Bulletin Subur Tandur

Embed Size (px)

Citation preview

BULLETIN BKM SUBUR MAKMUR Logo PNPM Mandiri menggambarkan simbol bunga yang sedang mekar yang merepresentasikan tingkat kemajuan masyarakat. Bunga ini terdiri dari tiga buah kelopak yang diartikan sebagai tiga tahapan proses pemberdayaan yaitu tahap pembelajaran, kemandirian dan keberlanjutan. Penggunaan warna pada logo PNPM Mandiri mengandung arti sebagai berikut : 1. Biru laut (Cyan:68, Magenta:15) melambangkan pelayanan publik 2. Hijau daun (Cyan:45, Yellow:75) melambangkan kesejahteraan, dan 3. Orange keemasan (Cyan:5, Magenta:56, Yellow:83) melambangkan kemuliaan Secara keseluruhan warna-warna pada logo mengandung arti bahwa dengan pelayanan publik yang baik akan tercipta kesejahteraan yang pada akhirnya menuju kepada kemuliaan (melalui peningkatan harkat, martabat, dan derajat manusia). Tulisan PNPM Mandiri juga mengandung arti bahwa program ini dirancang secara nasional sebagai upaya pemberdayaan masyarakat menuju kemandirian. Logo PNPM Mandiri dapat digunakan oleh berbagai pihak yang melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dan sejalan dengan PNPM Mandiri.

Tentang BKM Terbentuknya BKM (Badan Kesawadayaan Masyarakat) karena adanya kesadaran kritis dan kebutuhan masyarakat untuk mencapai tujuan bersama, ditingkat kelurahan/desa . BKM adalah perwakilan warga yang telah dipercaya oleh masyarakat dan mencerminkan kepemimpinan yang bermoral, yang mampu menggalang kekuatan dan potensi sumber daya baik yang dimiliki oleh masyarakat maupun dengan mengakses berbagai peluang sumber daya dari luar dalam upaya menanggulangi masalah kemiskinan diwilayahnya. BKM Desa Limbangansari terbentuk tanggal 28 Oktober 2008*) dengan nama BKM Motekar yang artinya kreatif, diharapkan BKM ini dapat bekerja secara kreatif, membantu masyarakat/warga miskin untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik dengan program-program PNPM. Anggota-Anggota BKM Yang Terpilih Koordinator BKM : M. Zenal Arifin Rt. 02/07 Anggota BKM : Haris Rt. 01/03 Nani Sri Wahyuni Rt. 01/14 Neneng Kurniasih Rt. 01/02 Yeni Lisdiani Rt. 02/08 Feti Noor Rt. 01/11 Durachman Arif Rt. 01/14 Yayat A Hidayat Rt. 01/13 Dumyati Rt. 01/08 Didin Samsudin Rt. 02/07 Ahmad Hidayat Rt. 02/06 Esih Rt. 02/11 Amang Sukria Rt. 01/05 Kesekretariatan : Yulia Rt. 01/03 Ahmad Ali Rt. 02/07 Unit Pengelola Keuangan : Deni H Rt. 01/01 Dedi A.R Rt. 01/03 Nia Rt. 02/06

Unit Pengelola Lingkungan : Awaludin Rt. 01/04 Unit Pengelola Sosial : Asep Mahdar Rt. 01/06 Pengawas UPK : Dadang Suhanda Rt. 02/05 Titin Hasanah Rt. 01/02 *) 28 Oktober 2008, tgl bersejarah bagi saya, krn ditgl itu bertemu dengan kesan pertama yang sekarang memberikan warna dalam kehidupan saya, kesan pertama dengan si kodok. PROGRAM KERJA BKM A. ORGANISASI 1. Mengadakan pertemuan untuk pengurus 2. Mengikuti kegiatan rutin forum BKM tingkat kecamatan dan kabupaten 3. Mengikuti pertemuan yang diadakan oleh Dinas/ Instansi terkait 4. Meningkatkan kinerja BKM dan UPK 5. Bimbingan dan pembinaan KSM 6. Sosialisasi program dan pembentukan KSM baru 7. Menyelenggarakan Rembug Warga Tahunan 8. Meningkatkan pelayanan kepada kelompok masyarakat 9. Meningkatkan kegiatan supervisis, pelaporan, evaluasi, dan monitoring. 10. Melengkapi sarana inventaris organisasi yang dibutuhkan.

B. ADMINISTRASI ORGANISASI 1. Meningkatkan penanganan pengelolaan tertib administrasi baik organisasi maupun keuangan. 2. peningkatan kelancaran pelaporan perkembangan program 3. Pengadaan sarana dan prasarana kerja (ATK, komputer, dan lain-lain) 4. Perbaikan dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada.

C. PENINGKATAN SDM 1. Peningkatan kemampuan dan profesionalisme BKM dan UP-UP, melalui pelatihan maupun forum BKM dan UP-UP 2. Mengadakan Study Banding pada BKM yang dinilai lebih baik dalam

pengelolaan program.

BKM bersama UP (UPL,UPS,UPK) melibatkan unsur masyarakat dengan membentuk KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) untuk pelaksanaan kegiatannya. Serangkaian kegiatan tersebut perlu diketahui oleh lapisan masyarakat ,Pemerintahan Desa, Lembaga Desa, PJOK/Kecamatan, Pemda dan Kelompok peduli terhadap penanggulangan kemiskinan.Oleh karena itu diperlukan Laporan sebagai Pertanggungjawaban dan menyebarluaskan informasi kepada pihak terkait serta untuk mengevaluasi agar kedepan lebih baik.

D. PELAYANAN EKONOMI KELOMPOK MASYARAKAT 1. Bimbingan dan pembinaan usaha ekonomi kepada kelompok masyarakat 2. Pelayanan kredit usaha kepada KSM baru dan KSM yang telah ada. 3. Pemupukan modal melalui gerakan tabungan/ simpanan kelompok

E. SOSIAL KEMASYARAKATAN 1. Mengadakan kegiatan pelatihan-pelatihan ketrampilan untuk membekali masyarakat. 2. Mengupayakan channeling pelatihan atau penyuluhan/ pembinaan kesehatan, pendidikan, maupun perekonomian keluarga.

B. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh dan sistematis tentang pelaksanaan kegiatan dan pertanggung jawaban BKM kepada masyarakat serta pihak yang terkait langsung maupun tidak langsung dalam memenuhi prinsip transparansi dan akutabilitas. Dan bertujuan agar masyarakat dan pihak yang terkait dapat mengetahui rencana,capaian,kendala dan prospek perkembangan penanggulangan kemiskinan dari aspek Tridaya yang dimotori oleh BKM Subur Makmur Desa Warulor Kec.Wiradesa.

F. LINGKUNGAN 1. Berpartisipasi dalam gerakan menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat 2. Perawatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana fisik yang telah dibangun.

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dalam upaya penanggulangan kemiskinan sebagai implementasi PJM Pronangkis dan Pemanfaatan Dana BLM ,BKM Subur Makmur Desa Warulor Kec.Wiradesa telah melaksanakan berbagai kegiatan baik fisik ,sosial maupun ekonomi.

II.

GAMBARAN UMUM A. Profil BKM

Badan Keswadayaan Masyarakat Desa Warulor Kec.Wiradesa bernama Subur Makmur berdiri pada tanggal 7 Juli 2003,dicatatkan pada Notaris Welasih Widyawati,SH dengan Nomor Akta Notaris 02 tanggal 8 Oktober 2003,dan beralamat di Jl.Koperasi No.4 Telpon (0285) 4416733,Email : [email protected]

III.

PELAKSANAAN KEGIATANA. Penerimaan Dana BLM Rp.150.000.000,-

Tahap I Tahap II

(7 Des 2009) (7 Des 2009)

: 45.000.000,: 45.000.000,: 30.000.000.-

Tahap III (7 Des 2009)

Tahap IV (18 Aguts 2010) : 30.000.000,B. Struktur BKM NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 NAMA SOBIRIN ABDULLAH ZAENURI M.YASSIN GHOZALI SAHUR SYAHRONI FADHOLI ALIYAH ERWIN WINARNI SYAMSUDIN SISTORO SAPTO KARNOTO ROHMAT TARNO ROHMATULLAH JABATAN Koordinator Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota UPL UPL UPS UPS Kehadiran dalam Rapat 100 % 67 % 0% 0% 17% 67% 67% 17% 33% 33% 50% 67% 50% 83% 67% 67% 50%

B. Penggunaan Dana BLM

1. JALAN PAVING

: Rp. 17.430.000 (selesai) : Rp.10.320.000

2. SALURAN AIR

3. UUS SARANA TRANSPORTASI : Rp.40.000.0004. WC UMUN

: Rp.15.000.000 ( selesai) :Rp.28.500.000

5. UUS PENGEMBANGAN WARNET

6. PELATIHAN PENGOLAHAN JUS:Rp.2.750.000

C. Kendala 1. Sebagian Anggota BKM kurang aktif / tidak pernah menghadiri undangan /sibuk dengan kegiatannya , dan keanggotaan BKM bersifat Relawan/tanpa honor 2. Kurang adanya rasa peduli dari sebagaian anggota terhadap kegiatan KSM,yaitu dengan tidak ada / hadirnya anggota BKM dalam pelaksanaan pembangunan fisik dilakukan oleh KSM 3. Para aghniya kurang penanggulangan kemiskinan tertarik dengan program

4. BLM tahun 2009 belum dicairkan karena ada beberapa permasalahan yang harus diselesaikan oleh BKM antara lain : kekosongan secretariat ,pembentukan tim penagihan pinjaman macet dan petugas UPK. 5. Kegiatan pinjaman bergulir statis dan banyak tunggakan karena sebagian masyarakat beranggapan bahwa dan tersebut bersifat bantuan yang tidak perlu dikembalikan

IV.

PENUTUP Laporan yang kami susun ini semoga dapat memberikan gambaran atau informansi kegiatan BKM Subur Makmur masa bakti 2006 2009,kami mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini. Dan semoga Allah selalu meridhoi kegiatan yang telah kami laksanakan , amin .

TATA TERTIB REMBUG WARGA TAHUNAN (RWT) TAHUN 2008 Pasal 1 Waktu dan Tempat Penyelenggaraan RWT BKM Subur Makmur Tahun 2008 ditetapkan tanggal 8 Juni 2010 jam 19.30 WIB bertempat di Balai Desa Warulor. Pasal 2 Status Rembug Rembug Warga Tahunan dalam rangka Laporan Pertanggungjawaban BKM Subur Makmur Pasal 3 Sahnya Rembug Warga Tahunan a. Rembug Warga Tahunan sah jika dihadiri dari 2 (dua) persen warga masyarakat dewasa Desa Warulor Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan b. Jika tidak memenuhi quorum maka ditunggu 15 (lima belas) menit. Jika dalam 15 (lima belas) menit tetap tidak memenuhi quorum maka Rembug Warga Tahunan (RWT) tetap berjalan. Pasal 4 Peserta Rembug Anggota masyarakat Desa Warulor RT dan RW Perwakilan lembaga Desa Warulor Tokoh Masyarakat Tokoh Agama Pasal 5 Kewajiban dan Hak Peserta Rembug Warga Tahunan Peserta RWT berhak memberikan saran, usulan, pandangan serta petunjuk demi kemajuan BKM Dalam mengajukan pandangan umum peserta wajib menaati peraturan yang disepakati

a. b. c. d. e.

a. b.

c.

Peserta dalam mengajukan pandangan dibatasi 2 (dua) termin dalam 1 (satu) termin ada 2 (dua) pertanyaan atau pandangan umum Pasal 6 Pimpinan Rembug Pimpinan rembug di luar BKM Pimpinan rembug mempunyai wawasan tentang PNPM MP dan kondisi Desa Warulor. Apabila saat pemilihan pimpinan rembug tidak ada yang bersedia maka panitia pimpinan rembug ditunjuk langsung oleh panitia Pimpinan rembug berhak memperingatkan peserta rapat yang pembicaraannya menyimpang dari pokok permasalahan

a. b. c. d.

Mengapa BKM perlu dibangun ? BKM sebagai pimpinan kolektif diperlukan : 1)ketika masyarakat melihat kemiskinan sebagai persoalan bersama yang harus ditangulangi bersama sehingga diperlukan lembaga pimpinan yang mampu mengendalikan gerakan bersama tersebut, 2)untuk dapat memimpin gerakan penangulangan kemiskinan dari, oleh dan untuk masyarakat sebagai upaya bersama Apakah lembaga yg sudah ada boleh difungsikan ? Kalau tidak mengapa dan kalau boleh apakah syaratnya ? Uraikan Tentu saja boleh, bila lembaga yang telah ada tersebut memenuhi criteria sebagai lembaga pimpinan masyarakat kelurahan artinya memiliki persyaratan sebagai berikut ; 1)Wilayah cakupannya meliputi seluruh masyarakat di suatu kelurahan atau desa 2)Legitimasinya diperoleh dari masyarakat 3)Kepemimpinan bersifat kolektif dengan bentuk organisasi sebagai dewan, artinya keputusan tidak dapat dilakukan oleh ketua atau beberapa anggota saja tetapi oleh sejumlah anggota dewan sesuai quorum. 4)Seluruh anggota pimpinan dipilih secara demokratik, rahasia, tertutup dan tanpa kampanye berdasarkan kriteria nilai-nilai luhur Bagaimana membangun BKM ? Landasan pembangunan BKM - Kemiskinan adalah urusan bersama semua warga kelurahan/desa - Penangulangan kemiskinan sebagai gerakan bersama yang membutuhkan juga kepemimpinan bersama - Hasil refleksi kelembagaan - Hasil refleksi kepemimpinan yang menghasilkan juga kesepatan criteria seorang pemimpin (anggota BKM) a)Bentuk Panitia, pembentukan panitia dapat dilakukan oleh para relawan yang difasilitasi oleh fasilitator. Anggota panitia dapat saja dari warga kelurahan yang belum mendaftarkan diri sebagai relawan tetapi intinya adalah para relawan

Pasal 7 Lain-lain Hal-hal yang belum tercantum dalam tata tertib akan dimusyawarahkan dengan jalan mufakat. Warulor,24 Desember 2010 BKM Subur Makmur SOBIRIN Koordinator

Apakah yang dimaksud dengan BKM? BKM adalah dewan pimpinan kolektif masyarakat warga penduduk kelurahan, dan sebagai lembaga BKM dapat bertindak sebagai representasi masyarakat warga penduduk kelurahan. Bagaimana kedudukan BKM di masyarakat kelurahan/desa ? BKM berkedudukan sebagai lembaga pimpinan masyarakat warga penduduk kelurahan dan merupakan lembaga pengendali kegiatan penanggulangan kemiskinan di kelurahan yang bersangkutan, yang posisinya di luar institusi pemerintah, militer, agama, pekerjaan dan keluarga.

b)Panitia mulai membuat rumusan awal anggaran dasar BKM dan tata tertib pemilihan anggota BKM untuk dibahas di tiap RT untuk mendapatkan kesepakatan oleh sebanyak mungkin warga. Sedangkan untuk ART anggaran rumah tangga harus dibuat oleh BKM setelah BKM berdiri. c)Bekerja sama dengan ketua RT menyelenggarakan pemilihan utusan RT, secara demokratik, tertutup, rahasia dan tanpa kampanye d) Utusan RT yang terpilih kemudian sesuai jadwal yg telah disepakati berkumpul dikelurahan untuk melakukan pemilihan anggota BKM dimana tiap utusan memiliki hak memilih dan dipilih. e) Kepada anggota BKM yang terpilih kemudian diserahkan mandat oleh panitia untuk menyelesaikan persoalan kemiskinan yang telah disusun dalam bentuk laporan PS (pemetaan swadaya).

yang ada spt arisan, pkk, sembahyangan, dsb untuk akhirnya disepakati berlaku untuk seluruh kelurahan/desa. Kriteria yang dirumuskan merupakan criteria nilai-nilai moral; seperti jujur, ikhlas, rendah hati, adil, murah hati, belas kasih, dsb, sehingga orang yang nantinya dipilih harus mampu merepresentasikan nilai-nilai tersebut dalam hidupnya sehari-hari karena untuk itulah dia dipilih. Mengapa pemilihan harus dilakukan dan bukan penunjukan ? Penunjukan hanya menghasilkan orang yang dipercaya oleh sebagian kecil elit yang menunjuk sedangkan pemilihan memberikan peluang sebanyak mungkin masyarakat terlibat sehingga menghasilkan orang-orang yang dipercaya oleh sebagian besar warga masyarakat. Siapapun yang nantinya terpilih adalah orang-orang yang dipercaya oleh masyarakat banyak bukan oleh segolongan elit saja sehingga perlu dilakukan pemilihan yang melibatkan sebanyak mungkin warga dewasa (minimum 30%) Siapakah yang diundang dalam pemilihan, perwakilan KK atau semua orang dewasa dan siapakah yang mengundang ? Mengapa ? Yang diundang semua penduduk dewasa dan bukan hanya perwakilan KK sehingga akan melibatkan pria dan perempuan. Yang mengundang adalah Panitia Pembangunan BKM bekerja sama dengan RT atau RW setempat dan pada saat pemilihan anggota BKM di tingkat kelurahan/desa yang mengundang adalah Panitia Pembangunan BKM bekerjasama dengan Lurah atau Kades. Dimana atau ditingkat komunitas seperti apa pemilihan utusan seharusnya dimulai? Mengapa ? Pemilihan utusan haruslah dimulai di komunitas basis yang paling kecil (RT) dimana tiap warga masih saling mengenal sehingga dapat dilakukan pemilihan kepemimpinan moral yang didasarkan pada rekam jejak (track record). Perlu diingat criteria yang disepakati adalah criteria nilai-nilai moral yang hanya dapat dilihat dari perilaku sehari-hari yang bersangkutan (rekam jejak). Apakah perwakilan diijinkan ? Mengapa ? Perwakilan harus dihindarkan karena perwakilan justeru akan membawa keperpecahan. Anggota BKM dipilih berdasarkan sifat-sifat baik jadi haruslah

Bagaimana anggaran dasar dan tata tertib pembangunan BKM dirumuskan, disepakati dan disahkan ? Panitia pembangunan BKM memulai kerjanya dengan menyusun anggaran dasar BKM dan tata tertib pemilihan anggota BKM mencakup : - Berapa jumlah utusan RT - Berapa jumlah anggota BKM - Kriteria anggota BKM - Jumlah nama yang harus dipilih pada pemilihan utusan RT dan pemilihan anggota BKM - Dsb Draft rumusan anggaran dasar dan tata tertib tersebut kemudian dibahas dalam pertemuan warga di tiap RT atau organisasi masyarakat yang ada untuk disempurnakan dan akhirnya disepakati.

Bagaimana kriteria anggota BKM dirumuskan dan disepakati Kriteria anggota BKM awalnya diperoleh dari hasil refleksi kepemimpinan dan kemudian dibahas dalam pertemuan warga di tiap RT dan organisasi warga

mempresentasikan sifat-sifat baik tersebut. Dengan kata lain anggota BKM bertanggung jawab terhadap manusia tetapi terhadap nilai-nilai yang direpresentasikan. Mengapa kampanye tdk dapat dilakukan ? Uraikan Kampanye dengan sendirinya tidak dapat dilakukan karena pemilihan didasarkan perbuatan nyata sehari-hari (rekam jejak) bukan janji (kampanye) Mengapa anggota BKM harus relawan ? Apa implikasinya kalau tidak relawan? Anggota BKM haruslah relawan dan tidak boleh dibayar oleh sebab : X Relawan adalah manifestasi dari nilai ikhlas/tanpa pamrih yang merupakan salah satu kriteria dasar calon anggota BKM. X Anggota BKM bukan orang bayaran (terikat kepada yang membayar) melainkan orang-orang merdeka yang secara sadar memberikan sebagian waktunya untuk orang lain. X Sebagai disinsentif bagi orang-orang yang bermaksud kurang baik. X BKM adalah wahana pengabdian bagi orang-orang baik dan murni (ikhlas) yang akan mengaktualisasikan dirinya sebagai manusia sejati. X Bila anggota BKM bukan relawan maka yang justeru akan terjadi adalah : - masuknya orang-orang pencari kerja atau orang-orang yang memiliki pamrih. - BKM bukan lagi wahana pengabdian. - Anggota BKM juga bukan lagi orang merdeka yang mau menolong sesama melainkan orang bayaran yang setia kepada yang membayar. Depkeu Departemen Keuangan

konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat terbangun "gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan", yang bertumpu pada nilai-nilai luhur dan prinsip-prinsip universal. [Dikutip dari : Buku Pedoman Umum P2KP-3, Edisi Oktober 2005] Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin adalah tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas perumahan dan permukiman yang jauh dibawah standar kelayakan, serta mata pencaharian yang tidak menentu. Disadari bahwa selama ini banyak pihak lebih melihat persoalan kemiskinan hanya pada tataran gejala-gejala yang tampak terlihat dari luar atau di tataran permukaan saja, yang mencakup multidimensi, baik dimensi politik, sosial, ekonomi, aset dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari dimensi-dimensi dari gejala-gejala kemiskinan tersebut muncul dalam berbagai bentuk, seperti antara lain :

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui

Dimensi Politik , sering muncul dalam bentuk tidak dimilikinya wadah organisasi yang mampu memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat miskin, sehingga mereka benar-benar tersingkir dari proses pengambilan keputusan penting yang menyangkut diri mereka. Akibatnya, mereka juga tidak memiliki akses yang memadai ke berbagai sumber daya kunci yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan hidup mereka secara layak, termasuk akses informasi; Dimensi Sosial sering muncul dalam bentuk tidak terintegrasikannya warga miskin ke dalam institusi sosial yang ada,terinternalisasikannya budaya kemiskinan yang merusak kualitas manusia dan etos kerja mereka, serta pudarnya nilai-nilai kapital sosial; Dimensi Lingkungan sering muncul dalam bentuk sikap, perilaku, dan cara pandang yang tidak berorientasi pada pembangunan berkelanjutan sehingga cenderung memutuskan dan melaksanakan kegiatankegiatan yang kurang menjaga kelestarian dan perlindungan lingkungan serta permukiman; Dimensi Ekonomi muncul dalam bentuk rendahnya penghasilan sehingga tidak

mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sampai batas yang layak; dan Dimensi Aset, ditandai dengan rendahnya kepemilikan masyarakat miskin ke berbagai hal yang mampu menjadi modal hidup mereka, termasuk aset kualitas sumberdaya manusia (human capital), peralatan kerja, modal dana, hunian atau perumahan, dan sebagainya.

Karakteristik kemiskinan seperti tersebut di atas dan krisis ekonomi yang terjadi telah menyadarkan semua pihak bahwa pendekatan dan cara yang dipilih dalam penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki, yaitu ke arah pengokohan kelembagaan masyarakat. Keberdayaan kelembagaan masyarakat ini dibutuhkan dalam rangka membangun organisasi masyarakat warga yang benar-benar mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin, yang mandiri dan berkelanjutan dalam menyuarakan aspirasi serta kebutuhan mereka dan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik di tingkat lokal, baik aspek sosial, ekonomi maupun lingkungan, termasuk perumahan dan permukiman.

Penguatan kelembagaan masyarakat yang dimaksud terutama juga dititikberatkan pada upaya penguatan perannya sebagai motor penggerak dalam melembagakan' dan membudayakan' kembali nilai-nilai kemanusiaan serta kemasyarakatan (nilai-nilai dan prinsipprinsip di P2KP), sebagai nilai-nilai utama yang melandasi aktivitas penanggulangan kemiskinan oleh masyarakat setempat. Melalui kelembagaan masyarakat tersebut diharapkan tidak ada lagi kelompok masyarakat yang masih terjebak pada lingkaran kemiskinan, yang pada gilirannya antara lain diharapkan juga dapat tercipta lingkungan kota dengan perumahan yang lebih layak huni di dalam permukiman yang lebih responsif, dan dengan sistem sosial masyarakat yang lebih mandiri melaksanakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Kepada kelembagaan masyarakat tersebut yang dibangun oleh dan untuk masyarakat, selanjutnya dipercaya mengelola dana abadi P2KP secara partisipatif, transparan, dan akuntabel. Dana tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membiayai kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan, yang diputuskan oleh masyarakat sendiri melalui rembug warga, baik dalam bentuk pinjaman bergulir maupun dana waqaf bagi stimulan atas keswadayaan masyarakat untuk

kegiatan yang bermanfaat langsung bagi masyarakat, misalnya perbaikan prasarana serta sarana dasar perumahan dan permukiman. Model tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk penyelesaian persoalan kemiskinan yang bersifat multi dimensional dan struktural, khususnya yang terkait dengan dimensi-dimensi politik, sosial, dan ekonomi, serta dalam jangka panjang mampu menyediakan aset yang lebih baik bagi masyarakat miskin dalam meningkatkan pendapatannya, meningkatkan kualitas perumahan dan permukiman meraka maupun menyuarakan aspirasinya dalam proses pengambilan keputusan. Untuk mewujudkan halhal tersebut, maka dilakukan proses pemberdayaan masyarakat, yakni dengan kegiatan pendampingan intensif di tiap kelurahan sasaran. Melalui pendekatan kelembagaan masyarakat dan penyediaan dana bantuan langsung ke masyarakat kelurahan sasaran, P2KP cukup mampu mendorong dan memperkuat partisipasi serta kepedulian masyarakat setempat secara terorganisasi dalam penanggulangan kemiskinan. Artinya, Program penanggulangan kemiskinan berpotensial sebagai gerakan masyarakat, yakni; dari, oleh dan untuk masyarakat.

Kembali ke atas

KONSEP P2KP Disadari bahwa selama ini banyak pihak lebih melihat persoalan kemiskinan hanya pada tataran gejala-gejala yang tampak terlihat dari luar atau di tataran permukaan saja, yang mencakup multidimensi, baik dimensi politik, sosial, ekonomi, aset dan lain-lain. Orientasi berbagai program penanggulangan kemiskinan yang hanya menitikberatkan pada salah satu dimensi dari gejala-gejala kemiskinan ini, pada dasarnya mencerminkan pendekatan program yang bersifat parsial, sektoral, charity dan tidak menyentuh akar penyebab kemiskinan itu sendiri. Akibatnya program-program dimaksud tidak mampu menumbuhkan kemandirian masyarakat yang pada akhirnya tidak akan mampu mewujudkan aspek keberlanjutan (sustainability) dari programprogram penanggulangan kemiskinan tersebut. Akar Penyebab Kemiskinan

Berbagai program kemiskinan terdahulu dalam kenyataannya sering menghadapi kondisi yang kurang menguntungkan, misalnya salah sasaran, terciptanya benih-benih fragmentasi sosial, dan melemahkan nilai-nilai kapital sosial yang ada di masyarakat (gotong royong, musyawarah, keswadayaan dll). Lemahnya nilai-nilai kapital sosial pada gilirannya juga mendorong pergeseran perubahan perilaku masyarakat yang semakin jauh dari semangat kemandirian, kebersamaan dan kepedulian untuk mengatasi persoalannya secara bersama. Kondisi kapital sosial serta perilaku masyarakat yang melemah serta memudar tersebut salah satunya disebabkan oleh keputusan, kebijakan dan tindakan dari pengelola program kemiskinan dan pemimpin-pemimpin masyarakat yang selama ini cenderung tidak adil, tidak transparan dan tidak tanggung gugat (tidak pro poor dan good governance oriented). Sehingga menimbulkan kecurigaan, stereotype dan skeptisme di masyarakat. Keputusan, kebijakan dan tindakan yang tidak adil ini biasanya terjadi pada situasi tatanan masyarakat yang belum madani, dengan salah satu indikasinya dapat dilihat dari kondisi kelembagaan masyarakat yang belum

berdaya, yang tidak berorientasi pada keadilan, tidak dikelola dengan jujur dan tidak ikhlas berjuang bagi kepentingan masyarakat. Kelembagaan masyarakat yang belum berdaya pada dasarnya disebabkan oleh karakterisitik lembaga masyarakat tersebut yang cenderung tidak mengakar, dan tidak representatif. Di samping itu, ditengarai pula bahwa berbagai lembaga masyarakat yang ada saat ini, dalam beberapa hal, lebih berorientasi pada kepentingan pihak luar masyarakat atau bahkan untuk kepentingan pribadi dan kelompok tertentu, sehingga mereka kurang memiliki komitmen dan kepedulian pada masyarakat di wilayahnya, terutama masyarakat miskin. Dalam kondisi ini akan semakin mendalam krisis kepercayaan masyarakat terhadap berbagai lembaga masyarakat yang ada di wilayahnya. Kondisi kelembagaan masyarakat yang tidak mengakar, tidak representatif dan tidak dapat dipercaya tersebut pada umumnya tumbuh subur dalam situasi perilaku/sikap masyarakat yang belum berdaya. Ketidakberdayaan masyarakat dalam menyikapi dan menghadapi situasi yang ada di lingkungannya, yang pada akhirnya mendorong sikap masa bodoh, tidak peduli, tidak percaya diri, mengandalkan bantuan pihak luar

untuk mengatasi masalahnya, tidak mandiri, serta memudarnya orientasi moral dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat, yakni terutama keikhlasan, keadilan dan kejujuran. Oleh karena itu, P2KP memahami bahwa akar penyebab dari persoalan kemiskinan yang sebenarnya adalah karena kondisi masyarakat yang belum berdaya dengan indikasi kuat yang dicerminkan oleh perilaku/sikap/cara pandang masyarakat yang tidak dilandasi pada nilai-nilai universal kemanusiaan (jujur, dapat dipercaya, ikhlas, dll) dan tidak bertumpu pada prinsipprinsip universal kemasyarakatan (transparansi, akuntabilitas, partisipasi, demokrasi, dll). Penanganan Akar Penyebab Kemiskinan Pemahaman mengenai akar penyebab dari persoalan kemiskinan seperti di atas telah menyadarkan berbagai pihak bahwa pendekatan dan cara yang dipilih dalam penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki, yaitu ke arah perubahan perilaku/sikap dan cara pandang masyarakat yang senantiasa berlandaskan pada nilai-nilai universal kemanusiaan (moral), prinsipprinsip kemasyarakatan (good governance) dan pilar-pilar pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Perubahan perilaku/sikap dan cara pandang masyarakat ini merupakan pondasi yang kokoh bagi terbangunnya lembaga masyarakat yang mandiri, melalui pemberdayaan para pelakupelakunya, agar mampu bertindak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia luhur yang mampu menerapkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakatnya sehari-hari. Kemandirian lembaga masyarakat ini dibutuhkan dalam rangka membangun lembaga masyarakat yang benar-benar mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin, yang mandiri dan berkelanjutan dalam menyuarakan aspirasi serta kebutuhan mereka dan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik di tingkat lokal agar lebih berorientasi ke masyarakat miskin ( pro poor) dan mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (good governance), baik ditinjau dari aspek ekonomi, lingkungan - termasuk perumahan dan permukiman, maupun sosial. P2KP Memfasilitasi Masyarakat serta Pemerintah Daerah Untuk Mampu Menangani Akar Penyebab Kemiskinan Secara Mandiri dan Berkelanjutan

P2KP meyakini bahwa pendekatan yang lebih efektif untuk mewujudkan proses perubahan perilaku masyarakat adalah melalui pendekatan pemberdayaan atau proses pembelajaran (edukasi) masyarakat dan penguatan kapasitas untuk mengedepankan peran pemerintah daerah dalam mengapresiasi dan mendukung kemandirian masyarakatnya. Kedua substansi P2KP tersebut sangat penting sebagai upaya proses transformasi P2KP dari 'tataran Proyek' menjadi 'tataran program' oleh masyarakat bersama pemerintah daerah setempat. Bagaimanapun harus disadari bahwa upaya dan pendekatan penanggulangan kemiskinan tidak hanya menjadi perhatian pemerintah pusat, melainkan justru yang terpenting harus menjadi prioritas perhatian dan kebutuhan masyarakat bersama pemerintah daerah itu sendiri. Substansi P2KP sebagai proses pemberdayaan dan pembelajaran masyarakat dilakukan dengan terus menerus untuk menumbuhkembangkan kesadaran kritis masyarakat terhadap nilai-nilai universal kemanusiaan, prinsip-prinsip kemasyarakatan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sebagai landasan yang kokoh untuk membangun masyarakat yang

mandiri dan sejahtera. Proses pembelajaran di tingkat masyarakat ini berlangsung selama masa Program P2KP maupun pasca Program P2KP oleh masyarakat sendiri dengan membangun dan melembagakan Komunitas Belajar Kelurahan (KBK). Sedangkan substansi P2KP sebagai penguatan kapasitas pemerintah daerah dalam rangka mengedepankan peran dan tanggungjawab pemerintah daerah, dilakukan melalui; pelibatan intensif Pemda pada pelaksanaan siklus kegiatan P2KP, penguatan peran dan fungsi Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah (KPK-D) agar mampu menyusun Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPK-D) dan PJM Pronangkis Kota/Kab berbasis program masyarakat (Pronangkis Kelurahan), serta melembagakan Komunitas Belajar Perkotaan (KBP). Semua pendekatan yang dilakukan P2KP di atas, ditujukan untuk mendorong proses percepatan terbangunnya landasan yang kokoh bagi terwujudnya kemandirian penanggulangan kemiskinan dan juga melembaganya pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Dengan demikian, pelaksanaan P2KP sebagai gerakan bersama membangun kemandirian dan pembangunan berkelanjutan yang berbasis nilainilai universal diyakini akan mampu membangun kesadaran kritis dan perubahan perilaku individu ke arah yang lebih baik. Perubahan perilaku individu yang secara kumulatif menimbulkan perubahan kolektif masyarakat inilah yang menjadi inti pendekatan TRIDAYA, yakni proses pemberdayaan masyarakat agar terbangun : daya sosial sehingga tercipta masyarakat efektif, daya ekonomi sehingga tercipta masyarakat produktif dan daya pembangunan sehingga tercipta masyarakat pembangunan yang peduli lingkungan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. VISI Dan MISI P2KP Visi Terwujudnya masyarakat madani, yang maju, mandiri, dan sejahtera dalam lingkungan permukiman sehat, produktif dan lestari. Misi Membangun masyarakat mandiri yang mampu menjalin kebersamaan dan sinergi dengan pemerintah maupun kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan secara efektif

dan mampu mewujudkan terciptanya lingkungan permukiman yang tertata, sehat, produktif dan berkelanjutan. Nilai-nilai dan Prinsip-prinsip yang Melandasi P2KP Nilai-nilai luhur kemanusiaan, prinsip-prinsip kemasyarakatan yang bersifat universal, dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, yang melandasi pelaksanaan P2KP adalah sebagai berikut : Nilai-Nilai Universal Kemanusiaan (Gerakan Moral) Nilai-nilai universal kemanusiaan yang harus dijunjung tinggi, ditumbuhkembangkan dan dilestarikan oleh semua pelaku P2KP dalam melaksanakan P2KP adalah : 1) Jujur; 2) Dapat dipercaya; 3) Ikhlas/kerelawanan; 4) Adil; 5) Kesetaraan; 6) Kesatuan dalam keragaman; Prinsip-Prinsip Universal Kemasyarakatan (Good Governance)

Prinsip-prinsip universal kemasyarakatan (Good Governance) yang harus dijunjung tinggi, ditumbuhkembangkan dan dilestarikan oleh semua pelaku P2KP adalah : 1) Demokrasi; 2) Partisipasi; 3) Transparansi dan Akuntabilitas; 4) Desentralisasi; Prinsip-Prinsip Universal Pembangunan Berkelanjutan (Tridaya) Prinsip-prinsip universal pembangunan berkelanjutan harus merupakan prinsip keseimbangan pembangunan, yang dalam konteks P2KP diterjemahkan sebagai sosial, ekonomi dan lingkungan yang tercakup dalam konsep Tridaya.

Perlindungan Lingkungan (Environmental Protection); dalam pengambilan keputusan maupun pelaksanaan kegiatan yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak, terutama kepentingan masyarakat miskin, perlu didorong agar keputusan dan pelaksanaan kegiatan tersebut berorientasi pada upaya perlindungan/pemeliharaan lingkungan baik lingkungan alami maupun buatan termasuk perumahan dan permukiman, yang harus

layak, terjangkau, sehat, aman, teratur, serasi dan produktif. Termasuk didalamnya adalah penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan yang kondusif dalam membangun solidaritas sosial dan meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Pengembangan Masyarakat (Social Development); tiap langkah kegiatan P2KP harus selalu berorientasi pada upaya membangun solidaritas sosial dan keswadayaan masyarakat sehingga dapat tercipta masyarakat efektif secara sosial sebagai pondasi yang kokoh dalam upaya menanggulangi kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan. Pengembangan masyarakat juga berarti upaya untuk meningkatkan potensi segenap unsur masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang rentan (vulnerable groups) dan marjinal yang selama ini tidak memiliki peluang/akses dalam program/kegiatan setempat; Pengembangan Ekonomi (Economic Development); dalam upaya menyerasikan kesejahteraan material, maka upaya-upaya kearah peningkatan kapasitas dan keterampilan masyarakat miskin dan atau penganggur perlu mendapat porsi khusus termasuk upaya untuk mengembangkan

peluang usaha dan akses ke sumberdaya kunci untuk peningkatan pendapatan, dengan tetap memperhatikan dampak lingkungan fisik dan sosial. Prinsip-prinsip universal pembangunan berkelanjutan tersebut pada hakekatnya merupakan pemberdayaan sejati yang terintegrasi, yaitu pemberdayaan manusia seutuhnya agar mampu membangkitkan ketiga daya yang telah dimiliki manusia secara integratif, yaitu daya pembangunan agar tercipta masyarakat yang peduli dengan pembangunan perumahan dan permukiman yang berorientasi pada kelestarian lingkungan, daya sosial agar tercipta masyarakat efektif secara sosial, dan daya ekonomi agar tercipta masyarakat produktif secara ekonomi. TUJUAN

Terbangunnya lembaga masyarakat berbasis nilai-nilai universal kemanusiaan, prinsipprinsip kemasyarakatan dan berorientasi pembangunan berkelanjutan, yang aspiratif, representatif, mengakar, mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat miskin, mampu memperkuat aspirasi/suara masyarakat miskin dalam proses

pengambilan keputusan lokal, dan mampu menjadi wadah sinergi masyarakat dalam penyelesaian permasalahan yang ada di wilayahnya; Meningkatnya akses bagi masyarakat miskin perkotaan ke pelayanan sosial, prasarana dan sarana serta pendanaan (modal), termasuk membangun kerjasama dan kemitraan sinergi ke berbagai pihak terkait, dengan menciptakan kepercayaan pihak-pihak terkait tersebut terhadap lembaga masyarakat (BKM); Mengedepankan peran Pemerintah kota/kabupaten agar mereka makin mampu memenuhi kebutuhan masyarakat miskin, baik melalui pengokohan Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK) di wilayahnya, maupun kemitraan dengan masyarakat serta kelompok peduli setempat.

Agar terwujud tujuan yang hendak dicapai, maka strategi yang dilaksanakan adalah: Mendorong Proses Transformasi Sosial dari Masyarakat Tidak Berdaya/Miskin Menuju Masyarakat Berdaya1.

2.

KELOMPOK SASARAN Pada dasarnya, kelompok sasaran P2KP mencakup empat sasaran utama, yakni masyarakat, pemerintah daerah, kelompok peduli setempat dan para pihak terkait (stakeholders). STRATEGI PELAKSANAAN

3.

Internalisasi nilai-nilai dan prinsipprinsip universal, sebagai pondasi yang kokoh untuk memberdayakan masyarakat menuju tatanan masyarakat yang mampu mewujudkan kemandirian dan pembangunan berkelanjutan. Penguatan Lembaga Masyarakat melalui pendekatan pembangunan bertumpu pada kelompok(Community based Development), dimana masyarakat membangun dan mengorganisir diri atas dasar ikatan pemersatu (common bond), antara lain kesamaan kepentingan dan kebutuhan, kesamaan kegiatan, kesamaan domisili, dll, yang mengarah pada upaya mendorong tumbuh berkembangnya kapital sosial. Pembelajaran Penerapan Konsep Tridaya dalam Penanggulangan Kemiskinan , menekankan pada proses pemberdayaan sejati (bertumpu pada manusia-manusianya) dalam rangka

4.

membangkitkan ketiga daya yang dimiliki manusia, agar tercipta masyarakat efektif secara sosial, tercipta masyarakat ekonomi produktif dan masyarakat pembangunan yang mampu mewujudkan lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat, produktif dan lestari. Penguatan Akuntabilitas Masyarakat , menekankan pada proses membangun dan menumbuhkembangkan segenap lapisan masyarakat untuk peduli untuk melakukan kontrol sosial secara obyektif dan efektif sehingga menjamin pelaksanaan kegiatan yang berpihak kepada masyarakat miskin dan mendorong kemandirian serta keberlanjutan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan di wilayah masing-masing .

2.

setempat agar kemiskinan dapat ditangani secara efektif, mandiri dan berkelanjutan. Penguatan Jaringan antar Pelaku Pembangunan, dengan membangun kepedulian dan jaringan sumberdayadan mendorong keterlibatan aktif dari para pelaku pembangunan lain maka dapat dijalin kerjasama dan dukungan sumberdaya bagi penanggulangan kemiskinan, termasuk akses penyaluran ( channeling ) bagi keberlanjutan program-program di masyarakat dan penerapkan Tridaya di lapangan. Para pelaku pembangunan lain yang dimaksud antara lain : LSM, Perguruan Tinggi setempat, lembagalembaga keuangan (perbankan), Pengusaha, Asosiasi Profesi dan Usaha Sejenis, dll.

Mendorong Proses Transformasi Sosial dari Masyarakat Berdaya Menuju Masyarakat Mandiri1.

Mendorong Proses Transformasi Sosial dari Masyarakat Mandiri Menuju Masyarakat Madani Intervensi P2KP untuk mampu mewujudkan transformasi dari kondisi masyarakat mandiri menuju masyarakat madani lebih dititikberatkan pada proses penyiapan landasan yang kokoh melalui penciptaan situasi dan lingkungan yang kondusif bagi tumbuhberkembangnya masyarakat madani, melalui intervensi komponenPembangunan Lingkungan

Pembelajaran Kemitraan antar Stakeholders Strategis, yang menekankan pada proses pembangunan kolaborasi dan sinergi upaya-upaya penanggulangan kemiskinan antara masyarakat, pemerintah kota/kabupaten, dan kelompok peduli

Permukiman Kelurahan Terpadu (Neighbourhood Development) , yakni proses pembelajaran masyarakat dalam mewujudkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang berbasis nilai menuju terwujudnya lingkungan permukiman yang tertata, sehat, produktif dan lestari.

Penyelenggaraan PNPM Mandiri P2KP tahun 2007 dilakukan secara berjenjang dari tingkat nasional sampai tingkat desa/kelurahan dengan pengorganisasian sebagai berikut. A. Tingkat Nasional Penanggung jawab pengelolaan program tingkat nasional PNPM Mandiri Perkotaan adalah Departemen Pekerjaan Umum yang bertindak sebagai lembaga penyelenggara program (executing agency). Untuk melaksanakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) agar dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan terciptanya sinergi dengan program lainnya untuk mengoptimalkan hasil yang dicapai dalam rangka keberlanjutan program sekaligus mendukung pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-Mandiri Perkotaan), telah dibentuk Unit Manajemen Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (PMU P2KP) sesuai Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor 358/KPTS/M/2008 tanggal 10 Juni 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Manajemen Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (PMU P2KP). 1) Unit Manajemen Program P2KP (PMU-

P2KP) Unit Manajemen Program P2KP (PMU P2KP/PNPM Mandiri-Perkotaan) adalah sebuah unit kerja yang bertanggungjawab atas keberhasilan pelaksanaan Program PNPM-MP dengan tugas pokok melaksanakan koordinasi, pengendalian, monitoring dan pembinaan teknis PNPM-MP. Untuk melaksanakan tugas tersebut, PMU PNPM Mandiri - Perkotaan mempunyai fungsi : a. Melakukan koordinasi pelaksanaan terhadap seluruh kegiatan yang dibiayai PNPM-MP; b. Melakukan monitoring dan supervisi pelaksanaan kegiatan lapangan KMP, KMW, dan KE; c. Melakukan kajian dan evaluasi atas pemanfaatan dana PNPM-MP; d. Menyusun rekomendasi untuk sinkronisasi PNPM-MP dengan program-program lainnya. 2) SNVT P2KP SNVT P2KP adalah Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan. SNVT P2KP berperan membantu pelaksanaan tugas PMU-P2KP dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan. Tanggung jawab dan tugas pokok SNVT P2KP adalah: a. Melaksanakan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan dalam NPLN termasuk penyelesaian aplikasi dana

pinjaman PNPM-MP/PNPM Mandiri Perkotaan; b. Melaksanakan kegiatan diseminasi dan sosialisasi; c. Menyampaikan informasi yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan PNPM-MP/PNPM Mandiri Perkotaan; d. Melakukan penanganan pengaduan dari pihak manapun yang berkaiatan dengan PNPM-MP/PNPM Mandiri Perkotaan; e. Melakukan pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan tugas KMP, KMW dan KE. 3) Asisten PMU-P2KP a. Asisten Perencanaan dan Pemrograman mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pelaksanaan, pembinaan teknis, dan sinkronisasi program PNPM-MP dengan instansi terkait serta menyusun strategi keberlanjutan program PNPM-MP. b. Asisten Pengendalian Pelaksanan mempunyai tugas untuk melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan PNPM-MP mengacu kepada rencana kegiatan yang telah ditetapkan, serta penyiapan tindak turun tangan yang diperlukan. c. Asisten Pengembangan Kemitraan mempunyai tugas untuk melakukan koordinasi dan fasilitasi pengembangan kemitraan Lembaga Komunitas dengan berbagai pihak dalam rangka peningkatan akses kepada berbagai sumberdaya untuk

masyarakat miskin. d. Asisten Data, Pelaporan dan Informasi mempunyai tugas untuk melakukan pengumpulan serta pengolahan data, pelaporan dan informasi dalam rangka pelaksanaan PNPM-MP. B. Tingkat Propinsi Di tingkat propinsi dikoordinasikan langsung oleh Gubernur setempat melalui Bapeda Propinsi dengan menunjuk Tim Koordinasi Pelaksanaan PNPM yang anggotanya terdiri dari pejabat instansi terkait di daerah di bawah koordinasi TKPKD Propinsi. Sebagai pelaksana ditunjuk Dinas Pekerjaan Umum/Bidang Ke-Cipta Karya-an di bawah kendali/koordinasi Satker Non Vertikal Tertentu (SNVT) PBL tingkat propinsi. Tugas Kepala SNVT PBL Propinsi adalah : a. Melaksanakan kegiatan teknis dan administratif untuk pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan sesuai arah kebijakan PMU-P2KP ; b. Mengelola tata pelaporan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan; c. Mempertanggungjawabkan seluruh pengeluaran dana sesuai ketentuan yang berlaku; d. Bersama dgn KMW dan TKPKD menindak lanjuti berbagai pengaduan terkait PNPM Mandiri Perkotaan sampai proses hukum/ke tangan

penegak hukum dengan tetap mengutamakan penyelesaian secara kekeluargaan. C. Tingkat Kota/Kabupaten Di tingkat Kabupaten/Kota dikoordinasikan langsung oleh Walikota/Bupati setempat melalui Bapeda Kabupaten/Kota dengan menunjuk Tim Koordinasi Pelaksanaan PNPM (TKPP) yang anggotanya terdiri dari pejabat instansi terkait di daerah di bawah koordinasi TKPKD Kabupaten/Kota. TKPKD Kota/ Kabupaten dalam PNPM Mandiri Perkotaan berperan mengkoordinasikan TKPP dari berbagai program penanggulangan kemiskinan. Tim Koordinasi Pelaksanaan PNPM mempunyai tugas : a. Melakukan sosialisasi program PNPM Mandiri Perkotaan kepada camat, PJOK dan perangkat kecamatan di wilayah kerjanya; b. Memfasilitasi berlangsungnya koordinasi dan konsolidasi dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah kerjanya; c. Melakukan pemantauan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah kerjanya; d. Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala.

Sebagai pelaksana administratif ditingkat Kabupaten/Kota berdasarkan keputusan Menteri Pekerjaan Umum, atas usulan Walikota / Bupati setempat ditunjuk Satker Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kabupaten/Kota yang mempunyai tugas: a. Menyalurkan dan mengadministrasikan dana BLM PNPM Mandiri Perkotaan; b. Melakukan pemantauan pemanfaatan dana yang disalurkan; c. Bersama Korkot dan TKPP menindaklanjuti berbagai pengaduan terkait dengan PNPM Mandiri di wilayah kerjanya sampai ke proses hukum/ke tangan penegak hukum dengan tetap mengutamakan penyelesaikan secara kekeluargaan.Di tingkat Kabupaten/Kota, Ditjen Cipta Karya cq Direktorat PBL Propinsi mengangkat Koordinator Kota P2KP/PNPM Mandiri Perkotaan yang dibantu beberapa Asisten Korkot di bidang manajemen keuangan, teknik/infrastruktur, manajemen data dan penataan ruang untuk pengendalian pelaksanaan kegiatan dibawah koordinasi Team Leader KMW. D. Tingkat Kecamatan Di tingkat kecamatan, unsur utama pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah (1) Camat dan perangkatnya, dan (2) Penanggung

Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) dengan peran dan tugas masing-masing unsur adalah sebagai berikut: 1) Camat Peran pokok Camat adalah memberikan dukungan dan jaminan atas kelancaran pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah kerjanya, dengan rincian tugas sebagai berikut: a. Melakukan sosialisasi program PNPM Mandiri Perkotaan kepada Lurah dan perangkat kelurahan di wilayah kerjanya; b. Memfasilitasi berlangsungnya koordinasi dan konsolidasi dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah kerjanya; c. Melakukan pemantauan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah kerjanya dan menerima serta memverifikasi laporan para Lurah / Kades; d. Mendorong dan mendukung tumbuhnya forum LKM tingkat kecamatan; e. Memfasilitasi berlangsungnya integrasi antara rencana program masyarakat dan program daerah lainnya dalam Musrenbang Kecamatan; f. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Forum LKM di tingkat kecamatan/kota/kabupaten, KSM, dan kelompok peduli lainnya untuk meningkatkan keberhasilan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah kerjanya; serta

g. Berkoordinasi dengan PJOK dan Tim Fasilitator dalam penyelesaian persoalan, konflik dan penanganan pengaduan mengenai pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayahnya. 2) Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) Di tingkat kecamatan ditunjuk PJOK (Penanggung Jawab Operasional Kegiatan). PJOK adalah perangkat kecamatan yang diangkat oleh Walikota/Bupati*) untuk pengendalian kegiatan di tingkat kelurahan administrasi pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah kerjanya. Tugas pokok PJOK adalah sebagai berikut: a. Memantau pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah kerjanya; b. Melaksanakan administrasi program berupa penandatanganan SPPB, memproses SPPB ke bank pembayar dan lain-lain; c. Membuat laporan bulanan pelaksanaan tugas setiap bulan. Laporan bulanan dibuat rangkap tiga untuk diserahkan sebelum tanggal 15 setiap bulan kepada bupati/walikota. Laporan tersebut dikirim juga sebagai tembusan kepada Camat dan Lurah/Kades di wilayah kerjanya; d. Membuat laporan pertanggungjawaban pada akhir masa jabatannya dan menyerahkannya kepada Walikota/Bupati paling lambat satu bulan setelah masa tugasnya sebagai PJOK berakhir. Jika

terjadi pergantian PJOK antar waktu, maka PJOK sebelumnya harus membuat Berita Acara Serah Terima Pekerjaan kepada PJOK penggantinya. Berita Acara tersebut memuat pelaksanaan tugas, hasil-hasil kegiatan, hasil monitoring dan evaluasi serta dilengkapi dengan uraian dan penjelasan penggunaan dana BOP-PJOK; e. Melakukan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan dengan KMW dan Tim Fasilitator untuk bersama-sama menangani penyelesaian permasalahan dan pengaduan mengenai pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah kerjanya; f. Melakukan pemeriksaan terhadap penggunaan dana yang telah disalurkan kepada masyarakat (LKM/KSM/Panitia/dsb) sesuai dengan usulan yang disetujui Fasilitator. E. Tingkat Kelurahan/Desa Di tingkat kelurahan/desa, unsur utama pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah (1) Lurah/Kades dan perangkatnya, (2) Relawan masyarakat, (3) LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat), (4) KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) dengan peran dan tugas masing-masing unsur adalah sbb:

1) Lurah atau Kepala Desa Secara umum peran utama Kepala Kelurahan/Lurah dan Kepala Desa adalah memberikan dukungan dan jaminan agar pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah kerjanya dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga tujuan yang diharapkan melalui PNPM Mandiri Perkotaandapat tercapai dengan baik. Untuk Itu Lurah/ Kepala Desa dapat mengerahkan perangkat kelurahan atau desa sesuai dengan fungsi masing-masing. Secara rinci tugas dan tanggung jawab Lurah/Kepala Desa dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah sebagai berikut: a. Membantu sosialisasi tingkat kelurahan/desa dan Rembug Kesiapan Masyarakat yang menyatakan kesiapan seluruh masyarakat untuk mendukung dan melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan; b. Memfasilitasi terselenggaranya pertemuan pengurus RT/RW dan masyarakat dengan KMW/Tim Fasilitator, dan relawan masyarakat dalam upaya penyebarluasan informasi dan pelaksanaan PNPM Mandiri

Perkotaan; c. Memfasilitasi pelaksanaan pemetaan swadaya (Community Self Survey) dalam rangka pemetaan kemiskinan dan potensi sumberdaya masyarakat yang dilaksanakan secara swadaya oleh masyarakat; d. Memfasilitasi proses pembentukan LKM. (Bentuk-bentuk dukungan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat, serta ketentuan PNPM Mandiri Perkotaan); e. Memfasilitasi dan mendukung penyusunan Program Jangka Menengah Penanggulangan Kemiskinan dan rencana tahunannya oleh masyarakat yang diorganisasikan oleh lembaga kepemimpinan masyarakat setempat (LKM); f. Memfasilitasi koordinasi dan sinkronisasi kegiatan yang terkait dengan penanggulangan kemiskinan termasuk peninjauan lapangan oleh berbagai pihak berkepentingan; g. Memfasilitasi PJM Pronangkis sebagai program kelurahan/desa untuk dibahasa didalam Musrenbang kelurahan/desa; h. Memberi laporan bulanan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan diwilayahnya kepada Camat; dan

i. Berkoordinasi dengan Tim Fasilitator, relawan masyarakat dan LKM, memfasilitasi penyelesaian persoalan dan konflik serta penanganan pengaduan yang muncul dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah kerjanya.

Faskel Ekonomi, atau yang dulu Faskel Teknik menjadi Faskel CD, yang dulu Askot sekarang jadi Korkot, ada pula yang dulu Askot menjadi Faskel atau SF, bahkan ada juga yang pindah tugas ke kota lain. Ini merupakan kebijakan, dan diharapkan semua mampu bekerja sebaik dan semaksimal mungkin dalam mengawal PNPM membangun masyarakat sejahtera. Bagi yang merasa kurang nyaman dengan kondisi kerja, mereka memilih mengundurkan diri. Ini adalah konsekuensi tanpa paksaan. Namun yang terpenting, kita harus bisa melakukan yang terbaik bagi masyarakat bersama PNPM Mandiri Perkotaan. Untuk tujuan inilah semua personel harus menjadi satu secara tim, karena yang diinginkan adalah sama, yaitu rasa nyaman, senang, dan indah. Kekompakan ini bisa terjadi jika bertugas dengan orang pilihan mereka sendiri. Kekurangan adalah keistemewaan yang mampu menjadikan tim lebih komplit, bukan malah menjadi sebaliknya. Seiring kemajuan teknologi, kompetisi global, dan ketahanan ekonomi dalam masyarakat yang

Sukoharjo, 27 April 2011 Konflik Tim, Keuntungan buat Siapa? Oleh: Latif Safruddin, SE Faskel CD Korkot Sukoharjo OC-5 Prov. Jateng PNPM Mandiri Perkotaan Setelah mendengar dan mengikuti perkembangan pasca kontrak kerja para personel PNPM Mandiri Perkotaan yang berakhir dan diperbaharui pada April ini, maka semua Korkot di masing-masing kota mengumumkan komposisi yang diubah. Di antaranya, yang dulu Faskel CD diganti menjadi

kompleks, banyak jabatan menuntut adanya kolaborasi lintas keahlian. Artinya pikiran orang banyak akan lebih baik ketimbang pikiran satu orang saja. Membangun sebuah tim adalah suatu proses memilih, mengembangkan, memberikan kemudahan, dan melatih sebuah kelompok kerja agar berhasil mencapai tujuan bersama. Di dalamnya mencakup memotivasi anggotaanggota agar merasa bangga dalam melaksanakan tugas kelompoknya. Pembangun tim (team building) harus mampu memenuhi tuntutan tugas (kualitas hasil, tepat waktu, dan sebagainya) serta memenuhi kebutuhan anggotaanggota kelompok (adil, tidak konflik, dan seterusnya). Melalui kerjasama dan saling berbagi pengetahuan serta ketrampilan, sebuah tim seringkali mampu menyelesaikan tugas secara efektif. Bentuk tim yang dianggap paling maju dan paling cocok untuk PNPM adalah self-directed, karena tim semacam ini tidak perlu pengawasan intens dan memiliki otoritas penuh dalam penyelesaian tugas-tugasnya.

Agar tim bisa bekerja secara efektif dalam mengembangkan motivasi, kedekatan dan produktivitas, banyak organisasi yang memandang pembangunan tim merupakan salah satu aspek dari pengembangan organisasi. Tim dibangun dengan tujuan membantu kelompok fungsional menjadi lebih efektif. Karena rasa individualisme dan persaingan antarpribadi relatif tajam dalam organisasi, maka tidak semua kelompok kerja dapat dikategorikan ke dalam suatu tim. Lima atau enam orang yang sedang menyelesaikan suatu proyek belum menjamin bisa bekerjasama satu sana lain dalam mencapai tujuan. Secara spesifik, membangun sebuah tim artinya harus mengembangkan semangat, saling percaya, kedekatan, komunikasi, dan produktvitas.

Semangat muncul karena masing-masing anggota percaya bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas. Makin tinggi tingkat kepercayaan mereka atas kemampuannya, makin besar pula motivasi mereka untuk menyelesaikan tugas dengan baik.

Saling percaya antarsesama anggota merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap anggota tim, agar tim mampu bekerja secara efektif. Kedekatan antaranggota merupakan perasaan yang mampu menyatukan anggota secara sukarela. Suatu kelompok yang kohesif adalah kelompok yang dimiliki oleh setiap anggotanya. Mereka mempunyai tingkat loyalitas yang tinggi terhadap kelompoknya. Umumnya kelompok yang kohesif akan lebih produktif. Komunikasi. Agar tim bisa berfungsi dengan baik, semua anggota harus mempunyai kemampuan mengembangkan hubungan antarpribadi secara baik, bicara secara terbuka satu sama lain, memecahkan konflik yang ada, dan secara bersama menghadapi masalah. Produktivitas. Tim seyogianya dapat menyelesaikan tugas yang tidak mungkin dilaksanakan perorangan. Melalui saling berbagi sumber daya, ketrampilan, pengetahuan, kepemimpinan, maka tim berpotensi sangat lebih efektif daripada perorangan.

Sehubungan dengan hal di atas, tentunya bisa kita aplikasikan dalam melaksanakan pendampingan BKM dan masyarakat dengan tujuan atau goal setting-nya membangun kekuatan bersama dalam penanggulangan kemiskinan negara di daerah masing-masing. Semangat tim inilah yang harus kita tanamkan. Jika tidak ada, hancurlah program yang sudah dirancang sedemikian rupa tersebut. Jadi, sikap semangat, saling percaya, kedekatan, komunikasi, dan produktivitas harus melekat di antara tim. Hal penting yang belum tersentuh adalah kejujuran. Jika hal tersebut tidak kita lakukan niscaya kita akan selalu dicemooh oleh BKM/masyarakat dan para relawan lainnya, karena kita tidak jujur dalam melalakukan pendampingan. Maka, sia-sia sajalah kita menjadi pendamping mereka. Tanpa konflik, maka unsur di dalam tim tidak akan tercapai. Jika dikelola secara positif, maka konflik akan berdampak baik pula. Namun, jika konflik membuat anggota tim saling tidak percaya dan tidak sejalan, bahkan ditumpangi kepentingan individu untuk meraih sesuatu yang bukan tujuan

di dalam misi, maka tunggu saja kehancurannya. Lalu, siapa yang diuntungkan dari konflik yang terjadi? Kalau konflik didefinisikan sebagai masalah negatif, maka kegiatan kita tidak akan maju-maju, dan kekritisan kita hanya sekadar onani pikiran yang hasilnya tidak memuaskan kedua belah pihak. Yang terpenting, apapun konflik itu, tetap masyarakat lah yang harus selalu diuntungkan. Bukan atasan kita. Bukan teman kita. Karena, semua ini untuk rakyat. Semoga! (OC 5 Provinsi Jawa Tengah PNPM Mandiri Perkotaan) Editor: Nina Firstavina (dibaca 182) Jayapura, 25 April 2011 Derita Membawa Nikmat

Di bawah teriknya matahari di sela bukit-bukit yang menjulang, seorang wanita setengah baya menempati gubuk, yang sulit dijangkau orang banyak. Hebatnya, dengan penuh semangat, wanita itu turun dari anak tangga terbuat dari tanah dan bambu yang sudah rapuh. Langkahnya berhati-hati ketika menuruni anak tangga. Tangannya menjinjing noken, sebagai pengganti tas. Tas noken itu berisi catatan piutang yang akan ditagihnya ke KSM Pinang, KSM Jeruk dan KSM Anggrek, dilengkapi dengan sebuah stempel Unit Pengelola Keuangan (UPK) kampung. Dia adalah Elisabeth Rumakeuw, yang sehari-hari disapa dengan sebutan Ibu Elisabeth, seorang petugas UPK Badan Keswadayaan Masyarakat

(BKM) Wanyambey, Kelurahan Awiyo, Kecamatan Abepura, Jayapura, Papua. Ibu Elisabeth juga seorang pimpinan masyarakat, yaitu ketua RT 03 dari RW XIII. Ia wanita yang sederhana, ramah, dan mudah bergaul. Di balik kesahajaannya tersimpan sifat sosial yang mendalam. Sebagai relawan, juga sebagai UPK, ia bekerja tanpa pamrih. Ia hanya menginginkan masyarakat, terutama kaum ibu, bisa mendapat peluang kerja atau usaha melalui kegiatan ekonomi bergulir di desanya, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebenarnya kenapa sih, Ibu Elisabeth tertarik menjadi UPK ini, jangankan honor, biaya transportasi saja Ibu Elisabeth harus menggunakan uang pribadi? Saya tetap diberikan kekuatan dan kesehatan melalui terapi jalan kaki dari rumah menuju ke KSM. Ini menghilangkan rasa sakit di bagian kaki yang bengkak. Maklum, saya terkena sakit asam urat. Melalui terapi jalan kaki ini, saya bisa menikmati proses penyembuhan. Peredaran darah lancar dan otot kaki tidak kaku. Itulah salah satu manfaat saya menjadi UPK, jawabnya, seraya

tersenyum. Siapa yang mengira, sosok murah senyum dan aktif di pertemuan-pertemuan ini ternyata menyimpan segudang masalah. Meski sakit, Ibu Elisabeth masih terus melakukan tugas dan tanggung jawab yang telah diberikan BKM kepadanya. Sehari-hari, yang dilakukan oleh Ibu Elisabeth sejak siang hingga matahari terbenam adalah menagih ke KSM penunggak. Berbagai macam karakter manusia yang dihadapinya, seperti ada yang suka mencari alasan untuk menunggak, ada pula yang menghindari ketika datang waktu menagih. Walau begitu, beliau tidak pernah mengeluh. Ibu Elisabeth terus berusaha agar mereka mau mengembalikan pinjaman. Apalagi suatu saat nanti, dari laba jasa pengembalian akan diteruskan kepada kelompok masyarakat miskin lainnya.

macet. Pertama, bulan Mei bertepatan dengan mulainya tahun ajaran bagi anak sekolah. Yang jelas kebutuhan masyarakat sangat meningkat.Kedua, memasuki bulan puasa. Hal ini juga berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat terhadap pengembalian pinjaman bergulir dari tiga KSM. Apapun alasan yang saya dapat adalah saya akan berusaha melakukan penagihan guna memulihkan tingkat pengembalian pinjaman bergulir di UPK Kampung Tiba-Tiba, seperti bulanbulan sebelumnya. Ini janji saya, tukasnya.

Selain membantu masyarakat mendapat modal usaha, Ibu Elisabeth juga termotivasi meningkatkan RR (tingkat pengembalian), agar kelurahan mereka mendapatkan PAKET yang telah dijanjikan oleh Distrik Abepura beberapa waktu lalu saat kegiatan Bazaar Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan tingkat Kelurahan Awiyo, sebesar Rp.10 juta. Pada awal April hingga Mei 2010, tingkat pengembalian pinjaman bergulir UPK Kampung Tiba-Tiba meraih rata-rata 95%. Hal ini tidak terlepas dari kesabaran Ibu Elisabeth. Memasuki Mei - Juni 2010, RR meningkat menjadi 100%. Namun, sayang, Juli - Agustus 2010 tingkat pengembalian pinjaman bergulir menurun menjadi 75%. Menurut beliau, akhir-akhir ini tingkat pengembalian pinjaman bergulir memang mulai

Ada beberapa langkah yang beliau lakukan untuk meningkatkan pengembalian, di antaranya adalah, satu, mendatangi seluruh anggota KSM satu persatu guna melakukan penagihan. Kemudian bagi

penunggak, ia akan memberikan penjelasan tentang subtansi dari program ekonomi bergulir ini, sehingga semua anggota KSM memahami tentang manfaat dari PNPM Mandiri Perkotaan. Dua, beliau mengundang semua komponen masyarakat baik itu aparat kelurahan, tokoh perempuan, tokoh agama, agar duduk bersama dn membahas mencari solusi yang lebih efektif untuk menyelesaikan permasalahan yang selama ini bisa teratasi dan tidak terjadi lagi bagi kelompok masyarakat yang ingin menjadi calon anggota KSM yang baru melakukan pinjaman bergulir. Semua rancangan yang penuh dengan tekad dan semangat ini merupakan sebuah usaha yang tidak dapat diperjual-belikan oleh siapa pun. Melalui sebuah usaha yang mulia ini beliau mengambil hikmah di tengah-tengah masyarakat dalam menanggulangi masalah kemiskinan di Kelurahan Awiyo. Usaha ini sangat mengharapkan dukungan dari pemerintah. Penulis sendiri merasa terharu dan sangat salut dengan tekad Ibu Elisabeth, yang bisa dikatakan sangat mulia dan terpuji. Dalam kondisi sakit

beliau masih meluangkan waktu, tenaga dan pikiran demi nasib orang lain, sambil mengesampingkan keadaannya sendiri. Ada pelajaran berharga yang dapat kita ambil dari kisah Ibu Elisabeth bahwa sesungguhnya segala sesuatu dalam hidup ini tidak di mulai dari sesuatu yang besar tetapi di mulai dari sesuatu yang kecil. Ibu Elisabeth telah membuktikan itu. Beliau tidak menunggu menjadi orang kaya dulu baru membantu orang lain. Beliau tidak menunggu sampai benar-benar sembuh dulu baru membantu orang lain. Tapi beliau berangkat dari sebuah keyakinan bahwa apa yang dilakukan hari ini suatu waktu akan memberi suatu perubahan bagi orang-orang yang ada di sekelilingnya. (Srirahayu Melai, SF Tim 16 Kota Jayapura, OC 9 Papua, PNPM Mandiri Perkotaan; Firstavina) Informasi lebih lanjut silakan menghubungi: BKM WANYAMBEY Jl. Gerilyawan No. 05 Distrik Abepura, Kota Jayapura Papua Contact Person:

Barenz Agaki (Koordinator), HP. 085254638966 Elisabeth Rumakeuw (UPK), HP. 085244086035 Martini srirahayu M (Senior Fasilitator Tim 16), HP. 081344479004 M. Taryono (Askot MK Jayapura), HP. 085254492439 Ibu Bilha (Anggota KSM Jeruk), HP. 085254103112 Hariatun (Anggota KSM Pinang), HP. 085234491117 Muhamad Yurman (Koord. KSM Anggrek), HP. 081344311411 (dibaca 180)

Kembali ke atas