46
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Iskhialgia adalah nyeri pada daerah tertentu sepanjang tungkai yang merupakan manifestasi rangsangan saraf sensoris perifer dari nervus iskhiadikus. Ahli lain berpendapat bahwa iskialgia merupakan salah satu manifestasi dari nyeri punggung bawah yang dikarenakan adanya penjepitan nervus iskiadikus. Iskialgia atau sciatika adalah nyeri yang menjalar (hipoestesia, parestesia atau disastesia) ke bawah sepanjang perjalanan akar saraf iskidikus. Insidensi Ischialgia di beberapa Negara berkembang lebih kurang 15 – 20 % dari total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri pinggang akut maupun kronik, termasuk tipe benigna. Puncak insidensi nyeri punggung bawah atau Ischialgia adalah pada usia 45 - 60 tahun. Pada penderita dewasa tua, nyeri punggung bawah dapat mengganggu aktivitas sehari – hari pada 40% penderita, dan gangguan tidur pada 20% penderita . Sebagian besar (75%) penderita akan mencari pertolongan medis dan 25% diantaranya perlu dirawat inap untuk evaluasi lebih lanjut ( Cohen , 2001). 1

Case Ischialgia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bf

Citation preview

Page 1: Case Ischialgia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Iskhialgia adalah nyeri pada daerah tertentu sepanjang tungkai yang

merupakan manifestasi rangsangan saraf sensoris perifer dari nervus

iskhiadikus. Ahli lain berpendapat bahwa iskialgia merupakan salah satu

manifestasi dari nyeri punggung bawah yang dikarenakan adanya penjepitan

nervus iskiadikus. Iskialgia atau sciatika adalah nyeri yang menjalar

(hipoestesia, parestesia atau disastesia) ke bawah sepanjang perjalanan akar

saraf iskidikus. Insidensi Ischialgia di beberapa Negara berkembang lebih

kurang 15 – 20 % dari total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri

pinggang akut maupun kronik, termasuk tipe benigna.

Puncak insidensi nyeri punggung bawah atau Ischialgia adalah pada usia

45 - 60 tahun. Pada penderita dewasa tua, nyeri punggung bawah dapat

mengganggu aktivitas sehari – hari pada 40% penderita, dan gangguan tidur

pada 20% penderita . Sebagian besar (75%) penderita akan mencari

pertolongan medis dan 25% diantaranya perlu dirawat inap untuk evaluasi lebih

lanjut ( Cohen , 2001). Usia merupakan faktor yang mendukung terjadi LBP,

sehingga biasanya di derita oleh orang berusia lanjut karena penurunan fungsi –

fungsi tubuhnya terutama tulangnya sehingga tidak lagi elastis seperti diwaktu

muda . selain itu faktor risiko terhadap pekerjaan dipengaruhi aktivitas terlalu

banyak duduk atau berdiri juga merupakan faktor yang mendukung LBP. Ini

dinamakan posisi tubuh kerja statis , pekerjaan yang membuat tubuh terpapar

dengan getaran seperti yang dilakukan para masinis , pengemudi truk,

mengoperasikan alat bergetar sering mengangkat dan menarik benda berat

banyak membungkuk dan berputar .

Manusia dalam menjalankan pekerjaannya dipengaruhi oleh berbagai

faktor, ada yang bersifat menguntungkan maupun yang merugikan yang dapat

1

Page 2: Case Ischialgia

menyebabkan penyakit akibat kerja seperti nyeri punggung bawah. Faktor

tersebut antara lain adalah faktor fisiologis, Faktor fisiologis yang disebabkan

oleh sikap badan yang kurang baik dan posisi alat kerja yang tidak ergonomis

dapat menimbulkan kelelahan fisik bahkan lambat laun dapat menimbulkan

perubahan fisik dari tubuh pekerja . Dan dapat juga dipengaruhi oleh faktor

usia. Semakin tua usia seseorang semakin tinggi angka kejadian nyeri

punggung bawah .

Biasanya ischialgia membutuhkan waktu 6 – 7 minggu untuk

penyembuhan baik terhadap jaringan lunak maupun sendi, namun 10%

diantaranya tidak mengalami perbaikan dalam kurun waktu tersebut . nyeri

punggung bawah merupakan gejala bukan suatu diagnosis. ischialgia

merupakan kelainan dengan berbagai etiologi dan membutuhkan penanganan

simtomatis serta rehabilitasi .

1.2. Tujuan Penulisan

Melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik Senior ( KKS ) di Rumah Sakit

Umum Daerah ( RSUD ) Solok.

2

Page 3: Case Ischialgia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi

Nervus ischiadikus merupakan serabut saraf yang tersebar didalam tubuh

manusia yang berasal dari fleksus sacralis. Fleksus sacralis dibentuk oleh remi

anterior L5 – S1, yang kadang- kadang mendapat tambahan dari L4- S4. Fleksus

sacralis berada disebelah ventral dari musculus, N. Gluteus superior N. Gluteus

inferior, N. Cutaneus femoris posterior N. Clunialis medialis inferior dan N.

Musculare.

Nervus ischiadicus meninggalkan pelvic lewat foramen ischiadica major,

di bawah musculus periformis dan berjalan ke distal N. Ischiadicus berada di

anterior musculus bisep femoris dan musculus semimembranosus, kemudian

masuk kepusat poplitea dimana N ischiaducus berakhir dan bercabang menjadi

dua yaitu : N tibialis dan N peroneus communis

1. N. Tibialis

Dibentuk oleh seluruh bagian anterior pleksus sacralis. Serabut saraf ini

menerima serabut-serabut dari dua sekmen spinalis lumbal bawah dan tiga

segmen sacral bagian atas perjalanan saraf ini dimulai pada bagian atas

fossa poplitea serta dorsum tungkai menuju sisi dorso media pergelangan

kaki. Pada daerah ini N tibialis akan mengeluarkan cabang-cabang

terminalisnya yaitu nervus plantaris medialis dan lateralis yang terus

berjalan kedalam kaki.

2. N. Peroneus communis

Merupakan cabang lateral dari N. Ischiadicus yang dibentuk oleh akar

saraf L4-L5 dan S1–S2. Nervus ini berjalan ke arah distal agak lateral

pada dinding lateral fossa poblitea dekat tepi medial M. Bicep femoris

dengan caput lateral M. Gastrocnemius kemudian melindungi collum

3

Page 4: Case Ischialgia

fibulae pada M. Pereneus longus selanjutnya akan bercabang dua, yaitu N

peroneus superfisialis dan nervus peroneusprofundus

Gambar 1. nervus ischiadica dan percabangannya

4

Page 5: Case Ischialgia

2.2. Mekanisme Nyeri

            Nyeri merupakan suatu mekanisme perlindungan yang menyadarkan

seseorang untuk membuat tanggap rangsang yang memadai guna mencegah

kerusakan lebih lanjut dari jaringan yang bersangkutan. Menurut Taxonomi

Committee International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah suatu

pengalaman sensoris subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang

berkaitan dengan kerusakan jaringan baik yang aktual maupun potensial, atau

menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

            Nyeri timbul karena adanya stimulus yang mengaktifkan nosiseptor yang

ada dikulit, jaringan di bawah kulit dan organ visera. Stimulus yang dapat

mengaktifkan nosiseptor adalah stimulus mekanik, kimiawi maupun termal.

Jaringan yang mengalami inflamasi akan melepaskan substansi-substansi kalium,

histamin, asetilkolin, serotonin, prostalglandin, bradikinin dan substansi P dari

ujung saraf setempat. Zat-zat tersebut akan mengaktifkan nosiseptor dan

nosiseptor akan berhubungan dengan serabut saraf A-δ bermielin yang

menghantarkan nyeri yang tajam, menusuk dan jelas terlokalisir. Serabut saraf

tipe C tidak bermielin sehingga menghantarkan rasa terbakar , tidak

mengenakkan, dan tidak terlokalisir.  Nyeri bisa terjadi bila ada stimulus yang

memenuhi syarat yang dimediasi atau difasilitasi oleh bahan kimia tertentu seperti

leukotrin, prostalglandin, interleukin dan tromboksan sehingga menimbulkan

impuls nyeri atau impuls nosiseptif di nosiseptor yang dikenal dengan proses

tranduksi yang kemudian medulla spinalis, batang otak, mesensefalon, korteks

serebri dan korteks asosiasinya untuk kemudian disadari baik mengenai sifat,

lokasi, maupun berat ringannya.

            Berdasarkan klasifikasinya nyeri dapat dikelompokan menjadi 4 tipe yaitu

(1) nyeri fisiologis, (2) nyeri nosiseptif atau nyeri inflamasi, (3) nyeri neuropatik,

(4) nyeri disfungsional ( Kuntono, 2007 ).Widiastuti (1996) mengelompokkan

nyeri menjadi ; (1) nyeri nosiseptif, (2) nyeri neuropatik, (3) nyeri idiopatik, (4)

nyeri psikogenik, (5) sindroma nyeri kronik.

            Menurut Kuntono (2006) teori mekenisme nyeri ada 3 yaitu: (1) teori

spesifikasi, (2) Teori pola (pattern), (3) teori gerbang kontrol (gate control).

5

Page 6: Case Ischialgia

            Teori spesifikasi ini mengemukakan bahwa reseptor dikhususkan untuk

menerima suatu stimulus yang spesifik, yang selanjutnya dihantarkan melalui

serabut A delta dan serabut tipe C di perifer dan traktus spinothalamikus di

medulla spinalis menuju ke pusat nyeri di thalamus. Teori ini tidak

mengemukakan komponen psikologis.

            Teori pola ( pattern ) ini menyatakan bahwa elemen utama pada nyeri

adalah pola informasi sensoris. Pola aksi potensial yang timbul oleh adanya suatu

stimulus pada tingkat saraf perifer dan stimulus tertentu menimbulkan pola aksi

potensial tertentu. Pola aksi potensial untuk nyeri berbeda dengan pola untuk rasa

sentuhan.

            Melzack dan Wall (1965) yang dikutip oleh Kuntono (2006)

mengemukakan bahwa teori gerbang kontrol (gate control) merupakan teori yang

dikembangkan dari segi neuro fisiologi tentang penggolongan nyeri dari perifer

maupun sentral. Konsep dasarnya menggabungkan teori spesifik dan teori pola

ditambah dengan interaksi antra afferen perifer dan sistem modulasi yang berbeda

di medulla spinalis  (substansia gelatinosa). Selain itu juga mengemukakan sistem

modulasi descenden (dari pusat ke perifer).

            Ada beberapa tingkat dalam afferent dimana nyeri dapat dimodulasi yaitu:

(1) tingkat reseptor, (2) tingkat spinal, (3) tingkat supraspinal, dan (4) tingkat

sentral (Kuntono, 2000).

            Pada tingkat reseptor ini sasaran modulasi pada reseptor di perifer.

Modulasi diperoleh dengan cara menurunkan ekstabilitas reseptor, menghilangkan

faktor perangsang reseptor misal dengan memperlancar proses pembuangan

melalui peredaran darah, serta menurunkan aktifitas gamma motor neuron misal

dengan pemanasan.

            Pada tingkat spinal ini sasaran modulasi pada substantia gelatinosa (SG)

dengan tujuan memberikan inhibisi terhadap transmisi stimulus nyeri.

Berdasarkan teori gerbang control noleh Melzak dan Wall maka untuk dapat

menghilangkan atau mengurangi nyeri, SG harus diaktifkan sehingga gerbang

menutup.

            Pada tingkat supraspinal, kontrol nyeri dilakukan oleh peri aquaductal

gray matter (PAG) di mid brain. PAG mengirim stimulus ke nucleus raphe

6

Page 7: Case Ischialgia

magnus (NRM) hyang selanjutnya ke tanduk belakang medulla spinalis (PHC).

NRM akan menghambat afferent A delta. Selain itu NRM juga memacu

timbulnya serotonin PAG juga memodulasi nyeri melalui produksi endorphin di

PHC dengan perantaraan NRM. Melalui locus cerulus (LC) dan medial lateral

para branchial nukleus PAG juga memodulasi nyeri enchepalin di PHC.

            Pada tingkat sentral ini komponen kognitif dan psikologis berperan

didalam memodulasi nyeri. Hal ini ditentukan oleh sikap seorang terhadap nyeri

dan emosi yang mengendalikan. Misal seorang tentara yang sedang perang tidak

merasa nyeri yang hebat meskipun menderita luka berat. Hal ini menunjukkan

bahwa nyeri meliputi dua aspek yaiti aspek sensoris dan aspek psikologis. Dengan

demikian susunan saraf pusat juga berperan dalam memodulasi nyeri.

            Pada penderita iskialgia nyeri umumnya disebabkan oleh iritasi atau

kompresi radiks dorsalis di daerah lumbal. Kompresi atau iritasi juga

menyebabkan nyeri inflamasi yang kemudian diikuti oleh penekanan akson dan

berakibat munculnya nyeri neuropatik (Meliala, 2005). Menurut Kuntono (2009)

patofisiologis nyeri neuropatik terhadap sistem saraf tepi adalah serabut saraf akan

terjadi injuri/cedera, lalu terjadi oedema dan gumpalan darah terjadi pada interface

topis lesi dan selanjutnya letak cedera pada intraneural atau ekstraneural. Fungsi

dari serabut saraf akan terganggu oleh karena kerusakan sistem vaskuler (hipoksia

pada akson, oedema dan deterioration pada kapiler endothelium, dan fibrotik atau

retreksi serabut saraf).

            Nyeri neuropatik adalah nyeri yang berhubungan dengan lesi yang terjadi

pada serabut saraf, yang letak kerusakan atau gangguannya bisa terjadi baik pada

selaput pembungkus saraf maupun pada serabut sarafnya.

1. Pada selaput pembungkus saraf

Selaput pembungkus saraf yang kaya akan nosiseptor bila mengalami iritasi

akan menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri bisa dirasakan di sepanjang distribusi

serabut saraf tersebut. Nyeri bertambah bila ada peregangan serabut saraf,

misalnya karena pergerakan, penguluran dan sebagainya.

7

Page 8: Case Ischialgia

2. Penekanan pada serabut saraf

Penekanan pada serabut saraf bisa mengakibatkan terjadinya keseimbangan

neuron sensorik melalui perubahan molekuler. Perubahan molekuler dapat

menyebabkan aktifitas serabut saraf aferen (SSA) menjadi tidak normal dengan

timbulnya ektopik (aktifitas yang terjadi di luar nosiseptor), akumulasi saluran ion

natrium dan saluran ion-ion lainnya di daerah lesi. Penumpukan ion-ion tersebut

menyebabkan timbulnya mechano hot spot yang sangat peka terhadap rangsang

mekanis maupun temperatur. Aktifitas ektopik juga menyebabkan timbulnya

gangguan neuropatik spontan seperti paraestesia, disestesia dan nyeri seperti

kesetrum. Hiperalgesia yang terjadi pada nyeri neuropatik juga disebabkan oleh

fenomena wind-up, LTP, dan perubahan fenotip A-β. Nyeri neuropatik juga

mengakibatkan penurunan reseptor opioid di neuron kornu dorsalis dan

peningkatan cholecystokinin (CCK) yang menghambat kerja reseptor opioid.

2.3. Definisi Iskhialgia

Iskhialgia adalah nyeri pada daerah tertentu sepanjang tungkai yang

merupakan manifestasi rangsangan saraf sensoris perifer dari nervus iskhiadikus.

Ahli lain berpendapat bahwa iskialgia merupakan salah satu manifestasi dari nyeri

punggung bawah yang dikarenakan adanya penjepitan nervus iskiadikus. Iskialgia

atau sciatika adalah nyeri yang menjalar (hipoestesia, parestesia atau disastesia) ke

bawah sepanjang perjalanan akar saraf iskidikus

8

Page 9: Case Ischialgia

Gambar 3 penjalaran ischialgia

2.4. Patofisiologi nyeri iskhialgia

Vertebrae manusia terdiri dari cervikal, thorakal, lumbal, sakral, dan koksigis.

Bagian vertebrae yang membentuk punggung bagian bawah adalah lumbal 1-5

denagn discus intervertebralis dan pleksus lumbalis serta pleksus sakralis. Pleksus

lumbalis keluar dari lumbal 1-4 yang terdiri dari nervus iliohipogastrika, nervus

ilioinguinalis, nervus femoralis, nervus genitofemoralis, dan nervus obturatorius.

Selanjutnya pleksus sakralis keluar dari lumbal4-sakral4 yang terdiri dari nervus

gluteus superior, nervus gluteus inferior, nervus ischiadicus, nervus kutaneus

femoris superior, nervus pudendus, dan ramus muskularis. Nervus ischiadicus

adalah berkas saraf yang meninggalkan pleksus lumbosakralis dan menuju

foramen infrapiriformis dan keluar pada permukaan tungkai di pertengahan

lipatan pantat. Pada apeks spasium poplitea nervus ischiadicus bercabang menjadi

dua yaitu nervus perineus komunis dan nervus tibialis. Ischialgia timbul akibat

9

Page 10: Case Ischialgia

perangsangan serabut-serabut sensorik yang berasal dari radiks posterior lumbal 4

sampai sakral 3, dan ini dapat terjadi pada setiap bagian nervus ischiadicus

sebelum sampai pada permukaan belakang tungkai.

Kesalahan postur dan sikap dapat menyebabkan cedera pada tulang belakang

yang lama-kelamaan akan menyebabkan proses penulangan, oleh karena adanya

proses degenerasi yang terus menerus maka nucleus pulposus akan terhimpit,

sehingga anolus fibrosus mengalami penekanan dan sering menonjol ke bagian

lateral. Penonjolan ini mengakibatkan penekana pada medulla spinalis. Jika

keadaan seperti ini tidak segera diobati maka lama – kelamaan

akanmengakibatkan adanya nyeri menjalar pada sepanjang tungkai oleh karena

adanya penekanan pada nervus ischiadicus (Ischialgia). Ischialgia yang disebakan

oleh beberapa factor etiologi dan sindroma yang biasanya dikenal sebagai

sindroma stenois lumbal dan entropmentneuritis , nyeri yang bertolak dari

vertebra lumbosakralis sesisi dan menjalar sepanjang tungkai sampai ujung kaki

harus dicurigai sebagai nyeri saraf akibat perangsangan di dalam Vertebra

Lumbosakralis.

10

Page 11: Case Ischialgia

Pathway

2.5. Etiologi

Ischialgia mekanik terbagi atas :

Ischialgia timbul karena terangsangnya serabut-serabut sensorik dimana

nervus ischiadicus berasal yaitu radiks posterior L4, L5, S1, S2, S3. Penyebab

ischialgia dapat dibagi dalam:

1. Ischialgia diskogenik, biasanya terjadi pada penderita hernia nukleus pulposus

(HNP).

2. pondiloarthrosis defermans.

11

Page 12: Case Ischialgia

-  Spondilolistetik.

-  Tumor caud.

-  Metastasis carsinoma di corpus vertebrae lumbosakral.

-  Fraktur corpus lumbosakral.

-  Fraktur pelvis, radang atau neoplasma pada alat- alat dalam rongga panggul

sehingga menimbulkan tekanan pada pleksus lumbosakralis.

3. Ischailgia non mekanik (medik) terbagi atas:

- Radikulitis tuberkulosa

- Radikulitas luetika

- Adhesi dalam ruang subarachnoidal

- Penyuntikan obat-obatan dalam nervus ischiadicus

- Neuropati rematik, diabetik dan neuropati lainnya.

Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu antara lain: kontraksi/

radang otot-otot daerah bokong, adanya perkapuran tulang belakang atau adanya

keadaan yang disebut dengan Herniasi Nukleus Pulposus (HNP). Untuk

mengetahui penyebab pasti perlu dilakukan pemeriksaan fisik secara seksama oleh

dokter, jika perlu dilakukan pemeriksaan tambahan radiologi/ Rontgen pada

tulang belakang.

Umumnya penyakit neuromuskular berupa kelemahan ataupun kesemutan atau

bisa juga keduanya bersamaan. Gejala penyakit ini bersifat lower motor neuron

(LMN). Oleh karena itu bila kita mencurigai pasien dengan penyakit

neuromuscular langkah pertama tentunya memastikan bahwa kelainan pada pasien

tersebut bukan merupakan upper motor neuron (UMN).

Tabel.1 Beda Kelainan UMN dan LMN

Upper Motor Neuron (UMN) Lower Motor Neuron

(LMN)

Bentuk

Kelumpuhan

Hemiparesis, kuadriparesis,

paraparesis

Kelemahan pada otot

tertentu sesuai distribusi

radiks atau plexus

12

Page 13: Case Ischialgia

Atrofi Disuse Atrophy (muncul

belakangan atau tidak terlalu

jelas)

Atrofi akibat denervasi

(muncul lebih cepat dan

lebih jelas)

Fasikulasi atau

fibrilasi

- -

Refleks Fisiologis Meningkat Menurun atau hilang

Klonus + -

Tonus Hipertonus Hipotonus

Reflek Patologis + -

13

Page 14: Case Ischialgia

Gambar 4. Dermatom Sensorik

Pada NPB harus dicari adanya Red Flags ( Bendera Merah), yaitu kondisi

yang mengindikasikan adanya suatu keadaan serius. Red Flags ini bisa dideteksi

melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.

14

Page 15: Case Ischialgia

RED FLAGS (BENDERA MERAH)

Kanker dan penurunan berat badan

Imunosupresi, termasuk penggunaan steroid jangka panjang

Pemakaian obat-obat intravena

Riwayat infeksi urogenital

Demam

Nyeri bertambah saat istirahat

Adanya riwayat trauma, seperti terjatuh dari tangga

Retensi urin, gangguan miksi dan defekasi

YELLOW FLAGS ( BENDERA KUNING )

Faktor Psikologis

Bila durasi nyeri telah berlangsung lebih dari 3 bulan

2.6. Gejala klinis

Sciatica atau ischialgia biasanya mengenai hanya salah satu sisi. Yang bisa

menyebabkan rasa seperti ditusuk jarum, sakit nagging, atau nyeri seperti

ditembak. Kekakuan kemungkinan dirasakan pada kaki. Berjalan, berlari, menaiki

tangga, dan meluruskan kaki memperburuk nyeri tersebut, yang diringankan

dengan menekuk punggung atau duduk.

Gejala yang sering ditimbulkan akibat Ischialgia adalah:

Nyeri punggung bawah

Nyeri daerah bokong

Rasa kaku/ terik pada punggung bawah

Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum, yang di rasakan daerah

bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung

bagian saraf mana yang terjepit.

15

Page 16: Case Ischialgia

Rasa nyeri sering di timbulkan setelah melakukan aktifitas yang

berlebihan, terutama banyak membungkukkan badan atau banyak

berdiri dan berjalan.

Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang

berat.

Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan

anggota badan bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan

mengecilnya otot-otot tungkai bawah tersebut.

Dapat timbul gejala kesemutan atau rasa baal.

Pada kasus berat dapat timbul kelemahan otot dan hilangnya refleks

tendon patella (KPR) dan Achilles (APR).

Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan

defekasi, miksi dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan

neurologis yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah

kerusakan fungsi permanen.

Nyeri bertambah dengan batuk, bersin, mengangkat.

2.7. Pemeriksaan Penunjang

1.    Foto rontgen lumbosakral

2.    Elektromielografi

3.    Myelografi

4.    CT scan

5.    MRI

2.9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penyakit ischialgia yaitu sebagai berikut :   

1.   Obat – obatan : analgetik, NSAID, muscle relaxan, dsb.

2.   Program Rehabilitasi Medik.

3.   Operasi : di lakukan pada kasus yang berat/ sangat mengganggu aktifitas

dimana dengan obat – obatan dan Program Rehabilitasi Medik tidak

membantu. 

16

Page 17: Case Ischialgia

 

Program Rehabilitasi Medik bagi penderita  adalah:

1.    Terapi Fisik: Diatermi, Elektroterapi, Traksi lumbal, Terapi manipulasi,   

Exercise, dsb.

2.    Terapi Okupasi: Mengajarkan proper body mechanic, dsb.

3.    Ortotik Prostetik: Pemberian korset lumbal, alat bantu jalan, dsb.

4.    Advis:

-  Hindari banyak membungkukkan badan.

-  Hindari sering mengangkat barang-barang berat.

-  Segera istirahat jika telah merasakan nyeri saat berdiri atau berjalan.

- Saat duduk lama diusahakan kaki disila bergantian kanan dan kiri atau

menggunakan kursi kecil untuk menumpu kedua kaki.

-  Saat menyapu atau mengepel lantai pergunakan gagang sapu atau pel yang

panjang, sehingga saat menyapu atau mengepel punggung tidak membungkuk.

-  Jika hendak mengambil barang dilantai, usahakan punggung tetap lurus, tapi

tekuk kedua lutut untuk menggapai barang tersebut.

-  Lakukan Back Exercise secara rutin, untuk memperkuat otot-otot punggung

sehingga mampu menyanggah tulang belakang secara baik dan maksimal.

BAB III

LAPORAN KASUS

17

Page 18: Case Ischialgia

3.1. Identitas pasien

Nama : Ny. S

Umur : 45 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Pembantu Rumah Tangga

Agama : Islam

Alamat : Simp.Rumbio

3.2. Anamnesa

1. Keluhan Utama

Nyeri pinggang menjalar sampai kedua kaki sejak 15 hari yang lalu.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Nyeri pinggang menjalar sampai kedua kaki sejak 15 hari yang lalu, nyeri

dirasakan mulai dari pinggang lalu menjalar pada kedua lutut, sampai ke

pergelangan kaki., keluhan timbul terutama pada saat beraktivitas dan berkurang

saat istirahat, Nyeri ini menyebabkan pasien kesulitan dalam beraktivitas. kedua

tungkai kaki terasa sakit seperti tersetrum, dan juga terasa kesemutan pada kedua

tungkai kaki. Kedua tangan pasien sering mengalami gemetaran, yang berkurang

saat bekerja, dan meningkat saat beraktifitas. mata pasien sering berair kedua

sisinya dan berkunang-kunang.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat Trauma kecelakaan motor 4 tahun yang lalu, terjatuh terduduk

18

Page 19: Case Ischialgia

- riwayat Vertigo sejak 2 tahun yang lalu, terkontrol, berobat ke poli saraf RSUD

SOLOK.

- Riwayat hipertensi Disangkal

- Riwayat Diabetes Mellitus Disangkal

- Riwayat Stroke Disangkal

- Riwayat infeksi saluran kencing Disangkal

- Riwayat keputihan Disangkal

- Riwayat penyakit ginjal disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat Hipertensi disangkal

- Riwayat Stroke Disangkal

- Riwayat Diabetes melitus Disangkal

- Riwayat Batu ginjal disangkal

5. Riwayat Pribadi dan sosial

Pasien seorang ibu rumah tangga yang bercerai dan mempunyai 2 orang

anak yang pertama mengalami epilepsi mengalami putus obat, anak yang kedua

sekolah di man solok kelas 3 dan membiayai anaknya sekolah sendiri tanpa biaya

dari suami, pasien tinggal di solok dengan mengontrak rumah )

3.3. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum : sedang

Kesadaran : Compos Mentis Cooperative, GCS 15 (E4M6V5)

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 60x/i kuat dan teratur

Nafas : 20x/i

Suhu : 36,5oC

Berat Badan : 45 kg (ditanyakan)

19

Page 20: Case Ischialgia

Tinggi Badan : 148 cm

Status Lokalisata

Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

Kelenjar Getah Bening :

Leher : Tidak teraba pembesaran KGB

Aksila : Tidak teraba pembesaran KGB

Inguinal : Tidak teraba pembesaran KGB

Torak

Paru

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan saat statis dan dinamis

Palpasi : fremitus sama kiri dan kanan

Perkusi : Sonor dikedua lapangan paru

Auskultasi : Suara nafas normal vesicular, ronki( - / - ), Wheezing ( -/- )

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : Dalam Batas Normal

Auskultasi : irama teratur, bising( - )

Abdomen

Inspeksi : tidak ada sikatrik, venektasi

20

Page 21: Case Ischialgia

Palpasi : nyeri tekan dan nyeri lepas ( - ), hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus( + ) normal

c. Pemeriksaan Neurologikus

1. Glassgow Coma Scale ( GCS ) : E4M6V5 = 15

2. Tanda Ransangan Meningeal

a. KakuKuduk : Tidak ada

b. Brudzinki I : Tidak ada

c. Brudzinki II : Tidak ada

d. TandaKernig : Tidak ada

3. Tanda peningkatan TIK

a. Pupil : Isokor, diameter 3 mm / 3 mm

b. Refleks cahaya : +/+

c. Muntah proyektil : tidak ada

4. Pemeriksaan Nervus Cranialis

a. N I : Olfaktorius

Penciuman Kanan Kiri

Subjektif Normal Normal

Objektif dengan bahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

b. N II : Optikus

Penglihatan Kanan Kiri

Tajam penglihatan Normal Normal

Lapang pandang Normal Normal

Melihat warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

21

Page 22: Case Ischialgia

c. N III : Okulomotorius

Kanan Kiri

Bola mata Normal Normal

Ptosis Tidak ada Tidak ada

Gerakan bulbus Bebas kesegala arah Bebas kesegala

arah

Strabismus Tidak ada Tidak ada

Nistagmus Ada Ada

Ekso-endotalmus Tidak ada Tidak ada

Pupil

Bentuk Isokor Isokor

Reflek cahaya + +

Reflex akomodasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Reflex Konvergen Tidak dilakukan Tidak dilakukan

d. N IV : troklearis

Kanan Kiri

Gerakan mata ke bawah Normal Normal

Sikap bulbus Dalam batas normal Dalam batas normal

Diplopia Tidak ada Tidak ada

e. N V : Trigeminus

22

Page 23: Case Ischialgia

Kanan Kiri

Motoric

Membuka mulut Normal Normal

Menggerakan rahang Normal Normal

Menggigit Normal Normal

Mengunyah Normal Normal

Sensorik

Divisioptalmika

Reflekkornea + +

Sensibilitas Baik Baik

Divisimaksila

Reflek masseter Baik Baik

Sensibilitas Baik Baik

Divisi mandibular

Sensibilitas Baik Baik

f. N. VI : Abdusen

Kanan Kiri

Gerakan mata lateral Normal Normal

Sikap bulbus Dalam batas normal Dalam batas normal

Diplopia Tidak ada Tidak ada

23

Page 24: Case Ischialgia

g. N.VII: Fasialis

Kanan Kiri

Raut wajah Simetris Simetris

Sekresi air mata Normal Normal

Fissura palpebral Simetris Simetris

Menggerakkan dahi Simetris Simetris

Menutup mata Normal Normal

Mencibir/bersiul Normal Normal

Memperlihatkan gigi Normal Normal

Sensasi 2/3 depan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Hiperakustik Tidak dilakukan Tidak dilakukan

h. N.VIII: Vestibularis

Kanan Kiri

Suara berbisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Detik arloji Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Rinne test Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Weber test Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Swabach test

Memanjang Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Memendek Tidak dilakukan Tidak dilakukan

24

Page 25: Case Ischialgia

Nistagmus

Pendular Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Vertical Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Siklikal Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Pengaruh posisi kepala Tidak dilakukan Tidak dilakukan

i. N.IX: Glossopharingeus

Kanan Kiri

Sensasi lidah 1/3

belakang

Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Reflek muntah/ Gag

reflek

Tidak dilakukan Tidak dilakukan

j. N.X: Vagus

Kanan Kiri

Arkus faring Simetris Simetris

Uvula Ditengah Ditengah

Menelan Normal Normal

Artikulasi Normal Normal

Suara Normal Normal

Nadi Teratur Teratur

k. N. XI: Asssesorius

25

Page 26: Case Ischialgia

Kanan Kiri

Menoleh ke kanan Normal Normal

Menoleh ke kiri Normal Normal

Mengangkat bahu ke

kanan

Normal Normal

Mengangkat bahu ke kiri Normal Normal

l. N. XII: Hipoglosus

Kanan Kiri

Kedudukan lidah dalam Simetris Simetris

Kedudukan lidah

dijulurkan

Simetris Simetris

Tremor + +

Fasikulasi - -

Atrofi Simetris Simetris

5. Pemeriksaan koordinasi

Cara berjalan Tidak lakukan Disatria Tidak lakukan

Romberg test Ada Disfagia Tidak lakukan

Ataksia Tidak lakukan Supinasi-pronasi Tidak lakukan

Rebound

phenomen

Tidak lakukan Tes jari hidung Tidak lakukan

Tes tumit lutut Tidak lakukan Tes hidung jari Tidak lakukan

26

Page 27: Case Ischialgia

6. Pemeriksaan fungsi Motorik

a. Badan Respirasi Normal Normal

Duduk Normal Normal

b. Berdiri &

berjalan

Gerakan

spontan

Tremor + +

Atetosis - -

Mioklonik - -

Khorea Tidak lakukan Tidak

lakukan

c. Ekstre

mitas

Superior Inferior

Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan Aktif Aktif aktif Aktif

Kekuatan 555 555 555 555

Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi

Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus

7. Pemeriksaan Sensibilitas

Sensibilitas taktil Tidak dilakukan

Sensibilitas nyeri Aktif

Sensibilitas termis Tidak dilakukan

27

Page 28: Case Ischialgia

Sensibilitas Tidak dilakukan

Sensibilitas kortikal Tidak dilakukan

Streognosis Tidak dilakukan

Pengenalan 2 titik Aktif

Pengenalan rabaan Aktif

8. System reflex

1.Fisiologi Kanan Kiri Kanan Kiri

Kornea + + Biseps ++ ++

Berbamgkis Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

Triceps ++ ++

Laring Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

APR ++ ++

Maseter Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

KPR ++ ++

Dindingperut Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

Bulboca

vernosus

Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

Atas Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

Cremater Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

Tengah Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

Sfingter Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

Bawah Tidak Tidak

28

Page 29: Case Ischialgia

dilakukan dilakukan

2. Patologis

Lengan Tungkai

Hoffman-

Tromner

Tidak

dilakukan

Babinski - -

Chaddoks - -

Oppenhei

m

- -

Gordon - -

Schaeffer - -

Klonus

paha

Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

Klonus

kaki

Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

3. Fungsi Otonom

Miksi : Normal

Defekasi : Normal

Sekresi keringat : Normal

Fungsi luhur

Kesadaran Tanda dementia

Reaksi bicara Normal Refleks

Glabela

Tidak

dilakukan

Fungsi Normal Refleks Snout Tidak

29

Page 30: Case Ischialgia

Intelektual dilakukan

Reaksi Emosi Normal Refleks

memegang

Tidak

dilakukan

Refleks

Palmomental

Tidak

dilakukan

d. Pemeriksaan lasseque dan patrick

Lasseque : +

Patrikc : +

Kontra petrikc : +

3.4. Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan Darah rutin : Hb, Ht, leukosit, trombosit

• Pemeriksaan Kimia Klinik : ( faal ginjal, faal hati, elektrolit )

• Foto rontgen lumbosakral AP dan Lateral

• Emg ( Electromyoraphy)

• MRI vertebrae Lumbal

3.5. Diagnosis

Diagnosis klinik : Iscialgia Bilateral

Diagnosis Topik : Radix Dorsalis setinggi dermatom vertebrae L4-L5

Diagnosis Etiologi : Trauma mekanik

Diagnosis Sekunder : Psikosomatik

3.6. Penatalaksanaan

Terapi Umum:

- Tirah baring 2-4 hari

30

Page 31: Case Ischialgia

- Tidur dengan alas keras

- Mengurangi berat badan (BB ideal)

- Hindari membungkuk

- Menghindari mengangkat beban yang berat

- Berenang

- Fisioterapi diatermi

Terapi Khusus

- NSAID : meloxicam tablet 2x7,5 mg

- Muscle Relaxan : diazepam tablet 3x2 mg

- Neutropik : Mikobalamin kapsul 3x500 mg

- Antikolergik : Trihexylphenidyl 3x2 mg

- Anti depresan : Amitriptyline 2x25 mg

3.7.Prognosis

a. Quo at vitam : Dubia ad Bonam

b. Quo at fungtionam : Dubia ad Bonam

c. Quo at sanationam : Dubia ad Bonam

31

Page 32: Case Ischialgia

BAB IV

DISKUSI

Seorang pasien perempuan berumur 45 tahun yang datang ke poli

neurologi rsud solok dengan diagnosis klinis Ischialgia Bilateral ec. Trauma

mekanik. Dari anamnesis didapatkan bahwa nyeri pinggang kedua sisi sejak 15

hari yang lalu. Nyeri menjalar dari pinggang ke kaki terasa kesentrum dan

kesemutan. Nyeri bertambah berat jika berdiri lama dan beraktivitas Nyeri

berkurang bila tidur dan istirahat. Nyeri ini menyebabkan pasien kesulitan dalam

beraktivitas. Keluhan disertai adanya baal mulai dari pinggang bawah, menjalar

sampai paha samping dan kaki.

Pemeriksaan fisik menunjukkan pasien merasakan nyeri dipinggang

kanan. Hasil positif ditemukan pada tes lasseque, tes patrick dan kontra patrick.

KPR dan APR mengalami penurunan. ROM fleksi, ekstensi, rotasi, terbatas.

Berdasarkan gejala dan tanda klinis tersebut pasien ini cenderung didiagnosa

sebagai Ischialgia Dextra yang terjadi pada nervus Ischiadicus. Untuk memastikan

diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah rutin

dan foto polos lumbosacral serta MRI sebagai standar pasti untuk penegakkan

diagnosis.

Nyeri pinggang dapat diatasi dengan istirahat dan pemberian obat-obatan.

Istirahat secara umum atau lokal banyak memberikan manfaat. Tirah baring pada

alas keras dimaksudkan untuk mencegah melengkungnya tulang punggung. Pada

terapi medikamentosa : NSAID : meloxicam tablet 2x7,5 mg, Muscle Relaxa :

diazepam tablet 3x2 mg, Neutropik : Mikobalamin kapsul 3x500 mg, Antikolergik

: Trihexylphenidyl 3x2 mg

32

Page 33: Case Ischialgia

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Iskhialgia adalah nyeri pada daerah tertentu sepanjang tungkai yang

merupakan manifestasi rangsangan saraf sensoris perifer dari nervus

iskhiadikus. Ahli lain berpendapat bahwa iskialgia merupakan salah satu

manifestasi dari nyeri punggung bawah yang dikarenakan adanya penjepitan

nervus iskiadikus. Iskialgia atau sciatika adalah nyeri yang menjalar

(hipoestesia, parestesia atau disastesia) ke bawah sepanjang perjalanan akar

saraf iskidikus. Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu antara

lain: kontraksi/ radang otot-otot daerah bokong, adanya perkapuran tulang

belakang atau adanya keadaan yang disebut dengan Herniasi Nukleus Pulposus

(HNP). Sciatica atau ischialgia biasanya mengenai hanya salah satu sisi. Yang

bisa menyebabkan rasa seperti ditusuk jarum, sakit nagging, atau nyeri seperti

ditembak. Ischialgia membutuhkan penanganan simtomatis, rehabilitasi serta

edukasi olahraga yang baik.

33

Page 34: Case Ischialgia

DAFTAR PUSTAKA

Dewanto, George. 2009. Diagnosis dan tatalaksana penyakit syaraf. EGC : Jakarta.

Arsono. 2009. Neurologi klinis. EGC : Jakarta.

Ngoerah, I Gusti Nengah Gde. 1995. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Syaraf.

Surabaya: Airlangga University Press

Rifki, Nurul Minaryanti. 2009. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Ischialgia

dengan Short Wave Diathermy dan Terapi Latihan Di RSUD Sragen.

Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Wagiu, Samuel A. 2005. Pendekatan Diagnostik Low Back Pain. Avaible at

http://neurology.multiply.com/journal/item/24

34