9
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 30 ekor mencit (Mus musculus) dibagi menjadi 5 kelompok secara random, setiap kelompok terditi dari 6 ekor mencit. Kelompok penelitian ini terbagi menjadi 5 kelompok penelitian yaitu : kelompok I diberi perlakuan salep ekstrak daun babandotan 50%, kelompok II adalah salep ekstrak daun babandotan 25%, kelompok III adalalah kontrol positif (povidone iodine) kelompok IV kontrol teknik (dasar salep) dan kelompok V adalah kontrol negatif. Luka sayat dibuat di punggung mencit sepanjang ± 2 cm sebelumnya bulu punggung mencit dicukur. Luka sayat pada masing-masing perlakuan diolesi 3x/hari selama 5 hari, sesuai dengan waktu fisiologis sintesis kolagen dan epitel yang dimulai sejak awal penyembuhan luka (hari ke-3 sampai hari ke-5) (Bryant, 2012). Hari ke-6 semua mencit dibius untuk diambil jaringan yang telah dilukai. Jaringan yang telah diambil dimasukkan ke dalam larutan buffer formalin10% dan dibuat preparat parafin untuk menghitung tebal epitel dengan pewarnaan hematoksilin-eosin. Setelah itu, tiap kelompok perlakuan dicari rata-rata dari total skor masing-masing sampel. Hasil rata-rata reepitelisasi kelompok percobaan yang paling tinggi pada kelompok percobaan yang diberi salep ekstrak daun babandotan 50% yaitu 0,151μm, lalu pada kelompok yang diberi ekstrak daun babandotan 25 % yaitu 0,143 μm kemudian berturut-turut kelompok povidone iodine 0,121 μm , kelompok dasar salep 0,102μm dan kelompok kontrol negatif 0,098 μm Gambaran mikroskopik epitel berbagai perlakuan terlihat pada gambar 4.1

cadangan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pokoknya cadangan

Citation preview

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN4.1. Hasil PenelitianPenelitian ini menggunakan sampel sebanyak 30 ekor mencit (Mus musculus) dibagi menjadi 5 kelompok secara random, setiap kelompok terditi dari 6 ekor mencit. Kelompok penelitian ini terbagi menjadi 5 kelompok penelitian yaitu : kelompok I diberi perlakuan salep ekstrak daun babandotan 50%, kelompok II adalah salep ekstrak daun babandotan 25%, kelompok III adalalah kontrol positif (povidone iodine) kelompok IV kontrol teknik (dasar salep) dan kelompok V adalah kontrol negatif. Luka sayat dibuat di punggung mencit sepanjang 2 cm sebelumnya bulu punggung mencit dicukur. Luka sayat pada masing-masing perlakuan diolesi 3x/hari selama 5 hari, sesuai dengan waktu fisiologis sintesis kolagen dan epitel yang dimulai sejak awal penyembuhan luka (hari ke-3 sampai hari ke-5) (Bryant, 2012). Hari ke-6 semua mencit dibius untuk diambil jaringan yang telah dilukai. Jaringan yang telah diambil dimasukkan ke dalam larutan buffer formalin10% dan dibuat preparat parafin untuk menghitung tebal epitel dengan pewarnaan hematoksilin-eosin. Setelah itu, tiap kelompok perlakuan dicari rata-rata dari total skor masing-masing sampel.Hasil rata-rata reepitelisasi kelompok percobaan yang paling tinggi pada kelompok percobaan yang diberi salep ekstrak daun babandotan 50% yaitu 0,151, lalu pada kelompok yang diberi ekstrak daun babandotan 25 % yaitu 0,143 kemudian berturut-turut kelompok povidone iodine 0,121 kelompok dasar salep 0,102 dan kelompok kontrol negatif 0,098

Gambaran mikroskopik epitel berbagai perlakuan terlihat pada gambar 4.1 (a) (b)

(c)(d)

(e)Gambar 4.1 gambaran mikroskopik ketebalan epitel berbagai perlakuan 400x pewarnaa HE

Keterangan : (a) kelompok salep ekstrak daun babandotan 50 %; (b) kelompok salep ekstrak daun babandotan 25%; (c) kelompok povidone iodine; (d) kelompok dasar salep; kelompok kontrol

Gambar 4.2.Grafik Rata-rata tebal reepitelisasi Keterangan: kontrol positif yang diberi Ekstrak daun babandotan 50 % (Kelompok 1), kelompok yang diberi salep ekstrak etanol daun babandotan 25% (Kelompok II), kelompok kontrol positif yang deiberi povidone iodine (Kelompok III), kelompok yang diberi dasar salep (Kelompok IV) kelompok kontrol teknik (Kelompok V).Rata-rata tebal epitel kelompok yang diberi salep ekstrak daun babandotan 50% (kelompok I) dan kelompok yang diberi babandotan 25% (kelompok II) dan relatif sama dengan kelompok yang diberi perlakuan povidone iodine (kelompok III) lebih tebal dibandingkan kelompok IV (kontrol negatif) dan kelompok yang tanpa diberi perlakuan (kelompok V)

Rata-rata hasil pengukuran tebal epitel antar kelompok perlakuan dapat di lihat di tabel 4.1 dan gambar grafiknya pada 4.1 KELOMPOKNRata-rata SDSignifikansi (p)

I300,1510,030,023

II300,1430,020,023

III300,1210,0090,023

IV300,102 0,023

V300,0980,010,023

Tabel 4.1 : Rata-rata pengukuran tebal epitel antar kelompok perlakuanKeterangan : (a) Hasil rata-rata tebal epitel pada kelompok I yang diberi salep ekstrak babandotan 50% yaitu 0,1510,03, kelompok II salep ekstrak babandotan yaitu 0,1430,02, kelompok III kontrol positif povidone iodine yaitu 0,1210,009, kelompok IV kontrol teknik yaitu 0,102 dan kontrol negatif yaitu 0,0980,01, (b) Nilai signifikan (p) menggunaakan uji statistik Kruskal wallis (gambar 4.1).Hasil uji normalitas pada uji Shapiro-wilk . pada kelompok I data berdistribusi tidak normal (nilai p < 0,05). Hasil uji homogenitas pada uji Levene Statistic didapatkan nilai p < 0,05 berarti varian data bersifat tidak homogen, maka data tersebut bersifat non parametrik. Data bersifat non parametrik dilakukan pengujian dengan Kruskal wallis kemudian dilanjutkan dengan uji beda antar kelompok dengan uji Mann Whitney.

Dengan pengujian dengan menggunakan Kruskal wallis didapatkan Nilai signifikansi p < 0,05 menunjukkan perbedaan bermakna, berarti terdapat perbedaan pengaruh pemberian salep ekstrak daun babandotan 50% terhadap tebal epitel pada penyembuhan luka sayat. Kelompok mencit yang paling berpengaruh diketahui dengan uji Mann Whitney.

Tabel 4.4. Ringkasan Hasil Uji Mann Whitney

Kelompok ekstrak salep daun babandotan 50 %Kelompok ekstrak salep daun babandotan 25 %Povidone iodineDasar salepKontrol negative

Kelompok ekstrak salep daun babandotan 50 %-,562,052,016*,007*

Kelompok ekstrak salep daun babandotan 24 %,562-,546,134,004*

Povidone iodine,052,546-,315,078

Dasar salep,016*,134,315-,357

Kontrol negatif,007*,004*,078,357-

Keterangan : * adalah nilai signifikansi (sig.) p < 0,05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antar masing-masing kelompok percobaan. Hasil uji statistik menunjukan terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok uji yang diberikan perlakuan salep ekstrak daun babandotan 50 % dibanding dasar salep dan kontrol negatif signifikan. Sedangkan reepitelisasi pada kelompok yang diberi perlakuan salep ekstrak daun babandotan 25 % memberikan hasil signifikan yang bermakna secara statistik bila dibandingkan dengan kelompok negatif. Hal ini menunjukan reepitelisasi kelompok salep ekstrak daun babandotan lebih besar dibandingkan dengan kelompok dasar salep dan tanpa perlakuan.

4.2 PembahasanDari hasil penelitian menunjukan nilai rata-rata tebal epitel atau reepitelisasi yang terjadi pada kelompok yang di beri perlakuan berupa ekstrak daun babandotan 50 % (kelompok ke I) memberikan hasil terbaik yatiu dengan tebal rata-rata 0,1510,03. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa daun babandotan mempercepat reepitelisasi pada proses penyembuhan luka.Kandungan zak aktif dalam salep ekstrak daun babandotan yang di duga mempengaruhi terhadap reepitelisasi yaitu flavonoid, saponin, alkaloid dan, tannin. Saponin dan tannin merangsang EGF dan FGF yang berperan dalam memfasilitasi migrasi keratinosit setan menstimulasi kolagen tipe I (Banso et al.,,2007;Kimura et al.,:2006;Hidayati,2009) sedangkan flavonoid berfungsi sebagai aktioksidan yang melindungi fibroblast, EGF dari stress oksidatif sehingga meningkatkan reepitelisasi dan juga dapat menstimulasi pembentukan kolagen (Yang,2013;Bryant, 2012;simon et al.,,2014)EGF (Epidermal Growth Factor) merupakan faktor pertumbuhan yang menjadi parameter dan stimulator utama mitosis epitel, fungsi EGF adalah mempercepat signaling, migrasi dan proliferasi epitel (Bryant, 2012) sehingga dengan Fibroblast yang telah terlindungi oleh alkaloid dan flavonoid bermigrasi ke area luka dan berlekatan dengan kolagen sehingga penebalan epitel dapat mencapai puncaknya (sezer et al.,2007). Pengaruh salep ekstrak daun babandotan 50 % pada proliferasi sel epitel dan mempercepat penyembuhan luka pada fase proliferasi dibuktikan dengan hasil rata-rata tebal epitel pada kelompok yang diberi perlakuan dosis 50 % yang lebih signifikan dari hasil rata-rata tebal epitel dengan perlakuan di beri povidone, perlakuan ekstrak daun babndotan dengan dosis 25 %, dosis salep serta kontrol negatif.Epidermal Growth Factor yang telah teraktivasi akan merangsang mitosis sel epitel (Febram, 2010). Proliferasi sel epitel berupa aktivitas mitosis dari sel-sel epitel yang berada di dekat tepi luka. Saat berproliferasi, sel-sel epitel yang telah matang keluar dari tepi luka dengan gerakan amuboid menuju bagian permukaan luka (dermis), sel epitel yang bermigrasi dari segala arah akhirnya menyatu di bagian tengah luka. Saat sel-sel epitel telah menyatu di bagian tengah luka, maka luka akan tertutup sepenuhnya dan terbebas dari kontaminasi lingkungan luar tubuh sehingga proses pematangan jaringan di bawahnya akan berlangsung dengan baik (Bryant, 2012).

Luka sayat yang diberi salep ekstrak daun babandotan 50 % mengandung glikosida flavonoid (saponin dan quercitin), merangsang proliferasi dan migrasi sel epitel sehingga jumlah epitel pada daerah luka akan semakin banyak, tebal, dan luka cepat menutup. Terbentuknya jaringan granulasi yang sempurna akan menutup permukaan luka dan mengakhiri fase profelirasi pada proses penyembuhan luka sayat dan mengawali pematangan jaringan dalam fase remodelling (Febram, 2010).

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Lily pada tahun 2012 penyembuhan luka yang diberikan ekstrak daun babandotan dosis 6,25 %, 12 % dan 25% dan povidone iodine, memberikan hasil ekstrak babandotan 25% adalah hasil terbaik yaitu 5,2 hari dan povidone iodine 7,8 hari (Lily, 2012). Penelitian lain yang dilakukan oleh Afrianti (2014) menunjukkan bahwa ekstrak daun daun babandotan konsentrasi 15% yang dibuat dalam sediaan krim dapat lebih efektif meningkatkan kontraksi luka bakar dibandingkan Betadine oinment. Hasil penelitian Lily (2012) dan Afrianti (2013) sejalan dengan penelitian ini, diduga dengan semakin baik proses reepitelisasi semakin cepat pula proses penyembuhan luka sayat. Proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor sistemik dan faktor lokal. Faktor sistemik terdiri dari usia mencit, nutrisi yang dinilai dari berat badan mencit, insufisiensi vaskular yakni kelainan pada pembuluh darah yang dapat dinilai dari blood flow, obat-obatan, kadar glukosa darah mencit dan faktor lokal yang terdiri dari suplai darah yang dinilai dari saturasi jaringan mencit, infeksi yang dinilai dari jumlah leukosit, adanya jaringan nekrosis, adanya benda asing pada luka, serta kelembapan pada luka (Suriadi, 2004; Tarigan, 2007). Peneliti mengendalikan faktor usia mencit, seluruh mencit yang menjadi sampel memiliki usia yang sama yaitu 2 bulan. Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka tidak dikendalikan.Kelompok kontrol teknik menunjukkan hasil rata-rata jumlah reepitelisasi paling rendah bila dibandingkan dengan kelompok Povidone iodine, salep ekstrak daun babandotan 25% dan 50%.Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu peneliti tidak mengontrol seluruh faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka. Penelitian ini juga dilakukan selama 5 hari sehingga hanya dapat menilai proses penyembuhan selama fase proliferasi tidak melihat sampai fase maturasi dan remodelling.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN5.1. KesimpulanBerdasarkan data penelitian tentang pengaruh salep ekstrak daun babandotan terhadap tebal epitel pada penyembuhan luka sayat bulan januari 2015 dapat ditarik kesimpulan bahwa :5.1.1. Pemberian salep ekstrak daun babandotan (Ageratum conyzoides L) berpengaruh reepitelisasi epitel pada penyembuhan luka sayat pada kulit mencit (Mus musculus).5.1.2.pemberian salep ekstrak babandotan (Ageratum conyzoides L) 50% memberikan hasil presentase reepiteliasi yang lebih baik dibanding dengan tanpa pengobatan topikal, salep ekstrak daun babadotan 50 % dibanding dengan salep ekstrak daun daun babandotan 25 % , salep ekstrak daun babandotan 25% di bandingkan dengan povidone iodine 10% , povidone iodine 10% dibanding dengan tanpa pengobatan topikal terhadap reepitelisasi pada penyembuhan luka sayat, dan salep ekstrak daun babandotan 25 % di bandingkan dengan tanpa pengobatan topikal.5.1.3. Terdapat perbedaan pada pengaruh pemberian salep ekstrak babandotan (Ageratum conyzoides L) 50% dibanding dengan tanpa pengobatan topikal, salep ekstrak daun babadotan 50 % dibanding dengan salep ekstrak daun daun babandotan 25 % , salep ekstrak daun babandotan 25% di bandingkan dengan povidone iodine 10% , povidone iodine 10% dibanding dengan tanpa pengobatan topikal terhadap reepitelisasi pada penyembuhan luka sayat, dan salep ekstrak daun babandotan 25 % di bandingkan dengan tanpa pengobatan topikal.

5.2. Saran5.2.1. Dapat dilakukan penelitian dengan jangka waktu serial dan defek luka yang lebih besar, dengan mengambil jaringan hewan coba, agar dapat diamati perkembangan sel epitel dari awal perlukaan hingga fase maturasi dan remodeling.5.2.2. Dapat dilakukan penelitian dengan mengendalikan seluruh faktor yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka.