14
1 Laporan Kasus Enkrustasi Kateter Foley Ricky Agave Ompusunggu*. Sunaryo Hardjowijoto** ABSTRAK Enkrustasi kateter Foley merupakan salah satu penyulit pada penggunaan indwelling catheterjika tidak dirawat secara baik. Kami melaporkan pasien anak laki-laki usia 12 tahun yang dirawat di Rumah Sakit Dr Soetomo Surabaya dengan keluhan utama kencing dari sela-sela kateter, nyeri saat kencing, dan kateter Foley yang tidak dapat dilepas karena terabaikan selama 3 bulan. Dari hasil pemeriksaan fisik, laboratorium dan radiologi, kami diagnosa pasien ini menderita batu ginjal kanan, hidronefrosis derajat I ginjal kanan, batu kandung kemih, dan intraurethral enkrustasi sepanjang kateter Foley yang terabaikan. Kami lakukan kombinasi endoscopic surgery dan open surgery sebagai tata laksana pada kasus ini Kata kunci : enkrustasi, kateter, batu, neglected ABSTRACT If not managedproperly, encrustation longs the catheter is one of thecomplicationsinthe use ofindwellingcatheter. Wereported aboy, 12 years of age, who were treated atDr.SoetomoHospitalSurabayawithchiefcomplaintsthe Foleycatheterscould not beremoved due to being neglectedfor 3months, leakage of urinefromthe sidelines of thecatheter, and pain when urinating. From the results ofphysical examination,

Case Report RAO

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan kasus reumatology

Citation preview

Page 1: Case Report RAO

1

Laporan Kasus

Enkrustasi Kateter Foley

Ricky Agave Ompusunggu*. Sunaryo Hardjowijoto**

ABSTRAK

Enkrustasi kateter Foley merupakan salah satu penyulit pada penggunaan indwelling

catheterjika tidak dirawat secara baik. Kami melaporkan pasien anak laki-laki usia 12 tahun yang

dirawat di Rumah Sakit Dr Soetomo Surabaya dengan keluhan utama kencing dari sela-sela

kateter, nyeri saat kencing, dan kateter Foley yang tidak dapat dilepas karena terabaikan selama 3

bulan. Dari hasil pemeriksaan fisik, laboratorium dan radiologi, kami diagnosa pasien ini

menderita batu ginjal kanan, hidronefrosis derajat I ginjal kanan, batu kandung kemih, dan

intraurethral enkrustasi sepanjang kateter Foley yang terabaikan. Kami lakukan kombinasi

endoscopic surgery dan open surgery sebagai tata laksana pada kasus ini

Kata kunci : enkrustasi, kateter, batu, neglected

ABSTRACT

If not managedproperly, encrustation longs the catheter is one of thecomplicationsinthe

use ofindwellingcatheter. Wereported aboy, 12 years of age, who were treated

atDr.SoetomoHospitalSurabayawithchiefcomplaintsthe Foleycatheterscould not beremoved due

to being neglectedfor 3months, leakage of urinefromthe sidelines of thecatheter, and pain when

urinating. From the results ofphysical examination, laboratoryandradiology, wediagnosedthis

patientsuffered fromrightrenalcalculi, hydronephrosisgradeIon the right kidney, bladdercalculus,

and intraurethralencrustationonthe neglectedFoleycatheter. We combined endoscopic surgery

and open surgery to manage this case.

Key words: encrustation, catheter, calculi, neglected

Page 2: Case Report RAO

2

Pendahuluan

Kateterisasi uretra adalah memasukkan kateter ke dalam buli-buli melalui uretra.

Kateterisasi urethra sudah dikenal sejak jaman Hipokrates.1,2 Kateterisasi memiliki indikasi untuk

diagnostik dan terapeutik. Indikasi terapeutik antara lain untuk mengatasi retensio urine oleh

karena obstruksi infravesikal.2

Kateterisasi urethra yang dipasang menetap dalam suatu periode tertentu disebut

indwelling urethral catheter. Indwelling urethral catheterdipertahankan samapai penyebab

retensio urine diatasi.3Saat ini kateter yang paling sering digunakan sebagai indwelling catheter

adalah kateter Foley.2 Kateter Foley didesain oleh dr. Frederick Foley pada tahun 1930.1

Pada kasus yang kami laporkan ini, terjadi enkrustasi sepanjang kateter Foley terabaikan

selama 3 bulan. Kateter yang mengalami enkrustasi berhasil dilepas menggunakanpembedahan

endoscopic.

Laporan Kasus

Seorang anak laki laki usia 12 tahun dirawatdibagian Urologi Rumah Sakit dr

Soetomopada tahun 2011 (nomor Rekam Medis 12024931) dengan keluhan kateter Foley tidak

bisa dilepas, kencing dari sela-sela kateter dan terasa nyeri pada saat kencing.Keluhan ini

dirasakan sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. Pasien dipasang kateter 3 bulan sebelum

masuk rumah sakit karena tidak bisa kencing yang disebabkan batu urethra posterior, dan pada

saat itu diketahui pasien juga menderita batu ginjal kanan. Setelah dilakukan pemasangan kateter

pasien tidak pernah kontrol untuk pemeriksaan dan penatalaksanaan lanjutan.

Dari riwayat penyakit dahulu didapatkan pasien menderita batu kandung kemih dan

dilakukan operasi pengangkatan batu kandung kemih (vesicolithotomy)pada tahun 2008 dan

2010.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 kali per menit,

pernafasan 18 kali per menit, temperatur aksiler 36,5º Celsius. Pada pemeriksaan abdomen

didapatkan 2 buah jaringan parut pasca operasi. Pada kemaluan terpasang kateter Foley 12

French (Fr), dengan produksi urin 300cc / 6 jam. Pemeriksaan colok dubur didapatkan tonus

sfingter ani normal, mukosa licin, tidak teraba massa intraluminer, prostat normal.

Page 3: Case Report RAO

3

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar Hemoglobin 11,6 gr/dl,

Leukosit8,9.103/uL, Trombosit 226.103/uL, Blood Urea Nitrogen (BUN)14mg/dl, kreatinin

serum 0,43 mg/dl, dan sedimen leukosit urin penuh di semua lapang pandang.Kadar serum

elektrolit, faal hepar, dan faal hemostasisdalam batas normal. Hasil biakan/kultur urin dan uji

sensitifitas antibiotik didapatkan Enterobacter aerogenes ≥ 105colony-forming unit/mL

(CFU/mL) yang sensitif terhadap pemberian antibiotik Amikacin, Cefoperazone-Sulbactam,

Ciprofloxacin, Levofloxacin, dan Meropenem.Pemeriksaan fotothorax tidak ada kelainan, foto

polos perut (Gambar 1) menunjukkan gambaran bayangan radioopaque ukuran 1,3 x 0,7 cm di

sebelah kanan abdomensetinggi vertebrae lumbalis II hingga III, dan bayangan

radioopaquemultipledi rongga pelvis dengan ukuran 1 x 1,5 cmdan 3 x 3 cm. Dari pemeriksaan

Intravenous Pyelography (IVP) menyimpulkan terdapat batu ginjal kanan, hidronefrosis derajat I

ginjal kanan, dan batu kandung kemih(Gambar 2). Urethrography yang dilakukan dengan cara

memasukkan kontras dari sela-sela kateter menunjukkan bayangan radioopaqueireguler pada

permukaan luar kateter foley sepanjang urethra(Gambar 3).

Gambar 1 : Foto polos perut menunjukkan gambaran bayangan radioopaque pada sisi

sebelah kanan abdomen dan cavum pelvis

Page 4: Case Report RAO

4

Gambar 2 : IVP menyimpulkan terdapat batu ginjal kanan, hidronefrosis derajat I ginjal

kanan, dan batu kandung kemih.

Page 5: Case Report RAO

5

Gambar 3 : Urethrography: Bayangan radioopaqueireguler pada permukaan luar kateter foley

sepanjang pars pendulare.

Dengan menggunakan pneumatic lithotripter yang lazim digunakan pada

ureterorenoscopy, enkrustasi sepanjang kateter dapat dihancurkan. (Gambar 4 dan Gambar 5)

A B

Gambar 4 : A dan B. Pneumatic lithotripter (panah hitam) menghancurkan batu yang

melekat di kateter Foley (panah merah).

Tetapi kateter belum dapat dilepas walaupun enkrustasi sepanjang kateter telah

dihancurkan. Oleh karena itu dilakukan vesicolithotomy dengan metodeinsisi Pfannenstiel sesuai

parut pasca operasi terdahulu, dan didapatkan batu kandung kemih ukuran 1 x 1,4 cm disertai

enkrustasi pada balon dan ujung kateter Foley. Enkrustasi pada balon kateter menyebabkan

kateter tidak dapat dilepas. Batu yang diangkat pada saat operasi dapat dilihat pada Gambar 6.

Page 6: Case Report RAO

6

Pasca operasi berjalan tanpa penyulit dan operasi tahap kedua dilakukan empat belas hari pasca

operasi tahap pertama.

Gambar 6 : Serpihan batu yang dihancurkan dari permukaan Kateter Foley, ujung kateter

Foley dengan sisa batu dan batu kandung kemih.

Operasi tahap kedua dilakukan Percutaneous Nephrolitholapaxy(PCNL) untuk

mengeluarkan batu ginjal kanan. Tidak didapatkan penyulit pada saat operasi dan perawatan

pada pasien ini. Pasien dipulangkan pada hari kelima pasca operasi.

Pembahasan

Penggunaan indwelling urethral catheter perlu perawatan yang baik, bila tidak dirawat

dengan baik akan menimbulkan penyulit. Salah satu penyulitnya adalah terjadi enkrustasi pada

kateter.2Enkrustasi menyebabkan kateter tidak bisa dilepas. Terjadinya enkrustasi kateter dapat

disebabkan karena pada urin steril terjadi pembentukan kristal-kristal kalsium fosfat dan kalsium

oksalat monohidrat secara perlahan, atau terdapat bakteri yang memproduksi urease membentuk

batu struvite (rapid struvite formation) pada urin.1

Pada kasus ini, enkrustasi kateter akibat kelalaian pasien tidak memeriksakan diri kembali

setelah dilakukan pemasangan kateter Foley, dimana hal ini dapat disebabkan kurangnya edukasi

tentang lama penggunaan kateter kepada pasien dan lemahnya kontrol penyedia pelayanan

kesehatan terhadap pasien yang menggunakan kateter.Untuk mencegah terjadinya penyulit pada

penggunaan kateter, penyedia pelayanan kesehatan harus mengajarkan kebersihan kateter dijaga

untuk mengurangi resiko infeksi, dan membuat catatan kontrol untuk pasien agar dapat kontrol

tepat waktu untuk mengganti kateter.4

Page 7: Case Report RAO

7

Enkrustasi kateter pada penggunaan jangka panjang sudah sering dilaporkan terjadi.

Kohler-Ockmore dan Feneley mencatat dari 54 kasus gawat darurat komplikasi kateter yang

mereka ikuti, 48 % mengalami penyumbatan kateter, 37 % pasien mengalami urine keluar

melalui sela kateter , dan 30% mengalami hematuria. Kateter tersumbat disebabkan karena

deposit crystalline menyebabkan terjadinya distensi kandung kemih ataupun urine merembes

dari sela kateter.5

Deposit crystalline pada enkrustasi kateter menunjukkan terdapat dua tipe kristal, struvite

dan apatite. Bakteri yang memproduksi urease membentuk batu struvite secara cepat pada

permukaan kateter dan kandung kemih. Urease mengubah urea menjadi amonia, dimana amonia

menyebabkan peningkatan pH urine. Urine dalam keadaan alkali mempermudah terbentuknya

kristal magnesium dan kalsium fosfat. Kristal-kristal tersebut saling mengadakan presipitasi dan

agregasi menarik bahan-bahan lainnya menjadi kristal yang lebih besar, makin lama makin besar

dan berkembang menjadi batu. Bakteri juga dapat menempel pada permukaan kateter lalu

membentuk biofilm (suatu lingkungan kolonisasi bakteri yang terdiri dari beberapa lapisan) serta

menseksresi matriks ekstraseluler yang akan melekat dengan mineral-mineral pada urine dan

pada akhirnya akan menyebabkan enkrustasi kateter. Kuman-kuman yang termasuk pemecah

urea di antaranya adalah: Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan

Stafilokokus. Hasil kultur urine pada pasien ini menunjukkan infeksi Enterobakter aerogenes.6-

11Keefe pada penelitiannya tahun 1976 menyatakan Enterobakter aerogenes membentuk kristal

kalsium pyrofosfat.11

Pemeriksaan radiologi yang dilakukan pada kasus ini adalah foto polos abdomen, IVP,

dan urethrogram. Pemeriksaan foto polos abdomen sebagai pemeriksaan radiologi paling dasar

untuk melihat ginjal, ureter dan kandung kemih.12 Pemeriksaan foto polos abdomen pada kasus

ini sesuai indikasi untuk melihat kelainan berupa batu saluran kemih dan pemeriksaan awal

sebelum dilakukan pemeriksaan radiologi lanjutan menggunakan kontras yaitu IVP. Pemeriksaan

IVP dapat menunjukkan struktur,fungsi dan kelainan di ginjal, ureter dan kandung kemih lebih

jelas dibanding foto polos abdomen.13 Urethrogram dilakukan untuk menilai seberapa panjang

enkrustasi pada kateter dan untuk melihat apakah terdapat kelainan pada anatomi urethra. Tiga

pemeriksaan radiologi tersebut dapat menilai keadaan seluruh traktus urinarius untuk

memutuskan tata laksana pembedahan yang akan dilakukan pada kasus ini. Berdasarkan hasil

Page 8: Case Report RAO

8

pemeriksaan radiologis tersebut pasien didiagnosa menderita batu ginjal kanan, batu kandung

kemih, enkrustasi kateter Foley, dan hidronefrosis ringan ginjal kanan.

Tata laksana pembedahan pada kasus ini dilakukan 2 tahap dengan menggunakan

kombinasi endoscopic surgery dan open surgery. Tahap pertama dilakukan litotripsi batu urethra

anterior yang melekat pada kateter dengan menggunakan pneumatic lithotripter dan open

vesicolithotomyuntuk mengambil batu kandung kemih. Litotripsi memiliki angka keberhasilan

hingga 80% untuk mengatasi batu urethra.14Walaupun saat ini openvesicolithotomy sudah

ditinggalkan karena diperkenalkannya tindakan endoscopic urologyantara lain Percutaneous

Cystolithotomy dan Transurethral Lithotripsy, tetapi teknik openvesicolithotomy lebih dipilih

karena akses menuju kandung kemih tertutup oleh balon kateter yang mengalami enkrustasi, dan

pasien memiliki riwayat operasi openvesicolithotomy sebanyak dua kali. Saat open

vesicolithotomy, diilakukan ekstraksi kateter Foley melalui kandung kemih. Tahap kedua tata

laksana pembedahan pada kasus ini menggunakan teknik Percutaneous

Nephrolitholapaxy(PNL). Teknik ini lebih dipilih dibanding Extracorporeal Shockwave

Lithotripsy(ESWL) karena posisi batu mengisi kaliks pole bawah ginjal, sudut antara

infundibulum-pelvis renalis sempit dan angka stone free rateESWL untuk batu ukuran lebih dari

1,5 cm cuma 50%.10

Kesimpulan

Penggunaan indwelling urethral catheter dapat menimbulkan penyulit jika tidak dirawat

secara baik. Salah satu penyulit adalah enkrustasi kateter. Dibutuhkan edukasi yang adekuat dan

perawatan kateter yang baik pada pasien yang menggunakan kateter agar tidak terjadi kelalaian

yang menyebabkan enkrustasi kateter. Penatalaksanan enkrustasi kateter dapat berupa tindakan

pembedahan terbuka, endoscopic surgery, atau kombinasi keduanya.

Page 9: Case Report RAO

9

DAFTAR PUSTAKA

1. Elves AWS, Feneley RCL. Long-term urethral catheterization and the urine-biomaterial

interface. BJUI. 1997;80: 1-5.

2. Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi. Edisi kedua. Jakarta: Sagung Seto; 2008

3. Vorvick LJ, Liou LS, Zieve D. Urinary catheters.

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003981.htm. Diakses Desember 2011

4. Yates A. Managing the encrustation of indwelling urinary catheters. Continence UK.

2007;1(4):70-73.

5. Kohler-Ockmore J, Feneley RCL. Long-term catheterization of the bladder: prevalence

and morbidity. BJUI. 1996; 77: 347-351.

6. Schaeffer AJ, Schaeffer EM. Infections of the urinary tract. In: Wein AJ, ed.

Campbell-Walsh Urology. 10th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2011:chap 10.

7. Singh D, Vasudeva P, Goel A. “Egg shell” in bladder: A calculus aroun neglected Foley

balloon catheter. Indian J Urol. 2010; 26(2): 299-300.

8. Stickler DJ,Feneley RCL . The encrustation and blockage of long –term indwelling bladder

catheters: a way forward in prevention and control. Spinal Cord. 2010; 48: 784-790.

9. Davoodian P, Nematee M, Sheikhvatan M. Inapproriate use of urinary catheters and its

common complications in different hospital wards. Saudi J Kidney Dis Transpl.2012;

23(1): 63-67.

10. Stoller ML. Urinary stone disease. In: Tanagho EA, McAninch JW, ed. Smith’s General

Urology. 17th ed. California, Ca: McGraw Hill; 2008:chap 16.

11. Keefe WE. Formation of crystalline deposits by several genera of the family

Enterobacteriaceae. Infection and Immunity. 1976; 39: 590-592

12. Fulgham PF, Bishoff JT. Urinary tract imaging: Basic principles. In: Wein AJ, ed.

Campbell-Walsh Urology. 10th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2011:chap 4.

13. Gerst SR, Hricak H. Radiology of the urinary tract. In: Tanagho EA, McAninch JW,

ed. Smith’s General Urology. 17th ed. California, Ca: McGraw Hill; 2008:chap 6.

Page 10: Case Report RAO

10

14. Kamal BA, Anikwe RM, Darawani H, Hashish M, Taha SA. Urethral calculi:

presentation and management. BJUI. 2003; 93:549-552.