Upload
eka-fitri-maharani
View
11
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
karsinoma mamae atau lebih dikenal dengan kanker payudara merupakan salah satu jenis keganasan.
Citation preview
PRESENTASI KASUS
Karsinoma Mamae
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
RSUD Saras Husada Purworejo
Disusun Oleh :
Eka Fitri Maharani
20100310070
Pembimbing :
dr. Syamsul Burhan Sp. B
SMF Bedah
RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
Karsinoma Mamae
Telah disetujui pada Mei 2015
Oleh :
Pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
dr. Syamsul Burhan, Sp. B
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker payudara merupakan tumor ganas yang berasal dari sel-sel yang terdapat pada
payudara. Payudara terdiri dari lobulus-lobulus, duktus-duktus, lemak dan jaringan konektif,
pembuluh darah dan limfe. Pada umumnya kanker berasal dari sel-sel yang terdapat di duktus,
beberapa diantaranya berasal dari lobulus dan jaringan lainnya.
Jumlah penderita kanker payudara di Amerika Serikat dan beberapa negara maju lainnya
menduduki peringkat pertama (Luwia, 2009). Kasus kanker payudara di Amerika tercatat hampir
200.000 wanita yang terdiagnosis dan setiap tahunnya terdapat lebih dari 40.000 meninggal
akibat penyakit ini (Chen et al, 2010). Data Pathology Based Cancer Registry bekerja sama
dengan yayasan kanker Indonesia, menunjukkan kanker payudara di Indonesia 2 menduduki
peringkat kedua dari semua jenis kanker yang sering diderita (Luwia, 2009). Berdasarkan data
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2009, kanker payudara menempati urutan pertama
pada pasien rawat inap di seluruh rumah sakit di Indonesia 21,69%, disusul kanker leher rahim
17% (Rasjidi, 2009). Berdasarkan data Global Burden of Cancer, angka kejadian kanker
payudara di Indonesia sebanyak 26 per 100.000 perempuan (Bambang, 2010).
Tanda dan gejala kanker payudara yaitu terdapat benjolan pada payudara yang berubah
bentuk, kulit payudara berubah warna, puting susu masuk ke dalam, bila tumor sudah membesar
muncul rasa sakit hilang timbul, kulit payudara terasa seperti terbakar, dan payudara
mengeluarkan darah atau cairan lain (Ramli, 2005).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit dan di atas otot dada,tepatnya pada
hemithoraks kanan dan kiri dengan batas-batas yang tampak dariluar sebagai berikut:
Superior : costa 2 atau 3
Inferior : costa 6 atau 7
Medial : pinggir sternum
Lateral : garis aksillaris anterior
Dalam keadaan normal hanya terdapat sepasang kelenjar payudar. Payudara manusia
berbentuk kerucut tapi sering kali berukuran tidaksama. Payudara dewasa beratnya kira-kira 200
gram. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gram padawaktu menyusui mencapai
800 gram.
Payudara tampak depanAda tiga bagian utama payudara, yaitu:
Korpus (badan), yaitu yang membesar
Aerola, yaitu yang kehitaman di tengah
Papilla, atau putting, yaitu yang menonjol di puncak payudara
Kulit puting susu berpigmen banyak dan tidak berambut.
Papilla dermismengandung banyak kelenjar sebasea. Ada empat
macam bentuk puting, yaitu bentuk yang normal/umum,
pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted). Namun bentuk-
bentuk putting ini tidak selalu berpengaruh pada proses laktasi,
yang penting adalah bahwa putting susu dan areola dapat ditarik
sehingga membentuk tonjolan atau dot ke dalam mulut bayi.
Pada beberapa kasus dapat terjadi dimana putting tidak lentur,
terutama pada bentuk puting terbenam, sehingga butuh penanganan khusus.
Kulit areola juga berpigmen banyak tetapi berbeda dengan kulit puting susu kadang-
kadang mengandung folikel rambut. Kelenjar sebaseanya biasanya terlihat sebagai nodulus kecil
pada permukaan areola dan disebut tuberkel montgomery. Pada papilla dan areola saraf
peraba yang sangat penting untuk reflex menyusui. Bila putting diisap, terjadilah reflex yang
sangat diperlukan dalam proses menyusui.
Payudara dibagi menjadi empat kuadran. Dua garis khayalan ditarik melalui puting susu,
masing-masing saling tegak lurus. Empat kuadran yang dihasilkannya adalah supero
lateral, superomedial, infero lateral, dan infero medial. Ekor payudara merupakan perluasan
kuadran supero lateral. Ekor payudara memanjang sampai ke axilla dan cenderung lebih tebal
ketimbang daerah payudara lainnya. Kuadran luar atas ini mengandung massa jaringan kelenjar
mamma yang lebih banyak atau langsung di belakang areola dan sering menjaditempat neoplasia.
Pada kuadran medial atas dan lateral bawah, jaringan kelenjarlebih sedikit jumlahnya, dan paling
minimal adalah yang di kuadran medial bawah. Jaringan kelenjar payudara tambahan dapat
terjadi disepanjang garis susuyang membentang dari lipatan garis aksillaris anterior, menurun
hingga lipatan paha.
Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot penyokong,lemak,
pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Jaringan kelenjarnya terdiridari 15-25 lobus yang
tersebar radier mengelilingi puting. Tiap-tiap segmen mempunyai satu aliran yang akan
berdilatasi, sesampainya di belakang areola.
Pada retro areolar ini, duktus yang berdilatasi itu menjadi lembut, kecuali selama masa
menyusui, ia akan mengalami distensi. Masing-masing duktus ini tak berisi,dan mempunyai satu
bukaan ke arah puting (duktus eksretorius). Tiap lobus dibagi menjadi 50-75 lobulus, yang
bermuara ke dalam suatu duktus yang mengalirkan isinya ke dalam duktus aksretorius lobus itu.
Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin
terdapat jaringan lemak. Diantara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum
Cooper yang merupakan tonjolan jaringan payudara yang bersatu dengan lapisan luar fasia
superfisialis yang berfungsi sebagai struktur penyokongdan memberi rangka untuk payudara.
Vaskularisasi payudara terdiri atas :
Arteri
Payudara mendapat perdarahan dari :
1. Cabang-cabang perforantes a.mammaria interna. Cabang-cabang I, II, III,dan IV dari a.
mammaria interna menembus dinding dada dekat pinggirsternum pada interkostal yang sesui,
menembus m.pektoralis mayor danmemberi pendarahan tepi medial glandula mamma.
2. Rami pektoralis a. thorako-akromialis Arteri ini berjalan turun diantara m. pektoralis minor
dan m. pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh utama m. pektoralis mayor,
arteri ini akan mendarahi glandulamamma bagian dalam (deep surface).
3. A. thorakalis lateralis (a. mammaria eksterna) Pembuluh darah ini jalanturun menyusuri tepi
lateral m. pektoralis mayor untuk mendarahi bagianlateral payudara.
4. A. thorako-dorsalis Pembuluh darah ini merupakan cabang dari a.subskapularis. Arteri ini
mendarahi m. latissimus dorsi dan m. serratusmagnus. walaupun arteri ini tidak memberikan
pendarahan pada glandulamamma, tetapi sangat penting artinya. Karena pada tindakan radikal
mastektomi, perdarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit dikontrol, sehingga daerah
ini dinamakan the bloody angel.
Vena
Pada daerah payudara, terdapat tiga grup vena :
1. Cabang-cabang perforantes v. mammaria interna Vena ini merupakan venaterbesar yang
mengalirkan darah dari payudara. Vena ini bermuara pada v.mammaria interna yang kemudian
bermuara pada v. innominata.
2. Cabang-cabang v. aksillaris yang terdiri dari v. thorako-akromialis, v.thorakalis lateralis dan v.
thorako-dorsalis.
3. Vena-vena kecil yang bermuara pada v. interkostalis. Vena interkostalis bermuara pada v.
vertebralis, kemudian bermuara pada v. azygos (melaluivena-vena ini metastase dapat
langsung terjadi di paru)
Sistem limfatik pada payudara terdiri dari:
1. Pembuluh getah bening
Pembuluh getah bening aksilla: Pembuluh getah bening aksilla ini mengalirkan getah bening
dari daerah- daerah sekitar areola mamma, kuadran lateral bawah dan kuadran lateral atas
payudara. Pembuluh getah bening mammaria interna: Saluran limfe ini mengalirkan
getah bening dari bagian dalam dan medial payudara. Pembuluh ini berjalan di atas
fasia pektoralis lalu menembus fasia tersebut dan masuk ke dalam m. pektoralis mayor. Lalu
jalan ke medial bersama-sama dengan sistem perforantes menembus m.interkostalis dan
bermuara ke dalam kelenjar getah bening mammaria interna. Dari kelenjar mammaria interna,
getah bening mengalir melalui trunkus limfatikusmammaria interna. Sebagian akan bermuara
pada v. kava, sebagian akan bermuarake duktus thorasikus (untuk sisi kiri) dan duktus
limfatikus dekstra (untuk sisikanan). Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran
medial bawah payudara. Pembuluh ini berjalan bersama-sama vasa epigastrika superior,
menembus fasia rektus dan masuk ke dalam kelenjar getah bening preperikardialanterior yang
terletak di tepi atas diafragma di atas ligamentum falsiform. Kelenjar getah bening ini juga
menampung getah bening dari diafragma,ligamentum falsiforme dan bagian antero-superior
hepar. Dari kelenjar ini, limfe mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria interna.
Kelenjar-kelenjar getah bening aksilla terdapat enam grup kelenjar getah bening aksilla :
Kelenjar getah bening mammaria eksterna. Untaiab kelenjar ini terletak di bawah tepi
lateral m. pektoralis mayor, sepanjang tepi medial aksilla. Grup ini dibagi dalam 2
kelompok :
o Kelompok superior, terletak setinggi interkostal II-III.
o Kelompok inferior, terletak setinggi interkostal IV-V-VI.
Kelenjar getah bening skapula. Terletak sepanjang vasa subskapularis danthorako-
dorsalis, mulai dari percabangan v.aksillaris menjadiv.subskapularis, sampai ke tempat
masuknyav.thorako-dorsalis ke dalamm.latissimus dorsi.
Kelenjar getah bening sentral (Central nodes). Terletak di dalam jaringan lemak di
pusat ketiak. Kadang-kadang beberapa diantaranya terletaksangat superfisial, di bawah
kulit dan fasia pada pusat ketiak, kira-kira pada pertengahan lipat ketiak depan dan
belakang. Kelenjar getah bening ini adalah kelenjar getah bening yang paling mudah
diraba dan merupakan kelenjar aksilla yang terbesar dan terbanyak jumlahnya.
Kelenjar getah bening interpektoral (Rotters nodes). Terletak antaram.pektoralis mayor
dan minor, sepanjang rami pektoralis v.thorako-akromialis. Jumlahnya satu sampai
empat.
Kelenjar getah bening v.aksillaris. Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjangv.aksillaris
bagian lateral, mulai dari white tendon m.latissimus dorsisampai ke sedikit medial dari
percabangan v.aksillaris v.thorakoakromialis.
Kelenjar getah bening subklavikula. Terletak sepanjang v.aksillaris, mulai dari sedikit
medial percabangan v.aksillaris v.thorako-aktomialis sampai dimana v.aksillaris
menghilang dibawah tendo m.subklavius. Kelenjar ini merupakan kelenjar aksilla yang
tertinggi dan termedial letaknya. Semua getah bening yang berasal dari kelenjar-
kelenjar getah bening aksilla masuk ke dalam kelenjar ini. Seluruh klenjar getah
bening aksilla initerletak di bawah fasia kostokorakoid.
Kelenjar getah bening prepektoral merupakan kelenjar tunggal yang kadang-kadang terletak di
bawah kulit atau di dalam jaringan payudara kuadran lateral atas. disebut prepektoral karena
terletak di atasfasia pektoralis.
Kelenjar getah bening mammaria interna tersebar sepanjang trunkus limfatikus mammaria
interna, kira-kira 3 cm dari pinggir sternum. terletak di dalam lemak di atas fasia
endothorasika, pada sela iga, diperkirakan jumlahnya sekitar 6-8 buah.
Keterangan:
A. Duktus
B. Lobulus
C. Bagian duktus yang di latasi untuk menahan susu
D. putting susu
E. Jaringan lemak
F. Otot pektoralis mayor
G. Dinding dada
Makroskopis:
A. inti sel
B. membrane sel
C. lumen
Sejumlah jaringan lemak tergantung pada banyaknya faktor termasuk usia,persentase
lemak tubuh, dan keturunan. Sendi tulang cooper menghubungkan dinding dada pada kulit
payudara dan memberikan bentuk payudara dan keelatisannya.( Long, 2000 )
B. Fisiologi payudara
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah
mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan
menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan
juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. Perubahan
kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi
payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi
pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama
beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan
fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan
menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus
alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior
memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu.
Perkembangan dan fungsi payudara diinisiasi oleh stimulasi berbagai hormon: estrogen,
progesteron, prolaktin, hormon tiroid, kortisol, dan growth hormone. Hormon yang utama ialah
estrogen, progesteron, dan prolaktin. Estrogen diketahui menstimulasi perkembangan duktus
payudara, progesteron menginisiasi perkembangan lobulus dan differensiasi sel, dan prolaktin
menstimulasi laktogenesis pada akhir kehamilan dan postpartum. Secara siklus, volume payudara
mengalami puncaknya pada pertengahan kedua siklus menstruasi dimana terjadi kongesti
vaskular dan proliferasi lobulus. Selama masa kehamilan dan laktasi alveoli dan lobulus
berproliferasi sama seperti duktusnya. Puting dan areola menjadi lebih gelap dan
galandulaMontgomery (kelenjar lemak pada permukaan areola) semakin menonjol. Oksitosin dan
isapan pada puting yang memacu pembentukan prolaktin berperan pada pembentukan dan
pengeluaran ASI. Pada menopause, terjadi penurunan estrogen dan progesteron dari ovarium,
lobulus dan duktus mengalami involusi dan payudara digantikan dengan lemak. Kondisi inilah
yang membuat mammografi digunakan sebagai alat diagnostik pada wanita berusia tua.
C. Faktor Risiko
Penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor
yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:
1. Faktor Reproduksi
Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya kanker payudara adalah
nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan
pertama pada umur tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur.
Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama
merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan
fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25%
kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya
tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.
2. Penggunaan Hormon
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan dari Harvard
School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang
signifikan pada para pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan
bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita
yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami
kanker payudara sebelum menopause. Sel-sel yang sensitive terhadap rangsangan hormonal
mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas.
3. Penyakit Fibrokistik
Pada wanita dengan adenosis, sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko
meningkat hingga fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker
payudara. Pada hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali.
Sedangkan pada hiperplasia atipik risiko meningkat hingga 5 kali (Karten, 2003).
4. Obesitas
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan kanker payudara
pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap kekerapan kanker ini di negara-negara Barat
dan bukan Barat serta perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini.
5. Konsumsi Lemak
Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Willet
dkk. melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang konsumsi lemak dan serat dalam
hubungannya dengan risiko kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun.
6. Radiasi
Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan terjadinya risiko
kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker
radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.
7. Riwayat Keluarga dan Faktor Genetik
Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan
dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan pada
wanita yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa
kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1dan BRCA2,
yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker
payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. Faktor Usia
sangat berpengaruh -> sekitar 60% kanker payudara terjadi di usia 60 tahun. Resiko terbesar
usia 75 tahun.
D. Etiologi
Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya serangkaian faktor
genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker
payudara. Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa perubahan genetik berkaitan
dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum
diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan
pengaruh protein baik yang menekan atau meningkatkan perkembangan kanker payudara.
Hormone steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam kanker
payudara. Dua hormon ovarium utama-estradiol dan progesterone- mengalami perubahan dalam
lingkungan seluler, yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker payudara.
(Brunner & Suddarth, 2002).
Namun beberapa faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker
payudara (Erik ,2005) yaitu :
1. Tinggi melebihi 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena pertumbuhan
lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA)
pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.
2. Usia Usia dibawah 20 tahun jarang dijumpai kanker payudara, angka kejadiannya meningkat
sejalan dengan bertambahnya usia
3. Wanita yang belum mempunyai anak lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih
lama dibandingkan wanita yang sudah punya anak.
4. Ibu yang menyusui Ibu yang menyusui dapat mengurangi bahaya terkena kanker payudara
karena semakin lama ibu menyusui anaknya semakin kecil terkena kanker payudara,saat
menyusui terdapat perubahan hormonal salah satunya yaitu penurunan esterogen.
5. Kelamin Kelamin laki-laki hanya 1 % angka kejadian kanker payudara.
6. Faktor genetik Faktor genetik kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 3 x lebih
besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. Dan
secara umum juga riwayat keluarga sangat berperan dalam terjadinya kanker payudara.
E. Patofisiologi
Diagnosa kanker dapat ditegakkan dengan baik terutama untuk melakukan pengobatan
yang tepat. Tumor atau neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri proliferasi
yang berlebihan dan tak berguna, yang tidak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya. Proliferasi
abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan
memasukinya atau terjadi mestastase dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang
jauh. Perubahan secara biokimiawi dan genetis terjadi didalam sel tersebut terutama dalam inti
sel. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel yang mengalami transformasi maligna dan
berubah menjadi sekelompok sel ganas diantara sel normal (Wilensky dan Lincoln, 2008)
Menurut Luwia (2003), proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase, yaitu: a. Fase
induksi: 15-30 tahun Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai
dapat merubah jaringan dysplasia menjadi tumor ganas. b. Fase insitu: 5-10 tahun Terjadi
perubahan jaringan menjadi lesi pre cancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga
mulut, paru, saluran cerna, kulit dan akhirnya juga di payudara. c. Fase invasi: 1-5 tahun. Sel
menjadi ganas, berkembang baik dan menginfiltrasi melalui membran sel jaringan sekitarnya dan
melalui pembuluh darah serta saluran limfa. d. Fase desiminasi: 1-5 tahun Terjadi penyebaran ke
tempat lain.
F. Klasifikasi
Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Non-invasif karsinoma
Non-invasif karsinoma adalah kanker yang masih berada pada
tempatnya,merupakan kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat
asalnya. Non-invasif karsinoma dibedakan menjadi menjadi dua, yaitu :
Non-invasif duktal karsinoma
Lobular karsinoma in situ
2. Invasif karsinoma
Invasif karsinoma adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan lainnya, bisa
terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik (menyebar ke bagian tubuh
lainnya). Sekitar 80% kanker payudara invasif adalah kanker duktal dan 10% adalah kanker
lobuler. Invasif karsinoma terdapat beberapa jenis, antara lain :
Invasif duktal karsinoma
Papilobular karsinoma
Solid-tubular karsinoma
Scirrhous karsinoma
Special types
Mucinous karsinoma
Medulare karsinoma
Invasif lobular karsinoma
Adenoid cystic karsinoma
karsinoma sel squamos
karsinoma sel spindel
Apocrin karsinoma
Karsinoma dengan metaplasia kartilago atau osseus metaplasia
Tubular karsinoma
Sekretori karsinoma
Lainnya
3. Paget's Disease
Pagets disease adalah suatu kanker kulit yang jarang terjadi yang menyerupai dermatitis
(peradangan kulit berupa bercak kemerahan dan berasal dari kelenjar di dalam atau di
bawah kulit). Biasanya berasal dari kanker pada saluran susu di payudara, sehingga kanker
ini biasanya ditemukan di sekitar puting susu.
G. Stadium
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat
penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat
lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk
menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan
pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA,rontgen, USG, dan bila
memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi, dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium,
namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem
TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer dari World
Health Organization) / AJCC (American Joint Committee On cancer yang disponsori
oleh American Cancer Society dan American College of Surgeons). TNM merupakan singkatan
dari "T" yaitu tumor size atau ukuran tumor, "N" yaitu node atau kelenjar getah bening regional
dan "M" yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara
klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi
(PA).
Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut:
T (tumor size), ukuran tumor:
T 0: tidak ditemukan tumor primer
T 1: ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
T 2: ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
T 3: ukuran tumor diameter > 5 cm
T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding dada atau
pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau
ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama
N (node), kelenjar getah bening regional:
N 0: tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak/aksilla
N 1: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan
N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan
N 3: ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb
di mammary interna di dekat tulang sternum
M (metastasis), penyebaran jauh:
M x: metastasis jauh belum dapat dinilai
M 0: tidak terdapat metastasis jauh
M 1: terdapat metastasis jauh
Setelah masing-masing faktor T, N, dan M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian
digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:
Stadium 0: Tis N0 M0
Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau Non-invasive Cancer, yaitu kanker tidak menyebar
keluar dari pembuluh / saluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lobules) susu pada
payudara.
Stadium 1: T1 N0 M0
Tumor masih sangat kecil, diameter tumor terbesar kurang dari atau sama dengan 2 cm dan
tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional.
Stadium II A: T0 N1 M0/T1 N1 M0/T2 N0 M0
o Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tetapi terdapat metastasis kelenjar limfe
mobil di fosa aksilar ipsilateral.
o Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan metastasis
kelenjar limfe mobil di fosa aksilar ipsilateral.
o Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm dan tidak ada
metastasis ke kelenjar limfe regional.1
Stadium II B: T2 N1 M0 / T3 N0 M0
Diameter tumor lebih dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm dan terdapat metastasis
kelenjar limfe mobil di fosa aksilar ipsilateral.
http://1.bp.blogspot.com/-pognAkjvd1s/TklB-BsN39I/AAAAAAAAAZo/hjx4E27SKrw/s1600/1.pnghttp://3.bp.blogspot.com/-00ZtIu3wRJM/TklCBcQzzUI/AAAAAAAAAZs/uB9W19xwMvg/s1600/2.pngDiameter tumor lebih dari 5 cm, tetapi tidak terdapat metastasis kelenjar limfe regional.
Stadium III A: T0 N2 M0/T1 N2 M0/T2 N2 M0/T3 N1 M0/T2 N2 M0
Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan terdapat metastasis kelenjar limfe di fosa
aksilar ipsilateral yang terfiksasi dengan jaringan lain.
Diameter tumor lebih dari 5 cm dan terdapat metastasis kelenjar limfe di fosa aksilar
ipsilateral yang terfiksasi dengan jaringan lain.
Stadium III B: T4 N0 M0/T4 N1 M0/T4 N2 M0
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa juga luka
bernanah di payudara. Didiagnosis sebagai Inflamatory Breast Cancer. Bisa sudah atau bisa
juga belum menyebar ke pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak
menyebar ke bagian lain dari organ tubuh.
http://4.bp.blogspot.com/-ht6RgM4omiQ/TklCFiIHrnI/AAAAAAAAAZw/f8RlyhSFbw0/s1600/3.pnghttp://1.bp.blogspot.com/-qfeBNoKvdms/TklCI_XV8jI/AAAAAAAAAZ0/y9Qad53FMoA/s1600/4.pngStadium III C: Tiap T N3 M0
Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe infraklavikular
ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mammaria
interna dan metastase kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe supraklavikular
ipsilateral.
Stadium IV: Tiap T-Tiap N-M1
Ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi telah menyebar ke lokasi yang jauh, yaitu : tulang,
paru-paru, liver atau tulang rusuk.
http://2.bp.blogspot.com/-RZ02-AlNm1s/TklCXipCOEI/AAAAAAAAAZ4/it3wSo_wPFY/s1600/5.pnghttp://1.bp.blogspot.com/-M4xcUFlp6PM/TklCcNqCY1I/AAAAAAAAAZ8/fjWmLasZW38/s1600/6.pngH. Gejala Klinis
Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil,
semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada
kulit payudara atau pada puting susu. Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam
(retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit
kelihatan seperti kulit jeruk (peau d'orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada
payudara. Borok itu semakin lama akan semakin besar dan mendalam sehingga dapat
menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah.
Ciri-ciri lainnya antara lain:
Pendarahan pada puting susu.
Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah
timbul borok, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang
Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema)
pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria
operbilitas Heagensen sebagai berikut:
o Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara)
o Adanya nodul satelit pada kulit payudara
o Kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa
o Terdapat model parasternal
o Terdapat nodul supraklavikula
o Adanya edema lengan
o Adanya metastase jauh
http://id.wikipedia.org/wiki/Nyerihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kulithttp://id.wikipedia.org/wiki/Susuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Merahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Coklathttp://id.wikipedia.org/wiki/Jerukhttp://id.wikipedia.org/wiki/Borokhttp://4.bp.blogspot.com/-hcxNYwRWQwE/TklCfN_5SQI/AAAAAAAAAaA/7Wsl8mekQCo/s1600/7.pngo Serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi
kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah
bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila
melekat satu sama lain.2
I. Penegakan Diagnosis
Anamnesa
Anamnesis harus mencakup status haid, perkawinan, partus, laktasi, dan riwayat kelainan
mammae sebelumnya, riwayat keluarga yang menderita kanker, fungsi kelenjar tiroid,
penyakit ginekologik, dan lain-lain. Dalam riwayat penyakit sekarang terutama harus
perhatikan waktu timbulnya massa, kecepatan pertumbuhan, dan hubungan dengan haid.
Pemeriksaan fisik
Mencakup pemeriksaan fisik menyeluruh (sesuai pemeriksaan rutin) dan pemeriksaan
kelenjar mammae. Dari inspeksi, amati ukuran, simetri kedua mammae, perhatikan
apakah ada benjolan tumor atau perubahan patologik kulit (misal cekungan, kemerahan,
udem,erosi, nodul satelit, dll). Perhatikan kedua papila mammae apakah simetri, ada
retraksi, distorsi, erosi, an kelainan lain. Palpasi umumnya dalam posisi berbaring, juga
dapat kombinasi duduk dan baring dengan tangan penderita diangkat. Waktu periksa
rapatkan keempat jari, gunakan ujung dan perut jari berlawanan arah jarum jam atau
searah jarum jam. Kemudian dengan lembut pijat areola mammae. Papila mamae, lihat
apakah keluar sekret. Jika terdapat tumor, harus secara rinci periksa dan catat lokasi,
ukuran, konsistensi, kondisi batas, permukaan mobilitas, nyeri tekan. Ketika memeriksa
apakah tumor melekat ke dasarnya, harus meminta lengan pasien sisi lesi bertolak
pinggang, agar m. Pektoralis mayor berkerut. Jika tumor dan kulit atau dasar melekat,
mobilitas terkekang, kemungkinan kanker sangat besar. Jika terdapat sekret papila
mammae, harus buat sediaan apus untuk pemeriksaan sitologi. Pemeriksaan kelenjar limfe
regional paling baik posisi duduk. Ketika memeriksa aksila kanan, dengan tangan kiri
topang siku kanan pasien, dengan ujung jari kiri palpasi seluruh fosa aksila secara
berurutan. Waktu memeriksa fosa aksila kiri sebaliknya, dan terakhir periksa kelenjar
supraklavikular.
Pemeriksaan penunjang diagnosis
o Mammografi
Kelebihan mamografi adalah dapat menampilkan nodul yang sulit dipalpasi atau
terpalpasi atipikal menjadi gambar, dapat menemukan lesi mammae yang tanpa nodul
namun terdapat bercak mikrokalsifikasi, dapat digunakan untuk analisis diagnostik
dan rujukan tindak lanjut. Ketepatan diagnostik sekitar 80%.
o USG
Transduser frekuensi tinggi dan pemeriksaan dopler tidak hanya dapat membedakan
dengan sangat baik tumor kistik atau padat, tapi juga dapat mengetahui pasokan
darahnya serta kondisi jaringan sekitarnya, menjadi dasar diagnosis yang sangat baik.
o MRI mammae
Karena tumor mammae mengandung densitas mikrovaskular abnormal, MRI
mammae dengan kontras memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi dalam diagnosis
karsinoma mammae stadium dini.
o Pemeriksaan biopsy
Pemeriksaan ini dengan mengangkat jaringan dari massa payudara untuk pemeriksaan
histology untuk memastikan keganasannya. Cara biopsi dapat berupa biopsi eksisi
atau insisi, tapi umumnya dengan biopsi eksisi. Di RS yang menyediakan dapat
dilakukan pemeriksaan potong beku saat operasi. Bila tak ada perlengkapan itu, untuk
karsinoma mammae yang dapat dioperasi tidak sesuai dilakukan insisi tumor, untuk
menghindari penyebaran iatrogenik tumor.
Ada 4 tipe biopsy, 2 tindakan menggunakan jarum dan 2 tindakan menggunakan
insisi pemmbedahan.
a) Aspirasi biopsy
Dengan aspirasi jarum halus sifat massa dapat dibedakan antara kistik atau
padat, kista akan mengempis jika semua cairan dibuang. Jika hasil
mammogram normal dan tidak terjadi kekambuhan pembentukan massa
srlama 2-3 minggu, maka tidak diperlukan tindakan lebih lanjut. Jika massa
menetap/terbentuk kembali atau jika cairan spinal mengandung darah,maka
ini merupakan indikasi untuk dilakukan biopsy pembedahan.
b) Tru-Cut atau Core biopsy
Biopsi dilakukan dengan menggunakan perlengkapan stereotactic biopsy
mammografi dan personal untuk memndu jarum pada massa/lesi tersebut.
Pemeriksaan ini lebih baik oleh ahli bedah ataupun pasien karena lebih cepat,
tidak menimbulkan nyeri yang berlebihan dan biaya tidak mahal.
c) Insisi biopsy
Sebagian massa dibuang
d) Eksisi biopsy
Seluruh massa diangkat. Hasil biopsy dapat digunakan untuk dilakukan
pemeriksaan histologik.
J. Penatalaksanaan
Terapi bedah
Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0, I, II dan sebagian stadium III disebut
kanker mammae operabel. Pola operasi yang sering dipakai adalah :
a) Mastektomi radikal: operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya disebut
Lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker,
bukan seluruh payudara. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang
besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara. b). Pengangkatan
Kelenjar Getah Bening (KGB) Ketiak. Pengangkatan KGB Ketiak dilakukan terhadap
penderita kanker payudara yang menyebar tetapi besar tumornya lebih dari 2,5
cm.Seiring dengan pemahaman lebih dalam atas tabiat biologis karsinoma mammae,
ditambah makin banyaknya kasus stadium sedang dan dini serta kemajuan terapi
kombinasi, maka penggunaan mastektomi radikal konvensional telah makin
berkurang.
b) Mastektomi radikal modifikasi: yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan
payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan disekitar ketiak.
Lingkup reseksi sama dengan teknik radikal, tapi mempertahankan m. Pektoralis
mayor dan minor (model Auchincloss) atau mempertahankan m. Pektoralis mayor,
mereseksi m. Pektoralis minor (model Patey). Pola operasi ini mempunyai
kelebihan antara lain memacu pemulihan fungsi pasca operasi, tapi sulit
membersihkan kelenjar limfe aksilar superior. Dewasa ini, mastektomi radikal
modifikasi disebut sebagai mastektomi radikal standar, luas digunakan secara klinis.
c) Mastektomi total (simple): hanya membuang seluruh kelenjar mammae tanpa
membersihkan kelenjar limfe. Model operasi ini terutama untuk karsinoma in situ
atau pasien lanjut usia.
Radioterapi
Radioterapi terutama mempunyai 3 tujuan :
Radioterapi murni kuratif :
Radioterapi murni terhadap kanker mammae hasilnya kurang ideal, survival 5 tahun
10-37%. Terutama digunakan untuk pasien dengan kontraindikasi atau menolak
operasi.
Radioterapi adjuvan :
Menjadi bagian integral penting dari terapi kombinasi. Menurut pengaturan waktu
radioterapi dapat dibagi menjadi radioterapi pra-operasi terutama untuk pasien
stadium lanjut lokalisasi, dapat membuat sebagian kanker mammae non-operabel
menjadi kanker mammae yang operabel. Radioterapi pasca operasi adalah radioterapi
seluruh mammae (bila perlu ditambah radioterapi kelenjar limfe regional). Indikasi
radioterapi pasca mastektomi adalah : diameter tumor primer 5 cm, fasia pektoralis
terinvasi, jumlah kelenjar limfe aksilar metastatik lebih dari 4 buah dan tepi irisan
positif. Area target iradiasi harus mencakup dinding toraks dan regio supraklavikular.
Regio mamaria interna jarang terjadi rekurensi klinik, sehingga perlu tidaknya
radioterapi rutin masih kontroversial.
Radioterapi paliatif :
Terutama untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut dengan rekurensi, metastasis.
Dalam hal meredakan nyeri efeknya sangat baik.
Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair
atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel
kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi adalah pasien
mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang
diberikan pada saat kemoterapi.
Terapi hormonal
Terapi hormonal terutama mencakup bedah dan terapi hormon. Terapi hormonal bedah
terutama adalah ooforektomi (disebut juga kastrasi) terhadap wanita pramenopause,
sedangkan adrenalektomi dan hipofisektomi sudah ditinggalkan. Terapi hormonal
medikamentosa yang digunakan di klinis yang terutama adalah obat antiestrogen.
Tamoksifen merupakan penyekat reseptor estrogen, mekanisme utamanya adalah
berikatan dengan reseptor estrogen secara kompetitif, menyekat transmisi informasi ke
dalam sel tumor sehingga berefek terapi. Tamoksifen juga memiliki efek mirip
estrogen, berefek samping trombosis vena dalam, karsinoma endometrium dan lain-lain.
Sehingga perlu diperhatikan dan diperiksa secara berkala.
K. PROGNOSIS
Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis, tapi yang jelas berpengaruh adalah kondisi
kelenjar limfe dan stadium. Survival 5 tahun pasca operasi pada kasus kelenjar limfe negatif dan
positif adalah masing-masing 80% dan 59%, survival 5 tahun untuk stadium 0-I, II, dan III adalah
masing-masing 92%, 73%, dan 47%. Sedangkan pada yang non-operabel, survival 5 tahun
kebanyakan dilaporkan dalam batas 20%. Oleh karena itu dalam kondisi dewasa ini untuk
meningkatkan angka kesembuhan kanker mammae kuncinya adalah penemuan dini, diagnosis
dini, terapi dini dan tepat.
L. PENCEGAHAN
Hampir setiap epidemiologi sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian
penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker
payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan
karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan diri dari
keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker
payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan populasi at
risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini.
Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining
melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara,
tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan
salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara.
Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa
pertimbangan antara lain:
a. Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey.
b. Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk
dilakukan mammografi setiap tahun.
c. Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50
tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada
wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara
hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara
dini menjadi 75%.
3. Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker
payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan
dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan
tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi
penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun
tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh
bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu,
pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari
pengobatan alternative.
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. S
Umur : 52 tahun
Alamat : Guyanangan, 03/01, Purworejo
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Masuk RS Tanggal : 20 05 - 2015 Jam : 17 : 45 wib
Diagnosis Masuk : Tumor Mamae Susp. Malignansi
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Benjolan pada payudara kanan yang semakin membesar
Keluhan Tambahan : Benjolan terasa keras
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan benjolan pada payudara kanan yang dirasakan sejak 5
bulan yang lalu.
Awalnya pasien tidak sengaja menemukan benjolan kecil. Sekitar 2 bulan terakhir pasien
mengeluh benjolan di payudara terasa semakin membesar, meluas dan teraba keras.
Pasien tidak mengeluh pusing, demam, mual, muntah, batuk, serta sesak nafas.
Riwayat Penyakit yang pernah diderita :
o Riwayat menderita penyakit kanker disangkal
o Riwayat sakit DM, hipertensi dan ashma disangkal
o Riwayat menjalani pengobatan radiasi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga:
o Riwayat saudara atau anggota keluarga menderita kanker
o Riwayat ibu menderita kanker payudara dan ovarium disangkal
o Riwayat anggota keluarga memiliki keluhan yang sama disangkal
Riwayat Personal Sosial Lingkungan dan Ekonomi
o Pasien memiliki tiga orang anak dengan usia saat melahirkan anak pertama usia 26
tahun. Menyusui (+).
o Pasien memiliki riwayat menggunakan KB suntik setelah kelahiran anak pertama.
Setelah kelahiran anak ke dua dan ke tiga pasien menggunakan KB pil.
o Riwayat usia menarche > 10 tahun.
o Riwayat merokok dan konsumsi alkohol disangkal.
o Riwayat menjalani pengobatan dan bekerja pada lingkungan dengan radiasi tinggi
disangkal
o Keadaan ekonomi sehari hari pasien dirasakan cukup.
Anamnesis Sistem
o Sistem Saraf Pusat : Demam (-), menggigil (-), kejang (-), Penurunan Kesadaran (-)
o Sistem Kardiovaskular : Nyeri dada (-), Berdebar debar (-)
o Sistem Respirasi : Sesak (-), Batuk (-), Pilek (-)
o Sistem Gastrointestinal : BAB cair (-) , muntah (-), kembung (-), nyeri perut (-)
o Sistem Urogenital : BAK (+) normal
o Sistem Musculoskeletal : Tonus otot aktif dan tidak ada keluhan nyeri sendi.
o Sistem Integumentum : Berkeringat dingin (-), Bercak kemerahan pada ekstremitas
atas (-) Kulit kering (-), gatal (-), luka (-), bengkak (-).
PEMERIKSAAN UMUM
Status Generalisata
Kesan umum : sedang
Kesadaran : compos mentis
Vital Sign
Heart rate : 92 x/menit
Tekanan Darah : 130/100 mmHg
Suhu badan : 36,50C (pengukuran axilla)
Pernafasan : 20 x/menit
Kulit: Warna kulit tidak tampak hiperpigmentasi ataupun hipopigmentasi, Kulit teraba
hangat. Tidak tampak adanya edema, tanda perdarahan, luka parut (sikatrik). Tidak ada
keluhan gatal, luka, bengkak, dan hiperemis pada kulit.
Kelenjar limfa: tidak tampak dan teraba pembesaran lnn submaksila, leher, maupun axilla.
Otot: tonus otot normal, tidak terdapa kekakuan.
Tulang: tidak ditemukan adanya deformitas
Sendi: tidak ada keterbatasan gerak, tidak kaku
PEMERIKSAAN KHUSUS :
Pemeriksaan Thorax
Bentuk dada : Bentuk dada tampak simetris kanan - kiri. Tidak tampak retraksi.
Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Ictus cordis teraba , kuat angkat, irama reguler, pada Spatium intercostal
(SIC) IV di sebelah medial linea midklavikularis sinistra.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni terdengar dengan interval normal dan reguler.
Tidak terdengar gallop dan murmur (bising).
Pemeriksaan Paru-paru
Kanan Kiri
Palpasi Nyeri tekan (-), deformitas(-), fraktur iga
(-).
Teraba massa pada mamae dextra
setinggi clavicula 2 sampai clavicula 5
Tidak terdapat adanya ketinggalan gerak,
dan pemeriksaan fokal fremitus
ditemukan getaran dinding dada kanan
dan kiri terasa sama dan simetris.
Nyeri tekan (-), deformitas(-), fraktur iga
(-) , ataupun masa (-).
Tidak terdapat adanya ketinggalan gerak,
dan pemeriksaan fokal fremitus
ditemukan getaran dinding dada kanan
dan kiri terasa sama dan simetris.
Perkusi Sonor pada seluruh lapangan paru. Sonor pada seluruh lapangan paru.
Auskultasi Vesikuler +/+ Wheezing (-/-), ronkhi
basah kasar (-/-)
Vesikuler +/+ Wheezing (-/-), ronkhi
basah kasar (-/-)
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Tampak datar. Tidak tampak hernia pada umbilikus. Tidak tampak
adanya benjolan/massa, acites, jejas, sikatrik maupun distensi.
Auskultasi : Suara peristaltik (BU) terdengar normal. Tidak ditemukan adanya bruit.
Perkusi : thympani di 4 kuadran.
Palpasi : tidak ditemukan adanya nyeri tekan abdomen, turgor kulit kembali
dengan cepat < 2 detik, hepar dan lien tidak teraba.
Pemeriksaan Ekstremitas
Superior : Akral teraba hangat. Tidak tampak pucat, ptekie, deformitas dan edema.
CRT < 2, Limfonodi axilla tidak teraba.
Inferior : Akral teraba hangat, tidak tampak pucat , ptekie, deformitas, edema (-/-)
Pemeriksaan Kepala
Kepala : Normocephal, tidak tampak adanya massa ataupun benjolan.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-). Tidak ditemukan adanya mata cekung, edema
palpebra, sklera ikterik. Reflek cahaya positif dengan pupil isokor.
Telinga : Telinga tampak simetris. Tidak ditemukan adanya discharge, luka serta gatal
pada aurikula.
Hidung : Tidak tampak adanya deformitas pada septum.
Mulut : dalam batas normal
Leher : kelenjar limfonodi tidak teraba. Tidak ada keluhan nyeri dan kesulitan
pergerakan leher. Pulsasi karotis teraba. Limfonodi supraklavikula dan subklavikula tidak
teraba.
Status Lokalis Thorax
o Inspeksi :
Ukuran : Mamae simetris
Kulit : Mamae tampak normal. Tidak tampak gambaran Peau d'orange, dimpling
ulserasi maupun hiperpigmentasi dan hipopigmentasi.
Nipple : retraksi (-), dischard (-).
Palpasi :
Masa teraba pada : kuadran bawah medial dan lateral, kuadran atas medial dan regio
areola (Nipple) pada mamae dextra. Diameter sekitar 4cm.
Teraba keras, Terfiksasi (imobile), tidak berbatas tegas dengan NT (-).
Tidak teraba pembesaran lnn axilla maupun supraclaviculla dan infraclaviculla
Perkusi : sonor (+/+), Redup meningkat pada payudara dextra (+), hipersonor (-/-)
Auskultasi : Vesikuler +/+
RINGKASAN ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK
Seorang perempuan berumur 52 tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan benjolan
pada payudara kanan yang dirasakan semakin membesar. Benjolan pada payudara kanan
dirasakan sejak 5 bulan yll. Sekitar 2 bulan terakhir pasien mengeluh benjolan di payudara
terasa semakin membesar dan teraba keras.
Ukuran; Mamae tampak simetris dan normal. Pada palpasi: Masa teraba pada kuadran
bawah medial dan lateral serta kuadran atas medial dan regio areola (Nipple). Massa teraba
keras, Terfiksasi (imobile), tidak berbatas tegas dengan NT (-). Diameter sekitar 4cm.
DIAGNOSIS BANDING
FAM
Cystosarcoma phylloides
Papiloma intraduktal
RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin
USG / Mamografi
AJH / biopsi
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Laboratorium darah rutin otomatik :
Parameter Hasil Satuan Nilai Normal
HB 11,2 gr % 13,2 17,2
AL (Angka Leukosit) 5,3 ribu/ul 3,8 10,6
AE (Angka Eritrosit) 3,5 juta/ul 4,40 5,90
AT (Angka Trombosit) 265 ribu/ul 150-400
HMT (Hematokrit) 40 % 40 -52
DIEF COUNT
Netrofil
Limfosit
GDS
Ureum
Creatinin
HbSAg
70,20
18,5
129
99
1,40
Negatif
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
50-70
25-40
70-120
10-50
0,60-1,10
Negatif
DIAGNOSIS KERJA
Tumor mamae susp. Ca mamae
Derajat
RENCANA TATALAKSANA
Pro- Eksisi
Puasa
Informed consent
Konsul anestesi
Daftar OK
RL 20tpm
Post op:
1. Inf RL 20 tpm
2. inj Ceftriaxone 2x 500mg
3. inj Ketorolak 3x 30 mg
4. inj. Ranitidin 2 x1amp
HASIL BIOPSI
Carcinoma ductal inasif grade III
RENCANA TATALAKSANA
Pro-Mastektomi
BAB IV
PEMBAHASAN
Karsinoma mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara.
Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat
pada payudara. Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika
benjolan kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker bias bermestastase pada bagian-bagian tubuh lain.
Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun organ lainnya.
Gejalanya biasanya ditemukan pertama kali adalah benjolan seperti pada pasien ini.
Selanjutnya kita bisa menegakan diagnosis dengan langkah. Langkah tersebut adalah:
1. Anamesis dan pemeriksaan fisik
Ditanyakan gejala yang dominan biasanya berupa benjolan dan nyeri. Ditanyakan juga
onsetnya dan perjalanan penyakitnya. Perlu ditanyakan juga tentang riwayat paritas dan
menyusui pasien. Selain itu juga ditanyakan apakah ada keluarga yang pernah mengalami
gejala yang sama atau penyakit kanker lainnya.
Pada pemeriksaan fisik dilihat benjolannya. Lokasi, ukuran, konsistensi, batas dan
mobilitasnya. Dilihat juga penyebaran melalu limfogen.
2. USG atau mamografi
Pada usia muda dilakukan USG, sedangkan lebih dari 40 tahun dilakukan mamografi.
Kenapa demikian? Karna pada usia muda masih banyak kelenjar-kelenjar. Sehingga jika
dilakukan mamografi ditakutkan membiaskan dari penampakan sel kanker itu sendiri.
3. Biopsi
Bisa dilakukan AJH, untuk memastikan apakah itu massa kistik ataupun massa solid.
Namun bisa juga dilakukan eksisi untuk mengambil sebagian dari tumor tersebut dan
dilakukan pemeriksaan patologi anatomi. Untuk memastikan jenis dari tumor.
Ketiga pemeriksaan tersebut mendukung dalam penentuan diagnosis karsinoma mamae,
selain itu dari pemeriksaan-pemeriksaan di atas kita juga bisa menentukan tindakan yang akan
dilakukan selanjutnya.
BAB V
KESIMPULAN
Pada kasus ini ditegakan diagnosis tumor mamae dari gejala klinis pasien. Gejala klinis
berupa ditemukannya massa padat di regio mamae dengan diameter sekitar 4cm. Tidak terdapat
nyeri dan tidak ada retraksi pada puting.
Setelah itu tidak dilakukan USG. Karena massa sudah teraba jelas letaknya di regio
mamae dextra. Lalu dilakukan eksisi untuk mengetahui jenis dari tumor tersebut.
Setelah eksisi ditemukan hasil pemeriksaan PA adalah carcimoma ductal invasif grade III.
Lalu sesuai dengan guideline, dilakukan mastektomi pada psien ini. untuk selanjutnya dilakukan
kemoterapi dan radiasi.