33
PRESENTASI KASUS Karsinoma Mamae Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSUD Saras Husada Purworejo Disusun Oleh : Eka Fitri Maharani 20100310070 Pembimbing : dr. Syamsul Burhan Sp. B SMF Bedah RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015

CA Mamae

Embed Size (px)

DESCRIPTION

karsinoma mamae atau lebih dikenal dengan kanker payudara merupakan salah satu jenis keganasan.

Citation preview

  • PRESENTASI KASUS

    Karsinoma Mamae

    Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah

    RSUD Saras Husada Purworejo

    Disusun Oleh :

    Eka Fitri Maharani

    20100310070

    Pembimbing :

    dr. Syamsul Burhan Sp. B

    SMF Bedah

    RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    2015

  • HALAMAN PENGESAHAN

    PRESENTASI KASUS

    Karsinoma Mamae

    Telah disetujui pada Mei 2015

    Oleh :

    Pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah

    dr. Syamsul Burhan, Sp. B

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    Kanker payudara merupakan tumor ganas yang berasal dari sel-sel yang terdapat pada

    payudara. Payudara terdiri dari lobulus-lobulus, duktus-duktus, lemak dan jaringan konektif,

    pembuluh darah dan limfe. Pada umumnya kanker berasal dari sel-sel yang terdapat di duktus,

    beberapa diantaranya berasal dari lobulus dan jaringan lainnya.

    Jumlah penderita kanker payudara di Amerika Serikat dan beberapa negara maju lainnya

    menduduki peringkat pertama (Luwia, 2009). Kasus kanker payudara di Amerika tercatat hampir

    200.000 wanita yang terdiagnosis dan setiap tahunnya terdapat lebih dari 40.000 meninggal

    akibat penyakit ini (Chen et al, 2010). Data Pathology Based Cancer Registry bekerja sama

    dengan yayasan kanker Indonesia, menunjukkan kanker payudara di Indonesia 2 menduduki

    peringkat kedua dari semua jenis kanker yang sering diderita (Luwia, 2009). Berdasarkan data

    Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2009, kanker payudara menempati urutan pertama

    pada pasien rawat inap di seluruh rumah sakit di Indonesia 21,69%, disusul kanker leher rahim

    17% (Rasjidi, 2009). Berdasarkan data Global Burden of Cancer, angka kejadian kanker

    payudara di Indonesia sebanyak 26 per 100.000 perempuan (Bambang, 2010).

    Tanda dan gejala kanker payudara yaitu terdapat benjolan pada payudara yang berubah

    bentuk, kulit payudara berubah warna, puting susu masuk ke dalam, bila tumor sudah membesar

    muncul rasa sakit hilang timbul, kulit payudara terasa seperti terbakar, dan payudara

    mengeluarkan darah atau cairan lain (Ramli, 2005).

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Anatomi

    Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit dan di atas otot dada,tepatnya pada

    hemithoraks kanan dan kiri dengan batas-batas yang tampak dariluar sebagai berikut:

    Superior : costa 2 atau 3

    Inferior : costa 6 atau 7

    Medial : pinggir sternum

    Lateral : garis aksillaris anterior

    Dalam keadaan normal hanya terdapat sepasang kelenjar payudar. Payudara manusia

    berbentuk kerucut tapi sering kali berukuran tidaksama. Payudara dewasa beratnya kira-kira 200

    gram. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gram padawaktu menyusui mencapai

    800 gram.

    Payudara tampak depanAda tiga bagian utama payudara, yaitu:

    Korpus (badan), yaitu yang membesar

    Aerola, yaitu yang kehitaman di tengah

    Papilla, atau putting, yaitu yang menonjol di puncak payudara

    Kulit puting susu berpigmen banyak dan tidak berambut.

    Papilla dermismengandung banyak kelenjar sebasea. Ada empat

    macam bentuk puting, yaitu bentuk yang normal/umum,

    pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted). Namun bentuk-

    bentuk putting ini tidak selalu berpengaruh pada proses laktasi,

    yang penting adalah bahwa putting susu dan areola dapat ditarik

    sehingga membentuk tonjolan atau dot ke dalam mulut bayi.

    Pada beberapa kasus dapat terjadi dimana putting tidak lentur,

    terutama pada bentuk puting terbenam, sehingga butuh penanganan khusus.

    Kulit areola juga berpigmen banyak tetapi berbeda dengan kulit puting susu kadang-

    kadang mengandung folikel rambut. Kelenjar sebaseanya biasanya terlihat sebagai nodulus kecil

    pada permukaan areola dan disebut tuberkel montgomery. Pada papilla dan areola saraf

  • peraba yang sangat penting untuk reflex menyusui. Bila putting diisap, terjadilah reflex yang

    sangat diperlukan dalam proses menyusui.

    Payudara dibagi menjadi empat kuadran. Dua garis khayalan ditarik melalui puting susu,

    masing-masing saling tegak lurus. Empat kuadran yang dihasilkannya adalah supero

    lateral, superomedial, infero lateral, dan infero medial. Ekor payudara merupakan perluasan

    kuadran supero lateral. Ekor payudara memanjang sampai ke axilla dan cenderung lebih tebal

    ketimbang daerah payudara lainnya. Kuadran luar atas ini mengandung massa jaringan kelenjar

    mamma yang lebih banyak atau langsung di belakang areola dan sering menjaditempat neoplasia.

    Pada kuadran medial atas dan lateral bawah, jaringan kelenjarlebih sedikit jumlahnya, dan paling

    minimal adalah yang di kuadran medial bawah. Jaringan kelenjar payudara tambahan dapat

    terjadi disepanjang garis susuyang membentang dari lipatan garis aksillaris anterior, menurun

    hingga lipatan paha.

    Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot penyokong,lemak,

    pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Jaringan kelenjarnya terdiridari 15-25 lobus yang

    tersebar radier mengelilingi puting. Tiap-tiap segmen mempunyai satu aliran yang akan

    berdilatasi, sesampainya di belakang areola.

    Pada retro areolar ini, duktus yang berdilatasi itu menjadi lembut, kecuali selama masa

    menyusui, ia akan mengalami distensi. Masing-masing duktus ini tak berisi,dan mempunyai satu

    bukaan ke arah puting (duktus eksretorius). Tiap lobus dibagi menjadi 50-75 lobulus, yang

    bermuara ke dalam suatu duktus yang mengalirkan isinya ke dalam duktus aksretorius lobus itu.

    Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin

    terdapat jaringan lemak. Diantara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum

    Cooper yang merupakan tonjolan jaringan payudara yang bersatu dengan lapisan luar fasia

    superfisialis yang berfungsi sebagai struktur penyokongdan memberi rangka untuk payudara.

    Vaskularisasi payudara terdiri atas :

    Arteri

    Payudara mendapat perdarahan dari :

    1. Cabang-cabang perforantes a.mammaria interna. Cabang-cabang I, II, III,dan IV dari a.

    mammaria interna menembus dinding dada dekat pinggirsternum pada interkostal yang sesui,

    menembus m.pektoralis mayor danmemberi pendarahan tepi medial glandula mamma.

  • 2. Rami pektoralis a. thorako-akromialis Arteri ini berjalan turun diantara m. pektoralis minor

    dan m. pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh utama m. pektoralis mayor,

    arteri ini akan mendarahi glandulamamma bagian dalam (deep surface).

    3. A. thorakalis lateralis (a. mammaria eksterna) Pembuluh darah ini jalanturun menyusuri tepi

    lateral m. pektoralis mayor untuk mendarahi bagianlateral payudara.

    4. A. thorako-dorsalis Pembuluh darah ini merupakan cabang dari a.subskapularis. Arteri ini

    mendarahi m. latissimus dorsi dan m. serratusmagnus. walaupun arteri ini tidak memberikan

    pendarahan pada glandulamamma, tetapi sangat penting artinya. Karena pada tindakan radikal

    mastektomi, perdarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit dikontrol, sehingga daerah

    ini dinamakan the bloody angel.

    Vena

    Pada daerah payudara, terdapat tiga grup vena :

    1. Cabang-cabang perforantes v. mammaria interna Vena ini merupakan venaterbesar yang

    mengalirkan darah dari payudara. Vena ini bermuara pada v.mammaria interna yang kemudian

    bermuara pada v. innominata.

    2. Cabang-cabang v. aksillaris yang terdiri dari v. thorako-akromialis, v.thorakalis lateralis dan v.

    thorako-dorsalis.

    3. Vena-vena kecil yang bermuara pada v. interkostalis. Vena interkostalis bermuara pada v.

    vertebralis, kemudian bermuara pada v. azygos (melaluivena-vena ini metastase dapat

    langsung terjadi di paru)

    Sistem limfatik pada payudara terdiri dari:

    1. Pembuluh getah bening

    Pembuluh getah bening aksilla: Pembuluh getah bening aksilla ini mengalirkan getah bening

    dari daerah- daerah sekitar areola mamma, kuadran lateral bawah dan kuadran lateral atas

    payudara. Pembuluh getah bening mammaria interna: Saluran limfe ini mengalirkan

    getah bening dari bagian dalam dan medial payudara. Pembuluh ini berjalan di atas

    fasia pektoralis lalu menembus fasia tersebut dan masuk ke dalam m. pektoralis mayor. Lalu

    jalan ke medial bersama-sama dengan sistem perforantes menembus m.interkostalis dan

    bermuara ke dalam kelenjar getah bening mammaria interna. Dari kelenjar mammaria interna,

    getah bening mengalir melalui trunkus limfatikusmammaria interna. Sebagian akan bermuara

    pada v. kava, sebagian akan bermuarake duktus thorasikus (untuk sisi kiri) dan duktus

  • limfatikus dekstra (untuk sisikanan). Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran

    medial bawah payudara. Pembuluh ini berjalan bersama-sama vasa epigastrika superior,

    menembus fasia rektus dan masuk ke dalam kelenjar getah bening preperikardialanterior yang

    terletak di tepi atas diafragma di atas ligamentum falsiform. Kelenjar getah bening ini juga

    menampung getah bening dari diafragma,ligamentum falsiforme dan bagian antero-superior

    hepar. Dari kelenjar ini, limfe mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria interna.

    Kelenjar-kelenjar getah bening aksilla terdapat enam grup kelenjar getah bening aksilla :

    Kelenjar getah bening mammaria eksterna. Untaiab kelenjar ini terletak di bawah tepi

    lateral m. pektoralis mayor, sepanjang tepi medial aksilla. Grup ini dibagi dalam 2

    kelompok :

    o Kelompok superior, terletak setinggi interkostal II-III.

    o Kelompok inferior, terletak setinggi interkostal IV-V-VI.

    Kelenjar getah bening skapula. Terletak sepanjang vasa subskapularis danthorako-

    dorsalis, mulai dari percabangan v.aksillaris menjadiv.subskapularis, sampai ke tempat

    masuknyav.thorako-dorsalis ke dalamm.latissimus dorsi.

    Kelenjar getah bening sentral (Central nodes). Terletak di dalam jaringan lemak di

    pusat ketiak. Kadang-kadang beberapa diantaranya terletaksangat superfisial, di bawah

    kulit dan fasia pada pusat ketiak, kira-kira pada pertengahan lipat ketiak depan dan

    belakang. Kelenjar getah bening ini adalah kelenjar getah bening yang paling mudah

    diraba dan merupakan kelenjar aksilla yang terbesar dan terbanyak jumlahnya.

    Kelenjar getah bening interpektoral (Rotters nodes). Terletak antaram.pektoralis mayor

    dan minor, sepanjang rami pektoralis v.thorako-akromialis. Jumlahnya satu sampai

    empat.

    Kelenjar getah bening v.aksillaris. Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjangv.aksillaris

    bagian lateral, mulai dari white tendon m.latissimus dorsisampai ke sedikit medial dari

    percabangan v.aksillaris v.thorakoakromialis.

    Kelenjar getah bening subklavikula. Terletak sepanjang v.aksillaris, mulai dari sedikit

    medial percabangan v.aksillaris v.thorako-aktomialis sampai dimana v.aksillaris

    menghilang dibawah tendo m.subklavius. Kelenjar ini merupakan kelenjar aksilla yang

    tertinggi dan termedial letaknya. Semua getah bening yang berasal dari kelenjar-

  • kelenjar getah bening aksilla masuk ke dalam kelenjar ini. Seluruh klenjar getah

    bening aksilla initerletak di bawah fasia kostokorakoid.

    Kelenjar getah bening prepektoral merupakan kelenjar tunggal yang kadang-kadang terletak di

    bawah kulit atau di dalam jaringan payudara kuadran lateral atas. disebut prepektoral karena

    terletak di atasfasia pektoralis.

    Kelenjar getah bening mammaria interna tersebar sepanjang trunkus limfatikus mammaria

    interna, kira-kira 3 cm dari pinggir sternum. terletak di dalam lemak di atas fasia

    endothorasika, pada sela iga, diperkirakan jumlahnya sekitar 6-8 buah.

    Keterangan:

    A. Duktus

    B. Lobulus

    C. Bagian duktus yang di latasi untuk menahan susu

    D. putting susu

    E. Jaringan lemak

    F. Otot pektoralis mayor

    G. Dinding dada

    Makroskopis:

    A. inti sel

    B. membrane sel

    C. lumen

    Sejumlah jaringan lemak tergantung pada banyaknya faktor termasuk usia,persentase

    lemak tubuh, dan keturunan. Sendi tulang cooper menghubungkan dinding dada pada kulit

    payudara dan memberikan bentuk payudara dan keelatisannya.( Long, 2000 )

  • B. Fisiologi payudara

    Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah

    mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan

    menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan

    juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. Perubahan

    kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi

    payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi

    pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama

    beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan

    fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan

    menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus

    alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior

    memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan

    melalui duktus ke puting susu.

    Perkembangan dan fungsi payudara diinisiasi oleh stimulasi berbagai hormon: estrogen,

    progesteron, prolaktin, hormon tiroid, kortisol, dan growth hormone. Hormon yang utama ialah

    estrogen, progesteron, dan prolaktin. Estrogen diketahui menstimulasi perkembangan duktus

    payudara, progesteron menginisiasi perkembangan lobulus dan differensiasi sel, dan prolaktin

    menstimulasi laktogenesis pada akhir kehamilan dan postpartum. Secara siklus, volume payudara

  • mengalami puncaknya pada pertengahan kedua siklus menstruasi dimana terjadi kongesti

    vaskular dan proliferasi lobulus. Selama masa kehamilan dan laktasi alveoli dan lobulus

    berproliferasi sama seperti duktusnya. Puting dan areola menjadi lebih gelap dan

    galandulaMontgomery (kelenjar lemak pada permukaan areola) semakin menonjol. Oksitosin dan

    isapan pada puting yang memacu pembentukan prolaktin berperan pada pembentukan dan

    pengeluaran ASI. Pada menopause, terjadi penurunan estrogen dan progesteron dari ovarium,

    lobulus dan duktus mengalami involusi dan payudara digantikan dengan lemak. Kondisi inilah

    yang membuat mammografi digunakan sebagai alat diagnostik pada wanita berusia tua.

    C. Faktor Risiko

    Penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor

    yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:

    1. Faktor Reproduksi

    Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya kanker payudara adalah

    nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan

    pertama pada umur tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur.

    Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama

    merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan

    fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25%

    kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya

    tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.

    2. Penggunaan Hormon

    Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan dari Harvard

    School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang

    signifikan pada para pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan

    bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita

    yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami

    kanker payudara sebelum menopause. Sel-sel yang sensitive terhadap rangsangan hormonal

    mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas.

    3. Penyakit Fibrokistik

  • Pada wanita dengan adenosis, sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko

    meningkat hingga fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker

    payudara. Pada hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali.

    Sedangkan pada hiperplasia atipik risiko meningkat hingga 5 kali (Karten, 2003).

    4. Obesitas

    Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan kanker payudara

    pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap kekerapan kanker ini di negara-negara Barat

    dan bukan Barat serta perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat

    pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini.

    5. Konsumsi Lemak

    Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Willet

    dkk. melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang konsumsi lemak dan serat dalam

    hubungannya dengan risiko kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun.

    6. Radiasi

    Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan terjadinya risiko

    kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker

    radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.

    7. Riwayat Keluarga dan Faktor Genetik

    Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan

    dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan pada

    wanita yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa

    kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1dan BRCA2,

    yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker

    payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. Faktor Usia

    sangat berpengaruh -> sekitar 60% kanker payudara terjadi di usia 60 tahun. Resiko terbesar

    usia 75 tahun.

    D. Etiologi

    Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya serangkaian faktor

    genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker

    payudara. Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa perubahan genetik berkaitan

  • dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum

    diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan

    pengaruh protein baik yang menekan atau meningkatkan perkembangan kanker payudara.

    Hormone steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam kanker

    payudara. Dua hormon ovarium utama-estradiol dan progesterone- mengalami perubahan dalam

    lingkungan seluler, yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker payudara.

    (Brunner & Suddarth, 2002).

    Namun beberapa faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker

    payudara (Erik ,2005) yaitu :

    1. Tinggi melebihi 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena pertumbuhan

    lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA)

    pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.

    2. Usia Usia dibawah 20 tahun jarang dijumpai kanker payudara, angka kejadiannya meningkat

    sejalan dengan bertambahnya usia

    3. Wanita yang belum mempunyai anak lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih

    lama dibandingkan wanita yang sudah punya anak.

    4. Ibu yang menyusui Ibu yang menyusui dapat mengurangi bahaya terkena kanker payudara

    karena semakin lama ibu menyusui anaknya semakin kecil terkena kanker payudara,saat

    menyusui terdapat perubahan hormonal salah satunya yaitu penurunan esterogen.

    5. Kelamin Kelamin laki-laki hanya 1 % angka kejadian kanker payudara.

    6. Faktor genetik Faktor genetik kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 3 x lebih

    besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. Dan

    secara umum juga riwayat keluarga sangat berperan dalam terjadinya kanker payudara.

    E. Patofisiologi

    Diagnosa kanker dapat ditegakkan dengan baik terutama untuk melakukan pengobatan

    yang tepat. Tumor atau neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri proliferasi

    yang berlebihan dan tak berguna, yang tidak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya. Proliferasi

    abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan

    memasukinya atau terjadi mestastase dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang

    jauh. Perubahan secara biokimiawi dan genetis terjadi didalam sel tersebut terutama dalam inti

  • sel. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel yang mengalami transformasi maligna dan

    berubah menjadi sekelompok sel ganas diantara sel normal (Wilensky dan Lincoln, 2008)

    Menurut Luwia (2003), proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase, yaitu: a. Fase

    induksi: 15-30 tahun Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai

    dapat merubah jaringan dysplasia menjadi tumor ganas. b. Fase insitu: 5-10 tahun Terjadi

    perubahan jaringan menjadi lesi pre cancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga

    mulut, paru, saluran cerna, kulit dan akhirnya juga di payudara. c. Fase invasi: 1-5 tahun. Sel

    menjadi ganas, berkembang baik dan menginfiltrasi melalui membran sel jaringan sekitarnya dan

    melalui pembuluh darah serta saluran limfa. d. Fase desiminasi: 1-5 tahun Terjadi penyebaran ke

    tempat lain.

    F. Klasifikasi

    Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara

    diklasifikasikan sebagai berikut:

    1. Non-invasif karsinoma

    Non-invasif karsinoma adalah kanker yang masih berada pada

    tempatnya,merupakan kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat

    asalnya. Non-invasif karsinoma dibedakan menjadi menjadi dua, yaitu :

    Non-invasif duktal karsinoma

    Lobular karsinoma in situ

    2. Invasif karsinoma

    Invasif karsinoma adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan lainnya, bisa

    terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik (menyebar ke bagian tubuh

    lainnya). Sekitar 80% kanker payudara invasif adalah kanker duktal dan 10% adalah kanker

    lobuler. Invasif karsinoma terdapat beberapa jenis, antara lain :

    Invasif duktal karsinoma

    Papilobular karsinoma

    Solid-tubular karsinoma

    Scirrhous karsinoma

    Special types

    Mucinous karsinoma

  • Medulare karsinoma

    Invasif lobular karsinoma

    Adenoid cystic karsinoma

    karsinoma sel squamos

    karsinoma sel spindel

    Apocrin karsinoma

    Karsinoma dengan metaplasia kartilago atau osseus metaplasia

    Tubular karsinoma

    Sekretori karsinoma

    Lainnya

    3. Paget's Disease

    Pagets disease adalah suatu kanker kulit yang jarang terjadi yang menyerupai dermatitis

    (peradangan kulit berupa bercak kemerahan dan berasal dari kelenjar di dalam atau di

    bawah kulit). Biasanya berasal dari kanker pada saluran susu di payudara, sehingga kanker

    ini biasanya ditemukan di sekitar puting susu.

    G. Stadium

    Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat

    mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat

    penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat

    lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk

    menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan

    pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA,rontgen, USG, dan bila

    memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi, dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium,

    namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem

    TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer dari World

    Health Organization) / AJCC (American Joint Committee On cancer yang disponsori

    oleh American Cancer Society dan American College of Surgeons). TNM merupakan singkatan

    dari "T" yaitu tumor size atau ukuran tumor, "N" yaitu node atau kelenjar getah bening regional

    dan "M" yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara

  • klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi

    (PA).

    Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut:

    T (tumor size), ukuran tumor:

    T 0: tidak ditemukan tumor primer

    T 1: ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang

    T 2: ukuran tumor diameter antara 2-5 cm

    T 3: ukuran tumor diameter > 5 cm

    T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding dada atau

    pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau

    ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama

    N (node), kelenjar getah bening regional:

    N 0: tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak/aksilla

    N 1: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan

    N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan

    N 3: ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb

    di mammary interna di dekat tulang sternum

    M (metastasis), penyebaran jauh:

    M x: metastasis jauh belum dapat dinilai

    M 0: tidak terdapat metastasis jauh

    M 1: terdapat metastasis jauh

    Setelah masing-masing faktor T, N, dan M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian

    digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:

    Stadium 0: Tis N0 M0

    Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau Non-invasive Cancer, yaitu kanker tidak menyebar

    keluar dari pembuluh / saluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lobules) susu pada

    payudara.

    Stadium 1: T1 N0 M0

    Tumor masih sangat kecil, diameter tumor terbesar kurang dari atau sama dengan 2 cm dan

    tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional.

  • Stadium II A: T0 N1 M0/T1 N1 M0/T2 N0 M0

    o Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tetapi terdapat metastasis kelenjar limfe

    mobil di fosa aksilar ipsilateral.

    o Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan metastasis

    kelenjar limfe mobil di fosa aksilar ipsilateral.

    o Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm dan tidak ada

    metastasis ke kelenjar limfe regional.1

    Stadium II B: T2 N1 M0 / T3 N0 M0

    Diameter tumor lebih dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm dan terdapat metastasis

    kelenjar limfe mobil di fosa aksilar ipsilateral.

    http://1.bp.blogspot.com/-pognAkjvd1s/TklB-BsN39I/AAAAAAAAAZo/hjx4E27SKrw/s1600/1.pnghttp://3.bp.blogspot.com/-00ZtIu3wRJM/TklCBcQzzUI/AAAAAAAAAZs/uB9W19xwMvg/s1600/2.png
  • Diameter tumor lebih dari 5 cm, tetapi tidak terdapat metastasis kelenjar limfe regional.

    Stadium III A: T0 N2 M0/T1 N2 M0/T2 N2 M0/T3 N1 M0/T2 N2 M0

    Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan terdapat metastasis kelenjar limfe di fosa

    aksilar ipsilateral yang terfiksasi dengan jaringan lain.

    Diameter tumor lebih dari 5 cm dan terdapat metastasis kelenjar limfe di fosa aksilar

    ipsilateral yang terfiksasi dengan jaringan lain.

    Stadium III B: T4 N0 M0/T4 N1 M0/T4 N2 M0

    Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa juga luka

    bernanah di payudara. Didiagnosis sebagai Inflamatory Breast Cancer. Bisa sudah atau bisa

    juga belum menyebar ke pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak

    menyebar ke bagian lain dari organ tubuh.

    http://4.bp.blogspot.com/-ht6RgM4omiQ/TklCFiIHrnI/AAAAAAAAAZw/f8RlyhSFbw0/s1600/3.pnghttp://1.bp.blogspot.com/-qfeBNoKvdms/TklCI_XV8jI/AAAAAAAAAZ0/y9Qad53FMoA/s1600/4.png
  • Stadium III C: Tiap T N3 M0

    Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe infraklavikular

    ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mammaria

    interna dan metastase kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe supraklavikular

    ipsilateral.

    Stadium IV: Tiap T-Tiap N-M1

    Ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi telah menyebar ke lokasi yang jauh, yaitu : tulang,

    paru-paru, liver atau tulang rusuk.

    http://2.bp.blogspot.com/-RZ02-AlNm1s/TklCXipCOEI/AAAAAAAAAZ4/it3wSo_wPFY/s1600/5.pnghttp://1.bp.blogspot.com/-M4xcUFlp6PM/TklCcNqCY1I/AAAAAAAAAZ8/fjWmLasZW38/s1600/6.png
  • H. Gejala Klinis

    Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil,

    semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada

    kulit payudara atau pada puting susu. Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam

    (retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit

    kelihatan seperti kulit jeruk (peau d'orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada

    payudara. Borok itu semakin lama akan semakin besar dan mendalam sehingga dapat

    menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah.

    Ciri-ciri lainnya antara lain:

    Pendarahan pada puting susu.

    Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah

    timbul borok, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang

    Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema)

    pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.

    Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria

    operbilitas Heagensen sebagai berikut:

    o Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara)

    o Adanya nodul satelit pada kulit payudara

    o Kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa

    o Terdapat model parasternal

    o Terdapat nodul supraklavikula

    o Adanya edema lengan

    o Adanya metastase jauh

    http://id.wikipedia.org/wiki/Nyerihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kulithttp://id.wikipedia.org/wiki/Susuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Merahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Coklathttp://id.wikipedia.org/wiki/Jerukhttp://id.wikipedia.org/wiki/Borokhttp://4.bp.blogspot.com/-hcxNYwRWQwE/TklCfN_5SQI/AAAAAAAAAaA/7Wsl8mekQCo/s1600/7.png
  • o Serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi

    kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah

    bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila

    melekat satu sama lain.2

    I. Penegakan Diagnosis

    Anamnesa

    Anamnesis harus mencakup status haid, perkawinan, partus, laktasi, dan riwayat kelainan

    mammae sebelumnya, riwayat keluarga yang menderita kanker, fungsi kelenjar tiroid,

    penyakit ginekologik, dan lain-lain. Dalam riwayat penyakit sekarang terutama harus

    perhatikan waktu timbulnya massa, kecepatan pertumbuhan, dan hubungan dengan haid.

    Pemeriksaan fisik

    Mencakup pemeriksaan fisik menyeluruh (sesuai pemeriksaan rutin) dan pemeriksaan

    kelenjar mammae. Dari inspeksi, amati ukuran, simetri kedua mammae, perhatikan

    apakah ada benjolan tumor atau perubahan patologik kulit (misal cekungan, kemerahan,

    udem,erosi, nodul satelit, dll). Perhatikan kedua papila mammae apakah simetri, ada

    retraksi, distorsi, erosi, an kelainan lain. Palpasi umumnya dalam posisi berbaring, juga

    dapat kombinasi duduk dan baring dengan tangan penderita diangkat. Waktu periksa

    rapatkan keempat jari, gunakan ujung dan perut jari berlawanan arah jarum jam atau

    searah jarum jam. Kemudian dengan lembut pijat areola mammae. Papila mamae, lihat

    apakah keluar sekret. Jika terdapat tumor, harus secara rinci periksa dan catat lokasi,

    ukuran, konsistensi, kondisi batas, permukaan mobilitas, nyeri tekan. Ketika memeriksa

    apakah tumor melekat ke dasarnya, harus meminta lengan pasien sisi lesi bertolak

    pinggang, agar m. Pektoralis mayor berkerut. Jika tumor dan kulit atau dasar melekat,

    mobilitas terkekang, kemungkinan kanker sangat besar. Jika terdapat sekret papila

    mammae, harus buat sediaan apus untuk pemeriksaan sitologi. Pemeriksaan kelenjar limfe

    regional paling baik posisi duduk. Ketika memeriksa aksila kanan, dengan tangan kiri

    topang siku kanan pasien, dengan ujung jari kiri palpasi seluruh fosa aksila secara

    berurutan. Waktu memeriksa fosa aksila kiri sebaliknya, dan terakhir periksa kelenjar

    supraklavikular.

    Pemeriksaan penunjang diagnosis

  • o Mammografi

    Kelebihan mamografi adalah dapat menampilkan nodul yang sulit dipalpasi atau

    terpalpasi atipikal menjadi gambar, dapat menemukan lesi mammae yang tanpa nodul

    namun terdapat bercak mikrokalsifikasi, dapat digunakan untuk analisis diagnostik

    dan rujukan tindak lanjut. Ketepatan diagnostik sekitar 80%.

    o USG

    Transduser frekuensi tinggi dan pemeriksaan dopler tidak hanya dapat membedakan

    dengan sangat baik tumor kistik atau padat, tapi juga dapat mengetahui pasokan

    darahnya serta kondisi jaringan sekitarnya, menjadi dasar diagnosis yang sangat baik.

    o MRI mammae

    Karena tumor mammae mengandung densitas mikrovaskular abnormal, MRI

    mammae dengan kontras memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi dalam diagnosis

    karsinoma mammae stadium dini.

    o Pemeriksaan biopsy

    Pemeriksaan ini dengan mengangkat jaringan dari massa payudara untuk pemeriksaan

    histology untuk memastikan keganasannya. Cara biopsi dapat berupa biopsi eksisi

    atau insisi, tapi umumnya dengan biopsi eksisi. Di RS yang menyediakan dapat

    dilakukan pemeriksaan potong beku saat operasi. Bila tak ada perlengkapan itu, untuk

    karsinoma mammae yang dapat dioperasi tidak sesuai dilakukan insisi tumor, untuk

    menghindari penyebaran iatrogenik tumor.

    Ada 4 tipe biopsy, 2 tindakan menggunakan jarum dan 2 tindakan menggunakan

    insisi pemmbedahan.

    a) Aspirasi biopsy

    Dengan aspirasi jarum halus sifat massa dapat dibedakan antara kistik atau

    padat, kista akan mengempis jika semua cairan dibuang. Jika hasil

    mammogram normal dan tidak terjadi kekambuhan pembentukan massa

    srlama 2-3 minggu, maka tidak diperlukan tindakan lebih lanjut. Jika massa

    menetap/terbentuk kembali atau jika cairan spinal mengandung darah,maka

    ini merupakan indikasi untuk dilakukan biopsy pembedahan.

    b) Tru-Cut atau Core biopsy

  • Biopsi dilakukan dengan menggunakan perlengkapan stereotactic biopsy

    mammografi dan personal untuk memndu jarum pada massa/lesi tersebut.

    Pemeriksaan ini lebih baik oleh ahli bedah ataupun pasien karena lebih cepat,

    tidak menimbulkan nyeri yang berlebihan dan biaya tidak mahal.

    c) Insisi biopsy

    Sebagian massa dibuang

    d) Eksisi biopsy

    Seluruh massa diangkat. Hasil biopsy dapat digunakan untuk dilakukan

    pemeriksaan histologik.

    J. Penatalaksanaan

    Terapi bedah

    Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0, I, II dan sebagian stadium III disebut

    kanker mammae operabel. Pola operasi yang sering dipakai adalah :

    a) Mastektomi radikal: operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya disebut

    Lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker,

    bukan seluruh payudara. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang

    besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara. b). Pengangkatan

    Kelenjar Getah Bening (KGB) Ketiak. Pengangkatan KGB Ketiak dilakukan terhadap

    penderita kanker payudara yang menyebar tetapi besar tumornya lebih dari 2,5

    cm.Seiring dengan pemahaman lebih dalam atas tabiat biologis karsinoma mammae,

    ditambah makin banyaknya kasus stadium sedang dan dini serta kemajuan terapi

    kombinasi, maka penggunaan mastektomi radikal konvensional telah makin

    berkurang.

    b) Mastektomi radikal modifikasi: yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan

    payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan disekitar ketiak.

    Lingkup reseksi sama dengan teknik radikal, tapi mempertahankan m. Pektoralis

    mayor dan minor (model Auchincloss) atau mempertahankan m. Pektoralis mayor,

    mereseksi m. Pektoralis minor (model Patey). Pola operasi ini mempunyai

    kelebihan antara lain memacu pemulihan fungsi pasca operasi, tapi sulit

  • membersihkan kelenjar limfe aksilar superior. Dewasa ini, mastektomi radikal

    modifikasi disebut sebagai mastektomi radikal standar, luas digunakan secara klinis.

    c) Mastektomi total (simple): hanya membuang seluruh kelenjar mammae tanpa

    membersihkan kelenjar limfe. Model operasi ini terutama untuk karsinoma in situ

    atau pasien lanjut usia.

    Radioterapi

    Radioterapi terutama mempunyai 3 tujuan :

    Radioterapi murni kuratif :

    Radioterapi murni terhadap kanker mammae hasilnya kurang ideal, survival 5 tahun

    10-37%. Terutama digunakan untuk pasien dengan kontraindikasi atau menolak

    operasi.

    Radioterapi adjuvan :

    Menjadi bagian integral penting dari terapi kombinasi. Menurut pengaturan waktu

    radioterapi dapat dibagi menjadi radioterapi pra-operasi terutama untuk pasien

    stadium lanjut lokalisasi, dapat membuat sebagian kanker mammae non-operabel

    menjadi kanker mammae yang operabel. Radioterapi pasca operasi adalah radioterapi

    seluruh mammae (bila perlu ditambah radioterapi kelenjar limfe regional). Indikasi

    radioterapi pasca mastektomi adalah : diameter tumor primer 5 cm, fasia pektoralis

    terinvasi, jumlah kelenjar limfe aksilar metastatik lebih dari 4 buah dan tepi irisan

    positif. Area target iradiasi harus mencakup dinding toraks dan regio supraklavikular.

    Regio mamaria interna jarang terjadi rekurensi klinik, sehingga perlu tidaknya

    radioterapi rutin masih kontroversial.

    Radioterapi paliatif :

    Terutama untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut dengan rekurensi, metastasis.

    Dalam hal meredakan nyeri efeknya sangat baik.

    Kemoterapi

    Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair

    atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel

    kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi adalah pasien

    mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang

    diberikan pada saat kemoterapi.

  • Terapi hormonal

    Terapi hormonal terutama mencakup bedah dan terapi hormon. Terapi hormonal bedah

    terutama adalah ooforektomi (disebut juga kastrasi) terhadap wanita pramenopause,

    sedangkan adrenalektomi dan hipofisektomi sudah ditinggalkan. Terapi hormonal

    medikamentosa yang digunakan di klinis yang terutama adalah obat antiestrogen.

    Tamoksifen merupakan penyekat reseptor estrogen, mekanisme utamanya adalah

    berikatan dengan reseptor estrogen secara kompetitif, menyekat transmisi informasi ke

    dalam sel tumor sehingga berefek terapi. Tamoksifen juga memiliki efek mirip

    estrogen, berefek samping trombosis vena dalam, karsinoma endometrium dan lain-lain.

    Sehingga perlu diperhatikan dan diperiksa secara berkala.

    K. PROGNOSIS

    Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis, tapi yang jelas berpengaruh adalah kondisi

    kelenjar limfe dan stadium. Survival 5 tahun pasca operasi pada kasus kelenjar limfe negatif dan

    positif adalah masing-masing 80% dan 59%, survival 5 tahun untuk stadium 0-I, II, dan III adalah

    masing-masing 92%, 73%, dan 47%. Sedangkan pada yang non-operabel, survival 5 tahun

    kebanyakan dilaporkan dalam batas 20%. Oleh karena itu dalam kondisi dewasa ini untuk

    meningkatkan angka kesembuhan kanker mammae kuncinya adalah penemuan dini, diagnosis

    dini, terapi dini dan tepat.

    L. PENCEGAHAN

    Hampir setiap epidemiologi sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian

    penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker

    payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:

    1. Pencegahan primer

    Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan

    karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan diri dari

    keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat.

    2. Pencegahan sekunder

    Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker

    payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan populasi at

  • risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini.

    Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining

    melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara,

    tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan

    salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara.

    Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa

    pertimbangan antara lain:

    a. Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk

    assessement survey.

    b. Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk

    dilakukan mammografi setiap tahun.

    c. Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50

    tahun.

    Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada

    wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)

    dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara

    hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara

    dini menjadi 75%.

    3. Pencegahan tertier

    Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker

    payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan

    dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan

    tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi

    penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun

    tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh

    bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu,

    pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari

    pengobatan alternative.

  • BAB III

    LAPORAN KASUS

    Nama : Ny. S

    Umur : 52 tahun

    Alamat : Guyanangan, 03/01, Purworejo

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Status : Menikah

    Masuk RS Tanggal : 20 05 - 2015 Jam : 17 : 45 wib

    Diagnosis Masuk : Tumor Mamae Susp. Malignansi

    ANAMNESIS

    Keluhan Utama : Benjolan pada payudara kanan yang semakin membesar

    Keluhan Tambahan : Benjolan terasa keras

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    Pasien datang dengan keluhan benjolan pada payudara kanan yang dirasakan sejak 5

    bulan yang lalu.

    Awalnya pasien tidak sengaja menemukan benjolan kecil. Sekitar 2 bulan terakhir pasien

    mengeluh benjolan di payudara terasa semakin membesar, meluas dan teraba keras.

    Pasien tidak mengeluh pusing, demam, mual, muntah, batuk, serta sesak nafas.

    Riwayat Penyakit yang pernah diderita :

    o Riwayat menderita penyakit kanker disangkal

    o Riwayat sakit DM, hipertensi dan ashma disangkal

    o Riwayat menjalani pengobatan radiasi disangkal

    Riwayat Penyakit Keluarga:

    o Riwayat saudara atau anggota keluarga menderita kanker

    o Riwayat ibu menderita kanker payudara dan ovarium disangkal

    o Riwayat anggota keluarga memiliki keluhan yang sama disangkal

    Riwayat Personal Sosial Lingkungan dan Ekonomi

    o Pasien memiliki tiga orang anak dengan usia saat melahirkan anak pertama usia 26

    tahun. Menyusui (+).

  • o Pasien memiliki riwayat menggunakan KB suntik setelah kelahiran anak pertama.

    Setelah kelahiran anak ke dua dan ke tiga pasien menggunakan KB pil.

    o Riwayat usia menarche > 10 tahun.

    o Riwayat merokok dan konsumsi alkohol disangkal.

    o Riwayat menjalani pengobatan dan bekerja pada lingkungan dengan radiasi tinggi

    disangkal

    o Keadaan ekonomi sehari hari pasien dirasakan cukup.

    Anamnesis Sistem

    o Sistem Saraf Pusat : Demam (-), menggigil (-), kejang (-), Penurunan Kesadaran (-)

    o Sistem Kardiovaskular : Nyeri dada (-), Berdebar debar (-)

    o Sistem Respirasi : Sesak (-), Batuk (-), Pilek (-)

    o Sistem Gastrointestinal : BAB cair (-) , muntah (-), kembung (-), nyeri perut (-)

    o Sistem Urogenital : BAK (+) normal

    o Sistem Musculoskeletal : Tonus otot aktif dan tidak ada keluhan nyeri sendi.

    o Sistem Integumentum : Berkeringat dingin (-), Bercak kemerahan pada ekstremitas

    atas (-) Kulit kering (-), gatal (-), luka (-), bengkak (-).

    PEMERIKSAAN UMUM

    Status Generalisata

    Kesan umum : sedang

    Kesadaran : compos mentis

    Vital Sign

    Heart rate : 92 x/menit

    Tekanan Darah : 130/100 mmHg

    Suhu badan : 36,50C (pengukuran axilla)

    Pernafasan : 20 x/menit

    Kulit: Warna kulit tidak tampak hiperpigmentasi ataupun hipopigmentasi, Kulit teraba

    hangat. Tidak tampak adanya edema, tanda perdarahan, luka parut (sikatrik). Tidak ada

    keluhan gatal, luka, bengkak, dan hiperemis pada kulit.

    Kelenjar limfa: tidak tampak dan teraba pembesaran lnn submaksila, leher, maupun axilla.

    Otot: tonus otot normal, tidak terdapa kekakuan.

    Tulang: tidak ditemukan adanya deformitas

  • Sendi: tidak ada keterbatasan gerak, tidak kaku

    PEMERIKSAAN KHUSUS :

    Pemeriksaan Thorax

    Bentuk dada : Bentuk dada tampak simetris kanan - kiri. Tidak tampak retraksi.

    Pemeriksaan Jantung

    Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.

    Palpasi : Ictus cordis teraba , kuat angkat, irama reguler, pada Spatium intercostal

    (SIC) IV di sebelah medial linea midklavikularis sinistra.

    Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni terdengar dengan interval normal dan reguler.

    Tidak terdengar gallop dan murmur (bising).

    Pemeriksaan Paru-paru

    Kanan Kiri

    Palpasi Nyeri tekan (-), deformitas(-), fraktur iga

    (-).

    Teraba massa pada mamae dextra

    setinggi clavicula 2 sampai clavicula 5

    Tidak terdapat adanya ketinggalan gerak,

    dan pemeriksaan fokal fremitus

    ditemukan getaran dinding dada kanan

    dan kiri terasa sama dan simetris.

    Nyeri tekan (-), deformitas(-), fraktur iga

    (-) , ataupun masa (-).

    Tidak terdapat adanya ketinggalan gerak,

    dan pemeriksaan fokal fremitus

    ditemukan getaran dinding dada kanan

    dan kiri terasa sama dan simetris.

    Perkusi Sonor pada seluruh lapangan paru. Sonor pada seluruh lapangan paru.

    Auskultasi Vesikuler +/+ Wheezing (-/-), ronkhi

    basah kasar (-/-)

    Vesikuler +/+ Wheezing (-/-), ronkhi

    basah kasar (-/-)

    Pemeriksaan Abdomen

    Inspeksi : Tampak datar. Tidak tampak hernia pada umbilikus. Tidak tampak

    adanya benjolan/massa, acites, jejas, sikatrik maupun distensi.

    Auskultasi : Suara peristaltik (BU) terdengar normal. Tidak ditemukan adanya bruit.

    Perkusi : thympani di 4 kuadran.

    Palpasi : tidak ditemukan adanya nyeri tekan abdomen, turgor kulit kembali

    dengan cepat < 2 detik, hepar dan lien tidak teraba.

    Pemeriksaan Ekstremitas

    Superior : Akral teraba hangat. Tidak tampak pucat, ptekie, deformitas dan edema.

    CRT < 2, Limfonodi axilla tidak teraba.

    Inferior : Akral teraba hangat, tidak tampak pucat , ptekie, deformitas, edema (-/-)

  • Pemeriksaan Kepala

    Kepala : Normocephal, tidak tampak adanya massa ataupun benjolan.

    Mata : Konjungtiva anemis (-/-). Tidak ditemukan adanya mata cekung, edema

    palpebra, sklera ikterik. Reflek cahaya positif dengan pupil isokor.

    Telinga : Telinga tampak simetris. Tidak ditemukan adanya discharge, luka serta gatal

    pada aurikula.

    Hidung : Tidak tampak adanya deformitas pada septum.

    Mulut : dalam batas normal

    Leher : kelenjar limfonodi tidak teraba. Tidak ada keluhan nyeri dan kesulitan

    pergerakan leher. Pulsasi karotis teraba. Limfonodi supraklavikula dan subklavikula tidak

    teraba.

    Status Lokalis Thorax

    o Inspeksi :

    Ukuran : Mamae simetris

    Kulit : Mamae tampak normal. Tidak tampak gambaran Peau d'orange, dimpling

    ulserasi maupun hiperpigmentasi dan hipopigmentasi.

    Nipple : retraksi (-), dischard (-).

    Palpasi :

    Masa teraba pada : kuadran bawah medial dan lateral, kuadran atas medial dan regio

    areola (Nipple) pada mamae dextra. Diameter sekitar 4cm.

    Teraba keras, Terfiksasi (imobile), tidak berbatas tegas dengan NT (-).

    Tidak teraba pembesaran lnn axilla maupun supraclaviculla dan infraclaviculla

    Perkusi : sonor (+/+), Redup meningkat pada payudara dextra (+), hipersonor (-/-)

    Auskultasi : Vesikuler +/+

    RINGKASAN ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK

    Seorang perempuan berumur 52 tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan benjolan

    pada payudara kanan yang dirasakan semakin membesar. Benjolan pada payudara kanan

    dirasakan sejak 5 bulan yll. Sekitar 2 bulan terakhir pasien mengeluh benjolan di payudara

    terasa semakin membesar dan teraba keras.

  • Ukuran; Mamae tampak simetris dan normal. Pada palpasi: Masa teraba pada kuadran

    bawah medial dan lateral serta kuadran atas medial dan regio areola (Nipple). Massa teraba

    keras, Terfiksasi (imobile), tidak berbatas tegas dengan NT (-). Diameter sekitar 4cm.

    DIAGNOSIS BANDING

    FAM

    Cystosarcoma phylloides

    Papiloma intraduktal

    RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Darah rutin

    USG / Mamografi

    AJH / biopsi

    HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

    Laboratorium darah rutin otomatik :

    Parameter Hasil Satuan Nilai Normal

    HB 11,2 gr % 13,2 17,2

    AL (Angka Leukosit) 5,3 ribu/ul 3,8 10,6

    AE (Angka Eritrosit) 3,5 juta/ul 4,40 5,90

    AT (Angka Trombosit) 265 ribu/ul 150-400

    HMT (Hematokrit) 40 % 40 -52

    DIEF COUNT

    Netrofil

    Limfosit

    GDS

    Ureum

    Creatinin

    HbSAg

    70,20

    18,5

    129

    99

    1,40

    Negatif

    Mg/dl

    Mg/dl

    Mg/dl

    Mg/dl

    Mg/dl

    50-70

    25-40

    70-120

    10-50

    0,60-1,10

    Negatif

    DIAGNOSIS KERJA

    Tumor mamae susp. Ca mamae

    Derajat

  • RENCANA TATALAKSANA

    Pro- Eksisi

    Puasa

    Informed consent

    Konsul anestesi

    Daftar OK

    RL 20tpm

    Post op:

    1. Inf RL 20 tpm

    2. inj Ceftriaxone 2x 500mg

    3. inj Ketorolak 3x 30 mg

    4. inj. Ranitidin 2 x1amp

    HASIL BIOPSI

    Carcinoma ductal inasif grade III

    RENCANA TATALAKSANA

    Pro-Mastektomi

  • BAB IV

    PEMBAHASAN

    Karsinoma mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara.

    Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat

    pada payudara. Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus

    tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika

    benjolan kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker bias bermestastase pada bagian-bagian tubuh lain.

    Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun organ lainnya.

    Gejalanya biasanya ditemukan pertama kali adalah benjolan seperti pada pasien ini.

    Selanjutnya kita bisa menegakan diagnosis dengan langkah. Langkah tersebut adalah:

    1. Anamesis dan pemeriksaan fisik

    Ditanyakan gejala yang dominan biasanya berupa benjolan dan nyeri. Ditanyakan juga

    onsetnya dan perjalanan penyakitnya. Perlu ditanyakan juga tentang riwayat paritas dan

    menyusui pasien. Selain itu juga ditanyakan apakah ada keluarga yang pernah mengalami

    gejala yang sama atau penyakit kanker lainnya.

    Pada pemeriksaan fisik dilihat benjolannya. Lokasi, ukuran, konsistensi, batas dan

    mobilitasnya. Dilihat juga penyebaran melalu limfogen.

    2. USG atau mamografi

    Pada usia muda dilakukan USG, sedangkan lebih dari 40 tahun dilakukan mamografi.

    Kenapa demikian? Karna pada usia muda masih banyak kelenjar-kelenjar. Sehingga jika

    dilakukan mamografi ditakutkan membiaskan dari penampakan sel kanker itu sendiri.

    3. Biopsi

    Bisa dilakukan AJH, untuk memastikan apakah itu massa kistik ataupun massa solid.

    Namun bisa juga dilakukan eksisi untuk mengambil sebagian dari tumor tersebut dan

    dilakukan pemeriksaan patologi anatomi. Untuk memastikan jenis dari tumor.

    Ketiga pemeriksaan tersebut mendukung dalam penentuan diagnosis karsinoma mamae,

    selain itu dari pemeriksaan-pemeriksaan di atas kita juga bisa menentukan tindakan yang akan

    dilakukan selanjutnya.

  • BAB V

    KESIMPULAN

    Pada kasus ini ditegakan diagnosis tumor mamae dari gejala klinis pasien. Gejala klinis

    berupa ditemukannya massa padat di regio mamae dengan diameter sekitar 4cm. Tidak terdapat

    nyeri dan tidak ada retraksi pada puting.

    Setelah itu tidak dilakukan USG. Karena massa sudah teraba jelas letaknya di regio

    mamae dextra. Lalu dilakukan eksisi untuk mengetahui jenis dari tumor tersebut.

    Setelah eksisi ditemukan hasil pemeriksaan PA adalah carcimoma ductal invasif grade III.

    Lalu sesuai dengan guideline, dilakukan mastektomi pada psien ini. untuk selanjutnya dilakukan

    kemoterapi dan radiasi.