45
BAB I PENDAHULUAN Infeksi Saluran Napas Bawah Akut (ISNBA) masih menjadi masalah kesehatan yang utama terutama di negara- negara berkembang dan menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi. ISNBA dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, tersering adalah pneumonia. Pneumonia merupakan proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Juga bisa didefinisikan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat dengan gejala-gejala batuk, demam dan sesak nafas. 1,2,3,5 Secara klinis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit, dan lain- lain). Secara anatomis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai pneumonia lobaris, pneumonia segmentalis, dan pneumonia lobularis yang dikenal sebagai bronkopneumonia dan biasanya mengenai paru bagian bawah. 1,2 Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran napas yang terbanyak didapatkan dan sering merupakan penyebab kematian hampir di seluruh dunia. Di 1

Case Pneumonia

  • Upload
    diana

  • View
    264

  • Download
    12

Embed Size (px)

DESCRIPTION

docs

Citation preview

STATUS PASIEN

BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi Saluran Napas Bawah Akut (ISNBA) masih menjadi masalah kesehatan yang utama terutama di negara-negara berkembang dan menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi. ISNBA dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, tersering adalah pneumonia. Pneumonia merupakan proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Juga bisa didefinisikan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat dengan gejala-gejala batuk, demam dan sesak nafas. 1,2,3,5

Secara klinis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit, dan lain-lain). Secara anatomis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai pneumonia lobaris, pneumonia segmentalis, dan pneumonia lobularis yang dikenal sebagai bronkopneumonia dan biasanya mengenai paru bagian bawah.1,2

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran napas yang terbanyak didapatkan dan sering merupakan penyebab kematian hampir di seluruh dunia. Di Amerika pneumonia mencapai 13% dari semua penyakit infeksi pada anak usia < 2 tahun. Berdasarkan penelitian insidensi pneumonia didapat 4 kasus dari 100 anak prasekolah, 2 kasus dari 100 anak umur 5-9 tahun dan 1 kasus dari 100 anak umur 9-15 tahun. UNICEF memperkirakan bahwa 3 juta anak di dunia meninggal karena pneumonia setiap tahun. Meskipun penyakit ini lebih banyak ditemukan pada daerah berkembang akan tetapi di negara majupun ditemukan kasus yang cukup signifikan. 2,3

Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 menunjukkan prevalensi nasional ISPA 25,5%, angka morbiditas pneumonia pada bayi 2,2%, balita 3%, angka mortalitas pada bayi 23,8% dan balita 15,5%. 2,3

Pemeriksaan foto polos thoraks merupakan salah satu pemeriksaan penunjang dalam menegakkan diagnosis pneumonia. Gambaran yang berbeda dari thorax dapat diperoleh dengan merubah orientasi relatif tubuh dan arah pancaran x-ray.1,2BAB II

LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS Nama: Ny. S

Usia: 59 tahun

Jenis Kelamin: Perempuan

Pendidikan Terakhir: SD

Pekerjaan: Ibu rumah tangga

Status: Menikah

Alamat: Rengasdengklok, Karawang

Suku Bangsa / Agama: Sunda / Islams

No. Rekam Medis: 00595939

Tanggal Masuk: 2 Juli 2015

1.2 ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan di bangsal rengasdengklok pada tanggal 17 Juni 2015 secara autoanamnesis.Keluhan Utama

Demam sejak 3 minggu SMRS.

Keluhan Tambahan

Menggigil, batuk, keringat dingin, nafsu makan menurun, nyeri kepala, nyeri ulu hati, berat badan menurun, mual, muntah, sesak, BAB hitam.Riwayat Penyakit SekarangOS datang ke IGD RSUD Karawang dengan keluhan demam sejak 3 minggu SMRS. Awalnya demam dirasakan hanya sumeng saja, namun seminggu terakhir demam semakin tinggi sehingga pasien menggigil. Demam hilang timbul dan awalnya hanya dirasakan saat malam hari saja, namun saat demam semakin tinggi demam hilang bila os minum obat penurun demam. Os juga mengeluh batuk berdahak warna putih sejak 1 bulan SMRS, sulit tidur dan sering keluar keringat dingin pada malam hari. Nafsu makan menurun akibat pasien merasa mual, saat 1 hari SMRS pasien sempat muntah 1x isi makanan dan BAB berwarna hitam. Os juga merasa sesak, nyeri kepala dan nyeri ulu hati. Sesak dirasakan hilang timbul, sesak timbul terutama ketika batuk. Os mengaku terdapat penurunan berat badan 12 kg dalam 1 bulan terakhir. Riwayat Penyakit DahuluOS menyangkal terdapat riwayat penyakit asma, DM, hipertensi, penyakit jantung, penyakit paru dan alergi.

Riwayat Penyakit Keluarga

Os mengaku tidak terdapat keluarga dengan keluhan serupa. Tidak terdapat keluarga yang menderita TB.Riwayat pengobatan

Pasien mengaku berobat ke mantri, di diagnosa dan diterapi untuk demam tifoid.Riwayat Kebiasaan

Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, minum alkohol. Os jarang berolahraga.

Riwayat Lingkungan

Pasien mengaku di lingkungan tempat tinggalnya tidak ada yang mengalami hal serupa.

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan di bangsal Rengasdengklok pada tanggal 3 Juli 2015. KU

: Tampak sakit sedang

Kesadaran: Compos mentis, GCS E4 M6 V5 Status Gizi: Kesan gizi baik Tanda Vital

- Nadi

: 72 x/menit reguler

- Pernapasan

: 20 x/menit, irama teratur

- Suhu

: 37,4o C

- TD

: 120/80 mmHg

Kepala : normosefali, rambut berwarna hitam beruban, distribusi merata, tidak kering dan tidak mudah dicabut

Mata : Konjungtiva anemis (-)/(-), sklera ikterik (-)/(-), sekret (-)/(-), pupil isokor dengan diameter 3 mm/3 mm, RCL (+)/(+), RCTL (+)/(+), ptosis (-)/(-), nistagmus (-) /(-), lagoftalmus (-)/(-)

Telinga, Hidung,Tenggorokan

Telinga :

Inspeksi :

Preaurikuler : hiperemis (-)/(-)

Postaurikuler : hiperemis (-)/(-), abses (-)/(-), massa (-)/(-)

Liang telinga : lapang, serumen (+)/(+), otorhea (-)/(-)

Hidung :

- Inspeksi : deformitas (-), kavum nasi lapang, sekret (-)/(-), deviasi septum (-)/(-), edema (-)/(-)

- Palpasi : nyeri tekan pada sinus maksilaris (-)/(-), etmoidalis(-)/(-), frontalis(-)/(-)

Tenggorokan dan rongga mulut :

- Inspeksi :

Lidah : pergerakan simetris, plak (-)

Palatum mole dan uvula simetris pada keadaan diam dan bergerak, arkus faring simetris, penonjolan (-)

Tonsil : T1/T1, kripta (-)/(-), detritus(-)/(-), hiperemis (-)

Dinding anterior faring licin, hiperemis (-)

Pursed lips breathing (-), karies gigi (-), kandidisasis oral (-)

Leher

Tiroid dan KGB tidak teraba membesar Tidak terdapat peningkatan JVP Trakea teraba di tengah dan tidak ada deviasi Thoraks

Paru

Inspeksi : penggunaan otot bantuan nafas (-)/(-), retraksi sela iga (-/-), bentuk dada normal, pergerakan kedua paru simetris statis dan dinamis Palpasi : ekspansi dada simetris, vocal fremitus menguat pada lapang paru dextra, pelebaran sela iga (-)/(-)

Perkusi :

Redup pada lapang paru dextra, Sonor pada lapang paru sinistraBatas paru hati : pada garis midklavikula kanan sela iga V

Batas paru lambung : pada garis aksilaris anterior kiri sela iga VIII

Auskultasi : suara nafas vesikuler (+/+), wheezing (+/-), ronki (+/-)

Jantung

Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak terlihat Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba pada 1 cm di medial linea midklavikula sinistra ICS V, thrill (-)

Perkusi : batas jantung kanan pada ICS IV linea sternalis dekstra, batas jantung kiri pada ICS V linea midklavikula sinistra.

Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : datar, ikterik (-), venektasi (-), smiling umbilicus (-), caput medusae (-), sikatriks (-). Auskultasi : BU (+) normal

Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (+), massa (-), Hepar tidak teraba, Lien tidak teraba. Ballotement (-).

Perkusi : timpani, shifting dullnes (-), nyeri ketok CVA (-)/(-)

Ekstremitas

Atas : Akral teraba hangat, sianosis (-), CRT < 2 detik, edema (-)/(-), deformitas (-) Bawah : Akral teraba hangat, sianosis (-), CRT < 2 detik, edema (-)/(-), deformitas (-) 1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan hematologi tanggal 2 Juli 2015 di IGD

ParameterHasilNilai Rujukan

Hemoglobin11,1 g/dl13,0-18,0 g/dl

Leukosit5,99 x103/L3,80-10,60 x103/L

Trombosit98 x 103/L150-440 x103/L

Hematokrit32,6 %40,0-52,0 %

Ureum22,5 mg/dl15,0-50,0 mg/dl

Creatinin0,4 mg/dl0,60-1,10 mg/dl

Glukosa darah sewaktu140 mg/dl50%, tampak bercak kesuraman pada lobus superior dextra berbatas tegas, sinus costofrenikus kanan kiri tajam. Kesan: - Pneumonia Lobaris

- Susp TB Paru1.5 DIAGNOSIS KERJA

PneumoniaSuspek TB Paru Dextra1.6 DIAGNOSIS BANDING

AtelektasisTumor paru1.7 PEMERIKSAAN TAMBAHAN

Pemeriksaan sputum S-P-S

1.8 PENATALAKSANAAN

IVFD Asering 20 tpmInj. Ceftizoxime 2 x 1 g

Inj. Ranitidin 2 x 1 amp

Inj. Ondansetron 3 x 1 amp

Paracetamol 3 x 500 mg iv

1.9 FOLLOW UPHari Ke-I (Jumat 3 Juli 2015)

SubyektifOs mengeluh demam, lemas, batuk berdahak putih, BAB hitam kemarin, nyeri kepala, sulit tidur, intake sulit.

Objektif Keadaan Umum :Compos mentis, tampak sakit sedang Tanda Vital :BP 120/80mmHg; HR 72 x/m; RR 20x/m; T 37,4oC

Kepala :

Normocephali, CA +/+, SI -/-

Tenggorok:

T1/T1, faring hiperemis (-)

Leher :KGB TTM

Thorax :Pulmo simetris saat statis dan dinamis, redup pada lapang paru kanan, sonor pada lapang paru kiri, suara nafas vesikular +/+, Rhonchi +/-, Wheezing +/-.Cor BJI BJII regular, Murmur -, Gallop

Abdomen :

Datar, supel, BU +, shifting dullness (-), NT (-)

Extermitas :

Hangat ++/++, oedema --/--

AnalisaPneumoniaSusp. TB Paru dextra

PlanningIVFD Asering 20 tpm

Inj. Ceftizoxime 2 x 1 g

Inj. Ranitidin 2 x 1 amp

Inj. Ondansetron 3 x 1 amp

Paracetamol 3 x 500 mg iv

Periksa LED

Hasil pemeriksaan lab 03/06/15:ParameterHasilNilai Rujukan

Hemoglobin10,3 g/dl13,0-18,0 g/dl

Leukosit4,99 x103/L3,80-10,60 x103/L

Trombosit71 x 103/L150-440 x103/L

Hematokrit29,5 %40,0-52,0 %

LED80 mm/jam0-20 mm/jam

Hari Ke-IV (Senin 6 Juli 2015)

SubyektifOs mengeluh demam, lemas, batuk berdahak putih, nyeri kepala, sulit tidur, intake sulit.

Objektif Keadaan Umum :Compos mentis, tampak sakit sedang, gizi cukup

Tanda Vital :BP 120/70mmHg; HR 78 x/m; RR 24x/m; T 37,1oC

Kepala :

Normocephali, CA -/-, SI -/-

Tenggorok:

T1/T1, faring hiperemis (-)

Leher :KGB TTM

Thorax : Pulmo simetris saat statis dan dinamis, redup pada lapang paru kanan, sonor pada lapang paru kiri, suara nafas vesikular +/+, Rhonchi +/-, Wheezing +/-.Cor BJI BJII regular, Murmur -, Gallop

Abdomen :

Datar, supel, BU +, shifting dullness (-), NT (-) Extermitas :

Hangat ++/++, oedema --/--

AnalisaPneumoniaSusp. TB paru Dextra

PlanningIVFD Asering 20 tpm

Inj. Ceftizoxime 2 x 1 g

Inj. Ranitidin 2 x 1 amp

Inj. Ondansetron 3 x 1 amp

Paracetamol 3 x 500 mg iv

Konsul paru dan alih rawat bangsal cikampek

1.10 PROGNOSIS Ad Vitam: ad bonam

Ad Functionam: dubia ad bonam

Ad Sanationam: dubia ad bonam

BAB III

ANALISIS KASUS

Keluhan utama pasien adalah demam sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit. Disertai dengan keluhan tambahan berupa Menggigil, batuk, keringat dingin, nafsu makan menurun, nyeri kepala, nyeri ulu hati, berat badan menurun, mual, muntah, sesak, BAB hitam. Keluhan demam dapat disebabkan infeksi pada paru yang menghasilkan reaksi inflamasi. Batuk pada pasien terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Nyeri ulu hati dan adanya riwayat BAB hitam ini dapat disebabkan oleh perdarahan saluran cerna bagian atas, kemungkinan besar pasien mengalami perdarahan spontan akibat trombositopenia yang dialami oleh pasien.Diagnosis kerja pneumonia dan suspek TB paru ditegakkan berdasarkan hasil hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari hasil anamesis didapatkan pasien mengeluhkan demam sejak 3 minggu yang lalu dan memberat pada 1 minggu terakhir, batuk berdahak berwarna putih selama 4 minggu, penurunan berat badan. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan adanya perkusi yang redup di lapang paru kanan, sonor pada lapang paru kiri serta adanya rhonci basah pada thorax bagian kanan. Pada foto thorax didapatkan kesan pneumonia lobaris dan suspek TB paru. BAB IV

PNEUMONIAA. Anatomi Paru-paru

Paru-paru merupakan organ yang berbentuk kerucut, letaknya didalam rongga dada (thorax). Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar, setiap paru-paru mempunyai apeks dan basis.2,3

Paru-paru kanan dibagi 3 lobus : lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior. Paru-paru kanan terbagi lagi atas 10 segmen : pada lobus superior terdiri atas 3 segmen yakni segmen pertama adalah segmen apical, segmen kedua adalah segmen posterior, dan segmen ketiga adalah segmen anterior. Pada lobus medius terdiri atas 2 segmen yakni segmen keempat adalah segmen lateral, dan segmen kelima adalah segmen medial. Pada lobus inferior terdiri atas 5 segmen yakni segmen keenam adalam segmen apical, segmen ketujuh adalah segmen mediobasal, segmen kedelapan adalah segmen anteriobasal, segmen kesembilan adalah segmen laterobasal, dan segmen kesepuluh adalah segmen posteriobasal.2,3

Paru-paru kiri terbagi 2 lobus : lobus superior dan lobus inferior. Paru-paru kiri terdiri dari 8 segmen : pada lobus superior terdiri dari segmen pertama adalah segmen apikoposterior, segmen kedua adalah segmen anterior, segmen ketiga adalah segmen superior, segmen keempat adalah segmen inferior. Pada lobus inferior terdiri dari segmen kelima segmen apical atau segmen superior, segmen keenam adalah segmen mediobasal atau kardiak, segmen ketujuh adalah segmen anterobasal dan segmen kedelapan adalah segmen posterobasal.2,3

B. Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah peradangan parenkim paru dimana asinus terisi oleh cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam interstitium. Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk, sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh penyebab non infeksi (bahan kimia, radiasi, obat-obatan) lazimnya disebut pneumonitis.2,5,6,7,8

C. Faktor Resiko

Pneumonia semakin sering dijumpai pada golongan lanjut usia, pasien dengan panyakit menahun serta pada penderita penyakit paru obstruksi kronik. Juga dapat terjadi pada pasien dengan penyakit lain seperti diabetes melitus, payah jantung, penyakit arteri koroner, keganasan, insufisiensi renal, penyakit saraf kronik, dan penyakit hati kronik. Faktor predisposisi lain berupa kebiasaan merokok, pasca infeksi virus, keadaan imunodefisiensi, kelemahan atau kelainan struktur organ dada dan penurunan kesadaran. Juga adanya tindakan infasif seperti infus, intubasi, trakeostomi atau pemasangan ventilator.2,5

D. Etiologi

Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme : bakteri, virus, jamur dan protozoa. Data dari kepustakaan, pneumoni yang didapat dari masyarakat (community-acquired pneumonia / pneumonia komuniti) banyak disebabkan oleh bakteri gram positif, sebaliknya pneumonia yang didapat di rumah sakit (hospital-aquired pneumonia / pneumonia nosokomial) banyak disebabkan oleh bakteri gram negatif, sedang pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri anaerob. Meskipun demikian, di Indonesia akhir-akhir ini sering dilaporkan dari beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa kuman yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri gram negatif.1,2,3,7,8

Tabel 1. Penyebab tersering Pneumonia yang didapat di masyarakat dan

nosokomial.3LOKASI SUMBERPENYEBAB

MasyarakatStrepcoccus pneumoniae

Mycoplasma pneumoniae

Haemophilus influenza

Legionella pneumophila

Chlamydia pneumoniae

Anaerob oral (aspirasi)

Adenovirus

Rumah SakitEscherichia coliKlebsiella pneumoniaePseudomonas aeruginosa

Staphylococcus aureus

E. Patogenesis

Dalam keadaan sehat pada paru tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan lingkungan, maka mikroorganisme dapat masuk, berkembang biak dan menimbulkan penyakit. Risiko terjadinya infeksi pada paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk mencapai dan merusak permukaan epitel saluran napas. Ada beberapa cara mikroorganisme untuk mencapai dan merusak permukaan saluran nafas :Inokulasi langsung, penyebaran melalui pembuluh darah, inhalasi bahan aerosol, kolonisasi pada permukaan mukosa. Terbanyak adalah kolonisasi. Predisposisi: influenza, alkoholisme, gizi kurang. Komorbid: diabetes melitus, gagal ginjal , gangguan imunitas, PPOK. 2,5,7,8F. Patologi Anatomi

Terdapat 4 stadium anatomi dari pneumonia lobaris, yaitu:5,6

a) Stadium kongesti, terdiri dari proliferasi cepat dari bakteri dengan peningkatan vaskularisasi dan eksudasi yang serius, sehingga lobus yang terkena akan berat, merah penuh dengan cairan. Rongga alveolar mengandung cairan edema yang berprotein, neutrofil yang menyebar dan banyak bakteri. Susunan alveolar masih tampak.

b) Stadium hepatisasi merah terjadi oleh karena rongga udara dipenuhi dengan eksudat fibrinosupuratif yang berakibat konsolidasi kongestif yang menyerupai hepar pada jaringan paru. Benang-benang fibrin dapat mengalir dari suatu alveolus melalui pori-pori yang berdekatan.

c) Stadium hepatisasi kelabu (konsulidasi) melibatkan desintegrasi progresif dari leukosit dan eritrosit bersamaan dengan penumpukan terus-menerus dari fibrin diantara alveoli.

d) Stadium akhir yaitu resolusi, mengikuti kasus-kasus tanpa komplikasi. Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk. Parenkim paru kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan normal.

G. Klasifikasi

Pneumonia diklasifikasikan ke beberapa kelompok, diantaranya:2,5,6,7,8

1. Menurut penyakit bawaan

a) Pneumonia primer : radang paru yang terserang pada orang yang tidak mempunyai faktor resiko tertentu. Kuman penyebab utama yaitu S. pneumoniae, Hemophilus influenzae, juga virus penyebab infeksi pernapasan (Influenza, Parainfluenza, RSV). Selain itu juga bakteri pneumonia yang tidak khas (atypical) yaitu mikoplasma, chlamydia, dan legionella.

b) Pneumonia sekunder : terjadi pada orang dengan faktor predisposisi, selain penderita penyakit paru lainnnya seperti COPD, terutama juga bagi mereka yang mempunyai penyakit menahun seperti diabetes melitus, HIV, kanker, dll.

2. Menurut tempat asal terjadinya infeksi

a) Community acquired pneumonia (CAP; pneumonia yang terjadi di lingkungan rumah), juga termasuk Pneumonia yang terjadi di rumah sakit dengan masa inap 37,80c)

Gejala Minor: 1. sesak napas

2. nyeri dada

3. konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik

4. jumlah leukosit >12.000/(L

Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian atas selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil, suhu tubuh kadang-kadang melebihi 40 C, sakit tenggorokan, nyeri otot dan sendi. Juga disertai batuk, dengan sputum mukoid atau purulen, kadang-kadang berdarah. Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernafas, pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang melemah. Mungkin disertai ronkhi halus, yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar pada stadium resolusi. Pneumonia pada usia lanjut seringkali memberikan gejala yang tidak khas. Selain batuk dan demam pasien tidak jarang datang dengan keluhan gangguan kesadaran (delirium), tidak mau makan, jatuh, dan inkontinensia akut 2,4,5,7Anamnesis

Ditujukan untuk mengetahui kemungkinan kuman penyebab yang berhubungan dengan faktor infeksi :

a) Evaluasi faktor presdiposisi: PPOK (H. influenzae), penurunan imunitas (Pneumocystic carinil, CMV, Legionella, jamur, Mycobacterium), kecanduan obat bius (Staphylococcus)

b) Usia pasien: bayi (virus), muda (M. pneumoniae), dewasa (S.pneumoniae)

c) Awitan; cepat, akut dengan rusty coloured sputum (S. pneumoniae); perlahan dengan batuk, dahak sedikit (M. pneumoniae).

Pemeriksaan fisis Presentasi bervariasi tergantung etiologi, usia dan keadaan klinis. Perhatikan gejala klinis yang mengarah tipe kuman penyebab/patogenitas kuman dan tingkat berat penyakit:

a) Awitan akut biasanya oleh kuman patogen seperti S. pneumoniae, Streptococcus spp. Staphyloccus. Pneumonia virus ditandai dengan mialgia, malaise, batuk kering dan nonproduktif. Awitan lebih insidious dan ringan pada orang tua/imunitas menurun misalnya: Klebsiella, Pseudomonas, Enterobacteriaceae, kuman anerob, jamur.

b) Tanda-tanda fisis pada tipe pneumonia klasik bisa didapatkan berua demam, sesak napas, tanda-tanda konsulidasi paru (perkusi paru yang pekak, ronki nyaring, suara pernapasan bronchial). Bentuk klasik pada PK primer berupa bronkopneumonia, pneumonia lobaris atau pleuropneumonia. Gejala atau bentuk yang tidak khas dijumpai pada PK sekunder ataupun PN. Dapat diperoleh bentuk manifestasi lain infeksi paru seperti efusi pleura, pneumotoraks/hidropneumotoraks. c) Warna, konsistensi, dan jumlah spuum penting untuk diperhatikan.Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan Laboratorium Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri; leukosit normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi yang berat sehingga tidak terjadi respons leukosi. Leukopenia menunjukkan depresi imunitas, misalnya neutropenia pada infeksi kuman Gram negatif atau S. aereus pada pasien dengan keganasan dan gangguan kekebalan. Faal hati mungkin terganggu.b. Pemeriksaan Bakteriologis Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, aspirasi, jarum transtokoral, torakkosentesis, bronkoskopi, atau biopsy. Untuk tujuan terapi empiris dilakukan pemeriksaan apus Gram, Burri Gin, Quellung test dan Z. Nielsen. Kuman yang predominan pada sputum yang disertai PMN yang kemungkinan merupakan penyebab infeksi. Kultur kuman merupakan pemeriksaan utama pra terapi dan bermanfaat untuk evaluasi terapi selanjutnya.c. Pemeriksaan Radiologi

Gambaran radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain: 1,4,5a) Perselubungan homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau segment paru secara anatomis. Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas.

b) Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil. Tidak tampak deviasi trachea/septum/fissure/ seperti pada atelektasis.

c) Silhouette sign (+) : untuk menentukan letak lesi paru ; batas lesi dengan jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di lobus medius kanan.

d) Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura.

e) Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir terkena.

f) Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler.

g) Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign.

a. Pneumonia lobaris

Terjadi pada seluruh atau satu bagian besar dari lobus paru. Pada foto thorax PA tampak infiltrate diparenkim paru periferyang semiopak, homogeny tipis seperti awan, berbatas tegas, bagian periferlebih opak di banding bagian sentral. Konsolidasi parenkim paru tanpa melibatkan jalan udara mengakibatkan timbulnya air bronkogram. Tampakpelebaran dinding bronkhiolus. Tidak ada volume loss pada pneumonia tipe ini. 1,4

Gambar 2. Pneumonia lobaris pada lobus kanan bawah (RLL) posisi PA lateral

(1)(2)

Gambar 3. Pneumonia lobaris RML lateral (1)

Pneumonia lobaris RML Sagital CT scan (2)

Gambar 4. PGambar 4. Pneumonia lobaris lobus kanan bawah (LLL) AP lateral

b. BronkopneumoniaGambaran radiologis bronkopneumonia: mempunyai bentuk difus bilateral dengan peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang tersebardi pinggir lapang paru. Bayangan bercak ini sering terlihat pada lobus bawah.Tampak infiltrate peribronkial yang semi opak dan inhomogen di daerah hilus yang menyebabkan batas jantung menghilang (silhoute sign). Tampak juga airbronkogram, dapat terjadi nekrosis dan kavitas pada parenkim paru. Pada keadaan yang lebih lanjut dimana semakin banyak alveolus yang telibat maka gambaran opakmenjadi terlihat homogen. 1,4

(1)

(2)Gambar 5. Bronkopneumonia kanan (1) Bronkopneumonia bilateral PA (2)

Infiltrat interstitial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskuler, peribronchial cuffing, dan hiperaerasi

Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru-paru dengan air bronchogram

Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.

c. Round Pneumonia

Pneumonia ini sering terlihat pada infeksi di masa kanak-kanak dan dapat menyerupai suatu massa dalam paru. Petunjuk untuk pola ini adalah adanya air bronchogram di dalam bayangan opak. Round Pneumonia terjadi karena infeksi mudah menyebar melalui foramen interalveolar. 1,4,5

Round pneumonia in right lower lobe PA Round pneumonia pada paru kanan (RML) PA

d. Pneumonia interstitial

Pneumonia interstitial ditandai dengan pola linear atau retikuler pada parenkim paru. Pada tahap akhir, dijumpai penebalan jaringan interstitial sebagai densitas noduler yang kecil. Infiltrat interstitial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskuler, peribronchial cuffing, dan hiperaerasi 1e. Atypical pneumonia

Tempat terjadinya infeksi terutama di intertitium, karena itu disebut interstitial pneumonia. Infiltrasi sel dan edema yang terjadi menyebabkan semakin jauhnya jarak alveoli dengan pembuluh darah kapiler paru sehingga pertukaran udara atau oksigen terhambat, akibatnya pasien merasa sesak nafas. Didalam alveoli hampir tidak berisi cairan, karena itu pasien tidak batuk berdahak. Kuman penyebab terutama yang hidup didalam sel seperti virus; Chlamydia pneumonia, mikoplasma pneumoniae; serta coxiella burnetti & chlamidia trachomatis ( jarang). Gejala klinis utama adalah sesak nafas dan batuk tidak berdahak. Juga tidak terjadi demam, kenikan suhu badan hanya minimal. 1,4J. DIAGNOSIS BANDING

Differential Diagnosis dari penyakit pneumonia adalah sebagai berikut: Tuberculosis Paru (TB)Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh M. tuberculosis. Jalan masuk untuk organism M. tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan. Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang produktif (durasi lebih dari 3 minggu), nyeri dada, dan hemoptisis dan gejala sistemik meliputi demam, menggigil, keringat malam, lemas, hilang nafsu makan dan penurunan berat badan. 1,4,5

Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA

Atelektasis

Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak mengandung udara dan kolaps. Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram. Namun terdapat penarikan jantung, trakea, dan mediastinum ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit. Sehingga akan tampak thorax asimetris. 1,4,5

Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA

Efusi Pleura

Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia, tanpa air bronchogram. Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung, trakea, dan mediastinum kearah yang sehat. Rongga thorax membesar. Pada edusi pleura sebagian akan tampak meniscus sign, tanda khas pada efusi pleura. 1,4,5

Efusi pleura pada foto thorax posisi PA

Pemeriksaan radiologi, dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia. Terutama apabila dari pemeriksaan fisik memang menunjukan kelainan di paru dan membutuhkan pemeriksaan peunjang berupa foto thorax. Koordinasi antara pemeriksaan klinis, laboratorium dan radiologi akan dapat menunjang penegakan diagnosis yang tepat. 1,4,5

Gambaran khas pada pneumonia adalah adanya perselubungan dengan adanya gambaran air bronchogram. Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran khas tersebut. Untuk menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto thorax, melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit, dan juga pemeriksaan laboratorium. 1,4,5

Untuk membedakan antara pneumonia, atelektasis, dan efusi pleura dilihat dari adanya penarikan atau pendorongan jantung, trakea dan mediastinum ke arah yang sakit atau sehat. Sementara untuk membedakan pneumonia dengan TB adalah dilihat dari ada atau tidaknya kavitas yang umumnya terdapat pada lobus paru bagian atas. Jadi dalam menegakkan pneumonia, sangat diperlukan gambaran radiologis untuk penegakan diagnosis disamping pemeriksaan laboratorium. 1,4,5BAB V

KESIMPULAN

Pneumonia adalah peradangan parenkim paru dimana asinus terisi oleh cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam interstitium. Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk, sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh penyebab non infeksi (bahan kimia, radiasi, obat-obatan) lazimnya disebut pneumonitis.

Pneumonia sering dijumpai pada golongan lanjut usia, pasien dengan panyakit menahun serta pada penderita PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik). Juga dapat terjadi pada pasien dengan penyakit lain seperti DM, payah jantung, penyakit arteri koroner, keganasan, insufisiensi renal, penyakit saraf kronik, dan penyakit hati kronik, kebiasaan merokok, pasca infeksi virus, keadaan imunodefisiensi, kelemahan atau kelainan struktur organ dada dan penurunan kesadaran. Juga adanya tindakan invasive seperti infuse, intubasi, trakeostomi atau pemasangan ventilator.

Etiologi pneumonia berbeda-beda pada berbagai tipe dari pneumonia dan hal ini berdampak kepada obat yang akan diberikan. Mikroorganisme penyebab tersering adalah bakteri S. Pneumoniae.Gambaran radiologi pneumonia adalah konsolidasi rongga udara akibat rongga udara alveolar terisi dengan eksudat inflamatorik yang disebabkan infeksi sehingga akan menyebabkan peningkatan densitas paru dan tampak berwarna putih atau tampak sebagai bayangan opak fokal.

DAFTAR PUSTAKA1. Rasad, Sjariar. 2008. Radiologi Diagnostik, Edisi Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta

2. Aru W, Bambang, Idrus A, Marcellus, Siti S, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM; 2007.

3. Price, Sylvia A., Wilso, Loraine M. 2008. Patofisiologi, Konsep klinis Proses-Proses Penyakit, Buku II, edisi keempat. Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

4. Palmer, dkk. 2010, Petunjuk Membaca Foto untuk Dokter Umum, EGC, Jakarta

5. Wibisono, Jusuf M. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru, Balai penerbit FK UNAIR, Surabaya

6. American thoracic society. Guidelines for management of adults with Guidelines for the Management of Adults with Hospital-acquired, Ventilator-associated, and Healthcare-associated Pneumonia. Am J Respir Crit.Care Med 2005; 171: 388-416.

7. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Pedoman Diagnosis dan penatalaksanaan Pneumonia Komuniti.

8. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Pedoman Diagnosis dan penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial.23