16
Trichuriasis A. Parasit penyebabnya adalah Trichuris trichiura b. Toxonomi Sub kingdom : Metazoa. Phylum : Nemathelminthes Kelas : Nematoda Sub kelas : Aphasmidia Ordo : Enoplida Super famili : Trichinellidea Genus : Trichuris Spesies : T. trichuira (Jeffrey dan Leach, 1993) Pengertian. Trichuriasis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh T. trichiura (cacing cambuk) yang hidup di usus besar

cacing TT

Embed Size (px)

DESCRIPTION

trichuris trichura

Citation preview

Page 1: cacing TT

Trichuriasis

A. Parasit penyebabnya adalah Trichuris trichiura

b. Toxonomi Sub kingdom : Metazoa.

Phylum : Nemathelminthes

Kelas : Nematoda

Sub kelas : Aphasmidia

Ordo : Enoplida

Super famili : Trichinellidea

Genus : Trichuris

Spesies : T. trichuira

(Jeffrey dan Leach, 1993)

Pengertian.

Trichuriasis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh T. trichiura (cacing

cambuk) yang hidup di usus besar manusia khususnya caecum yang penularannya

melalui tanah. Cacing ini tersebar di seluruh dunia, prevalensinya paling tinggi berada

di daerah panas dan lembab seperti di negara tropis dan juga di daerah- daerah dengan

sanitasi yang buruk, cacing ini jarang dijumpai di daerah yang gersang, sangat panas

atau sangat dingin. Cacing ini merupakan penyebab infeksi cacing kedua terbanyak

pada manusia di daerah tropis

(http://www.scielo.br/pdf/mioc/v110n1/0074-0276-mioc-0140367.pdf)

Epidemiologi

lokasi yang cocok untuk berkembang cacing ini berada pada daerah tropis ataupun

subtropics, dikarenakan sauna lingkungan dan suhu yang optimum untuk cacing iini

berkemmbang biak, berikut peta penyebaran cacingnya

Page 2: cacing TT

http://www.who.int/intestinal_worms/epidemiology/en/

Siklus hidup

Siklus hidup cacing ini langsung dan menjadi dewasa pada satu inang. Cacing dewasa

masuk ke mukosa caecum dan colon proximal manusia dan dapat hidup di saluran

pencernaan selama bertahun-tahun. Cacing betina diperkirakan memproduksi lebih

dari 1000 telur perhari. Telur yang keluar melalui tinja menjadi infektif dalam waktu

10-14 hari (lebih kurang tiga minggu) di tanah yang hangat dan lembab. Manusia

mendapat infeksi karena menelan telur infektif dari tanah yang mengkontaminasi

tangan, makanan, dan sayuran segar. Selanjutnya larva cacing tumbuh dan

berkembang menjadi dewasa dalam waktu 1-3 bulan setelah infeksi. Telur ditemukan

dalam tinja setelah 70-90 hari sejak terinfeksi Infeksi ringan pada manusia biasanya

tanpa gejala. Kelainan patologi disebabkan oleh cacing dewasa. Bila jumlah cacing

cukup banyak dapat menyebabkan colitis dan apendisitis akibat blokade lumen

appendics. Infeksi yang berat menyebabkan nyeri perut, tenesmus, diare berisi darah

Page 3: cacing TT

dan lender (disentri), anemia, prolapsus rektum, dan hipoproteinemia. Pada anak,

cacing ini dapat menyebabkan jari tabuh (clubbing fingers) akibat anemia dan

gangguan pertumbuhan

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38282/4/Chapter%20II.pdf

Morfologi

Cacing jantan mempunyai panjang ± 4 cm, bagian, anteriornya halus seperti cambuk,

dengan bagian ekor melingkar. Sedangkan cacing betina panjangnya ± 5 cm, bagian

anteriornya pun halus seperti cambuk, tetapi bagian ekor lurus berujung tumpul.

Telurnya mempunyai ukuran ± 50 x 22 mikron, bentuk seperti tempayan dengan

ujung menonjol, berdinding tebal dan berisi larva.

Page 4: cacing TT

http://www.researchgate.net/profile/Dong_Hee_Whang/publication/

26784067_Trichuris_trichiura_infection_diagnosed_by_colonoscopy_case_reports_a

nd_review_of_literature/links/0deec531faccecee7c000000.pdf

Patologi dan Gejala Klinis

Cacing Trichuris trichuira pada manusia terutama hidup di sekum, akan tetapi dapat

juga ditemukan di kolon asendens. Pada infeksi berat, terutama pada anak, cacing ini

tersebar di seluruh kolon dan rektum. Kadang-kadang terlihat di mukosa rectum yang

mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita pada waktu defekasi. Cacing ini

memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus, hingga terjadi trauma yang

menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus. Pada tempat perlekatannnya dapat

terjadi perdarahan. Disamping itu rupanya cacing ini mengisap darah hospesnya,

sehingga dapat menyebabkan anemia.

Penderita terutama anak dengan infeksi Trichuris trichuira yang berat dan menahun,

menunjukkan gejala-gejala nyata seperti diare yang sering diselingi dengan sindrom

disentri, anemia, berat badan turun, dan kadang-kadang disertai prolapsus rektum.

Infeksi berat Trichuris trichuira sering disertai infeksi cacing lainnya atau protozoa.

Infeksi ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis yang jelas atau sama sekali

tanpa gejala. Parasit ini ditemukan pada pemeriksaan tinja rutin.

Page 5: cacing TT

http://ukneqasmicro.org.uk/parasitology/images/pdf/FaecalParasitology/Helminths/

Nematodes/Trichuris_trichiura.pdf

Diagnosa

Laboratorium, dengan menemukan telur di dalam tinja Pemeriksaan yang

direkomendasikan adalah pemeriksaan sampel tinja dengan tehnik hapusan tebal cara

Kato-Katz. Metode ini dapat mengukur intensitas infeksi secara tidak langsung

dengan menunjukkan jumlah telur per gram tinja. Dengan metode Kato-Katz,

penghitungan egg per gram (Epg) didapat dengan mengalikan jumlah telur yang

dihitung dengan faktor multiplikasi. Faktor ini bervariasi bergantung dari berat tinja

yang digunakan. WHO merekomendasikan hapusan yang menampung 41,7 mg tinja

, di mana dengan faktor multiplikasinya 24

WHO menetapkan derajat intensitas infeksi sebagai:

a. Derajat ringan : 1 – 999 Epg

b. Derajat sedang : 1.000 – 9.999 Epg

c. Derajat berat : > 10.000 Epg

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38282/4/Chapter%20II.pdf

(http://www.scielo.br/pdf/mioc/v110n1/0074-0276-mioc-0140367.pdf)

http://www.who.int/intestinal_worms/epidemiology/en/

PENCEGAHAN

Page 6: cacing TT

T.trichura termasuk kelompok cacing yang ditularkan melalui tanah berarti

bentukin"ekti", dalam hal ini telur matang, ditemukan di tanah. 'engan kebiasaan

yangtidak baik yaitu buang air besar di sekitar rumah, di kebun atau

pekaranganseorang penderita trikuriasus akan mengkontaminasi tanah dengan telur

yangkeluar bersama tin$a. Telur terebut akan matang dalam aktu % ampai 6

minggudan mungkin se$ali akan menempel pada sayuran yang ditanam di sekitar

rumahpenderita keadaan eperti ini menyebabkan perlu dilakukan penyuluhan

dengannasehat untuk membersihkan sayuran mentah lalap7 atau buah dengan air

bersihmengalir selama %0 detik, $angan sayuran hanya dicuci di dalam adah yang

beriiair. Tangan dapat terkontaminasi dengan telur bilamana seorang beker$a

mengolahtanah atau anal bermain-main dengan air bersih, sebaiknya dengan sabun

untukmemberihhkan tangan dari telur yang lengket. berbagai daerah tin$a

masihdigunakan sebagai upuk, sehingga dalam hal ini perlu disampaikan baha

tinhatersebut harus diolah dahulu dengan berbagai cara sebelum digunakan atau

janganlagi memakai tinja sebagai pupuk.

TERAPI

WHO memberikan empat daftar anthelmintik esesial yang aman dalam

penanganan dan kontrol STH, yaitu albendazole, mebendazole, levamisole dan

pirantel pamoat. Jika diberikan secara regular pada komunitas yang terinfeksi, obat-

obat ini efektif dalam mengontrol morbiditas yang berhubungan dengan infeksi

cacing yang endemis. Albendazole merupakan anthelmintik golongan benzidazole

dengan nama kimia methyl [5-(propylthio)-1 H-benzimidazol-2-yl] carbamate.

Albendazole termasuk anthelmintik dengan spektrum luas, yang efektif terhadap

berbagai cacing intestinal dan infeksi cacing jaringan. Albendazole mempunyai

mekanisme kerja mengganggu biokimia dari nematoda yang rentan. Efek metabolit

albendazole sulfoxide diperkirakan menghambat sintesis mikrotubulus dalam

nematoda secara selektif dan irreversible dalam menurunkan atau menghambat

pengambilan glikogen nematoda, nematoda usus akan dilumpuhkan secara pelahan-

Page 7: cacing TT

lahan, sehingga mengganggu berbagai stadium pada perkembangan parasit tersebut.

Akibatnya cadangan glikogen menjadi habis, sehingga terjadi penurunan atau

gangguan dalam produksi adenosine triphosphate (ATP) dan mencapai tahap dimana

kadar energi inadekuat, menyebabkan parasit

tidak dapat hidup (Katzung, 2004).

Albendazole memiliki efek larvasidal (pembunuh larva) dan efek ovisidal

(pembunuh telur). Albendazole tersedia dalam bentuk tablet dan cairan, sediaan

200 mg dan 400 mg (http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs366/en/)

.

Albendazole tersedia dalam berbagai bentuk dan dagang seperti :

a. Helben ( PT. MECOSIN INDONESIA ) kaplet 400 mg dan suspensi 200

mg / 5 ml.

b. Albendazole (PT.INDOFARMA) kaplet 400 mg.

c. Albendazole (GlaxoSmithKline – WHO OMS) 400 mg.

Albendazole diindikasikan untuk mengobati infeksi cacing usus baik infeksi

tunggal maupun infeksi campuran (Bennett & Brown, 2008) :

a. Ascaris lumbicoides

b. Trichuris trichiura

c. Necator americanus

d. Ancylostoma duodenale

e. Enterobius vermicularis

f. Strongyloides stercolaris

g. Taenia Spp

2.3.1 Dosis Albendazole (Katzung, 2004; Tan & Rahardja, 2008)

a. Untuk dewasa dan anak-anak > 2 tahun diberikan 1 kaplet 400 mg atau

10 ml suspensi yang mengandung 400 mg sebagai dosis tunggal. :

b. Pada kasus Strongyloidiasis dan Taeniasis diberikan dosis tunggal

albendazole 400 mg atau dosis tunggal 10 ml suspensi yang mengandung

Page 8: cacing TT

400 mg selama 3 hari berturut – turut.

c. Pengobatan tidak memerlukan puasa atau pemakaian obat pencahar.