18
CAMPURAN BINER 1 I. TUJUAN - Untuk mengetahui dan menbuktikan bajwa campuran duah buah atau lebih zat cair yang saling melarut dapat membentuk cairan azeotropik dan zeotropik - Dapat membuat diagram fase dua komponen - Menerapkan pengetahuan ini di beberapa industri kimia (Pabrik Spiritus) II. ALAT DAN BAHAN II.1 Alat yang digunakan : - Seperangkat alat destilasi - Gelas kimia 250mL - Erlenmeyer 250 mL - Bola Karet - Pipet Ukur 25 mL - Water Batch II.2 Bahan yang digunakan : - Klorofom - Aseton III. DASAR TEORI Campuran biner adalah campuran yang terdiri atas dua zat yang dapat bercampur. Campuran ini dapat dipisahkan dengan metode destilasi. Pemisahan dengan metode destilasi didasarkan pada perbedaan titik didih dimana

Campuran Biner 1 Lap Tap

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Camp Biner I

Citation preview

Page 1: Campuran Biner 1 Lap Tap

CAMPURAN BINER 1

I. TUJUAN

- Untuk mengetahui dan menbuktikan bajwa campuran duah buah atau lebih

zat cair yang saling melarut dapat membentuk cairan azeotropik dan

zeotropik

- Dapat membuat diagram fase dua komponen

- Menerapkan pengetahuan ini di beberapa industri kimia (Pabrik Spiritus)

II. ALAT DAN BAHAN

II.1 Alat yang digunakan :

- Seperangkat alat destilasi

- Gelas kimia 250mL

- Erlenmeyer 250 mL

- Bola Karet

- Pipet Ukur 25 mL

- Water Batch

II.2 Bahan yang digunakan :

- Klorofom

- Aseton

III. DASAR TEORI

Campuran biner adalah campuran yang terdiri atas dua zat yang dapat

bercampur. Campuran ini dapat dipisahkan dengan metode destilasi. Pemisahan

dengan metode destilasi didasarkan pada perbedaan titik didih dimana zat dengan titik

didih rendah akan menguap terlebih dahulu, sehingga pada suatu titik didih tertentu

komposisi uap tidak akan sama dengan komposisi dalam keadaan cair. Tekanan uap

total merupakan penjumlahan dari kedua komponen tersebut dan untuk larutan ideal

mengikuti hukum Raoult.

Larutan adalah campuran homogen antara dua zat lebih, jika campuran yang

hanya terdiri atas dua zat disebut campuran biner. Berdasarkan sifat larutan dibedakan

ada dua jenis larutan yaitu larutan ideal dan non ideal. Suatu larutan dikatakan sebagai

larutan ideal jika :

Page 2: Campuran Biner 1 Lap Tap

homogen pada seluruh system mulai dari fraksi mol 0 – 1

tidak terdapat entalpi pencampuran komponen membentuk larutan (∆H=0)

memenuhi hukum Raoult : P1 = X1 . P°

dengan P1 : tekanan uap larutan, X1 : fraksi mol larutan, P° : tekanan uap pelarut

murni.

Selain ketiga hal tersebut, dalam larutan ideal, komponen yang satu

mempengaruhi komponen yang lain, sehingga sifat larutan yang dihasilkan terletak

diantara kedua komponen penyusunnya. Menurut hukum Raoult tekanan uap dan

fraksi mol dapat digambarkan seperti ditunjukkan gambar 1.

Campuran yang dapat membentuk larutan ideal adalah tolvena dan benzena,

propanol 1 dengan propanol 2, dan heksana dengan heptana. Tekanan uap total larutan

ideal merupakan jumlah tekanan uap A dengan tekanan uap B. Karena titik didih

berbanding terbalik dengan tekanan uap, maka gambar 1 dapat diubah menjadi

gambar 2 yang menunjukkan hubungan titik didih terhadap fraksi mol.

Page 3: Campuran Biner 1 Lap Tap

Dalam kenyataan suatu larutan yang benar-benar ideal tidak ada atau

umumnya merupakan larutan non ideal. Larutan non ideal adalah suatu larutan yang

menyimpang dari larutan ideal. Penyimpangan ini ada dua yaitu penyimpangan positif

dan negatif.

Larutan non ideal penyimpangan positif mempunyai volume ekspresi,

sehingga menghasilkan tekanan uap maksimum pada sistem campuran. Pada tekanan

maksimum ini, campuran mempunyai titik didih yang konstan. Karena tekanan uap

berbanding terbalik dengan titik didih, maka pada saat tercapai tekanan uap

maksimum, titik didihnya menjadi minimum. Titik ini disebut azeotrop. Contoh

campuran yang mengalami penyimpangan positif adalah sistem etanol-sikloheksana.

Larutan non ideal penyimpangan negatif mempunyai volume konstraksi,

sehingga menghasilkan tekanan uap minimum pada sistem campuran. Pada tekanan

minimum ini, campuran mempunyai titik didih yang konstan. Karena tekanan uap

berbanding terbalik dengan titik didih, maka pada saat tercapai tekanan uap minimum,

titik didihnya menjadi maksimum. Titik ini disebut titik azeotrop. Contoh campuran

yang mengalami penyimpangan negatif adalah sistem Etanol-Aquades.

Campuran dua zat yang membentuk larutan non ideal dapat membentuk

campuran azeotrop. Campuran ini mempunyai titik azeotrop. Campuran azeotrop

biasanya dipisahkan dengan destilasi fraksionasi.

Besarnya mol fraksi (X) dapat dinyatakan dengan persamaan :

XA = (nA)/(nA + nB)

dengan XA = fraksi mol A

nA = mol A

nB = mol B

Sedangkan besarnya mol (n) dapat dinyatakan dengan persamaan :

Mol (n) = g/MR dan g = ρ/V

dengan MR = massa rumus zat

g = massa zat

ρ = massa jenis zat

V = volume zat

Indeks Bias

Kecepatan merambat gelombang cahaya tidak sama dalam semua media. Oleh

karena itu, jika suatu berkas cahaya melewati perbatasan dua permukaan media, maka

Page 4: Campuran Biner 1 Lap Tap

berkas cahaya akan dibiaskan, dimana besarnya sudut datang tidak sama dengan sudut

bias. Besarnya sudut datang dan sudut bias tergantung pada massa jenis, suhu, dan

jenis media yang dilewati, serta panjang gelombang cahaya. Perbandingan sinus sudut

datang dan sudut bias dinyatakan dengan persamaan :

nd = (sin i)/(sin p)

dengan sin i = sinus sudut datang ; sin p = sinus sudut bias

IV. Keselamatan Kerja

Sebelum bekerja lihatlah MSDS bahan yang akan digunakan.

Gunakan jas lab dan alat pelindung lain yang diperlukan.

Berilah vaselin pada setiap sambungan alat gelas.

Gunakan water bacth atau penangas air pada waktu melakukan destilasi.

Buanglah sisa zat ke tempat (botol) yang telah disediakan.

V. LANGKAH KERJA

a. Membuat campuran cairan Cloroform dan acetone dengan komposisi 20, 40,60,80 mol sebanyak 80 ml

b. Menetukan masing-masing titik didih dari chloroform dan acetonc. Menentukan masing-masing titik didih campuran-campuran pada point 2

dengan menggunakn modifikasi labu didih claiseind. Saat campuran sudah mendidih, dilakukan pengambilan destilat 0,5-1 ml

dengan diketahui beratnyae. Membandingkan hasil pengamatan pada point dan dengan grafik

Page 5: Campuran Biner 1 Lap Tap

VI. DATA PENGAMATAN

Data berdasarkan Literatur

Nama Zat Rumus

Molekul

BM (g/mol) Density Titik didih

(oC)

Aseton C3H3OH3 58,08 g/mol 0,79 g/ml 56

Clorofom CHCl3 119,38 g/mol 1,49 g/ml 61,2

Data berdasarkan Praktikum

Aseton (mL) Klorofom (mL) Titik Didih (oC) Titik Uap (oC)

20 80 64 59

40 60 68.5 60

60 40 65 60

80 20 63.5 58.5

50 50 64 64

VII. PERHITUNGAN

Penambahan Aseton 20mL dan Klorofom 80 mL

Gr Aseton = .

= 0,79 g/ml 20ml

= 15,8 gr

Mol Aseton = gr/BM

= 15,8 gr / 58,08 gmol-1

= 0,27 mol

Gr klorofom = .

= 1,49 g/ml 80ml

= 119,2 gr

Page 6: Campuran Biner 1 Lap Tap

Mol Klorofom = gr/BM

= 119,2 gr / 119,38  gmol-1

= 0,99 mol

Penambahan Aseton 40mL dan Klorofom 60 mL

Gr Aseton = .

= 0,79 g/ml 40ml

= 31,6 gr

Mol Aseton = gr/BM

= 31,6 gr / 58,08 gmol-1

= 0,54 mol

Gr klorofom = .

= 1,49 g/ml 60ml

= 89,4 gr

Mol Klorofom = gr/BM

= 89,4 gr / 119,38  gmol-1

= 0,74 mol

Page 7: Campuran Biner 1 Lap Tap

Penambahan Aseton 60mL dan Klorofom 40 mL

Gr Aseton = .

= 0,79 g/ml 60ml

= 47,4 gr

Mol Aseton = gr/BM

= 47,4 gr / 58,08 gmol-1

= 0,81 mol

Gr klorofom = .

= 1,49 g/ml 40ml

= 59,6 gr

Mol Klorofom = gr/BM

= 59,6 gr / 119,38  gmol-1

= 0,49 mol

Penambahan Aseton 80mL dan Klorofom 20 mL

Gr Aseton = .

= 0,79 g/ml 80ml

Page 8: Campuran Biner 1 Lap Tap

= 63,2 gr

Mol Aseton = gr/BM

= 63,2gr / 58,08 gmol-1

= 1,08 mol

Gr klorofom = .

= 1,49 g/ml 20ml

= 29,8 gr

Mol Klorofom = gr/BM

= 29,8 gr / 119,38  gmol-1

= 0,24 mol

Penambahan Aseton 50mL dan Klorofom 50 mL

Gr Aseton = .

= 0,79 g/ml 50ml

= 39,5 gr

Mol Aseton = gr/BM

= 39,5gr / 58,08 gmol-1

= 0,68 mol

Page 9: Campuran Biner 1 Lap Tap

Gr klorofom = .

= 1,49 g/ml 50ml

= 74,5 gr

Mol Klorofom = gr/BM

= 74,5 gr / 119,38  gmol-1

= 0,62 mol

Page 10: Campuran Biner 1 Lap Tap

VIII. ANALISIS DATA

Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat diamati jenis campuran dari dua

zat yang saling melarutkna dengan baik. Dimana terdapat 5 jenis campuran antara

aseton dan klorofom dengan komposisi yang bervariasi yang diamati pada praktikum

kali ini.

Dapat terlihat jelas bahwa perbandingan antara titik didih, titik uap, dan fraksi

mol antara campuran aseton dan klorofom menunjukkan bahwa jenis campuran ini

adalah jenis campuran Azeotripik. Karena ditunjukkan dari garis kurva yang

terbentuk pada kurva diatas yaitu melengkung kebawah dan bertemu pada satu titik

didih maksimum. Dimana titik didih dari kedua campuran xat cair ini menunjukkan

adanya titik maksimum karena terjadi persamaan harga yang konstan dari Tuap dan

Tdidih .

Titik azeotropik campuran ini terletak lebih tinggi daripada titik didih

murninya. Terlihat digrafik titik maksimum yang didapat pada saat suhu 64oC dari

campuran 50mL Aseton dan 50mL Klorofom.

IX. KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

- Campuran biner bertujuan untuk menentukan jenis campuran dua buah zah

cair yang saling melarut dan dapat membentuk jenis azeotropik dan

zeotropik.

- Campuran dari Aseton dan Klorofom merupakan jenis campuran

azeotropik.

- Titik maksimum campuran Aseton dan Klorofom terletak pada suhu 64oC

dengan komposisi campuran 50mL Aseton dan 50mL Klorofom.

Page 11: Campuran Biner 1 Lap Tap

DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun. 2015. “Penuntun Praktikum Kimia Fisika”. Palembang : Politeknik

Negeri Sriwijaya

Rahmayanti, Siti. 2014. “Laporan Campuran Biner I”.

http://srahmayanti.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2015

Page 12: Campuran Biner 1 Lap Tap

GAMBAR ALAT

Gelas Kimia Erlenmeyer Alat Distilasi Bola Karet

Page 13: Campuran Biner 1 Lap Tap

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA

Disusun Oleh :

1. Astri Depiana (061440420819)

2. Dwi Indah Lestari (061440420821)3. Rizka Nurdianti (061440420832)4. Maulana (061440421727)5. M. Maulana (061440421751)6. M. Ardiansyah DS (061440421749)7. Nur Idhatil Hasanah (061440421757)8. Rando Suhendra (061440421758)

Instruktur : Idha Silviyati, S.T., M.T

Jurusan /Prodi : Teknik Kimia/ Teknologi Kimia Industri (DIV)

Kelas : 3 K.I

Page 14: Campuran Biner 1 Lap Tap

JURUSAN TEKNIK KIMIAPOLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

PALEMBANG2015