26
CARSINOMA COLON ANATOMI FISIOLOGI Usus besar adalah bagian dari sistem pencernaan. Sistem pencernaan dimulai dari mulut, kerongkoknan ( esofagus ), lambung, usus halus (duodenum, yeyunum, ileum ), usus besar (kolon), rektum dan berakhir di dubur. Usus besar terdiri dari kolon dan rektum. Kolon atau usus besar adalah bagian usus sesudah usus halus, terdiri dari kolon sebelah kanan ( kolon asenden ), kolon sebelah tengah atas ( kolon transversum ) dan kolon sebelah kiri ( kolon desenden ). Setelah kolon, barulah rektum yang merupakan saluran diatas dubur. Bagian kolon yang berhubungan dengan usus halus disebut caecum , sedangkan bagian kolon yang berhubungan dengan rektum disebut kolon sigmoid. Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.

CA COLON

Embed Size (px)

Citation preview

CARSINOMA COLON

ANATOMI FISIOLOGI

Usus besar adalah bagian dari sistem pencernaan. Sistem pencernaan dimulai dari

mulut, kerongkoknan ( esofagus ), lambung, usus halus (duodenum, yeyunum,

ileum ), usus besar (kolon), rektum dan berakhir di dubur. Usus besar terdiri dari

kolon dan rektum. Kolon atau usus besar adalah bagian usus sesudah usus halus,

terdiri dari kolon sebelah kanan ( kolon asenden ), kolon sebelah tengah atas (

kolon transversum ) dan kolon sebelah kiri ( kolon desenden ). Setelah kolon,

barulah rektum yang merupakan saluran diatas dubur. Bagian kolon yang

berhubungan dengan usus halus disebut caecum , sedangkan bagian kolon yang

berhubungan dengan rektum disebut kolon sigmoid.

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan

rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna

beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.

DEFINISI

Colorectal Cancer atau dikenal sebagai Ca. Colon atau Kanker Usus Besar adalah

suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum, dan appendix (usus

buntu). Di negara maju, kanker ini menduduki peringkat ke tiga yang paling

sering terjadi, dan menjadi penyebab kematian yang utama di dunia barat. Untuk

menemukannya diperlukan suatu tindakan yang disebut sebagai kolonoskopi,

sedangkan untuk terapinya adalah melalui pembedahan diikuti kemoterapi.

FAKTOR RESIKO

Siapa saja yang bisa terkena kanker kolon ini ? Berikut adalah faktor-faktor yang

meningkatkan resiko seseorang terkena kanker kolon :

1. Usia. Resiko meningkat dengan bertambahnya usia. Kebanyakan kasus terjadi

pada usia 60 – 70 an, dan jarang di bawah usia 50 kecuali dalam sejarah

keluarga ada yang terkena kanker kolon ini.

2. Adanya polip pada kolon, khususnya polip jenis adenomatosa. Dengan

dihilangkannya polip pada saat ditemukan turut mengurangi resiko terjadinya

kanker kolon di kemudian hari.

3. Riwayat kanker. Seseorang yang pernah terdiagnosis mengidap atau pernah

dirawat untuk kanker kolon beresiko untuk mengidap kanker kolon di

kemudian hari. Wanita yang pernah mengidap kanker ovarium (indung telur),

kanker uterus, dan kanker payudara memiliki resiko yang lebih besar untuk

terkena kanker kolorektal.

4. Faktor keturunan :

a. Sejarah adanya kanker kolon khususnya pada keluarga dekat.

b. Penyakit FAP (Familial Adenomatous Polyposis) – Polip adenomatosa

familial (terjadi dalam keluarga); memiliki resiko 100% untuk terjadi

kanker kolorektal sebelum usia 40 tahun, bila tidak diobati.

c. Penyakit lain dalam keluarga, seperti HNPCC (Hereditary Non Polyposis

Colorectal Cancer) – penyakit kanker kolorektal non polip yang menurun

dalam keluarga, atau sindroma Lynch

d. Penyakit kolitis (radang kolon) ulseratif yang tidak diobati.

e. Kebiasaan merokok. Perokok memiliki resiko jauh lebih besar untuk

terkena kanker kolorektal dibandingkan bukan perokok.

f. Kebiasaan makan. Pernah di teliti bahwa kebiasaan makan banyak daging

dan sedikit buah, sayuran, serta ikan turut meningkatkan resiko terjadinya

kanker kolorektal.

g. Sedikit beraktivitas. Orang yang beraktivitas fisik lebih banyak memiliki

resiko lebih rendah untuk terbentuk kanker kolorektal.

h. Inveksi Virus. Virus tertentu seperti HPV (Human Papilloma Virus) turut

andil dalam terjadinya kanker kolorektal.

PATOFISIOLOGI

Kanker kolon dan rektum terutama (95 %) adenokarsinoma (muncul dari lapisan

epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menysusp

serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya. Sel

kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar kebagian tubuh yang lain

(paling sering ke hati).

TINGKATAN / STAGING / STADIUM KANKER KOLON

Terdapat beberapa macam klasifikasi staging pada kanker kolon, ada klasifikasi

TNM, klasifikasi Dukes, namun yang akan saya jabarkan klasifikasinya adalah

sebagai berikut (mirip dengan klasifikasi Dukes) :

Stadium 1 : Kanker terjadi di dalam dinding kolon

Stadium 2 : Kanker telah menyebar hingga ke lapisan otot kolon

Stadium 3 : Kanker telah menyebar ke kelenjar-kelenjar limfa

Stadium 4 : Kanker telah menyebar ke organ-organ lain

GEJALA

Mula-mula gejalanya tidak jelas, seperti berat badan menurun (sebagai gejala

umum keganasan) dan kelelahan yang tidak jelas sebabnya. Setelah berlangsung

beberapa waktu barulah muncul gejala-gejala lain yang berhubungan dengan

keberadaan tumor dalam ukuran yang bermakna di usus besar.

Makin dekat lokasi tumor dengan anus biasanya gejalanya makin banyak. Bila

kita berbicara tentang gejala tumor usus besar, gejala tersebut terbagi tiga, yaitu

gejala lokal, gejala umum, dan gejala penyebaran (metastasis).

1. Gejala lokalnya adalah :

Perubahan kebiasaan buang air

Perubahan frekuensi buang air, berkurang (konstipasi) atau bertambah

(diare)

Sensasi seperti belum selesai buang air, (masih ingin  tapi sudah tidak bisa

keluar) dan perubahan diameter serta ukuran kotoran (feses). Keduanya

adalah ciri khas dari kanker kolorektal

Perubahan wujud fisik kotoran/feses

Feses bercampur darah atau keluar darah dari lubang pembuangan saat

buang air besar

Feses bercampur lender

Feses berwarna kehitaman, biasanya berhubungan dengan terjadinya

perdarahan di saluran pencernaan bagian atas

Timbul rasa nyeri disertai mual dan muntah saat buang air besar, terjadi

akibat sumbatan saluran pembuangan kotoran oleh massa tumor

Adanya benjolan pada perut yang mungkin dirasakan oleh penderita

Timbul gejala-gejala lainnya di sekitar lokasi tumor, karena kanker dapat

tumbuh mengenai organ dan jaringan sekitar tumor tersebut, seperti

kandung kemih (timbul darah pada air seni, timbul gelembung udara, dll),

vagina (keputihan yang berbau, muncul lendir berlebihan, dll). Gejala-

gejala ini terjadi belakangan, menunjukkan semakin besar tumor dan

semakin luas penyebarannya

2. Gejala umumnya adalah :

Berat badan turun tanpa sebab yang jelas (ini adalah gejala yang paling

umum di semua jenis keganasan)

Hilangnya nafsu makan

Anemia, pasien tampak pucat

Sering merasa lelah

Kadang-kadang mengalami sensasi seperti melayang

3. Gejala penyebarannya (Metastasis) adalah :

Penyebaran ke Hati, menimbulkan gejala : Penderita tampak kuning

Nyeri pada perut, lebih sering pada bagian kanan atas, di sekitar lokasi hati

Pembesaran hati, biasa tampak pada pemeriksaan fisik oleh dokter

Timbul suatu gejala lain yang disebut paraneoplastik, berhubungan dengan

peningkatan kekentalan darah akibat penyebaran kanker.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Kanker kolorektal dapat memakan waktu bertahun-tahun untuk berkembang,

sehingga deteksi dini sangat berpengaruh terhadap kemungkinan sembuhnya. Bila

Anda termasuk seseorang yang beresiko untuk terkena, ada baiknya Anda

melakukan pemeriksaan screening. Pemeriksaan itu adalah :

1. Pemeriksaan rektal dengan jari (Digital Rectal Exam), di mana dokter

memeriksa keadaan dinding rektum sejauh mungkin dengan jari; pemeriksaan

ini tidak selalu menemukan adanya kelainan, khususnya kanker yang terjadi di

kolon saja dan belum menyebar hingga rektum.

2. Pemeriksaan darah dalam tinja.

3. Endoskopi. Pemeriksaan ini sangat bermanfaat karena selain melihat keadaan

dalam kolon juga bisa bertindak, misalnya ketika menemukan polip endoskopi

ini dapat sekaligus mengambilnya untuk kemudian dilakukan biopsi.

4. Pemeriksaan barium enema dengan double contrast.

5. Virtual Colonoscopy.

6. CAT Scan.

7. Pemeriksaan kadar CEA (Carcino Embryonic Antigent) darah.

8. Whole-body PET Scan Imaging. Sementara ini adalah pemeriksaan diagnostik

yang paling akurat untuk mendeteksi kanker kolorektal rekuren (yang timbul

kembali).

9. Pemeriksaan DNA Tinja.

KOMPLIKASI

1. Obstruksi usus persial atau lengkap

2. Ulserasi yang menyerang pembuluh darah

3. Hemoragi

4. Perforasi yang mengakibatkan abses

5. Peritonitis

PENATALAKSANAAN

1. Pembedahan

Tindakan ini dibagi menjadi Curative, Palliative, Bypass, Fecal diversion, dan

Open-and-close.

Bedah Curative dikerjakan apabila tumor ditemukan pada daerah yang

terlokalisir. Intinya adalah membuang bagian yang terkena tumor dan

sekelilingnya. Pada keadaan ini mungkin diperlukan suatu tindakan yang disebut

TME (Total Mesorectal Excision), yaitu suatu tindakan yang membuang usus

dalam jumlah yang signifikan. Akibatnya kedua ujung usus yang tersisa harus

dijahit kembali. Biasanya pada keadaan ini diperlukan suatu kantong kolostomi,

sehingga kotoran yang melalui usus besar dapat dibuang melalui jalur lain. Pilihan

ini bukanlah suatu pilihan yang enak akan tetapi merupakan langkah yang

diperlukan untuk tetap hidup, mengingat pasien tidak mungkin tidak makan

sehingga usus juga tidak mungkin tidak terisi makanan / kotoran; sementara ada

bagian yang sedang memerlukan penyembuhan. Apa dan bagaimana kelanjutan

dari kolostomi ini adalah kondisional dan individual, tiap pasien memiliki keadaan

yang berbeda-beda sehingga penanganannya tidak sama. Bedah

Paliatif dikerjakan pada kasus terjadi penyebaran tumor yang banyak, dengan

tujuan membuang tumor primernya untuk menghindari kematian penderita akibat

ulah tumor primer tersebut. Terkadang tindakan ini ditunjang kemoterapi dapat

menyelamatkan jiwa. Bila penyebaran tumor mengenai organ-organ vital maka

pembedahan pun secara teknis menjadi sulit, sehingga dokter mungkin memilih

teknik Bedah Bypass atau Fecal Diversion (pengalihan tinja) melalui lubang.

Pilihan terakhir pada kondisi terburuk adalah Open-and-Close, di mana dokter

membuka daerah operasinya, kemudian secara de facto melihat keadaan sudah

sedemikian rupa sehingga tidak mungkin dilakukan apa-apa lagi atau tindakan

yang akan dilakukan tidak memberikan manfaat bagi keadaan pasien, kemudian di

tutup kembali. Tindakan ini sepertinya sudah tidak pernah dilakukan lagi

mengingat sekarang sudah banyak tersedia laparoskopi dan radiografi canggih

untuk mendeteksi keberadaan dan kondisi kanker jauh sebelum diperlukan

operasi.

2. Terapi Non Bedah

Kemoterapi dilakukan sebagai suatu tindakan untuk mengurangi terjadinya

metastasis (penyebaran), perkembangan sel tumor, mengecilkan ukurannya, atau

memperlambat pertumbuhannya.

Radioterapi jarang digunakan untuk kanker kolon karena memiliki efek samping

dan sulit untuk ditembakkan ke bagian yang spesifik pada kolon. Radioterapi lebih

sering pada kanker rektal saja. Imunoterapi sedang dikembangkan sebagai terapi

tambahan untuk kanker kolorektal. Terapi lain yang telah diujicoba dan

memberikan hasil yang sangat menjanjikan adalah terapi Vaksin. Ditemukan pada

November 2006 lalu sebuah vaksin bermerek TroVax yang terbukti secara efektif

mengatasi berbagai macam kanker.

Vaksin ini bekerja dengan cara meningkatkan sistem imun penderita untuk

melawan penyakitnya. Fase ujicobanya saat ini sedang ditujukan bagi kanker

ginjal dan direncanakan untuk kanker kolon. Terapi lainnya adalah pengobatan

yang ditujukan untuk mengatasi metastasisnya(penyebaran tumornya).

Nah selain dari terapi non bedah di atas, yang juga tak kalah pentingnya

adalah Terapi Suportif. Diagnosis kanker sangat sering menimbulkan pengaruh

yang sangat besar pada kejiwaan penderitanya. Karenanya dorongan dari rumah

sakit, dokter, suami/istri, kerabat, keluarga, social support group sangat penting

bagi penderitanya.

Sebuah Nasehat :

3. Perawatannya

Perawatan penderita tergantung pada tingkat staging kanker itu sendiri. Terapi

akan jauh lebih mudah bila kanker ditemukan pada stadium dini. Tingkat

kesembuhan kanker stadium 1 dan 2 masih sangat baik. Namun bila kanker

ditemukan pada stadium yang lanjut, atau ditemukan pada stadium dini dan tidak

diobati, maka kemungkinan sembuhnya pun akan jauh lebih sulit.

Di antara pilihan terapi untuk penderitanya, opsi Operasi masih menduduki

peringkat pertama, dengan ditunjang oleh kemoterapi dan/atau radioterapi

(mungkin diperlukan).

PENCEGAHAN

Deteksi dini berupa skrining untuk mengetahui kanker kolorektal sebelum timbul

gejala dapat membantu dokter menemukan polyp dan kanker pada stadium dini.

Bila polyp ditemukan dan segera diangkat, maka akan dapat mencegah terjadinya

kanker kolorektal. Begitu juga pengobatan pada kanker kolorektal akan lebih

efektif bila dilakukan pada stadium dini. Untuk menemukan polyp atau kanker

kolorektal dianjurkan melakukan deteksi dini atau skrining pada orang diatas usia

50 tahun , atau dibawah usia 50 tahun namun memiliki faktor resiko yang tinggi

untuk terkena kanker kolorektal.

EPIDEMIOLOGI

Kanker rektum atau kanker usus besar atau kolorektal termasuk penyakit ganas

urutan ke-10 tersering di dunia, termasuk Indonesia. Kanker rektum biasanya

ditemukan pada pria dan wanita berusia di atas 50 tahun. Seiring dengan

perubahan gaya hidup, pada saat ini, 50% penderita kanker kolon berusia di

bawah 40 tahun. Kanker kolon tergolong fatal karena diperkirakan 50%

penderitanya meninggal akibat penyakit ini.

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian:

Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu

dikaji adalah:

1. Aktivitas/istirahat:

Gejala:

- Kelemahan, kelelahan/keletihan

- Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang

mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.

- Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat

stres tinggi.

2. Sirkulasi:

Gejala:

- Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas

Tanda:

- Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.

3. Integritas ego

Gejala:

- Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi

stres (merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan

religius/spiritual)

- Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat,

pembedahan)

- Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu,

tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.

Tanda:

- Menyangkal, menarik diri, marah.

4. Eliminasi

Gejala:

- Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi

Tanda:

- Perubahan bising usus, distensi abdomen

- Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah

5. Makanan/cairan

Gejala:

- Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat

aditif dan bahan pengawet)

- Anoreksia, mual, muntah

- Intoleransi makanan

Tanda:

- Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot

6. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala:

- Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung

proses penyakit

7. Keamanan

Gejala:

- Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.

Tanda:

- Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia

8. Interaksi social

Gejala:

- Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)

- Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan

status kesehatan.

9. Penyuluhan/pembelajaran

- Riwayat kanker dalam keluarga

- Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya

- Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.

- Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari

Diagnose Keperawatan:

1. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi

2. Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi

3. Keletihan berhubungan dengan anemia dan anoreksia

4. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan

anoreksia

Rencana tindakan:

1. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi

Tujuan: tidak terjadi komplikasi

Intervensi:

a. Mempertahankan eliminasi

b. Pantau frekuensi dan konsistensi defekasi

c. Laksatif dan enema di berikan sesuai resep

2. Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi

Tujuan: nyeri berkurang atau hilang

Intervensi:

a. Pantau tanda-tand fital dalam batas normal

b. Ajarkan tehnik distraksi

c. Ajarkan tehnik relaksasi

d. Berikan analgesic sesuai resep

e. Lingkungan di buat kondusif

3. Keletihan berhubungan dengan anemia dan anoreksia

Tujuan: klien kembali semangat dan tidak ada keletihan fisik

Intervensi:

a. Toleransi aktivitas klien di kaji

b. Aktivitas klien sehari-hari di ubah

c. transfuse darah di berikan sesuai indikasi

d. terapi komponen darah diberikan sesuai resep bila pasien menderita

anemia berat

e. pemberian obat penambah napsu makan

f. berikan makanan yang dapat menambah darah

4. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan

anoreksia.

Tujuan: nutrisi terpenuhi

Intervensi:

a. Diet tinggi kalori tinggi protein dan karbohidrat

b. Mempertahankan keseimabangan cairan dan elektrolit

c. Nutrisi parenteral total diberikan pada beberapa pasien untuk

menggantikan penipisan nutrien, vitamin dan mineral

d. Kaji kemampuan makan pasien

e. Berikan makanan yang dapat membantu memenuhi kekurangan nutrisi

f. Penimbangan berat badan harian

g. Kolaborasi dalam pemberian obat anti mual

Evaluasi:

1. Pola eliminasi dalam batas normal

2. Tidak terjadi nyeri karena konstipasi

3. Aktivitas kembali normal tanpa adanya keluhan keletihan

4. Nutrisi kembali terpenuhi

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Tema : Penyakit carsinoma colon

Sub Tema : Perawatan carsinoma colon

Sasaran : Bapak H

Tempat : Bangsal Di rumah sakit

Hari/Tanggal : Rabu, 14 Oktober 2011

Waktu : 20 Menit

A. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, diharapkan Bapak H dapat

menjelaskan carsinoma colon.

B. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, diharapkan Klien Dapat:

1. Menjelaskan pengertian penyakit carsinoma colon dengan

benar

2. Menjelaskan patofisiologi carsinoma colon

3. Menyebutkan faktor penyebab yang dapat menimbulkan

penyakit carsinoma colon

4. Menyebutkan tanda/gejala dari penyakit carsinoma colon

5. Menjelaskan penatalaksanaan carsinoma colon

C. Materi

1. Pengertian carsinoma colon

2. Patofisiologi penyakit carsinoma colon

3. Faktor penyebab dari carsinoma colon

4. Tanda/gejala penyakit carsinoma colon

5. Penatalaksanaan penyakit carsinoma colon

D. Metode

1. Ceramah

2. Tanya jawab

E. Kegiatan Penyuluhan

No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu

1. Pembukaan Salam pembuka

Menyampaikan

tujuan

penyuluhan

Menjawab

salam

Menyimak,

Mendengarkan,

menjawab

pertanyaan

5 Menit

2. Kerja/ isi Penjelasan

pengertian,

penyebab,

gejala,

penatalaksanaan

dan patofisiologi

penyakit

carsinoma

rektum

Memberi

kesempatan

peserta untuk

bertanya

Menjawab

Mendengarkan

dengan penuh

perhatian

Menanyakan

hal-hal yang

belum jelas

Memperhatikan

jawaban dari

penceramah

Menjawab

pertanyaan

10 menit

pertanyaan

Evaluasi

3. Penutup

Menyimpulkan

Salam penutup Mendengarkan

Menjawab salam

5 Menit

F. Media

1. Leaflet : Tentang penyakit carsinoma colon

2. Poster tentang penyakit carsinoma colon

G. Sumber/Referensi

1. Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC :

Jakarta.

2. Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.

3. FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.

4. Griffith. 1994. Buku Pintar Kesehatan. Arcan : Jakarta.

H. Evaluasi

Formatif :

Klien dapat memahami penyakit carsinoma colon

Sumatif :

1. Klien dapat menjelaskan pengertian carsinoma colon

2. Klien mampu menjelaskan faktor penyebab dari penyakit carsinoma colon

3. Klien dapat menjelaskan tanda/gejala penyakit carsinoma colon

4. Klien mampu menjelaskan penatalaksanaan carsinoma colon

Yogyakarta, 02 Desember 2011

` Pembimbing Penyuluh

(Ignatia Yunita S,.Kep. Ns) (Ketut Sanjaya)

DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.

(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

2. Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.

(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

3. Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.

Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

4. Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media

Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

5. Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).

Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.