Upload
vulien
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BUPATI TUBAN
PROVINSI JAWA TIMUR
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN
NOMOR 4 TAHUN 2016
TENTANG
PEDOMAN TATA TERTIB DAN MEKANISME PENGAMBILAN
KEPUTUSAN MUSYAWARAH DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI TUBAN,
Menimbang : a. bahwa Musyawarah Desa merupakan
musyawarah antara BPD, Pemerintah Desa dan
unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh BPD
untuk menyepakati hal yang bersifat strategis
dalam penyelenggaraan pemerintahan desa;
b. bahwa dalam rangka mewujudkan
penyelenggaraan Musyawarah Desayang
partisipatif, demokratis, transparan dan
akuntabel dengan berdasarkan kepada hak dan
kewajiban masyarakat dipandang perlu
menyusun Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme
Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Pedoman
Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan
Keputusan Musyawarah Desa;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
- 2 -
jdih.tubankab.go.id
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam
Lingkungan Propinsi Djawa Timur sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2730);
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa (Lembar Negara Tahun 2014 Nomor 7
Tambahan Lembar Negara Nomor 5495);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
sebagaimana telah diubah beberapa kaliterakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005
tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
165,Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4593);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor123
,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor5539)sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 123,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5657);
8. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014
- 3 -
jdih.tubankab.go.id
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199);
9. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun
2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan
Mekanisme Pengambilan Keputusan
Musyawarah Desa;
10. PeraturanMenteriDalam Negeri Nomor80Tahun
2015tentangPembentukan Produk Hukum
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 2036);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TUBAN
dan
BUPATI TUBAN
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEDOMAN TATA
TERTIB DAN MEKANISME PENGAMBILAN KEPUTUSAN
MUSYAWARAH DESA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Tuban.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintahan Kabupaten Tuban.
3. Bupati adalah Bupati Tuban.
4. Camat adalah Camat di wilayah Kabupaten Tuban.
5. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
6. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu Perangkat Desa sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
- 4 -
jdih.tubankab.go.id
7. Kepala Desa adalah pimpinan pemerintah desa di Kabupaten Tuban.
8. Badan Permusyawaratan Desayang selanjutnya disingkat BPD adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya
merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan
wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
9. Musyawarah Desa adalah musyawarah antara BPD, Pemerintah Desa,
dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh BPD untuk
menyepakati hal yang bersifat strategis.
10. Kesepakatan Musyawarah Desa adalah suatu hasil keputusan dari
Musyawarah Desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam
Berita Acara kesepakatan Musyawarah Desa yang ditandatangani oleh
Ketua BPD dan Kepala Desa.
11. Keputusan adalah ketetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam penyelenggaraan
pemerintahan.
12. Hari adalah hari kerja.
BAB II
PENYELENGGARAAN MUSYAWARAH DESA
Pasal 2
(1) Musyawarah Desa adalah musyawarah antara BPD, Pemerintah
Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh BPD untuk
menyepakati hal yang bersifat strategis.
(2) Hal yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. penataan Desa;
b. perencanaan Desa;
c. kerja sama Desa;
d. rencana investasi yang masuk ke Desa;
e. pembentukan BUM Desa;
f. penambahan dan pelepasan aset Desa; dan
g. kejadian luar biasa.
(3) Musyawarah Desa diselenggarakan paling sedikitsatu kali dalam 1
(satu) tahun atau sesuai kebutuhan.
Pasal 3
- 5 -
jdih.tubankab.go.id
(1) Musyawarah Desa diselenggarakan secara partisipatif, demokratis,
transparan dan akuntabel dengan berdasarkan kepada hak dan
kewajiban masyarakat.
(2) Hak masyarakat dalam penyelenggaraan Musyawarah Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. mendapatkan informasi secara lengkap dan benar perihal hal-hal
bersifat strategis yang akan dibahas dalam Musyawarah Desa;
b. mengawasi kegiatan penyelenggaraan Musyawarah Desa maupun
tindaklanjut hasil keputusan Musyawarah Desa;
c. mendapatkan perlakuan sama dan adil bagi unsur masyarakat
yang hadir sebagai peserta Musyawarah Desa;
d. mendapatkan kesempatan secara sama dan adil dalam
menyampaikan aspirasi, saran, dan pendapat lisan atau tertulis
secara bertanggung jawab perihal hal-hal yang bersifat strategis
selama berlangsungnya Musyawarah Desa.
e. menerima pengayoman dan perlindungan dari gangguan,
ancaman dan tekanan selama berlangsungnya Musyawarah
Desa.
(3) Kewajiban masyarakat dalam peyelenggaraan Musyawarah Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. mendorong gerakan swadaya gotong royong dalam penyusunan
kebijakan publik melalui Musyawarah Desa;
b. mempersiapkan diri untuk berdaya dalam menyampaikan
aspirasi, pandangan dan kepentingan berkaitan hal-hal yang
bersifat strategis;
c. mendorong terciptanya kegiatan penyelenggaraan Musyawarah
Desa secara partisipatif, demokratis, transparan dan akuntabel;
d. mendorong terciptanya situasi yang aman, nyaman, dan
tenteram selama proses berlangsungnya Musyawarah Desa;
e. melaksanakan nilai-nilai permusyawaratan, permufakatan proses
kekeluargaan, dan kegotong-royongan dalam pengambilan
keputusan perihal kebijakan publik.
Pasal 4
(1) Dalam rangka penyelenggaraan Musyawarah Desa, masyarakat
Desa, Pemerintah Desa dan BPD didampingi oleh Camat atau
petugas yang ditunjuk, tenaga pendamping profesional, kader
pemberdayaan masyarakat Desa dan/atau pihak terkait.
(2) Camat melakukan koordinasi pendampingan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) di wilayahnya.
BAB III
TATA TERTIB MUSYAWARAH DESA
- 6 -
jdih.tubankab.go.id
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5
(1) Musyawarah Desa diselenggarakan oleh BPD yang difasilitasi oleh
Pemerintah Desa.
(2) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diikuti oleh
Pemerintah Desa, BPD, dan unsur masyarakat.
(3) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:
a. tokoh adat;
b. tokoh agama;
c. tokoh masyarakat;
d. tokoh pendidik;
e. perwakilan kelompok tani;
f. perwakilan kelompok nelayan;
g. perwakilan kelompok perajin;
h. perwakilan kelompok perempuan;
i. perwakilan kelompok pemerhati dan perlindungan anak; dan
j. perwakilan kelompok masyarakat miskin.
(4) Selain unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
Musyawarah Desa dapat melibatkan unsur masyarakat lain sesuai
dengan kondisi sosial budaya masyarakat.
(5) Setiap unsur masyarakat yang menjadi peserta Musyawarah Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan (4), melakukan pemetaan
aspirasi dan kebutuhan kelompok masyarakat yang diwakilinya
sebagai bahan yang akan dibawa pada forum Musyawarah Desa.
Bagian Kedua
Tata Cara Penyiapan Musyawarah Desa
Paragraf 1
Umum
Pasal 6
(1) BPD bersama dengan Kepala Desa mempersiapkan rencana
Musyawarah Desa dalam dua bentuk yaitu:
a. Musyawarah Desa terencana; dan
b. Musyawarah Desa mendadak;
(2) Musyawarah Desa terencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dipersiapkan BPD pada tahun anggaran sebelumnya.
- 7 -
jdih.tubankab.go.id
(3) Perencanaan pada tahun anggaran sebelumnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) meliputi rencana kegiatan beserta Rencana
Anggaran Biaya.
(4) Rencana kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi:
a. pemetaan aspirasi dan kebutuhan masyarakat;
b. panitia;
c. jadwal kegiatan;
d. tempat penyelenggaraan;
e. sarana/prasarana pendukung;
f. media pembahasan;
g. peserta, undangan dan pendampping; dan
h. pengolahan hasil Musyawarah Desa.
(5) Rencana kegiatan dan RAB sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
disusun dengan mengutamakan swadaya gotong royong dan
penghematan keuangan Desa.
(6) Penghematan keuangan Desa sebagai dimaksud pada ayat (5) dapat
dilakukan dengan cara menggabungkan pembahasan tentang
beberapa hal yang bersifat strategis di dalam sebuah Musyawarah
Desa.
Pasal 7
(1) Panitia Musyawarah Desadiketuai oleh Sekretaris BPD serta dibantu
oleh anggota BPD, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD),
unsur masyarakat dan perangkat Desa.
(2) Keanggotaan panitia Musyawarah Desa bersifat sukarela.
(3) Susunan kepanitiaan Musyawarah Desa disesuaikan dengan kondisi
sosial budaya masyarakat.
Pasal 8
(1) Jadwal kegiatan Musyawarah Desa disusun berdasarkan ketentuan
sebagai berikut:
a. dapat diselenggarakan pada hari kerja maupun di luar hari kerja;
b. dapat diselenggarakan pada siang hari maupun malam hari; dan
c. tidak diselenggarakan pada hari raya keagamaan dan hari
kemerdekaan.
(2) Penentuan rencana jadwal kegiatan sesuai dengan kondisi obyektif
Desa dan sosial budaya masyarakat.
- 8 -
jdih.tubankab.go.id
Pasal 9
(1) Tempat penyelenggaraan Musyawarah Desa dapat dilaksanakan di
gedung balai Desa, gedung pertemuan milik Desa, lapangan Desa,
rumah warga Desa dan/atau gedung sekolah yang ada di Desa atau
tempat lainnya yang layak.
(2) Tempat penyelenggaraan Musyawarah Desa harus berada di wilayah
Desa.
(3) Tempat penyelenggaraan Musyawarah Desa disesuaikan dengan
kondisi obyektif Desa dan kondisi sosial budaya masyarakat.
Pasal 10
(1) Sarana/prasarana Musyawarah Desadisediakan melalui swadaya
gotong royong dengan mengutamakan pendayagunaan
sarana/prasarana yang sudah ada di Desa sesuai dengan kondisi
obyektif Desa dan sosial budaya masyarakat.
(2) Dalam hal pendayagunaan sarana/prasarana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dilakukan secara swadaya
gotong royong, BPD meminta Pemerintah Desa untuk menyediakan
pembiayaan.
Pasal 11
(1) BPD dengan difasilitasi oleh Pemerintah Desa mempersiapkan
Musyawarah Desa yang tak terduga atau mendadak pada tahun
anggaran berjalan sesuai dengan kondisi obyektif sebagai penyebab
diadakannya Musyawarah Desa.
(2) BPD menyelenggarakan rapat anggota untuk membahas dan
menetapkan:
a. status urusan Desa termasuk hal yang bersifat strategis; dan
d. rencana kegiatan dan RAB.
Paragraf 2
Penyusunan Bahan Pembahasan
Pasal 12
(1) BPD mempersiapkan penyelenggaraan Musyawarah Desa
berdasarkan rencana kegiatan dan RAB.
(2) BPD menyampaikan surat kepada Pemerintah Desa perihal fasilitasi
penyelenggaraan Musyawarah Desa yang meliputi :
a. penyiapan bahan pembahasan tentang hal bersifat strategis yang
akan dibahas dalam Musyawarah Desa; dan
b. penyiapan biaya penyelenggaraan Musyawarah Desa.
- 9 -
jdih.tubankab.go.id
(3) BPD melakukan penyebarluasan informasi kepada masyarakat Desa
perihal hal strategis yang akan dibahas dalam Musyawarah Desa.
Pasal 13
(1) Pemerintah Desa memfasilitasi penyelenggaraan Musyawarah Desa
dengan mempersiapkan bahan pembahasan.
(2) Bahan pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
dengan memperhatikan aturan hukum yang berlaku, kebijakan
Pemerintah Daerah, kondisi obyektif Desa dan aspirasi masyarakat
Desa.
(3) Dalam menyiapkan bahan pembahasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pemerintah Desa dapat membentuk tim dan berkonsultasi
dengan pakar atau tenaga ahli dan/atau Pemerintah Daerah.
(4) Bahan pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan Kepala Desa kepada BPD.
Pasal 14
(1) BPD melakukan pemetaan aspirasi dan kebutuhan masyarakat
mengenai hal strategis yang akan dibahas dalam Musyawarah Desa.
(2) Berdasarkan aspirasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) BPD menyelenggarakan rapat anggota untuk merumuskan
pandangan resmi BPD yang dituangkan ke dalam berita acara hasil
rapat anggota BPD.
Paragraf 3
Pembentukan dan Penetapan Panitia
Pasal 15
(1) BPD membentuk dan menetapkan panitia Musyawarah Desa
berdasarkan rencana kegiatan.
(2) Penetapan panitia Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) melalui keputusan ketua BPD yang berlaku untuk waktu satu
(1) tahun atau sesuai kebutuhan.
Paragraf 4
Penyiapan Jadwal Kegiatan, Tempat dan Sarana/Prasarana
Pasal 16
(1) Panitia Musyawarah Desa mempersiapkan jadwal kegiatan, tempat
dan sarana/prasarana Musyawarah Desa berdasarkan rencana
kegiatan.
- 10 -
jdih.tubankab.go.id
(2) BPD dapat mengubah rencana jadwal kegiatan, tempat dan
sarana/prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan
tetap berdasarkan swadaya gotong royong dan tanpa menambah
jumlah biaya penyelenggaraan kegiatan Musyawarah Desa yang
sudah disiapkan Pemerintah Desa.
Paragraf 5
Penyiapan Dana
Pasal 17
(1) Pemerintah Desa memfasilitasi Musyawarah Desa dengan
menyediakan dana penyelenggaraan kegiatan Musyawarah Desa.
(2) Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa).
(3) Pendanaan penyelenggaraan Musyawarah Desa menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari belanja operasional BPD.
Paragraf 6
Penyiapan Susunan Acara dan Media Pembahasan
Pasal 18
(1) Panitia Musyawarah Desa mempersiapkan susunan acara dan media
pembahasan berdasarkan dokumen bahan pembahasan yang
dipersiapkan Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 dan dokumen pandangan resmi BPD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (2).
(2) Penyiapan media pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa penggandaan dokumen, penyiapan ringkasan materi,
dan dapat dituangkan melalui media.
Paragraf 7
Undangan
Pasal 19
(1) Peserta Musyawarah Desa berasal dari Pemerintah Desa, BPD, dan
unsur masyarakat Desa yang diundang secara resmi sebagai peserta
Musyawarah Desa.
(2) Panitia Musyawarah Desa menetapkan jumlah peserta dan
pendamping Musyawarah Desa berdasarkan rencana kegiatan dan
RAB.
- 11 -
jdih.tubankab.go.id
Pasal 20
(1) Panitia Musyawarah Desa mempersiapkan undangan peserta
Musyawarah Desa secara resmi dan secara tidak resmi.
(2) BPD menyampaikan undangan Musyawarah Desa paling lambat 2
(dua) minggu terhitung sebelum hari dan tanggal penyelenggaraan
Musyawarah Desa.
(3) Undangan resmi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan
kepada unsur masyarakat secara perseorangan dan/atau kelompok
masyarakat dengan dibubuhi tanda tangan Sekretaris BPD selaku
ketua panitia Musyawarah Desa.
(4) Undangan tidak resmi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diumumkan secara terbuka melalui media komunikasi yang ada di
Desa, sepertipengeras suara di masjid, papan mengumuman, pesan
singkat melalui telepon seluleratau surat elektronik.
Pasal 21
(1) Panitia Musyawarah Desa melakukan registrasi peserta Musyawarah
Desa yang terdiri dari Pemerintah Desa, BPD dan unsur masyarakat.
(2) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diutamakan
yang berkepentingan langsung dengan materi Musyawarah Desa.
Pasal 22
(1) Setiap warga Desa berhak untuk hadir sebagai peserta
untukMusyawarah Desa terbuka untuk umum dan tidak bersifat
rahasia,
(2) Warga Desa yang mendapat informasi undangan secara tidak resmi
dan berkehendak hadir sebagai peserta, yang bersangkutan harus
mendaftarkan diri kepada panitia Musyawarah Desa paling lambat 7
(tujuh) hari terhitung sebelum hari dan tanggal penyelenggaraan
Musyawarah Desa.
(3) Warga Desa sebagai peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memiliki hak suara yang sama dengan warga Desa yang diundang
secara resmi dalam pengambilan keputusan.
(4) Dalam hal warga desa yang hadir tetapi yang bersangkutan tidak
mendaftarkan diri sebagai peserta Musyawarah Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), terhadap yang bersangkutan tidak memiliki
hak suara dalam pengambilan keputusan.
- 12 -
jdih.tubankab.go.id
Pasal 23
(1) Kepala Desa, anggota BPD dan Perangkat Desa yang berhalangan
hadir harus memberitahukan ketidakhadirannya dengan alasan yang
benar.
(2) Dalam hal Kepala Desa berhalangan dapat diwakilkan kepada
Sekretaris Desa atau Perangkat Desa yang ditunjuk secara tertulis.
Bagian Ketiga
Tata Cara Penyelenggaraan Musyawarah Desa
Paragraf 1
Pimpinan, Sekretaris dan Pemandu Acara Musyawarah Desa
Pasal 24
(1) Ketua BPD bertindak selaku pimpinan Musyawarah Desa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1).
(2) Anggota BPD, unsur masyarakat atau unsur LPMD yang merupakan
bagian dari panitia Musyawarah Desa bertindak selaku sekretaris
atau pemandu acara Musyawarah Desa.
(3) Dalam hal Ketua BPD selaku pimpinan Musyawarah Desa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) berhalangan hadir,
posisi pimpinan Musyawarah Desa dapat digantikan oleh wakil ketua
atau anggota BPD lainnya.
(4) Dalam hal Ketua BPD berhalangan hadir, harus memberitahukan
ketidakhadirannya dengan alasan yang jelas.
Paragraf 2
Pendaftaraan Peserta
Pasal 25
(1) Peserta yang hadir dalam kegiatan Musyawarah Desa harus
menandatangani daftar hadir yang telah disiapkan panitia.
(2) Musyawarah Desa dimulai dan dibuka oleh pimpinan musyawarah
apabila daftar hadir telah ditandatangani oleh 2/3 dari jumlah
undangan yang telah ditetapkan sebagai peserta Musyawarah Desa
yang diundang secara resmi.
Paragraf 3
Penundaan Kegiatan
Pasal 26
(1) Pimpinan Musyawarah Desa harus melakukan penundaan acara
apabila jumlah peserta Musyawarah Desa yang ditentukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) belum tercapai atau
terpenuhi sampai dengan batas waktu untuk dilakukan pembukaan
Musyawarah Desa.
- 13 -
jdih.tubankab.go.id
(2) Pimpinan Musyawarah Desa mengumumkan pengunduran waktu
paling lama 3 (tiga) jam.
(3) Jika waktu pengunduran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah
berakhir dan peserta Musyawarah Desa yang hadir belum memenuhi
ketentuan, pimpinan Musyawarah Desa meminta pertimbangan dari
Kepala Desa atau pejabat yang mewakili, tokoh masyarakat dan
unsur pendamping desa yang hadir.
(4) Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
pimpinan musyawarah menentukan waktu untuk mengadakan
musyawarah berikutnya selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah
waktu musyawarah pertama.
(5) Dalam hal setelah dilakukan penundaaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) penyelenggaraan Musyawarah Desa yang kedua tetap
dihadiri peserta yang tidak mencapai ketentuan, pimpinan
Musyawarah Desa tetap melanjutkan kegiatan Musyawarah Desa
dengan dihadiri oleh peserta yang ada.
Paragraf 4
Penjelasan Materi Pembicaraan
Pasal 27
(1) Dalam rangka penyampaian pemberian informasi secara lengkap
kepada peserta Musyawarah Desa, pimpinan Musyawarah Desa
menjelaskan pandangan resmi BPD terhadap hal yang bersifat
strategis.
(2) Penyampaikan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan dengan mendayagunakan media pembahasan yang
disiapkan panitia Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18.
Paragraf 5
Pendamping Desa
Pasal 28
(1) Pimpinan Musyawarah Desa dapat meminta pendamping Desa yang
berasal dari SKPD terkait, pendamping profesional dan/atau pihak
ketiga untuk membantu memfasilitasi jalannya Musyawarah Desa.
(2) Pendamping Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
memiliki hak untuk berbicara yang bersifat memutuskan sebuah
kebijakan publik terkait hal strategis yang sedang
dimusyawarahkan.
- 14 -
jdih.tubankab.go.id
(3) Pendamping Desa melakukan tugas untuk:
a. memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang pokok
pembicaraan;
b. mengklarifikasi arah pembicaraan dalam Musyawarah Desa yang
sudah menyimpang dari pokok pembicaraan;
c. membantu mencarikan jalan keluar; dan
d. mencegah terjadinya konflik dan pertentangan antarpeserta yang
dapat berakibat pada tindakan melawan hukum.
Paragraf 6
Risalah, Catatan dan Laporan Singkat
Pasal 29
(1) Sekretaris Musyawarah Desa bertugas untuk menyusun risalah,
catatan dan laporan singkat Musyawarah Desa.
(2) Risalah adalah catatan Musyawarah Desa yang dibuat secara
lengkap dan berisi seluruh jalannya pembicaraan yang dilakukan
dalam pembahasan serta dilengkapi dengan catatan tentang:
a. hal-hal strategis yang dibahas;
b. hari dan tanggal Musyawarah Desa;
c. tempat Musyawarah Desa;
d. acara Musyawarah Desa;
e. waktu pembukaan dan penutupan Musyawarah Desa;
f. pimpinan dan sekretaris Musyawarah Desa;
g. jumlah dan nama peserta Musyawarah Desa yang
menandatangani daftar hadir; dan
h. undangan yang hadir.
Pasal 30
(1) Sekretaris Musyawarah Desa dengan dibantu tim perumus
menyusun catatan dan laporan singkat yang ditandangani pimpinan
atau sekretaris atas nama pimpinan Musyawarah Desa yang
bersangkutan.
(2) Catatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah catatan yang
memuat pokok pembicaraan, kesimpulan, dan/atau keputusan yang
dihasilkan dalam Musyawarah Desa serta dilengkapi dengan risalah
musyawarah.
(3) Laporan singkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat
kesimpulan dan/atau keputusan Musyawarah Desa.
- 15 -
jdih.tubankab.go.id
BAB IV
MEKANISME PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 31
(1) Pengambilan keputusan dalam Musyawarah Desa pada dasarnya
dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakat.
(2) Dalam hal cara pengambilan keputusan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak terpenuhi, keputusan diambil berdasarkan suara
terbanyak.
Bagian Kedua
Keputusan Berdasarkan Mufakat
Pasal 32
(1) Pengambilan keputusan berdasarkan mufakat dilakukan setelah
kepada peserta yang hadir diberikan kesempatan untuk
mengemukakan pendapat serta saran, yang kemudian dipandang
cukup untuk diterima oleh Musyawarah Desa sebagai sumbangan
pendapat dan pemikiran bagi perumusan kesepakatan terkait hal
bersifat strategis yang sedang dimusyawarahkan.
(2) Untuk dapat mengambil keputusan, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), pimpinan Musyawarah Desa berhak untuk menyiapkan
rancangan keputusan yang mencerminkan pendapat dalam
Musyawarah Desa.
Pasal 33
(1) Keputusan berdasarkan mufakat adalah sah apabila diambil dalam
Musyawarah Desa yang dihadiri oleh peserta sejumlah 2/3 dari
jumlah undangan yang telah ditetapkan sebagai peserta Musyawarah
Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) dan atau
disetujui oleh semua peserta yang hadir.
(2) Keputusan berdasarkan mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah sah apabila ditetapkan penyelenggaraan Musyawarah
Desa setelah dilakukan penundaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26, dan disetujui oleh semua peserta yang hadir.
Bagian Ketiga
Keputusan Berdasarkan Suara Terbanyak
Pasal 34
Keputusan berdasarkan suara terbanyak diambil apabila keputusan
berdasarkan mufakat sudah tidak terpenuhi karena adanya pendirian
sebagian peserta Musyawarah Desa yang tidak dapat dipertemukan lagi
dengan pendirian peserta Musyawarah Desa yang lain.
- 16 -
jdih.tubankab.go.id
Pasal 35
(1) Pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak dapat
dilakukan secara terbuka atau secara rahasia.
(2) Pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak secara
terbuka dilakukan apabila menyangkut kebijakan.
(3) Pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak secara rahasia
dilakukan apabila menyangkut orang atau masalah lain yang
ditentukan dalam Musyawarah Desa.
Pasal 36
(1) Keputusan berdasarkan suara terbanyak adalah sah apabila diambil
dalam Musyawarah Desa dihadiri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33 dan disetujui oleh separuh ditambah 1 (satu) orang dari
jumlah peserta yang hadir.
(2) Dalam hal sifat masalah yang dihadapi tidak tercapai dengan 1 (satu)
kali pemungutan suara, mengusahakan agar diperoleh jalan keluar
yang disepakati atau melaksanakan pemungutan suara secara
berjenjang.
(3) Pemungutan suara secara berjenjang, sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), dilakukan untuk memperoleh 2 (dua) pilihan berdasarkan
peringkat jumlah perolehan suara terbanyak.
(4) Dalam hal telah diperoleh 2 (dua) pilihan, sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), pemungutan suara selanjutnya dilakukan sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 37
(1) Pemberian suara secara terbuka untuk menyatakan setuju, menolak,
atau tidak menyatakan pilihan (abstain) dilakukan oleh peserta
Musyawarah Desa yang hadir dengan cara lisan, mengangkat
tangan, berdiri, tertulis, atau dengan cara lain yang disepakati oleh
peserta Musyawarah Desa.
(2) Penghitungan suara dilakukan dengan menghitung secara langsung
tiap-tiap peserta Musyawarah Desa.
(3) Peserta Musyawarah Desa yang meninggalkan acara dianggap telah
hadir dan tidak mempengaruhi sahnya keputusan.
(4) Dalam hal hasil pemungutan suara tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2), dilakukan
pemungutan suara ulangan yang pelaksanaannya ditangguhkan
sampai Musyawarah Desa berikutnya dengan tenggang waktu tidak
lebih dari 24 (dua puluh empat) jam.
- 17 -
jdih.tubankab.go.id
(5) Dalam hal hasil pemungutan suara ulangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) ternyata tidak juga memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36 ayat (3), pemungutan suara menjadi batal.
Pasal 38
(1) Pemberian suara secara rahasia dilakukan dengan tertulis, tanpa
mencantumkan nama, tanda tangan pemberi suara, atau tanda lain
yang dapat menghilangkan sifat kerahasiaan.
(2) Pemberian suara secara rahasia dapat juga dilakukan dengan cara
lain yang tetap menjamin sifat kerahasiaan.
(3) Dalam hal hasil pemungutan suara tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2), pemungutan suara
diulang sekali lagi dalam musyawarah saat itu juga.
(4) Dalam hal hasil pemungutan suara ulang, sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), tidak juga memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36 ayat (3), pemungutan suara secara
rahasia, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi batal.
Pasal 39
Setiap keputusan Musyawarah Desa, baik berdasarkan musyawarah
untuk mencapai mufakat maupun berdasarkan suara terbanyak bersifat
mengikat bagi semua pihak yang terkait dalam pengambilan keputusan.
Bagian Keempat
Tata Cara Penetapan Keputusan
Pasal 40
(1) Hasil keputusan Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada
Pasal 39 dituangkan dalam Berita Acara yang ditandatangani oleh
Ketua BPD, Kepala Desa dan salah seorang perwakilan peserta
Musyawarah Desa.
(2) Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri catatan
tetap dan laporan singkat.
(3) Apabila Ketua BPD berhalangan sebagai pimpinan Musyawarah Desa
Berita Acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani
oleh pimpinan Musyawarah Desa.
(4) Apabila Kepala Desa berhalangan hadir dalam Musyawarah Desa,
Berita Acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani
oleh yang mewakili Kepala Desa yang ditunjuk secara tertulis oleh
Kepala Desa.
- 18 -
jdih.tubankab.go.id
Bagian Kelima
Penutupan Acara Musyawarah Desa
Pasal 41
(1) Pimpinan Musyawarah Desa menutup rangkaian acara Musyawarah
Desa.
(2) Penutupan acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh pimpinan sidang dengan terlebih dahulu dilakukan
penyampaian catatan sementara dan laporan singkat hasil
Musyawarah Desa oleh Sekretaris Musyawarah Desa.
(3) Apabila seluruh peserta atau sebagian besar peserta yang hadir
dalam Musyawarah Desa menyepakati catatan sementara dan
laporan singkat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), catatan
sementara diubah menjadi catatan tetap dan laporan singkat
ditetapkan sebagai hasil Musyawarah Desa.
(4) Catatan tetap dan laporan singkat sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) ditandatangani oleh pimpinan Musyawarah Desa, sekretaris
Musyawarah Desa, Kepala Desa, dan salah seorang wakil peserta
Musyawarah Desa.
(5) Apabila sudah tercapai keputusan Musyawarah Desa, pimpinan
Musyawarah Desa menutup secara resmi acara Musyawarah Desa.
Bagian Keenam
Tindak Lanjut Keputusan Musyawarah Desa
Pasal 42
(1) Hasil Musyawarah Desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan
dalam keputusan hasil musyawarah dijadikan dasar oleh BPD dan
Pemerintah Desa dalam menetapkan kebijakan Pemerintahan Desa.
(2) Penetapan kebijakan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berupa Peraturan Desa yang disusun oleh Kepala Desa
bersama BPD.
(3) BPD bersama Kepala Desa dalam menyusun Peraturan Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memastikan keputusan
hasil Musyawarah Desa menjadi dasar dalam penyusunan Peraturan
Desa.
(4) BPD harus menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa
dalam rangka memastikan keputusan hasil Musyawarah Desa
menjadi dasar dalam penyusunan Peraturan Desa.
- 19 -
jdih.tubankab.go.id
Bagian Ketujuh
Penyelesaian Perselisihan
Pasal 43
(1) Setiap perselisihan yang timbul dalam musyawarah desa
diselesaikan secara musyawarah serta dilandasi semangat
kekeluargaan.
(2) Apabila terjadi perselisihan di desa sebagai dampak dari adanya
ketidaksepakatan antar peserta musyawarah desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), penyelesaiannya difasilitasi dan diselesaikan
oleh Camat.
(3) Penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bersifat final dan ditetapkan dalam berita acara yang ditandatangani
oleh para pihak dan pejabat yang menfasilitasi penyelesaian
perselisihan.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 44
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Tuban.
Ditetapkan di Tuban
pada tanggal 11 Januari 2016
BUPATI TUBAN,
ttd.
H. FATHUL HUDA
Diundangkan di Tuban
pada tanggal 10 Maret 2016
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN TUBAN,
ttd.
BUDI WIYANA
- 20 -
jdih.tubankab.go.id
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TAHUN 2016 SERI E NOMOR 19
NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN PROVINSI JAWA
TIMUR, NOMOR 08-4/2016
UNTUK SALINAN YANG SAH
An. SEKRETARIS DAERAH
KEPALA BAGIAN HUKUM
Setda Kabupaten Tuban
ARIF HANDOYO, SH
Pembina Tingkat 1
NIP. 19661102 199603 1 003
- 21 -
jdih.tubankab.go.id
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN
NOMOR 4 TAHUN 2016
TENTANG
PEDOMAN TATA TERTIB DAN MEKANISME PENGAMBILAN KEPUTUSAN
MUSYAWARAH DESA
I. UMUM
Musyawarah Desa merupakan musyawarah antara BPD,
Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh
BPD untuk menyepakati hal yang bersifat strategis dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa. Hal yang bersifat strategis
tersebut meliputi: penataan Desa, perencanaan Desa, kerja sama
Desa, rencana investasi yang masuk ke Desa, pembentukan BUM
Desa, penambahan dan pelepasan aset Desa, dan kejadian luar biasa.
Selanjutnya dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan
Musyawarah Desa yang ada di Daerah yang partisipatif, demokratis,
transparan dan akuntabel dengan berdasarkan kepada hak dan
kewajiban masyarakat dipandang perlu disusun Pedoman Tata Tertib
dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa.
Sehubungan dengan pertimbangan tersebut Peraturan
Daerah tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan
Keputusan Musyawarah Desa ditetapkan dengan maksud
memberikan pedoman bagi pihak terkait dalam penyelenggaraan
Musyawarah Desa.Materi muatan dalam Peraturan Daerah ini
disusun berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman
Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah
Desa.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
- 22 -
jdih.tubankab.go.id
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
-2-
- 23 -
jdih.tubankab.go.id
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 60
-3-