44
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adanya pergeseran demografi, pergeseran sosial ekonomi, serta meningkat dan bertambah rumitnya masalah kesehatan akan berdampak pada tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Masyarakat lebih sadar akan hak dan kewajiban untuk menuntut tersedianya pelayanan kesehatan dan keperawatan dengan mutu yang secara profesional dapat dipertanggungjawabkan. Menghadapi globalisasi ini tiada upaya lain yang perlu dilakukan keculai mengadakan penyesuaian dan perbaikan terhadap mutu layanan keperawatan. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang diberikan kepada klien untuk memenuhi kebutuhan secara holistik dan komprehensif. Pelayanan keperawatan didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang mengintegrasikan intelektual, ketrampilan dan sikap perawat. Peningkatan mutu pelayanan keperawatan didukung oleh pengembangan teori-teori keperawatan, salah satunya adalah teori Caring menurut Jean Watson. Caring adalah sentral untuk praktek keperawatan karena caring merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya 1

Caring Watson

Embed Size (px)

DESCRIPTION

metode watson dalam asuhan keperawtaan

Citation preview

Page 1: Caring Watson

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Adanya pergeseran demografi, pergeseran sosial ekonomi, serta meningkat

dan bertambah rumitnya masalah kesehatan akan berdampak pada tuntutan dan

kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan

keperawatan. Masyarakat lebih sadar akan hak dan kewajiban untuk menuntut

tersedianya pelayanan kesehatan dan keperawatan dengan mutu yang secara

profesional dapat dipertanggungjawabkan. Menghadapi globalisasi ini tiada

upaya lain yang perlu dilakukan keculai mengadakan penyesuaian dan perbaikan

terhadap mutu layanan keperawatan.

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang diberikan

kepada klien untuk memenuhi kebutuhan secara holistik dan komprehensif.

Pelayanan keperawatan didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang

mengintegrasikan intelektual, ketrampilan dan sikap perawat.

Peningkatan mutu pelayanan keperawatan didukung oleh pengembangan

teori-teori keperawatan, salah satunya adalah teori Caring menurut Jean Watson.

Caring adalah sentral untuk praktek keperawatan karena caring merupakan suatu

cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih

meningkatkan kepeduliannya kepada klien. Kunci dari kualitas pelayanan asuhan

keperawatan adalah perhatian, empati dan kepedulian perawat. Hal ini sangat

sesuai dengan tuntutan masyarakat pada saat ini yaitu mengharapkan pelayanan

keperawatan yang berkualitas.

Banyak faktor yang mempengaruhi faktor caring, seperti umur, gender,

lingkungan kerja dan kualifikasi perawat. melihat banyak faktor yang

mempengaruhi perawat dalam pemberian asuhan keperawatan yang didasari

prinsip caring, kelompok tertarik untuk melihat fenomena yang terjadi di lahan

praktek, apakah caring dapat dilaksanakan oleh perawat tanpa dibatasi tempat,

waktu dan kondisi klien.

1

Page 2: Caring Watson

B. Tujuan Penulisan

a. Tujuan umum:

Memahami penerapan model konseptual caring Watson dalam pelayanan

keperawatan

b. Tujuan khusus:

Menjelaskan konsep caring dalam pemberian asuhan keperawatan

Menjelaskan konseptual caring dalam aplikasinya pada studi kasus.

Merencanakan penerapan model konseptual caring dalam pelayanan

keperawatan di rumah sakit secara nyata.

Mengaplikasikan model konseptual caring dalam pelayanan keperawatan

di rumah sakit.

Melakukan analisa data terhadap penerapan konseptual caring di rumah

sakit.

Melakukan pembahasan pada hasil penerapan konseptual caring di rumah

sakit.

2

Page 3: Caring Watson

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP CARING

1. Pengertian Caring Science

Caring science merupakan suatu orientasi human science dan

kemanusiaan terhadap proses, fenomena, dan pengalaman human caring. Caring

science, seperti juga science lainnya, meliputi seni dan kemanusiaan.

Transpersonal Caring mengakui kesatuan dalam hidup dan hubungan-hubungan

yang terdapat dalam lingkaran caring yang konsentrik – dari individu, pada orang

lain, pada masyarakat, pada dunia, pada planet Bumi, pada alam semseta

(Watson, 2004).

Watson (1988) dalam George (1990) mendefinisikan caring lebih dari

sebuah exisestensial philosophy, ia memandang sebagai dasar spiritual, baginya

caring adalah ideal moral dari keperawatan. Manusia akan eksistensi bila dimensi

spiritualnya meningkat ditunjukkan dengan penerimaan diri, tingkat kesadaran

diri yang tinggi, kekuatan dari dalam diri, intuitif. Caring sebagai esensi dari

keperawatan berarti juga pertanggungjawaban hubungan antara perawat-klien,

dimana perawat membantu partisipsi klien, membantu memperoleh pengetahuan

dan meningkatkan kesehatan.

Teori human caring yang dikembangkan oleh Watson antara tahun 1975-

1979, hanya berkisar pada sepuluh carative factors sebagai suatu kerangka untuk

memberikan suatu bentuk dan fokus terhadap fenomena keperawatan. Watson

menganggap istilah “factors” terlalu stagnant terhadap sensibilitasnya di masa

kini. Ia pun kemudian menawarkan suatu konsep yang lebih sesuai dengan

evolusi teorinya dan arahnya di masa depan. Konsep tersebut adalah “clinical

caritas” dan “caritas processes”, yang dianggapnya lebih cocok dengan ide-ide

dan ara perkembangan teorinya (Watson, 2004)

2. Paradigma Keperawatan Menurut Watson

3

Page 4: Caring Watson

Keperawatan

Keperawatan adalah penerapan art dan human science melalui transaksi

transpersonal caring untuk membantu manusia mencapai keharmonisan

pikiran, jiwa dan raga yang menimbulkan self-knowlegde, self-control, self-

care, dan self-healing.

Klien

Klien adalah individu atau kelompok yang mengalami ketidakharmonisan

pikiran, jiwa dan raga, yang membutuhkan bantuan terhadap pengambilan

keputusan tentang kondisi sehat-sakitnya untuk meningkatkan harmonisasi,

self-control, pilihan dan self-determination.

Kesehatan

Kesehatan adalah kesatuan dan keharmonisan didalam pikiran, jiwa dan raga

antara diri dengan orang lain dan antara diri dengan lingkungan.

Lingkungan

Lingkungan adalah dimana interaksi transpersonal caring terjadi antara klien

dan perawat.

B. Asumsi Dasar Science of Caring

Watson mengidentifikasi banyak asumsi dan beberapa prinsip dasar dari

transpersonal caring. Watson meyakini bahwa jiwa seseorang tidak dapat dibatasi

oleh ruang dan waktu. Watson menyatakan tujuh asumsi tentang science of

caring. Asumsi dasar tersebut yaitu:

Caring dapat didemonstrasikan dan dipraktekkan dengan efektif hanya secara

interpersonal

Caring terdiri dari carative factors yang menghasilkan kepuasan terhadap

kebutuhan manusia tertentu

Efektif caring meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan individu dan

keluarga

Respon caring menerima seseorang tidak hanya sebagai dia saat ini, tetapi

juga menerima akan jadi apa dia kemudian

4

Page 5: Caring Watson

Lingkungan caring adalah sesuatu yang menawarkan perkembangan dari

potensi yang ada, dan di saat yang sama membiarkan sesorang untuk memilih

tindakan yang terbaik bagi dirinya saat itu

Caring lebih “healthogenic” daripada curing.

Praktek caring merupakan sentral bagi keperawatan.

1. Faktor Carative dalam Caring

Sepuluh factor carative yang mendasari teori caring pada praktek keperawatan

adalah sebagai berikut:

a. Membentuk dan menghargai sistem nilai humanistik dan altruistik

Nilai-nilai humanistik-altruistik adalah sikap-sikap yang didasari pada nilai

manusiawi dan mementingkan orang lain daripada kepentingan pribadi

b. Menanamkan sikap penuh pengharapan

Faktor ini menggabungkan nilai-nilai humanistic-altruistik dalam

memfasilitasi peningkatan asuhan keperawatan yang holistic dan kesehatan

yang positif terhadap kelompok klien. Faktor ini menjelaskan tentang peran

perawat dlam memgembangkan hubungan timbal balik perawat klien yang

efektif dan meningkatkan kesejahteraan dengan membeantu klien mengadopsi

perilaku hidup sehat.

c. Menanamkan sensitifitas atau kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain

Kepekaan dan perasaan yang tajam membuat perawat lebih sungguh-

sungguh, percaya diri, peka terhadap orang lain.

d. Mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu

Menciptakan hubungan saling percaya dan saling membantu perawat sangat

penting dilakukan untuk terbinanya transpersonal caring atau saling bersikap

caring.

e. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif

Sikap menerima ekspresi positif maupun negatif merupakan sikap untuk

menciptakan hubungan perawat klien yang terbuka, saling berbagi perasaan

dan pengalaman antara klien dan perawat.

5

Page 6: Caring Watson

f. Menggunakan metoda sistematis dalam pemecahan masalah dengan

menumbuhkan kemampuan pengambilan keputusan pada klien dan keluarga

Faktor ini memfasilitasi penyelesaikan masalah secara ilmiah pada asuhan

keperawatan dan menghilangkan pemikiran konvensional tentang gambaran

perawat sebagai perpanjangan tangan profesi lain.

g. Meningkatkan proses belajar-mengajar interpersonal

Faktor ini memfasilitasi proses ini dengan teknik belajar mengajar yang

dirancang untuk memungkinkan klien mandiri, mengidentifikasi kebutuhan

personalnya, dan memberi kesempatan untuk berkembang.

h. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural dan spiritual yang

suportif, protektif dan korektif

Perawat harus mengenal pengaruh lingkungan internal dan eksternal yang

mempengaruhi kondisi sehat-sakit individu. Konsep yang relevan dengan

lingkungan internal adalah kesehatan mental spiritual, kesejahteraan, dan

sosiokultural yang dimiliki individu. Sedangkan lingkungngan eksternalnya

meliputi kenyamanan, keamanan, privacy, kebersihan, dan lingkungan yang

estetik. Melalui faktor ini, perawat menyediakan lingkungan yang suportif

yang menjamin rasa aman dan nyaman baik fisik maupun psikologis klien.

i. Membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia

Kebutuhan dasar menurut Watson dibagi menurut 4 tingkatan, yaitu

kebutuhan biofisikal, psikofisikal, psikososial dan interpersonal. Faktor ini

memberi dasar pada perawat untuk menyadari bahwa klien harus terpenuhi

kebutuhan dasarnya dan mengidentifikasi prioritas kebutuhan, mulai dari

kebutuhan tingkat rendah sampai kebutuhan tingkat tinggi.

j. Menghargai adanya kekuatan existenstial-phenomenologikal-spiritual

6

Page 7: Caring Watson

Faktor ini mengarahkan pada pemahaman yang lebih baik tentang diri kita,

orang lain, dan memberikan kebebasan kepada individu untuk memilih

alternatif pengobatan yang diyakini atau dipercaya.

Original carative factors diatas kemudian dikembangkan oleh Watson

menjadi clinical caritas processes yang menawarkan pandangan yang lebih

terbuka (Watson, 2004), yaitu:

1) Menerapkan perilaku yang penuh kasih sayang dan kebaikan dan ketenangan

dalam konteks kesadaran terhadap caring.

2) Hadir dengan sepenuhnya, dan mewujudkan dan mempertahankan sistem

keperacayaan yang dalam dan dunia kehidupan subjektif dari dirinya dan

orang dirawat.

3) Memberikan perhatian terhadap praktek-praktek spiritual dan transpersonal

diri orang lain, melebihi ego dirinya.

4) Mengembangkan dan mempertahakan suatu hubungan caring yang

sebenarnya, yang saling bantu dan saling percaya.

5) Hadir untuk menampung dan mendukung ekspresi perasaan positif dan

negatif sebagai suatu hubungan dengan semangat yang dalam dari diri sendiri

dan orang yang dirawat.

6) Menggunakan diri sendiri dan semua cara yang diketahui secara kreatif

sebagai bagian dari proses caring, untuk terlibat dalam penerapan caring-

healing yang artistik.

7) Terlibat dalam pengalaman belajar mengajar yang sebenarnya yang mengakui

keutuhan diri orang lain dan berusaha untuk memahami sudut pandang orang

lain.

8) Menciptakan lingkungan healing pada seluruh tingkatan, baik fisik maupun

non fisik, lingkungan yang kompleks dari energi dan kesadaran, yang

memiliki keholistikan, keindahan, kenyamanan, martabat, dan kedamaian.

9) Membantu terpenuhinya kebutuhan dasar, dengan kesadaran caring yang

penuh, memberikan “human care essentials”, yang memunculkan

penyesuaian jiwa, raga dan pikiran, keholistikan, dan kesatuan diri dalam

seluruh aspek care; dengan melibatkan jiwa dan keberadaan secara spiritual.

7

Page 8: Caring Watson

10) Menelaah dan menghargai misteri spritual, dan dimensi eksistensial dari

kehidupan dan kematian seseorang, “soul care” bagi diri sendiri dan orang

yang dirawat.

Yang terlihat berbeda dari Clinical Caritas framework adalah bahwa

adanya dimensi spiritual yang tegas serta cinta dan caring yang tampak jelas

dimasukkan dalam suatu paradigma baru untuk millenium yang akan datang.

Perspektif yang demikian menempatkan keperawatan dalam frame work yang

sangat matang, konsisten dengan model keperawatan Nightingale, yang

sebelumnya telah diaktualisasikan, tapi sedang menunggu evolusinya dalam suatu

teori caring-healing (Watson, 2004).

2. Perilaku Caring

Daftar dimensi caring (Caring Dimensions Inventory = CDI) yang didesain oleh

Watson dan Lea (1997) merupakan instrumen yang dikembangkan untuk meneliti

perilaku perawat (perilaku caring). Daftar dimensi caring tersebut antara lain:

CDI 1. Membantu klien dalam ADL

CDI 2. Membuat catatan keperawatan mengenai klien

CDI 3. Merasa bersalah/menyesal kepada klien

CDI 4. Memberikan pengetahuan kepada klien sebagai individu

CDI 5. Menjelaskan prosedur klinik

CDI 6. Berpakaian rapi ketika bekerja dengan klien

CDI 7. Duduk dengan klien

CDI 8. Mengidentifikasi gaya hidup klien

CDI 9 Melaporkan kondisi klien kepada perawat senior

CDI 10. Bersama klien selama prosedur klinik

CDI 11. Bersikap manis dengan klien

CDI 12. Mengorganisasi pekerjaan dengan perawat lain untuk klien

CDI 13. Mendengarkan klien

CDI 14. Konsultasi dengan dokter mengenai klien

CDI 15. Menganjurkan klien mengenai aspek self care

CDI 16. Melakukan sharing mengenai masalah pribadi dengan klien

CDI 17. Memberikan informasi mengenai klien

8

Page 9: Caring Watson

CDI 18. Mengukur tanda vital klien

CDI 19. Menempatkan kebutuhan klien sebelum kebutuhan pribadi

CDI 20. Bersikap kompeten dalam prosedur klinik

CDI 21. Melibatkan klien dalam perawatan

CDI 22. Memberikan jaminan mengenai prosedur klinik

CDI 23. Memberikan privacy kepada klien

CDI 24. Bersikap gembira dengan klien

CDI 25. Mengobservasi efek medikasi kepada klien

Hasil penelitian Lea Amanda et all (1998) menjelaskan bahwa semua item pada

CDI mempunyai korelasi positif dengan item lainnya kecuali CDI no. 3 dan 16.

Untuk mengukur perilaku caring perawat, kelompok IV menyusun instrumen

berdasarkan CDI 1-25. Instrumen tersebut meliputi instrumen observasi dan

kuesioner, yang dapat lihat pada lampiran 1 dan lampiran 2.

C. PROSES KEPERAWATAN DALAM TEORI CARING

Watson (1979) menekankan bahwa proses keperawatan memiliki langkah-

langkah yang sama dengan proses riset ilmiah, karena kedua proses tersebut mencoba

untuk menyelesaikan masalah dan menemukan solusi yang terbaik. Lebih lanjut

Watson menggambarkan kedua proses tersebut sebagai berikut (tulisan yang

dimiringkan menandakan proses riset yang terdapat dalam proses keperawatan):

1. Pengkajian

Meliputi observasi, identifikasi, dan review masalah; menggunakan

pengetahuan dari literature yang dapat diterapkan

Melibatkan pengetahuan konseptual untuk pembentukan dan konseptualisasi

kerangka kerja yang digunakan untuk memandang dan mengkaji masalah

Pengkajian juga meliputi pendefinisian variabel yang akan diteliti dalam

memecahkan masalah

Watson (1979) dalam Julia (1995) menjelaskan kebutuhan yang harus dikaji oleh

perawat yaitu:

a. Lower order needs (biophysical needs) yaitu kebutuhan untuk tetap hidup

meliputi kebutuhan nutrisi, cairan, eliminasi, dan oksigenisasi.

9

Page 10: Caring Watson

b. Lower order needs (psychophysical needs) yaitu kebutuhan untuk berfungsi,

meliputi kebutuhan aktifitas, aman, nyaman, seksualitas.

c. Higher order needs (psychosocial needs), yaitu kebutuhan integritas yang

meliputi kebutuhan akan penghargaan dan beraffiliasi.

d. Higher order needs (intrapersonal-interpersonal needs), yaitu kebutuhan

untuk aktualisasi diri.

2. Perencanaan:

Perencanaan membantu untuk menentukan bagaimana variable-variabel akan

diteliti atau diukur

Meliputi suatu pendekatan konseptual atau design untuk memecahan masalah

yang mengacu pada asuhan keperawatan

Juga meliputi penentuan data apa yang akan dikumpulkan dan pada siapa dan

bagaimana data akan dikumpulkan

3. Intervensi:

Merupakan tindakan langsung dan implementasi dari rencana

Meliputi pengumpulan data

4. Evaluasi

Merupakan metoda dan proses untuk menganalisa data, juga untuk meneliti

efek dari intervensi berdasarkan data

Meliputi interpretasi hasil, tingkat dimana suatu tujuan yang positif tercapai,

dan apakah hasil tersebut dapat digeneralisasikan.

10

Page 11: Caring Watson

BAB III

TINJUAN KASUS

A. Gambaran Kasus

Ny. P, usia 26 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, usia kehamilan 40 minggu,

G1P0A0, datang ke Rumah Sakit dengan keluhan nyeri perut, keluar bercak

merah dari vagina.

B. Pengkajian sesuai dengan teori Watson:

1. Lower order needs (biophysical needs):

Ibu (Ny. P):

suhu 370C

nadi 100 kali/menit, teratur dan tidak lemah

tekanan darah 120/80 mmHg

pernafasan 20X/menit, teratur, tidak dangkal, tidak ada bunyi abnormal

keluar bercak merah dari vagina

klien banyak mengeluarkan keringat

klien mengatakan takut minum banyak karena susah kalau mau kencing

Janin:

DJJ 140 kali/menit

Letak punggung kanan, presentasi kepala, periksa dalam: pembukaan 3

cm, kekuatan kontraksi sedang dengan lama 25 detik, frekuensi: 2 kali/10

menit.

2. Lower order needs (psychophysical needs):

Klien tampak menahan nyeri

Wajah pucat

Klien mengeluh kesakitan sambil memegang perutnya

Klien mengatakan ia merasa khawatir dengan persalinannya. Ia sering

bertanya apakah masih lama ia harus menahan nyeri dan apakah

persalinannya masih lama.

11

Page 12: Caring Watson

3. Higher order needs (psychosocial needs):

Support system klien saat ini: suami dan ibunya yang akan menemani

klien menjalani proses persalinan

4. Higher order needs (intrapersonal-interpersonal needs):

Klien menginginkan suami atau ibunya boleh menemani klien saat

menjalani persalinan

Klien menginginkan agar bila persalinan mengalami kesulitan, ia tidak

ingin dilakukan tindakan ekstraksi vakuum atau forceps

Klien meminta agar setelah persalinan nanti, ia boleh membawa pulang

plasenta.

C. Diagnosa Keperawatan

Nyeri akut berhubungan dengan dilatasi jaringan, stimulasi ujung saraf

simpatis dan parasimpatis

Cemas berhubungan dengan krisis situasi, nyeri dan kurangnya pengetahuan

tentang kemajuan persalinan

Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan intake

cairan dan peningkatan kehilangan cairan

Risiko infeksi maternal berhubungan dengan pemeriksaan vagina berulang,

prosedur invasif

Risiko cidera terhadap janin berhubungan dengan penurunan perfusi maternal

D. Perencanaan

Perencanaan asuhan keperawatan untuk diagnosa keperawatan utama: nyeri

berhubungan dengan dilatasi jaringan, stimulasi ujung saraf simpatis dan

parasimpatis adalah sebagai berikut:

12

Page 13: Caring Watson

NONursing Outcome

Classification (NOC)

Klasifikasi Intervensi Menurut Teori Caring

Nursing Intervention ClassificationPhysiological

BasicPhysiological

ComplexBehavioral Safety Family Health System

Dx1.

Outcome yang dianjurkan: Tingkat

kenyamanan Kontrol depresi Tingkat depresi Kontrol nyeri Nyeri: efek

disruptif Nyeri: respon

psikologis Tingkat nyeri

Outcome tambahan yang terkait: Kualitas hidup Tidur Kontrol gejala Keparahan

gejala Kesejahteraan Keinginan

untuk hidup

a. Treatment:1) Siapkan lingkungan untuk proses

persalinan (CF 8)2) Jaga privacy selama pemeriksaan

(CF1)3) Motivasi ambulasi selama fase

latent (CF 4)4) Bantu posisi klien yang dapat

meningkatkan kenyamanan dan mempertahankan perfusi plasenta (CF 10)

5) Gunakan monitor elektronik sesuai protokol untuk mendapatkan informasi tambahan (CF 6)

6) Berikan metode alternatif pengurangan rasa nyeri seperti massase, sentuhan, aroma terapi, hipnosis, TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) (CF 3, 4, 8)

7) Siapkan alat-alat persalinan (CF 8)8) Pimpin persalinan dan dorong

keluarga dalam memberikan dukungan dan kenyamanan selama persalinan (CF 8)

13

Page 14: Caring Watson

NONursing Outcome

Classification (NOC)

Klasifikasi Intervensi Menurut Teori Caring

Nursing Intervention ClassificationPhysiological

BasicPhysiological

ComplexBehavioral Safety Family Health System

b. Observasi:1) Observasi kemajuan persalian (CF

3, 4, 8)2) Monitor tanda-tanda vital (CF 6)3) Monitor DJJ (CF 6)4) Observasi intensitas dan durasi

kontraksi (CF 6)5) Monitor tingkat nyeri selama

persalinan (CF 1, 2, 3, 4)6) Observasi efek medikasi pada ibu

dan janin (CF 3)7) Observasi koping keluarga selama

persalinan (CF 8)

c. Pendidikan kesehatan1) Jelaskan tujuan intervensi yang

diperlukan selama persalinan (CF 2 dan 3)

2) Ajarkan teknik nafas dalam, relaksasi dan visualisasi (CF 7)

3) Ajarkan teknik mendorong pada kala II sebagai dasar dalam persiapan persalinan (CF 7)

14

Page 15: Caring Watson

NONursing Outcome

Classification (NOC)

Klasifikasi Intervensi Menurut Teori Caring

Nursing Intervention ClassificationPhysiological

BasicPhysiological

ComplexBehavioral Safety Family Health System

d. Kolaborasi1) Berikan analgesik untuk

meningkatkan kenyamanan dan relaksasi selama persalinan (CF 8)

2) Bantu prosedur amniotomi jika diperlukan (CF 9)

3) Laporkan DJJ abnormal pada dokter (CF 8)

4) Pastikan klien mendapatkan informed consent sebelum tindakan invasif (CF 10)

a)

15

Page 16: Caring Watson

E. Implementasi

Pada tahap implementasi, perawat dan klien menjalankan rencana perawatan .

perawat bertanggung jawab terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan yang

berfokus pada klien dan berorientasi pada tujuan.

F. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk menilai keefektifan pemberian asuhan keperawatan,

berdasarkan kriteria hasil yang telah ditetapkan dalam perencanaan keperawatan.

16

Page 17: Caring Watson

BAB IV

RENCANA OBSERVASI PENERAPAN

TEORI CARING WATSON DI RUMAH SAKIT

A. Latar Belakang

Nilai-nilai caring dalam teori Wastson sangat kritikal dalam mempertahankan

kemanusiaan dan meningkatkan kesehatan dan proses healing dalam praktek

keperawatan. Walaupun caring juga diuraikan dalam beberapa model keperawatan

lain, teori human caring dari Watson menghadirkan perspektif yang berbeda dalam

ilmu keperawatan. Teori Watson mencakup nilai-nilai dan faktor-faktor caring yang

relevan untuk memandu aplikasi proses keperawatan melalui caring transactional.

Melihat besarnya manfaat caring, seharusnya caring tercermin dalam setiap

interaksi perawat dan klien, bukan malah dianggap sebagai sesuatu yang sulit

diwujudkan dengan dalih beban kerja yang tinggi, atau pengaturan manajemen askep

ruangan yg kurang baik. Pelaksanaan caring akan meningkatkan mutu asuhan

keperawatan, memperbaiki image perawat di masyarakat dan membuat profesi

keperawatan memiliki tempat khusus di mata para pengguna jasa pelayanan

kesehatan, bukan hanya sebagai pelengkap penderita.

Untuk mengidentifikasi sejauh mana perilaku Caring terlihat nyata dalam

asuhan keperawatan, maka diperlukan observasi secara langsung di rumah sakit.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran penerapan asuhan keperawatan dengan pendekatan teori

caring Watson di rumah sakit

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi penerapan model konseptual model caring watson yang

ada di rumah sakit

b. Membandingkan hasil observasi penerapan model caring watson di rumah

sakit dengan teori caring

C. Waktu Pelaksanaan

Kegiatan akan dilaksanakan Bulan Desember minggu kedua

17

Page 18: Caring Watson

D. Tempat Pelaksanaan

Kegiatan dilaksanakan di ruang interne wanita rumah sakit Umum Dr Soebandi

Jember

E. Sasaran

Perawat pelaksana di ruang interne wanita rumah sakit Umum Daerah Dr. Soebandi

Jember sebanyak 3 orang

F. Metode

Observasi langsung dengan menggunakan instrumen (terlampir) dan evaluasi diri

perawat juga dalam bentuk instrumen (terlampir).

G. Bentuk Kegiatan

Penulis melakukan observasi secara langsung di RIW RSUD Dr. Soebandi Jember

terhadap 3 orang perawat pelaksana selama 4 hari. Kemudian perawat pelaksana juga

melakukan evaluasi diri tentang perilaku caringnya dengan mengisi lembar instrumen

yang sudah disediakan

H. Evaluasi

Bentuk penilaian yang digunakan untuk menilai pelaksanaan teori Caring Watson

dengan menilai prilaku ya dan tidak. Kemudian jumlah perilaku ya dibagi dengan

total item menjadi nilai perilaku caring. Sedangkan evaluasi diri perawat terhadap

perilaku caringnya dengan mengisi skala Linkert. Jumlah total hasil skala Linkert

merupakan nilai hasil evaluasi diri.

I. Penutup

Dengan dibuatnya acuan penilaian dan observasi penerapan teori Caring Watson di

rumah sakit dapat memberikan gambaran tentang pelaksanaan atau penerapan teori

tersebut yang sebenarnya. Untuk selanjutnya penerapan teori ini diberbagai tatanan

layanan keperawatan akan memberikan nuansa keilmuan keperawatan, sehingga

diharapkan mutu manajemen asuhan keperawatan.

18

Page 19: Caring Watson

BAB V

HASIL PENGKAJIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengkajian

Untuk menelusuri apakah konseptual Model Caring watson telah diterapkan dengan

baik dalam Asuhan Keperawatan di rumah sakit, maka penulis mengambil sampel

salah satu rumah sakit tepatnya di Ruang Interna Wanita rumah sakit umum dr.

Soebandi jember. Identifikasi aplikasi Caring dilakukan dengan pengamatan

terhadap 3 perawat pelaksana di ruang tersebut.

1. Analisa Situasi

a. Hasil Wawancara

Penulis melakukan wawancara dengan kepala Ruang Interna Wanita (RIW)

untuk mengetahui gambaran umum keadaan ruangan.Hasil wawancara

didapatkan gambaran yaitu RIW merupakan ruang rawat inap dengan

kategori intermediate care. Jumlah tempat tidur keseluruhan 21 tempat tidur

dengan BOR 30-40 %. Rata-rata tingkat ketergantungan pasien yang dirawat

adalah minimal care 45%, intermediate care 44% dan terdapat maksimal care

11%. Karakteristik tenaga yang ada di ruangan adalah jumlah pegawai 12

orang, dengan tenaga perawat 9 orang, pekarya kesehatan 2 orang dan tenaga

administrasi 1 orang. Adapun tenaga keperawatan terdiri dari 7 orang

kualifikasi pendidikan DIII keperawatan (termasuk kepala ruang), dan 2

orang berlatar belakang pendidikan SPK. Kalau kepala ruang sudah

berpendidikan DIII keperawtan , tetapi wakil kepala ruang masih

berpendidikan SPK. Rata-rata perawat dinas pagi adalah 1 kepala ruang, 1

wakil kepala ruang ,2-3 perawat pelaksana.Dinas malam biasanya rata-rata 1-

2 orang perawat dibantu dengan 1 tenaga pekarya kesehatan. Kepala ruang

dan wakil kepala ruang dalam sehari-hari di rumah sakit masih terlibat untuk

memberikan asuhan keperawatan kepada klien secara langsung. Metode

penugasan yang ditetapkan pada ruang ini diinformasikan menggunakan

metode Team. Pada pelaksanaan yang penulis amati masih terdapat ada

perawat yang menjalankan tugas injeksi, kadang rawat luka, pemberian obat

secara serentak oleh seorang perawat. Jadi penulis menyimpulkan bahwa

19

Page 20: Caring Watson

pelaksanaan metode team belum optimal dan pelaksanaannya masih digabung

dengan menggunakan metode fungsional. Kegiatan Pre Conference dan Post

Conference tidak rutin dilaksanakan, tetapi untuk kegiatan pre conference

dilaksanakan lebih sering daripada post conference. Selain kegiatan tersebut

terdapat kegiatan pertemuan rutin 1 bulan sekali termasuk didalamnya

melaksanakan arisan. Keluhan yang dirasakan oleh perawat di ruang tersebut

antara lain alat-alat keperawatan yang kadang tidak lengkapdan tidak

memadai untuk melakukan kegiatan asuhan keperawatan. Komunikasi dan

kerjasama yang ditunjukkan oleh staf di ruang tersebut menurut pengamatan

penulis cukup baik.

b. Hasil Observasi Penerapan Model Konseptual Caring terhadap perawat pelaksana.

Penulis mengadakan pengamatan kepada 3 orang perawat pelaksana di ruang

tersebut dalam waktu 4 hari secara berturut turut.Perawat yang diamati adalah

perawat dengan latar belakang pendidikan DIII keperawatan dengan masa

kerja lebih dari 5 tahun. Adapun hasil kesimpulan data dari observasi tersebut

adalah sebagai berikut :

No Aspek Yang Diobservasi

Hasil Observasi Perawat satu

Perawat dua

Perawat tiga

1

2.

3.

4.

5.

6.

CDI 1 Membantu klien melakukan ADL (3 item)

CDI 2 Membuat catatan keperawatan mengenai klien (4 item)

CDI 3 Merasa bersalah/menyesal pada klien (3 item)

CDI 4 Memberikan pengetahuan pada klien (8 item)

CDI 5 Menjelaskan prosedur klinik (7 item)

CDI 6 Berpakaian rapi jika bekerja dengan klien (3 item)

3

4

1

8

5

1

3

4

2

8

6

2

3

3

1

7

5

1

20

Page 21: Caring Watson

7

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17

18

19.

20.

21.

CDI 7 Duduk dengan klien (1 item)

CDI 8 Mengidentifikasi gaya hidup klien (3 item)

CDI 9 Melaporkan kondisi klien selama prosedur ( 3 item)

CDI 10 Bersama klien selama prosedur (3 item)

CDI 11 Bersikap manis dengan klien (4 item)

CDI 12 Mengorganisasikan pekerjaan dengan perawat lain untuk klien ( 3 item)

CDI 13 Mendengarkan klien ( 3 item)

CDI 14 Berkonsultasi dengan dokter mengenai kondisi klien (3 item)

CDI 15 menganjurkan klien mengenai aspek self care (4 item)

CDI 16 Melakukan sharing mengenai masalah pribadi (2 item)

CDI 17 Memberikan informasi mengenai klien (3 item)

CDI 18 Mengukur tanda vital (4 item)

CDI 19 Menempatkan kebutuhan klien sebelum kebutuhan pribadi (3 item)

CDI 20 Bersikap kompeten dalam prosedur klinik (6 item)

CDI 21 Melibatkan klien dalam perawatannya (3 item0

0

3

3

2

1

3

1

3

4

0

3

3

2

5

1

0

3

3

2

2

3

1

3

4

0

3

4

2

5

1

0

2

3

2

1

2

1

3

4

0

3

4

2

5

1

21

Page 22: Caring Watson

22.

23.

24.

25.

CDI 22 Memberikan jaminan mengenai prosedur klinik (2 item)

CDI 23 Memberikan privacy pada klien (3 item)

CDI 24 bersikap gembira saat dengan klien (3 item)

CDI 25 Mengobservasi efek medikasi pada klien (5 item)

2

2

1

4

2

2

1

4

2

2

1

4

Jumlah rata-rata 65/90 69/90 61/90

Dari data tabel hasil observasi didapatkan hasil rata-rata penerapan caring untuk

masing-masing perawat adalah perawat pertama 72,2 %, perawat kedua 76,6%

dan perawat ketiga 67,8%. Jadi rata- rata ketiga perawat dalam menerapkan

model konsep caring adalah 72,2 %.

c.Hasil Evaluasi Diri Perawat pelaksana terhadap Penerapan Model

Konseptual Caring dalam Asuhan Keperawatan

No. Pernyataan Perawat

Jumlah Nilai Hasil Evaluasi DiriPerawat 1 Perawat 2 Perawat 3

1. CDI 1 – CDI 25 (lembar evaluasi diri di lampiran ) 72% 80% 75%

2. Perumusan Masalah

Penerapan 10 faktor caratif Watson yang telah dikembangkan dalam 25

CDI(Caring Dimentions Inventory) yang didesain oleh Watson dan Lea (1997),

saat diterapkan di RIW RSUD Dr. Soebandi Jember disimpulkan datanya adalah

perawat 1 telah menerapkan 72,2%, perawat 2 menerapkan 76,6% dan perawat 3

menerapkan 67,8%. Sehingga rata-rata penerapan caring watson pada ketiga

perawat tersebut adalah 72,2%. Sedangkan hasil evaluasi diri yang diisi oleh

perawat tersebut tentang dirinya sendiri didapatkan hasil data pada perawat 1

merasa telah melakukan penerapan caring saat melaksanakan asuhan

keperawatan dengan nilai 72, pada perawat 2 nilai dirinya 80dan perawat 3

dengan nilai 75, sehingga rata-rata evaluasi diri adalah 75.7. Berdasarkan data

tersebut bahwa di ruang interna wanita RSUD Dr. Soebandi tersebut telah

22

Page 23: Caring Watson

menerapkan perilaku caring sebesar 72,2% dengan kesadaran diri perawatnya

cukup baik yaitu perbedaan nilai observasi dengan nilai diri tidak jauh yaitu

hanya sebesar 3,5. Besarnya nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan

perilaku caring tergolong baik.

Pembahasan

1. Analisa Hasil Pengkajian

Faktor karatif Watson Setelah disimpulkan bahwa penerapan perilaku caring

tercapai 72,2% dengan evaluasi diri perawat 75,7, maka sebenarnya menurut

analisa penulis bahwa kesadaran diri perawat di sana tergolong cukup baik dalam

menerapkan perilaku caring. Adapun CDI yang belum diterapkan oleh ketiga

perawat terutama adalah CDI 7 duduk dengan klien, dan CDI 16 melakukan

sharing mengenai masalah pribadi. Hal ini kemungkinan karena pada CDI 7

perawat biasanya pada saat senggang kadang melakukan kegiatan dalam

pendokumentasian, atau hal ini belum dimegerti bahwa meluangkan waktu untuk

duduk bersama klien dalam meningkatkan rasa kedekatan dan saling percaya

sangat diperlukan. Sedangkan untuk CDI 16 kemungkinan terdapat perasaan

tidak nyaman untuk sharing masalah pribadi baik pribadi perawat maupun pribadi

klien. Ketidaknyamanan ini bisa terjadi karena perawat belum terbiasa dengan

perilaku tersebut. Selain itu biasanya sharing masalah pribadi kadang dibatasi

adanya value yang tidak sama antara perawat dengan klien, sehingga mereka bisa

menyimpulkan bahwa hal tersebut kurang lazim, kecuali mungkin jika perawat

menemukan klien dengan masalah keperawatan yang menonjol tentang gangguan

psikologis.

Menitik beratkan pada hasil kesimpulan nilai tersebut di atas maka penulis dapat

menganalisa bahwa perilaku caring tersebut diterapkan cukup baik mungkin

karena caring sudah dipahami sebagai reflek yang perlu diterapkan dalam

berinteraksi dengan klien saat asuhan keperawatan. Hal lain mungkin juga karena

jumlah BOR di RIW tergolong rendah yaitu 30%-40% dan rata-rata tingkat

ketergantungan klien adalah minimal care 45 %,intermediate care 44 % ,

maksimal care 11 %,sehingga akan memungkinkan perawat untuk memiliki

23

Page 24: Caring Watson

peluang waktu dalam berinteraksi dengan klien secara intensif. Analisa lain dari

peneliti hal tersebut juga dapat disebabkan karena dipengaruhi oleh faktor

kekeluargaan dan kesukuan. Rata-rata klien yang rawat inap di RIW tersebut

seringkali merupakan klien yang berdomisili tidak jauh dari daerah asal tempat

tinggal perawat, seperti tetangga desa, saudara atau klien tidak jauh dari wilayah

rumah sakit berada. Sehingga hal ini dapat menimbulkan reflek jiwa

kekeluargaan dan sikap kepedulian yang lebih tinggi dari perawat tersebut.

Walaupun dalam kode etik keperawatan ditetapkan untuk tidak mebeda-bedakan

klien, tetapi kadang-kadang rasa kekeluargaan dapat timbul sendiri tanpa bisa

dihindari oleh perawat bila orang yang mereka rawat adalah sudah familier.

2. Alternatif Pemecahan Masalah

Karena dari data tersebut di atas penerapan caring masih belum didapatkan hasil

penerapan yang optimal (diharapkan lebih dari 72,2 %), maka penulis akan

memberikan uraian pemecahan masalah untuk membantu kemungkinan perilaku

caring akan diterapkan lebih optimal. Penulis mengajukan usulan yang meliputi

usulan jangka pendek dan jangka panjang.

Rencana jangka pendek yang penulis usulkan yaitu diadakannya pelatihan

tentang model konseptual caring watson dan cara aplikasinya di ruang interna

wanita tersebut. Hal ini untuk lebih meningkatkan pemahaman perawat tentang

model konseptual caring, sehingga dengan peningkatan pemahaman diharapkan

akan merubah dari apa yang belum diketahui menjadi tahu dan dari yang belum

dilaksanakan akan menjadi dilaksanakan. Karena menurut teori berubah dapat

dikatakan bahwa manusia akan selalu beradaptasi terhadap setiap perubahan bila

salah satu penyebabnya adalah ketersediaan/kecukupan informasi yang dia

pahami. Jadi dengan pemahaman tentang konsep caring yang meningkat, maka

perilaku caring diharapkan akan mengikuti dalam refleksi kegiatan pemberian

asuhan keperawatan di ruang interna wanita tersebut.

Adapun planning of action (POA) adalah sebagai berikut :

a.Tujuan Pelatihan

24

Page 25: Caring Watson

1). Tujuan Umum

Perawat mampu memahami dengan jelas model konseptual caring Watson

dan aplikasinya dalam pemberian asuhan keperawatan

2). Tujuan Khusus

a) Perawat di ruang interna wanita RSUD Dr. Soebandi dapat

menjelaskan kembali konsep model caring watson.

b) Perawat di RIW RSUD Dr. Soebandi mampu

mengaplikasikan model konseptual caring dalam asuhan keperawatan

sesuai dengan CDI yang telah dikembangkan dari 10 caratif watson.

c) Perawat mampu mengaplikasikan model konseptual

caringbersamasama dengan model konseptual keperawatan yang lain

untuk mengoptimalkan manajemen asuhan keperawatan.

b.Sasaran

Perawat di ruang interna wanita sebanyak 9 orang

c.Waktu

Hari Senin sampai Sabtu selama jam 08.00-16.00 .

d.Tempat

RSUD Dr. Soebandi Jember.

e.Narasumber

Staf pengajar Pasca Sarjana Keperawatan Universitas Indonesia

Mahasiswa S2 Keperawatan FIK – UI

f.Materi

Pengertian Caring

10 Asumsi dasar Caring Watson

Pengembangan 10 faktor karatif caring dalam 25 CDI.

Paradigma Keperawatan

Konsep manajemen asuhan keperawatan

Aplikasi caring dalam asuhan keperawatan di rumah sakit (klinik)

g.Metode pelatihan

Ceramah/tanya jawab

Diskusi kelompok

25

Page 26: Caring Watson

Role play

Simulasi

Demonstrasi ( dengan penerapan langsung di lapangan/klinik)

h.Strategi

Persiapan : penyelesaian administrasi, pembuatan alat pendukungpelatihan,

pembuatan penghargaan dan pembagian tugas kepanitiaan.

Pelaksanaan

Evaluasi : Pre post test , Evaluasi jangka panjang setelah proses pelatihan

berakhir.

Selain alternatif pelatihan penulis mengusulkan agar kepala ruang memasang

slogan-slogan di ruangan yang isinya menghimbau agar perawat berperilaku caring

dalam pemberian asuhan keperawatan. Slogan yang diletakkan di ruangan ini

sebagai pengingat bahwa apakah caring masih tetap menyertai perilaku perawat

sehari-hari.

Kalau tadi telah dibahas tentang rencana jangka pendek, maka pada rencana jangka

panjang, mengusulkan antara lain adalah agar kualitas sumber daya perawat dapat

ditingkatkan melalui pendidikan berkelanjutan. Perawat yang masih berpendidikan

SPK hendaknya ditingkatkan minimal DIII kkeperawatan, sedangkan yang sudah

DIII Keperawatan harus mulai berpikir untuk melanjutkan ke S1 Keperawatan.

BAB VI

PENUTUP

26

Page 27: Caring Watson

A. Kesimpulan

1. Caring Science merupakan suatu orientasi human science dan kemanusiaan

terhadap proses, fenomena dan pengalaman human caring.

2. Nilai-nilai caring dalam teori Watson sangat kritikal dalam mempertahankan

kemanusiaan dan meningkatkan kesehatan dan proses healing dalam praktek

keperawatan.

3. Dalam caring terdapat 10 karatif faktor yang telah dikembangkan menjadi 25

CDI (Caring Dimensions Inventory).

4. Paradigma Keperawatan menurut Watson bahwa keperawatan merupakan

penerapan art dan human science untuk mencapai keharmonisan pikiran, jiwa dan

raga, dengan klien merupakan individu/kelompok yang mengalami

ketidakharmonisan pikiran, jiwa dan raga untuk dapat mencapai kesehatan

sebagai kesatuan dan keharmonisan dalam pikiran,jiwa dan raga dalam

lingkungan interaksi tranpersonal caring perawat- klien.

5. Watson menekankan bahwa proses keperawatan memiliki langkah-langkah yang

sama dengan proses riset ilmiah, karena kedua proses tersebut mencoba untuk

menyelesaikan masalah dan menemukan solusi yang terbaik.

6. Penerapan model konseptual Caring Watson di Ruang interna wanita didapatkan

bahwa dengan sampel 3 perawat pelaksana diperoleh rata-rata perilaku caring

sebesar 72,2% dengan evaluasi diri perawat terhadap perilaku caringnya rata-rata

sebesar 75,7 %.

B. Saran

1. Kepada Perawat

Perilaku Caring merupakan filosofi keperawatan yang mendasari peilaku perawat

dalam berinteraksi dengan klien, sehingga diharapkan perawat menjiwai dan

memiliki refleksi perilaku caring tersebut dalam melaksanakan asuhan

keperawatan.

Model Konseptual Caring Watson hendaknya diaplikasikan bersamaan dengan

model konsep keperawatan yang lain untuk lebih mengkomplementer kualitas

manajemen asuhan keperawatan.

27

Page 28: Caring Watson

2. Institusi Rumah sakit bidang keperawatan

Hendaknya memfasilitasi peningkatan pemahaman perawat di rumah sakit tentang

model konseptual Caring Watson melalui pelatihan, seminar dan lain-lain.

28

Page 29: Caring Watson

DAFTAR PUSTAKA

Christerisen, P.J & Kenney J. 1995. Nursing process aplication of conceptual models, 4th

edition. St. Louis: The C.V. Mosby Company

Filzpatrick, J.J & Whall, A.L. 1989. Conceptual models of nursing analysis and

application. California: Appleton & Lange

George, Julia B. 1995. Nursing theories: the base for professional nursing practice, 4th

edition. Connecticut: Apleton & Lange

Kozier, B. 2004. Fundamentals of nursing: concepts, process, and practice. New Jersey:

Pearson Education Inc.

Mariner, Ann. 1986. Nursing theoriests and their work. St. Louis: Mosby Company

Meleis, A.I. 1997. Theoritical nursing: development and progress. Philadelphia:

Lippincott

Tomey, A. (1994). Nursing theorist and their work, 3th edition. Philadelphia: Mosby

Year – Book Inc.

Tutiyani. (2000). Hubungan antara persepsi perawat dan gaya kepemimpinan terhadap

perilaku caring. Tidak dipublikasikan

Watson, Jean. (2004). Theory of human caring. Http://www2.uchsc.edu/son/caring.

29