Upload
hoanghanh
View
250
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
Direktorat SKK Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Jalan Percetakan Negara No. 29 Kotak Pos 223 Jakarta Pusat 10560
Website: skdr.surveilans.org
PHEOC/POSKO KLB Sub Direktorat Surveilans
Telp. 62-21-4265974, Fax. 62-21-42802669 Email : [email protected]; [email protected]
Buletin SKDR
Minggu ke: 5 Thn 2017
Gambar 1.
Kelengkapan dan Ketepatan laporan SKDR
Minggu ke 05 tahun 2017 (Pertanggal 9 Februari 2017)
Minggu ke-5 2017, terdapat 13 provinsi yang memiliki ketepatan dan
kelengkapan laporan SKDR >= 80%. Provinsi Riau, Bali dan DKI
Jakarta adalah 3 provinsi dengan ketepatan dan kelengkapan
tertinggi. Namun secara nasional ketepatan dan kelengkapan
laporan masih belum optimal.
Gambar 2
Capaian Alert SKDR Direspon Kumulatif Minggu 1-5 Tahun 2017
Secara nasional alert SKDR yang direspon masih jauh dari target
tetapi dilihat menurut provinsi terdapat 10 provinsi yang mencapai
dan melampaui target tahun 2017. Sesungguhnya seluruh provinsi
itu memiliki potensi untuk mencapai 100% alert yang direspon
karena alert yang muncul pasti berasal dari puskesmas yang dapat
mengirimkan laporan melalui SMS. Sehingga bila alert muncul maka
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menghubungi puskesmas
melalui SMS atau telpon terlebih dahulu. Bila diperlukan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dapat membantu puskesmas melakukan
penyelidikan epidemiologi terhadap alert dengan indikasi KLB.
Tabel 1
Jumlah Alert Terverifikasi Kumulatif Minggu 1-5 Tahun 2017
Jenis Penyakit KLB Bukan KLB Jumlah
Acute Flacid Paralysis (AFP) 3 16 19
Gigitan Hewan Penular Rabies 14 857 871
Kluster Penyakit yang tidak lazim 0 2 2
Malaria Konfirmasi 5 579 584
Suspek Antrax 0 3 3
Suspek Campak 29 974 1003
Suspek Difteri 13 9 22
Suspek Flu Burung Pada Manusia 0 7 7
Suspek HFMD 0 69 69
Suspek Kolera 1 4 5
Suspek Leptospirosis 2 30 32
Suspek Tetanus 0 8 8
Suspek Tetanus Neonatorum 0 4 4
Jumlah 67 2562 2629
Tabel 2
Jumlah Kasus Terverifikasi Menurut Provinsi dan Jenis Penyakit
Kumulatif Minggu 1-5 Tahun 2017
PROPINSI/ PENYAKIT Jumlah Kasus
Grand Total Indikasi KLB Bukan KLB
ACEH 22 360 382
Acute Flacid Paralysis (AFP) 1 1
Gigitan Hewan Penular Rabies 9 9
Malaria Konfirmasi 11 11
Suspek Campak 36 36
Suspek Difteri 22 2 24
Suspek HFMD 301 301
BALI 1479 1479
Acute Flacid Paralysis (AFP) 15 15
Gigitan Hewan Penular Rabies 1429 1429
Suspek Campak 31 31
Suspek HFMD 4 4
BANGKA BELITUNG 72 72
Gigitan Hewan Penular Rabies 1 1
Malaria Konfirmasi 22 22
Suspek Campak 47 47
Suspek HFMD 2 2
BANTEN 1 9 10
Suspek Campak 9 9
Suspek Difteri 1 1
BENGKULU 2 207 209
Gigitan Hewan Penular Rabies 42 42
Malaria Konfirmasi 2 127 129
Suspek Campak 38 38
DI YOGYAKARTA 7 167 174
Acute Flacid Paralysis (AFP) 1 1
Gigitan Hewan Penular Rabies 6 6
Suspek Campak 7 78 85
Suspek Flu Burung Pada Manusia 66 66
Suspek HFMD 2 2
Suspek Leptospirosis 14 14
GORONTALO 19 62 81
Acute Flacid Paralysis (AFP) 1 1
Gigitan Hewan Penular Rabies 1 19 20
Malaria Konfirmasi 3 3
Suspek Antrax 2 2
Suspek Campak 18 32 50
Suspek Flu Burung Pada Manusia 5 5
JAKARTA 3 175 178
Gigitan Hewan Penular Rabies 2 2
Suspek Campak 3 171 174
Suspek HFMD 1 1
Suspek Tetanus 1 1
JAMBI 7 248 255
Gigitan Hewan Penular Rabies 26 26
Malaria Konfirmasi 116 116
Suspek Campak 7 106 113
JAWA BARAT 11 236 247
Acute Flacid Paralysis (AFP) 1 1
Gigitan Hewan Penular Rabies 15 15
Malaria Konfirmasi 3 3
Suspek Campak 9 190 199
Suspek Difteri 1 1 2
Suspek HFMD 24 24
Suspek Leptospirosis 3 3
JAWA TENGAH 20 937 957
Acute Flacid Paralysis (AFP) 1 3 4
Gigitan Hewan Penular Rabies 14 14
Kluster Penyakit yang tidak lazim 10 10
Malaria Konfirmasi 5 5
Suspek Campak 17 136 153
Suspek Difteri 1 1
Suspek Flu Burung Pada Manusia 2 2
Suspek HFMD 745 745
Suspek Leptospirosis 2 21 23
JAWA TIMUR 71 393 464
Acute Flacid Paralysis (AFP) 1 3 4
Gigitan Hewan Penular Rabies 1 1
Malaria Konfirmasi 1 3 4
Suspek Campak 67 103 170
Suspek Difteri 2 5 7
Suspek Flu Burung Pada Manusia 2 2
Suspek HFMD 263 263
Suspek Leptospirosis 13 13
KALIMANTAN BARAT 7 487 494
Gigitan Hewan Penular Rabies 5 33 38
Malaria Konfirmasi 1 1
Suspek Campak 2 17 19
Suspek HFMD 436 436
KALIMANTAN SELATAN 7 616 623
Acute Flacid Paralysis (AFP) 1 1
Gigitan Hewan Penular Rabies 7 3 10
Malaria Konfirmasi 18 18
Suspek Campak 30 30
Suspek HFMD 563 563
Suspek Leptospirosis 1 1
PROPINSI/ PENYAKIT
Jumlah Kasus Grand Total Indikasi KLB Bukan KLB
KALIMANTAN TENGAH 4 152 156
Gigitan Hewan Penular Rabies 59 59
Malaria Konfirmasi 13 13
Suspek Campak 4 74 78
Suspek HFMD 4 4
Suspek Leptospirosis 2 2
KALIMANTAN TIMUR 4 292 296
Gigitan Hewan Penular Rabies 17 17
Malaria Konfirmasi 66 66
Suspek Antrax 1 1
Suspek Campak 125 125
Suspek Difteri 4 1 5
Suspek HFMD 6 6
Suspek Kolera 74 74
Suspek Tetanus Neonatorum 2 2
KALIMANTAN UTARA 22 22
Gigitan Hewan Penular Rabies 7 7
Malaria Konfirmasi 1 1
Suspek Campak 13 13
Suspek HFMD 1 1
KEPULAUAN RIAU 395 395
Suspek Campak 35 35
Suspek HFMD 357 357
Suspek Tetanus Neonatorum 3 3
LAMPUNG 15 142 157
Gigitan Hewan Penular Rabies 18 18
Malaria Konfirmasi 55 55
Suspek Campak 15 41 56
Suspek HFMD 1 1
Suspek Kolera 1 1
Suspek Leptospirosis 24 24
Suspek Tetanus 1 1
Suspek Tetanus Neonatorum 1 1
MALUKU UTARA 12 12
Gigitan Hewan Penular Rabies 1 1
Malaria Konfirmasi 8 8
Suspek Campak 3 3
NUSA TENGGARA BARAT 9 787 796
Gigitan Hewan Penular Rabies 5 5
Malaria Konfirmasi 3 210 213
Suspek Campak 6 5 11
Suspek Flu Burung Pada Manusia 27 27
Suspek HFMD 536 536
Suspek Leptospirosis 4 4
NUSA TENGGARA TIMUR 13 957 970
Gigitan Hewan Penular Rabies 45 45
Malaria Konfirmasi 12 902 914
Suspek Campak 1 9 10
Suspek Tetanus 1 1
PAPUA 1167 1167
Malaria Konfirmasi 736 736
Suspek HFMD 412 412
Suspek Tetanus 19 19
RIAU 8 146 154
Gigitan Hewan Penular Rabies 8 110 118
Malaria Konfirmasi 24 24
Suspek Difteri 1 1
Suspek HFMD 10 10
Suspek Tetanus 1 1
SULAWESI BARAT 770 770
Gigitan Hewan Penular Rabies 18 18
Malaria Konfirmasi 32 32
Suspek Campak 1 1
Suspek HFMD 719 719
SULAWESI SELATAN 6 812 818
Gigitan Hewan Penular Rabies 6 19 25
Malaria Konfirmasi 18 18
Suspek Campak 23 23
Suspek Flu Burung Pada Manusia 1 1
Suspek HFMD 655 655
Suspek Leptospirosis 6 6
Suspek Tetanus 90 90
SULAWESI TENGAH 19 131 150
Acute Flacid Paralysis (AFP) 10 10
Gigitan Hewan Penular Rabies 6 53 59
Kluster Penyakit yang tidak lazim 1 1
Malaria Konfirmasi 1 18 19
Suspek Antrax 1 1
Suspek Campak 12 45 57
Suspek Leptospirosis 2 2
Suspek Tetanus 1 1
SULAWESI TENGGARA 1 30 31
Gigitan Hewan Penular Rabies 6 6
Malaria Konfirmasi 22 22
Suspek Campak 1 2 3
SULAWESI UTARA 158 158
Gigitan Hewan Penular Rabies 119 119
Malaria Konfirmasi 21 21
Suspek Campak 18 18
SUMATERA BARAT 2 118 120
Gigitan Hewan Penular Rabies 2 84 86
Suspek Campak 26 26
Suspek Kolera 5 5
Suspek Leptospirosis 3 3
SUMATERA SELATAN 25 677 702
Acute Flacid Paralysis (AFP) 2 2
Gigitan Hewan Penular Rabies 65 65
Malaria Konfirmasi 114 114
Suspek Campak 24 147 171
Suspek Difteri 1 1
Suspek HFMD 346 346
Suspek Kolera 1 1
Suspek Tetanus 1 1
Suspek Tetanus Neonatorum 1 1
SUMATERA UTARA 30 149 179
Gigitan Hewan Penular Rabies 17 27 44
Malaria Konfirmasi 97 97
Suspek Campak 13 25 38
Grand Total 313 12365 12678
Gambar 3
Tren Kelompok Penyakit Gangguan Pencernaan
Gambar 4
Peta Insiden Diare Minggu Ke-5 2017
Insiden diare akut tertinggi minggu ke-5 2017 berada di Lampung,
Yogyakarta, NTB, Kalimantan Timur dan Sulawesi Barat. Secara
nasional tren diare menurun.
Gambar 5
Peta Insiden Suspek Tifoid Minggu Ke-5 2017
Insiden suspek tifoid tertinggi minggu ke-5 2017 adalah Bengkulu,
Lampung, Kalimantan Tengah, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB dan
Sulawesi Barat. Secara nasional tren relatif stabil.
Gambar 6
Peta Insiden Suspek Diare Berdarah Minggu Ke-5 2017
Insiden suspek diare berdarah tertinggi minggu ke-5 2017 adalah
Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan NTB. Secara nasional tren
relatif stabil.
Insiden penyakit kelompok gangguan pencernaan yang disebabkan
oleh agent biologi seperti diare, tifoid, disentri, jaundis akut (seperti
Hepatitis A atau E) dan kolera akan turun apabila PHBS masyarakat
baik, sanitasi dan higienis baik, ketersediaan air bersih baik,
pengelolaan bahan pangan juga baik. Yang perlu diwaspadai bagi
penderita dengan gejala diare adalah dehidrasi berat yang
menyebabkan kematian. Konfirmasi laboratorium dibutuhkan untuk
menentukan etiologi penyakit tersebut.
Gambar 7
Peta Kasus Jaundis Akut Minggu Ke-5 2017
Pada minggu ke-5 2017, di beberapa provinsi muncul kasus suspek
jaundis akut. Adanya kasus jaundis akut mengindikasikan
kemungkinan adanya suspek hepatitis A atau E. Kecurigaan terhadap
terjadinya KLB ini bila adanya klaster kasus dan ada hubungan
epidemiologi di suatu wilayah. Provinsi Sumatera Selatan, Jawa
Barat dan Jawa Timur adalah provinsi dengan jumlah kasus
terbanyak. Oleh karena itu Dinas Kesehatan Provinsi atau Kabupaten
perlu melakukan analisis dan mengidentifikasi apakah kasus yang
tersebar tersebut ada hubungan epidemiologi. KLB Hepatitis A
maupun E penularan terjadi umumnya melalui makanan atau
minuman yang tidak higienis saat pengelolaannya. Selain itu pada
anak sekolah muncul KLB Hepatitis A atau E terjadi juga karena
murid-murid di sekolah ada kebiasaan sharing makanan atau
minuman dengan menggunakan sendok, garpu atau sedotan/ gelas
yang sama. Laboratorium penting dalam menentukan etiologi
penyakit pada kasus dan pada lingkungan.
Gambar 8
Tren Kelompok Penyakit Gangguan Pencernaan
Gambar 9
Peta Insiden Suspek Campak Minggu Ke-5 2017
Campak merupakan salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I) yang masuk kedalam komitmen global untuk
dieliminasi. Dalam kelompok PD3I, kasus campak adalah penyakit
dengan jumlah kasus terbesar. Namun demikian efikasi vaksin
campak hanya 85% saja. Oleh karena itu imunisasi campak secara
periodik beberapa tahun dilakukan pemberian dosis kedua atau
crash program campak. Selain itu Suspek KLB Campak juga tertinggi
dalam hal frekuensi. Pada minggu ke-5 2017, insiden suspek campak
merata di beberapa propinsi. Secara nasional tren suspek campak
sedikit meningkat. Pada situasi KLB Campak maka respon yang
dilakukan adalah ORI pada kelompok risiko tinggi, pemberian
vitamin A dosis tinggi untuk mencegah kebutaan.
Gambar 10
Peta Kasus Suspek Difteri Minggu Ke-5 2017
Walaupun jumlah kasus difteri kecil dibandingkan dengan suspek
campak namun menjadi perhatian di beberapa propinsi karena
sudah mulai muncul kembali yang sebelumnya propinsi tersebut
bebas dari difteri. Pada minggu ke 5, suspek difteri muncul di Aceh,
Jawa Barat, Jawa Timur dan Kalimantan Timur. Aceh merupakan
provinsi dengan kasus suspek difteri. Secara kumulatif jumlah kasus
suspek difteri di Aceh sebanyak 22 kasus berdasarkan hasil
konfirmasi laboratorium adalah positif difteri dan Aceh dinyatakan
KLB difteri dengan jumlah kematian 1 orang. Tindakan yang sudah
dilakukan terhadap kasus adalah pemberian ADS, ORI (Outbreak
Response Imunization) pada kelompok rentan. Selain itu penyuluhan
pentingnya imunisasi kepada masyarakat setempat.
Gambar 11
Peta Kasus Suspek Pertusis Minggu Ke-5 2017
Demikian juga dengan pertusis adalah salah satu penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi yang muncul secara sporadis di
beberapa propinsi. Di Bengkulu ditemukan kasus klaster suspek
pertusis yang telah diperiksa di laboratoirum dan hasilnya adalah
positif pada minggu ke-5.
Gambar 12
Peta Kasus AFP Minggu Ke-5 2017
Kasus AFP merupakan salah kasus yang harus ditemukan di
masyarakat. Penemuan kasus AFP minimal >= 2 per 100.000 usia
anak <= 15 tahun. Pada minggu ke-5, ada 6 provinsi yang berhasil
menemukan kasus AFP. Semakin tinggi angka penemuan kasus AFP
non Polio maka semakin baik kinerja surveilans AFP dalam
membuktikan bahwa tidak ada kasus Polio baru di Indonesia.
Gambar 13
Peta Kasus Suspek Tetanus Minggu Ke-5 2017
Suspek Tetanus pada minggu ke-5 2017 ditemukan di beberapa
propinsi seperti gambar di atas.
Gambar 14
Peta Kasus Suspek TN Minggu Ke-5 2017
Minggu ke-5 2017, terlaporkan oleh puskesmas di Jawa Barat ada
kasus suspek TN. Tetapi hasil verifikasi kasus tersebut bukanlah TN.
Faktor risiko munculnya TN semakin tinggi bila ibu yang melahirkan
belum pernah mendapatkan vaksinasi TT serta pertolongan
persalinan yang tidak higienis oleh dukun melahirkan atau paraji.
Gambar 15 Tren Kelompok Penyakit Zoonotik
GHPR (Gigitan Hewan Penular Rabies) bukanlah penyakit tetapi
merupakan kejadian yang dapat menimbulkan kasus Rabies pada
manusia. Penyakit zoonosis lainnya yang menjadi prioritas dalam
SKDR adalah anthrax, leptospirosis, dan flu burung pada manusia.
Kasus GHPR pada manusia adalah kejadian yang paling besar
jumlahnya dibandingkan dengan 3 penyakit zoonosis lainnya.
Walaupun penyakit zoonosis umumnya menjangkit manusia kecil
tetapi case fatality rate nya umumnya besar.
Gambar 16 Peta Insiden GHPR Minggu Ke-5 2017
Secara nasional insiden GHPR tertinggi berada di Bali. Rata-rata total
kasus GHPR nya perminggu antara 300-400 kasus dilaporkan oleh
puskesmas. Selain Bali daerah tertular rabies ada di Sumatera Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan dan
Gorontalo. Minggu kedua Januari, di Sulawesi Selatan dilaporkan
adanya 2 kasus GHPR pada manusia yang menyebabkan 2 org
tersebut meninggal. Hasil investigasi menunjukkan kasus tersebut
sebelum meninggal mengalami gejala rabies. Pada minggu kedua
ada 6 kasus GHPR pada manusia di Bali dan anjing penggigit setelah
diperiksa lab hasilnya positif rabies. Oleh karena itu penatalaksanaan
kasus sesuai SOP telah dilaksanakan. Di Kalimantan Barat, TNI
dikerahkan oleh Panglima untuk membantu melakukan eliminasi
anjing liar untuk menurunkan risiko munculnya kasus rabies pada
manusia.
Gambar 17 Peta Kasus Suspek Leptospirosis Minggu Ke-5 2017
Leptospirosis umumnya muncul di masyarakat saat musim hujan dan
terjadi banjir di wilayah tersebut. Tetapi untuk provinsi tertentu
seperti Yogyakarta hampir sepanjang tahun kasus leptospirosis
muncul dan umumnya menjangkit orang yang bekerja sebagai
petani. Pada minggu ke-5, kasus suspek leptospirosis muncul di
Lampung, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, NTT, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.
Gambar 18
Peta Insiden Anthrax Minggu Ke-5 2017
Suspek anthrax pada manusia setelah diverifikasi ternyata tidak
benar.
Gambar 19
Tren Kasus Kelompok Penyakit Tular Vektor
Malaria dan Demam Dengue (DD) merupakan 2 penyakit tular vektor
yang masih menjadi masalah di Indonesia. Selain itu DBD penyakit
yang sering menimbulkan kematian bila tidak tertangani lebih dini
dengan baik. Suspek DD diamati dalam SKDR dalam rangka untuk
deteksi dini kasus DBD. Bila ada tren meningkat pada suspek DD
maka peningkatan kewaspadaan DBD dan upaya 3 M Plus perlu
ditingkatkan di masyarakat. Malaria penting masuk ke dalam SKDR
karena malaria adalah salah satu penyakit yang memiliki tujuan
program eliminasi malaria. SKDR penting untuk daerah yang sudah
bebas malaria maupun dalam tahap eliminasi. Setiap 1 kasus yang
muncul merupakan indikasi adanya kasus import yang harus
ditangani dengan serius agar tidak terjadi penularan daerah
setempat yang berpotensi menjadi indegenus.
Dalam SKDR kasus malaria memiliki tren yang konstan dan stabil
menunjukan program pengendalian malaria berjalan di tempat.
Mestinya bila kasus malaria dari tahun ke tahun turun jumlah
kasusnya berarti program pengendalian malaria memiliki progres
yang bagus.
Gambar 20 Peta Insiden Malaria Minggu Ke-5 2017
Insiden malaria minggu ke-5 2017 masih berada di Papua Barat,
Papua dan NTT. Tren malaria menunjukan adanya tren peningkatan
kasus sampai minggu ke-5. Selama minggu 1-5 ada indikasi KLB
malaria di Bengkulu, Jawa Timur dan Sulawesi Tengah.
Gambar 21
Peta Insiden Suspek Demam Dengue Minggu Ke-5 2017
Insiden suspek demam dengue pada minggu ke-5 tertinggi di
Provinsi Yogyakarta. Sebagian besar Pulau Sumatera memiliki
insiden yang sama demikian juga dengan sebagian Pulau Kalimantan
dan Pulau Jawa, Bali, NTB dan NTT. Secara nasional tren suspek
demam dengue menurun. Berdasarka event based surveillance,
telah terjadi KLB DBD di Riau dan Jawa Tengah.
Gambar 22
Tren Penyakit Kelompok Gangguan Pernafasan
Secara nasional, tren penyakit ILI menunjukkan peningkatan
walaupun tidak signifikan. ILI merupakan salah satu penyakit yang
memiliki pola tahunan.
Rekomendasi:
1. Bagi provinsi yang kinerjanya dibawah standar mohon semua
alert yang muncul agar diverifikasi/ respon seluruhnya agar
tidak ada KLB yang lolos.
2. Provinsi dan kabupaten yg terjadi KLB segera lakukan
penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan untuk
mencegah meluasnya KLB.
3. Laporan KLB direkap kedalam STP KLB.Posko KLB Ditjen P2P
melakukan verifikasi alert ke provinsi dan update hasil
verifikasi pada laporan harian Posko.
4. Pengelola Surveilans PD3I di provinsi, kabupaten/kota dan
puskesmas membuat line list (table data individu) kasus dan
dikirimkan sampai ke EPI Data Kementerian Kesehatan.
Analisa: Edy Purwanto, SKDM
-o0o-
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
1 2 3 4 5
Kas
us
Minggu
Pnemonia ILI (Penyakit Serupa Influenza)