8
BAB II TINJAUAN TEORI Putus zat, remaja dan perkembangannya, jenis ganja sintesis I. Definisi Ganja adalah Canabis indica. Tanaman setinggi 1,5 meter ini termasuk satu kelompok dengan Canabis sativa, hasis, dan mariyuana. Daunnya banyak, berbentuk mirip dengan daun singkong, berjari 5,7 atau 9 dengan pinggiran agak bergerigi dan berbulu. Di beberpa daerah, daunnya sering digunakan sebagai bumbu penyedap masakan. Zat aktif ganja adalah THC ( Ttra Hydro Cannabinol) yang banyak terdapat di daun, batang, dan bunga (Partodiharjo). Beberapa tanaman ganja ada yang tergolong fiber type, dengan kadar THC kurang dari 1,0 % dan yang tergolong drug type, yang mengandung THC sampai 5%, bahkan dengan cara penanaman yang diperbaiki, kadarnya bisa mencapai lebih dari 10%. Kadar THC bergantung pada jenisnya, kesuburan dan kelembapan tanah, iklim di tempat tanaman itu tumbuh, dan saat pucuk tanaman, daun, atau ranting tanaman itu dipetik. Selain THC, tanaman ganja jiga mengandung kanabinol lain, seperti kanabinol dan asam tetrahidrokanabidiolat. Bila disimpan pada suhu ruangan biasa, kekuatan daun ganja berkurang 5% setiap bulan. Dalam asap ganja terdapat lebih dari 60 kanabinoid dan bahan kimia lain, tetapi yang terpenting adalah THC (Juwana, 2005). Partodiharjo, Subagyo.--------. Kenali Narkoba dan musuhi penyalahgunaannya. Jakarta : Esensi.

cc bab 2 shabu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tinjauan pustaka shabu

Citation preview

Page 1: cc bab 2 shabu

BAB II

TINJAUAN TEORI

Putus zat, remaja dan perkembangannya, jenis ganja sintesis

I. Definisi

Ganja adalah Canabis indica. Tanaman setinggi 1,5 meter ini termasuk satu kelompok dengan

Canabis sativa, hasis, dan mariyuana. Daunnya banyak, berbentuk mirip dengan daun singkong, berjari

5,7 atau 9 dengan pinggiran agak bergerigi dan berbulu. Di beberpa daerah, daunnya sering digunakan

sebagai bumbu penyedap masakan. Zat aktif ganja adalah THC ( Ttra Hydro Cannabinol) yang banyak

terdapat di daun, batang, dan bunga (Partodiharjo).

Beberapa tanaman ganja ada yang tergolong fiber type, dengan kadar THC kurang dari 1,0 % dan

yang tergolong drug type, yang mengandung THC sampai 5%, bahkan dengan cara penanaman yang

diperbaiki, kadarnya bisa mencapai lebih dari 10%. Kadar THC bergantung pada jenisnya, kesuburan dan

kelembapan tanah, iklim di tempat tanaman itu tumbuh, dan saat pucuk tanaman, daun, atau ranting

tanaman itu dipetik. Selain THC, tanaman ganja jiga mengandung kanabinol lain, seperti kanabinol dan

asam tetrahidrokanabidiolat. Bila disimpan pada suhu ruangan biasa, kekuatan daun ganja berkurang 5%

setiap bulan. Dalam asap ganja terdapat lebih dari 60 kanabinoid dan bahan kimia lain, tetapi yang

terpenting adalah THC (Juwana, 2005).

Partodiharjo, Subagyo.--------. Kenali Narkoba dan musuhi penyalahgunaannya. Jakarta : Esensi.

Ganja digunakan sebagai obat relaksan untuk mengatasi intoksikasi ringan. Ada yang menyebut hashis

yaitu getah tanaman yang berasal dari ramuan kanabis kering. Mariyuana adalah bentuk tanaman kanabis

kering . Minyak kanabis adalah cairan yang diolah dari getah tanaman ganja yang memiliki reaksi kuat.

(Visi media).

Cara Mengonsumsi

Ganja dapat dikonsumsi sebagai makanan dalam bentuk manisan, diseduh seperti the atau kopi, tetapi

kebanyakan dirokok seperti merokok tembakau. Ganja yang dirokok biasanya berupa tanaman yang

sudah dikeringkan dan dirajang, kemudian dilinting seperti tembakau. Asap ganja dimasukkan ke dalam

paru dan ditahan untuk beberapa setik sebelum dikeluarkan. Setiap batang rokok ganja mengandung THC

sebanyak 5-20 mg (sebelum dibudidayakan hanya sekitar 2,5 – 5,0 %, hanya 50% yang diansorbsi. Pada

penggunaan secara oral (dimakan) hanya 3-6% yang diabsorbsi. THC cepat meninggalkan plasma dan

Page 2: cc bab 2 shabu

masuk ke jaringan yang mengandung lemak, terutama ke otak dan testis. THC dimetabolisasi di hepar dan

diekskresi terutama melalui tinja dan air seni. Waktu paruh THC adalah 2-7 hari.

Cara Kerja

THC terutama berpengaruh pada otak, system kardiovaskular, dan paru, sifatnya akut dan reversible.

THC bekerja pada reseptor-B1 dan B2 yang terdapat di seluruh otak, terutama pada korteks serebsri,

hipokampus, serebelum, dan striatum. Tubuh menghasilkan agonis THC endogen, yaitu anandamida

(suatu derivate asam arakidonat) dan N-palmito-etanolamida. Bila reseptor B1 dan B2 distimulasi oleh

THC atau agonis endogen, hal ini aan menimbulkan perubahan pada second messenger dan terjadi

perubahan jumlah norepineprin (NE) dan dopamine (DA) pada korteks prefrontal dan mesolimbic,

termasuk pada nucleus accumbens (NAc). THC juga mempengaruhi reseptor mu1 pada system opioida

dan mengubah GABA reseptor sehingga pengguna ganja mempunyai potensi untuk menggunakan zat

psikoaktif lain. Dapat terjadi toleransi-silang dengan alcohol. THC dapat dideteksi dalam air seni sampai

seminggu setelah penggunaan terakhir.

Juwana, Satya. 2005. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif :

penyalahgunaan NAPZA/NARKOBA Ed.2. Jakarta : EGC.

Pengaruh Ganja dan Intoksikasi

Orang yang belum berpengalaman menggunakan ganja, pada wakt intoksikasi akan mengalami ansietas

selama kurang lebih 10-30 menit, rasa takut akan mati, gelisah, hiperaktif, kecurigaan, takut tidak bisa

mengendalikan diri, dan takut menjadi gila. Kemudian, ia menjadi lebih tenang, euphoria, banyak bicara,

merasa ringan di tungkai dan badan. Ia mulai banyak tertawa dan tertawa eksplosif walaupun tidak ada

rangsang lucu yang adekuat. Ia merasa pembicaraannya hebat, idenya banyak, mudah terpengaruh adanya

waham curiga yang kontroversial karena tidak menyebabkan ia takut, melainkan malah menertawakan

dan menikmatinya sebagai suatu hal yang lucu. Terdapat halusinasi berupa kilatan sinar, bentuk- bentuk

amorf, warna- warni cemerlang, bentuk-bentuk geometris, figure dan wajah orang. Oleh karena itu,

kadang-kadang ganja digolongkan halusinogen. Warna-warna disekitarnya dipersepsi lebih cemerlang,

merasa lebih bisa menikmati suara music, merasa penampilan dirinya lebih baik walaupun secara objektif

kadang-kadang justru sebaliknya. Persepsi waktu dan jarak terganggu, misalnya sepuluh menit dirasakan

seperti satu jam dan jarak sepuluh meter dipersepsi sebagai jarak seratus meter. Keaadaan ini berbahaya

Page 3: cc bab 2 shabu

bila ia mengendarai kendaraan, ganja juga menyebabkan adanya gangguan koordinasi motoric dan

memperpanjang waktu reaksi (visuo-motoric reaction time), serta teradi hambatan dalam melakukan

gerakan motoric beruntun. Keadaan yang membahayakan ini menjadi lebih besar bila ia mengonsumsi

alcohol selain ganja karena alcohol menyebabkan pengguna menjdai agresif. Kadang-kadang dijumpai

sinestesia, misalnya melihat warna biru setiap kali mendengar nada music tertentu. Setelah mengalami

halusinasi penglihatan selama kiurang lebih dua jam , ia akan mengantuk dan tertidur nyenyak tanpa

diganggu mimpi.

Pada waktu intoksikasi, bila dilakukan pemeriksaan fisik, akan dijumpai denyut jantung yang

bertambah cepat, smpai bisa meningkat 50%, mata merah, mata dan mulut kering, kadang-kadang selera

makan bertambah. Pada intoksikasi yang agak berat dapat menyebabkan tremor, kulit teraba dingin,

tekanan darah sedikit turun, nistagmus, dan melebarnya bronkus. Pada pasien epilepsy ganja bisa

memacun timbulnya kejang. Pada pemeriksaan EEG kan terlihat berfisiologis hilang. Pengaruh ganja

pada penmggunaan melalui rokok timbul setelah 20-30 menit dan kira-kira bertahan 2-4 jam. Kadar

tertinggi THC dalm plasma darah dicapai dalam waktu 10-30 menit. Bila dimakan, gejala timbul setelah

0,5-1jam, pengaruhnya bisa bertahan selama 5-12 jam. Kadar tertinggi THC dalam plasma darah pada

penggunaan secara oral dicapai dalam waktu 2-3 jam.

Komplikasi Medis

Penggunaan ganja dalam jangka waktu lama dan dalam jumlah banyak, dapat mempengaruhi pikiran,

menurunkan kemampuan baca, berbicara, dan berhitung, menghambat perkembangan kemampuan atau

keterampilan sosial, dan mendorong pengguna menghindari kesulitan, buknnya menyelesaikan persoalan.

Gerak anggota baan lambat. Perhatian terhadap sekitarnya berkurang, bahkan sampai tidak berekasi bila

dipanggil temannya. Ia menjadi mudah percaya pada hal-hal yang berbau mistik. Dorongan semangatnya

juga berkurang. Ia kurang memikirkan masa depannya, serta tidak mempunyai semangat bersaing.

Sindrom ini disebut “sindrom amotivasional”.

Penggunaan ganja yang kronis dapat menyebabkan terjdainya peradangan pada paru sehingga fungsi paru

terganggu. Pengaruh ganja pada bronkus mula-mula bersifat melebarkan, tetapi bila penggunaannya

cukup banyak, hal ini akan menimbulkan iritasi pada bronkus sehingga bronkus menyempit. Ganja juga

memperburuk aliran darah coroner sehingga pada orang yang sebelumnya sudah mempunyai aliran darah

coroner yang tidak baik, dapat menimbulkan serangan pectoris.

Ganja menimbulkan perubahan pada sel otak dan diduga menimbulkan atrofi sel otak. Ganja mengandung

lebih banyak zat karsinogenik dibandingkan dengan tembakau. Pada hewan percobaan yang diberi ganja

Page 4: cc bab 2 shabu

untuk jangka tertentu, terlihat perubahan prakanker pada epitel bronkus. Kulit hewan yang diolesi damar

ganja untuk beberapa waktu lamanya, memperlihatkan perubahan metaplastik dan tumor pada kelenjar

sebasea.

Serangan psikosis yang bersifat sementara dapat terjadi pada penggunaan ganja dengan gejala waham dan

halusinasi tanpa tilikan. Ganja juga dapat memperberat gejala psikosis (seperti waham, halusinasi,

depersonalisasi, disorientasi) yang telah ada pada pasien skizofrenia.

Flashback, suatu keadaan munculnya kembali efek ganja yang mungkin disebabkan oleh sisa THC dalam

badan kerana adanya stresos psikologis, panic, atau perubahan yang bersifat sementara dari fungsi otak.

Walaupun pengalaman klinis praktid tidak pernah dijumpai gejala putus zat pada ganja, tetapi pada

penelitian dengan dosis THC tinggi dapat timbul gejala putus zat setelah beberapa hari sampai satu

minggu setelah penggunaan terakhir. Gejala putus ganja meliputi iritabel, ansietas, mual, malaise, rasa

letih, gangguan konsentrasi, menguap, nafsu makan berkurang, suhu badan sedikit meningkat, tremor,

banyak berkeringat, diare, nyeri otot, depresi, dan gangguan tidur serta kadang-kadang sakit kepala.

Pengunaan ganja yang berlangsung lama dapat menimbulkan sinusitis, faringitis, kanker pada kepala dan

leher, menurunkan tingkat kekebalan badan terhadap penyakit, menghambat produksi sperma, hipotrofi

prostat dan testis, menghambat ovulasi walaupun sifatnya reversible. Karena THC dapat menembus

plasenta dan air susu, diduga THC juga menghambat pertumbuhan fetus dan neonates, menyebabkan

perubahan perilaku dan menghambat proses belajar pada neonates. Ketoasidosis akibat penggunaan ganja

dapat membahayakan penderita diabetes mellitus. Karena THC dan senyawa lain dalam ganja mengalami

metabolism di hepar, ganja akan menghambat metabolism obat lain yang juga terjadi di hepar, misalnya

alcohol, barbiturate dan teofilin.

Gejala Putus Zat

Gejala putus zat pada ganja biasanya sakit kepala, gelisah, depresi, gangguan tidur, banyak berkeringat,

gemetar, mual dan muntah (Martono dan Joewana, 2006).

Martono,LH dan Joewana, S. 2006. 16 Modul Latihan Pemulihan Pecandu Narkoba Berbasis Masyarakat.

Jakarta : Balai Pustaka.

Page 5: cc bab 2 shabu

Visi media. 2006. Mengenal jenis dan efek buruk narkoba. Visi media : tamgerang.

REMAJA

Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yakni antara 12 sampai 21 tahun.

Masa remaja mulai pada saat timbulnya perubahan-perubahan berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan

fisik yakni pada umur 11 tahun atau mungkin 12 tahun pada wanita dan pada laki-laki atau lebih tua

(Gunarsa, 2008).

Gunarsa, Singgih D. 2008. Psikologi Perkembangan anak dan Remaja. Jakarta : Gunung Mulia.

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanan ke dewasa. Batasan usia remaja

menurut WHO (2007) adalah 12 sampai 24 tahun. Namun, jika pada usia remaja seseorang sudah

menikah, maka ia tergolong dalam dewasa dan bukan lagi remaja. Remaja merupakan tahapan seseorng

dimana ia berada di antara fase anak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif,

biologis, dan emosi (Efendi, 2009).

Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta :

Salemba Medika.