12
 CAMPURAN BINER II (KESETIMBANGAN UAP CAIR PADA SISTEM BINER) I. TUJUAN Setelah melakukan percoaan !n! maha"!"#a $!harapkan % Dapat menentukan "!&at !ner $en'an memuat $!a'ram temperature er"u" kompo"!"! Dapat menentukan !n$ek" !a" campuran II. ALAMAT KIMIA Y ANG DIGUNAKAN  Erlenmeer *+, ml ( - Buah )  Thermometer .,/.,,0C ( . Buah )  Gela" ukur ( * Buah )  Seperan'kat alat $e"t!la"! ( Seperan'kat1 . "et )  Coron' 'ela" ( . Buah )  Alum!n!um &o!l ( Seperluna )  Bola karet ( . Buah )  Botol larutan ( 2 Buah )  Batu $!$!h ( - Buah ) III. BAHAN YANG DIGUNAKAN  A"eton ( C34C5C34 ) ( *,, ml )  Chloro&orm ( C3C64 ) ( *,, ml ) IV.  GAMBAR ALAT (TERLAMPIR) V .  DASAR TEORI

Campuran Biner II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

campuran biner

Citation preview

CAMPURAN BINER II(KESETIMBANGAN UAP CAIR PADA SISTEM BINER)

I. TUJUANSetelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan :Dapat menentukan sifat biner dengan membuat diagram temperature versus komposisiDapat menentukan indeks bias campuran

II. ALAMAT KIMIA YANG DIGUNAKAN Erlenmeyer 250 ml ( 6 Buah ) Thermometer 10-100C ( 1 Buah ) Gelas ukur ( 2 Buah ) Seperangkat alat destilasi ( Seperangkat/ 1 set ) Corong gelas ( 1 Buah ) Aluminium foil ( Seperlunya ) Bola karet ( 1 Buah ) Botol larutan ( 4 Buah ) Batu didih ( 6 Buah )

III. BAHAN YANG DIGUNAKAN Aseton ( CH3COCH3 ) ( 200 ml ) Chloroform ( CHCL3 ) ( 200 ml )

IV. GAMBAR ALAT (TERLAMPIR)

V. DASAR TEORISuatu larutan dikatakan sebagai larutan ideal bila :1. Homogen pada seluruh system mulai dari mol fraksi 0-12. Tidak ada entalpi pencampuran pada waktu komponen-komponen dicampur membentuk larutan (H pencampuran= 0)3. Tidak ada volume pencampuran artinya volume larutan= jumlah volume komponen yang dicampurkan ( v pencampuran)4. Memenuhi hokum roultP1= x1PoP1= tekanan uap larutanP2= tekanan uap pelarut murniX1=mol fraksi larutanDalam larutan ideal sifat komponen yang satu akan mempengaruhi sifat komponen yang lain. Sehingga sifat larutan yang dihasilkan terlrtak diantara kedua sifat komponennya.Contoh system benzene-toluena, sedangkan larutan non ideal adalah larutan yang tidak memiliki sifat-sifat diatas.Larutan ini dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :a. Larutan non ideal deviasi positif yang mempunyai volume ekspansi. Dimana akan menghasilkan titik didih maksimum pada system campuran itu.Contoh: system aseton-karbon disulfide dan system HCl-airb. Larutan non ideal deviasi negative yang mempunyai volume kontruksi. Dimana akan menghasilkan titik didih minimum padan system campuran.Contoh : system benzene-etanol Aseton chloroformDalam percobaan ini komposisilarutan mempunyai harga mol fraksi larfutan untuk membuat diagram T-X maka harga x dihitung pada tiap-tiap titik didih tetapi dengan mengukur indeks bias pada beberapa komposisi tertentu dari larutan.Misalnya mencampurkan a ml aseton dengan massa jenis 1 dengan b chloroform massa jenis 2, maka komposisinya adalah X1 =M1= massa molekul aseton = 58M2 = massa molekul cacl3 = 119.5

VI. LANGKAH KERJA

Mencatat titik didih aseton ( murni ) dan chloroform ( murni ) Menentukan titik didih dan uap campuran dengan cara distilasi Dengan perbandingan sebagai berikutAseton100 ml80 ml60 ml40 ml20 ml0 ml

khloroform0ml20 ml40 ml60 ml80 ml100 ml

Mendistilasi setiap campuran,dan mencatat titik didih dan titik uapnya VII. DATA PENGAMATAN

Aseton khloroformTitik didihTitik uap

100 ml0 ml56,4 C56,4C

80 ml20 ml59C58C

60 ml40 ml64C61C

40 ml60 ml59C58C

20 ml80 ml63C62C

0 ml100 ml61,2C61,2C

NB : Titik didih aseton : 56,4 C Titik didih chloroform : 61,2C

VIII. PERHITUNGAN aseton = 0,79 khlorofom = 1,48

`1. Menghitung fraksi mol asetona. Aseton = 100 mlCacl3 = 0 mlX aseton = = = =1

b. Aseton = 80 mlCacl3 = 20 mlX aseton = = = =0,8141

c. Aseton = 60 mlCacl3 = 40 mlX aseton = = = =0,6215

d. Aseton = 40 mlCacl3 = 60 mlX aseton = = = =0,4219

e. Aseton = 20 mlCacl3 = 80 mlX aseton = = = =0,2148

f. Aseton = 0 mlCacl3 = 100 mlX aseton = = = =01. Menghitung fraksi mol cacl3 ( x cacl3)X aseton + X cacl3 = 1a. X cacl3X cacl3 = 1-1 = 0b. X cacl3X cacl3 = 1-0,8141 = 0,186c. X cacl3X cacl3 = 1-0,6215 = 0,38d. X cacl3X cacl3 = 1-0,4219 = 0,58e. X cacl3X cacl3 = 1-0,2148 = 0,79f. X cacl3X cacl3 = 1-0 = 1IX. PERTANYAAN :1. Apa yang dimaksud kesetimbangan fasa?2. Kapan system dua komponen mencapai titik didihnya?3. Apa yang di maksud titik azeotrop,ada berapa macam, jelaskan!4. Bagaimana mendapatkandiagram titik T-X?

JAWABAN :1. Kesetimbangan fase merupakan suatu keadaan dimana suatu zat memiliki komposisi yang pasti pada kedua fasenya. Pada suhu dan tekanan tertentu biasanya fase cair dan uapnya.2. Saat dalam larutan sifat komponen yang satu akan mempengaruhi sifat komponen yang lain,sehingga larutan yang dihasilkan terletak diantara sifat kedua komponennya atau pada saat larutan non ideal deviasi positif maupun negative mempunyai volume ekspansi dan volume konstruksi dimana akan menghasilkan titik didih maksiumum dan minimum pada system campuran. 3. System dua komponen mencapai titik didihnya saat kedua campuran temperaturnya sama dengan temperature luar.Saat dalam larutan sifat komponen yang satu akan mempengaruhi sifat komponen yang lain,sehingga larutan yang dihasilkan terletak diantara sifat kedua komponennya atau pada saat larutan non ideal deviasi positif maupun negative mempunyai volume ekspansi dan volume konstruksi dimana akan menghasilkan titik didih maksiumum dan minimum pada system campuran. 4. Tititk azeotropik adalah dimana titik dua campuran saling melarutkan.Dimana suatu keadaan dimana campuran mempunyai komposisi difase uap dengan fase cairnya,dimana macam-macam nya : Campuran azeotrofik biner Campuran azeotrofik biner dengan titik didih maksimum Campuran azeotrofik biner dengan titik didih maksimum5. Untuk membuat diagram T-X maka harga x tidak dihitung pada tiap-tiap titik didih tetapi dengan mengukur indeks bias pada Mendapatkan diagram t-x yaitu dengan mengukur indeks bias pada komposisi tertentu dari larutan.Kemudian dibuat dahulu grafik standar komposisi vs indeks bias.

X. ANALISA PERCOBAANPada percobaan kali ini,kami melakukan percobaan campuran biner II,dimana pada percobaan ini kami harus menentukan titik didih larutan murni (Aseton dan Kloroform) serta titik didih dan titik uap dari larutan campuran aseton dan kloroform,dengan komposisi yang berbeda( terhadap aseton : 0 ml,20 ml,40 ml,60 ml,80 ml,100 ml ) melalui proses distilasi.Yang menjadi perbedaan percobaan/pratikum campuran biner II dan campuran biner I yang sebelumnya sudah kami lakukan adalah pada pratikum campuran biner I,menggunakan system campuran zeotrofik(benzene-toluena),sedangkan pada pratikum campuran biner II menggunakan system campuran azeotrofik (aseton-kloroform).Pada pratikum ini hal yang kami lakukan adalah menentukan atau mencatat massa jenis,berat molekul,kalau perlu densitasnya,hal ini lebih dikarnakan sifat yang dibutuhkan pada saat perhitungan. Dari percobaan yang telah kami lakukan dapat dianalisa bahwa pada percobaan ini yang pertama kali dilakukan yaitu menyiapkan larutan campuran aseton dan chloroform dengan perbandingan 100 ml,80 ml,60ml,40 ml,20 ml dan 0 ml untuk aseton, kemudian 0ml, 20ml, 40ml, 60ml, 80ml, dan 100ml untuk khlorofom.Selanjutnya mencatat titik didih dan titk uap campuran pada proses destilasi dengan menggunakan thermometer. sehingga didapatkan titik didih sebesar 56,4C,59C, 64C,59C,63C dan 61,2C sedangkan untuk titik uapnya sebesar 56,4C,58C,61C,58C,62C dan 61C. Data diatas untuk titik didih dan titik uap campuran sesuai dengan komposisi campuran (aseton-kloroform) yang telah di tentukan(terhadap aseton :0 ml,20 ml,40 ml,60 ml,80 ml,100 ml) .Dan dari data yang di peroleh,kami dapat menentukan fraksi mol dari aseton dan kloroform untuk masing-masing komposisi dengan menggunakan rumus : = XI. KESIMPULANDari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa : Campuran azeotropik adalah campuran dua/lebih komponen yang mempunyai komposisi tertentu dimana komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya bila melalui destilasi biasa,bila titik didih dua zat cair yang saling menunjukkan adanya titik maksimum Fraksi mol yang diperoleh (Berdasarkan percobaan) : Aseton 80 % ; khloroform 20 % : 0,84 Aseton 60 % ; khloroform 40 % : 0,6215 Aseton 40 % ; khloroform 60 % : 0,4219 Aseton 20 % ; khloroform 80 % : 0,2148 Aseton 100 % : 1 Khloroform 100 % : 0Aseton : 1,0.84,0.62,0.38,0.42,0.21 dan 0Cacl3 : 0,0.816,0.38,0.58,0.79dan 1 Campuran aseton-khloroform termasuk larutan non ideal deviasi negative yang mempunyai volume kontraksi dimana akan menghasilkan titik didih minimum pada sistem campuran tersebut. Titik didih dan titik uap untuk masing-masing campuran(dari distilasi) Aseton 80 % ; khloroform 20 % : 63C dan 62C Aseton 60 % ; khloroform 40 % : 59C dan 58C Aseton 40 % ; khloroform 60 % : 64C dan 61C Aseton 20 % ; khloroform 80 % : 59C dan 58C Titik didih aseton ( murni ) : 56,4C Titik didih khloroform ( murni ) : 61,2C

XII. DAFTAR PUSTAKAModul.Penuntun Pratikum kimia fisika.Jurusan Teknik Kimia,Politeknik Negeri Sriwijaya.2014