Upload
buidang
View
227
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid
Kelompok B – MM USU XXIV-2
CASE STUDY :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid
C. K. Prahald
Wacana tentang pengentasan kemiskinan kerap didominasi kritik terhadap kurangnya
peran swasta, khususnya pengusaha, dalam "perang terhadap kemiskinan". Pengusaha
dianggap kurang beramal, kurang menyumbang keuntungan demi peningkatan kesejahteraan
masyarakat sekitar. Karena itu, pemerintah dan banyak lembaga swadaya masyarakat (LSM)
gigih mengimbau, termasuk melalui inisiatif corporate social responsibility (CSR) yang
akhir-akhir ini banyak bergema.
Namun, pendekatan pemberantasan kemiskinan seperti ini sering menemui jalan
buntu. Karena amal sering kali dilihat sebagai beban, pengusaha hanya beramal sejauh
imbauan pemerintah dan LSM tanpa usaha mengembangkannya. Maka, sering kali
pendekatan ini cenderung tidak berkelanjutan, apalagi karena umumnya amal tidak
memberdayakan kapasitas ekonomi sang miskin.1
Kebuntuan ini menciptakan frustrasi dan kekecewaan, berujung pada tuduhan bahwa
pengusaha mencari keuntungan tanpa peduli sosial. Di lain pihak, pengusaha pun merasa
amal yang diminta berlebihan, lebih daripada yang bisa dipertanggung-jawabkan kepada
pemilik perusahaan. Selain itu, karena dianggap tidak memberi keuntungan menjanjikan,
banyak perusahaan ragu menaruh perhatian khusus pada kelompok miskin sebagai target
pasar utama.
Buku CK Prahalad, The Fortune at the Bottom of the Pyramid (TFBOP), yang
dikembangkan dari tulisannya bersama Stuart Hart, menawarkan jalan keluar dari kebuntuan
ini. Lewat analisis tajam dan studi-studi kasus yang mengesankan, Profesor Strategi
Korporasi dan Bisnis Internasional dari University of Michigan Business School ini
mendobrak batasan antara upaya memenuhi kebutuhan masyarakat miskin dan pencarian
keuntungan: keduanya bisa berdampingan demi pemberdayaan masyarakat miskin yang
berkelanjutan.
Salah satu akar permasalahan kemiskinan di Indonesia yakni tingginya disparitas
antar daerah akibat tidak meratanya distribusi pendapatan, sehingga kesenjangan antara
masyarakat kaya dan masyarakat miskin di Indonesia semakin melebar. Misalnya saja tingkat 1 Kemiskinan and peran pengusaha, http://www.csis.or.id/scholars_opinion_view.asp?op_id=302&id=10&tab=2 , Kompas, December 19, 2004
Page | 1
Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid
Kelompok B – MM USU XXIV-2
kemiskinan anatara Nusa Tenggara Timur dan DKI Jakarta atau Bali, disparitas pendapatan
daerah sangat besar dan tidak berubah urutan tingkat kemiskinannya dari tahun 1999-2002.2
Pemerintah sendiri selalu mencanangkan upaya penanggulangan kemiskinan dari
tahun ketahun, namun jumlah penduduk miskin Indonesia tidak juga mengalami penurunan
yang signifikan, walaupun data di BPS menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah
penduduk miskn, namun secara kualitatif belum menampakkan dampak perubahan yang
nyata malahan kondisinya semakin memprihatinkan tiap tahunnya.3
Berikut akan dibahas 4 dari studi kasus yang diangkat oleh penulis buku tersebut
dimana perusahaan-perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang berhasil beroperasi pada
pasar BOP yaitu Casas Bahia, Cemex. e+Co & Technosol, Voxiva yang terjadi di Amerika
latin yang dapat dijadikan referensi dalam bentuk pengentasan permasalahan kemiskinan di
Indonesia.
I. PERUSAHAAN YANG BERHASIL PADA PASAR BOP DI AMERIKA LATIN
1.1. CASE 1
CASAS BAHIA
Lokasi : Brazil
Industri Driven : Micro Financing
Bidang Usaha : Retailer
Pemicu : Pada tahun 1952, setelah melewati dua tahun dalam kamp konsentrasi Nazi,
Samuel Klein pendiri Casas bahia memulai bisnisnya di tanah kelahirannya Brazil, dengan
menjual selimut, sprei dan handuk dari pintu kepintu di Sao Caetano do Sul.Pada 50 tahun
kemudian Klein telah mengubah bisnis pintu kepintunya menjadi jaringan ritel terbesar di
Brazil, dengan menjual elektronik, peralatan rumah tangga, dan furniture. Dan Kini kedua
anak Samuel Klein, telah memadukan system penjualan tradisional dengan penekanan
moderenisasi bisnis pada bidang pemasaran dan teknologi informasi. Dengan menjunjung
2 Pertumbuhan Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan di Indonesia (Analisis Ekonometri), http://wongdesmiwati.files.wordpress.com/2009/10/pertumbuhan-ekonomi-dan-pengentasan-kemiskinan-di-indonesia-_analisis-ekonometri_.pdf, Oktober 2009.
3 ibid
Page | 2
Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid
Kelompok B – MM USU XXIV-2
moto Kebutuhan Pelanggan adalah yang paling Penting dan Pelanggan harus dipermudah
mewujudkan mimpinya.
Karakteristik :
Berfokus pada pembiayaan pelanggan BOP.
Mengindetifikasi dan menanggulangi tantangan-tantangan yang muncul dengan
memperkuat visi yang dimiliki Samuel klein pada 50 tahun lalu..
Menjunjung moto kebutuhan pelanggan adalah yang paling penting dan pelanggan harus
dipermudah mewujudkan mimpinya..
Mengakomodasi cara pembayaran kredit bagi pelanggan, yang sesuai dengan
kemampuannya.
Penggunaan teknologi yang berorientasi kepada produktivitas, operasi berbiaya rendah
dan kepuasan pelanggan.
Profil Kewirausahaan :
Inovasi terus-menerus di system informasi.
Komitmen terhadap layanan dan kepuasan pelanggan.
Melakukan perekrutan toko – toko lokal yang cendrung lebih akrab dengan lingkungan
dan pelanggan.
Menciptakan tumbuhnya rasa bangga pada toko – toko rekrutan, karyawan dan
pelanggan dengan memiliki Casas bahia
Kemampuan untuk mengidentifikasikan peluang pasar dan pertumbuhan-tinggi di
perekonomian-perekonomian Negara berkembang.
Solusi : Penerapan Sistem Informasi dan teknologi yang murah dan terpadu, dapat
terjangkau ekonomi masyarakat miskin dalam mengakomodasi keinginan pelanggan,
kepuasan pelanggan dan daya beli masyarakat dan membantu masyarakat dari segi financing
dengan pemberian kredit (micro financing).
Page | 3
Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid
Kelompok B – MM USU XXIV-2
1.2. CASE 2
CEMEX
Lokasi : Meksiko
Industri Driven : Micro Financing
Bidang Usaha : Perusahaan produsen semen Internasional yang membantu penyediaan
Perumahan masyarakat miskin
Pemicu : Krisis ekonomi Meksiko pada tahun 1994-1995, CEMEX mengalami penurunan
signifikan penjualan domestik. Penjualan pada segmen formal anjlok sampai 50%, namun
penjualan pada segmen informal dan swakonstruksi hanya turun 10% sampai 20%. CEMEX
menyadari bahwa level tinggi ketergantungannya pada segmen formal membuatnya sangat
rentan terhadap ayunan siklus bisnis di Meksiko.
Karakteristik :
Menciptakan bisnis yang mencerminkan keunggulan bersaing.
Mencerminkan opsi (pilihan) terjangkau bagi keluarga miskin yang berupaya
memperbaiki kualitas hidup di seluruh rumah tangga melalui penawaran semen dan
bahan mentah berkualitas-bagus dengan harga yang masuk akal dan tetap (tidak ada
peruabahan harga yang mencerminkan waktu dan inflasi)
Menawarkan akses ke kredit (dengan memberikan material terlebih dahulu) yang jika
tidak di berikan maka masyarakat miskin tidak akan memilikinya.
Posisi CEMEX sebagai warga korporasi yang bertanggung jawab yang berkomitmen
kepada masyarakat.
Membangun modal sosial.
Profil Kewirausahaan :
Inovasi terus-menerus.
Komitmen terhadap layanan dan kepuasan pelanggan.
Keahlian integrasi pascamerger yang terbukti.
Evolusi digital: produk efisien, distribusi, dan peroses pengiriman melalui sistim
informasi canggih.
Page | 4
Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid
Kelompok B – MM USU XXIV-2
Kemampuan untuk mengidentifikasikan peluang pasar berpertumbuhan-tinggi di
perekonomian-perekonomian berkembang.
Solusi :
Dengan biaya rendah (low cost)
Penjualan kredit
Mendesain biaya pra pembangunan
Memberikan supervisi service konstruksi kepada penduduk Mexico yang bekerja diluar
negeri
Cemex membuat perumahan dapat dijangkau bagi BOP.
1.3. CASE 3
E + Co & TECHNOSOL
Lokasi : Nikaragua
Industri Driven : Sumber Daya Listrik (Energi)
Bidang Usaha : perusahan financing khusus untuk meningkatkan penetrasi listrik di daerah
pedesaan (rural)
E+ Co’s adalah perusahan financing khusus untuk meningkatkan penetrasi listrik di daerah
pedesaan (rural). E+ Co’s bekerjasama dengan pengusaha lokal untuk penetrasi market,
seperti investasi di Technosol (Nicaragua) Teknologi Energi Listrik Generator yg dapat
digunakan: Solar Photovoltaics (PV), Wind Energy, Biomass Energy, Geothermal Energy,
Hydroelectricity.
Pemicu :
- Di Nikaragua, hampir 50% dari populasi tidak memiliki jaringan listrik ini berarti
investasi E+Co dalam energi matahari sama dengan rakyat bisa memiliki lampu, kulkas,
pengadaan air dan bekerja.
- Pemerintah mendukung usaha ini karena mereka memiliki sumber daya finansial yang
tidak memungkinkan untuk melakukan ini.
Page | 5
Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid
Kelompok B – MM USU XXIV-2
Karakteristik :
- Dengan menbangun modal bagi lokal enteprenur, E+Co memberikan alternatif solusi
energi bagi semua orang di dunia.
Profil Kewirausahaan :
- Memperhatikan Manfaat sosial dalam pengembangan bentuk energi listrik baru
- Menciptakan Energi ramah lingkungan.
- Membantu pemerintah dalam menumbuhkan perekonomian masyarakat.
Solusi : Menyediakan listrik bagi masyarakat pedesaan (rural) dengan harga murah.
Gambar 1. Skema Relationship Energi terhadap Lingkungan, Perkembangan Ekonomi
dan Manfaat Sosial
Page | 6
Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid
Kelompok B – MM USU XXIV-2
Gambar 2. Distribusi Wilayah Operasional e+Co Tahun 2010
1.4. CASE 4
VOXIVA
Lokasi : Peru dan Amerika Latin
Industri Driven : Sistem informasi dan Manajemen di bidang kesehatan
Bidang Usaha : Perusahaan Penyaji system informasi terpadu di Bidang Kesehatan
VOXIVA adalah perusahaan di Peru yang membuat aplikasi informasi tentang penyakit
menular (epidemiological application), dengan teknologi telekomunikasi yang murah yaitu
dengan teknologi telepon biasa (voicemail system).
Voxiva meluncurkan aplikasi pertama bernama Alerta, memberikan informasi tentang
penyakit menular kepada masyarakat di pedesaan Peru melalui Telepon. Alerta
menghubungkan penduduk Peru terhubung dengan 135 posyandu, 53 dinas kesehatan, 34
kanwil kesehatan, Departemen kesehatan dan Menteri Kesehatan.
Pemicu : Sebelum mendirikan Voxiva di bulan Maret 2001, Paul Meyer mendirikan IPKO,
penyedia jasa Internet(PJI) pertama dan terbesar di Kosovo.Dimulai beberapa pecan setelah
perang tahun 1999. IPKO dinobatkan Sekjen PBB sebagai model untuk krisis kemanusian
masa depan, Sekarang, IPKO adalah satu dari perusahaan terbesar di Kosovo.Sebelum IPKO,
Meyer menerapkan system-sistem TI untuk membantu menyatukan anak-anak pengungsi
yang terpisah dari keluarganya di Afrika Barat dan Balkan,
Karakteristik :
Memonitor Indikator-indikator utama wabah penyakit nasional dengan akurat, dan data
terbaru untuk kebutuhan pelapor nasional dan global.
Mengelola dengan seksama ART untuk mengurangi penyebaran wabah penyakit.
Mengoordinasikan layanan dan program di seluruh fasilitas dan tingkatan.
Menyediakan informasi yang dibutuhkan PEPFAR secara berkesinambungan dan
memperkuat infrastruktur dan informasi kesehatan utama.
Membangun Kerjasama berkesinambungan kepada pemerintah negara , membangun
program dan system informasi terpadu untuk mengatasi permasalahan di masyarakatnya.
Page | 7
Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid
Kelompok B – MM USU XXIV-2
Profil Kewirausahaan :
Inovasi terus-menerus di system informasi.
Komitmen terhadap layanan dan kepuasan pelanggan.
Memastikan distribusi obat - obatan secara benar dan mengawasi program – program
yang akan diterapkan.
Mendorong transparansi dan akuntabilitas di semua tingkat.
Kemampuan untuk mengidentifikasikan peluang pasar dengan pertumbuhan tinggi di
perekonomian-perekonomian berkembang.
Solusi : Penerapan Sistem Informasi yang murah dan terpadu , dapat terjangkau ekonomi
masyarakat miskin dalam menginformasikan keadaan kesehatan mereka dan pengawasan
pemerintah mengatasi penyebaran wabah penyakit dan kondisi masyarakat yang sulit
terjangkau.
Gambar 3. Bisnis Model Voxiva
Page | 8
Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid
Kelompok B – MM USU XXIV-2
Gambar 4. Peta Wilayah Operasional perusahaan yang beroperasi pada BOP
di Amerika Latin
Page | 9
CEME
e+co &Technosol
Voxiva
Casas
Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid
Kelompok B – MM USU XXIV-2
Profile Amerika Latin :
Pertumbuhan perekonomian kawasan Amerika Latin terus mengalami peningkatan
selama dekade 1990-an hingga mencapai puncaknya pada tahun 2004 dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi sebesar 6,1%. Sejak saat itu, tingkat pertumbuhan ekonomi Amerika
Latin selalu dalam kondisi stabil dengan nilai di atas 4%. Kawasan Amerika Latin memiliki
penduduk sebanyak 542,5 juta jiwa (2008) dengan total GDP sebesar USD 3,93 trilliun
(2009, Bank Dunia) dan GDP rata-rata per kapita USD 6.941 (2009, Bank Dunia).
Perekonomian kawasan Amerika Latin umumnya mengandalkan sumber cadangan
minyak, seperti yang terdapat di Venezuela, Argentina, Kolombia, Chile, Peru, and Ekuador.
Gas alam umumnya digunakan untuk pembangkit tenaga listrik. Di samping sumber daya
migas, kawasan ini juga memiliki sumber daya mineral seperti biji besi (Chile, Brasil, Guiana
Perancis), tembaga (Chile, Peru), mangan (Bolivia), emas (Brasil) dan bauksit (Guyana,
Suriname). Di sektor pertanian, kawasan ini memiliki potensi ekspor produk pertanian, antara
lain kopi, pisang, gula, tembakau, dan gandum. Argentina dan Brasil juga memiliki potensi di
bidang industri peternakan dan produksi daging.
II. PEMBASAHAN
2.1. Identifikasi penyebab terjadinya konsep kewirausahaan pada pasar BOP
Kondisi Perekonomian
Sebagian besar masyarakat pada BOP memiliki penghasilan yang tidak tetap.
Budaya Masyarakat
Multi culture dan sangat bervariatif.
Infrastruktur
Kurang memadai sebagai dampak pada masa perang.
Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan pada masyarakat pada BOP sehingga mengakibatkan
sistem yang dibangun harus lebih simple dan mudah.
2.2. Bentuk Inovasi yang diterapkan pada pasar BOP
Melayani pada konsumen BOP akan mensyarakatkan inovasi dalam teknologi, produk
dan jasam dan model bisnis. Lebih penting lagi, hal itu akan mengharuskan perusahaan-
perusahaan besar bekerja secara kolaboratif dengan organisasi-organisasi kemasyarakatan
Page | 10
Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid
Kelompok B – MM USU XXIV-2
dan pemerintahan. Adapun prinsip inovasi yang diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang
dibahas pada studi kasus ini adalah sebagai berikut :
1. Fokus pada kinerja dibidang harga dan produk jasa seperti yang diterapkan oleh
Casas Bahia dan Cemex, dimana perusahaan tersebut melayani pasar BOP tidak hanya
tentang penurunan harga, namun juga memberikan supporting dari segi micro finance
terhadap konsumen BOP.
2. Produk-produk yang dihasilkan harus bisa digunakan dalam lingkungan tidak
bersahabat seperti yang dilakukan oleh e+Co, dimana pengembangan produk yang
dilakukan oleh perusahaan tersebut memperhatikan manfaat sosial, linkungan dan
pertumbuhan ekonomi.
3. Inovasi mensyaratkan solusi-solusi hibrida seperti yang dilakukan oleh Voxiva dalam
membangun sistem informasi di bidang kesehatan dengan mengadopsi teknologi baru,
dimana solusi harga, kinerja dan perbaikan yang secara kreatif diramu dengan
infrastruktur yang telah ada dan berkembang cepat.
4. Pengembangan produk harus berawal dari pemahaman mendalam akan
fungsionalitas, seperti yang dilakukan oleh Voxiva dan E+Co dalam menciptakan
produknya dengan cara mengakses calon konsumen dan mendidik mereka bagi yang
tidak berpengalaman
2.3. Peran serta organisasi pemerintah/non pemerintah terhadap keberhasilan praktek
entrepeneur pada pasar BOP
Pemerintah dan LSM perlu mengubah paradigma tentang keterlibatan pengusaha
memberantas kemiskinan. Alih-alih pendekatan amal, pendekatan seperti inilah yang harus
dipupuk. Sinergi antara pemerintah, LSM, dan pengusaha akan memunculkan inovasi-inovasi
baru yang menguntungkan semua, hingga pada akhirnya mampu memberdayakan sang
miskin secara berkelanjutan.
Page | 11
Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid
Kelompok B – MM USU XXIV-2
Gambar 5. Peran serta Pemerintah dan Swasta terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan
Transformasi Sosial pasar BOP
Pada bagan di atas menggambarkan bahwa seluruh komponen memiliki peran yang
penting dalam mewujudkan visi dalam penciptaan bersama atas penyelesaian masalah
kemiskinan. Peluang BOP tidak dapat dibuka jika perusahaan-perusahaan besar dan kecil,
pemerintahan, organisasi kemasyarakatan, badan pembangunan, dan masyarakat miskin itu
tidak bekerjasama dengan agenda bersama. Kewirausahaan dalam skala besar adalah
kuncinya. Pendekatan tersebut akan menentang prasangka tentang peran dan nilai tambah tiap
kelompok dan perannya dalam pembangunan ekonomi BOP.
2.4. Manfaat praktek kewirausahaan terhadap masyarakat sekitar pada pasar BOP
Piramida ekonomi adalah ukuran ketimpangan pendapatan. Jika ketimpangan itu
berubah harus menjadi bentuk berlian yang mengasumsikan bahwa bagian terbesar populasi
adalah kelas menengah. Proses ini dinyatakan sebagai transformasi sosial ekonomi
masyarakat ke bentuk ideal.
Page | 12
Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid
Kelompok B – MM USU XXIV-2
Transformasi Sosial: Merubah struktur masyarakat dari piramid menjadi diamond
Caranya: Merubah BOP menjadi BOP Entreupreneur Naik menjadi Middle Class
Suprastruktur: ICT (Connectivity), Health, Microfinance & Energy Meningkatkan
Produktifitas
Gambar 6. Transformasi Piramida Penduduk
2.5. Konsep pengembangan pasar BOP di Indonesia terhadap praktik-praktik inovative
BOP
Dalam bidang ekonomi, produk domestik bruto (PDB) adalah nilai semua barang
dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. PDB merupakan salah satu
metode untuk menghitung pendapatan nasional.4 PDB tersebut menggambarkan
Pertumbuhan ekonomi yang kuat memberi insentif bagi investor untuk menanamkan
modalnya di Indonesia.
4 Produk domestik bruto, http://id.wikipedia.org/wiki/Produk_domestik_bruto
Page | 13
Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid
Kelompok B – MM USU XXIV-2
Gambar 7. PDB Perkapita Indonesia
BPS menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah penduduk miskin dan
meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat indonesia, namun secara kualitatif belum
menampakkan dampak perubahan yang nyata malahan kondisinya semakin memprihatinkan
tiap tahunnya seperti yang terdapat pada gambar 7. Miskin adalah kondisi kehidupan yang
serba kekurangan yang dialami seseorang atau rumah tangga sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan minimal/yang layak bagi kehidupannya.5 Kemiskinan merupakan
ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan materil dasar berdasarkan standar
tertentu. Adapun standar ini lebih dikenal dengan garis kemiskinan, yaitu tingkat pengeluaran
atas kebutuhan pokok yang meliputi sandang, pangan, papan secara layak. Berikut
merupakan program pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh Pemerintah Republik
Indonesia yang meliputi yaitu :
1. Program Keluarga Harapan (PKH),
2. Program Bantuan Langsung Tunai Bersyarat,
3. Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas),
4. Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan
5. Program Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).
5 Modul Kemiskinan, http://tobasamosirkab.bps.go.id/download/artikel/modul%20kemiskinan.ppt, Badan Pusat Statistik (BPS)
Page | 14
Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid
Kelompok B – MM USU XXIV-2
Gambar 8. Data Penduduk Miskin Indonesia
Gambar 9. Data Penduduk Miskin Indonesia berdasarkan provinsi
Page | 15
Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid
Kelompok B – MM USU XXIV-2
Gambar 10. Peta Sebaran Wilayah Penduduk Miskin Indonesia
Tim World Bank dalam seminarnya tentang “Era Baru dalam Pengentasan
Kemiskinan di Indonesia”, mengemukakan 9 langkah untuk mengentaskan kemiskinan di
Indonesia. Adapun 9 langkah tersebut adalah 6:
1. Revitalisasi pertanian
Dilakukan dengan dua langkah, yaitu melalui informasi yang tepat (pembibitan,
penyuluhan, teknologi informasi dan komunikasi) dan melalui infrastruktur yang baik
(irigasi, pengelolaan sumber daya air, infrastruktur jalan pedesaan)
2. Melaksanakan kebijakan beras yang menjamin kestabilan harga
Kemiskinan di Indonesia sangat berkaitan erat dengan tingginya harga beras, oleh karena
itu harus ada cara untuk menjamin kestabilan harga beras. Ada dua cara yang bisa
digunakan, yaitu; dengan menggunakan lembaga pemerintah penyedia cadangan beras
(buffer stock agencies) dan dengan menggunakan kebijakan perdagangan.
6 9 Langkah Pengentasan Kemiskinan di Indonesia, http://acehrecoveryforum.org/id/index.php?action=Spotlight&no=54 , Maret 2007
Page | 16
Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid
Kelompok B – MM USU XXIV-2
3. Perbaiki tingkat pendidikan dan latihan kejuruan
Perlu adanya pelatihan kejuruan yang dipacu oleh permintaan dan didorong oleh pihak
swasta.
4. Laksanakan program pembangunan infrastruktur jalan desa.
Kekhawatiran dunia usaha di tingkat pedesaan adalah biaya ekstra yang dikeluarkan
untuk menjangkau pasar, oleh karena itu perlu adanya percepatan penyediaan
pembangunan infrastruktur dasar di desa.
5. Perbaiki insentif untuk penyedia layanan, termasuk pihak swasta
Hal ini bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu; dukung pihak swasta dalam penyediaan
layanan kesehatan, pendidikan dan gunakan perjanjian layanan dengan para penyedia
layanan.
6. Kembangkan program pembangunan berbasis masyarakat (PNPM)
7. Laksanakan program percobaan (pilot) Bantuan Tunai Bersyarat (Keluarga Harapan)
Hal ini bisa dilakukan dengan pemberian dana tunai kepada rumah tangga miskin
berdasarkan perilaku yang dapat memperbaiki indikator-indikator pembangunan manusia
dengan mengatasi masalah-masalah di berbagai bidang pokok.
8. Perbaiki fokus terhadap kemiskinan dalam proses penganggaran: DAU dan DAK lebih
”pro - poor”.
9. Perbaiki kapasitas pemerintah daerah dan perjelas tanggung jawab nasional.
Masalah kemiskinan di Indonesia tidak bisa diatasi dalam jangka waktu pendek, perlu
waktu dan willingness yang tinggi dari berbagai sektor.
2.6. Praktek entrepeneurship pada BOP di Indonesia
Berikut merupakan praktek-praktek metode bisnis entrepenuership yang terjadi di
Indonesia dengan target pasar BOP, yaitu :
Micro Finance
Bank BRI sebagai pelopor micro finance di Indonesia
Carefour (Kartu belanja)
KUR (Kredit Usaha Rakyat)
Page | 17
Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid
Kelompok B – MM USU XXIV-2
Health Care
Posyandu
Puskesmas
Connectivity
USO – Telkom Indonesia
Nokia Life Tools (Informasi di bidang pertanian, berhasil di India)
Internet Sehat
Indonesia Go Open Sourve (IGOS)
Energi
???
Education
????
III. KESIMPULAN
Kebutuhan konsumen BOP begitu unik sehingga kesuksesan menembus pasar BOP
menuntut inovasi khusus yang menomorsatukan kebutuhan sang miskin sebagai
konsumen dan pelaku ekonomi.
Kesuksesan merengkuh konsumen-konsumen BOP ditentukan besarnya perhatian
terhadap kebutuhan spesifik mereka itu, mulai dari kebutuhan kredit sampai dengan
kebutuhan akan produk berkualitas dan pelayanan yang dapat dipercaya.
Aktivitas swasta di pasar BOP memberdayakan; bahwa pengusaha mendapatkan
keuntungan dengan memenuhi kebutuhan sang miskin memberlanjutkan pemberdayaan
ini.
IV. SARAN DAN REKOMENDASI
BOP adalah pasar yang potensial untuk dijajaki bagi perusahaan untuk mendapatkan
laba.
Kemampuan konsumsi kaum miskin (BOP) harus diberdayakan, bukan dengan amal,
melainkan dengan inovasi pendanaan.
Produk dan pelayanan baru perlu diciptakan untuk memenuhi kebutuhan spesifik
mereka.
Penting untuk tidak meremehkan harga diri dan pilihan para pelaku ekonomi BOP.
Page | 18
Case Study :The Fortune At The Bottom Of The Pyramid
Kelompok B – MM USU XXIV-2
Perlu dibangun rasa percaya-apalagi mengingat begitu seringnya kepercayaan
masyarakat miskin dikecewakan.
V. DAFTAR REFERENSI
C. K. Prahalad, The Fortune at the bottom of pyramid, 2004
Kementrian Perkonomian dan Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) www.menkokesra.go.id
Kemiskinan and peran pengusaha, http://www.csis.or.id/scholars_opinion_view.asp?
op_id=302&id=10&tab=2, Kompas, December 19, 2004
Pertumbuhan Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan di Indonesia (Analisis Ekonometri),
http://wongdesmiwati.files.wordpress.com/2009/10/pertumbuhan-ekonomi-dan-pengentasan-
kemiskinan-di-indonesia-_analisis-ekonometri_.pdf, Oktober 2009.
Modul Kemiskinan, http://tobasamosirkab.bps.go.id/download/artikel/modul
%20kemiskinan.ppt, Badan Pusat Statistik (BPS)
Balai Pusat Statistik (BPS), www.bps.go.id
www.wikipedia.org
www.voxiva.com
www.casasbahia.com.br
www.cemex.com
http://eandco.net /
Page | 19