Upload
elsa-rahayu
View
34
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kulit
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Dermatofitosis mempunyai beberapa gejala klinik yang nyata, tergantung
pada letak anatomi dan jamur penyebab. Secara klinis dermatofitosis terdiri atas tinea
kapitis, tinea favosa (hasil dari infeksi oleh Trichophyton schoenleinii), tinea corporis
(ringworm of glabrous skin), tinea imbrikata (ringworm hasil infeksi oleh T.
concentrikum), tinea unguium (ringworm of the nail), tinea pedis (ringworm of the
feet), tinea barbae (ringworm of the beard) dan tinea manum (ringworm of the hand).1
Tinea kapitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur superfisial
pada kulit kepala, bulu mata dengan kecenderungan menyerang batang rambut dan
folikel rambut. Penyakit ini termasuk kepada mikosis superfisialis atau
dermatofitosis. Beberapa sinonim yang digunakan termasuk ringworm of the scalp
dan tinea tonsurans. Di Amerika Serikat dan wilayah lain di dunia insiden dari tinea
kapitis meningkat.2
Gejala klinis tinea kapitis ditemukan berbeda-beda dari dermatofitosis non
inflamasi dengan sisik mirip dermatitis seboroik sampai inflamasi dengan lesi
bersisik yang eritematous dan kerontokan rambut atau alopesia dan dapat
berkembang menjadi inflamasi yang berat berupa abses yang dalam disebut kerion,
yang mempunyai potensi menjadi jaringan parut dan menyebabkan alopesia yang
menetap. Keadaan penyakit ini tergantung pada interaksi antara host dan agen
penyebab.2
Tinea kapitis terkadang dikelirukan dengan dignosa lainnya yang mempunyai
gambaran klinis yang mirip. Dengan adanya hal ini, maka tinea kapitis ini harus
dibedakan dengan dermatitis seboroik, alopesia areata dan psoriasis.3
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 DEFINISI
Dermatofitosis adalah setiap infeksi fungal superfisial yang disebabkan oleh
dermatofit dan mengenai stratum korneum kulit, rambut dan kuku, termasuk
onikomikosis dan berbagai macam bentuk tinea. Disebut juga epidermomycosis dan
epidermophytosis.1
Tinea kapitis adalah infeksi dermatofita pada kulit kepala, alis mata dan bulu mata
yang disebabkan oleh spesies dari genus Microsporum dan Trichophyton.2
II.2 SINONIM
Ringworm of the scalp and hair, tinea tonsurans, kurap, herpes tonsurans1
II.3 EPIDEMIOLOGI
Tinea kapitis sering mengenai anak-anak berumur antara 4 dan 14 tahun.
Walaupun jamur patogen yang terlibat banyak, Trichophyton tonsurans menjadi
penyebab lebih dari 90% kasus di Amerika Utara dan United Kingdom. Kasus-kasus
di perkotaan biasanya didapatkan dari teman atau anggota keluarga. Kepadatan
penduduk, hygien yang buruk dan malnutrisi protein memudahkan seseorang
mendapatkan penyakit ini. Kasus-kasus yang disebabkan oleh Microsporum canis
jarang terjadi dan di dapat dari anak anjing dan anak kucing.2
Di Amerika Serikat, kejadian penyakit ini tidak lama tercatat oleh badan
kesehatan masyarakat, karena kebenaran insiden tidak di ketahui. Laporan insiden
tertinggi ditemui pada anak usia sekolah di Amerika dan Afrika.2 Tinea kapitis terjadi
lebih dari 92,5 % dari dermatofitosis pada anak-anak berumur kurang dari 10 tahun.
Penyakit ini jarang pada orang dewasa. Meskipun kejadiannya mungkin dapat
2
dijumpai pada pasien-pasien tua.2 Di dunia internasional tinea kapitis tersebar luas di
beberapa daerah perkotaan di Amerika Utara, Sentral Amerika dan Amerika Selatan,
terdapat juga sebagian di Afrika dan India.1 Di Asia Tenggara, angka infeksi telah
dilaporkan menurun cepat dari 14 % (rata-rata dari anak perempuan dan laki-laki)
sampai 1,2 % pada 50 tahun terakhir karena keadaan sanitasi umum dan hygien
perorangan telah membaik. Di Selatan Eropa penyakit ini jarang.2
Insidens tinea kapitis dibandingkan dermatomikosis lain di Medan adalah
0,4% (1996-1998), RSCM Jakarta 0,61-0,87% (1989-1992), manado 2,2-6% (1990-
1996) dan Semarang 0,2%. Di Surabaya kasus baru tinea kapitis antara tahun 2001-
2006 insidennya dibandingkan kasus baru dermatomikosis di Poli Dermatomikosis
URJ Kulit dan Kelamin RSU Dr.Soetomo antara 0,31%-1,55%. Di Surabaya tersering
tipe kerion (62,5%) daripada tipe Graypatch (37,5%). Tipe Blackdot tidak
ditemukan.3
II.4 ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Trichophyton dan
Microsporum, misalnya T. violaceum, T. gourvilii, T. mentagrophytes, T. tonsurans,
M. audoinii, M. canis, M. ferrugineum.1
II.4.1 Microsporum
Kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup pada tubuh manusia
(antropofilik) atau pada hewan (zoofilik).
Koloni mikrosporum adalah glabrous, serbuk halus, seperti wool atau powder.
Pertumbuhan pada agar Sabouraud dextrose pada 25°C mungkin melambat atau
sedikit cepat dan diameter dari koloni bervariasi 1-9 cm setelah 7 hari pengeraman.
Warna dari koloni bervariasi tergantung pada jenis itu. Mungkin saja putih seperti
wol halus yang masih putih atau menguning sampai cinamon2
II.4.2 Tricophyton
3
Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau
manusia. Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan
geophilic. Trichophyton concentricum adalah endemic pulau Pasifik, Bagian tenggara
Asia, dan Amerika Pusat. Trichophyton adalah satu penyebab infeksi pada rambut,
kulit, dan kuku pada manusia.2
II.5 PATOGENESIS
Infeksi ektotrik ( diluar rambut )
Infeksinya khas di stratum korneum perifolikulitis, menyebar sekitar batang
rambut dan di batang rambut bawah kutikula dari pertengahan sampai akhir anagen
saja. Sebelum turun ke folikel rambut untuk menembus kortek rambut. Hifa-hifa
intrapilari kemudian turun ke batas daerah keratin, dimana rambut tumbuh dalam
keseimbangan dengan proses keratinisasi, tidak pernah memasuki daerah berinti.
Ujung-ujung hifa-hifa pada daerah batas ini disebut Adamson’s fringe, dan dari sini
hifa berpolifrasi dan membagi menjadi atrokonidia yang mencapai korteks rambut
dan dibawa keatas pada permukaan rambut. Rambut-rambut akan patah tepat diatas
fringe tersebut, dimana rambutnya sekarang menjadi sangat rapuh sekali. Secara
mikroskop hanya atrokonidia ektotrik yang tampak pada rambut yang patah,
walaupun hifa intrapilari ada juga.3
Infeksi Endotrik ( didalam rambut )
Kurang lebih sama dengan ektotrik kecuali kutikula tidak terkena dan
atrokonodia hanya tinggal di dalam batang rambut menggantikan keratin intrapilari
dan meninggalkan kortek yang intak. Akibatnya rambutnya sangat rapuh dan patah
pada permukaan kepala dimana penyanggah dan dinding folikular hilang
meninggalkan black dot. Infeksi endotrik juga lebih kronis karena kemampuannya
tetap berlangsung di fase anagen ke fase telogen.3
II.6 GEJALA KLINIS
4
Di dalam klinik tinea kapitis dapat di lihat sebagai 3 bentuk yang jelas :2
1. Grey patch ringworm.
Grey patch ringworm merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh
genus Microsporum dan sering ditemukan pada anak-anak. Penyakit mulai dengan
papul merah yang kecil di sekitar rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak
yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal. Warna rambut
menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi. Rambut mudah patah dan terlepas dari
akarnya, sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut di
daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga dapat terbentuk alopesia setempat.1,2
Tempat-tempat ini terlihat sebagai grey patch. Grey patch yang di lihat dalam
klinik tidak menunjukkan batas-batas daerah sakit dengan pasti. Pada pemeriksaan
dengan lampu wood dapat di lihat flouresensi hijau kekuningan pada rambut yang
sakit melampaui batas-batas grey tersebut. Pada kasus-kasus tanpa keluahan
pemeriksaan dengan lampu wood ini banyak membantu diagnosis. Tinea kapitis yang
disebabkan oleh Microsporum audouinii biasanya disertai tanda peradangan ringan,
hanya sekali-sekali dapat terbentuk kerion.2
Gambar 1. Gray patch Ringworm2
2. Kerion
5
Kerion adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa
pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan serbukan sel radang yang padat
disekitarnya. Bila penyebabnya Microsporum caniis dan Microsporum gypseum,
pembentukan kerion ini lebih sering dilihat, agak kurang bila penyebabnya adalah
Trichophyto violaceum. Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan berakibat
alopesia yang menetap, parut yang menonjol kadang-kadang dapat terbentuk.1
Gambar 2: kerion2
3. Black dot ringworm
Black dot ringworm terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan
Trichophyton violaceum. Pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai
kelainan yang di sebabkan oleh genus Microsporum. Rambut yang terkena infeksi
patah, tepat pada rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam di dalam
folikel rambut ini memberi gambaran khas, yaitu black dot, Ujung rambut yang patah
kalau tumbuh kadang-kadang masuk ke bawah permukaan kulit.1
Dalam hal ini perlu dilakukan irisan kulit untuk mendapatkan bahan biakan
jamur Tinea kapitis juga akan menunjukkan reaksi peradangan yang lebih berat, bila
disebabkan oleh Trichophyton mentagrophytes dan Trichophyton verrucosum, yang
keduanya bersifat zoofilik. Trichophyton rubrum sangat jarang menyebabkan tinea
6
kapitis, walaupun demikian bentuk klinis granuloma, kerion , alopesia dan black dot
yang disebabkan Trichophyton rubrum pernah di tulis.1,2
Gambar 3: Black dot ringworm3
4. Favus
Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang
berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk cawan
(skutula), serta bau busuk seperti bau tikus “moussy odor”. Rambut di atas skutula
putus-putus dan mudah lepas dan tidak mengkilat lagi. Bila menyembuh akan
meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang permanen. Penyebab utamanya
adalah Trikofiton schoenleini, T. violasum. Oleh karena Tinea kapitis ini sering
menyerupai penyakit-penyakit kulit yang menyerang daerah kepala, maka penyakit
ini harus dibedakan dengan penyakit-penyakit bukan oleh jamur seperti: Psoriasis
vulgaris dan Dermatitis seboroika.2
Favus, favosa tinea juga disebut, adalah infeksi dermatophytic inflamasi
kronis biasanya disebabkan oleh Trichophyton schoenleinii. Jarang, favus disebabkan
oleh Trichophyton violaceum, Trichophyton mentagrophytes var quinckeanum, atau
Microsporum gypseum.Favus biasanya mempengaruhi kulit kepala rambut tetapi juga
dapat menginfeksi kulit berbulu dan kuku. Agen penyebab mouse favus adalah T
mentagrophytes var quinckeanum, juga disebut Trichophyton quinckeanum, yang
dapat menyebabkan favus pada manusia, meskipun jarang.2
7
Favus adalah 1 dari 3 pola utama infeksi rambut (ectotrik, endotrik,
favus).Biasanya, rambut tidak seperti yang terinfeksi berat seperti dalam
trichophytosis disebabkan oleh Trichophyton tonsurans.Rambut dapat tumbuh, dan
sering, rambut panjang diamati pada keadaan penyakit. Fitur yang paling karakteristik
adalah pembentukan ruang udara antara hifa dalam rambut yang terinfeksi.Ruang
udara ini (udara terowongan) bentuk sebagai akibat dari otolisis hifa. Arthroconidia
jarang terlihat dalam rambut.Rambut yang terinfeksi seperti yang biasa disebut favus-
jenis rambut. Dalam sera pasien, atibody terhadap jamur penyebab ditemukan oleh
aglutinasi arang dan uji imunodifusi, namun peran yang tepat dari atibody tidak
jelas.2
Menurut berat ringannya penyakit, 3 tahap utama dijelaskan.
Tahap pertama: Hanya eritema kulit kepala terlihat, terutama di sekitar folikel.
Rambut tidak longgar atau rusak.
Tahap kedua: Pembentukan scutula terlihat dengan awal kerontokan rambut.
Tahap Ketiga: Tahap paling parah melibatkan daerah yang luas dari kulit kepala
(setidaknya sepertiga); rambut rontok luas, atrofi, dan hasilnya jaringan parut.
Pembentukan scutula baru di pinggiran plak adalah umum.
Bentuk khas dari scutulum, kerak cangkir berbentuk kuning yang mengelilingi
rambut dan menembus pusat, adalah khas. Scutula membentuk plak padat, masing-
masing terdiri dari miselia dan puing-puing epidermis. Seringkali, infeksi bakteri
sekunder terjadi pada plak. Penghapusan Plak meninggalkan basis eritematosa
lembab. Massa padat kerak kuning mungkin soliter atau banyak, dan pada pasien
yang terkena dampak parah, melibatkan seluruh kulit kepala. Bau pemalu biasanya
hadir. Kulit berbulu mungkin menunjukkan krusta kuning serupa.2
Pada kulit berbulu, favus adalah letusan papulovesikular dan papulosquamous
di mana scutula khas mungkin jelas. Sebagai sebuah onikomikosis, favosa tinea
menyerupai bentuk-bentuk tinea unguium.3
8
Gambar 4: Favus2
II.7 DIAGNOSIS
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan dengan
lampu wood dan pemeriksaan mikroskopik rambut langsung dengan KOH. Pada
pemeriksaan mikroskopik akan terlihat spora di luar rambut ( ektotriks ) atau di dalam
rambut ( endotriks ).3
II.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lampu Wood
Filter sinar ultraviolet (Wood) memunculkan fluoresensi hijau dari
beberapa jamur dermatofita , terutama spesies Microsporum. Lampu Wood
adalah prosedur screening yang berguna untuk mengambil spesimen dari
Infeksi Microsporum. Pada grey patch ringworm dapat dilihat fluoresensi
hijau kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melampaui batas-batas grey
patch.2,4
9
Pemeriksaan KOH
Pemeriksaan langsung sediaan basah dilakukan dengan mikroskop,
mula-mula dengan pembesaran 10x10, kemudian pembesaran 10x45. Sediaan
diambil dari kulit kepala dengan cara kerokan pada lesi yang diambil
menggunakan blunt solid scalpel atau dengan menggunakan sikat.2,4
Pengambilan sampel terdiri rambut sampai akar rambut serta skuama.
Setelah sampel diambil kemudian sampel diletakkan di atas gelas alas,
kemuadian ditambahkan 1-2 tetes larutan KOH. Konsentrasi larutan KOH
untuk sediaan rambut adalah 10% dan untuk kulit 20%. Setelah sediaan
dicampurkan dengan KOH, ditunggu 15-20 menit untuk melarutkan jaringan.
Untuk mempercepat pelarutan makan dapat dilakukan pemanasan sediaan
basah di atas api kecil. Pada saat mulai keluar uap dari sediaan tersebut,
pemanasan sudah cukup. Bila terjadi penguapan, maka akan terbentuk kristal
KOH, sehingga tujuan yang diinginkan tidak tercapai. Untuk melihat elemen
jamur lebih nyata dapat ditambahkan zat warna pada sediaan KOH misalnya
tinta Parker super-chroom blue black.2,4
Pada sediaan rambut yang dilihat adalah spora kecil (mikrospora) atau
spora besar (makrospora). Spora tersusu di luar rambut (endotrik) atau di
dalam rambut (endotrik). Kadang terlihat juga hifa pada sediaan rambut.
Kultur
Medium kultur yang digunakan untuk jamur dermatofit adalah
sabouraud dextrose agar. Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk
menyokong pemeriksaan langsung sediaan basah dan untuk menentukan
spesies jamu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis
pada media buatan yaitu sabouraud dextros agar. Antibiotik seperti
kloramfenikol dan cycloheximide ditambahkan ke media untuk mencegah
pertumbuhan dari bakteri atau jamur kontaminan. Kerokan yang diambil pada
lesi di kulit kepala dengan menggunakan sikat kemudian di ratakan di
10
permukaan media kultur. Kebanyakan dermatofit tumbuh pada suhu 26 0C dan
diperlukan waktu tumbuh setelah 2 minggu untuk dilakukan pemeriksaan.4,8
II.9 DIAGNOSIS BANDING
Diagnosa banding untuk tinea kapitis terdapat dalam beberapa kondisi,
tergantung dari presentasi klinisnya. Dibawah ini tabel untuk mempermudah memilah
diagnosis banding tinea kapitis sesuai dengan gambaran klinisnya.6
1. Alopecia Areata
Alopecia areata adalah keadaan rontoknya rambut yang bersifat
rekuren dan nonscarring. Biasanya bersifat jinak dan asymtomatik tetapi dapat
menimbulkan stress emosi dan psikososial. Gambaran kulit yang ditinggalkan
halus dan sedikit kemerahan. Gambaran daerah yang kehilangan rambut
kebanyakan berbentuk oval. Tidak ada perubahan epidermal yang terjadi dan
berhubungan dengan hilangnya rambut.6
2. Dermatitis Seboroik
Gambaran klinis pada dermatitis seboroik pada kulit kepala dapat
bervariasi, dari ringan, berskuama halus sampai tersebar, dan tebal. Dermatitis
ini dapat menyebar dari kepala menuju dahi dan dibelakang dapat sampai
pada leher dan bawah telinga pada samping kiri dan kanannya.7 Ruamnya
pada bayi usia dua sampai sepuluh minggu sangat khas yang disebut cradle
cap, dengan krusta tebal, pecah-pecah dan berminyak. Sedangkan pada
dewasa dapat berupa makula atau plak, kemerahan atau kekuningan, terdapat
skuama dan krusta tipis sampai tebal yang kering, basah atau berminyak.5,7
3. Trichotillomania
Adalah sebuah kelainan kompulsif yang menghasilkan kebotakan
dimana pasien mencabut rambutnya sendiri. Trichotillomania adalah salah
satu kelainan kejiwaan primer yang pencetusnya adalah diri sendiri. Biasanya
11
pasien mengakui bahwa ia mencabut rambutnya sendiri, yang biasanya
dilakukan saat pasien melakukan aktivitas seperti membaca, menulis,
menonton televisi atau mengendarai mobil. Lesinya biasanya berupa
hilangnya rambut dengan dasarnya berupa kulit normal.8
4. Psoriasis scalp
Psoriasi pada kulit kepala adalah kelainan kulit yang menghasilkan
peningkatan, kemerahan dan seringkali patch bersisik. Kelaian ini dapat
berupa multiple patch pada kulit kepala, dapat mengenai seluruh kulit kepala
dan dapat juga menyebar sampai ke dahi, leher bagian belakang dan dibawah
telinga. Penyakit ini tidak menular, seperti halnya tipe psoriasis yang lain
penyebab pasti belum diketahui. Banyak yang percaya bahwa penyakit ini
adalah hasil dari kelainan sistem imun yang menyebabkan bertambah
cepatnya waktu pergantian kulit. Gejala klinis pada penyakit ini adalah adanya
plak kemerahan, sisik berwarna putih/perak, gatal, rontoknya rambut dan kulit
kering. Meskipun psoriasis bukanlah penyebab rontoknya rambut, tetapi
intensitas garukan dan tindakan paksa untuk melepas sisik, dan juga faktor
stress dapat menyebabkan rontoknya rambut.5
5. Karbunkel
Furunkel adalah radang folikel rambut dan sekitarnya. Karbunkel
adalah kumpulan furunkel. Biasanya etiologinya adalah staphylococcus
aureus. Gambaran klinisnya, keluhan pasien biasanya nyeri, kelainan berupa
nodul eritematosa berbentuk kerucut, ditengahnya terdapat pustul. Kemudian
melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik lalu memecah
membentuk fistel.5
12
II.9 PENATALAKSANAAN
Umum
Edukasi tentang penyakit pasien
Edukasi agar minum obat teratur
Jaga kebersihan diri terutama rajin membersihkan rambut
Tidak bermain dengan binatang Menghindari pemakaian sisir, jilbab atau topi bersama
dengan anggota keluarga yang lain karena dapat menyebabkan penularan
Khusus
1. Terapi topikal
Terapi topikal saja biasanya tidak direkomendasikan untuk penyakit ini karena
preparat topikal tidak berprenetrasi secara adekuat pada kulit kepala. Pada tahun
1982, Allen dkk, melaporkan bahwa dengan menggunakan shampoo yang
mengandung selenium sulfide 2% cukup efektif dalam mengurangi spora pada kulit
kepala pasien anak yang diterapi pararel dengan griseofulin dan akhir-akhir ini
penggunaan shampoo yang mengandung ketoconazole 2% juga menghasilkan hasil
yang sama. Pasien harus dianjurkan untuk menggunakan shampoo 3 kali dalam
seminggu dan membiarkannya meresap paling minimal 5-15 menit sebelum dibasuh.
Shampoo tersebut harus digunakan sampai pasien secara klinis dan histologi
sembuh.4 Dapat juga digunakan shampoo ketokonasol 1-2% 2-3x/minggu.5
2. Terapi sistemik
Griseofulvin
13
Sejak akhir tahun 1950, Griseofulvin telah dijadikan gold standart pada tinea
kapitis, meskipun dosis dan durasinya berbeda pada tiap pasien, secara umum dosis
yang digunakan adalah 10-20 mg/kg/hari selama delapan sampai duabelas minggu.
Griseofulvin adalah obat fungistatik dan berfungsi menghambat sintesis
asamnukleid dan mengganggu perkembang biakan inti sel dalam metaphase yang
akhirnya mencegah pembentukan dinding sel jamur. Griseofulvin pun memiliki efek
anti-inflamasi. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet, dan biasanya direkomendasikan
untuk diminum bersamaan dengan makanan berlemak, karena hal itu akan
meningkatkan absorpsi obat dan meningkatkan bioavailabilitasnya. Durasi dari terapi
tergantung dari mikroorganisme penyebabnya (T.Tonsurans membutuhkan terapi
yang lebih lama).
Efek samping obat ini adalah mual dan erupsi eksantematosa pada 8%-15%
kasus, dan obat ini berkontraindikasi pada kehamilan. Beberapa studi telah
membandingkan penggunaan Griseovulfin dengan ketokonazole sebagai terapi tinea
kapitis pada anak-anak dan telah dinyatakan bahwa ketokonazole aman dan efektif
meskipun belum menunjukan kemampuan yang lebih baik daripada griseovulfin,
yang dimana menunjukan efek yang lebih cepat. Griseovulfin aman dan efektif pada
anak selama diberikan pada dosis yang sesuai.4
Terbinafine
Terbinafin adalah sebuah allylamine fungisidal yang mempunyai afinitas
tinggi untuk keratin dan bekerja pada membrane sel dari jamur. Obat ini efektif pada
semua jenis dermatofit. Obat ini seefektif griseovulfin dan aman untuk terapi spesies
Trichophyton pada anak, sementara untuk spesies Microsporum masih diperdebatkan;
tetapi telah dianjurkan pada kasus ini membutuhkan terapi lebih lama (lebih dari 4
minggu) dan dengan dosis yang tinggi. Dosis obat ini tergantung dari berat badan
pasien, biasanya 3 sampai 6 mg/kg/ hari. Dalam hal efek samping, keluhan
gastrointestinal pada 5% kasus dan erupsi obat pada 3% kasus.
Pada studi yang melibatkan 50 anak, yang dimana 49 anak menderita tinea
dengan spesies Trichophyton dan hanya 1 anak yang menderita tinea dari spesies
microsporum, didapatkan kesembuhan 86 % secara klinis dan histologi setelah terapi
14
selama 2 minggu; peneliti pada kasus ini menganjurkan penambahan 2 minggu untuk
menterapi anak dengan tinea dengan jenis Microsporum. Pada studi lain yang
mengevaluasi terapi terbinafin pada 152 anak, kesembuhan secara klinis dan mikologi
sangat baik dengan persentase 96%; dalam studi ini peneliti ini merekomendasikan
terapi selama 4 minggu pada tinea kapitis pada anak.4
Golongan Azole:
Ketokonazole
Ketokenazol bersifat fungistatik. Pada kasus-kasus resisten terhadap
griseofulvin dapat diberikan obat ini sebanyak 200 mg per hari selama 10 hari- 2
minggu pada pagi hari setelah makan. Ketokonazol merupakan kontraindikasi untuk
penderita kelainan hepar.5
Itrakonazole
Itrakonazole mempunyai aktifitas fungistatik dan fungisidal, meskipun lebih
banyak berfungsi sebagai fungstatik dengan memakan ergosterol pada membran sel
jamur yang akhirnya membuat perubahan permeabilitas membran sel. Dosis yang
direkomendasikan adalah 100 mg/hari selama 4 minggu atau 5 mg/kg/ hari pada
anak-anak, dimana sama efektif dengan griseofulvin dan terbinafine (table 4). Obat
ini sangat lipofilik dan keratinofilik dan obat ini bertahan dalam stratum korneum
selama 3 sampai 4 minggu setelah pemberian.4 Obat ini cocok sebagai pengganti
ketokonazol yang mempunyai sifat hepatotoksik terutama bila diberikan lebih dari 10
hari.4
Flukonazole
Flukonazole adalah obat anti jamur yang memiliki spectrum luas dan dapat
diberikan pada dermatofit dan juga spesies kandida. Obat ini memiliki bioavailabilitas
yang baik, rendah dalam ikatan dengan protein dan memiliki waktu paruh yang
panjang. Dalam studi yang meneliti anak-anak dengan T. tonsurans, obat ini
didapatkan efektif dan aman dalam dosis 6 mg/kg/ hari selama 20 hari.4
Kortikosteroid
15
Kortikosteroid dapat digunakan pada tinea kapitis lesi kerion. Penggunaan
kotikosteroid harus hati-hati pada pasien seperti ini dan kontraindikasi dalam
pemberiannya harus ditepikan. Kortikosteroid intralesi dapat digunakan pada lesi
yang terlokalisir sedangkan, kortikosteroid sistemik harus diberikan pada kondisi lesi
yang difus, yang biasanya digunakan secara umum adalah prednisone pada dosis 1
mg/kg/hari selama 1-2 minggu.4
II.10 PROGNOSIS
Proses penyebaran spora jamur mungkin bertahan beberapa bulan meskipun
sedang dilakukan terapi; oleh karena itu sangat perlu untuk terus memantau keadaan
pasien. Penyebab terjadinya kegagalan terapi yang termasuk didalamnya yaitu
reinfeksi, organisme jamur yang relatif tidak sensitive terhadap obat, absorbsi obat
yang tidak terlalu optimal dan kurangnya kepatuhan pasien karena pengobatan yang
lama. T.tonsurans dan Microsporum adalah spesies jamur yang seringkali pesisten
terhadap terapi. Jikalau jamur masih dapat diisolasi dari lesi pada kulit yang telah
diterapi dengan maksimal, tetapi secara klinis ada perbaikan, yang direkomendasikan
dari keadaan ini adalah terus memberikan terapi yang sama selama satu bulan lagi.
16
BAB IIILAPORAN KASUS
III.1 Identitas Pasien
Nama : hamida Pendidikan : islam
Umur : 11 tahun Agama : Islam
Jenis kelamin : perempuan Suku : Melayu
Pekerjaan : pelajar No.MR : 142320
Alamat : kemuning muda Tanggal : 24-03-2016
III.2 Anamnesis (Alloanamnesis) ibu pasien
Keluhan UtamaKulit kepala bersisik dan kebotakan setempat sejak 1
bulan yang lalu Keluhan tambahanGatal Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Tengku Rafi’an Siak dengan keluhan kulit kepala bersisik dan kebotakan setempat sejak 1 bulan yang lalu. Awal timbulnya hanya seperti bintil kecil setelah digaruk terlihat bercak putih dan bersisik, kemudian setelah beberapa hari rambut berwarna abu-abu dan menjadi rapuh, lama-lama terjadi kebotakan setempat didaerah kulit kepala disertai rasa gatal. Rasa gatal dirasakan sama pada
17
siang hari maupun malam hari. Akhirnya ibu pasien memutuskan untuk berobat di RSUD tengku rafian.
Riwayat Penyakit DahuluPasien tidak pernah mengeluh sakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat Penyakit KeluargaAdik sepupu pasien mempunyai keluhan yang sama.Riwayat lingkungan sekitar - Sering bermain dengan kucing Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat sebelumnya
III.3 Pemeriksaan Fisik
Status Generalisataa. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : Composmentis kooperatif
c. Tekanan darah : 120/80 mmHg
d. Nadi : 80 x/menit
e. Nafas : 22 x/menit
f. Suhu : 36,7 0C
g. Keadaan gizi : Baik
h. Pemeriksaan thorax : Tidak diperiksa
i. Pemeriksaan abdomen : Tidak diperiksa
Status Dermatologikus1. Regio parietal : Permukaan kulit kepala ditutupi skuama
sedang selapis berwarna putih disertai alopesia setempat.
18
Gambar 1: tinea kapitis tipe Grey patch ringworm
Kelainan mukosa : Tidak ditemukan kelainan
Kelainan Mata : Tidak ditemukan kelainan
Kelainan kuku : Tidak ditemukan kelainan
Kelainan Rambut : alopesia setempat
Kelainan KGB : Tidak ditemukan pembesaran KGB
III.4 Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan
III.5 Resume
An. H umur 11 tahun datang ke RSUD Tengku Rafi’an Siak dengan keluhan kulit kepala bersisik dan kebotakan setempat sejak 1 bulan yang lalu. Awal timbulnya hanya seperti benjolan kecil setelah digaruk terlihat bercak putih dan bersisik, kemudian setelah beberapa hari rambut berwarna abu-abu dan menjadi rapuh, lama-lama terjadi kebotakan setempat didaerah kulit kepala disertai rasa gatal. Rasa gatal dirasakan sama pada siang hari maupun malam hari.
19
Pasien tidak pernah mengeluh sakit seperti ini sebelumnya, pasien juga belom perna berobat sebelunya.
Lokasi lesi pada Regio parietal, permukaan kulit kepala ditutupi skuama sedang selapis berwarna putih disertai alopesia setempat.
III.6 Diagnosis Banding
1. Tinea kapitis tipe grey patch 2. Dermatitis seboroik3. Alopesia areata4. trikotilomania
III.7 Diagnosis kerja
Tinea kapitis tipe grey patch
III.8 Penatalaksanaan
1. UmumMenjelaskan kepada pasien :
a. Penyakit kulit ini menular, bisa ditularkan secara kontak langsung dengan manusia, atau dari hewan misalnya kucing.
b. Menjaga kebersihan kepala, pakaian dan lingkunganc. Tidak bermain dengan binatangd. Menghindari pemakaian sisir, jilbab atau topi bersama
dengan anggota keluarga yang lain karena dapat menyebabkan penularan
2. Khususa. Sistemik : - tablet gliseofulvin tab 625mg / hari
selama 6-8 minggu- Tablet cetrizine 1 x 10 mg / hari jika gatal
20
b. Topikal : - salap ketokonazol 2 % 2 kali sehari - zoloral ss 3 x seminggu, caranya: sampo usapkan bagian yang diperlukan, diamkan 15 menit, kemudian bilas. Setelah itu boleh menggunakan sampo biasa.
III.9 Prognosis
1. Quo ad sanam : Bonam 2. Quo ad vitam : Bonam3. Quo ad functionam : Bonam
21
BAB IV
KESIMPULAN
Diagnosis tinea kapitis didapatkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik.
Anamnesis dari ibu pasien didapatkan bersisik dan kebotakan setempat sejak 1 bulan yang lalu. Awal timbulnya hanya seperti bintil kecil setelah digaruk terlihat bercak putih dan bersisik, kemudian setelah beberapa hari rambut berwarna abu-abu dan menjadi rapuh, lama-lama terjadi kebotakan setempat didaerah kulit kepala disertai rasa gatal. Rasa gatal dirasakan sama pada siang hari maupun malam hari bisa mengarahkan dugaan infeksi yang disebabkan jamur. Dalam hal ini kita
bisa mendiagnosis banding dengan , tinea kapitis karena predileksinya di kepala, dan
dengan effloresensi plak dengan bentuk bulat disertai tepi yang aktif dan terdapat
penyembuhan di tengah. Dari temuan ini kita bisa memikirkan diagnosis ke arah tinea
kapitis.
Penatalaksanaan pasien ini adalah dengan pemberian obat topikal dan
sistemik. Pilihan yang diberikan adalah ketokonazol salap 2%, dan diberikan sampo
zoloral SS. Obat tablet griseofulvin 125mg dan tablet cetirizine 10 mg jika gatal.
ketokonazol merupakan derivat azol yang bersifat fungistatik yang dipergunakan
untuk pengobatan dermatofitosis.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi keenam. Balai penerbitan FKUI. Jakarta: Universitas Indonesia 2011
2. Shannon Verma, Michael P. Hefferman. Superficial Fungal
infection :Dermatophytosis, Onychomycosis, Tinea Nigra, Piedra. Dalam :
Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, dkk.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 7th ed. Volume 1 & 2. New York
Mc Graw Hill, 2008 : p 1807-13
3. Siregar. Atlas Berwarna Saripati Penyakit kulit. EGC: Jakarta 2004
4. Rebollo, López-Barcenas, and Arenas. Tinea capitis. Review artikel.
Departamento de Dermatología. Actas Dermosifiliogr. 2008;99:91-100
5. Fakultas Kedokteran Unair. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kedua.
AUP. Surabaya: Universitas Airlangga 2013
6. Muller SA, Winkelmann RK. Alopecia areata. An evaluation of 736
patients. Arch Dermatol. Sep 1963;88:290-7.
7. Schwartz RA, Janusz CA, Janniger CK. Seborrheic dermatitis: an overview. Am
Fam Physician. Jul 1 2006;74(1):125-30.
8. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, Fourth Edition. 4th ed. Washington, DC: American Psychiatric
Publishing; 2000.
23