34
BAB I PENDAHULUAN Dermatofitosis mempunyai beberapa gejala klinik yang nyata, tergantung pada letak anatomi dan jamur penyebab. Secara klinis dermatofitosis terdiri atas tinea kapitis, tinea favosa (hasil dari infeksi oleh Trichophyton schoenleinii), tinea corporis (ringworm of glabrous skin), tinea imbrikata (ringworm hasil infeksi oleh T. concentrikum), tinea unguium (ringworm of the nail), tinea pedis (ringworm of the feet), tinea barbae (ringworm of the beard) dan tinea manum (ringworm of the hand). 1 Tinea kapitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur superfisial pada kulit kepala, bulu mata dengan kecenderungan menyerang batang rambut dan folikel rambut. Penyakit ini termasuk kepada mikosis superfisialis atau dermatofitosis. Beberapa sinonim yang digunakan termasuk ringworm of the scalp dan tinea tonsurans. Di Amerika Serikat dan wilayah lain di dunia insiden dari tinea kapitis meningkat. 2 Gejala klinis tinea kapitis ditemukan berbeda-beda dari dermatofitosis non inflamasi dengan sisik mirip dermatitis seboroik sampai inflamasi dengan lesi bersisik yang eritematous dan kerontokan rambut atau alopesia dan 1

Case Yanti

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kulit

Citation preview

Page 1: Case Yanti

BAB I

PENDAHULUAN

Dermatofitosis mempunyai beberapa gejala klinik yang nyata, tergantung

pada letak anatomi dan jamur penyebab. Secara klinis dermatofitosis terdiri atas tinea

kapitis, tinea favosa (hasil dari infeksi oleh Trichophyton schoenleinii), tinea corporis

(ringworm of glabrous skin), tinea imbrikata (ringworm hasil infeksi oleh T.

concentrikum), tinea unguium (ringworm of the nail), tinea pedis (ringworm of the

feet), tinea barbae (ringworm of the beard) dan tinea manum (ringworm of the hand).1

Tinea kapitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur superfisial

pada kulit kepala, bulu mata dengan kecenderungan menyerang batang rambut dan

folikel rambut. Penyakit ini termasuk kepada mikosis superfisialis atau

dermatofitosis. Beberapa sinonim yang digunakan termasuk ringworm of the scalp

dan tinea tonsurans. Di Amerika Serikat dan wilayah lain di dunia insiden dari tinea

kapitis meningkat.2

Gejala klinis tinea kapitis ditemukan berbeda-beda dari dermatofitosis non

inflamasi dengan sisik mirip dermatitis seboroik sampai inflamasi dengan lesi

bersisik yang eritematous dan kerontokan rambut atau alopesia dan dapat

berkembang menjadi inflamasi yang berat berupa abses yang dalam disebut kerion,

yang mempunyai potensi menjadi jaringan parut dan menyebabkan alopesia yang

menetap. Keadaan penyakit ini tergantung pada interaksi antara host dan agen

penyebab.2

Tinea kapitis terkadang dikelirukan dengan dignosa lainnya yang mempunyai

gambaran klinis yang mirip. Dengan adanya hal ini, maka tinea kapitis ini harus

dibedakan dengan dermatitis seboroik, alopesia areata dan psoriasis.3

1

Page 2: Case Yanti

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 DEFINISI

Dermatofitosis adalah setiap infeksi fungal superfisial yang disebabkan oleh

dermatofit dan mengenai stratum korneum kulit, rambut dan kuku, termasuk

onikomikosis dan berbagai macam bentuk tinea. Disebut juga epidermomycosis dan

epidermophytosis.1

Tinea kapitis adalah infeksi dermatofita pada kulit kepala, alis mata dan bulu mata

yang disebabkan oleh spesies dari genus Microsporum dan Trichophyton.2

II.2 SINONIM

Ringworm of the scalp and hair, tinea tonsurans, kurap, herpes tonsurans1

II.3 EPIDEMIOLOGI

Tinea kapitis sering mengenai anak-anak berumur antara 4 dan 14 tahun.

Walaupun jamur patogen yang terlibat banyak, Trichophyton tonsurans menjadi

penyebab lebih dari 90% kasus di Amerika Utara dan United Kingdom. Kasus-kasus

di perkotaan biasanya didapatkan dari teman atau anggota keluarga. Kepadatan

penduduk, hygien yang buruk dan malnutrisi protein memudahkan seseorang

mendapatkan penyakit ini. Kasus-kasus yang disebabkan oleh Microsporum canis

jarang terjadi dan di dapat dari anak anjing dan anak kucing.2

Di Amerika Serikat, kejadian penyakit ini tidak lama tercatat oleh badan

kesehatan masyarakat, karena kebenaran insiden tidak di ketahui. Laporan insiden

tertinggi ditemui pada anak usia sekolah di Amerika dan Afrika.2 Tinea kapitis terjadi

lebih dari 92,5 % dari dermatofitosis pada anak-anak berumur kurang dari 10 tahun.

Penyakit ini jarang pada orang dewasa. Meskipun kejadiannya mungkin dapat

2

Page 3: Case Yanti

dijumpai pada pasien-pasien tua.2 Di dunia internasional tinea kapitis tersebar luas di

beberapa daerah perkotaan di Amerika Utara, Sentral Amerika dan Amerika Selatan,

terdapat juga sebagian di Afrika dan India.1 Di Asia Tenggara, angka infeksi telah

dilaporkan menurun cepat dari 14 % (rata-rata dari anak perempuan dan laki-laki)

sampai 1,2 % pada 50 tahun terakhir karena keadaan sanitasi umum dan hygien

perorangan telah membaik. Di Selatan Eropa penyakit ini jarang.2

Insidens tinea kapitis dibandingkan dermatomikosis lain di Medan adalah

0,4% (1996-1998), RSCM Jakarta 0,61-0,87% (1989-1992), manado 2,2-6% (1990-

1996) dan Semarang 0,2%. Di Surabaya kasus baru tinea kapitis antara tahun 2001-

2006 insidennya dibandingkan kasus baru dermatomikosis di Poli Dermatomikosis

URJ Kulit dan Kelamin RSU Dr.Soetomo antara 0,31%-1,55%. Di Surabaya tersering

tipe kerion (62,5%) daripada tipe Graypatch (37,5%). Tipe Blackdot tidak

ditemukan.3

II.4 ETIOLOGI

Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Trichophyton dan

Microsporum, misalnya T. violaceum, T. gourvilii, T. mentagrophytes, T. tonsurans,

M. audoinii, M. canis, M. ferrugineum.1

II.4.1 Microsporum

Kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup pada tubuh manusia

(antropofilik) atau pada hewan (zoofilik).

Koloni mikrosporum adalah glabrous, serbuk halus, seperti wool atau powder.

Pertumbuhan pada agar Sabouraud dextrose pada 25°C mungkin melambat atau

sedikit cepat dan diameter dari koloni bervariasi 1-9 cm setelah 7 hari pengeraman.

Warna dari koloni bervariasi tergantung pada jenis itu. Mungkin saja putih seperti

wol halus yang masih putih atau menguning sampai cinamon2

II.4.2 Tricophyton

3

Page 4: Case Yanti

Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau

manusia. Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan

geophilic. Trichophyton concentricum adalah endemic pulau Pasifik, Bagian tenggara

Asia, dan Amerika Pusat. Trichophyton adalah satu penyebab infeksi pada rambut,

kulit, dan kuku pada manusia.2

II.5 PATOGENESIS

Infeksi ektotrik ( diluar rambut )

Infeksinya khas di stratum korneum perifolikulitis, menyebar sekitar batang

rambut dan di batang rambut bawah kutikula dari pertengahan sampai akhir anagen

saja. Sebelum turun ke folikel rambut untuk menembus kortek rambut. Hifa-hifa

intrapilari kemudian turun ke batas daerah keratin, dimana rambut tumbuh dalam

keseimbangan dengan proses keratinisasi, tidak pernah memasuki daerah berinti.

Ujung-ujung hifa-hifa pada daerah batas ini disebut Adamson’s fringe, dan dari sini

hifa berpolifrasi dan membagi menjadi atrokonidia yang mencapai korteks rambut

dan dibawa keatas pada permukaan rambut. Rambut-rambut akan patah tepat diatas

fringe tersebut, dimana rambutnya sekarang menjadi sangat rapuh sekali. Secara

mikroskop hanya atrokonidia ektotrik yang tampak pada rambut yang patah,

walaupun hifa intrapilari ada juga.3

Infeksi Endotrik ( didalam rambut )

Kurang lebih sama dengan ektotrik kecuali kutikula tidak terkena dan

atrokonodia hanya tinggal di dalam batang rambut menggantikan keratin intrapilari

dan meninggalkan kortek yang intak. Akibatnya rambutnya sangat rapuh dan patah

pada permukaan kepala dimana penyanggah dan dinding folikular hilang

meninggalkan black dot. Infeksi endotrik juga lebih kronis karena kemampuannya

tetap berlangsung di fase anagen ke fase telogen.3

II.6 GEJALA KLINIS

4

Page 5: Case Yanti

Di dalam klinik tinea kapitis dapat di lihat sebagai 3 bentuk yang jelas :2

1. Grey patch ringworm.

Grey patch ringworm merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh

genus Microsporum dan sering ditemukan pada anak-anak. Penyakit mulai dengan

papul merah yang kecil di sekitar rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak

yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal. Warna rambut

menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi. Rambut mudah patah dan terlepas dari

akarnya, sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut di

daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga dapat terbentuk alopesia setempat.1,2

Tempat-tempat ini terlihat sebagai grey patch. Grey patch yang di lihat dalam

klinik tidak menunjukkan batas-batas daerah sakit dengan pasti. Pada pemeriksaan

dengan lampu wood dapat di lihat flouresensi hijau kekuningan pada rambut yang

sakit melampaui batas-batas grey tersebut. Pada kasus-kasus tanpa keluahan

pemeriksaan dengan lampu wood ini banyak membantu diagnosis. Tinea kapitis yang

disebabkan oleh Microsporum audouinii biasanya disertai tanda peradangan ringan,

hanya sekali-sekali dapat terbentuk kerion.2

Gambar 1. Gray patch Ringworm2

2. Kerion

5

Page 6: Case Yanti

Kerion adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa

pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan serbukan sel radang yang padat

disekitarnya. Bila penyebabnya Microsporum caniis dan Microsporum gypseum,

pembentukan kerion ini lebih sering dilihat, agak kurang bila penyebabnya adalah

Trichophyto violaceum. Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan berakibat

alopesia yang menetap, parut yang menonjol kadang-kadang dapat terbentuk.1

Gambar 2: kerion2

3. Black dot ringworm

Black dot ringworm terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan

Trichophyton violaceum. Pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai

kelainan yang di sebabkan oleh genus Microsporum. Rambut yang terkena infeksi

patah, tepat pada rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam di dalam

folikel rambut ini memberi gambaran khas, yaitu black dot, Ujung rambut yang patah

kalau tumbuh kadang-kadang masuk ke bawah permukaan kulit.1

Dalam hal ini perlu dilakukan irisan kulit untuk mendapatkan bahan biakan

jamur Tinea kapitis juga akan menunjukkan reaksi peradangan yang lebih berat, bila

disebabkan oleh Trichophyton mentagrophytes dan Trichophyton verrucosum, yang

keduanya bersifat zoofilik. Trichophyton rubrum sangat jarang menyebabkan tinea

6

Page 7: Case Yanti

kapitis, walaupun demikian bentuk klinis granuloma, kerion , alopesia dan black dot

yang disebabkan Trichophyton rubrum pernah di tulis.1,2

Gambar 3: Black dot ringworm3

4. Favus

Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang

berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk cawan

(skutula), serta bau busuk seperti bau tikus “moussy odor”. Rambut di atas skutula

putus-putus dan mudah lepas dan tidak mengkilat lagi. Bila menyembuh akan

meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang permanen. Penyebab utamanya

adalah Trikofiton schoenleini, T. violasum. Oleh karena Tinea kapitis ini sering

menyerupai penyakit-penyakit kulit yang menyerang daerah kepala, maka penyakit

ini harus dibedakan dengan penyakit-penyakit bukan oleh jamur seperti: Psoriasis

vulgaris dan Dermatitis seboroika.2

Favus, favosa tinea juga disebut, adalah infeksi dermatophytic inflamasi

kronis biasanya disebabkan oleh Trichophyton schoenleinii. Jarang, favus disebabkan

oleh Trichophyton violaceum, Trichophyton mentagrophytes var quinckeanum, atau

Microsporum gypseum.Favus biasanya mempengaruhi kulit kepala rambut tetapi juga

dapat menginfeksi kulit berbulu dan kuku. Agen penyebab mouse favus adalah T

mentagrophytes var quinckeanum, juga disebut Trichophyton quinckeanum, yang

dapat menyebabkan favus pada manusia, meskipun jarang.2

7

Page 8: Case Yanti

Favus adalah 1 dari 3 pola utama infeksi rambut (ectotrik, endotrik,

favus).Biasanya, rambut tidak seperti yang terinfeksi berat seperti dalam

trichophytosis disebabkan oleh Trichophyton tonsurans.Rambut dapat tumbuh, dan

sering, rambut panjang diamati pada keadaan penyakit. Fitur yang paling karakteristik

adalah pembentukan ruang udara antara hifa dalam rambut yang terinfeksi.Ruang

udara ini (udara terowongan) bentuk sebagai akibat dari otolisis hifa. Arthroconidia

jarang terlihat dalam rambut.Rambut yang terinfeksi seperti yang biasa disebut favus-

jenis rambut. Dalam sera pasien, atibody terhadap jamur penyebab ditemukan oleh

aglutinasi arang dan uji imunodifusi, namun peran yang tepat dari atibody tidak

jelas.2

Menurut berat ringannya penyakit, 3 tahap utama dijelaskan.

Tahap pertama: Hanya eritema kulit kepala terlihat, terutama di sekitar folikel.

Rambut tidak longgar atau rusak.

Tahap kedua: Pembentukan scutula terlihat dengan awal kerontokan rambut.

Tahap Ketiga: Tahap paling parah melibatkan daerah yang luas dari kulit kepala

(setidaknya sepertiga); rambut rontok luas, atrofi, dan hasilnya jaringan parut.

Pembentukan scutula baru di pinggiran plak adalah umum.

Bentuk khas dari scutulum, kerak cangkir berbentuk kuning yang mengelilingi

rambut dan menembus pusat, adalah khas. Scutula membentuk plak padat, masing-

masing terdiri dari miselia dan puing-puing epidermis. Seringkali, infeksi bakteri

sekunder terjadi pada plak. Penghapusan Plak meninggalkan basis eritematosa

lembab. Massa padat kerak kuning mungkin soliter atau banyak, dan pada pasien

yang terkena dampak parah, melibatkan seluruh kulit kepala. Bau pemalu biasanya

hadir. Kulit berbulu mungkin menunjukkan krusta kuning serupa.2

Pada kulit berbulu, favus adalah letusan papulovesikular dan papulosquamous

di mana scutula khas mungkin jelas. Sebagai sebuah onikomikosis, favosa tinea

menyerupai bentuk-bentuk tinea unguium.3

8

Page 9: Case Yanti

Gambar 4: Favus2

II.7 DIAGNOSIS

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan dengan

lampu wood dan pemeriksaan mikroskopik rambut langsung dengan KOH. Pada

pemeriksaan mikroskopik akan terlihat spora di luar rambut ( ektotriks ) atau di dalam

rambut ( endotriks ).3

II.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Lampu Wood

Filter sinar ultraviolet (Wood) memunculkan fluoresensi hijau dari

beberapa jamur dermatofita , terutama spesies Microsporum. Lampu Wood

adalah prosedur screening yang berguna untuk mengambil spesimen dari

Infeksi Microsporum. Pada grey patch ringworm dapat dilihat fluoresensi

hijau kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melampaui batas-batas grey

patch.2,4

9

Page 10: Case Yanti

Pemeriksaan KOH

Pemeriksaan langsung sediaan basah dilakukan dengan mikroskop,

mula-mula dengan pembesaran 10x10, kemudian pembesaran 10x45. Sediaan

diambil dari kulit kepala dengan cara kerokan pada lesi yang diambil

menggunakan blunt solid scalpel atau dengan menggunakan sikat.2,4

Pengambilan sampel terdiri rambut sampai akar rambut serta skuama.

Setelah sampel diambil kemudian sampel diletakkan di atas gelas alas,

kemuadian ditambahkan 1-2 tetes larutan KOH. Konsentrasi larutan KOH

untuk sediaan rambut adalah 10% dan untuk kulit 20%. Setelah sediaan

dicampurkan dengan KOH, ditunggu 15-20 menit untuk melarutkan jaringan.

Untuk mempercepat pelarutan makan dapat dilakukan pemanasan sediaan

basah di atas api kecil. Pada saat mulai keluar uap dari sediaan tersebut,

pemanasan sudah cukup. Bila terjadi penguapan, maka akan terbentuk kristal

KOH, sehingga tujuan yang diinginkan tidak tercapai. Untuk melihat elemen

jamur lebih nyata dapat ditambahkan zat warna pada sediaan KOH misalnya

tinta Parker super-chroom blue black.2,4

Pada sediaan rambut yang dilihat adalah spora kecil (mikrospora) atau

spora besar (makrospora). Spora tersusu di luar rambut (endotrik) atau di

dalam rambut (endotrik). Kadang terlihat juga hifa pada sediaan rambut.

Kultur

Medium kultur yang digunakan untuk jamur dermatofit adalah

sabouraud dextrose agar. Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk

menyokong pemeriksaan langsung sediaan basah dan untuk menentukan

spesies jamu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis

pada media buatan yaitu sabouraud dextros agar. Antibiotik seperti

kloramfenikol dan cycloheximide ditambahkan ke media untuk mencegah

pertumbuhan dari bakteri atau jamur kontaminan. Kerokan yang diambil pada

lesi di kulit kepala dengan menggunakan sikat kemudian di ratakan di

10

Page 11: Case Yanti

permukaan media kultur. Kebanyakan dermatofit tumbuh pada suhu 26 0C dan

diperlukan waktu tumbuh setelah 2 minggu untuk dilakukan pemeriksaan.4,8

II.9 DIAGNOSIS BANDING

Diagnosa banding untuk tinea kapitis terdapat dalam beberapa kondisi,

tergantung dari presentasi klinisnya. Dibawah ini tabel untuk mempermudah memilah

diagnosis banding tinea kapitis sesuai dengan gambaran klinisnya.6

1. Alopecia Areata

Alopecia areata adalah keadaan rontoknya rambut yang bersifat

rekuren dan nonscarring. Biasanya bersifat jinak dan asymtomatik tetapi dapat

menimbulkan stress emosi dan psikososial. Gambaran kulit yang ditinggalkan

halus dan sedikit kemerahan. Gambaran daerah yang kehilangan rambut

kebanyakan berbentuk oval. Tidak ada perubahan epidermal yang terjadi dan

berhubungan dengan hilangnya rambut.6

2. Dermatitis Seboroik

Gambaran klinis pada dermatitis seboroik pada kulit kepala dapat

bervariasi, dari ringan, berskuama halus sampai tersebar, dan tebal. Dermatitis

ini dapat menyebar dari kepala menuju dahi dan dibelakang dapat sampai

pada leher dan bawah telinga pada samping kiri dan kanannya.7 Ruamnya

pada bayi usia dua sampai sepuluh minggu sangat khas yang disebut cradle

cap, dengan krusta tebal, pecah-pecah dan berminyak. Sedangkan pada

dewasa dapat berupa makula atau plak, kemerahan atau kekuningan, terdapat

skuama dan krusta tipis sampai tebal yang kering, basah atau berminyak.5,7

3. Trichotillomania

Adalah sebuah kelainan kompulsif yang menghasilkan kebotakan

dimana pasien mencabut rambutnya sendiri. Trichotillomania adalah salah

satu kelainan kejiwaan primer yang pencetusnya adalah diri sendiri. Biasanya

11

Page 12: Case Yanti

pasien mengakui bahwa ia mencabut rambutnya sendiri, yang biasanya

dilakukan saat pasien melakukan aktivitas seperti membaca, menulis,

menonton televisi atau mengendarai mobil. Lesinya biasanya berupa

hilangnya rambut dengan dasarnya berupa kulit normal.8

4. Psoriasis scalp

Psoriasi pada kulit kepala adalah kelainan kulit yang menghasilkan

peningkatan, kemerahan dan seringkali patch bersisik. Kelaian ini dapat

berupa multiple patch pada kulit kepala, dapat mengenai seluruh kulit kepala

dan dapat juga menyebar sampai ke dahi, leher bagian belakang dan dibawah

telinga. Penyakit ini tidak menular, seperti halnya tipe psoriasis yang lain

penyebab pasti belum diketahui. Banyak yang percaya bahwa penyakit ini

adalah hasil dari kelainan sistem imun yang menyebabkan bertambah

cepatnya waktu pergantian kulit. Gejala klinis pada penyakit ini adalah adanya

plak kemerahan, sisik berwarna putih/perak, gatal, rontoknya rambut dan kulit

kering. Meskipun psoriasis bukanlah penyebab rontoknya rambut, tetapi

intensitas garukan dan tindakan paksa untuk melepas sisik, dan juga faktor

stress dapat menyebabkan rontoknya rambut.5

5. Karbunkel

Furunkel adalah radang folikel rambut dan sekitarnya. Karbunkel

adalah kumpulan furunkel. Biasanya etiologinya adalah staphylococcus

aureus. Gambaran klinisnya, keluhan pasien biasanya nyeri, kelainan berupa

nodul eritematosa berbentuk kerucut, ditengahnya terdapat pustul. Kemudian

melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik lalu memecah

membentuk fistel.5

12

Page 13: Case Yanti

II.9 PENATALAKSANAAN

Umum

Edukasi tentang penyakit pasien

Edukasi agar minum obat teratur

Jaga kebersihan diri terutama rajin membersihkan rambut

Tidak bermain dengan binatang Menghindari pemakaian sisir, jilbab atau topi bersama

dengan anggota keluarga yang lain karena dapat menyebabkan penularan

Khusus

1. Terapi topikal

Terapi topikal saja biasanya tidak direkomendasikan untuk penyakit ini karena

preparat topikal tidak berprenetrasi secara adekuat pada kulit kepala. Pada tahun

1982, Allen dkk, melaporkan bahwa dengan menggunakan shampoo yang

mengandung selenium sulfide 2% cukup efektif dalam mengurangi spora pada kulit

kepala pasien anak yang diterapi pararel dengan griseofulin dan akhir-akhir ini

penggunaan shampoo yang mengandung ketoconazole 2% juga menghasilkan hasil

yang sama. Pasien harus dianjurkan untuk menggunakan shampoo 3 kali dalam

seminggu dan membiarkannya meresap paling minimal 5-15 menit sebelum dibasuh.

Shampoo tersebut harus digunakan sampai pasien secara klinis dan histologi

sembuh.4 Dapat juga digunakan shampoo ketokonasol 1-2% 2-3x/minggu.5

2. Terapi sistemik

Griseofulvin

13

Page 14: Case Yanti

Sejak akhir tahun 1950, Griseofulvin telah dijadikan gold standart pada tinea

kapitis, meskipun dosis dan durasinya berbeda pada tiap pasien, secara umum dosis

yang digunakan adalah 10-20 mg/kg/hari selama delapan sampai duabelas minggu.

Griseofulvin adalah obat fungistatik dan berfungsi menghambat sintesis

asamnukleid dan mengganggu perkembang biakan inti sel dalam metaphase yang

akhirnya mencegah pembentukan dinding sel jamur. Griseofulvin pun memiliki efek

anti-inflamasi. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet, dan biasanya direkomendasikan

untuk diminum bersamaan dengan makanan berlemak, karena hal itu akan

meningkatkan absorpsi obat dan meningkatkan bioavailabilitasnya. Durasi dari terapi

tergantung dari mikroorganisme penyebabnya (T.Tonsurans membutuhkan terapi

yang lebih lama).

Efek samping obat ini adalah mual dan erupsi eksantematosa pada 8%-15%

kasus, dan obat ini berkontraindikasi pada kehamilan. Beberapa studi telah

membandingkan penggunaan Griseovulfin dengan ketokonazole sebagai terapi tinea

kapitis pada anak-anak dan telah dinyatakan bahwa ketokonazole aman dan efektif

meskipun belum menunjukan kemampuan yang lebih baik daripada griseovulfin,

yang dimana menunjukan efek yang lebih cepat. Griseovulfin aman dan efektif pada

anak selama diberikan pada dosis yang sesuai.4

Terbinafine

Terbinafin adalah sebuah allylamine fungisidal yang mempunyai afinitas

tinggi untuk keratin dan bekerja pada membrane sel dari jamur. Obat ini efektif pada

semua jenis dermatofit. Obat ini seefektif griseovulfin dan aman untuk terapi spesies

Trichophyton pada anak, sementara untuk spesies Microsporum masih diperdebatkan;

tetapi telah dianjurkan pada kasus ini membutuhkan terapi lebih lama (lebih dari 4

minggu) dan dengan dosis yang tinggi. Dosis obat ini tergantung dari berat badan

pasien, biasanya 3 sampai 6 mg/kg/ hari. Dalam hal efek samping, keluhan

gastrointestinal pada 5% kasus dan erupsi obat pada 3% kasus.

Pada studi yang melibatkan 50 anak, yang dimana 49 anak menderita tinea

dengan spesies Trichophyton dan hanya 1 anak yang menderita tinea dari spesies

microsporum, didapatkan kesembuhan 86 % secara klinis dan histologi setelah terapi

14

Page 15: Case Yanti

selama 2 minggu; peneliti pada kasus ini menganjurkan penambahan 2 minggu untuk

menterapi anak dengan tinea dengan jenis Microsporum. Pada studi lain yang

mengevaluasi terapi terbinafin pada 152 anak, kesembuhan secara klinis dan mikologi

sangat baik dengan persentase 96%; dalam studi ini peneliti ini merekomendasikan

terapi selama 4 minggu pada tinea kapitis pada anak.4

Golongan Azole:

Ketokonazole

Ketokenazol bersifat fungistatik. Pada kasus-kasus resisten terhadap

griseofulvin dapat diberikan obat ini sebanyak 200 mg per hari selama 10 hari- 2

minggu pada pagi hari setelah makan. Ketokonazol merupakan kontraindikasi untuk

penderita kelainan hepar.5

Itrakonazole

Itrakonazole mempunyai aktifitas fungistatik dan fungisidal, meskipun lebih

banyak berfungsi sebagai fungstatik dengan memakan ergosterol pada membran sel

jamur yang akhirnya membuat perubahan permeabilitas membran sel. Dosis yang

direkomendasikan adalah 100 mg/hari selama 4 minggu atau 5 mg/kg/ hari pada

anak-anak, dimana sama efektif dengan griseofulvin dan terbinafine (table 4). Obat

ini sangat lipofilik dan keratinofilik dan obat ini bertahan dalam stratum korneum

selama 3 sampai 4 minggu setelah pemberian.4 Obat ini cocok sebagai pengganti

ketokonazol yang mempunyai sifat hepatotoksik terutama bila diberikan lebih dari 10

hari.4

Flukonazole

Flukonazole adalah obat anti jamur yang memiliki spectrum luas dan dapat

diberikan pada dermatofit dan juga spesies kandida. Obat ini memiliki bioavailabilitas

yang baik, rendah dalam ikatan dengan protein dan memiliki waktu paruh yang

panjang. Dalam studi yang meneliti anak-anak dengan T. tonsurans, obat ini

didapatkan efektif dan aman dalam dosis 6 mg/kg/ hari selama 20 hari.4

Kortikosteroid

15

Page 16: Case Yanti

Kortikosteroid dapat digunakan pada tinea kapitis lesi kerion. Penggunaan

kotikosteroid harus hati-hati pada pasien seperti ini dan kontraindikasi dalam

pemberiannya harus ditepikan. Kortikosteroid intralesi dapat digunakan pada lesi

yang terlokalisir sedangkan, kortikosteroid sistemik harus diberikan pada kondisi lesi

yang difus, yang biasanya digunakan secara umum adalah prednisone pada dosis 1

mg/kg/hari selama 1-2 minggu.4

II.10 PROGNOSIS

Proses penyebaran spora jamur mungkin bertahan beberapa bulan meskipun

sedang dilakukan terapi; oleh karena itu sangat perlu untuk terus memantau keadaan

pasien. Penyebab terjadinya kegagalan terapi yang termasuk didalamnya yaitu

reinfeksi, organisme jamur yang relatif tidak sensitive terhadap obat, absorbsi obat

yang tidak terlalu optimal dan kurangnya kepatuhan pasien karena pengobatan yang

lama. T.tonsurans dan Microsporum adalah spesies jamur yang seringkali pesisten

terhadap terapi. Jikalau jamur masih dapat diisolasi dari lesi pada kulit yang telah

diterapi dengan maksimal, tetapi secara klinis ada perbaikan, yang direkomendasikan

dari keadaan ini adalah terus memberikan terapi yang sama selama satu bulan lagi.

16

Page 17: Case Yanti

BAB IIILAPORAN KASUS

III.1 Identitas Pasien

Nama : hamida Pendidikan : islam

Umur : 11 tahun Agama : Islam

Jenis kelamin : perempuan Suku : Melayu

Pekerjaan : pelajar No.MR : 142320

Alamat : kemuning muda Tanggal : 24-03-2016

III.2 Anamnesis (Alloanamnesis) ibu pasien

Keluhan UtamaKulit kepala bersisik dan kebotakan setempat sejak 1

bulan yang lalu Keluhan tambahanGatal Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RSUD Tengku Rafi’an Siak dengan keluhan kulit kepala bersisik dan kebotakan setempat sejak 1 bulan yang lalu. Awal timbulnya hanya seperti bintil kecil setelah digaruk terlihat bercak putih dan bersisik, kemudian setelah beberapa hari rambut berwarna abu-abu dan menjadi rapuh, lama-lama terjadi kebotakan setempat didaerah kulit kepala disertai rasa gatal. Rasa gatal dirasakan sama pada

17

Page 18: Case Yanti

siang hari maupun malam hari. Akhirnya ibu pasien memutuskan untuk berobat di RSUD tengku rafian.

Riwayat Penyakit DahuluPasien tidak pernah mengeluh sakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit KeluargaAdik sepupu pasien mempunyai keluhan yang sama.Riwayat lingkungan sekitar - Sering bermain dengan kucing Riwayat Pengobatan

Pasien belum pernah berobat sebelumnya

III.3 Pemeriksaan Fisik

Status Generalisataa. Keadaan umum : baik

b. Kesadaran : Composmentis kooperatif

c. Tekanan darah : 120/80 mmHg

d. Nadi : 80 x/menit

e. Nafas : 22 x/menit

f. Suhu : 36,7 0C

g. Keadaan gizi : Baik

h. Pemeriksaan thorax : Tidak diperiksa

i. Pemeriksaan abdomen : Tidak diperiksa

Status Dermatologikus1. Regio parietal : Permukaan kulit kepala ditutupi skuama

sedang selapis berwarna putih disertai alopesia setempat.

18

Page 19: Case Yanti

Gambar 1: tinea kapitis tipe Grey patch ringworm

Kelainan mukosa : Tidak ditemukan kelainan

Kelainan Mata : Tidak ditemukan kelainan

Kelainan kuku : Tidak ditemukan kelainan

Kelainan Rambut : alopesia setempat

Kelainan KGB : Tidak ditemukan pembesaran KGB

III.4 Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan

III.5 Resume

An. H umur 11 tahun datang ke RSUD Tengku Rafi’an Siak dengan keluhan kulit kepala bersisik dan kebotakan setempat sejak 1 bulan yang lalu. Awal timbulnya hanya seperti benjolan kecil setelah digaruk terlihat bercak putih dan bersisik, kemudian setelah beberapa hari rambut berwarna abu-abu dan menjadi rapuh, lama-lama terjadi kebotakan setempat didaerah kulit kepala disertai rasa gatal. Rasa gatal dirasakan sama pada siang hari maupun malam hari.

19

Page 20: Case Yanti

Pasien tidak pernah mengeluh sakit seperti ini sebelumnya, pasien juga belom perna berobat sebelunya.

Lokasi lesi pada Regio parietal, permukaan kulit kepala ditutupi skuama sedang selapis berwarna putih disertai alopesia setempat.

III.6 Diagnosis Banding

1. Tinea kapitis tipe grey patch 2. Dermatitis seboroik3. Alopesia areata4. trikotilomania

III.7 Diagnosis kerja

Tinea kapitis tipe grey patch

III.8 Penatalaksanaan

1. UmumMenjelaskan kepada pasien :

a. Penyakit kulit ini menular, bisa ditularkan secara kontak langsung dengan manusia, atau dari hewan misalnya kucing.

b. Menjaga kebersihan kepala, pakaian dan lingkunganc. Tidak bermain dengan binatangd. Menghindari pemakaian sisir, jilbab atau topi bersama

dengan anggota keluarga yang lain karena dapat menyebabkan penularan

2. Khususa. Sistemik : - tablet gliseofulvin tab 625mg / hari

selama 6-8 minggu- Tablet cetrizine 1 x 10 mg / hari jika gatal

20

Page 21: Case Yanti

b. Topikal : - salap ketokonazol 2 % 2 kali sehari - zoloral ss 3 x seminggu, caranya: sampo usapkan bagian yang diperlukan, diamkan 15 menit, kemudian bilas. Setelah itu boleh menggunakan sampo biasa.

III.9 Prognosis

1. Quo ad sanam : Bonam 2. Quo ad vitam : Bonam3. Quo ad functionam : Bonam

21

Page 22: Case Yanti

BAB IV

KESIMPULAN

Diagnosis tinea kapitis didapatkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik.

Anamnesis dari ibu pasien didapatkan bersisik dan kebotakan setempat sejak 1 bulan yang lalu. Awal timbulnya hanya seperti bintil kecil setelah digaruk terlihat bercak putih dan bersisik, kemudian setelah beberapa hari rambut berwarna abu-abu dan menjadi rapuh, lama-lama terjadi kebotakan setempat didaerah kulit kepala disertai rasa gatal. Rasa gatal dirasakan sama pada siang hari maupun malam hari bisa mengarahkan dugaan infeksi yang disebabkan jamur. Dalam hal ini kita

bisa mendiagnosis banding dengan , tinea kapitis karena predileksinya di kepala, dan

dengan effloresensi plak dengan bentuk bulat disertai tepi yang aktif dan terdapat

penyembuhan di tengah. Dari temuan ini kita bisa memikirkan diagnosis ke arah tinea

kapitis.

Penatalaksanaan pasien ini adalah dengan pemberian obat topikal dan

sistemik. Pilihan yang diberikan adalah ketokonazol salap 2%, dan diberikan sampo

zoloral SS. Obat tablet griseofulvin 125mg dan tablet cetirizine 10 mg jika gatal.

ketokonazol merupakan derivat azol yang bersifat fungistatik yang dipergunakan

untuk pengobatan dermatofitosis.

22

Page 23: Case Yanti

DAFTAR PUSTAKA

1. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.

Edisi keenam. Balai penerbitan FKUI. Jakarta: Universitas Indonesia 2011

2. Shannon Verma, Michael P. Hefferman. Superficial Fungal

infection :Dermatophytosis, Onychomycosis, Tinea Nigra, Piedra. Dalam :

Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, dkk.

Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 7th ed. Volume 1 & 2. New York

Mc Graw Hill, 2008 : p 1807-13

3. Siregar. Atlas Berwarna Saripati Penyakit kulit. EGC: Jakarta 2004

4. Rebollo, López-Barcenas, and Arenas. Tinea capitis. Review artikel.

Departamento de Dermatología. Actas Dermosifiliogr. 2008;99:91-100

5. Fakultas Kedokteran Unair. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kedua.

AUP. Surabaya: Universitas Airlangga 2013

6. Muller SA, Winkelmann RK. Alopecia areata. An evaluation of 736

patients. Arch Dermatol. Sep 1963;88:290-7. 

7. Schwartz RA, Janusz CA, Janniger CK. Seborrheic dermatitis: an overview. Am

Fam Physician. Jul 1 2006;74(1):125-30. 

8. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders, Fourth Edition. 4th ed. Washington, DC: American Psychiatric

Publishing; 2000.

23