Upload
nurulmaulidyahidayat
View
14
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
k
Citation preview
Case Report Session Rotasi II
MIGRAIN TANPA AURA
Oleh:
Nurul Maulidya Hiayat
BP. 0910313212
Preseptor:
dr. Iswahyudi, Sp. PD
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PUSKESMAS AIR DINGIN
PADANG
2015
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Definisi
Migrain berasal dari bahasa yunani yaitu hemicrania yang artinya nyeri kepala sebelah.
Migrain memiliki arti gangguan fungsional pada otak yang memiliki ciri khas unilateral dan
bersifat berdenyut atau berdentum yang dapat disertai mual dan muntah. 1 Pengertian tersebut
diperluas oleh The Research Group on Migraine and Headache of the World Federation of
Neurology menjadi gangguan bersifat familial dengan karakteristik serangan nyeri kepala
yang terjadi berulang-ulang yang memiliki variasi dalam intensitas, frekuensi, dan lamanya
serangan. Nyeri kepala ini bersifat unilateral, terdapat anoreksia, mual, dan muntah. 1
Migrain dapat juga didefinisikan sebagai gangguan yang bersifat familial ditandai
dengan gejala yang periodik, unilateral, dengan nyeri kepala yang berdenyut yang dapat
dimulai pada masa anak-anak, remaja, ataupun dewasa muda yang berulang dengan frekuensi
yang berkurang pada tahun-tahun selanjutnya.3 Selain itu, migrain juga memiliki arti sebagai
nyeri kepala berulang yang idiopatik, dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam,
biasanya pada satu sisi, berdenyut, intensitas nyeri sedang-berat, bertambah hebat dengan
aktivitas rutin, dapat disertai nausea, fotofobia dan fonofobia.4
Migrain adalah penyakit kronis paroksismal yang dapat menyerang semua usia,
menyerang 6% pria dan 18% wanita pada populasi umum. Bentuk migrain secara umum yang
sering ditemui ada dua yaitu migrain tanpa aura dan migrain dengan aura.5,6
1.2. Klasifikasi
Berdasarkan The International Classification of Headache Disorders: 2n Edition,
migrain dibagi menjadi beberapa jenis migrain yaitu:7
1. Migrain tanpa aura
Migrain jenis ini dulunya disebut dengan common migraine. Migrain tanpa aura
tidak menyebabkan kaburnya pandangan pada mata penderita.
2. Migrain dengan aura
Migrain ini dulu disebut dengan classic migraine. Migrain dengan aura
menyebabkan penderitanya mengalami gangguan penglihatan. Semakin kepala
terasa nyeri, pandangan akan semakin kabur dan tidak bisa fokus.
3. Childhood periodic syndrome
Migrain ini membuat penderitanya muntah terus-menerus dalam jangka waktu
tertentu, sakit di bagian perut yang biasanya disertai dengan rasa mual dan
vertigo.
4. Migrain Retinal
Serangan berulang kali dalam bentuk skotoma monokular atau buta tidak lebih
dari 1 jam.
5. Komplikasi migrain
Adanya migrain yang disertai aura dan gangguan otak dalam jangka panjang.
6. Probabel migrain
Serangan migrain yang tidak ataupun disertai nyeri kepala tetapi tidak memenuhi
kriteria dari migrain sebenarnya.7
1.3. Epidemiologi
Berdasarkan kepustakaan dari negara barat didapatkan prevalensi migrain di seluruh
dunia berkisar 10-12% dalam satu tahun, dimana wanita sebesar 15-18% sedangkan pria
sebesar 6%.7 Migrain dengan aura sebesar 4% dan migrain tanpa aura sebesar 6%. Di
Amerika Serikat, lebih dari 30 juta orang menderita migrain.2 Dari data tersebut juga
didapatkan bahwa dua pertiga penderitanya adalah wanita.7 Pada penelitian yang dilakukan di
Amerika Serikat pada tahun 2007 didapatkan bahwa prevalensi migrain di Amerika adalah
17,1% wanita dan 5,6% pria.7
Penelitian yang dilakukan di Indonesia tepatnya di Jakarta pada tahun 2007 dengan
sasaran kelompok usia muda yaitu 16-30 tahun didapatkan bahwa prevalensi migrain sebesar
43,6% terjadi pada wanita sebesar 53,5% dan 35,3% pada pria.7
1.4. Etiologi
Penyebab pasti migrain sampai saat ini belum diketahui. Akan tetapi, diduga bahwa
migrain adalah suatu gangguan peredaran darah yang menimbulkan vasodilatasi dan
penyaluran darah secara berlebihan ke selaput otak dengan efek nyeri hebat pada satu sisi
kepala. 1,4,7
Risiko seseorang terkena penyakit migrain ditentukan oleh adanya kelainan biologis
herediter yang terdapat pada sistem saraf pusat. Berbagai faktor dapat menjadi pemicu
serangan migrain pada orang tersebut yaitu:4
a. Hormonal
Fluktuasi hormon merupakan faktor pemicu pada 60% wanita, 14% hanya mendapat
serangan selama haid. Nyeri kepala migrain dipicu oleh turunnya kadar 17- estradiol
plasma saat akan haid. Serangan migrain berkurang selama kehamilan karena kadar
estrogen yang relatif tinggi dan konstan, sebaliknya minggu pertama post partum, 40%
pasien mengalami serangan yang hebat, karena turunnya kadar estradiol. Pemakaian pil
kontraseptif juga meningkatkan serangan migrain.4
b. Menopause
Nyeri kepala migrain akan meningkat frekuensi dan berat ringannya pada saat
menjelang menopause. Namun, beberapa kasus membaik setelah menopause. Terapi
hormonal dengan estrogen dosis rendah dapat diberikan untuk mengatasi serangan
migrain pascamenopause.4
c. Makanan
Berbagai makanan atau zat yang terkandung di dalamnya dapat memicu timbulnya
serangan migrain. Pemicu migrain tersering adalah alkohol berdasarkan efek
vasodilatasinya dimana anggur merah dan bir merupakan pemicu terkuat. Makanan
yang mengandung tiramin, yang berasal dari asam amino tirosin, seperti keju, makanan
yang diawetkan atau diragi, hati, anggur merah, yogurt, dll. Makanan lain yang pernah
dilaporkan dapat mencetuskan migrain adalah coklat (feniletilamin), telur, kacang,
bawang, pizza, alpokat, pemanis buatan, buah jeruk, pisang, daging babi, teh, kopi, dan
coca cola yang berlebihan.4,7
d. Monosodium glutamat
MSG merupakan pemicu migrain yang sering dan penyebab dari sindrom restoran Cina
yaitu nyeri kepala yang disertai kecemasan, pusing, parestesia leher dan tangan, serta
nyeri perut dan nyeri dada.4,7
e. Obat-obatan
Seperti nitrogliserin, nifedipin sublingual, isosorbid-dinitrat, tetrasiklin, vitamin A dosis
tinggi, fluoksetin, dan lain-lain.
f. Aspartam
merupakan komponen utama pemanis buatan dapat menimbulkan nyeri kepala pada
orang tertentu.
g. Kafein yang berlebihan (350 mg/hari) atau penghentian mendadak minum kafein.
h. Lingkungan
Perubahan lingkungan dalam tubuh yang meliputi fluktuasi hormon pada siklus haid
dan perubahan irama bangun tidur dapat menimbulkan serangan akut migrain.
Perubahan lingkungan eksternal meliputi cuaca, musim, tekanan udara, ketinggian dari
permukaan laut, dan terlambat makan.
i. Rangsang sensorik
Cahaya yang berkedip-kedip, cahaya silau, cahaya matahari yang terang atau bau
parfum, zat kimia pembersih.
j. Stres fisik dan mental dapat memperparah serangan migrain.
k. Faktor pemicu lain seperti aktivitas seksual, trauma kepala, kurang atau kelebihan
tidur.4
1.5. Manifestasi Klinis
Migrain tanpa aura
Serangan ini bersifat kronis dimulai dengan nyeri kepala berdenyut pada satu sisi
(unilateral) dengan durasi serangan selama 4-72 jam. Intensitas nyeri sedang sampai dengan
berat dan dapat bertambah berat dengan aktivitas fisik. Nyeri kepala dapat diikuti dengan
mual, fotofobia, dan fonofobia.1,7,9,10
Migrain dengan aura
Serangan ini juga bersifat kronis dengan serangan minimal 2 kali, didahului atau
bersamaan dengan aura homonim yang reversibel, biasanya berlangsung 5-20 menit dan tidak
melebihi 60 menit.7 Penderita yang lainnya mengalami hilangnya penglihatan pada daerah
tertentu (bintik buta atau skotoma) atau melihat cahaya yang berkedip-kedip. Ada juga
penderita yang mengalami perubahan gambaran, seperti sebuah benda tampak lebih kecil atau
lebih besar dari sesungguhnya. Beberapa penderita merasakan kesemutan atau kelemahan
pada lengan dan tungkainya. Biasanya gejala-gejala tersebut menghilang sesaat sebelum sakit
kepala dimulai, tetapi kadang timbul bersamaan dengan munculnya sakit kepala. Nyeri
karena migrain bisa dirasakan pada salah satu sisi kepala atau di seluruh kepala. Pada
penderita yang memiliki aura, pola dan lokasi sakit kepalanya pada setiap serangan migran
adalah sama. Migrain bisa sering terjadi selama waktu yang panjang tetapi kemudian
menghilang selama beberapa minggu, bulan bahkan tahun.7,9,10,11
Migrain dengan aura dapat dibagi menjadi empat fase, yaitu:7,10
Fase I (prodromal)
Sebanyak 50% pasien mengalami fase ini yang berkembang perlahan selama 24
jam sebelum serangan. Gejalanya seperti kepala terasa ringan, tidak nyaman,
bahkan memburuk bila makan makanan tertentu, mengunyah terlalu kuat,
sulit/malas berbicara.
Fase II (aura)
Lama fase ini lebih kurang 30 menit. Gejala dari periode ini adalah gangguan
penglihatan (silau/fotofobia), kesemutan, perasaan gatal pada wajah dan tangan,
sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing.
Fase III (sakit kepala)
Fase sakit kepala berdenyut yang berat dihubungkan dengan fotofobia, mual dan
muntah. Durasi keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari atau dalam
beberapa hari.
Fase IV (pemulihan)
Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot
dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya terjadi dan pasien dapat tidur untuk
waktu yang cukup lama.
1.6. Diagnosis
Migrain tanpa aura1
A. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D.
B. Serangan nyeri kepala berlangsung antara 4-72 jam (tidak diobati atau
pengobatan yang diberikan tidak cukup) serta tidak ada nyeri kepala diantara
serangan.
C. Nyeri kepala yang terjadi memiliki minimal dua diantara karakteristik berikut ini:
1) Lokasi unilateral
2) Berdenyut
3) Intensitas nyerinya sedang sampai berat
4) Bertambah berat oleh aktifitas fisik
D. Selama serangan nyeri kepala minimal disertai salah satu hal di bawah ini:
1) mual atau dengan muntah
2) fotofobia atau dengan fonofobia
E. Minimal terdapat salah satu hal di bawah ini:
1) Riwayat, pemeriksaan fisik, dan neurologis tidak terdapat kelainan organik.
2) Riwayat, pemeriksaan fisik, dan neurologis diduga terdapat adanya kelainan organik,
tetapi dari pemeriksaan penunjang lainnya tidak ditemukan adanya kelainan.
Migrain dengan aura1
Kriteria diagnostiknya sebagai berikut:
A. Sekurang-kurangnya 2 serangan seperti tersebut dalam B
B. Sekurang-kurangnya terdapat 3 dari 4 karakteristik tersebut dibawah ini:
1. Satu atau lebih gejala aura yang reversibel yang menunjukkan
disfungsi hemisfer dan/atau batang otak.
2. Sekurang-kurangnya satu gejala aura berkembang lebih dari 4 menit, atau 2 atau
lebih gejala aura terjadi bersamaan.
3. Tidak ada gejala aura yang berlangsung lebih dari 60 menit, bila lebih dari satu
gejala aura terjadi, durasinya lebih lama.
4. Nyeri kepala mengikuti gejala aura dengan interval bebas nyeri kurang dari 60
menit, tetapi kadang-kadang dapat terjadi sebelum aura.
C. Sekurang-kurangnya terdapat satu dari yang tersebut dibawah ini:
1. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik tidak terdapat kelainan organik
2. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik diduga adanya kelainan
organik, tetapi pemeriksaan penunjang lainnya tidak menunjukkan adanya
kelainan.
Migrain dengan aura tipikal terdiri dari gejala visual dan/atau sensoris dan/atau
berbahasa sebagai berikut:7
Gangguan visual yang reversibel seperti : positif (cahaya yang berkedip-kedip,
bintik-bintik, atau garis-garis) dan negatif (hilangnya penglihatan)
Gangguan sensoris reversibel seperti : positif (pins and needle) dan negatif
(kebas/hilang rasa)
Gangguan berbahasa : disfasia yang reversibel sempurna
1.7. Diagnosis Banding1,12
a. Cluster headache
b. Tension type headache
c. Transcient Ischemic Attack (TIA)
1.8. Tatalaksana
Medikamentosa
a. Terapi Abortif4,7,13
Terapi ini harus diberikan secepat mungkin pada saat mulai timbulnya nyeri kepala. Terapi
abortif dapat berupa terapi non-spesifik dan spesifik.
Terapi abortif non-spesifik yang diberikan dapat berupa:
1. Paracetamol dan aspirin. Dosis paracetamol 500-1000 mg/6-8 jam sedangkan dosis
aspirin 500-1000 mg/4-6 jam dengan dosis maksimal 4 gram/hari.
2. Kodein dosis 30-60 mg.
2. Jika terdapat mual dan muntah dapat diberikan prometazin 25-50 mg, proklorperazin
5-10 mg, atau metoklopramid 10 mg IV atau oral.
3. Jika pasien kesulitan untuk tidur dapat diberikan nitrazepam 5-10 mg sebelum tidur.
Terapi abortif spesifik yang dapat diberikan berupa:
1. Ergotamin tartrat
Dapat diberikan tunggal ataupun bersamaan dengan obat antiemetik, analgetik,
ataupun sedatif. Kontraindikasi pemberian pada penyakit pembuluh darah perifer atau
pembuluh koroner, penyakit hati atau ginjal, hipertensi, dan kehamilan. Efek samping
yang dapat ditimbulkan oleh obat ini adalah mual, muntah, dan keram. Dosis oral
umumnya 1 mg saat serangan, lalu 1 mg setiap 30 menit, dimana dosis maksimum
adalah 5 mg/serangan atau 10 mg/minggu.
2. Dihidroergotamin
Obat ini merupakan agonis reseptor 5-HT1 (serotonin) yang aman dan efektif
untuk mengatasi serangan migrain. Efek samping obat ini adalah mual. Dosisnya
adalah 1 mg IV selama 2-3 menit dan biasanya didahului oleh metoklopramid 5-10
mg untuk mencegah mual. Obat ini dapat diulang setiap 1 jam sampai total pemberian
3 mg.
3. Sumatriptan
Sumatriptan cukup efektif sebagai terapi abortif migrain jika diberikan secara
subkutan dengan dosis 4-6 mg. Dapat diulang sekali setelah 2 jam kemudian jika
dibutuhkan. Dosis maksimum 12 mg dalam 24 jam. Triptan merupakan serotonin 5-
HT1D–receptor agonists. Aktivasi reseptor ini menyebabkan vasokontriksi dari arteri
yang berdilatasi. Sumatriptan juga terlihat menurunkan aktivitas saraf trigeminal.
Indikasi pemberian pada serangan migrain akut dengan atau tanpa aura. Efek samping
yang dapat ditimbulkan adalah flushing, lemah, mengantuk, mual, muntah,
peningkatan tekanan darah sementara. Kontraindikasi pada keadaan berikut:14,15
o penyakit jantung iskemik
o riwayat infark miokard
o angina
o hipertensi yang tidak terkontrol.
o Penggunaan obat yang bersamaan dengan ergotamin atau vasokonstriktor
lainnya
b. Terapi Profilaktif4,7,13
Tujuan dari terapi profilaktif adalah untuk mengurangi frekuensi, berat, dan
lamanya serangan, meningkatkan respon pasien terhadap pengobatan, serta mengurangi
disabilitas. Terapi preventif ini hanya diberikan pada pasien dengan serangan yang
sering berulang atau parah serta tidak berhasil sembuh dengan terapi abortif. Obat-
obatan yang dapat diberikan adalah:
a. Beta-Blocker14,15
- propanolol dengan dosis 80-160 mg/hari dibagi dalam 2-3 kali pemberian. Tidak
boleh diberikan pada pasien asma bronkial atau gagal jantung kongestif.
- nadolol dengan dosis 40-240 mg/hari
- atenolol 50-200 mg/hari
b. Antidepresan, misalnya amitriptilin dengan dosis 50-75 mg/hari, yang terbukti
efektif untuk mencegah timbulnya migrain.
c. Calcium Channel Blocker, merupakan alternatif jika beta-blocker dan antidepresan
tidak efektif. Contoh obat yang digunakan adalah verapamil 3-4 kali 80 mg/hari.
Efek samping obat ini adalah edema, hipotensi, lelah, pusing, dan lain-lain.
d. Antikonvulsan
- asam valproat 250-500 mg 2 kali dalam sehari
- fenitoin 200-400 mg per hari
e. Metisergid (antagonis serotonin), 2 mg/hari dinaikkan sampai 8 mg/hari dan dibagi
dalam beberapa dosis. Tidak boleh digunakan lebih dari 6 bulan.
Kriteria pemberian terapi profilaksis pada migrain sebagai berikut:
1. Jangka waktu migrain berlangsung lebih dari 48 jam.
2. Pengobatan akut gagal atau tidak efektif, terdapat kontraindikasi, ada efek
samping yang muncul, dan ada kecendrungan untuk terjadi overused medication.
3. Serangan mengakibatkan disabilitas parah (terjadi > 2 hari per bulan), aura yang
memanjang, atau terjadi infark migrenous.
4. Serangan terjadi > 2 kali per minggu, meskipun telah diobati dengan adekuat.
5. Permintaan pasien sendiri untuk diberikan terapi preventif.
BAB II
LAPORAN KASUS
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Nn. MR/ Perempuan/ 21 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : Mahasiswi
c. Alamat : Jl. Balai Gadang
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan : Belum menikah
b. Jumlah saudara : anak ke 4 dari 6 bersaudara
c. Status Ekonomi Keluarga : penghasilan dari Ibu sebagai Juru masak di rumah
makan Rp. 1.500.000,-/bulan, bapak tidak bekerja
d. KB : Tidak ada
e. Kondisi Rumah :
- Rumah semipermanen, perkarangan sempit, luas bangunan 80m2
- Ventilasi dan sirkulasi udara baik
- Listrik ada
- Sumber air : sumur, air minum dari PDAM di rumah nenek pasien
- Jamban tidak ada, septic tank tidak ada, saluran air limbah ada tapi tidak
mengalir lancar
- Sampah dibakar
- Pasien memelihara kucing, ayam dan bebek. Kandang ayam dan bebek di
depan rumah pasien di dekat jemuran pakaian keluarga pasien.
Kesan : hygiene dan sanitasi kurang baik
f. Kondisi Lingkungan Keluarga
- Pasien tinggal bersama orang tua dan 4 orang saudara, dua orang kakak telah
bekerja swasta, dan dua orang adik masih sebagai siswa SMA.
3. Aspek Psikologis di keluarga
- Hubungan dengan keluarga baik
- Faktor stress dalam keluarga ada, karena faktor ekonomi keluarga.
4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga
- Riwayat menderita penyakit yang sama sejak berusia 15 tahun tetapi tidak
terlalu sering kira-kira 1x 6 bulan, muncul jika pasien mengalami stress
mengerjakan tugas dan terlambat makan. Sakit kepala yang dirasakan kadang-
kadang mengganggu aktivitas harian. Jika sakit kepala, pasien hanya
memakai koyo dan istirahat, dan bila sakit kepala tidak berkurang, pasien
membeli obat paracetamol dan diminum 1 tablet, sakit kepala berkurang
sedikit. Sakit kepala menghilang paling cepat setelah 4 jam dan paling lama
2-3 hari.
- Riwayat bersin-bersin pada pagi hari dan alergi lainnya tidak ada.
- Riwayat menderita penyakit hipertensi tidak ada.
- Tidak ada anggota keluarga yang lain menderita penyakit yang sama dengan
pasien.
5. Keluhan Utama
Sakit kepala sebelah sejak 1 hari yang lalu.
6. Riwayat Penyakit Sekarang
Sakit kepala sebelah sejak 1 hari yang lalu. Sakit kepala yang dirasakan seperti
berdenyut-denyut dan disertai mata silau ketika melihat cahaya. Pada saat
serangan, sakit kepala mengganggu kegiatan sehari-hari, pasien tidak bisa
melakukan pekerjaan sehari-hari, lama serangan kira-kira 4 jam. Pasien
mengobati dengan pemakaian koyo salonpas yang ditempelkan pada dahi
pasien dan istirahat, sakit kepala yang dirasakan berkurang. Sakit kepala
bertambah jika pasien beraktivitas. Pasien belum ada mengkonsumsi obat sakit
kepala.
Sakit kepala tidak didahului pandangan kabur, melihat cahaya kunang-
kunang, dan kesemutan.
Sakit kepala yang dirasakan pasien disertai silau melihat cahaya tetapi tidak
disertai mual dan muntah.
Satu minggu terakhir pasien sering begadang karena mengerjakan tugas
kuliah, makan tidak teratur, waktu istirahat berkurang, dan merasa kelelahan.
Demam tidak ada
Riwayat trauma di daerah kepala tidak ada.
7. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : CMC
Nadi : 77 x/ menit
Nafas : 20 x/menit
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 36,7 0C
BB : 45 kg
TB : 162 cm
IMT : 17.15 Gizi Kurang
Status Internus
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Kulit : Turgor kulit normal
THT : tidak ada kelainan
Leher : tidak ditemukan pembesaran KGB
Gigi : tidak ada kelainan
Dada :
Paru
Inspeksi : simetris kiri = kanan
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Status Neurologis
Kesadaran CMC, GCS 15 (E4 M6 V5)
Tanda Rangsangan Meningeal (-)
Tanda Peningkatan Intra Kranial (-)
Nervus Kranialis :
Nervus I : penciuman baik
Nervus II : pupil isokhor, diameter 3mm, reflek cahaya +/+
Nervus III,IV,VI : bola mata bisa digerakkan ke segala arah, Nistagmus
(-)
Nervus V : buka mulut (+), mengigit (+), menguyah (+)
Nervus VII : raut muka simetris kiri dan kanan, menutup mata +/+,
mengerutkan dahi (+)
Nervus VIII : fungsi pendengaran baik
Nervus IX : Refleks muntah (+)
Nervus X : menelan(+), artikulasi baik
Nervus XI : dapat menoleh dan mengangkat bahu kiri dan kanan
Nervus XII : kedudukan lidah normal, deviasi (-)
Koordinasi : Tes telunjuk hidung tidak terganggu, tes romberg (-), Stepping test (-), Tes
tumit lutut tidak ada kelainan
Motorik : Kekuatan 555 555
555 555
Anggota gerak : reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-
8. Diagnosis Kerja: Migren tanpa Aura
9. Diagnosis Banding : -
10. Manajemen
a. Preventif :
- Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan bergizi, buah-buahan
dan sayuran secara teratur dan istirahat yang cukup.
- Tidur yang teratur, olahraga, menghindari puncak stres dan relaksasi.
b. Promotif :
- Edukasi kepada pasien tentang tatacara menghindari faktor pencetus
- Edukasi kepada pasien tentang penyakit dan penatalaksanaan penyakit apabila
dalam serangan.
c. Kuratif :
- Ibuprofen tablet 200 mg (2 x 1 tab/hari)
- Ranitidin tablet 150 mg (3 x 1 tab/hari)
- Vitamin B Complex tablet (3 x 1 tab/hari)
d. Rehabilitatif :
- Rujuk ke bagian neurologi neurologi bila sakit kepala tidak berkurang
- Jika serangan semakin bertambah berat, maka segera ke puskesmas atau RS
terdekat, atau spesialis neurologi.
Sensibilitas halus dan kasar baik
Reflek fisiologis +/+
Reflek Patologis -/-
Fungsi luhur tak terganggu
Fungsi otonom : miksi dan defekasi terkontrol, sekresi keringat baik
Dinas Kesehatan Kodya Padang
Puskesmas Air dingin
Dokter : Nurul Maulidya Hidayat
Tanggal : 29 September 2015
R/ Ibuprofen tab 200 mg No. IV
S 3 d d tab I £
R/ Ranitidin tab 150 mg No. X
S 3 dd tab I £
R/ Vitamin B kompleks tab No. X
S 3 dd tab I £
Pro : Nn. MR
Umur : 21 tahun
Alamat : Jl. Balai Gadang