Upload
rie
View
255
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
CBD pediatri KDK
Citation preview
CASE BASED DISCUSSION
SEORANG ANAK PEREMPUAN DENGAN KEJANG DEMAM KOMPLEKS
Diajukan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak
Disusun Oleh:
RIENTY RAHMAWATI
012116506
Pembimbing:
dr. Chatarina Rini Pratiwi, Sp.A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015
1
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Rienty Rahmawati
NIM : 012116506
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Universitas Islam Sultan Agung ( UNISSULA )
Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian : Ilmu Kesehatan Anak
Judul : Seorang Anak Perempuan dengan Kejang Demam Kompleks
Demak, September 2015
Mengetahui dan Menyetujui
Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Sunan Kalijaga Kab. Demak
Pembimbing
dr. Chatarina Rini Pratiwi, Sp.A
2
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
a. Nama : An. N. A. F.
b. Usia : 1 Tahun 11 bulan
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Alamat : Banjarsari, Gajah, Demak
e. Tanggal Masuk : 19 September 2015
f. Tanggal Pulang : 22 September 2015
Nama Ibu : Ny. Z
Umur : 24 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMP
Nama Ayah : Tn. T
Umur : 26 tahun
Pekerjaan : Karyawan PDAM
Pendidikan : SD
II. ANAMNESISDilakukan secara allo-anamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 21 September 2015
di bangsal Dahlia RSUD Sunan Kalijaga Demak:
a. Keluhan Utama
Kejang
b. Riwayat Penyakit Sekarang
3
SMRS pasien demam sejak siang hari, demam dirasa mendadak, terus-
menerus, demam tidak diukur dengan thermometer, dan tidak diberi
penurun panas hanya dikompres air hangat. Tidak ada keluhan mual dan
muntah. Nafsu makan menurun, minum agak susah. BAK dan BAB dalam
batas normal.
± pukul 17.00 pasien kejang ± 2 menit. Kejang seluruh tubuh, kaki dan
tangan kaku, menggenggam, mata melihat ke atas. Sebelum kejang pasien
sadar, saat kejang tidak sadar, setelah kejang sadar. Pasien kemudian
dibawa ke bidan dan diberi penurun panas, demam tetap tinggi dan tidak
turun.
± pukul 18.00 pasien kejang berulang yang kedua selama ± 2 menit.
Kejang seluruh tubuh, kaki dan tangan kaku, menggenggam, mata melihat
ke atas. Sebelum kejang pasien sadar, saat kejang tidak sadar, setelah
kejang menangis. Kemudian pasien langsung dibawa ke RS. Diperjalanan
ke RS pasien muntah 3 kali, yang dimuntahkan tidak banyak dan berupa
yang diminum pasien.
± pukul 20.00 dan ± pukul 22.50 pasien di bangsal dahlia, kejang berulang
yang ketiga dan keempat selama masing-masing ± 2 menit. Kejang
seluruh tubuh, kaki dan tangan kaku, menggenggam, mata melihat ke atas.
Sebelum pasien kejang sadar, saat kejang tidak sadar, setelah kejang
menangis.
Sebelumnya pasien pernah kejang usia 1 tahun dengan didahului demam
tinggi. Orangtua dan keluarga tidak ada riwayat kejang. Riwayat trauma
disangkal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien pernah mengalami demam tinggi yang diikuti kejang
pada usia 1 tahun. Saat kejang tangan menggenggam, seluruh tubuh kaku.
Saat kejang tidak sadar, sebelum kejang sadar dan setelah kejang anak
menangis. Kemudian anak dibawa ke bidan, tidak dirawat di RS.
4
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang pernah kejang.
e. Riwayat Persalinan dan Kehamilan
Anak perempuan lahir dari ibu G1P0A0, usia kehamilan 39 minggu, lahir
secara normal di bidan, langsung menangis, berat badan lahir 3200 gram,
panjang badan saat lahir 50 cm, lingkar kepala dan lingkar dada saat lahir
ibu lupa.
Kesan: neonatus aterm, vigorous baby, lahir normal pervaginam.
f. Riwayat Kehamilan dan Pemeliharaan Prenatal
Ibu rutin memeriksakan kehamilan di bidan 1x setiap bulan ke bidan. Ibu
juga mendapat suntikan TT 1x. Ibu tidak pernah menderita penyakit
selama kehamilan, riwayat perdarahan selama kehamilan disangkal,
riwayat trauma selama kehamilan disangkal, riwayat minum obat tanpa
resep dokter dan jamu disangkal. Obat–obatan yang diminum selama
masa kehamilan adalah vitamin.
Kesan: riwayat kehamilan dan pemeliharaan prenatal baik.
g. Riwayat Makan dan Minum Anak
i. 0 – 5 bulan : ASI semau anak.
ii. 5 bulan – 7 bulan : ASI, susu dengan frekuensi 2 – 4x
sehari habis diminum, bubur susu 3x sehari sejak usia 5 bulan
@ ½ mangkok kecil habis dimakan.
iii. 7 bulan – 12 bulan : ASI, susu dengan frekuensi 3 – 4x
sehari habis diminum, nasi tim, sayur, dan lauk
(tempe/tahu/telur/ikan/daging ayam) 3x sehari @ 1/2 piring
habis dimakan.
iv. 1 tahun – sekarang : ASI, susu dengan frekuensi 3 – 4x
sehari habis diminum, nasi, sayur, dan lauk (tempe/
5
tahu/telur/ikan/daging ayam) 3x sehari @ 1 piring habis
dimakan. Buah diberikan dengan frekuensi tidak teratur.
Kesan : ASI tidak eksklusif
MP-ASI terlalu dini
Kualitas baik
Kuantitas baik
h. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak
i. Pertumbuhan
BB Lahir : 3200 gram
PB lahir : ibu lupa
BB sekarang : 9500 gram
PB sekarang : 80 cm
LK : 47 cm (mesosefal)
6
ii. Perkembangan (DENVER II) :
7
8
• Motorik kasar
– Lari +
– Berjalan naik tangga +
• Bahasa
– 6 kata +
– Kombinasi kata +
– Bicara dengan dimengerti +
• Adaptif- motorik halus
– Menara dari 6 kubus +
• Personal sosial
– Membuka pakaian +
– Gosok gigi dengan bantuan +
Kesan : perkembangan sesuai umur
Status Gizi
Anak perempuan, usia 1 tahun 11 bulan
• Berat Badan : 9,5 kg
• Tinggi Badan : 80 cm
• Pemeriksaan status gizi ( Z score ) :
– WAZ = BB – median = 9,5 – 11,7 = - 1,83 ( normoweight)
SD 1,20
– HAZ = TB – median = 80- 85,6 = - 1,75 ( perawakan normal )
SD 3,20
– WHZ = BB – median = 9,5 – 10,6 = -1,22 ( gizi baik )
SD 0,9
Kesan : Normoweight, perawakan normal, gizi baik
9
i. Riwayat Imunisasi
BCG 1 kali usia lupa
Polio 4 kali usia lupa
Hepatitis B 3 kali usia lupa
DPT 3 kali usia lupa
Campak 1 kali usia umur 9 bulan
Kesan: tanpa disertai bukti KMS, riwayat imunisasi dasar sulit dinilai.
j. Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah seorang karyawan swasta. Ibu tidak bekerja. Menanggung 1 anak
yang belum mandiri. Biaya pengobatan dengan Jamkesda.
Kesan : Tingkat sosial ekonomi cukup.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 21 September 2015, di bangsal dahlia
RSUD Sunan Kalijaga Demak:
Kesan umum : composmentis, tampak lemah
a. Tanda Vital
i. Tekanan darah : -
ii. Nadi : 130 x/menit, reguler, isi tegangan cukup
iii. Suhu : 37,2 0C
iv. Pernapasan : 40 x/menit
b. Status gizi
BB: 9,5 kg
TB: 80 cm
LK: 47 cm
Kesan status gizi: baik
c. Status Generalis
i. Kepala : mesocephal (LK: 46 cm), rambut hitam, tidak mudah
dicabut
10
ii. Mata : edem palpebra (-), konjungtiva anemis (-), sklera ikterik
(-), sekret (-)
iii. Telinga : serumen (-), nyeri (-), bengkak (-)
iv. Hidung : simetris, sekret (-), napas cuping hidung (-)
v. Mulut : sianosis(-)bibir kering (-), lidah kotor (-), tonsil T1-T1,
faring hiperemis (-)
vi. Kulit : hipopigmentasi (-), hiperpigmentasi (-)
vii. Leher : pembesaran KGB (-), trachea terdorong (-)
viii. Thorax
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba dengan 1 jari dari ICS 5 linea
midclavikula 2 cm ke medial, pulsus parasternal (-),
pulsus epigastrium (-)
Perkusi :
Kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
Atas jantung : ICS 2 linea parasternal sinistra
Pinggang jantung : ICS 3 linea parasternalis sinistra
Kiri jantung : ICS 5 linea midclavicula 2 cm ke
medial
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, bising (-)
Kesan: Normal
Paru
Inspeksi : simetris, retraksi (-)
Palpasi : Sterm fremitus simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+), Ronki (-), Wheezing(-)
ix. Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Peristaltik (+), bising usus (+) normal
Perkusi : Tymphani
11
Palpasi : Supel (+), nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba besar
x. Ekstremitas
Superior InferiorEdema -/- -/-Akral dingin -/- -/-Pelebaran vena -/- -/-Capillary refill time < 2”/ < 2” < 2”/ < 2”
xi. Status Neurologis
Rangsang Meningeal:
a. Kaku kuduk : negatif
b. Brudzinsky I – IV
- Neck sign : negatif
- Cheek sign : negatif
- Symphisis sign : negatif
- Leg sign : negatif
c. Kernig sign : negatif
Pemeriksaan Ekstremitas Superior Ekstremitas InferiorGerakan Bebas BebasKekuatan 5 5Refleks fisiologis (+) N / (+) N (+) N / (+) NRefleks patologis (-) / (-) (-) / (-)Tonus Normotonus/ Normotonus Normotonus/ NormotonusKlonus (-) / (-)
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
12
Pemeriksaan Darah Rutin, Elektrolit
Kesan : Darah rutin normal, GDS normal, elektrolit normal
IV. DIAGNOSIS BANDING
Kejang demam kompleks
Kejang demam simpleks
Meningitis
Meningoensefalitis
V. DIAGNOSIS KERJA
1. Diagnosis utama : Kejang Demam Kompleks
2. Diagnosis komorbid : -
3. Diagnosis komplikasi : -
4. Diagnosis gizi : gizi baik
5. Diagnosis sosial ekonomi : kurang
6. Diagnosis Imunisasi : imunisasi dasar sulit dinilai
13
Darah rutin Hasil Lab(tanggal 20-9-2015)
Nilai normal
Hb 11,8 gr% 11,5-13
Ht 35 33-39
Leukosit 12.320 u/l 5.500-15.500
Trombosit 351.000 u/l 250.000-550.000
GDS dan Elektrolit Hasil Lab(tanggal 20-9-2015)
Nilai normal
GDS 116 75-120Na 133,2 135-155K 4,09 3,5-5,5Ca 9,42 8,1-10,4Mg 1,7 1,9-2,5Cl 99,8 95-106
7. Diagnosis Pertumbuhan : normoweight, perawakan normal, gizi baik
8. Diagnosis Perkembangan : sesuai umur
VI. INITIAL PLAN
Ip Dx: Subyektif: -
Obyektif: -
Ip Tx:
• Infus D5 ¼ NS 12 tpm
• Inj. Paracetamol 3 x 100 mg iv
• Bila kejang : diazepam 3 mg pelan
• Bila suhu >38,50 C : diazepam 3 x 2 mg (po)
• Inj. Cefotaxim 3 x 300 mg iv
Ip Mx:
• Kondisi Umum
• Tanda Vital
Ip Ex:
a. Menjelaskan pada orang tua tentang bagaimana tahapan penanganan
pertama kejang demam di rumah, yaitu:
- Saat anak kejang, dibawa ke tempat yang aman
- Longgarkan pakaian
- Kompres dengan air hangat seluruh badan untuk menurunkan panas
- Jika anak sadar, beri penurun panas
- Segera bawa anak ke pelayanan kesehatan terdekat
b. Memberikan informasi kemungkinan kejang kembali jika anak
mengalami demam. Dan diberikan paracetamol jika panas.
c. Kompres hangat apabila anak panas
d. Menjelaskan kepada orang tua efek samping dari terapi seperti
mengantuk, depresi pernapasan.
14
e. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
f. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
VII. PROGNOSIS
Qua ad vitam = dubia ad bonam
Qua ad sanam = dubia ad bonam
Qua ad fungsional = dubia ad bonam
IX. PROGRES NOTE
Perawatan Hari 1Panas hari ke-1
(19/9/15)
Perawatan Hari 2Panas hari ke-2
(20/9/15)
Perawatan Hari 3Panas hari ke-3
(21/9/15)
Perawatan Hari 4Panas hari ke-4
(22/9/15) Kejang (+) 4x Demam (+) Mual (-) Muntah (+) 3x Batuk (-) Pilek (-) Makan tidak mau Minum sedikit Lemas (+)
Kejang (-) Demam (+) Mual (-) Muntah (-) Batuk (-) Pilek (-) Makan tidak mau Minum sedikit Lemas (+)
Kejang (-) Demam (-) Mual (-) Muntah (-) Batuk (-) Pilek (-) Makan mau sedikit Minum banyak Lemas (-)
Kejang (-) Demam (-) Mual (-) Muntah (-) Batuk (-) Pilek (-) Makan banyak Minum banyak Lemas (-)
Sadar, tampak lemah Sadar, tampak lemah Sadar, mulai aktif Sadar, aktif
HR = 130x/mntRR = 28x/mntt = 38,9 ºC
HR 140x/mntRr30x/mnt t 38,8 ºC
HR = 110x/mntRR = 25x/mntt = 37,5 º C
HR = 124x/mntRR = 25x/mntt = 36, 9 º C
Kepala : mesocephalMata : Cekung (-/-), CA (-/-), SI (-/-) Hidung : sekret (-/-), Telinga : serumen (-/-), bengkak (-/-), nyeri (-/-)Mulut:sianosis(-), bibir kering (-)Leher:simetris, pembesaran KGB (-)Thorax:simetris, retraksi (-)Pulmo : vesiculer,
Kepala : mesocephalMata : Cekung (-/-), CA (-/-), SI (-/-) Hidung : sekret (-/-), Telinga : serumen (-/-), bengkak (-/-), nyeri (-/-)Mulut:sianosis(-), bibir kering (-)Leher:simetris, pembesaran KGB (-)Thorax:simetris, retraksi (-)Pulmo : vesiculer,
Kepala : mesocephalMata : Cekung (-/-), CA (-/-), SI (-/-) Hidung : sekret (-/-), Telinga : serumen (-/-), bengkak (-/-), nyeri (-/-)Mulut:sianosis(-), bibir kering (-)Leher:simetris, pembesaran KGB (-)Thorax:simetris, retraksi (-)Pulmo : vesiculer,
Kepala : mesocephalMata : Cekung (-/-), CA (-/-), SI (-/-) Hidung : sekret (-/-), Telinga : serumen (-/-), bengkak (-/-), nyeri (-/-)Mulut:sianosis(-), bibir kering (-)Leher:simetris, pembesaran KGB (-)Thorax:simetris, retraksi (-)Pulmo : vesiculer,
15
Cor:reguler,bising(-)Abd: datar, supel, peristaltik(+),nyeri tekan epigatrium(-)Ekst: akral dingin (-)
Cor:reguler,bising(-)Abd: datar, supel, peristaltik(+),nyeri tekan epigatrium(-)Ekst: akral dingin (-)
Cor : reguler,bising(-)Abd: datar, supel, peristaltik(+),nyeri tekan epigatrium(-)Ekst : akral dingin (-)
Cor : reguler,bising(-)Abd: datar, supel, peristaltik(+),nyeri tekan epigatrium(-)Ekst : akral dingin (-)
Hasil lab (20/9/15)Hb 11,8 gr%Ht 35Leukosit 12.320 u/lTrombosit 351.000 u/l
GDS : 116
Na : 133,2K : 4,09Ca : 9,42Mg : 1,7Cl : 99,8
Kejang Demam
Kompleks
Kejang Demam
Kompleks
Kejang Demam
Kompleks
Kejang Demam
Kompleks
Infus D5 ¼ NS 12 tpm
Bila kejang : diazepam 3 mg pelan
Bila suhu >38,50 C : diazepam 3 x 2 mg (po)
Inj. Paracetamol 3 x 100 mg iv
Infus D5 ¼ NS 12 tpm
Inj. Cefotaxim 3 x 300 mg iv
Bila kejang : diazepam 3 mg pelan
Bila suhu >38,50 C : diazepam 3 x 2 mg (po)
Inj. Paracetamol 3 x 100 mg iv
c
Infus D5 ¼ NS 12 tpm
Inj. Cefotaxim 3 x 300 mg iv
Bila kejang : diazepam 3 mg pelan
Bila suhu >38,50 C : diazepam 3 x 2 mg (po)
Inj. Paracetamol 3 x 100 mg iv
Infus D5 ¼ NS 12 tpm
Inj. Cefotaxim 3 x 300 mg iv
Bila kejang : diazepam 3 mg pelan
Bila suhu >38,50 C : diazepam 3 x 2 mg (po)
Inj. Paracetamol 3 x 100 mg iv
Boleh Pulang
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KEJANG DEMAM
Definisi
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal diatas 38% ) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. Biasanya terjadi pada anak umur 6 bulan-5 tahun. Anak
pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali
tidak termasuk dalam kejang demam. Apabila kejang disertai demam pada
bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Bila
anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang
didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, epilepsi
yang kebetulan terjadi bersama demam. (Konsensus kejang demam 2006).
Klasifikasi
Klasifikasi kejang demam umumnya dibagi menjadi dua golongan.
Kriteria di bawah ini dikemukakan oleh berbagai pakar dimana terdapat
perbedaan kecil dalam hal penggolongan tersebut.
Livingston membagi kejang demam menjadi dua golongan yaitu :
a. Kejang demam sederhana
b. Epilepsi yang dicetuskan oleh demam
Ciri kejang demam sederhana menurut Livingston yaitu kejang bersifat
sederhana, lama kejang berlangsung singkat ( < 15 menit ), usia waktu kejang
demam pertama muncul < 6 tahun, frekuensi serangan 1 – 4 kali dalam satu
tahun, EEG normal. Kejang demam yang tidak sesuai dengan ciri-ciri
tersebut oleh Livingston disebut sebagai epilepsi yang dicetuskan oleh
demam.
17
Menurut Fukuyama, kejang demam dibagi menjadi :
a. Kejang demam sederhana
b. Kejang demam kompleks
Kejang demam sederhana menurut Fukuyama harus memenuhi semua
kriteria berikut yaitu :
1. Di keluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi
2. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun
3. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6
tahun
4. Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit
5. Kejang tidak bersifat fokal
6. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
7. Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau
abnormalitas perkembangan
8. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat
Bila tidak memenuhi kriteria di atas, maka digolongkan ke dalam kejang
demam komplek.
Menurut ILAE, Commision on Epidemiology and prognosis.
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
Berlangsung singkat (< 15 menit)
Umumnya akan berhenti sendiri
Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik tanpa gerakan
fokal
Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam
Merupakan 80% diantara seluruh kejang demam
18
2. Kejang demam komplek (complex fibrile seizure)
Kejang lama > 15 menit
Kejang fokal satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial
Berulang atau lebih dari 1 x dalam 24 jam
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung > 15 menit atau kejang berulang lebih
dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak sadar. Kejang lama terjadi pada 8%
kejang demam.
Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi atau kejang umum yang didahului kejang
parsial
Kejang berulang dalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, diantara 2 bangkitan
kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% di antara anak yang mengalami
kejang demam
Perbedaan kejang demam dengan kejang disertai demam (Proses intrakranial)
Kejang demam Kejang disertai demam
Faktor predisposisi genetik Besar Kecil / tidak bermakna
Lama kejang 1-3 min, jarang kejang lama > 10 mnt
Manifestasi klinis pada saatkejang
Pada saat demam,sebagian besar krn ISPA
Infeksi SSP(ensefalitis,meningitis)
Kelainan patologi yangmendasari
Tidak ada Perubahan vaskular danedema
Status neurologi Post-iktal (paralisis Todds)
Jarang Sering
Insiden
2-4% dari populasi anak 6 bulan - 4 tahun
19
80 – 90% merupakan kejang demam sederhana
20% kasus kejang demam kompleks
8% berlangsung > 15’
16% berulang dalam waktu 24 jam
2 – 4% berkembang menjadi epilepsy
Penyebab Kejang Demam
Anak-anak pada usia kurang dari 6 tahun mempunyai ambang batas terhadap
kejang yang relatif lebih rendah. Sehingga apabila terjadi demam, anak-anak
mudah terjadi kejang. Risiko terjadinya kejang demam meningkat apabila
terdapat anggota keluarga (orang tua atau saudara) yang pernah kejang demam.
Sedangkan demam pada anak-anak biasanya disebabkan oleh infeksi virus
atau bakteri. Sebagian besar demam pada anak-anak disebabkan infeksi saluran
napas atas, diare, otitis media, dan infeksi saluran kemih.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan, tapi dapat dikerjakan
untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab, seperti darah
perifer, elektrolit dan gula darah.
2. Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya meningitis
bakterialis adalah 0,6%-6,7%.
Pada bayi kecil sering manifestasi meningitis tidak jelas secara klinis,
oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:
a. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
b. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
c. Bayi >18 bulan tidak rutin
20
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi
lumbal.
3. Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi
berulang kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi
pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan.
Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam
yang tidak khas. Misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih
dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.
4. Pencitraan
Foto X-ray kepala dan neuropencitraan seperti CT atau MRI jarang
sekali dikerjakan, tidak rutin dan atas indikasi, seperti
a. kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
b. parese nervus VI
c. papiledema
Penatalaksanaan
Bagan Penghentian Kejang Demam
21
Antikonvulsan pada saat kejang demam
Pemberian diazepam rektal pada saat kejang sangat efektif dalam
menghentikan kejang. Diazepam rektal diberikan segera saat kejang
berlangsung, dan dapat diberikan di rumah. Diazepam rektal yang dianjurkan
adalah 0,3-0,5mg/kgBB. Untuk memudahkan dapat digunakan dosis: 5 mg
untuk berat badan kurang dari 10 kg, 10 mg untuk berat badan lebih dari 10
kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak di bawah usia 3 tahun
atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun.
22
Kejang yang belum berhenti dengan diazepam rektal dapat diulang lagi
dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila 2 kali
dengan diazepam masih kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Dan disini dapat
diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-05 mg/kgBB.
Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena
dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit
atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-
8 mg/kgBB/hari, yaitu 12 jam setelah dosis awal.
Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di
ruang intensif (ICU).
Pemberian obat pada saat demam
Pemberian antipiretik saat demam dianjurkan, walaupun tidak ditemukan
bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko terjadinya kejang
demam. Antipiretik diberikan setelah kejang teratasi. Dosis acetaminofen
adalah 10-15 mg/kgBB/kali, diberikan 4x sehari dan max pemberian 5x. Dosis
ibuprofen adalah 5-10 mg/kgBB/kali, diberikan 3-4x sehari
Pemberian Anti Konvulsan dengan diazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB
setiap 8 jam saat demam dapat menurunkan resiko berulangnya kejang, begitu
pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada suhu >
38,5⁰ C.
Pemberian obat rumatan
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam
menurunkan resiko berulangnya kejang. Obat pilihan saat ini adalah asam
valproat meskipun dapat menimbulkan hepatitis namun insidennya kecil.
Dosis asam valproat 15-40 mg/kgbb/hari dalam 2-3 dosis, fenobarbital 3-4
mg/kgbb/hari dalam 1-2 dosis. Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang
demam menunjukkan ciri sebagai berikut (salah satu) :
23
- Kejang lama lebih dari 15 menit
- Adanya kelainan neurologist yang nyata sebelum atau sesudah kejang,
misalnya hemiparesis,cerebral palsy, retardasi mental, hidrosephalus
- Kejang fokal
- Pengobatan rumat dipertimbangkan bila :
* Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
* Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
* Kejang demam 4x atau lebih per tahun.
Lama pengobatan rumat
Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan
secara bertahap selama 1-2 bulan.
Obat untuk menghentikan kejang akut dan mencegah kejang berikutnya
Anti konvulsan dengan masa kerja singkat, penghentian kejang akutObat Pemberian Dosis Ulangan Kecepatan
pemberiankomentar
diazepam IV,IO 0,3 mg/kgMaks 10 mg
5 menit < 2mg/menit Tanpa dilarutkan
diazepam Rectal 0,5 mg/kgMaks 10 mg
Tiap 5-10menit
<2mg/menit
Lorazepam IV, SL, IO 0,1 mg/kgMax 4mg
2x tiap 10 menit
Harus dilarutkan Hipotensi, depresi nafas
midazolam IM 0,2 mg/kg max 10mg
2x tiap 5-10menit
Hipotensi,depresi nafas
fenitoin IV,IO 20mg/kg max 100mg(30 mg/kg)
Tambahkan 5mg/kg iv bila kejang
1 mg/menit Hipotensi, aritmia, harus larut non glukosa
fenobarbital IV 20mg/kg max 600mg (30mg/kg
Pilihan utama neonatus depresi nafas terutama setelah
24
diazepam Bila telah dengan fenitoin dan fenobarbital dapat diberika lagi 5 mg/kg. Dosis
berikutnya berdasarkan kadar antikonvulsan darah• Iv = intravena, im = intramuskular, SL = sublingual, PR per rektum, IO = intraoseus
Edukasi
- Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya dapat teratasi
- Memberikan cara penanganan kejang
* Tetap tenang dan tidak panik
* Kendorkan pakaian yang ketat terutama sekitar leher
* Bila tidak sadar posisikan terlentang dengan kepala miring, bersihkan
muntahan atau lendir di mulut atau hidung, jangan masukkan sesuatu ke
dalam mulut
* Ukur suhu, catat berapa lama dan bentuk kejang
* Tetap bersama pasien selama kejang
* Beri diazepam rektal hanya saat kejang
* Bawa ke dokter atau pelayanan kesehatan lain
- Memberikan informasi kemungkinan kejang kembali
Prognosis
a. Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal
pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif
melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan
ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama/ kejang berulang baik
umum/ fokal
b. Kemungkinan mengalami kematian
Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan
c. Kemungkinan berulangnya kejang demam
Factor resiko berulangnya kejang demam adalah
1. Riwayat kejang demam pada keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
25
3. Temperature yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh factor diatas ada, kemungkinan berulangnya kejang
demam adalah 80% sedangkan bila tidak terdapat factor tersebut diatas
hanya 10-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar
pada tahun pertama.
Factor risiko terjadinya epilepsy:
1. Kelainan neurologis/ perkembangan yang jelas sebelum kejang
demam pertama
2. Kejang demam komplek
3. Riwayat epilepsy pada orang tua/ saudara kandung
Masing-masing factor resiko meningkatkan kemungkinan terjadiya
epilepsy 4-6%, kombinasi factor resiko dapat meningkatkan kemungkinan
epilepsy menjadi 10-49%. Kemunginan menjadi epilepsy tidak dapat
dicegah dengan pemberian obat rumatan kejang demam.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Annegers JF, dkk. Factor prognotic of unprovoked seizures after febrile
convulsions. NEJM 1987; 316:493-8
26
Annegers JF, dkk. Reccurrence of febrile convulsion in a population based cohort.
Anonim., http://www.idai.or.id/tips/artikel.asp?q=2009421101559, Kejang
Demam, IDAI
Behrman RE, dkk . Typhoid Fever. Nelson textbook of pediatrics. 17th edition:
WB Saunders Co. 2004: 916-919.
Berg AT, dkk. Predictors of recurrent febrile seizure: a prospective study of the
circumstances surrounding the initial febrile seizure, NEJM 1992;
327:1122-7
Demam tifoid. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak.
RSUP Cipto Mangunkusumo. 2007 : 173 -176.
Epilepsy Res 1990; 66:1009-14
Garna H, dkk. Buku Ajar Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi kedua. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta. 2008 :368-375
Knudsen F,1996. Rosman dkk, 1993. Fukuyama Y, 1996.Camfield dkk, 1999.
Knudsen FU. Recurrence risk after first febrile seizure and effect short term
diazepam prophylaxis. Arch Dis Child 1996; 17:33-8
Lumbantobing SM. Kejang Demam (Febrile Convulsions). Jakarta : Balai
Penerbit FK UI. 2002 : 1-45
Nelson KB dan Ellenberg JH. Prognosis in children with febrile seizure. Pediatr
1978; 61:720-7.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 1985:847-54, 930-32
Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Konsensus
Penanganan Kejang Demam, Jakarta, 2005
27
28