6
CARA PERSALINAN PADA PEB Tujuan pengobatan pada pasien PEB mencegah kejang, memulihkan organ vital, melahirkan bayi dengan trauma sekecil-kecilnya pada ibu dan bayi. Segera rawat di RS dengan penanganan awal: 1. Berikan MgSO4 dalam infus dekstrosa 5% kecepatan 15 – 20 tetes per menit. Dosis awal MgSO4 2 g IV dalam 10 menit, selanjutnya 2 g/jam drip sampai TD stabil (140 – 150/90 – 100 mmHg). Berikan sampai 24 jam pascapersalinan, hentikan bila 6 jam pascapersalinan ada perbaikan nyata atau ada tanda-tanda intoksikasi. Syarat pemberian MgSO4 adalah refleks patella kuat, RR > 16x/menit dan diuresis >100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 ml/kgBB/jam). Harus tersedia antidot MgSO4 yaitu kalsium glukonas 10 % yang dapat segera diberikan IV dalam 3 menit. Pantau TD, suhu, perasaan panas dan wajah merah selama pemberian MgSO4. 2. Berikan nifedipin 3 – 4 x 10 mg oral. Bila pada jam ke- 4 tekanan diastolik belum turun sampai 20 %, berikan tambahan 10 mg oral (dosis max 80 mg/hari). Bila tekanan diastolik meningkat ≥ 110 mmHg, berikan tambahan sublingual (tujuannya untuk penurunan TD 20% dalam 6 jam, kemudian diharapkan menjadi stabil (140 –

Cara Persalinan Pada PEB

Embed Size (px)

DESCRIPTION

cara persalinan pada preeklampsia berat

Citation preview

CARA PERSALINAN PADA PEBTujuan pengobatan pada pasien PEB mencegah kejang, memulihkan organ vital, melahirkan bayi dengan trauma sekecil-kecilnya pada ibu dan bayi.Segera rawat di RS dengan penanganan awal:1. Berikan MgSO4 dalam infus dekstrosa 5% kecepatan 15 20 tetes per menit. Dosis awal MgSO4 2 g IV dalam 10 menit, selanjutnya 2 g/jam drip sampai TD stabil (140 150/90 100 mmHg). Berikan sampai 24 jam pascapersalinan, hentikan bila 6 jam pascapersalinan ada perbaikan nyata atau ada tanda-tanda intoksikasi. Syarat pemberian MgSO4 adalah refleks patella kuat, RR > 16x/menit dan diuresis >100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 ml/kgBB/jam). Harus tersedia antidot MgSO4 yaitu kalsium glukonas 10 % yang dapat segera diberikan IV dalam 3 menit. Pantau TD, suhu, perasaan panas dan wajah merah selama pemberian MgSO4.2. Berikan nifedipin 3 4 x 10 mg oral. Bila pada jam ke-4 tekanan diastolik belum turun sampai 20 %, berikan tambahan 10 mg oral (dosis max 80 mg/hari). Bila tekanan diastolik meningkat 110 mmHg, berikan tambahan sublingual (tujuannya untuk penurunan TD 20% dalam 6 jam, kemudian diharapkan menjadi stabil (140 150/90 100 mmHg). Bila sulit dikendalikan, dapat dikombinasi dengan pindolol.3. Periksa TD, FN, RR tiap jam. Pasang kateter dan kantong urin. Ukur urin setiap 6 jam, bila < 100 ml/4 jam, kurangi dosis MgSO4 menjadi 1 g/jam.4. Lakukan USG dan CTG (minimal 2 x/24 jam)5. Penanganan lanjutan:a. Konservatif bila kehamilan < 35 minggu tanpa impending eklampsia dan gawat janin. Prinsip terapi serupa dengan yang akitf, hanya tidak dilakukan terminasi kehamilan. Pemberian MgSO4 2 mg IV dilanjutkan 2 g/jam drip dalam infus dekstrosa 5% 500 ml/6 jam dapat dihentikan bila ada tanda-tanda PER, selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Bila tidak ada perbaikan ATAU dalam 6 jam pengobatan terdapat peningkatan TD, terapi dianggap gagal dan lakukan terminasi kehamilan.b. Penanganan aktif kehamilan 35 minggu, impending eklampsia, terapi konservatif gagal, gawat janin, PJT dan sindrom HELLP.c. CTG:1) Fungsi dinamik janin plasenta baik (reaktif, ketuban cukup, gerak napas baik, tidak ada deselerasi lambat, tidak ada PJT, skor > 5) partus pervaginam.2) Bila kurang baik seksio (SC).3) Induksi:a) Dengan kateter Folley, amniotomi, prostaglandin E2 atau infus oksitosin (5 IU dalam 500 ml glukosa 5% dimulai dengan 4 tetes, naikkan 4 tetes tiap 30 menit sampai his 2-3 x/10 menit, max 20 tetes/menit supaya tidak terjada edema paru)b) Kala 2: Partus spontan bila tidak perlu meneran terlalu kuat dan TD terkendali. Periksa TD tiap 10 menit. Vakum/forsep bila persalinan tidak lancar, janin tidak lahir dalam 15 menit, pasien terpaksa meneran kuat, atau ada indikasi gawat janin.c) Saat bayi lahir: Berikan oksitosin 10 IU IM pada ibu agar perdarahan minimal. Lahirkan plasenta bila kontraksi maksimal dan terdapat tanda lepasnya plasenta. Perdarahan > 400 ml kompresi bimanual + ergometrin 0,1 mg IM.d) Pascapersalinan: Infus tidak boleh lebih dari 60 ml/jam karena ibu bisa makan-minum + bahaya edema paru Makanan protein 1,5g/kgBB. Bila uremia protein 0,6 g/kgBB.e) Ada edema paru, payah jantung kongestif, edema anasarka: Diuretik furosemid 40 mg O2 nasal kanul 4 6 l/menit AGD untuk koreksi asidosis Nifedipin + O2 + posisi setengah duduk + furosemid bolus TD dan beban jantung berkurang Ada payah jantung digitalis Tidak ada perbaikan dalam 6 jam, PCO2 > 70 mmHg dan PO2 < 60 mmHg ventilasi mekanikf) Obat suportif: Suhu rektal > 38, 5OC antipiretik + kompres dingin/alcohol Antibiotik atas indikasi Antinyeri petidin HCl 50 70 mg 1x selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir bila pasien gelisah atau kesakitan karena kontraksi rahimg) SC: Anestesi umum N2O keuntungan: relaksasi sedasi ibu + dampak relatif kecil pada janin Anestesi epidural/spinal bila tidak ada tanda DIC Anestesi lokal indikasi terminasi segera dengan keadaan ibu kurang baikSECTIO CAESARIA (SC)Sectio Caesaria adalah suatu cara untuk melahirkan janin dengan membuka dinding abdomen dan dinding uterus. Menurut statistic tentang 3.509 kasus sectio caesaria, indikasi untuk sectio caesaria adalah diproporsi janin-panggul 21%, gawat janin 14%, placenta previa 11%, pernah sectio caesaria 10%, kelainan letak janin 10%, pre eklampsia dan hipertensi 7%, dengan angka kematian ibu sebelum dikoreksi 17% dan sudah dikoreksi 0,5%, sedangkan kematian janin 14,5% (Wiknjosastro, 2012).Sectio caesaria atas indikasi pre eklamsia adalah suatu pembedahan untuk melahirkan janin melalui insisi abdomen dan uterus yang merupakan prosedur guna menyelamatkan kehidupan dengan di tandai gejala yaitu hipertensi, oedema, dan proteinuria pada kehamilan itu sendiri.Menurut Oxorn (2010), tipe-tipe sectio caesarea yaitu :

1. Segmen bawah (insisi melintang)

2. Segmen bawah (insisi membujur)

3. Sectio caesaria klasik

4. Sectio caesaria exstraperitoneal

5. Histerektomi Caesaria

DAFTAR PUSTAKA

16Wiknjosastro, Gulardi H, DKK. 2012. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta.Oxorn, H. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yayasan EssentialMedika