Buletin Veteriner Udayana Vol

Embed Size (px)

Citation preview

Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.1: 41-46ISSN : 2085-2495 Pebruari 201241Pengetahuan Masyarakat Tentang Rabies Dalam Upaya Bali Bebas Rabies(PUBLIC KNOWLEDGE ABOUT RABIES IN AN EFFORTTO BALI RABIES FREE )I Nyoman Suartha*1, Made Suma Anthara2, IGN Narendra Putra3, Ni Made RithaKrisna Dewi3, IGN Mahardika31)Laboratorium Penyakit Dalam Veteriner 2) Laboratorium Farmakologi Veteriner3) Laboratorium Virologi Veteriner , Fakultas Kedokteran Hewan- UnudyanaE-mail : [email protected] ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang rabiesdalam upaya mempercepat Bali bebas rabies. Penelitian dilakukan di Desa Kukuh Tabanan,Desa Jagapati Badung, dan Desa Seraya Karangasem dengan jumlah responden sebanyak991 orang. Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancaradengan panduan daftar pertanyaan yang ada pada kuisioner. Hasil penelitian menunjukkanbahwa Responden yang belum tahu tentang penyakit rabies yang telah berjangkit di Bali,berjumlah 33,3%. Sumber informasi tentang penyakit rabies dari media (TV, Koran, Radio)sebanyak 44%, penyuluhan 31%. Pertolongan pertama yang dilakukan jika digigit anjingyaitu mencuci luka gigitan dengan sabun (80%), Tetapi masih ada juga masyarakat yangtidak peduli terhadap dirinya dengan membiarkan begitu saja jika digigit anjing (4%). Jikadigigit anjing penderita rabies sebagian besar (85%) masyarakat pergi ke Puskesmas untukberobat, tetapi masih ada yang tidak peduli dengan membiarkan atau diam dirumah (7%).Pengetahuan masyarakat tentang gejala klinis anjing menderita rabies masih rendah (53%),dan sebanyak 39% responden tidak tahu tanda-tanda anjing menderita rabies. Pengetahuantempat melapor jika terjadi atau menemukan anjing penderita rabies yaitu ke kepala dusun(41%), ke Dinas Peternakan (39%). sebanyak 4% membiarkan (tidak melapor).Kesimpulan dari penelitian ini adalah Tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakattentang penyakit rabies cukup baik.Kata Kunci : Pengetahuan masyarakat, Rabies, BaliABSTRACTThis study aims to determine the level of public knowledge about rabies in an effort to Balirabies-free. The data were collected from three villages namely Kukuh in Tabananregency, Jagapati in Badung regency, and Seraya in Karangasem regency. The mentiontotal of responden are 991 people. Data were collected using questionnaire. Results showedthat respondents who do not know about the news that rabies has been in outbreak in Balias much as 33.3%. The sources of information about the disease of rabies came from themedia (TV, newspapers, radio) as much as 44%, and 31% from health extension program.First aid to do if bitten by a dog was wash wound with soap (80%), but there were alsoresponden who do not care for themself (4%). Most responden would go to health centerfor treatment (85%) if they were bitten by rabies dogs. But , there were also few respondenwho take no care and do nothing (7%). Public knowledge about the clinical symptoms ofBuletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.1: 41-46ISSN : 2085-2495 Pebruari 201242rabies was still low (53%), and as much as 39% of respondents did not know the signs ofrabies. Knowing of report place if there was an event of rabies or finding a dog with rabieswas to the head of the village (41%), to the Department of Animal Husbandry (39%) andnot reporting 4%. The conclusion of this study is the public knowledge about the disease ofrabies is moderate.Keywords:Knowledge Society, Rabies, BaliPENDAHULUANRabies sangat penting artinya bagi kesehatan masyarakat karena bersifat zoonosis (menular ke manusia). Kasus klinis rabies pada manusia selalu berakhir dengan kematian (Adjid, et al., 2005; Bingham, 2005; Dietzschold et al., 2005; Miah et al., 2005). Penyakit Rabies menimbulkan dampak psikologis seperti kepanikan, kegelisahan, kekhawatiran, kesakitan dan ketidaknyamanan pada orang yang terpapar. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan pada daerah tertular terjadi karena biaya penyidikan, pengendalian yang tinggi, serta tingginya biaya post-exposure treatment. Kasus rabies pada manusia di seluruh dunia dilaporkan lebih dari 55.000 kasus setiap tahun (Rupprecht et al., 2001; Wilde et al., 2008; Bourhy et al., 2008). Bali merupakan provinsi terbaru tertular rabies di Indonesia sejak Desember 2008.Saat ini, semua kabupaten/kota di Provinsi Bali sudah tertular rabies. Kasus kematian pada manusia di Bali akibat terserang rabies dilaporkan sebanyak 107 orang (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2010)Pengendalian penyakit rabies umumnya dilakukan dengan vaksinasi dan eliminasi anjing liar/diliarkan, disamping programsosialisasi, dan pengawasan lalu lintashewan penular rabies (HPR). Vaksinasimassal merupakan cara yang efektif untukpencegahan dan pengendalian rabies.Rabies dapat diberantas dengan cakupanvaksinasi yang memadai pada anjingberpemilik dan pengendalian populasianjing jalanan (stray dog). Jepangberhasil bebas dari rabies sejak tahun1957 dengan melakukan kontrol legislasiyang kuat, termasuk sistem karantina danvaksinasi pada anjing setiap tahun(Inoue, 2003).Sesuai dengan pedoman pengendalianrabies terpadu, metoda pemberantasanrabies dilakukan dengan berbagai cara,yakni : a) vaksinasi dan eliminasidilakukan pada anjing, kucing, dan keradengan fokus utama pada anjing, b)vaksinasi dilakukan terhadap anjing dankera berpemilik, dan c) eliminasidilakukan terhadap anjing tidakberpemilik dan anjing berpemilik yangtidak divaksinasi/diliarkan (DirektoratKesehatan Hewan, 2006).Namun demikian pemberantasan rabiestidak hanya tergantung pada masalahanjing, tetapi juga menyangkut masalahmanusia. Pada dasarnya keberhasilanpengendalian dan pemberantasan rabiesbergantung kepada tingkat pemahamantentang penyakit rabies dan kesadaranmasyarakat. Perlu ada perubahanperilaku yang membuat masyarakat dapatmenerima dan mematuhi berbagaikewajiban sesuai aturan yang berlaku.Kewajiban yang dimaksud antara lainBuletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.1: 41-46ISSN : 2085-2495 Pebruari 201243mengandangkan atau mengikat anjingyang dimiliki, merawat dan menjagakesehatannya, serta melakukan vaksinasisecara rutin. Berdasarkan hal tersebutpenelitian ini dilakukan untuk mengetahuitingkat pemahaman masyarakat tentangrabies dalam upaya mempercepatProvinsi Bali bebas rabies.MATERI DAN METODEMateri PenelitianMateri penelitian ini beruparesponden dari tiga desa di kabupatenyang berbeda di Provinsi Bali yaitu :Desa Kukuh Kecamatan Marga,Kabupaten Tabanan; Desa JagapatiKecamatan Abiansemal, KabupatenBadung; dan Desa Seraya KecamatanKarangasem, Kabupaten Karangasem.Penelitian dilaksanakan pada bulanAgustus sampai Desember 2011. Carapengumpulan data yang digunakan dalampenelitian adalah wawancara denganpanduan daftar pertanyaan yang ada padakuisioner kepada masyarakat ditiap-tiapdusun di masing-masing desa penelitian.Tiap-tiap dusun di masing-masing desadipilih secara acak sebanyak 15 kepalakeluarga. Kuisioner yang disebarkan DesaKukuh sebanyak 479 buah, desa Jagapatisebanyak 324 buah, dan Desa Serayasebanyak 188 buah.Metode PenelitianPertanyaan yang diajukan antara lain :berita tentang rabies, sumber informasirabies, hewan penular rabies, tindakanjika digigit rabies, gejala anjing terserangrabies, tempat yang dituju jika digigitanjing penderita rabies, tempat melaporjika ada anjing tertular rabies, cara agarterhindar dari rabies. Jawaban respondendari pertanyaan yang diajukanditabulasikan, kemudian dianalisis secaranon parametrik menggunakan pirantilunak SPSS 13 For Windows.HASIL DAN PEMBAHASANHasil tabulasi dari 991 jawabanresponden menunjukkan bahwaResponden yang belum tahu tentangberita penyakit rabies yang telahberjangkit di Bali sebanyak 33,3%. Halini dapat disebabkan kekurangan pedulianmasyarakat terhadap situasi kejadian yangada di wilayah Bali khususnya yang dapatmengancam keselamatan jiwanya.Padahal rabies telah berjangkit di balisejak 2008 (Kepmentan, 2008).Masyarakat yang sudah mengetahuiadanya penyakit rabies yang telahberjangkit di Bali, mendapatkan informasitentang penyakit rabies bersumber darimedia (TV, Koran, Radio) sebanyak 44%.Hal ini sangat memungkinkan karenamedia komunikasi telah menyebar sampaikepelosok pedesaan di Bali dan faktorpendukung yang paling penting yaitutersedianya sumber tenaga listrik sudahsampai pedesaan yang digunakan untukmenjalankan media informasi tersebut.Langkah pemerintah dalam melaksanakanprosedur tetap pencegahan yaitusosialisasi dan edukasi publik melaluipenyuluhan juga sudah dilaksanakan,meskipun hasilnya belum maksimal,karena hanya 31% (Gambar 1) respondenmendapat informasi tentang rabies daripenyuluh. Meskipun alat komunikasitelah tersebar sampai ke pedesaan di Balidan juga telah dilakukan penyuluhanmasih juga masyarakat yang tidak tahuinformasi rabies sebanyak 5% tentangsumber informasi itu.Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.1: 41-46ISSN : 2085-2495 Pebruari 201244Sumber Informasi Rabies44%5%31%15%5%Mediatetanggapenyuluhkombinasitidak tahuGambar 1. Sumber informasi tentangpenyakit rabies di masyarakatSebagian besar masyarakat telah pahamtentang tindakan yang dilakukan jikadigigit anjing (pertolongan pertamaterhadap gigitan) yaitu mencuci lukagigitan dengan sabun (80%), tetapi masihada juga masyarakat yang tidak peduliterhadap dirinya dengan membiarkanbegitu saja jika digigit anjing (4%)(Gambar 2). Responden yang tidak peduliini, sangat berisiko fatal jika tergigit olehanjing penderita rabies. Virus rabies dikeluarkan bersama air liur hewanterinfeksi dan ditularkan hanya melaluiluka gigitan. Apabila penyakit rabiesmenyerang manusia dan tidak sempatmendapat perawatan medis akanmengakibatkan kematian dengan gejalaklinis yang mengharukan (Adjid, et al.,2005; Bingham, 2005). Responden yanglain telah melakukan tindakan denganlangsung pergi ke dokter (12%) dandengan obat tradisional 3%.Tindakan Jika digigit anjing80%3%4%12% 1%Cuci pakai sabuncuci dengan air sajabiarkankedokterTradisionalGambar 2. Tindakan Responden jikadigigit anjingApabila digigit anjing penderita rabies,sebagian besar masyarakat sudahmengetahui langkah yang tepat yaitupergi ke Puskesmas untuk berobat (85%).Tetapi, masih ada yang tidak pedulidengan membiarkan atau diam di rumah(7%), dan sebanyak 8% pergi ke tempatlain seperti dokter praktek, bidan, ataumantri kesehatan (Gambar 3). Langkahpergi ke puskesmas sangat diperlukanuntuk memastikan penderita itu harusmendapatkan serum anti rabies (SAR)atau vaksin anti rabies (SAR). Salah satutindakan pencegahan yang paling baikuntuk penyakit rabies adalah vaksinasi(OIE, 2008; WHO 2010).Jika digigit anjing Rabies85%0%7% 8%Puskesmasdukunrumah sajatempat lainGambar 3. Tempat yang dituju olehResponden jika digigit anjingrabiesPengetahuan masyarakat tentang gejalaklinis anjing menderita rabies masihrendah. Dari seluruh responden, hanya53% yang tahu gejala anjing rabies yaituadanya perubahan tingkah laku anjingmenjadi galak, dan 39% tidak tahu tandatandaanjing menderita rabies, sedangkansebanyak 8% menyatakan anjing rabiesitu jinak (Gambar 4).Kemunculan gejala klinis rabiesbervariasi pada spesies satu denganlainnya dan berhubungan erat denganmasa inkubasi penyakit. Masa inkubasirabies pada anjing dan kucing bervariasidari 4 hari sampai 8 minggu (Hiswani2003; Tepsumethanon et al., 2004; 2008).Masa inkubasi rabies pada manusia jugabervariasi dari 4 hari sampai beberapatahun (Transfuzion, 2009; WHO., 2010).Perjalanan penyakit rabies pada anjingBuletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.1: 41-46ISSN : 2085-2495 Pebruari 201245dan kucing dibagi dalam tiga tahap/fase(Triakoso, 2007; CIVAS., 2010) yaitufase prodormal, dilanjutkan ke faseeksitasi, dan fase paralisis.Gejala Rabies53%8%39%galakjinaktidak tahuGambar 4. Pengetahuan Respondententang gejala klinis rabiesPada fase prodormal hewan mencaritempat dingin dan menyendiri, tetapidapat menjadi lebih agresif, pupil matamelebar, dan sikap tubuh kaku (tegang).Fase ini berlangsung selama 1 sampai 3hari. Pada fase eksitasi hewan menjadiganas dan menyerang siapa saja yang adadi sekitarnya dan memakan barang yanganeh-aneh. Selanjutnya mata menjadikeruh dan selalu terbuka serta tubuhgemetaran, sebelum masuk ke faseparalisis. Pada fase paralisis hewanmengalami kelumpuhan pada semuabagian tubuh dan berakhir dengankematian.Sasaran yang dituju oleh responden untukmelapor jika terjadi atau menemukananjing penderita rabies yaitu sebanyak41% menjawab ke Kepala Dusun(Kadus), sebanyak 39% ke DinasPeternakan. Tetapi dari jumlah respondenitu sebanyak 4% membiarkan (tidakmelapor).Ketidakpedulian masyarakat akan kondisidi sekitarnya seperti tidak melapor jikamenemukan ada anjing diduga rabies,tidak datang ke tempat penyuluhanmerupakan hambatan dalam memerangirabies. Hambatan yang lain adalahsumber daya tidak memadai, lemahnyakonsensus terhadap strategi yangdigunakan, lemahnya koordinasi lintassektoral dan struktur manajemen sertakurangnya kerjasama masyarakat (Dartini2011).SIMPULAN DAN SARANSimpulanDari paparan di atas dapat disimpulkan:Pengetahuan dan pemahaman masyarakattentang penyakit rabies cukup baik.SaranKegiatan sosialisasi dan edukasipada masyarakat pada semua lapisanmasyarakat dari tingkat sekolah dasarsampai kepada kepala keluarga perluditingkatkan dan dilakukan secarakontinyu.UCAPAN TERIMAKASIHPenulis mengucapkan terimakasih kepadaUNICEF Jakarta atas dukungan biayauntuk penelitian ini, melalui ProgramPembentukan Desa Tanggap Rabies diBali.DAFTAR PUSTAKAAdjid.R.M.A., A.Sarosa, T.Syapriati, danYuningsih. 2005. Penyakit rabiesdi Indonesia dan pengembanganteknik diagnosisnya. Wartazoa.15(4 ) : 165-172Dartini N. L. 2011. Profil Imun Responterhadap Rabies dan AnalisisGenetika Gen PenyandiGlikoprotein Virus Rabies IsolatBali. Tesis. Program PascasarjanaBioteknologi Univ UdayanaDenpasar.Direktorat Kesehatan Hewan. 2006.Pedoman Pengendalian RabiesTerpadu. Departemen Pertanian,Direktorat Jenderal Peternakan,Direktorat Kesehatan Hewan.Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.1: 41-46ISSN : 2085-2495 Pebruari 201246Bingham J. 2005. Canine RabiesEcology in Southern Africa.Emerging Infectious Diseasses.11(9) : 1337-1341. www.cdc.org.Diakses Maret 2011.Bourhy H., J.M.Reynes, E.J.Dunham,L.Dacheux, F.Larrous, V.T.Q.Huang,G.Xu, J. Yan, M.E.G.Miranda, andE.C.Holmes. 2008. The Origin andhylogeography of Dog Rabies Virus. JGen Virol. 89(208):2673-2681.CIVAS. 2010. Gejala Klinis (Hewan,manusia). Posted Tuesday,06/08/2010 by Admin. Center forIndonesian Veterinary AnalyticalStudies. http://www.Civas.net/gejala-klinis-hewanmanusia.Diakses tanggal 7Nopember 2010.Dietzschold B., M.Schnell, H.Koprowski.2005. Pathogenesis of rabies. Curr.Top. Microbial. Immunol. 292 : 45-56.Direktorat Kesehatan Hewan. 2006.Pedoman Pengendalian RabiesTerpadu. Departemen Pertanian,Direktorat Jenderal Peternakan,Direktorat Kesehatan Hewan.Hiswani. 2003. Pencegahan danPemberantasan Rabies. USU digitallibrary. http://libraryusu.ac.id/download/fkm/fkmhiswani10.pdf. diakses 8 Juli 2010.Inoue, S., M.Yurie, K.Tomoko,O.Kenichiro, and Y.Akio. 2003.Safe and Easy monitoring of antirabiesantibody in dogs using His-Tagged Recombinant N-protein.Jpn.J.Infect.Dis. 56 : 158-160.Keputusan Menteri Pertanian. 2008. SuratKeputusan Menteri PertanianNomor 1637.1/Kpts/PD640/12.2008. Tentang PernyataanBerjangkitnya Wabah PenyakitAnjing Gila (Rabies) di KabupatenBadung, Provinsi Bali.Miah, A. 2005. Bat rabies the achillesheel of a viral killer? Lancet 366:876-877.OIE . 2008. Rabies. Manual of standardfor diagnostic techniques. Chapter2.1.13. Terrestrial manual. P.304-323.Rupprecth C.E., M.D. Leonard-Blass, K.Smith, L.A. Orciari, M. Niezgoda,S.G. Whitfield, R.V. Gibbons, M.Guerra, dan C.A. Hanion. 2001.Human Infection Due toRecombinant Vaccinia-RabiesGlycoprotein Virus. The NewEngland Journal of Medicine: 345(8): 582-586.Tepsumethanon V., B.Lumlertdacha, C.Mitmoonpitak, V.Sitprija, F.X.Meslin, and H.Wilde. 2004.Survival of Naturally InfectedRabid Dogs and Cats. Brief Report.Clinical Infectious Diseases. 39 :278-280.Tepsumethanon V., H.Wilde, dan V.Sitprija. 2008. Ten-day Observationof Live Rabies Suspected Dogs.Dev. Biol. Basel, Kanger. 131 :543-546.Triakoso B., 2007. Pencegahan danPengendalian Rabies. PenerbitKanisius. http://books.google.co.id.Di akses Desember 2010.Transfuzion aabb.org. 2009. RhabdoVirus (Virus Rabies). Appendix2Transfuzion. 49:146s-147s.WHO. 2010. RABIES.http://www.who.int/immunization/topics/rabies/en/ Last updated: 6August 2010. Diakses April 2011.Wilde H., T. Hemachuda, dan A.C.Jackson. 2008. Viewpoint:Management of Human Rabies.Trans R Soc Trop Med Hyg (2008)