Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BUPATI GOWA
PROVINSI SULAWESI SELATAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA
NOMOR 09 TAHUN 2014
TENTANG
PERLINDUNGAN CAGAR BUDAYA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI GOWA,
Menimbang : a. bahwa kawasan dan situs budayayang dimiliki oleh Kabupaten Gowamerupakan bagian dari kekayaanalam dan budaya bangsa Indonesiayang memiliki peran penting bagipemahaman dan pengembangansejarah, ilmu pengetahuan, dankebudayaan dalam kehidupanbermasyarakat, berbangsa, danbernegara sehingga perludilestarikan dan dikelola secaratepat melalui upaya pelindungan,pengembangan, dan pemanfaatandalam rangka memajukan
1
kebudayaan daerah dankebudayaan nasional untuksebesarbesarnya kemakmuranrakyat;
b. bahwa untuk melestarikan cagarbudaya, maka perlu adapengaturan perlindungan,pengembangan dan pemanfaatancagar budaya sebagai bentuktanggung jawab pemerintahdaerah;
c. bahwa cagar budaya berupakawasan, benda, bangunan,struktur dan situs perlu dikelolaoleh pemerintah daerah denganmeningkatkan peran sertamasyarakat untuk melindungi,mengembangkan danmemanfaatkan kawasan dan cagarbudaya;
d. bahwa berdasarkan pertimbangansebagaimana dimaksud padahuruf a, huruf b dan huruf c, perlumembentuk Peraturan Daerahtentang Perlindungan CagarBudaya.
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) UndangUndangDasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945;
2
2. UndangUndang Nomor 29Tahun 1959 tentang PembentukanDaerah Tingkat II di Sulawesi(Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1959 Nomor 74 ,Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 1822);
3. UndangUndang Nomor 28Tahun 2002 tentang BangunanGedung (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2002Nomor 134, Tambahan LembaranNegara Republik IndonesiaNomor 4247);
4. UndangUndang Nomor 26Tahun 2007 tentang PenataanRuang (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 6,Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4725);
5. UndangUndang Nomor 10Tahun 2009 tentangKepariwisataan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2009Nomor 11, Tambahan LembaranNegara Republik IndonesiaNomor 4966);
3
6. UndangUndang Nomor 32Tahun 2009 tentang Perlindungandan Pengelolaan Lingkungan Hidup(Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2009 Nomor 140,Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5059);
7. UndangUndang Nomor 11Tahun 2010 tentang Cagar Budaya(Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2010 Nomor 130,Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5168);
8. UndangUndang Nomor 12Tahun 2011 tentang PembentukanPeraturan Perundangundangan(Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2011 Nomor 82,Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5234);
9. UndangUndang Nomor 23 Tahun2014 tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2014 Nomor 244,Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5587);
10.Peraturan Pemerintah Nomor 36Tahun 2005 tentang PeraturanPelaksanaan UndangUndang
4
Nomor 28 Tahun 2002 tentangBangunan Gedung (LembaranNegara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 83, TambahanLembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4532);
11.Peraturan Pemerintah Nomor 38Tahun 2007 tentang PembagianUrusan Pemerintahan antaraPemerintah, Pemerintahan DaerahProvinsi dan Pemerintahan DaerahKabupaten/Kota (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2011Nomor 82, Tambahan LembaranNegara Republik IndonesiaNomor 4737);
12.Peraturan Daerah Kabupaten GowaNomor 10 Tahun 2005 tentangPenyidik Pegawai Negeri Sipildi Lingkungan Pemerintah DaerahKabupaten Gowa (LembaranDaerah Kabupaten GowaTahun 2005 Nomor 10).
Dengan Persetujuan Bersama
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Gowa
5
dan
Bupati Gowa
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG
PERLINDUNGAN CAGAR BUDAYA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Kabupaten Gowa.2. Pemerintah Daerah adalah Bupati Gowa beserta
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggaraPemerintah Daerah Kabupaten Gowa;
3. Bupati adalah Bupati Gowa.4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
selanjutnya disingkat DPRD adalah DewanPerwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Gowa.
5. Dinas adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisatayang mempunyai tugas pokok dan fungsi dibidang pengelolaan cagar budaya;
6. Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifatkebendaan berupa Benda Cagar Budaya,Bangunan Cagar Budaya, Struktur CagarBudaya, Situs Cagar Budaya dan Kawasan CagarBudaya di darat dan/atau di air yang perludilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai
6
penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,pendidikan, agama dan/atau kebudayaan melaluiproses penetapan.
7. Benda Cagar Budaya adalah benda alamdan/atau benda buatan manusia, baik bergerakmaupun tidak bergerak, berupa kesatuan ataukelompok, atau bagianbagiannya, atau sisasisanya yang memiliki hubungan erat dengankebudayaan dan sejarah perkembangan manusia.
8. Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaanyang terbuat dari benda alam atau benda buatanmanusia untuk memenuhi kebutuhan ruangberdinding dan/atau tidak berdinding danberatap.
9. Struktur Cagar Budaya adalah susunan binaanyang terbuat dari benda alam dan/atau bendabuatan manusia untuk memenuhi kebutuhanruang kegiatan yang menyatu dengan alam,sarana, dan prasarana untuk menampungkebutuhan manusia.
10. Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang beradadi darat dan/atau di air yang mengandung BendaCagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasilkegiatan manusia atau bukti kejadian pada masalalu.
11. Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruanggeografis yang memiliki dua Situs Cagar Budayaatau lebih yang letaknya berdekatan dan/ataumemperlihatkan ciri tata ruang yang khas.
12. Kepemilikan adalah hak terkuat dan terpenuhiterhadap Cagar Budaya dengan tetapmemperhatikan fungsi sosial dan kewajibanuntuk melestarikannya.
7
13. Penguasaan adalah pemberian wewenang daripemilik kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah,atau setiap orang untuk mengelola Cagar Budayadengan tetap memperhatikan fungsi sosial dankewajiban untuk melestarikannya.
14. Dikuasai oleh Negara adalah kewenangantertinggi yang dimiliki oleh negara dalammenyelenggarakan pengaturan perbuatan hukumberkenaan dengan pelestarian Cagar Budaya.
15. Pengalihan adalah proses pemindahan hakkepemilikan dan/atau penguasaan Cagar Budayadari setiap orang kepada setiap orang lain ataukepada negara.
16. Kompensasi adalah imbalan berupa uangdan/atau bukan uang dari Pemerintah Daerah.
17. Insentif adalah dukungan berupa advokasi,perbantuan atau bentuk lain bersifat nondanauntuk mendorong pelestarian Cagar BudayaPemerintah Daerah.
18. Tim Ahli Cagar Budaya adalah kelompok ahlipelestarian dari berbagai bidang ilmu yangmemiliki sertifikat kompetensi untuk memberikanrekomendasi penetapan, pemeringkatan, danpenghapusan Cagar Budaya.
19. Tenaga Ahli Pelestarian adalah orang yangkarena kompetensi keahlian khususnya dan/ataumemiliki sertifikat di bidang Pelindungan,Pengembangan atau Pemanfaatan Cagar Budaya.
20. Kurator adalah orang yang karena kompetensikeahliannya bertanggung jawab dalampengelolaan koleksi museum.
21. Pendaftaran adalah upaya pencatatan benda,bangunan, struktur, lokasi, dan/atau satuanruang geografis untuk diusulkan sebagai Cagar
8
Budaya kepada pemerintah kabupaten/kota atauperwakilan Indonesia di luar negeri danselanjutnya dimasukkan dalam Register NasionalCagar Budaya.
22. Penetapan adalah pemberian status CagarBudaya terhadap benda, bangunan, struktur,lokasi, atau satuan ruang geografis yangdilakukan oleh pemerintah kabupatenberdasarkan rekomendasi Tim Ahli Cagar Budaya.
23. Register Nasional Cagar Budaya adalah daftarresmi kekayaan budaya bangsa berupa CagarBudaya yang berada di dalam dan di luar negeri.
24. Penghapusan adalah tindakan menghapusstatus Cagar Budaya dari Register Nasional CagarBudaya.
25. Pengelolaan adalah upaya terpadu untukmelindungi, mengembangkan dan memanfaatkanCagar Budaya melalui kebijakan pengaturanperencanaan, pelaksanaan dan pengawasanuntuk sebesarbesarnya kesejahteraan rakyat.
26. Pelestarian adalah upaya dinamis untukmempertahankan keberadaan Cagar Budaya dannilainya dengan cara melindungi,mengembangkan dan memanfaatkannya.
27. Pelindungan adalah upaya mencegah danmenanggulangi dari kerusakan, kehancuran, ataukemusnahan dengan cara Penyelamatan,Pengamanan, Zonasi, Pemeliharaan danPemugaran Cagar Budaya.
28. Penyelamatan adalah upaya menghindarkandan/atau menanggulangi Cagar Budaya darikerusakan, kehancuran atau kemusnahan.
9
29. Pengamanan adalah upaya menjaga danmencegah Cagar Budaya dari ancaman dan/ataugangguan.
30. Zonasi adalah penentuan batasbataskeruangan Situs Cagar Budaya dan KawasanCagar Budaya sesuai dengan kebutuhan.
31. Pemeliharaan adalah upaya menjaga danmerawat agar kondisi fisik Cagar Budaya tetaplestari.
32. Pemugaran adalah upaya pengembalian kondisifisik Benda Cagar Budaya, Bangunan CagarBudaya dan Struktur Cagar Budaya yang rusaksesuai dengan keaslian bahan, bentuk, tata letakdan/atau teknik pengerjaan untukmemperpanjang usianya.
33. Kegiatan Pendokumentasian adalah pendataan,antara lain uraian teks, grafis, audio, video, foto,film dan gambar.
34. Pengembangan adalah peningkatan potensinilai, informasi, dan promosi Cagar Budaya sertapemanfaatannya melalui Penelitian, Revitalisasidan Adaptasi secara berkelanjutan serta tidakbertentangan dengan tujuan Pelestarian.
35. Revitalisasi adalah kegiatan pengembanganyang ditujukan untuk menumbuhkan kembalinilainilai penting Cagar Budaya denganpenyesuaian fungsi ruang baru yang tidakbertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilaibudaya masyarakat.
36. Adaptasi adalah upaya pengembangan CagarBudaya untuk kegiatan yang lebih sesuai dengankebutuhan masa kini dengan melakukanperubahan terbatas yang tidak akanmengakibatkan kemerosotan nilai pentingnya
10
atau kerusakan pada bagian yang mempunyainilai penting.
37. Pemanfaatan adalah pendayagunaan CagarBudaya untuk kepentingan sebesarbesarnyakesejahteraan rakyat dengan tetapmempertahankan kelestariannya.
38. Perbanyakan adalah kegiatan duplikasilangsung terhadap Benda Cagar Budaya,Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur CagarBudaya, baik seluruh maupun bagianbagiannya.
39. Keadaan Darurat adalah kondisi yangmengancam kelestarian Cagar Budaya, sepertiterjadinya kebakaran, banjir, gempa bumi danperang.
40. Koleksi adalah bendabenda bukti materialhasil budaya, termasuk naskah kuno, sertamaterial alam dan lingkungannya yangmempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmupengetahuan, pendidikan, agama, kebudayaan,teknologi dan/atau pariwisata.
41. Fungsi Sosialnya adalah pada prinsipnyaBenda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya,Struktur Cagar Budaya dan/atau Situs CagarBudaya yang dimiliki oleh seseorangpemanfaatannya tidak hanya berfungsi untukkepentingan pribadi, tetapi juga untukkepentingan umum, misalnya untuk kepentinganilmu pengetahuan, teknologi, pendidikan,pariwisata, agama, sejarah dan kebudayaan.
42. Telah Memenuhi Kebutuhan Negara adalahapabila negara sudah memiliki Benda CagarBudaya, Bangunan Cagar Budaya atau StrukturCagar Budaya yang jumlah dan jenisnya secaranasional telah tersimpan di museum Pemerintah
11
dan/atau Pemerintah Daerah serta di situstempat ditemukannya.
43. Setiap Orang adalah perseorangan, kelompokorang, masyarakat, badan usaha berbadanhukum dan/atau badan usaha bukan berbadanhukum.
BAB IIASAS, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
Pelestarian Cagar Budaya berasaskan: a. pancasila;b. bhinneka Tunggal Ika;c. kenusantaraan;d. keadilan;e. ketertiban dan Kepastian Hukum;f. kemanfaatan;g. keberlanjutan;h. partisipasi; dani. transparansi dan Akuntabilitas.
Pasal 3Pengelolaan Cagar Budaya bertujuan untuk:a. melindungi, mengamankan dan melestarikan
Cagar Budaya;b. memelihara dan mengembangkan nilainilai
tradisional yang merupakan jati diri dan sebagaiperlambang kebanggaan Daerah dan masyarakat;
12
c. meningkatkan pemahaman dan kesadaranmasyarakat terhadap sejarah Daerah;
d. meningkatkan kepedulian, kesadaran danapresiasi masyarakat terhadap Cagar Budaya;dan
e. membangkitkan motivasi, memperkaya inspirasidan meningkatkan aktivitas di bidang kebudayaan.
Pasal 4
Ruang lingkup pengelolaan Cagar Budaya meliputi :a. pelaksanaan Registrasi Cagar Budaya yang
meliputi kegiatan pendaftaran, pengkajian,penetapan dan pencatatan Cagar Budaya;
b. pelestarian Cagar Budaya yang meliputipenyelamatan, pengamanan, zonasi, pemeliharaan,pemugaran, pengembangan, dan pemanfaatanCagar Budaya;
c. penyimpanan dan perawatan Cagar Budaya diMuseum;
d. pelaksanaan peran serta masyarakat dalampengelolaan Cagar Budaya;
e. pembinaan dan pengawasan dalam pengelolaanCagar Budaya.
BAB IIIKRITERIA CAGAR BUDAYA
Bagian Kesatu
Benda, Bangunan, dan Struktur
13
Pasal 5Benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkansebagai Benda Cagar Budaya, Bangunan CagarBudaya atau Struktur Cagar Budaya apabilamemenuhi kriteria:a. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;b. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50
(lima puluh) tahun;c. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama dan/ataukebudayaan; dan
d. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadianbangsa.
Pasal 6
Benda Cagar Budaya dapat:a. berupa benda alam dan/atau benda buatan
manusia yang dimanfaatkan oleh manusia, sertasisasisa biota yang dapat dihubungkan dengankegiatan manusia dan/atau dapat dihubungkandengan sejarah manusia;
b. bersifat bergerak atau tidak bergerak; danc. merupakan kesatuan atau kelompok.
Pasal 7
Bangunan Cagar Budaya dapat:a. berunsur tunggal atau banyak; dan/ataub. berdiri bebas atau menyatu dengan formasi alam.
14
Pasal 8
Struktur Cagar Budaya dapat:a. berunsur tunggal atau banyak; dan/ataub. sebagian atau seluruhnya menyatu dengan
formasi alam.
Bagian KeduaSitus dan Kawasan
Pasal 9Lokasi dapat ditetapkan sebagai Situs Cagar Budayaapabila:a. mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan
Cagar Budaya dan/atau Struktur Cagar Budaya;dan
b. menyimpan informasi kegiatan manusia padamasa lalu.
Pasal 10Satuan ruang geografis dapat ditetapkan sebagaiKawasan Cagar Budaya apabila:a. mengandung 2 (dua) Situs Cagar Budaya atau
lebih yang letaknya berdekatan;b. berupa lanskap budaya hasil bentukan manusia
berusia paling singkat 50 (lima puluh) tahun;c. memiliki pola yang memperlihatkan fungsi ruang
pada masa lalu berusia paling singkat 50 (limapuluh) tahun;
15
d. memperlihatkan pengaruh manusia masa lalupada proses pemanfaatan ruang berskala luas;
e. memperlihatkan bukti pembentukan lanskapbudaya; dan
f. memiliki lapisan tanah terbenam yangmengandung bukti kegiatan manusia atauendapan fosil.
BAB IVTUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH
Bagian KesatuTugas
Pasal 11
Dalam pengelolaan Cagar Budaya, PemerintahDaerah mempunyai tugas:a. mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan,
serta meningkatkan kesadaran dan tanggungjawab akan hak dan kewajiban masyarakat dalamPengelolaan Cagar Budaya;
b. mengembangkan dan menerapkan kebijakan yangdapat menjamin terlindunginya dantermanfaatkannya Cagar Budaya;
c. menyelenggarakan Penelitian dan PengembanganCagar Budaya;
d. menyediakan informasi Cagar Budaya untukmasyarakat;
e. menyelenggarakan promosi Cagar Budaya;f. memfasilitasi setiap orang dalam melaksanakan
pemanfaatan dan promosi Cagar Budaya;
16
g. menyelenggarakan penanggulangan bencanadalam keadaan darurat untuk benda, bangunan,struktur, situs dan kawasan yang telahdinyatakan sebagai Cagar Budaya sertamemberikan dukungan terhadap daerah yangmengalami bencana;
h. melakukan pengawasan, pemantauan danevaluasi terhadap Pelestarian warisan budaya;dan
i. mengalokasikan dana bagi kepentinganPelestarian Cagar Budaya.
Bagian KeduaWewenang
Pasal 12Pemerintah Daerah mempunyai wewenang: a. menetapkan etika pelestarian Cagar Budaya; b. mengkoordinasikan Pelestarian Cagar Budaya
secara lintas sektor dan wilayah; c. menghimpun data Cagar Budaya; d. menetapkan peringkat Cagar Budaya; e. menetapkan dan mencabut status Cagar Budaya; f. membuat peraturan Pengelolaan Cagar Budaya; g. menyelenggarakan kerja sama Pelestarian Cagar
Budaya; h. melakukan penyidikan kasus pelanggaran
hukum; i. mengelola Kawasan Cagar Budaya; j. mengangkat dan memberhentikan pengelola/unit
pelaksana teknis bidang Pelestarian, Penelitiandan museum;
17
k. mengembangkan kebijakan sumber daya manusiadi bidang kepurbakalaan;
l. memberikan penghargaan kepada setiap orangyang telah melakukan Pelestarian Cagar Budaya;
m. memindahkan dan/atau menyimpan CagarBudaya untuk kepentingan Pengamanan;
n. melakukan pengelompokan Cagar Budayaberdasarkan kepentingannya menjadi peringkatkabupaten;
o. menetapkan batas situs dan kawasan; dan p. menghentikan proses pemanfaatan ruang atau
proses pembangunan yang dapat menyebabkanrusak, hilang atau musnahnya Cagar Budaya,baik seluruh maupun bagianbagiannya.
Pasal 13
(1) Pemerintah Daerah memfasilitasi pengelolaanKawasan Cagar Budaya.
(2) Pengelolaan kawasan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan tidak bertentangandengan kepentingan masyarakat terhadap CagarBudaya dan kehidupan sosial.
(3) Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh badanpengelola yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah.
(4) Badan Pengelola sebagaimana dimaksud padaayat (3) dapat terdiri atas :
a. unsur Pemerintah Daerah, b. dunia usaha, dan c. masyarakat.
18
BAB V
PEMILIKAN DAN PENGUASAAN
Pasal 14(1) Setiap orang dapat memiliki dan/atau mengusai
benda cagar budaya, bangunan cagar budaya,struktur cagar budaya dan/atau situs budayadengan tetap memperhatikan fungsi sosialnyasepanjang tidak bertentangan dengan ketentuanperaturan perundangundangan.
(2) Kepemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat diperoleh melalui pewarisan, hibah, tukarmenukar, hadiah, pembelian dan/atau putusanatau penetapan pengadilan.
Pasal 15(1) Kawasan Cagar Budaya hanya dapat dimiliki
dan/atau dikuasai oleh pemerintah daerah,kecuali yang secara turuntemurun dimiliki olehmasyarakat hukum adat.
(2) Penguasaan cagar budaya sebagaimana dimaksudpada ayat (1) meliputi bendabenda cagar budayayang terdapat di wilayah hukum PemerintahDaerah.
Pasal 16(1) Setiap orang dilarang mengalihkan kepemilikan
Cagar Budaya peringkat kabupaten baik seluruh
19
maupun bagianbagiannya, kecuali dengan izinBupati.
(2) Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya,dan/atau Struktur Cagar Budaya bergerak yangdimiliki Pemerintah Daerah, dan/atau setiaporang dapat disimpan dan/atau dirawat dimuseum.
(3) Perlindungan, Pengembangan, dan Pemanfaatankoleksi museum sebagaimana dimaksud padaayat (2) berada di bawah tanggung jawabpengelola museum.
Pasal 17
(1) Setiap orang yang memiliki dan/atau menguasaiCagar Budaya paling lama 30 (tiga puluh) harisejak diketahuinya Cagar Budaya yang dimilikidan/atau dikuasainya rusak, hilang, ataumusnah wajib melaporkannya kepada Dinas,Kepolisian Negara Republik Indonesia dan/atauinstansi terkait.
(2) Setiap orang yang tidak melaporkan rusaknyaCagar Budaya yang dimiliki dan/ataudikuasainya kepada instansi yang berwenang dibidang kebudayaan, Kepolisian Negara RepublikIndonesia, dan/atau instansi terkait paling lama30 (tiga puluh) hari sejak diketahuinya CagarBudaya yang dimiliki dan/atau dikuasainyatersebut rusak dapat diambil alih pengelolaannyaoleh Pemerintah Daerah.
20
BAB VI
PENEMUAN DAN PENCARIAN
Pasal 18(1) Setiap orang yang menemukan benda yang
diduga Benda Cagar Budaya, bangunan yangdiduga Bangunan Cagar Budaya, struktur yangdiduga Struktur Cagar Budaya, dan/atau lokasiyang diduga Situs Cagar Budaya dalam wilayahkabupaten wajib melaporkannya kepada instansiyang berwenang di bidang kebudayaan,Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan/atauinstansi terkait paling lama 30 (tiga puluh) harisejak ditemukannya.
(2) Temuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)yang tidak dilaporkan oleh penemunya dapatdiambil alih oleh Pemerintah Daerah.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksudpada ayat (1), instansi yang berwenang di bidangkebudayaan melakukan pengkajian terhadaptemuan.
Pasal 19
(1) Setiap orang dilarang melakukan pencarian CagarBudaya atau yang diduga Cagar Budaya denganpenggalian, penyelaman, dan/atau pengangkatandi darat dan/atau di air kecuali dengan izinBupati.
21
(2) Ketentuan mengenai pemberian izin sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur dalam PeraturanBupati.
BAB VII
REGISTER CAGAR BUDAYA
Bagian KesatuPendaftaran
Pasal 20
(1) Setiap orang yang memiliki dan/atau menguasaiCagar Budaya wajib mendaftarkannya kepadapemerintah daerah tanpa dipungut biaya.
(2) Setiap orang dapat berpartisipasi dalammelakukan pendaftaran terhadap benda,bangunan, struktur dan lokasi yang didugasebagai Cagar Budaya meskipun tidak memilikiatau menguasainya.
(3) Pemerintah Daerah melaksanakan pendaftaranCagar Budaya yang dikuasai oleh Negara atauyang tidak diketahui pemiliknya sesuai dengantingkat kewenangan Daerah.
(4) Hasil pendaftaran sebagaimana dimaksud padaayat (1), ayat (2) dan ayat (3) harus dilengkapidengan deskripsi dan dokumentasinya.
(5) Cagar Budaya sebagaimana dimaksud padaayat (1) yang tidak didaftarkan oleh pemiliknyadapat diambil alih oleh Pemerintah Daerah.
22
Bagian KeduaPengkajian
Pasal 21 (1) Hasil pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 diserahkan kepada Tim Ahli CagarBudaya untuk dikaji kelayakannya sebagai CagarBudaya atau bukan Cagar Budaya.
(2) Pengkajian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)bertujuan melakukan identifikasi dan klasifikasiterhadap benda, bangunan, struktur, lokasi, dansatuan ruang geografis yang diusulkan untukditetapkan sebagai Cagar Budaya.
(3) Tim Ahli Cagar Budaya sebagaimana dimaksudpada ayat (1) ditetapkan dengan KeputusanBupati.
(4) Dalam melakukan kajian, Tim Ahli Cagar Budayadapat dibantu oleh unit pelaksana teknis atausatuan kerja perangkat daerah yang bertanggungjawab di bidang Cagar Budaya.
(5) Selama proses pengkajian, benda, bangunan,struktur, atau lokasi hasil penemuan atau yangdidaftarkan, dilindungi dan diperlakukan sebagaiCagar Budaya.
Bagian KetigaPenetapan
Pasal 22
23
(1) Bupati menetapkan status Cagar Budaya palinglama 30 (tiga puluh) hari setelah rekomendasiditerima dari Tim Ahli Cagar Budaya yangmenyatakan benda, bangunan, struktur, lokasidan/atau satuan ruang geografis yangdidaftarkan layak sebagai Cagar Budaya.
(2) Setelah tercatat dalam Register Nasional CagarBudaya, pemilik Cagar Budaya berhakmemperoleh jaminan hukum berupa:
a. surat keterangan status Cagar Budaya; dan
b. surat keterangan kepemilikan berdasarkanbukti yang sah.
(3) Penemu benda, bangunan dan/atau strukturyang telah ditetapkan sebagai Benda CagarBudaya, Bangunan Cagar Budaya dan/atauStruktur Cagar Budaya berhak mendapatKompensasi.
(4) Ketentuan mengenai Tata cara pemberiankompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)diatur dalam Peraturan Bupati
Pasal 23
Pemerintah Daerah menyampaikan hasil penetapankepada Pemerintah Provinsi dan selanjutnyaditeruskan kepada Pemerintah.
Bagian KeempatPencatatan
24
Pasal 24
(1) Benda, bangunan, struktur, lokasi dan satuanruang geografis yang telah ditetapkan sebagaiCagar Budaya harus dicatat di dalam RegisterCagar Budaya.
(2) Pengelolaan Register Cagar Budaya dilakukanoleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Pasal 25Pemerintah Daerah melakukan upaya aktif mencatatdan menyebarluaskan informasi tentang CagarBudaya dengan tetap memperhatikan keamanan dankerahasiaan data yang dianggap perlu sesuai denganketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 26
Pengelolaan Register Cagar Budaya di Daerahmenjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.
Bagian KelimaPeringkatan
Pasal 27Pemerintah Daerah dapat melakukan pemeringkatanCagar Budaya berdasarkan kepentingannya menjadi
25
Cagar Budaya peringkat kabupaten berdasarkanrekomendasi Tim Ahli Cagar Budaya.
Pasal 28
(1) Cagar Budaya dapat ditetapkan menjadi CagarBudaya Peringkat Kabupaten apabila memenuhisyarat sebagai berikut: a. sebagai cagar budaya yang diutamakan untuk
dilestarikan dalam wilayah kabupaten;
b. mewakili masa gaya yang khas;
c. tingkat keterancamannya tinggi;
d. jenisnya sedikit; dan/atau
e. jumlahnya terbatas. (2) Peringkatan Cagar Budaya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan denganKeputusan Bupati.
Pasal 29Cagar Budaya yang tidak lagi memenuhi syaratuntuk ditetapkan sebagai peringkat kabupaten dapatdikoreksi peringkatnya berdasarkan rekomendasi TimAhli Cagar Budaya.
Pasal 30
Peringkat Cagar Budaya dapat dicabut apabila CagarBudaya:
26
a. musnah; b. kehilangan wujud dan bentuk aslinya; c. kehilangan sebagian besar unsurnya; dan d. tidak lagi sesuai dengan syarat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1).
BAB VIII
PELESTARIAN
Bagian KesatuUmum
Pasal 31(1) Pelestarian Cagar Budaya dilakukan berdasarkan
hasil studi kelayakan yang dapatdipertanggungjawabkan secara akademis, teknisdan administratif.
(2) Tata cara pelestarian cagar budaya harusmempertimbangkan kemungkinan dilakukannyapengembalian pada kondisi awal seperti sebelumkegiatan pelestarian.
(3) Pelestarian cagar budaya harus didukung olehkegiatan pendokumentasian sebelumdilakukan kegiatan yang dapat menyebabkanterjadinya perubahan keasliannya.
Pasal 32
27
Setiap orang dilarang dengan sengaja mencegah,menghalanghalangi atau menggagalkan upayaPelestarian Cagar Budaya.
Bagian Kedua
Perlindungan
Pasal 33
Setiap orang dapat berperan serta melakukanperlindungan Cagar Budaya
Paragraf 1Penyelamatan
Pasal 34
(1) Setiap orang berhak melakukan PenyelamatanCagar Budaya yang dimiliki atau yangdikuasainya dalam keadaan darurat atau yangmemaksa untuk dilakukan tindakanpenyelamatan.
(2) Penyelamatan Cagar Budaya dilakukan untuk :a. mencegah kerusakan karena faktor manusia
dan/atau alam yang mengakibatkanberubahnya keaslian dan nilainilai yangmenyertainya; dan
b. mencegah pemindahan dan beralihnyapemilikan dan/atau penguasaan CagarBudaya yang bertentangan dengan ketentuanperaturan perundangundangan.
28
Pasal 35
(1) Cagar Budaya yang terancam rusak, hancur, ataumusnah dapat dipindahkan ke tempatlain yang aman.
(2) Pemindahan Cagar Budaya sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tatacara yang menjamin keutuhan dankeselamatannya di bawah koodinasi Tenaga AhliPelestarian.
(3) Pemerintah Daerah atau setiap orang yangmelakukan Penyelamatan wajib menjaga danmerawat Cagar Budaya dari pencurian,pelapukan, atau kerusakan baru.
Paragraf 2Pengamanan
Pasal 36
(1) Pengamanan Cagar Budaya dilakukan untukmenjaga dan mencegah Cagar Budaya agar tidakhilang, rusak, hancur atau musnah.
(2) Pengamanan Cagar Budaya sebagaimanadimaksud pada ayat (1) merupakan kewajibanpemilik dan/atau yang menguasainya
Pasal 37
29
(1) Pengamanan Cagar Budaya sebagaimanadimaksud dalam Pasal 36 harus memperhatikanpemanfaatannya bagi kepentingan sosial,pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan,agama, kebudayaan dan/atau pariwisata.
Pasal 38(1) Setiap orang dilarang merusak Cagar Budaya,
baik seluruh maupun bagianbagiannya, darikesatuan, kelompok dan/atau dari letak asal.
(2) Setiap orang dilarang mencuri Cagar Budaya, baikseluruh maupun bagianbagiannya dari kesatuan,kelompok dan/atau dari letak asal.
Pasal 39(1) Setiap orang dilarang memindahkan dan/atau
memisahkan Cagar Budaya, baik seluruhmaupun bagianbagiannya, kecuali dengan IzinBupati.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian izinsebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaturdalam Peraturan Bupati.
Pasal 40
(1) Cagar Budaya, baik seluruh maupun bagianbagiannya, hanya dapat dibawa ke luar
30
wilayah kabupaten untuk kepentingan penelitian,promosi kebudayaan dan/atau pameran.
(2) Setiap orang dilarang membawa Cagar Budayasebagaimana dimaksud pada ayat (1), kecualidengan Izin Bupati.
Paragraf 3Zonasi
Pasal 41(1) Pelindungan Cagar Budaya dilakukan dengan
menetapkan batasbatas keluasannya danpemanfaatan ruang melalui sistem Zonasiberdasarkan hasil kajian.
(2) Sistem Zonasi sebagaimana dimaksud padaayat (1) ditetapkan oleh Bupati sesuai dengankeluasan Situs Cagar Budaya atau KawasanCagar Budaya di peringkat wilayah kabupaten.
(3) Pemanfaatan zona pada Cagar Budaya dapatdilakukan untuk tujuan rekreatif, edukatif,apresiatif dan/atau religi.
Pasal 42(1) Sistem Zonasi mengatur fungsi ruang pada Cagar
Budaya, baik vertikal maupun horizontal.
31
(2) Pengaturan Zonasi secara vertikal dapatdilakukan terhadap lingkungan alam di atasCagar Budaya di darat dan/atau di air.
(3) Sistem Zonasi sebagaimana dimaksud padaayat (1) dapat terdiri atas: a. zona inti; b. zona penyangga; c. zona pengembangan; dan/atau d. zona penunjang.
(4) Penetapan luas, tata letak dan fungsi zonaditentukan berdasarkan hasil kajian denganmengutamakan peluang peningkatankesejahteraan rakyat.
Paragraf 4Pemeliharaan
Pasal 43
(1) Setiap orang wajib memelihara Cagar Budayayang dimiliki dan/atau dikuasainya.
(2) Cagar Budaya yang ditelantarkan oleh pemilikdan/atau yang menguasainya dapat dikuasai olehPemerintah Daerah.
(3) Penguasaan cagar budaya sebagaimana dimaksudpada ayat (2) meliputi bendabenda cagar budayayang terdapat di Daerah.
Pasal 44
32
(1) Pemeliharaan dilakukan dengan cara merawatCagar Budaya untuk mencegah danmenanggulangi kerusakan akibat pengaruh alamdan/atau perbuatan manusia.
(2) Pemeliharaan Cagar Budaya sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan di lokasiasli atau di tempat lain, setelah lebih dahuludidokumentasikan secara lengkap.
(3) Perawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan dengan pembersihan, pengawetan, danperbaikan atas kerusakan denganmemperhatikan keaslian bentuk, tata letak, gaya,bahan dan/atau teknologi Cagar Budaya.
(4) Perawatan Cagar Budaya sebagaimana dimaksudpada ayat (3) yang berasal dari air harusdilakukan sejak proses pengangkatan sampai ketempat penyimpanannya dengan tata carakhusus.
(5) Pemerintah Daerah dapat mengangkat ataumenempatkan juru pelihara untuk melakukanperawatan Cagar Budaya.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai PemeliharaanCagar Budaya sebagaimana dimaksud padaayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati.
Paragraf 5Pemugaran
Pasal 45
33
(1) Pemugaran Bangunan Cagar Budaya danStruktur Cagar Budaya yang rusak dilakukanuntuk mengembalikan kondisi fisik dengan caramemperbaiki, memperkuat, dan/ataumengawetkannya melalui pekerjaan rekonstruksi,konsolidasi, rehabilitasi dan restorasi.
(2) Pemugaran Cagar Budaya sebagaimana dimaksudpada ayat (1) harus memperhatikan: a. keaslian bahan, bentuk, tata letak, gaya,
dan/atau teknologi pengerjaan; b. kondisi semula dengan tingkat perubahan
sekecil mungkin; c. penggunaan teknik, metode, dan bahan yang
tidak bersifat merusak; dan d. kompetensi pelaksana di bidang pemugaran.
(3) Pemugaran harus memungkinkan dilakukannyapenyesuaian pada masa mendatang dengan tetapmempertimbangkan keamanan masyarakat dankeselamatan Cagar Budaya.
(4) Pemugaran yang berpotensi menimbulkandampak negatif terhadap lingkungan sosial danlingkungan fisik harus didahului analisismengenai dampak lingkungan sesuai denganketentuan peraturan perundangundangan.
(5) Pemugaran Bangunan Cagar Budaya danStruktur Cagar Budaya wajib memperoleh izinBupati.
Bagian Ketiga
34
Pengembangan
Paragraf 1Umum
Pasal 46(1) Pengembangan Cagar Budaya dilakukan dengan
memperhatikan prinsip kemanfaatan, keamanan,keterawatan, keaslian dan nilainilai yang melekatpadanya.
(2) Setiap orang dapat melakukan PengembanganCagar Budaya setelah memperoleh: a. izin Pemerintah Daerah; dan b. izin pemilik dan/atau yang menguasai Cagar
Budaya. (3) Pengembangan Cagar Budaya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapatdiarahkan untuk memacu pengembanganekonomi yang hasilnya digunakan untukPemeliharaan Cagar Budaya dan peningkatankesejahteraan masyarakat.
(4) Setiap kegiatan pengembangan Cagar Budayaharus disertai dengan pendokumentasian.
Paragraf 2Penelitian
Pasal 47
(1) Penelitian dilakukan pada setiap rencanapengembangan Cagar Budaya untuk
35
menghimpun informasi serta mengungkap,memperdalam, dan menjelaskan nilainilaibudaya.
(2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan terhadap Cagar Budaya melalui: a. penelitian dasar untuk pengembangan ilmu
pengetahuan; dan b. penelitian terapan untuk pengembangan
teknologi atau tujuan praktis yang bersifataplikatif.
(3) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat dilakukan sebagai bagian dari analisismengenai dampak lingkungan atau berdirisendiri.
(4) Proses dan hasil Penelitian Cagar Budayasebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukanuntuk kepentingan meningkatkan informasi danpromosi Cagar Budaya.
(5) Pemerintah Daerah atau penyelenggara penelitianmenginformasikan dan mempublikasikan hasilpenelitian kepada masyarakat.
Paragraf 3Revitalisasi
Pasal 48
(1) Revitalisasi potensi Situs Cagar Budaya atauKawasan Cagar Budaya memperhatikan tataruang, tata letak, fungsi sosial dan/atau lanskapbudaya asli berdasarkan kajian.
36
(2) Revitalisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan dengan menata kembali fungsi ruang,nilai budaya, dan penguatan informasi tentangCagar Budaya.
Pasal 49
(1) Setiap orang dilarang mengubah fungsi ruangSitus Cagar Budaya dan/atau Kawasan CagarBudaya peringkat kabupaten, baik seluruhmaupun bagianbagiannya, kecuali dengan izinBupati berdasarkan Peraturan Daerah tentangRencana Tata Ruang Wilayah.
(2) Pemerintah Daerah dilarang mengubah fungsiruang dan bangunan situs cagar budaya yangmerupakan benda cagar budaya, bangunan cagarbudaya dan struktur cagar budaya yang menjadiasset Pemerintah Daerah tanpa persetujuanDPRD.
Pasal 50Revitalisasi Cagar Budaya harus memberi manfaatuntuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat danmempertahankan ciri budaya lokal.
Paragraf 4Adaptasi
Pasal 51
37
(1) Bangunan Cagar Budaya atau Struktur CagarBudaya dapat dilakukan adaptasi untukmemenuhi kebutuhan masa kini dengan tetapmempertahankan: a. ciri asli dan/atau muka Bangunan Cagar
Budaya atau Struktur Cagar Budaya;dan/atau
b. ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaantanah Situs Cagar Budaya atau KawasanCagar Budaya sebelum dilakukan adaptasi.
(2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan dengan: a. mempertahankan nilainilai yang melekat
pada Cagar Budaya; b. menambah fasilitas sesuai dengan kebutuhan;c. mengubah susunan ruang secara terbatas;
dan/atau d. mempertahankan gaya arsitektur, konstruksi
asli, dan keharmonisan estetika lingkungan disekitarnya.
[
Bagian KeempatPemanfaatan
Pasal 52(1) Pemerintah Daerah dan setiap orang dapat
memanfaatkan Cagar Budaya untuk kepentinganagama, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan,teknologi, kebudayaan dan pariwisata.
38
(2) Pemerintah Daerah memfasilitasi pemanfaatandan promosi Cagar Budaya yang dilakukan olehsetiap orang.
(3) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)berupa izin Pemanfaatan, dukungan Tenaga AhliPelestarian, dukungan dana dan/atau pelatihan.
(4) Promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dilakukan untuk memperkuat identitas budayaserta meningkatkan kualitas hidup danpendapatan masyarakat.
Pasal 53Pemanfaatan yang dapat menyebabkan terjadinyakerusakan wajib didahului dengan kajian, penelitiandan/atau analisis mengenai dampak lingkungan.
Pasal 54(1) Cagar Budaya pada saat ditemukan sudah tidak
berfungsi seperti semula dapat dimanfaatkanuntuk kepentingan tertentu.
(2) Pemanfaatan Cagar Budaya sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan izinBupati sesuai dengan peringkat Cagar Budayadan/atau masyarakat hukum adat yang memilikidan/atau menguasainya.
Pasal 55
39
(1) Pemanfaatan lokasi temuan yang telah ditetapkansebagai Situs Cagar Budaya wajib memperhatikanfungsi ruang dan pelindungannya.
(2) Pemerintah Daerah dapat menghentikanpemanfaatan atau membatalkan izin pemanfaatanCagar Budaya apabila pemilik dan/atau yangmenguasai terbukti melakukan perusakan ataumenyebabkan rusaknya Cagar Budaya.
(3) Cagar Budaya yang tidak lagi dimanfaatkan harusdikembalikan seperti keadaan semula sebelumdimanfaatkan.
(4) Biaya pengembalian seperti keadaan semuladibebankan kepada yang memanfaatkan CagarBudaya.
Pasal 56
Pemanfaatan dengan cara perbanyakan Benda CagarBudaya yang tercatat sebagai peringkat kabupatenhanya dapat dilakukan atas Izin Bupati.
Pasal 57Pemanfaatan koleksi berupa Cagar Budaya dimuseum dilakukan untuk sebesarbesarnyapengembangan pendidikan, ilmu pengetahuan,kebudayaan, sosial dan/atau pariwisata.
40
Pasal 58Setiap orang dilarang mendokumentasikan CagarBudaya baik seluruh maupun bagianbagiannyauntuk kepentingan komersial tanpa seizin pemilikdan/atau yang menguasainya.
Pasal 59
Setiap orang dilarang memanfaatkan Cagar Budayaperingkat kabupaten, baik seluruh maupun bagianbagiannya, dengan cara perbanyakan, kecuali denganIzin Bupati.
BAB XPERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 60
(1) Masyarakat dapat berperan serta dalampengelolaan Cagar Budaya
(2) Peran serta masyarakat dalam pengelolaan CagarBudaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat dilakukan dengan cara :a. Menyampaikan informasi yang berkaitan
dengan pengelolaan Cagar Budaya;b. Menjaga kelestarian Cagar Budaya;c. Mencegah dan menanggulangi kerusakan
Cagar Budaya.(3) Ketentuan mengenai tata cara peran serta
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)diatur dalam Peraturan Bupati.
41
BAB XIPENDANAAN
Pasal 61(1) Pendanaan Pelestarian Cagar Budaya menjadi
tanggung jawab bersama antara Pemerintah,Pemerintah Daerah, dan masyarakat.
(2) Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)berasal dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
c. hasil pemanfaatan Cagar Budaya; dan/atau
d. sumber lain yang sah dan tidak mengikatsesuai dengan ketentuan peraturanperundangundangan.
(3) Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaranuntuk Pelindungan, Pengembangan, Pemanfaatandan Kompensasi Cagar Budaya denganmemperhatikan prinsip proporsional.
(4) Pemerintah Daerah menyediakan dana cadanganuntuk Penyelamatan Cagar Budaya dalamkeadaan darurat dan penemuan yang telahditetapkan sebagai Cagar Budaya.
BAB XIIPENGAWASAN DAN PENYIDIKAN
42
Bagian KesatuPengawasan
Pasal 62
(1) Pemerintah Daerah bertanggung jawab terhadappengawasan Pelestarian Cagar Budaya sesuaidengan kewenangan Daerah.
(2) Masyarakat ikut berperan serta dalampengawasan Pelestarian Cagar Budaya.
Bagian KeduaPenyidikan
Pasal 63
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentudi lingkungan pemerintah daerah diberiwewenang khusus sebagai penyidik untukmelakukan penyidikan atas pelanggaranketentuan dalam peraturan daerah inisebagaimana dimaksud dalam ketentuanperaturan perundangundangan hukum acarapidana;
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan pemerintah daerah yang diangkat olehpejabat yang berwenang sesuai ketentuanperaturan perundangundangan;
(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud padaayat (1) adalah:
43
a. menerima, mencari, mengumpulkan danmeneliti keterangan atau laporan berkenaandengan tindak pidana yang diatur dalamperaturan daerah agar keterangan ataulaporan tersebut menjadi lebih lengkap danjelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkanketerangan mengenai orang pribadi ataubadan tentang kebenaran perbuatan yangdilakukan sehubungan dengan tindak pidanayang diatur dalam peraturan daerah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dariorang pribadi atau badan sehubungan dengantindak pidana yang diatur dalam peraturandaerah;
d. memeriksa buku, catatan dan dokumen lainberkenaan dengan tindak pidana yang diaturdalam peraturan daerah;
e. melakukan penggeledahan untukmendapatkan bahan bukti pembukuan,pencatatan dan dokumen lain sertamelakukan penyitaan terhadap bahan buktitersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangkapelaksanaan tugas penyidikan tindak pidanayang diatur dalam peraturan daerah;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarangseseorang meninggalkan ruangan atau tempatpada saat pemeriksaan sedang berlangsung
44
dan memeriksa identitas orang, bendadan/atau dokumen yang dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengantindak pidana yang diatur dalam peraturandaerah;
i. memanggil orang untuk didengarketerangannya dan diperiksa sebagaitersangka atau saksi; dan
j. menghentikan penyidikan; dan/atauk. melakukan tindakan lain yang perlu untuk
kelancaran penyidikan tindak pidana yangdiatur dalam peraturan daerah menuruthukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)memberitahukan dimulainya penyidikan danmenyampaikan hasil penyidikannya kepadapenuntut umum melalui penyidik Pejabat PolisiNegara Republik Indonesia sesuai ketentuan yangdiatur dalam undangundang hukum acarapidana.
BAB XIKETENTUAN PIDANA
Pasal 64
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, Pasal36, Pasal 38, Pasal 40, Pasal 49, Pasal 58, dan
45
Pasal 59 dikenakan Sanksi Pidana dengan pidanakurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau dendapaling banyak Rp 50.000.000, (lima puluh jutarupiah);
(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud padaayat (1) adalah pelanggaran.
BAB XIIKETENTUAN PERALIHAN
Pasal 65Izin pengelolaan cagar budaya yang telah dikeluarkansebelum berlakunya Peraturan Daerah ini tetapberlaku dan wajib menyesuaikan paling lama 2 (dua)tahun sejak berlakunya Peraturan Daerah ini.
BAB XIIIKETENTUAN PENUTUP
Pasal 66
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Daerah ini denganpenempatannya dalam Lembaran Daerah KabupatenGowa.
Ditetapkan di Sungguminasapada tanggal 2 Oktober 2014
46
BUPATI GOWA
H. ICHSAN YASIN LIMPO
Diundangkan di Sungguminasapada tanggal 2 Oktober 2014
SEKRETARIS DAERAHKABUPATEN GOWA,
H. BAHARUDDIN MANGKA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GOWA TAHUN 2014NOMOR 09
NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWAPROVINSI SULAWESI SELATAN …… TAHUN 2014
47