Upload
maulan-saputra
View
55
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
fraktur femur
Citation preview
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 40 tahun
Alamat : Nawangan , Pacitan
Agama : Islam
Pekerjaan : Tani
Tanggal masuk RS : 20 Maret 2013
Tanggal pemeriksaan : 23 Maret 2013
Tanggal Operasi : 27 Maret 2013
II. ANAMNESA
A. Keluhan utama :
Nyeri pada paha kanan
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD Ponorogo dengan keluhan nyeri pada
paha kanan, nyeri dirasakan sangat mengganggu, tidak menjalar, terus
menerus, semakin memberat saat digerakkan dan berkurang bila
diistirahatkan. Nyeri dirasakan setelah pasien kejatuhan kayu, sebelum
kejatuhan kayu pasien tidak ada gangguan dalam berjalan dan
menggunakan kakinya. Setelah kejadian tersebut pasien tidak bisa
berdiri dan mengangkat kaki kanannya, namun masih bisa
menggerakkan jari dan telapak kakinya. Pada lokasi nyeri tidak terdapat
adanya luka.
Pasien mengaku dirinya kejatuhan kayu saat pasien memberi
makan ayamnya di belakang rumah. Ketika pasien kejatuhan kayu,
pasien mengaku pada posisi duduk di tekuk (duduk bersila), kayu tepat
jatuh pada bagian tengah paha kanannya, setelah kejadian tersebut
pasien merasa sakit dan nyeri pada pahanya, selain itu pasien tidak
sanggup mengangkat kakinya, tidak mampu untuk berdiri, bahkan
untuk berjalan pasien tidak sanggup.
1
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung/Paru : disangkal
Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal
Riwayat Sakit Ginjal/Liver : disangkal
Riwayat Operasi sebelumnya : disangkal
Riwayat Trauma` : disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Alergi dalam keluarga : disangkal
Riwayat Asma dalam keluarga : disangkal
Riwayat Hipertensi dalam keluarga : disangkal
Riwayat DM dalam keluarga : disangkal
E. Anamnesis Sistem
Sistem Serebrospinal : Pusing (-), Demam (-)
Sistem Respirasi : Batuk (-), Pilek (-), sulit bernafas (-)
Sistem Kardiovaskuler : Nyeri dada (-), Pucat (-)
Sistem Digestivus : Mual (-), Muntah (-), BAB lancar
Sistem Urogenital : BAK lancar, jernih kekuningan, nyeri (-)
Sistem Muskuloskeletal : Ada hambatan dalam bergerak di regio
femur dextra
Sistem Integumentum : Suhu teraba hangat
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Gizi : Cukup
Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6
2
Vital Sign :
Tek. Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit isi cukup dan reguler
RR : 16 x/menit
Suhu : 36,5 oC per axilla
B. Pemeriksaan fisik
a) Kepala/Leher
Jejas (-), ekskoriasi (-), nyeri tekan (-), hematom (-), rhinorea
(-), otorhea (-), peningkatan JVP (-), pembesaran kelenjar
getah Bening (-), Brill hematome (-)
b) Mata
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterus (-/-)
Pupil : Ukuran 2 mm reguler, Reflek
cahaya (+/+),
isokor (+/+)
Palpebra : Edema (-/-)
c) Thoraks
Dinding thoraks : Jejas (-)
Paru
Inspeksi : Gerakan Pernafasan Simetris kanan dan kiri
Palpasi : Ketinggalan gerak (-), Fremitus taktil kanan
dan kiri (N)
Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba kuat angkat pada SIC V
sinistra 1 jari sisi medial linea midclavicula
sinistra
3
Perkusi : Batas jantung tidak membesar
Batas kiri jantung
Atas : SIC II sinistra di sisi lateral linea
parasternalis sinistra.
Bawah : SIC V sinistra 1 jari sisi medial linea
midclavicula sinistra.
Batas kanan jantung
Atas : SIC II dextra di sisi lateral linea
parasternalis dextra.
Bawah : SIC IV dextra di sisi lateral linea
parasternalis dextra.
Auskultasi : Suara Jantung I-II regular, Bising jantung
(-)
d) Abdomen
Inspeksi : dinding perut lebih tinggi dari dinding dada,
Jejas (-), distensi (-), darm steifung (-), darm contour (-)
Auskultasi : Peristaltik (+), bising usus normal
Perkusi : Timpani, hepar pekak, hepatomegali (-),
splenomegali (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), defans muskular (-),
hepatomegali (-), splenomegali (-)
e) Ekstremitas
Atas : ekskoriasi (-/-), luka terbuka (-/-), NVD (-/-)
Bawah : ekskoriasi (-/-), luka terbuka (-/-), NVD (-/-)
Status Lokalis
Lokasi trauma : Regio femoralis Dextra
Look
Deformitas : (+/-), translasi : shortening
Edema : (+/-)
Luka : (-/-)
4
Feel
False movement : (+/-)
Nyeri tekan : (+/-)
Krepitasi : (+/-)
Akral Hangat : (+/+)
Capilarry refill time : (+/+)
Pulsasi a. Tibialis posterior : (+/+) pulsasi a. Tibialis posterior,
irama reguler
Pulsasi a. Dorsalis pedis : (+/+) teraba kuat, irama reguler
Fungsi sensorik : n. Tibialis (+/+)
n. Peroneus Superfisialis (+/+)
n. Peroneus Profundus (+/+)
Move
Nyeri gerak : (+/-)
Fungsi Motorik : n. Tibialis (+/+)
n. Peroneus superfisialis (+/+)
n. Peroneus Profundus (+/+)
ROM : terbatas karena nyeri
LLD
Anatomical : dextra 29 cm, sinistra 31 cm
True : dextra 65 , sinistra 67 cm
Appearance : dextra 74, sinistra 76 cm
DIAGNOSIS BANDING
Soft tissue injury
Close Fraktur Femur Dextra
PLANING DIAGNOSA
Foto Rontgen femur Dextra AP dan Lateral
5
TERAPI
Analgesia
Bidai atau spalk
EDUKASI
Istirahatkan sendi panggul dan sendi lutut
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Radiologi
X - Foto Rontgen Femur Dextra AP dan Lateral seorang Wanita berusia 40
tahun :
Tampak soft tissue swelling
Densitas tulang baik Perbandingan medulla dan korteks sama
Tidak ada kalsifikasi dan tumor
6
Tak tampak lesi lytik dan sklerotik
Tampak dikontinuitas jaringan tulang femur 1/3 tengah
Tampak displacement
Kesan : gambar fraktur pada femur 1/3 medial Tipe Oblik dextra
DIAGNOSA
Closed Fracture Femur 1/3 Medial Dextra (Fraktur Tertutup Femur 1/3
Medial Dextra).
TERAPI
Terapi Konservatif :
Reposisi tertutup dengan skeletal traksi sampai LLD = 0 , setelah itu di
Immobilisasi dengan gips menggunakan hemispica mencapai radiological
union.
Post Operatif
Tanggal (29 Maret 2013)
Subjective : Nyeri di daerah bekas operasi.
Objective :
Vital sign: TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit reguler
Suhu : 37 oC
RR : 20 x/menit
Status General
K/L : dbn
Thorax : dbn
Abdomen : dbn
Status Lokalis
Look : Oedem (+/-), rubor (-/-),
Feel : Nyeri tekan : +/-
7
A. Tibialis posterior : +/+, pulsasi kuat
A. Dorsalis pedis : +/+, pulsasi kuat
N. Peroneus Superficialis : sensoris (+/+), motoris (+/+)
N. Peroneus Profundus : sensoris (+/+), motoris (+/+)
N. Tibialis : sensoris (+/+), motoris (+/+)
Move : ROM : terbatas karena nyeri
Assestment : Closed Fractur Femur 1/3 Medial Tipe Oblik
Dextra Post ORIF Plating, Hari ke-2.
Planning terapi : Analgetik
MONITORING
Terapi
Antibiotik
Analgesia
Edukasi
Segera melatih sendi-sendi proximal dan distal dari fragmen
fraktur.
Rehabilitasi
Active dan passive ROM exercise
Quadricep test dan Hamstring Test pada hari 1-3
REFLEKSI KASUS
Pasien wanita berusia 40 tahun, datang ke IGD RSUD Dr. Harjono
Ponorogo dengan keluhan nyeri pada paha kanan setelah kejatuhan kayu, nyeri
tidak menjalar dan terasa memberat saat digerakkan. Dari pemeriksaan fisik regio
femur dextra didapatkan pada look : deformitas (+), edema (+), feel: false
movement (+), krepitasi (+), nyeri tekan (+), Move: Nyeri gerak (+), ROM
terbatas karena nyeri.
Dari hasil foto rontgen didapatkan fraktur femur 1/3 tengah tipe oblik
dextra. Kemudian dilakukan terapi konservatif skin traksi.
8
Pada pasien ini mengalami fraktur batang femur 1/3 tengah dextra.Fraktur
femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan
oleh trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), kelelahan
otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis.
Menurut Schrok (1997: 458) ada 3 klasifikasi fraktur femur antaralain:
Fraktur femur 1/3 proximal
Fraktur femur 1/3 medial
Fraktur femur 1/3 distal
Fraktur pada batang femur biasanya disebabkan oleh cedera dengan gaya
yang besar. Winquist mengklasifikasikan fraktur batang femur menjadi 4 tipe
berdasarkan fragmen tulang yang terlepas dari fraktur. Tipe 1 hanya terdapat
fragmen kortikal kecil, tipe 2 terdapat butterfly fragmen tetapi masih terdapat 50%
kontak diantara tulang, tipe 3 butterfly fragmen melebihi 50% lebar tulang, tipe 4
segmental fraktur.
Gambar 1. Klasifikasi Winquist
Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih
9
besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi
fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan
jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan
tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami
nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn
vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. ini
merupakan dasar penyembuhan tulang.
Gambaran klinis pada fraktur femur yaitu Bagian paha yang patah lebih
pendek dan lebih besar dibanding dengan normal serta fragmen distal dalam
posisi eksorotasi dan aduksi karena empat penyebab:
Tanpa stabilitas longitudinal femur, otot yang melekat pada fragmen atas
dan bawah berkontraksi dan paha memendek, yang menyebabkan bagian
paha yang patah membengkak.
Aduktor melekat pada fragmen distal dan abduktor pada fragmen atas.
Fraktur memisahkan dua kelompok otot tersebut, yang selanjutnya bekerja
tanpa ada aksi antagonis.
Beban berat kaki memutarkan fragmen distal ke rotasi eksterna.
Femur dikelilingi oleh otot yang mengalami laserasi oleh ujung tulang
fraktur yang tajam dan paha terisi dengan darah, sehingga terjadi
pembengkakan.
Diagnosis fraktur femur didasarkan pada:
Pada pemeriksaan fisik awal penderita, perlu diperhatikan adanya 1) syok,
anemia atau perdarahan; 2) kerusakan pada organ-organ lainnya, misalnya
otak, sumsum tulang belakang atau organ-organ dalam rongga otak, panggul
dan abdomen; 3) faktor predisposisi seperti fraktur patologis.
Pemeriksaan lokalis fraktur femur:
Look
Bandingkan dengan bagian yang sehat
10
Perhatikan posisi anggota gerak dan keadaan umum penderita secara
keseluruhan
Apakah terdapat lua pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan
fraktur tertutup atau terbuka
Perhatikan adanya deformitas, Pembengkakan, memar
Feel
Terdapat nyeri tekan setempat
Krepitasi
Pemeriksaan vaskuler pada bagian distal dari trauma berupa palpasi
arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior, sesuai dengan anggota
gerak yang terkena Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna
kulit pada bagian distal daerah trauma, temperatur kulit
Pengukuran tungkai untuk mengetahui adanya perbedaan panjang
tungkai.
Movement
Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan dan adakah
keterbatasan sendi pada bagian distal cedera.
Pemeriksaan neurologis
Berupa pemeriksaan saraf secara sensorik dan motorik.
Pemeriksaan radiologi
Foto polos diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi, serta
ekstensi fraktur.
Penanggulangan pertama pada pasien fraktur batang femur meliputi
penanganan syok dan stabilisasi sementara. Pada fraktur batang femur tertutup
dapat terjadi kehilangan darah 1-2 liter, sebagian besar pasien membutuhkan
transfusi darah untuk mencegah terjadinya syok. Stabilisasi sementara dengan
skin traksi dapat membantu mengontrol nyeri dan mengurangi perdarahan serta
memudahkan transfer pasien ke rumah sakit. Segera setelah pasien sampai di
rumah sakit, skin traksi dapat diganti dengan skeletal traksi jika operasi tidak
dilakukan segera atau pasien direncanakan mendapat terapi konservatif.
11
1) 2)
Penanganan konservatif fraktur batang femur pada dewasa adalah dengan
skletal traksi, terdapat 2 macam skletal traksi yang biasa digunakan yaitu skletal
traksi dengan menggunakan thomas' splint dan skletal traksi tanpa splint (perkins'
traction). Latihan harus dilakukan sesegera mungkin. Setelah fraktur union,
traksi dilepas dan pasien diperbolehkan berdiri dan berlatih partial weight bearing
dengan menggunakan cast atau brace.
Gambar 2. 1). Skletal traksi tanpa splint (perkins' traction); 2) skletal traksi
dengan menggunakan thomas' splint.
Terapi operatif pada fraktur batang femur yaitu pemasangan plat dengan
open reduksi, intramedullary nailing, dan eksternal fiksasi. Open reduksi
dilakukan terutama jika terdapat fraktur kombinasi batang dan collum femur, dan
fraktur batang femur yang disertai dengan cedera vaskular.
12
Gambar 3. Open Reduction Platting
Intramedullary nailing adalah metode yang paling sering digunakan pada
terapi fraktur batang femur, bisa dilakukan secara close reduksi dengan bantuan
sinar-x atau dengan open reduksi.
Gambar 4. Intramedullary Nailing
Eksternal fiksasi dulunya hanya digunakan pada open fraktur, namun
dengan semakin majunya perkembangan fixator, kini indikasi penggunaan
eksternal fiksasi meliputi terapi untuk trauma terbuka yang parah, manajemen
pasien dengan trauma multiple, dimana dibutuhkan penghematan waktu operasi,
13
terapi pada bone lose, dan juga untuk terapi batang femur pada remaja.
Gambar 5. Eksternal Fixation
Post operatif, tungkai dibiarkan bebas dan dilatih sesegera mungkin.
Setelah 1 minggu atau 10 hari pasien diperbolehkan berdiri, dan melakukan partial
weight bearing dengan menggunakan kruk. Full weight bearing dilakukan setelah
4-6 minggu kemudian, tetapi pada fraktur kominutif waktunya lebih lama. Untuk
penatalaksanaan osteoporosis secara teoritik dapat diobati dengan menghambat
kerja osteoklas (anti resortif: estrogen, anti estrogen) meningkatkan kerja
osteoblas (stimulator tulang: Na-florida, PTH), kalsium dan vitamin D untuk
optimalisasi mengenali osteoid setelah proses formasi oleh osteoblas.
Komplikasi yang dapat terjadi pada frakur antara lain :
Komplikasi awal
Kerusakan arteri
Compartement syndrome
Fat embolism syndrome
Infeksi
Avaskuler nekrosis
Shock
Komplikasi dalam waktu lama
Delayed union
Nonunion
malunion14
Daftar Pustaka
Mercer, C. 2006. Cola Drinks Raise Osteoporosis Risk, Science & Nutrition.
Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyaki. Volume 2. Edisi 6. EGC : Jakarta.
Rasad, Sjahriar. 2006. Radiologi Diagnostik. Edisi kedua. Jakarta : FK UI
Rasjad, Chairuddin. 2009. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Penerbit PT Yarsif
Watampone. Jakarta.
Sjamsuhidat. R., De Jong, Wim. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta :
Penerbit Buku kedokteran
Solomon, L., Warwick, D, J., Nayagama, S. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan
Fraktur Sistem Apley (Apley's System of Orthopaedics and Fractures)
Edisi ketujuh. Widya Medika. Jakarta.
15
16