26
I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. C Usia : 24 Tahun 9 Bulan 1 Hari Jenis Kelamin : Laki-laki Status : Belum Menikah Agama : Islam Pendidikan : SMP Pekerjaan : Buruh Panggul Alamat : Kp. Pameuntasan 2/12 Kec. Kutawaringin Kab. Bandung No. Rekam Medis : 448711 Tanggal Pemeriksaan : 27 September 2013 II. ANAMNESIS (Autoanamnesis pada tgl 27 September 2013) 1. Keluhan Utama : Buah zakar sebelah kanan membesar. 2. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke poliklinik bedah RSUD soreang dengan keluhan buah zakar sebelah kanan membesar, dirasakan secara mendadak setelah pasien mengangkat barang berat . Keluhan ini dialami sejak kurang lebih 2 minggu sebelum masuk RS, nyeri (+) kemerahan (+). Keluhan disertai nyeri perut yg menjalar sampai ke pinggang disertai mual dan muntah (2x). Panas badan dan keluar nanah dari uretra disangkal, adanya benjolan yang keluar masuk ke dalam scrotum 1

Case Bedah 1 Hana

Embed Size (px)

DESCRIPTION

vhvhj

Citation preview

I. IDENTITAS PASIENNama: Tn. CUsia: 24 Tahun 9 Bulan 1 HariJenis Kelamin: Laki-lakiStatus : Belum MenikahAgama: IslamPendidikan: SMPPekerjaan: Buruh PanggulAlamat: Kp. Pameuntasan 2/12 Kec. Kutawaringin Kab. BandungNo. Rekam Medis: 448711Tanggal Pemeriksaan: 27 September 2013II. ANAMNESIS (Autoanamnesis pada tgl 27 September 2013)1. Keluhan Utama : Buah zakar sebelah kanan membesar.2. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke poliklinik bedah RSUD soreang dengan keluhan buah zakar sebelah kanan membesar, dirasakan secara mendadak setelah pasien mengangkat barang berat . Keluhan ini dialami sejak kurang lebih 2 minggu sebelum masuk RS, nyeri (+) kemerahan (+). Keluhan disertai nyeri perut yg menjalar sampai ke pinggang disertai mual dan muntah (2x). Panas badan dan keluar nanah dari uretra disangkal, adanya benjolan yang keluar masuk ke dalam scrotum disangkal, riwayat trauma disangkal, gangguan pada buang air besar dan buang air kecil juga disangkal. 3.Riwayat PengobatanSetelah 1 minggu gejala buah zakar membesar,nyeri dan kemerahan pada buah zakar dirasakan berkurang karena pasien minum obat. 4. Riwayat Penyakit DahuluPasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya, 5. Riwayat KeluargaDalam keluarga pasien, tidak ada yang pernah mengalami sakit seperti ini.

III. PEMERIKSAAN FISIK1. Tanda-Tanda VitalKeadaan Umum: Tampak sakit sedangKesadaran: Compos mentisTekanan Darah: 120/70 mmHgNadi: 80 x/menitRespirasi: 20 x/menitSuhu (per aksila): 36,4oC2. Status GeneralisKepala: NormocephalMata: Konjunctiva tidak anemis, Sklera tidak ikterikLeher: JVP tak meningkat,KGB tidak teraba membesarThoraks: Bentuk dan gerak simetris. Pulmo : Sonor, VBS kiri = kanan, Wheezing (-/-), Rhonki (-/-)Cor: Bunyi jantung reguler, murmur ( - ), gallop ( - )Abdomen: Datar, lembut Hepar dan lien tidak teraba Bising usus (+) NormalEkstremitas : Akral hangat, CRT scrotum sinistra, dengan ukuran 6x3cm. Darah (-), nanah (-) padat kenyal, Rubor (-) Dolor (+) Kalor (-) prehn test (+) .

IV. DIAGNOSIS BANDINGEpididimitis akutHernia Tumor testisHidrokel terinfeksiEdema skrotumOrchitisvarikokelV. USULAN PEMERIKSAANDarah RutinUSG

Scrotum Kanan: Tampak membesar dan kemerahan. Pembuluh darah di proksimal testis kanan tampak melebar & berkelok-kelok. Testis kanan masih homogen, ukuran sedikit membesar dibanding kiri. Tunika albuginea menebal. Letak testis kanan lebih proksimal dibanding testis kiri. Scrotum Kiri: testis kiri parenkhim homogen, tak tampak massa. Tak tampak cairan bebas disekitarnya. Kesan: suspek torsio testis kanan

VI. DIAGNOSIS KERJATorsio Testis DextraVII. TERAPIOperasi -orchidopexy-orchidoctomyVIII. PROGNOSISQuo ad vitam: dubia at bonam.Quo ad functionam: dubia at bonam.Quo ad sanactionam: dubia at bonam.IX. ANALISA KASUSPasien datang ke poliklinik bedah RSUD soreang dengan keluhan bagian buah zakar sebelah kanan membesar, dirasakan secara mendakdak setelah pasien mengangkat barang berat . Keluhan ini dialami sejak kurang lebih 2 minggu sebelum masuk RS, dirasakan nyeri dan kemerahan. Keluhan disertai nyeri perut yg menjalar sampai ke pinggang disertai mual dan muntah. . Panas badan dan keluar nanah dari uretra disangkal, adanya benjolan yang keluar masuk ke dalam scrotum disangkal, gangguan pada buang air besar dan buang air kecil juga disangkal. Setelah 1 minggu gejala buah zakar membesar,nyeri dan kemerahan pada buah zakar dirasakan berkurang karena pasien minum obat.Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien sakit sedang, gizi cukup, composmentis, pada pemeriksaan mata, leher, thoraks dan abdomen dan ekstremitas dalam batas normal.Pada pemeriksaan fisik a/r Scrotalis dextra : scrotum dextra > scrotum sinistra, dengan ukuran 6x3cm. Darah (-), nanah (-) , padat kenyal, Rubor (-) Dolor (+) Kalor (-) prehn test (+) . Pada pemeriksaan penunjang USG: Scrotum Kanan: Tampak membesar dan kemerahan, Kesan: suspek torsio testis kanan.

BAB IIPEMBAHASANPENDAHULUAN

Sistem genitalia pria mencakup penis, testis, epididymis, vas deferens, vesikula seminalis dan prostat maka jika terjadi gangguan atau kelainan pada sistem genitalia pria tersebut akan terjadi gangguan fungsi reproduksi. Gangguan fungsi reproduksi ini dapat disebabkan bermacam-macam kelainan dari organ-organ genitalia diatas adalah salah satunya Torsio Testis.Torsio testis adalah suatu keadaan dimana spermatic cord yang terpeluntir yang mengakibatkan oklusi dan strangulasi dari vaskularisasi vena atau arteri ke testis dan epididymis. Torsio testis merupakan suatu kegawat daruratan vaskuler yang murni dan memerlukan tindakan bedah yang segera. Jika kondisi ini tidak ditangani dalam waktu singkat (dalam 4 hingga 6 jam setelah onset nyeri) dapat menyebabkan infark dari testis, yang selanjutnya akan diikuti oleh atrofi testis. Torsio testis juga kadang-kadang disebut sebagai sindrom musim dingin. Hal ini disebabkan karena torsio testis lebih sering terjadi pada musim dingin. Torsio testis juga merupakan kegawat daruratan urologi yang paling sering terjadi pada laki-laki dewasa muda, dengan angka kejadian 1 diantara 400 orang dibawah usia 25 tahun. Torsio testis harus selalu dipertimbangkan pada pasien-pasien dengan akut scrotum hingga terbukti tidak, namun kondisi tersebut juga harus dibedakan dari keluhan nyeri testis lainnya.Torsi testis bisa terjadi pada semua umur tetapi insidensi tertinggi terdapat pada lelaki dewasa muda dan dapat juga terjadi pada masa janin atau neonatus didalam rahim atau sewaktu persalinan. Torsi testis yang sering terjadi pada lelaki dewasa muda yaitu jenis torsi yang disebut sebagai torsi funikulus spermatikus intravaginalis. Sedangkan torsi testis yang sering terjadi pada janin atau neonatus biasanya torsi yang yang dikenal sebagai torsi funikulus spermatikus ekstravaginalis.

Penyebab dari akut scrotum biasanya dapat ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik yang menyeluruh serta pemeriksaan diagnostik yang tepat. Sekitar dua per tiga pasien, anamnesis dan pemeriksaan fisik cukup untuk menegakkan diagnosis yang tepat. Keterlambatan dan kegagalam dalam dignosis dan terapi akan menyebabkan proses torsio yang berlangsung lama, sehingga pada akhirnya menyebabkan kematian testis dan jaringan disekitarnya. Penatalaksanaan torsio menjadi tindakan darurat yang harus segera dilakukan karena angka keberhasilan serta kemungkinan testis tertolong akan menurun seiring dengan bertambahnya lama waktu terjadinya torsio. Adapun penyebab tersering hilangnya testis setelah torsio adalah keterlambatan dalam mencari pengobatan (58%), kesalahan dalam diagnosis awal (29%), dan keterlambatan terapi (13%).

ANATOMITestis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran testis pada orang dewasa adalah 4x3x2,5 cm dengan volume 15-25 ml dan berat kurang lebih 20g berbentuk ovoid kedua buah testis terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Testis diliputi oleh tunika albuginea pada 2/3 anterior kecuali pada sisi dorsal dimana terdapat epididymis dan pedikel vaskuler. Sedangkan epididymis merupakan organ yang berbentuk kurva yang terletak disekeliling bagian dorsal dari testis. Diluar tunika albuginea terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis, serta tunika dartos. Otot kremaster yang berada disekitar testis memungkinkan testis dapat digerakan mendekati rongga abdomen untuk mempertahankan temperatur testis agar tetap stabil.Secara histopatologis, testis terdiri atas kurang lebih 250 lobuli dan tiap lobulus terdiri atas tubuli seminiferi. Didalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel spermatogenia dan sel Sertoli, sedang diantara tubulus seminiferi terdapat sel-sel Leydig. Sel-sel spermatogenia pada proses spermatogenesis menjadi sel spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi makanan pada bakal sperma, sedangkan sel-sel Leydig atau disebut sel interstisial testis berfungsi dalam menghasilkan hormon testosteron.Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubuli seminiferi testis disimpan dan mengalami pematangan atau maturasi diepididimis setelah mature (dewasa) sel-sel spermatozoa bersama-sama dengan getah dari epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ke ampula vas deferens. Sel-sel itu setelah dicampur dengan cairan-cairan dari epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, serta cairan prostat menbentuk cairan semen atau mani.

Gambar anatomi testis dan spermatic cord

VaskularisasiTestis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu : Arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta Arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior Arteri kremasterika yang merupakan cabang arteri epigastrika.Pembuluh vena yang meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus Pampiniformis. Plesksus ini pada beberapa orang mengalami dilatasi dan dikenal sebagai verikokel.

DEFINISITorsio testis adalah terpeluntirnya funikulus spermatikus yang berakibat terjadinya gangguan aliran darah pada testis. Torsio testis dapat menyebabkan terjadinya strangulasi dari pembuluh darah, terjadi pada pria yang jaringan di sekitar testisnya tidak melekat dengan baik ke scrotum. Testis dapat infark dan mengalami atropi jika tidak mendapatkan aliran darah lebih dari enam jam. Testis dapat infark dan mengalami atropi jika tidak mendapatkan aliran darah lebih dari enam jam.INSIDENTorsio testis bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling sering terjadi pada usia dewasa muda (usia 10-30 tahun) dan lebih jarang terjadi pada neonatus. Puncak insiden terjadi pada usia 13-15 tahun. Terdapat kecenderungan penurunan insiden sesuai dengan peningkatan usia. Lee dkk menemukan 26% pasien dengan torsio testis di atas usia 21 tahun. Peningkatan insiden selama usia dewasa muda mungkin disebabkan karena testis yang membesar sekitar 5-6 kali selama pubertas. Testis kiri lebih sering terjadi dibanding testis kanan, hal ini mungkin disebabkan oleh karena secara normal spermatic cord kiri lebih panjang. Pada kasus torsio testis yang terjadi pada periode neonatus, 70% terjadi pada fase prenatal dan 30% terjadi postnatal.

ETIOLOGIPenyebab dari torsio testis masih belum diketahui dengan pasti. Trauma terhadap scrotum bisa merupakan faktor pencetus, sehingga torsio harus dipertimbangkan pada pasien dengan keluhan nyeri setelah trauma bahkan pada trauma yang tampak kurang signifikan sekalipun. Dikatakan pula bahwa spasme dan kontraksi dari otot kremaster dan tunica dartos bisa pula menjadi faktor pencetus. Torsio testis terjadi bila testis dapat bergerak dengan sangat bebas. Pergerakan yang bebas tersebut ditemukan pada keadaan-keadaan sebagai berikut:1. Mesorchium yang panjang2. Kecenderungan untuk berada pada posisi horizontal3. Epididimis yang terletak pada salah satu kutub testis.Selain gerak yang sangat bebas, pergerakan berlebihan pada testis juga dapat menyebabkan terjadinya torsio testis. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan pergerakan berlebihan itu antara lain: perubahan suhu yang mendadak ( seperti saat berenang), ketakutan, latihan yang berlebihan, celana yang terlalu ketat, atau trauma yang mengenai scrotum. Dalam salah satu literature disebutkan bahwa torsio testis lebih sering terjadi pada musim dingin, terutama pada temperature di bawah 2C. Selain karena trauma, 50% kasus torsio testis terjadi pada saat tidur. Hanya 4-8% kasus torsio testis disebabkan oleh karena trauma. Faktor predisposis lain terjadinya torsio meliputi peningkatan volume testis (sering dihubungkan dengan pubertas), tumor testis, testis yang terletak horisontal, riwayat kriptorkismus, dan pada keadaan dimana spermatic cord intrascrotal yang panjang.Pada masa janin dan neonatus, lapisan yang menempel pada muskulus dartos masih belum banyak jaringan penyangganya sehingga testis, epididimis dan tunika vaginalis mudah sekali bergerak dan memungkinkan untuk terpeluntir pada sumbu funikulus spermatikus. Terpeluntirnya testis pada keadaan ini disebut torsio testis ekstravaginal.Terjadinya torsio testis pada masa remaja banyak dikaitkan dengan kelainan sistem penyangga testis. Tunika vaginalis yang seharusnya mengelilingi sebagian dari testis pada permukaan anterior dan lateral testis, pada keadaan ini tunika mengelilingi seluruh permukaan testis sehingga mencegah insersi epididimis ke dinding scrotum. Keadaan ini menyebabkan testis dan epididimis dengan mudahnya bergerak di kantung tunika vaginalis dan menggantung pada funikulus spermatikus. Keadaan ini dikenal sebagai anomali bell clapper. Keadaan ini menyebabkan testis mudah mengalami torsio intravaginal.PATOFISIOLOGI

Terdapat 2 jenis torsio testis berdasarkan patofisiologinya yaitu intravagina dan ekstravagina torsio. Torsio intravagina terjadi di dalam tunika vaginalis dan disebabkan oleh karena abnormalitas dari tunika pada spermatic cord di dalam scrotum. Secara normal, fiksasi posterior dari epididymis dan investment yang tidak komplet dari epididymis dan testis posterior oleh tunika vaginalis memfiksasi testis pada sisi posterior dari scrotum. Kegagalan fiksasi yang tepat dari tunika ini menimbulkan gambaran bentuk bell-clapper deformitas, dan keadaan ini menyebabkan testis mengalami rotasi pada cord sehingga potensial terjadi torsio. Torsio ini lebih sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda.Ekstravagina torsio terjadi bila seluruh testis dan tunika terpuntir pada axis vertical sebagai akibat dari fiksasi yang tidak komplet atau non fiksasi dari gubernakulum terhadap dinding scrotum, sehingga menyebabkan rotasi yang bebas di dalam scrotum. Kelainan ini sering terjadi pada neonatus dan pada kondisi undesensus testis.

Gambar A. Ekstravagina torsio B Intravagina torsio

GEJALA KLINISGejala pertama dari torsio testis adalah hampir selalu nyeri. Gejala ini bisa timbul mendadak atau berangsur-angsur, tetapi biasanya meningkat menurut derajat kelainan. Riwayat trauma didapatkan pada 20% pasien, dan lebih dari sepertiga pasien mengalami episode nyeri testis yang berulang sebelumnya. Derajat nyeri testis umumnya bervariasi dan tidak berhubungan dengan luasnya serta lamanya kejadian. Pembengkakan dan eritema pada scrotum berangsur-angsur muncul. Dapat pula timbul nausea dan vomiting, kadang-kadang disertai demam ringan. Gejala yang jarang ditemukan pada torsio testis ialah rasa panas dan terbakar saat berkermih, dan hal ini yang membedakan dengan orchio-epididymitis.Adapun gejala lain yang berhubungan dengan keadaan ini antara lain : Nyeri perut bawah Pembengkakan testis Darah pada semen

DIAGNOSISPEMERIKSAAN FISISPemeriksaan fisis dapat membantu membedakan torsio testis dengan penyebab akut scrotum lainnya. Testis yang mengalami torsio pada scrotum akan tampak bengkak dan hiperemis. Eritema dan edema dapat meluas hingga scrotum sisi kontralateral. Testis yang mengalami torsio juga akan terasa nyeri pada palpasi. Jika pasien datang pada keadaan dini, dapat dilihat adanya testis yang terletak transversal atau horisontal. Seluruh testis akan bengkak dan nyeri serta tampak lebih besar bila dibandingkan dengan testis kontralateral, oleh karena adanya kongesti vena. Testis juga tampak lebih tinggi di dalam scotum disebabkan karena pemendekan dari spermatic cord. Hal tersebut merupakan pemeriksaan yang spesifik dalam menegakkan dianosis. Biasanya nyeri juga tidak berkurang bila dilakukan elevasi testis (Prehn sign).Pemeriksaan fisik yang paling sensitif pada torsio testis ialah hilangnya refleks kremaster. Tidak adanya refleks kremaster, 100% sensitif dan 66% spesifik pada torsio testis. Pada beberapa anak, refleks kremaster dapat menurun atau tidak ada sejak awal, dan refleks kremaster masih dapat ditemukan pada kasus-kasus torsio testis, oleh karena itu, ada atau tidak adanya reflek kremaster tidak bisa digunakan sebagai satu-satunya acuan mendiagnosis atau menyingkirkan diagnosis torsio testis.PEMERIKSAAN PENUNJANGPada umumnya pemeriksaan penunjang hanya diperlukan bila diagnosis torsio testis masih meragukan atau bila pasien tidak menunjukkan bukti klinis yang nyata. Dalam hal ini diperlukan guna menentukan diagnosa banding pada keadaan akut scrotum lainnya. Urinalisis biasanya dilakukan untuk menyingkirkan adanya infeksi pada traktus urinarius. Pemeriksaan darah lengkap dapat menunjukkan hasil yang normal atau peningkatan leukosit pada 60% pasien. Namun pemeriksaan ini tidak membantu dan sebaiknya tidak rutin dilakukan. Adanya peningkatan acute-fase protein (dikenal sebagai CRP) dapat membedakan proses inflamasi sebagai penyebab akut scrotum. Modalitas diagnostik yang paling sering digunakan ialah Doppler ultrasonografi (USG Doppler) dan radionuclide scanning dengan menggunakan technetum 99m (99mTc) pertechnetate dengan akurasi diagnostik 90%. Kedua metode tersebut digunakan untuk menilai aliran darah ke testis dan membedakan torsio dengan kondisi lainnya.

DIANOSIS BANDINGTorsio testis harus selalu dibedakan dengan kondisi-kondisi lain sebagai penyebab dari akut scrotum, antara lain : Epididymio-orchitis Hydrocele Varicocele Hernia incarserata Tumor testis Torsio appendix testis/epididymis Edema scrotum idiopatik1. Epididimis akutDisebabkan oleh sejumlah organisme. Pada pria diatas usia 35 tahun, E. coli merupakan penyebab terlazim epididimistis, pada pria di bawah usia 35 tahun Clamydia Trochomatis merupakan organisme terlazim pada penyebeb penyakit ini. Gambaran klinisnya yaitu pada stadium akut mungkin ada nyeri, pembengkakan dan demam ringan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan skrotum membesar, dapat ditemukan nyeri tekan pada funikulus spermatikus dan pada palpasi menunjukan epididimis yang nyeri dan menebal. Dapat sulit membedakan epididimistis dari torsi testis. Elevasi ringan scrotum cenderung membuat epididimistis kurang nyeri, tetapi perasat ini mengeksaserbasi nyeri akibat torsi testis.2. OrkhitisOrkhitis merupakan peradangan testis. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembengkakan testis kanan dan kiri. Orkhitis akut ditemukan sebagai penyulit penyakit virus, misalnya yang paling sering adalah parotitis epidemika.3. Hernia inguinalis Gejala berupa benjolan di daerah inguinal yang dapat mencapai scrotum. Benjolan dapat timbul pada saat berdiri atau mengejan. Terasa nyeri bila menjadi inkarserata.4. Hidrokel Testis Hidrokel testis merupakan pengumpulan cairan di dalam ruang antara kedua lapisan membran tunika vaginalis. Diagnosis hidrokel ditegakkan dengan tes transluminasi atau diapanaskopi positif.5. Tumor TestisMerupakan pertumbuhan sel-sel ganas didalam testis yang dapat menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum.Kebanyakan terjadi pada usia dibawah 40 tahun, penyebab pasti belum diketahui.Beberapa faktor yang menunjang timbulnya tumor testis adalah :- Testis undesensus.- Perkembangan testis yang abnormal.- Sindroma klinefelterDiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik, kemudian juga dapat diketahui dengan pemeriksaan darah untuk petanda tumor Alfa Fetoprotein (AFP), Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dan Lactic Dehydrogenase (LDH).6. VarikokelAdalah pelebaran abnormal (varises) dari pleksus pampiniformis yang mengalirkan darah dari testis. Lebih sering mengenai testis kiri. Biasanya tidak ada gejala yang menyertai varikokel, namun beberapa pria terdapat perasaan berat pada sisi yang terkena. Pada pemeriksaan fisik terdapat massa yang teraba sebagai sekantung cacing massa ini timbul pada posisi tegak tetapi dapat mengosongkan isinya, dan tidak teraba pada sisi berbaring. Perbaikan verikokel yaitu dengan cara pembedahan.

PENATALAKSANAAN

Tindakan untuk mengatasi torsi testis terdiri dari 2 cara yaitu : detorsi atau reposisi manual dan eksplorasi atau dengan cara pembedahan.Detorsi manual dapat dilakukan pada kasus-kasus yang dini atau merupakan tindakan awal bagi pasien sebelum dibawa ke rumah sakit. Tindakan ini dilakukan dengan mengingat arah torsi pada umumnya. Reduksi yang berhasil akan memberikan pemulihan segera untuk aliran darah ke tistis. Tindakn ini tidak boleh dianggap sebagai pengobatan atau terapi definitif dan eksplorasi gawat darurat harus tetap dilakukan pada kesempatan awal.Reduksi manipulatif tidak dapat menjamin penyembuhan sempurna dan masih ada torsi dengan tingkat tertentu, meskipun pemasokan darah telah dipulihkan. Selain itu abnormalitas semula yang menyebabkan torsi masih tetap ada dan mungkin melibatkan testis pada sisi yang lain. Oleh karena itu fiksasi operatif kedua testis diharuskan.Eksplorasi mutlak dilakukan pada setiap kasus yang diduga torsi. Testis harus dipaparkan tanpa ditunda-tunda lagi dengan membuat irisan ke dalam skrotum. Bila ternyata benar suatu torsi segera lakukan detorsi lalu elevasi beberapa saat, kemudian diamati apakah ada perubahan warna bila tidak ada tanda-tanda viabilitas lakukan orchidektomi, namun apabila testis masih baik lakukan orchidopeksi pada testis yang bersangkutan dan testis kontralateral.Pada penderita-penderita dengan riwayat torsi yang berulang, sebaiknya pada penderita ini dilakukan orchidopeksi elektif.

REDUKSI MANUAL

Sekali diagnosis torsio testis ditegakkan, maka diperlukan tindakan pemulihan aliran darah ke testis secepatnya. Biasanya keadaan ini memerlukan eksplorasi pembedahan. Pada waktu yang sama ada kemungkinan untuk melakukan reposisi testis secara manual sehingga dapat dilakukan operasi elektif selanjutnya. Namun, biasanya tindakan ini sulit dilakukan oleh karena sering menimbulkan nyeri akut selama manipulasi. Pada umumnya terapi dari torsio testis tergantung pada interval dari onset timbulnya nyeri hingga pasien datang. Jika pasien datang dalam 4 jam timbulnya onset nyeri, maka dapat diupayakan tindakan detorsi manual dengan anestesi lokal. Prosedur ini merupakan terapi non invasif yang dilakukan dengan sedasi intravena menggunakan anestesi lokal (5 ml Lidocain atau Xylocaine 2%). Sebagian besar torsio testis terjadi ke dalam dan ke arah midline, sehingga detorsi dilakukan keluar dan ke arah lateral. Selain itu, biasanya torsio terjadi lebih dari 360o, sehingga diperlukan lebih dari satu rotasi untuk melakukan detorsi penuh terhadap testis yang mengalami torsio. Tindakan non operatif ini tidak menggantikan explorasi pembedahan. Jika detorsi manual berhasil, maka selanjutnya tetap dilakukan orchidopexy elektif dalam waktu 48 jam. Dalam literatur disebutkan bahwa tindakan detorsi manual hanya memberikan angka keberhasilan 26,5%. Sedangkan penelitian lain menyebutkan angka keberhasilan pada 30-70% pasien.

PEMBEDAHAN

Dalam hal detorsi manual tidak dapat dilakukan, atau bila detorsi manual tidak berhasil dilakukan maka tindakan eksplorasi pembedahan harus segera dilakukan. Pada pasien-pasien dengan riwayat serangan nyeri testis yang berulang serta dengan pemeriksaan klinis yang mengarah ke torsio sebaiknya segera dilakukan tindakan pembedahan. Hasil yang baik diperoleh bila operasi dilakukan dalam 4 jam setelah timbulnya onset nyeri. Setelah 4 hingga 6 jam biasanya nekrosis menjadi jelas pada testis yang mengalami torsio.Eksplorasi pembedahan dilakukan melalui insisi scrotal midline untuk melihat testis secara langsung dan guna menghindari trauma yang mungkin ditimbulkan bila dilakukan insisi inguinal. Tunika vaginalis dibuka hingga tampak testis yang mengalami torsio. Selanjutnya testis direposisi dan dievaluasi viabilitasnya. Jika testis masih viabel dilakukan fiksasi orchidopexy, namun jika testis tidak viabel maka dilakukan orchidectomy guna mencegah timbulnya komplikasi infeksi serta potensial autoimmune injury pada testis kontralateral. Oleh karena abnormalitas anatomi biasanya terjadi bilateral, maka orchidopexy pada testis kontralateral sebaiknya juga dilakukan untuk mencegah terjadinya torsio di kemudian hari.

KOMPLIKASI

Torsio dari testis dan spermatic cord akan berlanjut sebagai salah satu kegawatdaruratan dalam bidang urologi. Keterlambatan lebih dari 6-8 jam antara onset gejala yang timbul dan waktu pembedahan atau detorsi manual akan menurunkan angka pertolongan terhadap testis hingga 55-85%. Putusnya suplai darah ke testis dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan atrofi testis. Atrofi dapat terjadi beberapa hari hingga beberapa bulan setelah torsio dikoreksi. Insiden terjadinya atrofi testis meningkat bila torsio telah terjadi 8 jam atau lebih. Komplikasi lain yang sering timbul dari torsio testis meliputi : Infark testis Hilangnya testis Infeksi Infertilitas sekunder Deformitas kosmetik

Gambar testis yang mengalami nekrosis

PROGNOSIS

Jika torsio dapat didiagnosa secara dini dan dilakukan koreksi segera dalam 5-6 jam, maka akan memberikan prognosis yang baik dengan angka pertolongan terhadap testis hampir 100%. Setelah 6 jam terjadi torsio dan gangguan aliran darah, maka kemungkinan untuk dilakukan tindakan pembedahan juga meningkat. Namun, meskipun terjadi kurang dari 6 jam, torsio sudah dapat menimbulkan kehilangan fungsi dari testis. Setelah 18-24 jam biasanya sudah terjadi nekrosis dan indikasi untuk dilakukan orchidectomy. Orchidopexy tidak memberikan jaminan untuk tidak timbul torsio di kemudian hari, meskipun tindakan ini dapat menurunkan kemungkinan timbulnya hal tersebut. Keberhasilan dalam penanganan torsio ditentukan oleh penyelamatan testis yang segera serta insiden terjadinya atrofi testis, dimana hal tesebut berhubungan secara langsung dengan durasi dan derajat dari torsio testis. Keterlambatan intervensi pembedahan akan memperburuk prognosis serta meningkatkan angka kejadian atrofi testis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Linchan W. M., 1994, Sabiston Buku Ajar Bedah, Bagian 2, EGC, Jakarta; pp:10832. Minevich.E : Testicular Torsion, Department of Surgery, Division of Pediatric urology, available in http://www.emedicine.com/ med/topic2780htm, Feb 9, 20073. Rupp.T.J : testicular Torsion, Department of Emergency Medicine, Thomas Jefferson University, available in http://www.emedicine.com/med/topic2560.htm, Dec 13, 2006 4. Sjamsuhidajat R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta : 2004

3