28
Cara Mengelola Bencana Pada Tahap Pasca Bencana Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar : Keperawatan Jiwa- II Disusun Oleh : 1. Agustiana Cahya Dewi 2. Andi Indriani Putri 3. Anita Veronica 4. Ari Yuni Kaswanti 5. Dede Pia Kardini 6. Desianti Dwi Utami 7. Dini Wulansari 8. Dwi Ratnasari 9. Firtia Wulandari 10. Indriani Ruspita 11. Lindawati Pajrin 12. Lusiana Wati 13. Mutiah 14. Nindia Angraeni 15. Prastya Ningrum

Cara Mengelola Bencana Pada Tahap Pasca Bencana MAKALAH

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Cara Mengelola Bencana Pada Tahap Pasca Bencana MAKALAH

Cara Mengelola Bencana Pada Tahap Pasca Bencana

Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar : Keperawatan Jiwa- II

Disusun Oleh :

1. Agustiana Cahya Dewi

2. Andi Indriani Putri

3. Anita Veronica

4. Ari Yuni Kaswanti

5. Dede Pia Kardini

6. Desianti Dwi Utami

7. Dini Wulansari

8. Dwi Ratnasari

9. Firtia Wulandari

10. Indriani Ruspita

11. Lindawati Pajrin

12. Lusiana Wati

13. Mutiah

14. Nindia Angraeni

15. Prastya Ningrum

16. Putri Handayani

17. Valentina Mardiana

18. Wiendy Tri Amelia

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMINA BINA MEDIKA

Jalan Bintaro Raya No.10, Tanah Kusir- Kebayoran Lama Utara- Jakarta Selatan

Page 2: Cara Mengelola Bencana Pada Tahap Pasca Bencana MAKALAH

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat Allah SWT sehingga penyusun

dapat menyelesaikan makalah ini untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Keperawatan

Jiwa II di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pertamina Bina Medika yang berjudul ” Cara

Mengelola Pasca Bencana ”.

Penyusun menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Widyo Weni Wigati, S. Kp, MARS selaku kepala ketua STIKes PERTAMEDIKA.

2. Ns. Tati Suryati, S.Kep selaku Koordinator mata kuliah Keperawatan Jiwa II.

3. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan secara moral, material dan spiritual.

4. Semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembentukan makalah ini.

Penyusun menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan

karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan. Oleh karena itu, penyusun

mengharapkan kritik dan saran yang mambangun dari pembaca.

Jakarta, November 2012

Kelompok

i

Page 3: Cara Mengelola Bencana Pada Tahap Pasca Bencana MAKALAH

Daftar Isi

ii

Page 4: Cara Mengelola Bencana Pada Tahap Pasca Bencana MAKALAH

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bencana pada hakekatnya baik itu bencana alam, ulah manusia atau karena

keduanya seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung merapi, banjir, tanah

longsor, kekeringan, kebakaran, dan lain-lain selalu mengancam kehidupan

masyarakat atau bahkan kehidupan bangsa Indonesia.

Bencana mengakibatkan penderitaan, kerugian harta benda, kerusakan

lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana, serta fasilitas umum yang lain.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui cara

mengelola bencana.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui cara

pemulihan pasca bencana pada tingkat 1.

C. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini adalah halaman judul, kata pengantar, daftar isi,

pendahuluan, tinjauan pustaka, pembahasan, penutup, dan daftar pustaka.

1

Page 5: Cara Mengelola Bencana Pada Tahap Pasca Bencana MAKALAH

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Bencana

1. Pengertian Bencana

Menurut UU No.24/2007 tentang Penanggulangan Bencana, Bencana

adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

kehidupan yang disebabkan baik oleh factor alam dan/ atau faktor non alam

maupun factor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa

manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Menurut International Strategy for Disaster Reduction (ISDR), Bencana

merupakan suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat

sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi

materi, ekonomi atau lingkungan dan melampaui kemampuan masyarakat yang

bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumber daya mereka

sendiri.

2. Jenis Bencana

a. Bencana alam merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh gempa bumi, tsunami, gunung

meletus, banjir, kebakaran, kekeringan, angin topan/putting beliung, dan

tanah longsor.

2

Page 6: Cara Mengelola Bencana Pada Tahap Pasca Bencana MAKALAH

b. Bencana non alam merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

rangkaian peristiwa alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal

modernisasi, epidemik, dan wabah penyakit.

c. Bencana sosial merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik

social antar kelompok atau antar komunitas masyarakat.

3. Penyebab Bencana

Bencana dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik oleh alam, yang

masih dibagi lagi menjadi dua factor penyebab, yakni: hazards of exogenic

origin (bencana alam asal luar), dan hazards of endogenic origin (bencana alam

asal dalam).

Bencana yang disebabkan oleh proses alam ini adalah bencana akibat

proses geologis, proses geomorfologis dan proses klimatologis, yang

mengakibatkan bencana alam. Bencana alam merupakan proses alam dengan

intensitas yang melebihi normal, seperti: gempa bumi, letusan gunung api,

longsoran, dan gelombang badai.

a. Bencana alam asal luar (hazards of exogenic origin), adalah banjir, erosi,

gerakan tanah, debris avalanches, serta kekeringan.

b. Bencana alam asal dalam (hazards of endogenic origin) yaitu gempa bumi,

tsunami, letusan gunung api.

c. Bencana yang diakibatkan oleh aktivitas manusia (hazards of

anthropogenic origin), adalah degradasi lingkungan; penggundulan hutan

yang berakibat pada bencana kekeringan, erosi atau banjir; gempa bumi

akibat pembangunan dam; penurunan tanah/lahan (amblesan/tanah terban),

longsoran, dan akibat ulah manusia.

3

Page 7: Cara Mengelola Bencana Pada Tahap Pasca Bencana MAKALAH

B. Pasca Bencana

Pasca bencana adalah periode/ waktu/ masa setelah tahap kegiatan tanggap

darurat terjadinya bencana. Penanggulangan bencana adalah segala upaya dan

kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan

pada saat sebelum terjadinya bencana serta penyelamatan pada terjadinya bencana,

rehabitasi dan rekonstruksi setelah terjadinya bencana.

Penanggulangan pasca bencana adalah segala upaya dan kegiatan perbaikan

fisik maupun non fisik yang dilakukan setelah terjadinya bencana/ masa tanggap

darurat meliputi : rehabilitasi dan rekonstruksi sarana dan prasarana, fasilitas umum

yang rusak akibat bencana dalam upaya pemulihan kehidupan masyarakat. Prinsip

dasar upaya penanggulangan bencana di titikberatkan pada tahap kesiapsiagaan

sebelum bencana terjadi. Mengingat bahwa tindakan preventif (mencegah) lebih

baik daripada kuratif (pengobatan atau penanganan). Bencana alam itu sendiri

memang tidak dapat dicegah, namun dampak buruk akibat bencana dapat kita cegah

dengan kesiapsiagaan sebelum bencana terjadi.

Cara penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana terdiri dari 2 tahap,

yaitu rehabitisasi dan rekonstruksi.

1. Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah segala upaya perbaikan untuk mengembalikan fungsi

secara minimal sarana dan prasarana, fasilitas umum yang rusak akibat bencana

dalam rangka mengembalikan kondisi seperti semula dengan melibatkan

seluruh unsur, masyarakat maupun swasta.

Strategi penyelenggaraan kegiatan rehabilitasi adalah :

a. Melibatkan dan memberdayakan masyarakat dalam tahapan pelaksanaan

rehabilitasi.

b. Memperhatikan karakter bencana, daerah dan budaya masyarakat

setempat.

4

Page 8: Cara Mengelola Bencana Pada Tahap Pasca Bencana MAKALAH

c. Mendasarkan pada kondisi actual di lapangan (tingkat kerugian /

kerusakan serta kendala medan).

d. Menjadikan kegiatan rehabilitasi sebagai gerakan dalam masyarakat

dengan menghimpun masyarakat sebagai korban maupun pelaku aktif

kegiatan rehabilitasi dalam kelompok swadaya.

e. Menyalurkan bantuan pada saat yang tepat sehingga dapat memicu /

membangkitkan gerakan rehabilitasi dan penanganan bencana yang

menyeluruh.

Rehabilitasi dilakukan melalui sejumlah kegiatan, meliputi:

a. Perbaikan lingkungan daerah bencana.

b. Perbaikan prasarana dan sarana umum.

c. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat.

d. Pemulihan social psikologis.

e. Pelayanan kesehatan.

f. Rekonsiliasi dan resolusi konflik.

g. Pemulihan social ekonomi budaya.

h. Pemulihan keamanan dan ketertiban.

i. Pemulihan fungsi pemerintahan.

j. Pemulihan fungsi pelayanan publik.

2. Rekonstruksi

Rekonstruksi adalah segala upaya pembangunan kembali secara

terencana, terpadu dan terkendali sarana dan prasarana, fasilitas umum yang

rusak didahului dengan evaluasi suatu perencanaan yang matang sebelum

dilakukan pelaksanaan pembangunan.

Rekonstruksi dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik

meliputi:

a. Pembangunan kembali prasarana dan sarana.

b. Pembangunan kembali sarana social masyarakat.

5

Page 9: Cara Mengelola Bencana Pada Tahap Pasca Bencana MAKALAH

c. Pembangkitan kembali kehidupan social budaya masyarakat.

d. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang

lebih baik dan tahan bencana.

e. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia

usaha, dan masyarakat.

f. Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya.

g. Peningkatan fungsi pelayanan publik.

h. Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.

C. Kebakaran

Kebakaran merupakan suatu reaksi kimia termo yang disebabkan oleh tiga

faktor yaitu oksigen, bahan bakar dan panas.

Menyatunya ketiga faktor diatas akan menimbulkan peristiwa kebakaran yang

menimbulkan panas, nyala api, asap dan gas. Fenomena dari api inilah yang

menimbulkan bencana baik bagi manusia maupun bagi bangunan dan isi

didalamnya.

1. Penyebaran Api

Penyebaran api berlangsung secara konduksi, konveksi dan radiasi.

Bagian atas ruangan merupakan bagian yang paling cepat terasa panas karena

api banyak yang terkonveksikan ke arah tersebut.

Konduksi dapat terjadi melalui dinding pemisah ruang. Bagian dinding

pada ruang berikutnya menerima kalor yang dapat membakar permukaan

benda yang terletak pada dinding tersebut.

Konveksi dapat terjadi melalui bagian-bagian bangunan yang terbuka

seperti tangga, dan koridor.

Radiasi terjadi antara ruang/bangunan yang berdekatan. Hal ini akan

lebih cepat terjadi jika sebaran api dibantu oleh tekanan udara/angin ke arah

bangunan lain.

2. Tahap Perkembangan Api

6

Page 10: Cara Mengelola Bencana Pada Tahap Pasca Bencana MAKALAH

Perkembangan api mengalami beberapa tahapan yang lama masing-

masing tahapan tidak sama pada satu peristiwa kebakaran dengan yang

lainnya. Adapun tahapan perkembangan api tersebut adalah:

a. Tahap Penyalaan/Peletusan. Ditandai dengan munculnya api di dalam

ruangan. Proses timbulnya api dalam ruangan ini disebabkan oleh

adanya energi panas yang mengenai material dalam ruang. Energi panas

tersebut bisa berasal dari panas akibat ledakan kompor, hubungan

singkat arus listrik dan lain sebagainya.

b. Tahap Pertumbuhan: api mulai berkembang sebagai fungsi dari bahan

bakar dengan sedikit/tanpa pengaruh dari luar. Tahapan ini merupakan

tahap yang paling baik untuk melakukan evakuasi penghuni. Pada saat

ini pula sensor-sensor pencegah kebakaran dan alat pemadaman harus

sudah mulai bekerja.

c. Tahap Flashover: masa transisi antara tahap pertumbuhan dengan tahap

pembakaran penuh. Prosesnya berlangsung sangat cepat, yang mana

suhunya berkisar antara 300 sampai 600 C. Terjadinya tahapan ini

karena terjadinya ketidakstabilan termal dalam ruang.

d. Tahap Pembakaran Penuh: pada tahap ini, kalor yang dilepaskan adalah

yang paling besar, karena kebakaran terjadi di seluruh ruang. Seluruh

material dalam ruang terbakar sehingga temperatur dalam ruang menjadi

sangat tinggi mencapai 1200 C.

e. Tahap Surut: tercapai bila material terbakar sudah habis dan temperatur

ruangan berangsur turun. Selain penurunan temperatur, ciri lainnya

adalah laju pembakaran yang juga turun.

3. Upaya Proteksi

Usaha untuk melakukan perlindungan terhadap bangunan beserta isinya

termasuk juga manusia dari bahaya kebakaran dilakukan dengan berbagai cara

yaitu melalui proteksi aktif, proteksi pasif dan fire safety management.

7

Page 11: Cara Mengelola Bencana Pada Tahap Pasca Bencana MAKALAH

Ketiga usaha di atas dilakukan secara simultan- sehingga mendapatkan

suatu hasil yang diharapkan.

a. Proteksi Aktif

Proteksi terhadap bahaya kebakaran dengan bantuan alat-alat

bantu pemadaman maupun pendeteksian seperti misalnya sprinkler, fire

hidrant, detektor, special fire lift dan peralatan pemadaman lainnya.

Hidrant adalah peralatan pemadam api yang menggunakan air

bertekanan dan komponen utamanya berupa nozzle, slang, kopling dan

kotak hidrant.

Dalam pemukiman, yang penting untuk dikemukakan adalah

fasilitas hidrant halaman dimana dipersyaratkan bahwa debit air yang

dimiliki adalah 1000 liter/menit dengan persedian air untuk setiap waktu

adalah 30.000 liter dan mudah dicapai oleh pemadam kebakaran.

b. Proteksi Pasif

Proteksi terhadap bahaya kebakaran yang lebih menekankan pada

aspek disain bangunan seperti misalnya pemilihan bahan bangunan yang

tidak manghasilkan gas yang beracun, perencanaan yang tidak

menyebabkan asap dengan mudah memenuhi ruang, ataupun api tidak

mudah merambat ke ruang lain, dan lain sebagainya.

Adapun yang menjadi penekanan utama pada proteksi pasif ini

adalah:

1) Site plan dan lingkungan bangunannya,

2) Struktur yang tahan api.

3) Sarana penyelamatan jiwa,

4) Pemilihan bahan bangunan yang digunakan.

c. Fire Safety Management

Proteksi aktif dan pasif hanyalah menyangkut unsur fisik bangunan,

sementara itu permasalahan utamanya adalah pencegahan terhadap

bahaya kebakaran, langkah-langkah yang harus diambil untuk

mencegah meluasnya kebakaran, tindakan evakuasi dan lain

8

Page 12: Cara Mengelola Bencana Pada Tahap Pasca Bencana MAKALAH

sebagiannya. Hal inilah yang diperlukan untuk melengkapi kedua

proteksi di atas. Untuk itu diperlukan suatu fire safety management

yang didefinisikan suatu pola pengelolaan/pengendalian unsur-unsur

manusia/Merupakan suatu pola pengelolaan/pengendalian unsur-

unsur manusia/personil, sistem dan peralatan, informasi, dan data

teknis, serta kelengkapan lainnya dengan tujuan untuk menjamin dan

meningkatkan keamanan total pada bangunan gedung terhadap

bahaya kebakaran. (Suprapto, 1998: 14)

D. Kecelakaan Lalu Lintas

1. Pengertian Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan lalu-lintas adalah kejadian di mana sebuah kendaraan bermotor

tabrakan dengan benda lain dan menyebabkan kerusakan. Kadang kecelakaan

ini dapat mengakibatkan luka-luka atau kematian manusia atau binatang.

Kecelakaan lalu-lintas menelan korban jiwa sekitar 1,2 juta manusia setiap

tahun menurut WHO.

2. Faktor yang memengaruhi kecelakaan

Ada tiga faktor utama yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, pertama

adalah faktor manusia, kedua adalah faktor kendaraan dan yang terakhir adalah

faktor jalan. Kombinasi dari ketiga faktor itu bisa saja terjadi, antara manusia

dengan kendaraan misalnya berjalan melebihi batas kecepatan yang ditetapkan

kemudian ban pecah yang mengakibatkan kendaraan mengalami kecelakaan. Di

samping itu masih ada faktor lingkungan, cuaca yang juga bisa berkontribusi

terhadap kecelakaan.

a. Faktor manusia

Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan.

Hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran rambu-

rambu lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar,

ketidaktahuan terhadap arti aturan yang berlaku ataupun tidak melihat

9

Page 13: Cara Mengelola Bencana Pada Tahap Pasca Bencana MAKALAH

ketentuan yang diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu. Selain itu

manusia sebagai pengguna jalan raya sering sekali lalai bahkan ugal ugalan

dalam mengendarai kendaraan, tidak sedikit angka kecelakaan lalu lintas

diakibatkan karena membawa kendaraan dalam keadaan mabuk,

mengantuk, dan mudah terpancing oleh ulah pengguna jalan lainnya yang

mungkin dapat memancing gairah untuk balapan.

b. Faktor kendaraan

Faktor kendaraan yang paling sering adalah kelalaian perawatan yang

dilakukan terhadap kendaraan.

Untuk mengurangi faktor kendaraan perawatan dan perbaikan

kendaraan diperlukan, disamping itu adanya kewajiban untuk melakukan

pengujian kendaraan bermotor secara reguler.

c. Faktor Jalan dan lainnya

Faktor jalan terkait dengan kecepatan rencana jalan, geometrik jalan, pagar

pengaman di daerah pegunungan, ada tidaknya median jalan, jarak pandang

dan kondisi permukaan jalan. Jalan yang rusak/berlobang sangat

membahayakan pemakai jalan terutama bagi pemakai sepeda dan sepeda

terbang.

d. Faktor Cuaca

Hari hujan juga memengaruhi unjuk kerja kendaraan seperti jarak

pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang

juga terpengaruh karena penghapus kaca tidak bisa bekerja secara sempurna

atau lebatnya hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek.

Asap dan kabut juga bisa mengganggu jarak pandang, terutama di daerah

pegunungan

E. Tenggelam

Tenggelam adalah kematian yang disebabkan mati lemas (kekurangan napas)

ketika cairan menghalangi kemampuan tubuh untuk menyerap oksigen dari udara

10

Page 14: Cara Mengelola Bencana Pada Tahap Pasca Bencana MAKALAH

hingga menyebabkan asfiksia. Penyebab utama kematian adalah hipoksia dan

asidosis yang mengakibatkan henti jantung.

Nyaris tenggelam adalah kondisi bertahan hidup dari peristiwa tenggelam

hingga menyebabkan ketidaksadaran atau paru-paru terisi air yang bisa

mengakibatkan komplikasi sekunder yang serius, termasuk kematian setelah

terjadinya insiden. Kasus hampir tenggelam umumnya ditangani oleh profesional di

bidang kedokteran.

Tenggelam sekunder (secondary drowning) adalah kematian akibat perubahan

kimiawi dan biologi pada paru-paru setelah insiden nyaris tenggelam.

Kondisi umum dan faktor risiko yang mengakibatkan tenggelam di antaranya

termasuk:

1. Pria cenderung lebih banyak tenggelam daripada wanita, terutama pria berusia

18-24 tahun.

2. Tidak memakai pelampung ketika menjadi penumpang angkutan air.

3. Kurangnya pengawasan terhadap anak (terutama anak berusia 5 tahun ke

bawah).

4. Kondisi air melebihi kemampuan perenang, arus kuat, air yang sangat dalam,

terperosok sewaktu berjalan di atas es, ombak besar, dan pusaran air.

5. Terperangkap misalnya setelah peristiwa kapal karam, kecelakaan mobil yang

mengakibatkan mobil tenggelam, serta tubuh yang terbelenggu pakaian atau

perlengkapan.

6. Terganggunya kemampuan fisik akibat pengaruh obat-obatan dan minuman

beralkohol.

7. Ketidakmampuan akibat hipotermia, syok, cedera, atau kelelahan.

8. Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang, termasuk di

antaranya: infark miokard, epilepsi, atau stroke.

9. Ditenggelamkan dengan paksa oleh orang lain dengan tujuan membunuh,

kekerasan antar anak sebaya, atau permainan di luar batas kewajaran.

11

Page 15: Cara Mengelola Bencana Pada Tahap Pasca Bencana MAKALAH

12

Page 16: Cara Mengelola Bencana Pada Tahap Pasca Bencana MAKALAH

BAB III

PEMBAHASAN

Penanggulangan bencana tergantung pada tingkat keparahan yang diakibatkan oleh

bencana tersebut. Bencana tingkat satu adalah bencana yang bersifat lokal, misalnya

kebakaran satu rumah, tenggelam atau kecelakaan lalu lintas. Kebakaran merupakan suatu

reaksi kimia termo yang disebabkan oleh tiga faktor yaitu oksigen, bahan bakar dan panas.

Kecelakaan lalu-lintas adalah kejadian di mana sebuah kendaraan bermotor tabrakan

dengan benda lain dan menyebabkan kerusakan. Tenggelam adalah kematian yang

disebabkan mati lemas (kekurangan napas) ketika cairan menghalangi kemampuan tubuh

untuk menyerap oksigen dari udara hingga menyebabkan asfiksia. Usaha yang perlu

dilakukan setelah terjadi kebakaran adalah rekonstruksi. Rekonstruksi adalah segala upaya

pembangunan kembali secara terencana, terpadu dan terkendali sarana dan prasarana,

fasilitas umum yang rusak didahului dengan evaluasi suatu perencanaan yang matang

sebelum dilakukan pelaksanaan pembangunan.

Berikut akan dibahas kasus kebakaran rumah di daerah Banjarmasin. Kasus

kebakaran rumah adalah sebagai berikut

Kebakaran kembali melanda Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Selasa (4/9/2012)

siang. Api menghanguskan satu rumah di desa kuala kurun, RT 12, RW 1.

Rumah yang terbakar milik seorang pedagang, Bahran dan juriah yang berprofesi

sebagai pedagang sayur .

Petugas pemadam kebakaran Kota Banjarmasin, Afidudin Noor mengatakan, seluruh

isi rumah terbakar. Api diduga berasal dari hubungan pendek arus listrik yang kemudian

menjalar ke tempat lain.

13

Page 17: Cara Mengelola Bencana Pada Tahap Pasca Bencana MAKALAH

Rekonstruksi dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik meliputi:

1. Pembangunan kembali prasarana dan sarana.

Menurut kelompok kami pembangunan kembali prasarana dan sarana dilakukan

dengan membangun kembali rumah korban secara gotong royong dengan biaya

pribadi dan bantuan dari masyarakat setempat .

2. Pembangunan kembali sarana social masyarakat.

Menurut kelompok kami, karena kasus yang kami bahas ruang lingkupnya kecil

(keluarga) maka tidak dijelaskan pada point ini

3. Pembangkitan kembali kehidupan social budaya masyarakat.

Menurut kelompok kami bisa dengan cara dukungan moral, seperti mendatangkan

tokoh masyarakat di lingkungan tersebut untuk memberikan motivasi agar korban

lebih ikhlas dan menerima kejadian tersebut .

4. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan

tahan bencana. Penggunaan peralatan

Menurut kelompok kami pembangunan rumah korban dibangun dengan bahan-bahan

yang lebih kokoh dan tidak mudah terbakar, seperti dinding yang terbuat dari batu

bata (tembok), atap rumah yang terbuat dari genteng bukan daun kelapa kering

5. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, dan

masyarakat.

Menurut kelompok kami bisa dilakukan dengan partisipasi masyarakat sekitar dengan

memberikan bantuan berupa dana dan jasa, selain itu bisa dengan memberikan dana

untuk modal usaha kembali .

6. Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya.

14

Page 18: Cara Mengelola Bencana Pada Tahap Pasca Bencana MAKALAH

Menurut kelompok kami, setelah diberikan konseling dan motivasi diharapkan

korban dapat lebih percaya diri untuk meneruskan kehidupannya dan usahanya agar

kebutuhan ekonomi nya terpenuhi, sehingga tidak bergantung lagi dengan orang lain.

7. Peningkatan fungsi pelayanan publik.

Menurut kelompok kami, point ini tidak perlu dijelaskan lebih rinci karena kasus

yang kami angkat tidak berhubungan dengan point di atas

8. Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.

Menurut kelompok kami, tersedianya pelayanan kesehatan di lingkungan sekitar

untuk mengantisipasi kemungkinan jika kejadian tersebut terulang kembali dan

menimbulkan korban

15

Page 19: Cara Mengelola Bencana Pada Tahap Pasca Bencana MAKALAH

BAB IV

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Rekonstruksi adalah

segala upaya pembangunan kembali secara terencana, terpadu dan terkendali sarana dan

prasarana, fasilitas umum yang rusak didahului dengan evaluasi suatu perencanaan yang

matang sebelum dilakukan pelaksanaan pembangunan. Penanggulangan bencana

tergantung pada tingkat keparahan yang diakibatkan oleh bencana tersebut. Bencana tingkat

satu adalah bencana yang bersifat lokal, misalnya kebakaran satu rumah, tenggelam atau

kecelakaan lalu lintas .

Dalam kasus di atas, dibutuhkan rekonstruksi berupa, dana, tenaga, serta dukungan

motivasi dari masyarakat sekitar dan dari berbagai pihak serta penyediaan pelayanan

kesehatan di daerah tersebut .

16

Page 20: Cara Mengelola Bencana Pada Tahap Pasca Bencana MAKALAH

.

Daftar Pustaka

http://www.bnpb.go.id/irw/file/publikasi/381.pdf

http://www.bnpb.go.id/website/file/pubnew/73.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Kecelakaan_lalu-lintas

http://imeinars.blogspot.com/2011/02/penanggulangan-bencana-sebelum-saat-dan.html

http://www.p2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/2/c/Modul-Penanggulangan-

Bencana.pdf

http://siagabencana.net/2012/01/penyelenggaraan-penanggulangan-bencana-pada-tahap-

pasca-bencana/

17