspektif manusia yang sempit. Iamenyerahkan seluruh urusan penilaian padaTuhan. Apa yang ia kerjakan “hanyalah”mengadaptasikan dirinya untuk menyambutsemua konteks-konteks pergumulan yang iahadapi di dalam kehendak Tuhan.

Panggilan seorang Kristen tidak pernahuntuk meresponi keadaan. Panggilanseorang Kristen adalah merespons Tuhan!Waktu kita berusaha untuk mengubahkeadaan terhadap diri, kita pastimelakukannya dalam penilaian dariperspektif manusia yang sempit. Tahu apakita tentang rencana Allah melalui kesulitanyang kita hadapi sekarang? Pada saat kita

akhirnya mengerjakan apa yang menjadikehendak kita, kita sudah gagalbertanggung jawab terhadap kesempatanyang hendak Tuhan pakai untukmenguduskan kita. Kita menolak untukbelajar lebih bergantung pada-Nya danbukan tergantung kepada persediaan airyang kita bawa ke gurun. Mengapakah kitasering hidup dengan mengharapkan hasileksternal jauh lebih dari kitamengharapkan hasil internal,mengharapkan diri kita makin disucikan dihadapan Tuhan? Kita lebih menghendakiorang lain bertobat daripada menghendakidiri kita makin taat? Kita lebih menginginkanpemerintah-pemerintah dunia takut akanTuhan daripada menginginkan hati kitatakluk kepada Tuhan?

Jadi, dalam progressive sanctification,siapakah yang mengubah? Hanya Tuhan sajalah.Siapakah yang berubah? Hanya kita. Bisakahkita mengubah zaman? Tidak. Apakah kita harusmengubah zaman? Pasti. Lalu, bagaimana kitamengubah zaman? Bukan dengan mengubahsesuai kehendak kita atau sesuai apa yang kitapikir sebagai kehendak Allah. Manusia yangperspektifnya terbatas hanya dapat hidupdengan iman bahwa Tuhan mengerjakan segalasesuatu untuk kebaikan kita. Maka apapunkonteks penderitaan yang kita hadapi,sadarlah bahwa Tuhan tidak mungkin salahmemberikan konteks. Terimalah penderitaanitu, janganlah marah karena para pembuatkejahatan, tapi berharaplah pada Tuhan danlakukanlah kebaikan (terjemahan bebas Mzm.37:1,3), sebab Tuhan tidak mungkinmemberikan sesuatu yang kita tidak sanggupterima. Arahkan perubahan selalu mulai daridiri, dengan kuasa yang Tuhan berikan lewatkarya Roh Kudus di dalam kita, meskipun kitaadalah pihak yang benar di dalamketidakadilan. Dan kemudian kitamenyerahkan dalam waktu Tuhan, penentuanTuhan, cara Tuhan, dan Ia yang tidak pernahbekerja sia-sia akan mengubah zaman sesuaikemauan-Nya lewat pekerjaan tangan hamba-hamba-Nya. Mungkin rencana-Nya sesuai ataubisa juga tidak ada hubungannya sama sekalidengan apa yang kita rasa harus diubah.Mungkin keadaan yang kita rasa rusak sampaikita mati tidak diubah-Nya. Ia membuat segalasesuatu indah pada waktu-Nya, tapi mungkinkita sudah mati sebelum waktu-Nya tiba. Inipun tidak menjadi masalah, sebab rencanaadalah milik-Nya dan semua pekerjaan kitaadalah pekerjaan-Nya. Dialah subjek dari segalasesuatu. Siapa yang dapat menyelamikedalaman pikiran-Nya? Inilah apa artinyamenjadi orang Kristen Reformed. Menjadiorang Reformed bukan hanya berarti orangyang me-reform-kan dunia, tapi adalah orangyang hidupnya dibentuk ulang oleh Tuhanuntuk lalu Ia pakai mengubah zaman. Berubahatau mengubah? Inilah kesukacitaan kita,bahwa dalam Tuhan, berubah adalahmengubah. Soli Deo Gloria.

Jethro RachmadiMahasiswa Institut Reformed Jakarta

Page 11: Buletin Pillar GRII No.65 Desember 2008

Pillar No.65/Desember/08 11

PengantarKeselamatan adalah pusat sejarah yangmengubah dunia makrokosmos secarauniversal dan dunia mikrokosmos secaraparticular dari progressively dying menjadiprogressive sanctification. Titik balik manusiayang dying di hadapan Allah menjadi Allah yangsanctifying manusia adalah Justificationdengan imputasi kebenaran Kristus padamanusia berdosa.

“Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yangditanggungnya, dan kesengsaraan kita yangdipikulnya, padahal kita mengira dia kenatulah, dipukul dan, ditindas Allah. Tetapidia tertikam oleh karena pemberontakankita, dia diremukkan oleh karena kejahatankita; ganjaran yang mendatangkankeselamatan bagi kita ditimpakankepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kitamenjadi sembuh.”[Yesaya 53:4-5]

Justification (Pembenaran) dan Theology ofthe Cross (Theologi Salib, Latin: TheologiaCrucis) tidak bisa dilepaskan satu dengan yanglain. Melalui imputasi kebenaran Kristus padakita, sekaligus substitusi hukuman kita padaKristus, terdapat paradoks kebenaran yangseolah-olah bertolak belakang. Justificationbaru terjadi atas diri kita sesudah penderitaanKristus, di mana kita turut menderita, mati,dan bangkit bersama Kristus. Ini paradokskemuliaan dalam penderitaan. Lebih lanjut,Theology of the Cross muncul dari pergumulanorang yang menegakkan justification by faithalone. Ya, pembaca Pillar yang akrab denganpemikiran Martin Luther pasti secara otomatissadar hanya dengan melihat judul artikel ini.Martin Luther selain mencetuskan reformasiyang menghapuskan indulgensia karenabertentangan dengan prinsip justification byfaith alone, dalam pemikirannya di HeidelbergDisputation juga mencetuskan prinsipTheologi Salib yang akhirnya mengubah seluruhstruktur theologi dan cara orang Kristenmengenal Allah. Akhirnya, justification pastiakan menuju kepada progressive sanctificationdi dalam penggenapan rencana Allah secarautuh baik personal, komunal, maupun kosmikal.Karena itu, sesudah membaca artikel-artikelPillar bulan lalu dengan tema: Justification,maka sesuai dengan tema bulan ini kita akanmembahas: Sanctification, di dalampertumbuhan iman dan kehidupan Kristen.Sekarang, mari kita melihat sekilas biografi dariorang besar itu, Martin Luther.

Martin Luther adalah seorang anakpenambang tembaga yang lahir padatanggal 10 November 1483 di Eisleben,Jerman. Luther menempuh pendidikannyadi sekolah hukum agar ia dapat menjadiseorang yang terkemuka sesuai denganharapan ayahnya. Luther hampirmerealisasikan harapan ayahnya tersebutdengan menjadi ahli hukum, namun jiwa dankesadaran eksistensi Luther terhadap Tuhantidak dapat terbendung lagi, sehingga akhirnyaLuther memutuskan untuk masuk biara danmeninggalkan jalan menjadi ahli hukumterkemuka. Ini adalah secuplik latar belakangseorang yang biasa, namun karena kesadaraneksistensinya terhadap Tuhan begitu besarsehingga akhirnya ia menjadi orang yangdianugerahi Tuhan untuk mengubah sejarahkeKristenan, bahkan sejarah dunia.

Paradoks Theologi SalibMark Shaw dalam pemikirannya tentang MartinLuther berpendapat bahwa Theologi Salibmerupakan suatu visi bagi kebenaran1. Samaseperti Martin Luther, Mark Shaw jugamenekankan bahwa segala sesuatu harusdilihat dari kacamata paradoks Theologi Salib.

Paradoks AllahAtribut Allah seperti Maha Tahu, Maha Hadir,Maha Kuasa, Maha Adil, Maha Kasih danseterusnya seperti terdiam di hadapankenajisan salib. Kekotoran dan kekejian salibmenyaring keluar semua atribut Allah danmeninggalkan Allah tergantung di atas salib.Kevakuman Allah yang pengertian, kevakumanhadirat Allah, kevakuman kuasa Allah,kevakuman keadilan Allah, dan kevakumankasih Allah memuncak dalam sejarah alamsemesta selama beberapa jam saat Kristusdisalib. Allah memalingkan wajah-Nya dariAnak-Nya, Allah menarik hadirat-Nya dari Anak-Nya, Allah menarik kuasa-Nya, Allah memurkaiAnak-Nya sendiri, Allah menarik kasih-Nya dariAnak-Nya yang Dia kasihi, dan Ia tidakmenolong Anak-Nya. Mengapa Allah sebegitutega, sebegitu inkonsisten dengan janji-Nya,sebegitu kejam dan bodoh? Itulah cinta kasihAllah kepada manusia. Allah bertindak sepertibadut dalam kebodohan; salib menjadi lambangkebodohan, kelemahan, kehinaan, kejijikan,kenajisan, kekejian, kerusakan, kefatalan, dankematian manusia; tetapi sesungguhnyaAllahlah yang tergantung di sana.

Sesungguhnya, dalam paradoks salib inilahsemua pernyataan di atas memiliki makna yangsebaliknya, yang tidak mungkin dimengerti

oleh rasio manusia yang rusak dan belumdicerahkan; yang tidak mungkin diselami olehhati manusia yang rusak dan belumdisentuh oleh kasih Allah; dan yang tidakmungkin menjadi worldview manusiaberdosa, karena mereka mati secara rohanidan worldview mereka berada dalamkuburan yang perlu dibangkitkan.

Justru salib yang hina dan remeh ini memilikikuasa yang terbesar serta mengalahkan setandalam drama kosmos. Allah hadir dan kuasapenetapan-Nya menopang terjadinya peristiwasalib. Allah mengetahui sedalam-dalamnya dansalib justru menjadi pusat dari rencana kekalAllah atas cinta kasih-Nya kepada manusia.Segala tuntutan keadilan Allah hanya dapatdipenuhi, dipuaskan, dan ditanggung olehKristus di atas kayu salib. Bukankah Allahsangat mengasihi manusia dan kasih yangterbesar adalah menyerahkan Anak-Nya supayabarangsiapa percaya dan melihat kepada-Nyatidak binasa?

Paradoks KeselamatanAllah menciptakan dan sangat mengasihimanusia. Allah menciptakan manusia dengansatu tujuan yaitu untuk memuliakan Diaselama-lamanya.

Manusia diciptakan dengan potensi hidupkekal. Dr. Samuel Ling, seorang TheologReformed dari Asia, mengatakan bahwa satu-satunya kemungkinan manusia untukmencapai hidup kekal dengan usahanyasendiri adalah ketika ia belum jatuh dalamdosa dan diperhadapkan dengan pohonpengetahuan yang baik dan yang jahat2,walaupun anugerah Allah tetap ada sebagaiPencipta dan Pemberi hidup. Manusia jugadiciptakan untuk bekerja dengan mandatbudaya dan potensi menikmati hasilpekerjaannya, serupa dengan Allah yangmelihat segala ciptaan-Nya baik adanya.Dengan menyelesaikan suatu usaha/pekerjaan, manusia menggenapi panggilandan tuntutan yang ada pada dirinya.Karena dua konsep inilah, maka manusiasecara natur selalu melihat usaha atauperbuatannyalah yang seharusnyamemenuhi tuntutan Allah.Sebagai imago Dei yang dicipta dengan sifatkeadilan, manusia seharusnya mengerti bahwatuntutan keadilan Allah tidak mungkindipenuhi dengan keadaan manusia yangsekarang. Dengan jatuh ke dalam dosa, makakonsep manusia menjadi terdistorsi dan tidakmemiliki jalan keluar. Semua agama buatan

Page 12: Buletin Pillar GRII No.65 Desember 2008

Pillar No.65/Desember/0812

Orang Kristen tidak mungkinluput dari penderitaan,

karena Kristus punmenderita.

manusia selalu berusaha mencarikeselamatan dari bawah ke atas yaitu dariusaha manusia untuk mencapai Allah.

Natur usaha manusia ini sangat nyatabahkan mempengaruhi soteriologi abadpertengahan, pre-reformasi, dan jugapost-reformasi dengan soteriologiArminianisme. Jika soteriologi abadpertengahan menekankan sistem panjattangga agar manusia bisa mencapai union withChrist, maka soteriologi Arminianismemenekankan andil manusia dalam beresponterhadap anugerah keselamatan Allah melaluiiman.

Ketidakterselamian Allah dalam karyakeselamatan-Nyalah yang menjadikan salibkeselamatan bersifat paradoks. Tuntutankeadilan Allah mutlak terpenuhi dan jalanmenuju hidup kekal bagi manusia berdosamenjadi terbuka kembali. Allah dalamketersembunyian dan ketidak-terdugaannyamenetapkan jalan salib sebagai tandapemersatu kesementaraan dan kekekalan.Status manusia dipulihkan menjadi budakkebenaran. Segala usaha manusia kinidilakukan bukan untuk mendapatkankeselamatan tetapi merupakan bentukketaatan yang disertai sukacita dan ucapansyukur.

Paradoks RealitaAllah adalah permulaan dari segala realita danDiri-Nya realita. Sebelum dunia ada, tidak adarealita lain kecuali Allah. Allah adalah realitasatu-satunya. Alam semesta ini diciptakandalam Kristus dan ditopang oleh Kristus,sehingga segala realita alam semesta inimenjadi sinkron dan tidak lepas dari SangRealita.

Allah, Sang Sumber Realita, yang menciptakanmanusia, sangat mengasihi manusia, karenanyaIa rela menyatakan Diri-Nya agar manusiadapat mengenal “Siapakah Realita itu?”. Allahmewahyukan kebenaran kepada manusiasehingga manusia dengan rasionya yangterbatas dan berdosa dapat mengenalkebenaran. Manusia tidak lagi terhilang dalamkosmos, tetapi didamaikan dengan Pemilik danPenguasa kosmos. Manusia tidak lagi menjadianak yatim dalam alam semesta ini, tetapimemiliki Bapa yang melindungi, memampukan,memberikan arti, tujuan, dan arah hidupbaginya.

Jika demikian, apa yang menjadi paradoks darirealita? Apa rahasia dibalik manusia yangterhilang kemudian kembali kepada Allah?Bahwa manusia yang bersembunyi di balik salibmelihat pelangi kasih Allah dimana tuntutanmurka Allah telah dihapus. Manusia yangberlindung di bawah naungan salib melihatSang Realita yang sesungguhnya, yang penuhdengan paradoks dan sulit diselami olehpikirannya. Manusia yang memiliki tanda salibdalam hidupnya dimeteraikan oleh Roh Kudusdan mengerti isi hati Allah, karena Roh Allahmengerti apa yang terdapat dalam diri Allah.Sebaliknya, manusia berdosa tidak akan pernahdan tidak akan mungkin mengerti Realita yangsejati karena pikirannya yang terbatas dan

berdosa. Allah dalam ketersembunyian-Nyamenyatakan rahasia bijaksana-Nya yangtertinggi melalui Roh-Nya dalam hatimanusia. Hanya mereka yang berelasidengan Allah saja yang diberi hak danmampu mengetahuinya, karena Roh Kudustinggal dalam hati mereka3.Realita salib membawa banyak sekali perubahandan paradoks dalam worldview dan kehidupanorang Kristen. Suatu dimensi yang baru dimanakasih Allah mengalir dari tempat tertinggike tempat terendah danmenunggangbalikkan semua tatananstruktur kehidupan manusia. Kristusmengosongkan Diri-Nya4 (kenosis) bahkanmengidentikkan Diri-Nya dengan orang yangpaling hina5. Dengan wawasan realita yangbaru ini, orang Kristen dalam progressivesanctification memiliki perseverance sebagaisaints karena darah Kristus Yesus dalam realitaparadoks salib.

Paradoks PenderitaanOrang Kristen tidak mungkin luput daripenderitaan, karena Kristus pun menderita.Semangat inkarnasi dari Allah Tritunggal harus

ditegakkan dan diteladani oleh setiaporang Kristen dalam realita the fall sampaikeadilan dan kebenaran Allah ditegakkansecara utuh, sampai penggenapan dankonsumasi dari sejarah umat manusia.Lebih jauh lagi, keKristenan pasti memilikimusuh dan pasti menderita karenakeunikannya dan sifatnya yang membawapedang, dimana terjadi clash of worldviewantara Kerajaan Sorga dan dunia ini.

Karena worldview Kristen dengan dunia iniberbeda total dan berlawanan, maka orangKristen tidak akan luput dari penderitaan.Dunia ini dengan segala kuasanya akan selalumenindas, mengejek, menghina,mempermalukan, menekan, menyiksa, danbahkan menghabisi orang Kristen. Tetapi,berlanjut dari perseverance of the saints padapoin paradoks realita sebelumnya, maka hiduporang Kristen tidak akan pernah menyerah6,tidak akan pernah bisa kalah, dan selalumenang bahkan lebih dari pemenang!7 Allahyang menjadi pembela kita, siapakah yangdapat mengalahkan-Nya? Terlebih lagi, segalasesuatu dikerjakan Allah demi kebaikan kita8.Tetapi, apakah orang Kristen menjadibersemangat triumphalistik sebagaimanakalangan Theologi Kemuliaan (theologiagloriae)? Tidak! Justru kemenangan yangdimaksud sekali lagi harus kembali pada konsepparadoks salib, di mana kemenangan diraihmelalui “kekalahan”. Allah yang membela kitaadalah Allah yang memakai paradoks salib, jalankematian, untuk menunjukkan kuasa-Nya yangmengalahkan maut. Contoh yang paling

lengkap dan indah terletak pada kalimatPaulus: “Dalam segala hal kami ditindas,namun tidak terjepit; kami habis akal,namun tidak putus asa; kami dianiaya,namun tidak ditinggalkan sendirian, kamidihempaskan, namun tidak binasa. Kamisenantiasa membawa kematian Yesus didalam tubuh kami, supaya kehidupanYesus juga menjadi nyata di dalam tubuhkami.”9 Paulus bagaikan bola elastis yangakan memantul semakin tinggi ketikadibanting semakin keras. Orang Kristendengan iman bersandar kepada Tuhan,dengan tenang dan stabil akan bangkit kembalidi tengah-tengah penderitaan. Orang Kristentidak dapat dihancurkan maupun dikalahkanoleh kuasa apapun, sebaliknya semakinditindas semakin berkembang.

Orang Kristen yang dipermalukan (shame)karena salib Kristus, justru mendapatkankemuliaan (glory) tertinggi. Di tengah-tengahkelemahan (weakness) terletak kekuatan(strength) terbesar. Apa yang dianggap duniaini sebagai kebodohan (folly), Tuhanmenjadikannya lebih berhikmat (wisdom) daridunia. Ia sendiri tidak akan terkulai ataupunpudar sampai hukum di bumi ini ditegakkan,sampai kehendak Allah di dunia ini digenapkan,sampai kerajaan Allah dan pemerintahan-Nyadinyatakan di muka bumi ini. Karena itulah Diamembuktikan bahwa Dia layak disandari, danDia satu-satunya yang layak menerima segalahormat, pujian, dan kuasa. Betapa kemuliaansalib bersifat sakramental karena Tuhanmengangkat salib yang hina menjadi mulia.Bertolak dari salib, betapa manusia berdosadalam kondisi yang papa diangkat kembalimenjadi anak-anak Allah yang mulia, wargaKerajaan Sorga, mahkota ciptaan, dandijanjikan mahkota kehidupan.

Paradoks KebenaranParadoks Allah, Paradoks Realita, dan ParadoksKebenaran saling berkaitan satu dengan lain.Pertama, Allah adalah Allah. Kedua, Allah adalahsatu-satunya Diri-Nya Realita, Sang Realita,Sumber Realita yang menjadi permulaan segalarealita yang lain. Dan ketiga, Allah adalah satu-satunya Diri-Nya Kebenaran, Sang Kebenaran,Sumber Kebenaran yang menjadi dasarepistemologis, dasar presuposisi, dan dasarpengetahuan bagi segala kebenaran danpengetahuan yang lain, termasuk interpretasiakan kebenaran dan pengetahuan itu.

Berbicara secara ontologis, maka Allah adalahAllah, penurunan berikutnya adalah Allahadalah Realita, dan lebih jauh lagi, Allah adalahKebenaran. Implikasi Theologi Salib Luthersecara khusus berkaitan dengan kebenarandoktrinal, di mana pengertian dan strukturdoktrinal yang sudah ditegakkan sejak abadpertengahan, harus dilihat dan dirombak ulangmelalui kacamata Theologi Salib. Sedemikiandalamnya Theologi Salib mentransformasipemikiran Luther mengenai Allah,keselamatan, realitas, dan penderitaansehingga ia menyatakan, “Salib itulah satu-satunya theologi kita”10.

Luther menganggap salib sebagai aksioma darisemua theologi yang lain, pandangannya

Page 13: Buletin Pillar GRII No.65 Desember 2008

Pillar No.65/Desember/08 13

mengenai wahyu lebih restriktif karenaperspektif Theologi Salib, seperti yangdikatakan Carl Trueman: “... Luther seesGod’s revelation of himself as axiomaticto all theology... Luther, however, had adramatically restrictive view of revelation.God revealed himself as merciful to humanityin the Incarnation, when he manifestedhimself in human flesh, and the suprememoment of that revelation was on the crossat Calvary.”11

Kemuliaan Theologi Salib telah membungkamdan menghentikan semua dalih usahapencapaian manusia demi kelayakan di hadapanAllah. Kita telah melihat perkembangantheologi dari kacamata zaman ini sebagaimanadikatakan oleh Pdt. Stephen Tong bahwa alamsemesta memang adalah wahyu Allah; tetapirasio manusia itu terbatas dan sudah tercemardosa; dan budaya itu hanyalah responeksternal manusia terhadap wahyu umumAllah, bukan wahyu itu sendiri. Tetapi jika maumelihat konteks zaman Luther hidup, makatheologi natural Thomas Aquinas dari AbadPertengahanlah yang dominan, di mana rasiomanusia saat itu dapat mencapai kebenaranadikodrati. Dimensi ultimat dari anugerah danucapan syukur dipuncakkan oleh Theologi Salibsebagai penyeimbang dari segala usaha danpencapaian manusia berdosa yang merupakantuntutan Allah atas manusia sebagai natur daripenciptaan. Keseimbangan inilah yang menjadiparadoks di mana anugerah dan ucapan syukurharus diisi dan dikerjakan, sebagaimana Paulusmendorong jemaat Filipi untuk mengerjakankeselamatan mereka dengan takut dan gentar,itulah hidup pelayanan orang Kristen sejati12.

Paradoks PelayananJika Paradoks Allah, Paradoks Realita, danParadoks Kebenaran berkait satu sama lain,maka Paradoks Keselamatan, Penderitaan, danPelayanan merupakan turunan implikasi daritiga serangkai yang pertama dalam perspektifTheologi Salib. Pertama, Allah melakukan karyakeselamatan. Kedua, Realita yang ada dalamkarya keselamatan Allah adalah realitapenderitaan yang secara sakramen mengubahkehidupan manusia berdosa dan kosmos yangterkutuk, karena penebusan universal Kristus.Penderitaan bukanlah sesuatu yang harusditakuti, penderitaan berperan dalam

pertumbuhan ke arah Kristus sesuaidengan rencana Allah yang paralel denganYohanes 9:3 dan Roma 8:28. Dan ketiga,Realita Penderitaan dari Allah yang adalahkebenaran, mau tidak mau menjadisubstansi yang menembusi, merembesi,atau mengkhamirkan setiap sumsum danbagian dari kehidupan manusia dalamkosmos ini yang adalah pelayanan kepadaAllah. Dimulai dari inisiatif Allah melaluikeselamatan dan dikembalikan oleh manusiakepada Allah melalui pelayanan untukmemuliakan Allah. Suatu siklus yang indahseperti pemikiran Jonathan Edwards dimanamanusia diikutsertakan dalam radiant emanasikarya Allah.

Pelayanan penderitaan adalah mutlak dalamkehidupan orang Kristen seperti yang telahdibahas sedikit dalam bagian ParadoksPenderitaan di atas. Kristus dalam kenosisadalah contoh teragung dari pelayananpenderitaan Kristus; Ia lahir dengan meminjamkandang binatang, mengungsi ke negeri asing,tidak mempunyai tempat meletakkankepalanya, meminjam keledai dan ruang atasuntuk persiapan Paskah, memungut uang darimulut ikan untuk membayar kebutuhan-Nya.Tetapi puncaknya adalah salib di mana Iamemikul dosa dunia, Ia diejek, dihina, disiksa,diludahi, difitnah, diperlakukan tidak adil, Iamengalirkan darah mengganti dosa umatmanusia. Paulus dengan begitu indahnyamenggambarkan pelayanan penderitaansebagai harta rohani mulia dalam bejana tanahkarena kasih-Nya.

Paradoks Pelayanan mirip dengan konsep “OnLoving God” dari Bernard Clairvaux di manakasih yang tertinggi adalah: ”Loves self forGod’s sake”13. Manusia menderita demi Tuhan,tetapi justru dalam penderitaannya terpancarkeluar air hidup yang limpah akan sukacita.Penderitaan secara ajaib bersekutu dengankebahagiaan dalam pelayanan. Keindahan initerpancar dalam kehidupan Kristus dan Paulusdalam pelayanan mereka, seperti untaian katamutiara mereka berikut: “Makanan-Ku ialahmelakukan kehendak Dia yang mengutus Akudan menyelesaikan pekerjaan-Nya. ...sehingga penabur dan penuai sama-samabersukacita.14 Sekarang jiwa-Ku terharu danapakah yang akan Kukatakan? Bapa,

selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak,sebab untuk itulah Aku datang ke dalamsaat ini. Bapa, muliakanlah nama-Mu!15”[Yesus Kristus]

“... ketika dianggap sebagai penipu, namundipercayai, sebagai orang yang tidakdikenal, namun terkenal; sebagai orangyang nyaris mati, dan sungguh kami hidup;sebagai orang yang dihajar, namun tidakmati; sebagai orang berdukacita, namunsenantiasa bersukacita; sebagai orangmiskin, namun memperkaya banyak orang;sebagai orang tak bermilik, sekalipun kamimemiliki segala sesuatu.16” [Paulus]

Sola Gratia. Soli DEO Gloria.

Lukas Yuan UtomoRedaksi Bahasa PILLAR

Endnotes1. Shaw, M. Sepuluh Pemikiran Besar dari Sejarah

Gereja. Surabaya: Momentum, 2003.2. Ling, Samuel. Lecture Notes of ‘The Knowledge

of God: The Incomprehensibility of God andThe Knowability of God’ Seminar in Singapore.[30-08-2008]

3. 1 Kor. 2:11.4. Flp. 2:7.5. Mat. 25:40.6. Shepherd, V. Luther’s Theologia Crucis.

Diambil dari: http://www.victorshepherd.on.ca/Course/John%20Calv in/the_theology_of_john_calvin145.htm [31-08-2008]

7. Rm. 8:37.8. Rm. 8:28.9. 2Kor. 4:8-10.10. Shaw, M. Sepuluh Pemikiran Besar dari Sejarah

Gereja. Surabaya: Momentum, 2003, hal. 33.11. Trueman, C. R. Luther’s Theology of the Cross.

Pennsylvania: New Horizon, 2005.Diambil dari: http://www.opc.org/new_horizons/NH05/10b.html [31-08-2008]

12. Flp. 2:12.13. Clairvaux, B. On Loving God.

Diambil dari: http://people.bu.edu/dklepper/RN413/bernard_loving.html [02-09-2008]

14. Yoh. 4:34, 36b.15. Yoh. 12:27-28a.16. 2Kor. 6:8b-10.

Institutes of the Christian Religion

Institutes of the Christian Religion (sering disebut Institutes atau Institutio) merupakan magnum opus (karyaterbesar) dari John Calvin. Buku ini mengalami 4 kali revisi semasa hidupnya. Edisi pertama diterbitkan padatahun 1536. Buku ini terdiri atas 6 bab, dan 4 bab pertama mengikuti pola katekismus Luther. Edisi pertama inididedikasikan kepada Raja Francis I dari Perancis dengan tujuan membela pengajaran iman reformasi yangsesungguhnya. Edisi kedua diterbitkan pada tahun 1539 yang 3 kali lebih panjang dari edisi pertama. Edisiketiga pada tahun 1543, Calvin berada di Strasbourg dan melayani bersama Bucer, sehingga pengaruh Bucerterlihat di dalam edisi ini. Dan edisi terakhir, yaitu edisi kelima diterbitkan pada tahun 1959, sekitar 5 kali lebihpanjang dari edisi pertama.

Institutes bukan hanya merupakan theological treatise, melainkan sebuah pengajaran atau instruksi untuk beribadah dan mendekatkan dirikepada Tuhan bagi orang-orang Perancis pada masa itu. Oleh sebab itu, Institutes dipakai sebagai persiapan sebelum menggunakan KomentariAlkitab Calvin. Insitutes dan Komentari Alkitab Calvin selalu digunakan secara berdampingan, yaitu ketika seseorang membaca komentari, iadapat mengacu kepada Insitutes sebagai pedoman theologi; dan sebaliknya ketika seseorang membaca Institutes, ia dapat menggunakankomentari untuk penjelasan lebih mendalam.

Sumber: Lane, Tony. A Concise History of Christian Thought. Grand Rapids: Baker Academic, 2006.

Page 14: Buletin Pillar GRII No.65 Desember 2008

Pillar No.65/Desember/0814

Ketika menjelang Natal, di bulanDesember, kembali kita melihatdekorasi dan pohon Natal mahaindah

di mana-mana. Tapi sayangnya di baliksemua kerlap-kerlip lampu dekorasi itu kitasudah tidak bisa lagi melihat dengan jelasmakna Natal yang sesungguh-sungguhnya.Sebenarnya, hal ini sudah merupakanpenipuan massal akan makna Natal itusendiri. Walaupun sejujurnya, saya kadangmasih bisa juga menikmati indahnyapermainan kerlap-kerlip lampu-lampu Natal.Namun sekarang, ketika saya sudahmenemukan dan menyadari pengertianyang sesungguhnya akan Natal, sulit untukberhenti pada pemahaman sebatasindahnya kerlap-kerlip lampu danmerdunya lagu-lagu Natal yang membawakedamaian tersendiri ke dalam hati. Dalamhal ini, saya bukan mau menjadi orang yangsinis karena saya bukan Grinch, namun sayajuga tidak bisa lagi menjadi anak kecil polosyang overjoyed and excited karenamengharapkan Sinterklas yang naik keretasalju dan membawa segudang hadiah yangmeriah untuk dibagi-bagikan. Gambaranseperti itu sebenarnya tidak lebih daripadasebuah “cursed Christmas”.

Suatu saat, di sebuah “International ChristianSchool” di Jakarta, saya melihat sebatangpohon Natal yang dihiasi dengan berbagaikartu-kartu Natal kecil di dekat lobi utama.Saya terperanjat ketika melihat isi tulisandalam kartu-kartu itu bermacam-macam namunmempunyai satu kesamaan. Isi tulisannyaadalah: “What is your Christmas wish?” Makajawabannya adalah: “I want a new laptop”, “Iwant to have a blackberry”, “I want a newPlayStation 3”, “I want and I want a bla blabla....” Kesamaannya adalah tidak ada satu puntulisannya yang berkaitan dengan Christmas.No Christ at all. What a cursed Christmas?!Saya tidak bermaksud menjadi sinikal dandengan sengaja secara arogan merendahkanhal-hal semacam ini, namun sejujurnya adakesedihan yang mendalam jika dunia terusdibius oleh keglamoran Natal seperti itu. Entahmengapa, nuansa Natal di seluruh duniamemang membawa suatu suasana sukacitatersendiri yang diakui dan dirasakan baik orangKristen maupun non-Kristen. Tapi di Nataltahun 2008 ini mari kita telusuri arti Natalsesungguhnya, dari sejak kitab pertama dalamAlkitab sampai pada masa kegenapan di dalamtokoh utama Natal itu sendiri, yaitu Tuhan

Yesus Kristus, the Lord of lords and the Kingof all kings.

Pada mulanya Allah menciptakan langit danbumi. Bumi belum berbentuk dan kosong;gelap gulita menutupi samudera raya, danRoh Allah melayang-layang di ataspermukaan air. Berfirmanlah Allah: ”Jadilahterang.” Lalu terang itu jadi. Allah melihatbahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. (Kej. 1:1-4)

Alkitab menyatakan bahwa Allah menciptakandunia ini dan Allah melihat semuanya itu baik.Kita tidak pernah mengerti kebaikan macamapa saat itu dan keindahan bagaimana yangmungkin terjadi. Namun, sejak Kejadian 3sampai sekarang kita diperhadapkan padadunia yang sudah carut-marut dan penuhdengan kegelapan. Dalam memandangkehidupan ini, mau tidak mau kita harus selalumenyadari kembali adanya fakta dosa yangsudah terjadi sejak Adam jatuh dalam dosa(The Fall). Fakta dosa adalah suatu hal yangsering kali dikhotbahkan dan kadang sungguhmembosankan jika setiap kali bicara tentangmanusia, kita selalu akan kembali sampai keKejadian 3. Kebanyakan orang berpendapatbahwa kejadian itu pun sudah terjadi puluhanribu tahun yang lalu yang sepertinya jugabukan karena kesalahan kita juga, tapi kitaselalu dikait-kaitkan. Namun, sebenarnyamemang kita terkait, karena konsep dosadalam Adam diakui atau tidak diakui itulahyang sedang kita hidupi sekarang. Dan Tuhantelah menyatakannya dalam Alkitab sehinggameskipun puluhan ribu tahun yang lalu, kitatetap mengerti akar masalahnya.

Manusia diciptakan Allah dari debu tanah, yangdapat ditafsirkan sebagai penekanan akankefanaan debu yang mudah sekali tertiup angindan lenyap. Allah mau dan rela membentukimage-Nya dari debu-tanah, yang kemudiandiberi kuasa atas tanah/bumi. Dan manusiayang dari tanah ini, Allah letakkan di atas tanah.Kej. 2:8 mengatakan, “Selanjutnya Allahmembuat taman di Eden, di sebelah Timur; disitulah ditempatkan manusia yang dibentuk-Nya.” Di sini kita melihat bahwa di dalamPerjanjian Lama, tanah menjadi tema yangsangat penting. Tanah merupakan suatutempat/media ujian ketaatan bagi manusiasebelum ia kembali ke dalam tanah (setelahKejadian 3), tanda berakhirnya masapengujian. Selain itu tanah juga merupakan

media penyataan kemuliaan Allah, baik tanahdalam wujud manusia-manusia dari generasi kegenerasi maupun tanah dalam arti bumi/duniaciptaan Allah.

Sayangnya tidak selama-lamanya hal itu terjadi,ketika kita membaca Kejadian 3, Adam jatuhdi dalam dosa, tapi yang terjadi bukan Adamyang dikutuk oleh Allah, melainkan tanah yangdikutuk oleh Allah. Kej. 3:17 “...terkutuklahtanah karena engkau....” Cukupmengherankan ternyata Allah tidakmenjatuhkan kutuk pada Adam secaralangsung, dalam hal ini seharusnya kita bisamelihat bagaimana Allah masih berbelas kasihandengan memberi ruang untuk adanyakemungkinan pertobatan dalam sebuahrencana sejarah penebusan manusia (in Hisredemptive history), mengingat Adam di siniberdiri sebagai image of God yang sekaligusmewakili seluruh umat manusia, bukan secarapersonal sebagai seorang yang hanya bernamaAdam. Karena jika Adam dikutuk langsung olehAllah, maka habislah cerita manusia di bumiini. Namun kutukan atas tanah ini tetapmembawa berbagai implikasi hukumanlangsung pada manusia, yaitu: dengan bersusahpayah manusia akan mencari rejekinya daritanah itu seumur hidupnya, semak duri yangakan dihasilkan bagi manusia, dengan berpeluhmanusia akan mencari makanannya denganmengusahakan bumi (tanah) yang sebenarnyamerupakan mandat Allah sendiri kepadamanusia, yang melaluinya manusia memuliakanAllah. Tetapi di dalam jerih payahnya, akhirnyamanusia yang dari debu (tanah) hanya akankembali menjadi debu (tanah). Dan setelah itukisah The Fall ditutup dengan pengusiran Adamdan Hawa dari taman Eden. Kej. 3:24 “Iamenghalau manusia itu dan di sebelah timurtaman Eden di tempatkan-Nyalah beberapakerub dengan pedang yang bernyala-nyala danmenyambar-nyambar, untuk menjaga jalan kepohon kehidupan.”

Di sini kita dapat melihat bahwa tanah dalamPerjanjian Lama memiliki dimensi fisik danspiritual, sehingga diusir dari tanah bukanhanya merupakan pergi dari tanah tempatmanusia itu mencari makan semata, melainkanmerupakan penghalauan dari pohonkehidupan, suatu hukuman/malapetaka besarbagi manusia. Selanjutnya, di dalam sejarahbangsa Israel, segala sesuatu yangberhubungan dengan janji tanah merupakansebuah tolak ukur relasi Allah dan manusia yang

Page 15: Buletin Pillar GRII No.65 Desember 2008

Pillar No.65/Desember/08 15

Natal harus dilihat secarautuh. Bayi Yesus yang mungildan lucu di dalam kisah Natal

adalah Pribadi yang kelakmenjadi Hakim atas segala

hakim, Tuan atas segala tuan,dan Raja atas segala raja.

di dalam Imamat 26 dinyatakan dengan jelasdalam dua istilah: berkat dan kutuk. PerjanjianAllah dengan manusia sejak awal ditandaidengan Perjanjian Tanah (Kej. 1:28), dan temaini terus diusung di sepanjang sejarah bangsaIsrael dalam sebuah sejarah keselamatan Allahbagi umat-Nya. Janji tanah ini diulang lagimelalui perjanjian Allah dengan Abraham akanadanya suatu tanah perjanjian di manaketurunan Abraham akan mendiami negeri itu.Dan ketika bangsa Israel memberontak dantidak setia kepada Allah maka hanya satukemungkinan yang terjadi yaitu pengusirandari tanah (ada suatu repetisi yang berpola).Bangsa Israel dibuang dari tanah perjanjian(exile) ketika mereka tidak setia kepada Allah,seperti yang terjadi pada Adam di Kejadian 3di mana dia diusir dari tanah yang diberikanAllah kepadanya. Inilah sisi kutuk dalamperjanjian tanah, diusir dari tanah di manamanusia ditempatkan.

Tetapi di dalam kutuk karena keberdosaanmanusia, ketika kemuliaan Allah di atas tanahperjanjian dirusak, sejarah keselamatan dariAllah bagi manusia tetap berjalan. Allahmenganugerahkan sebuah rencana penebusanbagi “tanah” yaitu manusia dan bumi ini, dimana Allah menyatakan kegenapan kemuliaan-Nya. Penyataan kemuliaan Alah yang tidakterbatas ini dinyatakan-Nya dalam ribuangenerasi. Pada waktu Allah mencipta, yang jugamerupakan salah satu bentuk deklarasikemuliaan-Nya, Allah memerintahkan manusiauntuk beranak-cucu dan memenuhi bumi.1

Maka ketika rencana keselamatan Allah hadirsebagai pemulihan kemuliaan Allah, sejarahkeselamatan pun dinyatakan-Nya secaraprogresif dalam ribuan generasi juga. Makaketika sampai kepada Perjanjian Baru, padapasal 1 Injil Matius, kita melihat silsilah SangMesias dibagi dalam tiga kerangka besarperjanjian antara Allah dan umat-Nyaberkenaan dengan tanah: janji akan tanahperjanjian, penggenapan tanah perjanjian,dan pengusiran dari tanah perjanjian (exile) –pemulangan (restoration) dari pembuangan.Ketiga kerangka ini sebenarnya merupakanpenggambaran secara global bahwa nanti akanada restorasi yang sesungguhnya yaitu di dalam

Mesias yang akand a t a n g ,

k e t u r u n a n

Daud yang lahir di Betlehem – Yesus Kristus.

Maka di dalam Perjanjian Baru, kedatanganKerajaan Allah ditandai dengankedatangan/inkarnasi Tuhan Yesus sebagai

awal penggenapan ultimat restorasi ini.Lahirnya Tuhan Yesus ke dalam dunia,mengambil bentuk dan rupa manusia,menjadi bertubuh dan berdarah, menjadi“tanah”, bukanlah merupakan suatuperistiwa yang sepatutnya dan sewajarnya.Allah Anak sendiri yang harus menanggungsetiap kutuk yang dikatakan di Kejadian 3.Ketika tanah dikutuk akan menghasilkansemak duri, maka secara harfiah pun TuhanYesus yang sepatutnya mengenakanmahkota kemuliaan-Nya, rela memakaimahkota duri yang tertancap di kepala-Nya. Ketika manusia harus berpeluh danbergumul dalam kehidupannya di mana hidupini tidak akan lepas dari tarik-menarik antaramengikuti/menggenapkan kehendak Allahatau menuruti kehendak saya/dunia. Maka,apakah ada yang lebih besar daripadapergumulan di taman Getsemani di manaakhirnya Tuhan Yesus dengan peluh yangseperti darah berkata: ”Bapa, bukankehendak-Ku yang jadi melainkan kehendak-Mu....” Demikian juga kutukan ketiga,manusia dari debu akan kembali menjadi debu,mati karena dosa, Tuhan Yesus menanggungkematian seluruh umat manusia dengan matidi atas kayu salib, turun dalam kerajaan maut,dan pada hari ketiga bangkit pula dari antaraorang mati. Tuhan Allah, menanggung kematianuntuk manusia.2 Ketika Tuhan diturunkan darisalib, Ia menanggung kutukan kembali kepadadebu masuk dalam tanah.

Semua kegenapan ini diawali Tuhan Yesusdengan menjadi “tanah”, sebuah tubuh yanglahir dari seorang perawan Maria dan hidupterbatas berada di atas tanah. KehidupanTuhan Yesus bukan hidup dengan segalafasilitas mewah, kuasa, dan kemuliaan yangmenyertai-Nya, namun menjadi di dalam hidupyang “sama seperti saudara-Nya”. Kesadaranakan betapa besar dan mulianya Tuhan kitayang rela menjadi manusia, membuat Natal

tidak mungkin hanya menjadikesukacitaan semata-mata tanpa

disertai dengan “ketakutan dankehormatan – with fear and

reverence” yang amat sangat

kepada Allah.

Restorasi tanah, baik manusia dan bumi ini,akan mencapai kepenuhannya padakedatangan-Nya yang kedua kali, di manaakan ada pembuangan final (final/ultimateexile) dan restorasi final (final/ultimaterestoration). Ketika saat itu tiba, makaYesus Kristus bukan lagi bayi natal yanglucu dan dikelilingi malaikat-malaikatberwajah manis yang bernyanyi “Gloria inexcelsis Deo....”, tetapi...

“... dan mata-Nya bagaikan nyala api... dansuara-Nya bagaikan desau air bah... dan darimulut-Nya keluar sebilah pedang tajambermata dua, dan wajah-Nya bersinar-sinarbagaikan matahari yang terik.” Wahyu 1:14-16

Restorasi tanah tidak berhenti pada kayu salibtetapi sampai Anak Manusia bertakhta ditakhta-Nya yang kudus, memerintah atas danbersekutu dengan “tanah pilihan-Nya” (umatpilihan-Nya) yang telah dikuduskan-Nya secarasempurna untuk kemuliaan-Nya sampai selama-lamanya.

Natal harus dilihat secara utuh. Bayi Yesus yangmungil dan lucu di dalam kisah Natal adalahPribadi yang kelak menjadi Hakim atas segalahakim, Tuan atas segala tuan, dan Raja atassegala raja. Pengertian ini mengajarkan kitauntuk tidak melepaskan kedatangan Anak Allahyang pertama dari kedatangan-Nya yangkedua, sehingga kisah Natal sesungguhnyatidak diganti dengan dongeng Natal yangmenyesatkan dan kabur. Kerlap-kerlip dekorasidan lampu Natal tidak boleh mengaburkan matakita dalam memandang Pribadi Yesus Kristus,Sang Mesias, dan Sang Keturunan Perempuanyang meremukkan kepala ular, yangmelemparkan ular tua itu ke dalam perapianyang menyala-nyala, di mana terdapat api yangtidak dapat dipadamkan, ratap dan kertak gigi.

“Lalu aku melihat langit yang baru dan bumiyang baru, sebab langit yang pertama dan bumiyang pertama telah berlalu, dan laut pun tidakada lagi. Dan aku melihat kota yang kudus,Yerusalem yang baru turun dari sorga, dariAllah, yang berhias bagaikan pengantinperempuan yang berdandan untuk suaminya.”Wahyu 21:1-2

And there’s no more cursed Christmas. MerryChristmas...

Dewi Arianti WinarkoMahasiswi Institut Reformed Jakarta

Endnotes:1. Skillen, J. Lecture on Christianity and Society (Day

1). 11 September 2008.2. Boice, J. M. Commentary Genesis. Vol I. (Grand

Rapids: Michigan, Baker Books, 1998), 226.

Page 16: Buletin Pillar GRII No.65 Desember 2008

Pillar No.65/Desember/0816

Apakah theologi itu? Apakah hanyasekedar teori? Lalu apakah penginjilanitu? Apakah betul hanya sekedar satu

semangat? Bolehkah orang Kristen pergimenginjili tanpa memiliki theologi yangkuat? Bolehkah anak Tuhan yang berpegangteguh pada Firman tapi tidak pergimemberitakan Injil? Di Timur maupun diBarat, kita menyaksikan dua ekstrem yangberbeda. Di satu sisi, keKristenanmenitikberatkan rasio yang menjadi hakimatas setiap tingkah laku dan pikiranmanusia, pada organisasi dan administrasiyang menjadi penghalang untukmemberitakan Injil, dan pada perdebatantheologi yang dijadikan fokus dari aktivitasgereja. Di sisi lain, gereja telah menjadisalah satu pemuas kebutuhan manusia.Dengan mengkompromikan kualitas firmanTuhan, khotbah-khotbah diobralkan danatraksi ilmu gaib menjadi tontonan yangmemuaskan pelanggan. Kedaulatan Tuhantelah diselewengkan menjadi alat untukmengejar kekayaan duniawi dan karaktermanusia. Penginjilan hanya sebatas untukkalangan sendiri, bukan untuk orang di luar“Israel”. Kedua kondisi ini makinmenggerogoti keKristenan dewasa inibagaikan akar beracun yang telah menjalardi dalam tubuh Kristus.

Melihat semua itu, apakah respons kita dihadapan Tuhan? Apa jawaban kita ketikakita dituntut pertanggungjawaban dihadapan Tuhan? Di antara dua ekstrem itu,kita harus menemukan jalan yang ketiga,yaitu pemikiran Theologi yang sesuaidengan aksioma Alkitab, danmenggabungkan esensi dari semua alirankeKristenan. Bolehkah kita bersemangatdalam penginjilan tanpa memperhatikankebenaran dari pengajaran kita? Bolehkahkita mendalami theologi tanpa pergimemberitakan Injil? Pak Tong mengatakanorang yang mengetahui theologi tidakboleh tidak memberitakan Injil, dan orangyang menginjili tidak boleh tidak memilikidasar theologi.

Mari kita melihat Paulus sebagai contoh.Siapakah Paulus? Apakah dia seorangpenginjil atau seorang theolog? Konsepumum yang mendualismekan Theologi danPenginjilan hendaknya berhenti dalampengertian akan kasus Paulus. Setelahmenerima wahyu, Paulus menelitikebenaran dengan serius. Bersamaandengan itu, Paulus juga menginjili dengandinamis, dengan cara yang fleksibel, dengantekad yang kuat, dan jangkauan yangcukup luas serta menyeluruh. Penginjilandan Theologi bertalian erat, keduanyaharus sama-sama berbobot, baik dalamkualitas maupun kuantitasnya.

Bab satu menjelaskan tentang wahyu Allahdalam Alkitab. Dalam kasus Adam dan Hawadijelaskan beberapa hal yang diwahyukanAllah kepada Adam. Yang pertama, sifat Allahyang mengambil inisiatif. Yang kedua, faktaterpisahnya status manusia yang semuladengan status sekarang. Yang ketiga,ketidakberdayaan manusia dan janji Allahyang Mahakuasa. Dalam kasus Kain danHabel, Allah mewahyukan hanya oleh kasihanugerah-Nya manusia diselamatkan.

Keselamatan berkaitan dengan iman,sedangkan hukuman berkaitan denganperbuatan. Mereka yang percayadiselamatkan oleh imannya, sedangkanmereka yang tidak percaya bukan dihukumkarena tidak memiliki iman, tetapi karenaperbuatannya yang jahat. Allah terusmemberikan wahyu kepada umat-Nya, lewatAbraham yaitu Allah Pencipta dan AllahJuruselamat; lewat bangsa Israel yaituhukum Taurat, kepercayaan monotheis,lambang korban darah, dan pemerintahantheokratis; sampai kepada titik puncaksejarah, yaitu Firman yang menjadi daging.Wahyu Allah kepada Petrus dan Yohanessemakin membuka pribadi Allah yaitu AllahTritunggal dan Allah Sang Pribadi Kasih.

Bab kedua menjelaskan tentang sifat dasarInjil. Inilah kunci pengertian kita tentangInjil yang harus kita mengerti dan pegangteguh: Injil bersifat Menebus, Esa,Sempurna, dan Mutlak. Dalammemberitakan Injil, selain doktrin danpengertian Injil yang benar, kita dituntutjuga untuk memiliki motivasi yang murni.Apakah sebenarnya motivasi yang murnidalam penginjilan? Yang paling utama adalahkehendak Allah. Kehendak Allah adalahunsur yang menentukan eksistensi darisegala sesuatu. Allah telah menetapkan Injildalam kekekalan dan tugas sebagaipemberita dipercayakan-Nya pada kita.Untuk itu tidak ada alasan untuk sombongdan bermegah diri, seolah-olah jika tidakada kita, orang lain tidak akan mendengarInjil dan beroleh keselamatan. Juga kitatidak boleh menjadikan doktrin ini sebagaipenghalang untuk memberitakan Injil,karena predestinasi Allah yang menjaminkita berhasil dalam pemberitaan Injil. Jikakita sungguh-sungguh tahu bahwapenginjilan adalah menaati kehendak Allah,maka kita tidak akan terpengaruh oleh hasilkita. Pengutusan dan dorongan kasihKristus juga harus menjadi motivasi kitamemberitakan Injil. Jika kita tahu SangPencipta alam semesta ini yang mengutuskita, apakah kita masih boleh berdiam diri?Jika kita mengalami dan menyelami betapabesarnya kasih pengorbanan Kristus dibukit Golgota, masih tidak relakah kitapergi memberitakan kasih Kristus bagi umatmanusia?

Orang Kristen adalah orang yang menujukesempurnaan melalui perasaan berutang.Alkitab melampaui seluruh ajaran tertinggimanusia. Ketika filsafat Yunani mengajarkan“Take and Give”, Alkitab mengajarkan“Given so give it!” Memberi dengan cuma-cuma, karena kita dianugerahkan dengancuma-cuma. Dengan perasaan berutangInjil inilah Paulus memberitakan Injil kepadaorang Yunani maupun orang bukan Yunani,orang terpelajar maupun tidak terpelajar(Roma 1:14). Dan motivasi penginjilan yangterakhir adalah pengharapan Maranatha.Apa yang harus dilakukan dalampengharapan kedatangan Tuhan kembaliini? Ada dua hal, yaitu menyucikan diri danmenyelesaikan pekerjaan-Nya melaluipemberitaan Injil.

“Kepada-Ku telah diberikan segala kuasadi sorga dan di bumi. Karena itu pergilah,

jadikanlah semua bangsa murid-Ku danbaptislah mereka dalam nama Bapa danAnak dan Roh Kudus, dan ajarlah merekamelakukan segala sesuatu yang telahKuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah,Aku menyertai kamu senantiasa sampaikepada akhir zaman.” Di sini sifat AmanatAgung harus diperhatikan dengan saksama.Amanat Agung bukan sekedar agung, tetapikita harus memahaminya sebagai amanatpaling agung sepanjang sejarah. Karena dibalik Amanat ini, kehendak Bapa yang kekaldinyatakan dalam Diri Anak. Anak yang telahbangkit menyatakan sifat supraalamiah dariAmanat Agung. Kedua, sifat otoritas dariAmanat Agung ditunjukkan melalui Firman-Nya dengan kuasa-Nya yang melampauisegala kuasa di langit dan di bumi, Kristusmemberikan amanat ini dan mengutusmurid-murid-Nya. Ketiga, sifat positif, aktif,dan inisiatif ditunjukkan oleh kata“pergilah”. Apakah kita harus menunggusampai orang menyenangi kita? Ataukahmenanti sampai orang menyambut danmenerima kita baru kita pergi menginjili?Keempat, sifat universal “jadikanlah semuabangsa murid-Ku” sangat menentangpemberitaan Injil untuk kalangan sendiri.Kelima, “baptislah mereka dalam nama Bapadan Anak dan Roh Kudus” menunjukkansifat Gerejawi. Kata “baptislah mereka”berarti membawa orang percaya kepadagereja yang berwujud, supaya kitamendirikan jemaat dan tubuh Kristus didunia ini. Keenam, dalam Amanat Agung“ajarlah mereka melakukan segala sesuatuyang telah Kuperintahkan kepadamu”, disinilah kunci penyatuan dari konsep kitayang sering kali salah mendualismekanpenginjilan dan doktrin. Sifat doktrinaldalam Amanat Agung tidak bolehdikesampingkan dengan semangatpenginjilan yang berkobar-kobar dannyata. Kedua-duanya harus memiliki bobotyang seimbang baik dalam kuantitas maupunkualitas. Dan yang terakhir adalah sifatkekekalan “dan ketahuilah, Aku menyertaikamu senantiasa sampai kepada akhirzaman”. Dalam perintah selalu mengandungjanji, dan dalam janji selalu mengandungperintah. Demikianlah, dengan kitamenjalankan perintah ini, kita pastimenikmati janji Allah. Soli Deo Gloria.

Edwin SuryaPemuda GRII Pusat

PENTINGNYPENTINGNYPENTINGNYPENTINGNYPENTINGNYA TEOLA TEOLA TEOLA TEOLA TEOLOGI PENGINJILOGI PENGINJILOGI PENGINJILOGI PENGINJILOGI PENGINJIL ANANANANANPENTINGNYPENTINGNYPENTINGNYPENTINGNYPENTINGNYA TEOLA TEOLA TEOLA TEOLA TEOLOGI PENGINJILOGI PENGINJILOGI PENGINJILOGI PENGINJILOGI PENGINJIL ANANANANAN

Judul : Teologi PenginjilanPenulis : Pdt. Dr. Stephen TongPenerbit : MomentumTebal : 80 halamanCetakan : 3