18
Laporan Kasus Limfadenitis Disusun oleh: Mutiara Dwi Murni, S.Ked 1108152096 Pembimbing: Welli Zulfikar,S.Ked.,dr.,Sp.B-KL

Case Limfadenitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ghjk

Citation preview

Laporan Kasus

Limfadenitis

Disusun oleh:Mutiara Dwi Murni, S.Ked1108152096

Pembimbing:Welli Zulfikar,S.Ked.,dr.,Sp.B-KL

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAHPROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAUPEKANBARUBAB IPENDAHULUAN

Manusia mempunyai sistem peredaran getah bening (limfa) yang juga berperan sebagai sistem transportasi seperti sistem peredaran darah. Sistem limfa berkaitan erat dengan sistem peredaran darah. Sistem limfa terdiri dari cairan limfa, pembuluh limfa, dan kelenjar limfa.1,2,3Limfadenitis adalah radang yang terjadi pada kelenjar limfa karena infeksi,merupakan suatu reaksi mikroorganisme yang terbawa oleh limfa dari daerah yang terinfeksi ke kelenjar limfa regional yang kadang-kadang membengkak. Definisi lain menyebutkan bahwa peradangan pada satu atau beberapa kelenjargetah bening. Peradangan tersebut akan menimbulkan hiperplasia kelenjargetah bening hingga terasa membesar secara klinik. Kemunculan penyakit iniditandai dengan gejala munculnya benjolan pada saluran getah beningmisalnya ketiak, leher dan sebagainya. Kelenjar getah bening yang terinfeksiakan membesar dan biasanya teraba lunak dan nyeri. Kadang-kadang kulitdiatasnya tampak merah dan teraba hangat.2,4Limfadenitis hampir selalu dihasilkan dari sebuah infeksi, yang kemungkinan disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa, ricketsia, atau jamur. Ciri khasnya, infeksi tersebut menyebar menuju kelenjar getah bening dari infeksi kulit, telinga, hidung, atau mata atau dari beberapa infeksi seperti infectious mononucleosis, infeksi cytomegalovirus, infeksi streptococcal, tuberkulosis, atau sifilis. Infeksi tersebut bisa mempengaruhi kelenjar getah bening atau hanya pada salah satu daerah pada tubuh.5Penderita limfadentis di RSUP H. Adam Malik Sumatera Utara pada tahun 2011 dengan rentang 20 50 tahun yaitu 74 dengan jenis kelamin terbanyak perempuan. Sebagian besar limfadenitis ada mengalami gejala sistemik. Pada hasil pemeriksaan didapatkan 13 orang memiliki pembesaran kelenjar berdiamteter 2 cm, 12 orang memiliki pembesaran kelenjar yang multiple, 17 orang memiliki pembesaran kelenjar dengan konsistensi kenyal, 16 orang memiliki pembesaran kelenjar tanpa disertai adanya ulkus dan 12 orang memiliki pembesaran kelenjar tanpa disertai adanya nyeri. 1.2 Batasan masalahLaporan kasus ini membahas anatomi dan fisiologi, etiologi dan patogenesis, diagnosis, penatalaksanaan limfadenitis.1.3 Tujuan PenulisanAdapun tujuan penulisan laporan kasus ini adalah :1. Memahami dan menambah wawasan mengenai Limfadenitis2. Meningkatkan kemampuan menulis ilmiah di dalam bidang kedokteran khususnya bagian ilmu bedah.3. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Riau dan RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.1.4 Metode PenulisanPenulisan laporan kasus ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan mengacu kepada beberapa literatur.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi leher dan kelenjar getah beningLeher terletak di antara thoraks dan caput. Batas di sebelah cranial adalah basis mandibula dan suatu garis yang ditarik dari angulus mandibula menuju ke processus mastoideus, linea nuchae suprema sampai ke protuberantia occipitalis eksterna. Batas kaudal dari ventral ke dorsal dibentuk oleh incisura jugularis sterni, klavicula, acromion dan suatu garis lurus yang menghubungkan kedua acromia.2 Anatomi leher dan kepala dapat dilihat pada gambar berikut.Gambar 2.1 Anatomi leher dan kepala

Jaringan leher dibungkus tiga fasia, fasia koli superfisialis membungkus m.sternokleidomastoideus dan berlanjut ke garis tengah dileher untuk bertemu dengan fasia sisi lain. Fasia koli media membungkus otot pretrakeal dan bertemu pula dengan fasia sisi lain di garis tengah yang juga merupakan pertemuan dengan fasia koli superfisialis. Ke dorsal fasia koli media membungkus a.karotis komunis, v.jugularis interna dan n.vagus jadi satu. Fasia koli profunda membungkus m.prevertebralis dan bertemu ke lateral dengan fasia koli media. Perlukaan sebelah dalam fasia koli media berbahaya karena bila terjadi infeksi hubungannya langsung kemediastinum.2,3 Anatomi otot leher dapat dilihat pada gambar berikut.Gambar 2.2 Anatomi otot leher

Berdasarkan letaknya kelenjar limfe di leher terdiri atas kelenjar preaurikuler, retroaurikuler, submandibuler, submental, juguler atas, juguler tengah, juguler bawah, segitiga leher dorsal dan supra retro klavikular.2,3 Anatomi kelenjar getah bening dapat dilihat pada gambar berikut.Gambar 2.3 Anatomi kelenjar getah beningLokasi kelenjar getah bening daerah leher dapat dibagi menjadi 6 level. Pembagian ini berguna untuk memperkirakan diagnosis. Beberapa ahli merekomendasikan perlunya evaluasi lebih spesifik atau biopsi pada limfadenopati non inguinal yang tidak diketahui penyebabnya dan berlangsung lebih dari 1 bulan.2,3Gambar 2.4 Daerah penyebaran kelenjar limfe

2.1 Definisi limfadenitisLimfadenitis adalah radang yang terjadi pada kelenjar limfa karena infeksi,merupakan suatu reaksi mikroorganisme yang terbawa oleh limfa dari daerah yang terinfeksi ke kelenjar limfa regional yang kadang-kadang membengkak. Definisi lain menyebutkan bahwa peradangan pada satu atau beberapa kelenjargetah bening. Peradangan tersebut akan menimbulkan hiperplasia kelenjargetah bening hingga terasa membesar secara klinik. Kemunculan penyakit iniditandai dengan gejala munculnya benjolan pada saluran getah beningmisalnya ketiak, leher dan sebagainya. Kelenjar getah bening yang terinfeksiakan membesar dan biasanya teraba lunak dan nyeri. Kadang-kadang kulitdiatasnya tampak merah dan teraba hangat.1,4

2.2 EtiologiLimfadenitis hampir selalu dihasilkan dari sebuah infeksi, yang kemungkinan disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa, ricketsia, atau jamur. Ciri khasnya, infeksi tersebut menyebar menuju kelenjar getah bening dari infeksi kulit, telinga, hidung, atau mata atau dari beberapa infeksi seperti infectious mononucleosis, infeksi cytomegalovirus, infeksi streptococcal, tuberkulosis, atau sifilis. Infeksi tersebut bisa mempengaruhi kelenjar getah bening atau hanya pada salah satu daerah pada tubuh.5,6

2.3Klasifikasi61.Limfadenitis Nonspesifik AkutLimfadenitis ini bentuknya terbatas pada sekelompok kelenjar getah bening yang mendrainase suatu fokus infeksi, atau mungkin generalisata apabila terrjadi infeksi bakteri atau virus sistemik. Secara histologis, tampak pusat germinativum besar yang memperlihatkan banyak gambaran mitotik. Apabila keadaan ini disebabkan oleh organisme piogenik, disekitar folikel dan di dalam sinus limfoid ditemukan infiltrat neutrofilik. Pada infeksi yang parah, pusat germinativum mengalami nekrosis sehingga terbentuk abses. Apabila infeksi terkendali, kelenjar getah bening akan kembali tampak normal atau terjadi pembentukan jaringan parut apabila dekstruktif.2.Limfadenitis Nonspesifik KronikMenimbulkan tiga pola, bergantung pada agen penyebabnya: hiperplasia folikel, hiperplasia limfoid parakorteks, atau histiositosis sinus. Hiperplasia folikel berkaitan dengan infeksi atau proses proses peradangan yang mengaktifkan sel B. Sel B dalam berbagai tahap diferensiasi berkumpul di dalam pusat germinativum besar yang bulat atau oblong (folikel sekunder). Hiperplasia limfoid parakorteks ditandai dengan perubahan reaktif di dalam regio sel T kelenjar getah bening. Sel T parafolikel mengalami proliferasi dan transformasi menjadi imunoblas yang mungkin menyebabkan lenyapnya folikel germinativum.

2.4PatofisiologiSuatu cairan disebut getah bening bersirkulasi melalui pembuluh limfatik dan mmebawa limfosit (sel darah putih) mengelilingi tubuh. limfosit ini merupakan sel-sel dari system imun yang membantu tubuh melawan penyakit. Terdapat 2 tipe utama limfosit yaitu limfosit T dan limfosit B, karena cairan limfe tidak mengandung sel darah merah maka ia berwarna putih.Pembuluh limfatik melalui kelenjar getah bening, kelenjar getah bening berisi sejumlah besar limfosit dan bertindak sebagai penyaring menangkap organisme yang menyebabkan infeksi seperti bakteri dan virus. Kelenjar getah bening cenderung bergerombol dalam suatu kelompok sebagai contoh tardapat sekelompok besar di ketiak, dileher dan lipat.pangkal paha.Ketika suatu bagian tubuh terinfeksi atau bengkak, kelenjar getah bening terdekat sering membesar dan nyeri. hal berikut ini terjadi sebagai contoh jika seseorang dengan sakit leher mengalami pembengkakan kelenjar di leher. cairan limfatik dari tenggorokan mengalir ke dalam kelenjar getah bening di leher, dimana organisme penyebab infeksi dapat dihancurkan dan dicegah penyebarannya ke bagian tubuh lainnya.5 2.5Manifestasi KlinisKelenjar getah bening yang terinfeksi membesar dan biasanya lunak dan sangat menyakitkan. Kadangkala, kulit disepanjang kelenjar yang terinfeksi tampak merah dan terasa hangat. Orang tersebut bisa mengalami demam. Kadangkala, kantung atau nanah (abses) terbentuk. Kelenjar tubuh yang membesar yang tidak menyebabkan nyeri, atau kemerahan bisa mengindikasikan gangguan serius lainnya, seperti limfoma, tuberkulosis atau hodgkin limfoma.5,6

2.6 Pemeriksaan Diagnosis6Sistem limfatik dapat diperiksa dengan sinar-X setelah penyuntikan media kontras langsung ke pembuluh limfa ditangan dan kaki. Teknik ini, limfangiografi merupakan cara mendeteksi keterlibatan nodus akibat metastase karsinoma, limfoma atau infeksi di tempat-tempat yang tidak terjangkau oleh petugas kesehatan, kecuali dengan pembedahan terbuka.Prosedur ini akan melokalisir pembuluh limfa pada masing-masing kaki (atau tangan) ketika media kontras Evans blue disuntikan secara intradermal di antara jari pertama dan kedua. Kemudian satu segmen limfatik berwarna biru diidentifikasi, diisolasi, dikanulasi dengan jarum nomor 25-30 dan dilakukan infus lambat dengan bahan kontras yang mengandung yodium dan minyak. Dua puluh empat jam menjelang penyuntikan berakhir serangkaian foto sinar-X diambil, dan dilanjutkan secara berkala apabila perlu. Nodus limfa yang teridentifikasi dapat mempertahankan bahan kontras sampai 1 tahun setelah penyuntikan, dan setiap perubahan ukuran akibat radiasi atau kemoterapi dapat diukur dan digunakan sebagai kriteria untuk menentukan efek terapi.Limfoskintigrafi merupakan alternatif limfangiografi yang terpercaya. Koloid berlabel radioaktif disuntikkan secara subkutan pada rongga interdigital kedua. Ekstremitas kemudian digerak-gerakkan untuk memperlancar aliran media dalam sistem limfatik. Kemudian diambil pencitraan secara berseri dengan jangka waktu yang telah diatur. Tidak ada efek samping yang dilaporkan.

2.7Penatalaksanaan5,6Penatalaksanaan yang spesifik pada Limfadenitis Tidak ada. Untuk mengatasi Limfadenitis adalah dengan mengeliminasi penyebab utama infeksi yang menyebabkan Limfadenitis. Limfadenitis ditangani dengan mengistirahatkan ekstremitas yang bersangkutan dan pemberitan antibiotik, penderita limdafenitis mungkin mengalami abses memerlukan insisi. Limfadenitis spesifik, misalnya oleh jamur atau tuberculosis, biasanya memerlukan biopsi atau biakan untuk menetapkan diagnosis.Pengobatan sesuai gejala harus dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Pengobatan gejala harus dimulai segera seperti pemberian:a. Analgesik (penghilang rasa sakit) untuk mengontrol nyerib. Antipiretik dapat diberikan untuk menurunkan demamc. Antibiotik untuk mengobati setiap infeksi sedang sampai beratd. Obat anti inflamasi untuk mengurangi peradangane. Kompres dingin untuk mengurangi peradangan dan nyerif. Operasi mungkin diperlukan untuk mengeringkan abses.Tatalaksana pembesaran kelenjar getah bening leher didasarkan kepada penyebabnya. Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan biopsy kelenjar getah bening. Biopsy dilakukan bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan kepada keganasan, kelenjar getah bening yang menetap atau bertambah besar dengan pengobatan yang tepat, atau diagnosis belum dapat ditegakkan.Secara umum pengobatan Limfadenitis yaitu :a. Pengobatan dilakukan dengan tuberkulositik.bila terjadi abses,perlu dilakukan aspirasi dan bila tidak berhasil, sebaiknya dilakukan insisi serta pengangkatan dinding abses dan kelenjar getah bening yang bersangkutan.b. Pembesaran kelenjar getah bening biasanya disebabkan oleh virus dan sembuh sendiri, walaupun pembesaran kelenjar getah bening dapat berlangsung mingguan. Pengobatan pada infeksi kelenjar getah bening oleh bakteri (limfadenitis) adalahantibiotik oral 10 hari dengan pemantauan dalam 2 hari pertamaflucloxacillindosis : 25 mg/kgBB 4 kali sehari. Bila ada reaksi alergi terhadap antibiotic golongan penicillin dapat diberikan cephalexindengan dosis : 25 mg/kgBB(dosis maksimal 500 mg) 3 kali sehari atauerythromycin15 mg/kgBB (dosis maksimal : 500 mg) 3 kali sehari.c. Bila penyebab limfadenopati adalah mycobacterium tuberculosis maka diberikan obat anti tuberculosis selama 6 bulan.Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengklasifikasikan limfadenitis TB kedalam TB di luar paru dengan paduan obat 2RHZE/10RH.British Thoracic Society Research Committee and Compbell(BTSRCC) merekomendasikan pengobatan selama 9 bulan dalamregimen 2RHE/7RH.

BAB IIILAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIENNama: An. HerlinaUmur: 28 tahun Jenis Kelamin: PerempuanAgama: IslamBangsa: IndonesiaAlamat: PekanbaruPekerjaan: PelajarMRS: 29 Juni 2015

II. ANAMNESIS Keluhan Utama:Pasien mengeluhkan adanya benjolan sejak 6 bulan yang lalu. Riwayat Penyakit Sekarang Sejak 6 Bulan yang lalu pasien mengeluhkan berat badan menurut 6 kg dari 46 kg menjadi 40 kg. pada benjolan berdenyut, ukuran menetap, mobile dan ditekan tidak sakit.

Riwayat Penyakit DahuluTidak ada. Riwayat Penyakit KeluargaKeluarga menderita Tuberkulosis paru.Riwayat pengobatanTidak ada.

III. PEMERIKSAAN FISIK (29 Juni 2015)Keadaan Umum: Tampak sakit ringan Kesadaran: Komposmentis GCS : 15 (E4 M6 V5) Pernafasan: 22x/menitNadi: 85x/menitSuhu: 36,5C

Status generalis : Mata: konjungtiva anemis +/- , sklera ikterik -/-, pupil isokor, reflek cahaya +/+Pemeriksaan ToraksParu (Dalam batas normal)Inspeksi: Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan Penggunaan otot bantu nafas (-)Palpasi: Vokal fremitus simetris kiri dan kananPerkusi: Sonor pada kedua lapangan paruAuskultasi: Vesikuler (+/+), wheezing (-), ronkhi (-)Jantung (Dalam batas normal)Inspeksi: Iktus kordis tidak terlihatPalpasi: Iktus kordis tidak terabaPerkusi: Batas jantung dalam batas normalAuskultasi: S1 dan S2 reguler, murmur tidak ada, gallop tidak adaAbdomen (Dalam batas normal)Inspeksi: simetrisAuskultasi: bising usus normal 10 x/menitPerkusi: timpaniPalpasi: nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, massa tidak teraba

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan histopatologi:Gambaran sitologik sesuai dengan limfadenitis kronik yang spesifik.

V. Tindakan yang telah dilakukanTidak ada.

VI. Tindakan yang direncanakanTidak ada.

VII. RESUMESejak 6 Bulan yang lalu (Desember 2014) pasien mengeluhkan adanya benjolan. Benjolan semakin hari semakin membesar serta pasien mengeluhkan berat badan menurut sebanyak 6 kg. Pada histopatologi ditemukan gambaran limfadenitis kronik spesifik.

VIII. DIAGNOSISI AKHIRLimfadenitis TB

IX. PENATALAKSANAANFarmakologi : 150/75/400/275Rifampisin: 1 x 450 mgINH: 1 x 300 mgPirazinamid: 1 x 1000 mgEtambutol: 1 x 1000 mg

3

11