Case Impetigo Bulosa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asd

Citation preview

HZ

LAPORAN KASUSIMPETIGO BULOSA

Disusun Oleh:

STEPHANIE406138048Dokter Pembimbing:Dr. Hendrik Kunta Adjie, SpKK

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

RS HUSADA-MANGGA BESAR

PERIODE 22 JUNI 25 JULI 2015BAB ILAPORAN KASUS

HASIL ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK

IDENTITAS PASIEN

Nama

: An. YUmur

: 2 tahunJenis Kelamin

: PerempuanAlamat

: Pademangan Jakarta UtaraTgl/Jam Masuk

: 4 Juli 2015 / 11:20 WIBStatus Pekerjaan

: -Status Penikahan

: Belum menikah

Agama

: Islam

DOKTER YANG MERAWAT: dr. Liza HadiprakarsaANAMNESIS (ALLOANAMNESIS)Keluhan Utama: Mengeluhkan terdapat gelembung berisi cairan sejak 5 hari lalu.Riwayat Penyakit Sekarang: Sejak 5 hari SMRS timbul gelembung berisi cairan. Gelembung berukuran seperti biji jagung. Gelembung tersebut kemudian pecah menjadi luka berwarna agak kuning. Awalnya timbul di daerah sekitar belakang leher dan kemudian menyebar ke seluruh punggung, tidak menyebar ke tempat lainnya. 2 hari kemudian orang tua membeli salep untuk cacar air di pasar dan kemudian diberikan bersamaan dengan bedak untuk gatal, namun tidak ada perubahan dan akhirnya dibawa ke Poli Kulit RS Husada. Demam tidak diketahui pasti karena orang tua pasien tidak mengukur suhu badan pasien dan hanya merasa badan pasien hangat dan kemudian di berikan obat penurun panas. Pasien juga tidak sedang batuk ataupun pilek. Tidak ada yang mengalami hal yang serupa di keluarga. Pasien masih dapat makan dan minum susu seperti biasa. BAK dan BAB lancar. Orang tua mengaku riwayat imunisasi pasien lengkap.Riwayat Penyakit Dahulu: Sebelumnya belum pernah seperti ini.Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada yang mengalami hal serupa.Riwayat Pengobatan

: Diberikan salep untuk cacar air dan bedak untuk gatal.Riwayat Alergi

: Pasien dan orang tua pasien mengaku tidak mempunyai alergi.PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum: Sakit sedangKesadaran

: Compos mentis

TANDA VITALNadi

: 90x/menit, reguler, kuat angkat

Pernafasan

: 24x/menit

Suhu

: 37,1 oC (Axilla)Berat badan

: 14 kgSTATUS DERMATOLOGI

Distribusi

: Regional Regio

: Belakang leher dan punggung.Konfigurasi

: DiskretEfloresensi Primer : Koleret, papul, vesikel dan bula yang telah pecah.Warna

: Eritematosa

Ukuran

: Lentikuler - Numular

Jumlah

: Multipel

Efloresensi sekunder: Krusta

RESUMESeorang anak perempuan berusia 2 tahun dibawa oleh orang tuanya ke Poli Kulit RS Husada dengan gejala terdapat gelembung berisi cairan pada belakang leher dan punggung sejak 5 hari yang lalu, gelembung tersebut berukuran lebih kurang seperti biji jagung. Lama kelamaan gelembung pecah dan menjadi luka berwarna agak kuning.ANJURAN PEMERIKSAANPemeriksaan hematologi (Hb, leukosit, diff count)DIAGNOSISDiagnosis Kerja : Impetigo bulosaDiagnosis Banding :

Varicella Tinea corporisRENCANA PENATALAKSANAANa. MedikamentosaR/ Amoxicillin syr fl II 3 dd 1 Cth

R/ Chorpheniramin maleat tablet 1 mg

Sacch Lactis q.s m.f.pulv dtd no X

2 dd 1 p.c.

R/ Mupirocin 2% cream no I

s.u.e sehabis mandi

b. Non-medikamentosa

Tidak menggaruk lesi. Menasehati agar menjaga daya tahan tubuh dengan istirahat cukup dan konsumsi makanan bergizi. Menjaga hygine dengan mandi teratur dan mencuci pakaian yang bersih. Menasehati agar teratur mengkonsumsi obat sesuai anjuran dokter.PROGNOSISAd vitam

: Bonam

Ad functionam: Bonam

Ad sanationam: Dubia

Ad kosmeticam: BonamBAB IITINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Impetigo bulosa adalah salah satu bentuk pioderma superfisial dan bersifat menular. Gejala utamanya berupa lepuh-lepuh berisi cairan kekuningan dengan dinding yang tegang, terkadang tampak hipopion. Terdapat dua bentuk klinis impetigo, impetigo krustosa (impetigo kontangiosa, impetigo vulgaris) dan impetigo bulosa (impetigo vesiko-bulosa, cacar monyet).

ETIOLOGI

Bakteri yang menyebabkan terjadinya kasus impetigo bulosa biasanya adalah Staphylococcus aureus.

Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok. S. aureus merupakan mikroflora normal manusia. Habitat alami S aureus pada manusia adalah di daerah kulit, hidung, mulut, dan usus besar, di mana pada keadaan sistem imun normal, S. aureus tidak bersifat patogen (mikroflora normal manusia).

Impetigo menyebar melalui kontak langsung dengan lesi (daerah kulit yang terinfeksi). Pasien dapat lebih jauh menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah menggaruk lesi. Infeksi seringkali menyebar dengan cepat pada sekolah atau tempat penitipan anak dan juga pada tempat dengan hygiene yang buruk atau tempat tinggal yang padat penduduk.

Faktor predisposisi antara lain kontak langsung dengan pasien impetigo, kontak tidak langsung melalui handuk, selimut, atau pakaian pasien impetigo, cuaca panas maupun kondisi lingkungan yang lembab, kegiatan atau olahraga dengan kontak langsung antar kulit.

EPIDEMIOLOGI

Impetigo bulosa kebanyakan mengenai neonatus, tetapi dapat juga mengenai anak-anak dan dewasa. Pada anak-anak kebanyakan menyerang pada usia 2 hingga 5 tahun. Frekuensinya sama pada anak laki-laki dan perempuan.

PATOFISIOLOGI

Staphylococcus aureus masuk melalui kulit yang terluka melalui transmisi kontak langsung. Kolonisasi bakteri S. aureus kurang lebih 30% ditemukan terdapat pada nares anterior. Beberapa individu dengan impetigo yang berulang ditemukankolonisasi dari S. aureus pada hidung dan bibir. Bakteri dapat menyebar dari hidung menuju kulit yang sehat dalam 7-14hari, dengan lesi impetigo yang mulai tampak 7-14hari kemudian. Terdapat kurang lebih dari l0% individu didapatkan adanya koloni S. aureus pada perineum dan kadang pada aksila, faring dan tangan. Individu dengan karier permanen bertindak sebagai reservoir infeksi untuk orang lain. Pada orang yang sehat S.aureus hanya sebagai bagian dan flora mikrobial.

Impetigo bulosa adalah suatu bentuk impetigo dengan gejala utama berupa lepuh-lepuh berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang, terkadang tampak hipopion. Mula-mula berupavesikel, lama-kelamaan akan membesar menjadi bula yang sifatnya tidak mudah pecah, karena dindingnya relatiftebal dari impetigo krustosa. Isinya berupa cairan yang lama kelamaan akan berubah menjadi keruh karena invasi leukosit dan akanmengendap. Bila pengendapan terjadi padabula disebut hipopion yaitu ruangan yang benisi pus yang mengendap, bila letaknya di punggung, maka akan tampak seperti menggantung.

Staphylococcus aureus memproduksi eksotoksin eksofoliatif ekstraselluler. Eksotoksin menyebabkan hilangnya adesi sel pada superficial dermis,yang nantinya menyebabkan kulit tampak bergelembung atau seperti melepuh, kemudian akan mengelupas dengan memecah sel granular dari epidermis. Target protein dari eksotoksin adalah desmoglein I, yang berfungsi memelihara adesi sel, yang juga merupakan superantigen yang bekerja secara lokal dan menggerakkanlimfosit T.

GEJALA KLINIS DAN DIAGNOSIS

Lepuh timbul mendadak pada kulit, bervariasi mulai milier hingga lentikuler, dapat bertahan 2-3 hari. Kulit sekitarnya tidak menunjukkan adanya peradangan. Mula-mula berupa vesikel, lama-kelamaan membesar menjadi bula yang sifatnya tidak mudah pecah karena dindingnya relatif tebal. Isinya berupa cairan yang lama kelamaan akan berubah menjadi keruh karena invasi leukosit. Jika pecah akan menimbulkan krusta yang berwarna coklat datar dan tipis, koleret yang dasarnya masih eritematosa. Bisa juga terdapat hipopion.

Tempat predileksi tersering adalah di ketiak, dada, dan punggung. Sering muncul bersama dengan miliaria.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa dan gambaran klinis dari lesi. Biasanya diagnosa dari impetigo dapat dilakukan tanpa adanya tes laboratorium. Namun demikian, apabila diagnosis tersebut masih dipertanyakan, tes mikrobiologi pasti akan sangat membantu.

GAMBARAN HISTOPATOLOGI

Pada epidermis tampak vesikel subkornea berisi sel-sel radang yaitu leukosit. Pada dermis tampak sebukan sel-sel radang ringan dan pelebaran ujung-ujung pembuluh darah.PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada impetigo bulosa dapat dilakukan pemeriksaan untuk menunjang diagnosis yaitu :

1. Pewarnaan gram, untuk mencari Staphylococcus aureus. Biasa ditemukan adanya neutrophil dengan kuman kokus gram positif berbentuk rantai atau kelompok.

2. Kultur cairan bula, menunjukkan adanya Staphylococcus aureus atau dikombinasi dengan Streptococcus beta hemoliticus group A (GBHS) atau kadang dapat berdiri sendiri.

DIAGNOSIS BANDING

Varisela : vesikel pada dasar kemerahan bermula di badan dan menyebar ke tangan kaki dan wajah; vesikel pecah dan membentuk krusta; lesi terdapat pada beberapa tahap (vesikel, krusta) pada saat yang sama.

Herpes simplex : vesikel berkelompok dengan dasar kemerahan yang pecah menjadi lecet dan tertutup krusta.

Dermatofitosis : Jika vesikel/bula telah pecah dan hanya terdapat koloret dan ektima,maka mirip dermatofitosis. Pada anamnesa hendaknya ditanyakan apakah sebelumya terdapat lepuh. Jika ada, diagnosisnya adalah impetigo bulosa

Pemphigus bulosa : Bula bercampur dengan vesikel, berdinding tegang, sering disertai edema. Tempat predileksi ketiak, lengan bagian fleksor, dan lipat paha.

PENATALAKSANAAN

Tujuan pengobatan impetigo adalah menghilangkan rasa tidak nyaman dan mencegah penyebaran infeksi ke orang lain dan mencegah kekambuhan.

Topikal Membersihkan lesi dengan antiseptik. Bila lesi basah, lesi dikompres dengan larutan permanganas kalikus 1:10.000 Bila lesi kering, obat topikal yang diberikan mupirocin 2% diberikan di kulit yang terinfeksi 3x sehari selama tiga sampai lima hari yang mempunyai daya bakteri terhadapStaphylococcus aureusdanStreptococcus beta hemolyticus.Mupirocin ini bekerja dengan menghambat sintesis RNA dan protein dari bakteri.

Obat antibiotika topical lainnya yang dapat dipakai adalah asam fusidat dan gentamisin.SistemikAntibiotik oral yang dapat diberikan adalah:

Penicillin G procaine injeksi

Dosis: 0,6-1,2 juta IU im 1-2 x sehari,Anak: 25.000-50.000 IU im 1-2 x sehari. Ampicillin

Dosis: 250-500 mg per dosis 4 x sehari,Anak: 7,5-25 mg/Kg/dosis4x sehari. Amoksicillin

Dosis: 250-500 mg / dosis 3 x sehari,Anak: 7,5-25 mg/Kg/dosis 3 x sehari.

AzitromisinDosis : 500 mg pada hari pertama, 250 mg setiap hari pada 4 hari berikutnya. Anak : 10 mg/Kg/hari diberikan untuk 3 hari . Dicloxacillin (untukStaphylococcusyang kebal penicillin)

Dosis: 250-500 mg/ dosis, 4 x sehari,Anak: 10-25 mg/Kg/dosis 4 x sehari. Eritromisin (bila alergi penisilin)

Dosis: 250-500 mg/dosis, 4 x sehari,Anak: 12,5-50 mg/Kg/dosis, 4 x sehari. Clindamisin (alergi penisilin dan menderita saluran cerna)

Dosis: 150-300 mg/dosis, 3-4 x sehari,Anak > 1 bulan 8-20 mg/Kg/hari, 3-4 x sehari.

Non medikamentosa

Menghilangkan krusta dengan cara mandi selama 15-20 menit, disertai mengelupaskan krusta dengan handuk basah. Mencegah jangan menggaruk daerah lecet. Lanjutkan pengobatan sampai semua luka lecet sembuh.PENCEGAHAN

Mandi teratur dengan sabun dan air (sabun antiseptik dapat digunakan, namun dapat mengiritasi pada sebagian kulit orang yang kulit sensitif). Higiene yang baik, mencakup cuci tangan teratur, menjaga kuku jari tetap pendek dan bersih. Jaga daya tahan tubuh dengan menjaga asupan nutrisi. Jauhkan diri dari orang dengan impetigo. Orang yang kontak dengan orang yang terkena impetigo segera mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Cuci pakaian, handuk dan sprei dari anak dengan impetigo terpisah dari yang lainnya. Mainan yang dipakai dapat dicuci dengan disinfektan. Gunakan sarung tangan saat mengoleskan antibiotik topikal di tempat yang terinfeksi dan cuci tangan setelah ituKOMPLIKASI

Pada pasien yang tidak diobati, infeksi yang invasive dapat menyebabkan komplikasi berupa limfangitis, bakteriemia, pneumonia, dan septicemia. Impetigo yang tidak diobati dengan baik akan berkembang menjadi ektima biasanya sering pada penderita dengan hygine buruk.

PROGNOSIS

Impetigo biasanya sembuh tanpa penyulit dalam dua minggu walaupun tidak diobati, bisa saja meninggalkan jaringan parut dengan hipo / hiperpigmentasi.

DAFTAR PUSTAKA

Adhi Djuanda, Mochtar Hamzah, Siti Aisah. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta : FKUI.2010.

Fitzpatrick TB, Johnson RA, Klaus W, Suurmond D. Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. 5th ed. New York (NY) : McGraw-Hill Companies; 2005.

Siregar R.S,ed. Pioderma, Dalam: Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC; 2002. p. 61-2. Arthur Rook, D.S. Wilkinson, F.J.G Ebling. Impetigo. Textbook of Dermatology. Edisi ke-3, Vol 2, Hal 338-341.

Syarif A et.al. Farmakologi dan Terapi. 5th ed. Jakarta : Departemen Famakologi dan Terapeutik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.

Impetigo Treatment and Management. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/965254-treatment PAGE 12 | Page