Upload
wahyu-febriyatno
View
1.347
Download
12
Embed Size (px)
Citation preview
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : MAHTARIDI
NIM : 0614O50
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS
PRAKTEK IBADAH PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 BADAU ini adalah
hasil karya atau penelitian saya sendiri, dan bukan merupakan karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi. Sepanjang
pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat orang lain, kecuali yang secara
tertulis dijadikan acuan dalam naskah ini.
Petaling, Mei 2010 Yang menyatakan
Rp 6000
MAHTARIDI NIM. 0614047
NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal : Skripsi Saudara MAHTARIDI
Kepada Yth,Ketua Jurusan TarbiyahSTAIN Syaikh Abdurrahman Siddik
Bangka BelitungDi Petaling
Assalamu`alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca, meneliti dan melakukan beberapa kali bimbingan serta mengadakan perbaikan seperlunya, baik dari segi isi, bahasa maupun tehnik penulisan, maka kami selaku Pembimbing berpendapat bahwa skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini:
Nama : MAHTARIDINIM : 0614050Jurusan : TarbiyahProgram Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul : Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Praktek Ibadah Pada Siswa Kelas Vi SD Negeri 1 Badau.
Telah dapat diajukan kepada Jurusan Tarbiyah STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung untuk memenuhi salah satu dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I). Harapan kami, semoga dalam waktu dekat skripsi ini dapat dimunaqosyahkan.
Demikian dan harap maklum. Atas segala perhatiannya diucapkan banyak terima kasih.
Wassalamu`alaikum Wr.Wb. Petaling, Mei 2010Pembimbing I Pembimbing II
Subri, M.S.I Saleha, M. ANIP.19740302 200604 1 001 NIP. 19750527 200501 2 008
NOTA DINAS KONSULTAN
Hal : Skripsi Saudara MAHTARIDI
Kepada Yth,Ketua Jurusan TarbiyahSTAIN Syaikh Abdurrahman Siddik BangkaBelitungDi Petaling
Assalamu`alaikum Wr. Wb.
Setelah melakukan beberapa kali konsultasi dan meneliti hasil perbaikan, maka kami selaku Konsultan berpendapat bahwa skripsi mahasiswa:
Nama : MAHTARIDINIM : 0614050Jurusan : TarbiyahProgram Studi : Pendidikan agama Islam
Judul :Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Praktek Ibadah Pada Siswa Kelas Vi SD Negeri 1 Badau.
Telah layak diajukan kepada jurusan Tarbiyah STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung guna memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I).
Demikian dan harap maklum. Atas segala perhatiannya diucapkan banyak terima kasih.
Wassalamu`alaikum Wr.Wb.Petaling, Mei 2010
Konsultan I Konsultan II
MOTTO
فاذا يسـرا العسـر مع ان فا بك ر الي و فانصب فـرغت
رغب
�Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu
urusan),Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya
kamu berharap
PERSEMBAHAN
………Skripsi ini merupakan buah karya ilmiah dalam memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Islam di STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik
Bangka Belitung, oleh karena itu kupersembahkan:
………Kepada istri dan anak-anakku tersayang yang telah
mendorong dan memberikan semangat dalam menyelesaikan
Skripsi ini, sehingga dengan selesainya skripsi inipun bisa
memotivasi anak-anakku dalam belajar.
………Kepada kedua orang tuaku yang selalu mendukung dan
mendoakanku, yang senantiasa memberikan kekuatan dengan
doa-doa yang dipanjatkan, sehingga memberikan kekuatan
kepadaku dalam mengarungi kehidupan di tanah rantau Pulau
Belitung dengan penuh suka dan duka, untuk bisa hidup penuh arti
yang berguna bagi orang banyak.
………Kepada mbak dan masku serta adik-adiku, yang setiap kali
memberikan dukungan, dan membangkitkan semangat ketika
kejenuhan tiba dengan saran dan kritiknya yang membangun,
sehingga bisa memacu semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
………Kepada Almamaterku ”Kampus STAIN Syaikh Abdurrahman
Siddik Bangka Belitung,” yang penuh dengan keikhlasan menempa,
membangkitkan gairah hidup, dengan memaksaku untuk tidak
pernah berhenti berfikir dan berjalan, hingga tak terasa tahun demi
tahun terlewati dengan penuh arti.
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMBERBASIS PRAKTEK IBADAH SISWA KELAS VI PADA SD NEGERI 1
BADAU
MAHTARIDIJurusan Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam NegeriSyaikh Abdurrahman Siddik
Bangka Belitung
ABSTRAK Penelitian ini Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama islam berbasis Praktek Iabadah Siswa Kelas VI Pada SD Negeri 1 Badau dilatar belakangi dengan permasalahan yang kurang intensif dalam pengalaman peribadatan Islamiyah dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga penulis mengambil tema penelitian ini tentang pelaksanaan Pembelajaran praktek Ibadah Siswa Kelas VI Pada SD Negeri 1 Badau. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah dalam meningkatkan pengamalan ibadah siswa di SDN 1 Badau dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pembelajaran oleh Guru Pendidikan Agama Islam di kelas VI SD Negeri 1 Badau, serta untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi hambatan Pembelajaran Berbasis Praktek Ibadah Pada Kelas VI SD Negeri 1 Badau sehingga hasil yang diharapkan dapat berguna sebagai imformasi bahan masukan bagi SD Negeri 1 Badau agar lebih meninggkatkan mutu Pendidikan Agama Islam khususnya pada pembelajaran praktek ibadah. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, yang pengumpulan data dilakukan dengan metode angket, opservasi, dekomentasi, kemudian diedit sehingga dapat diperoleh data dan ditampilkan dengan tabel sebagai gambaran dari ekstensi pembelajaran praktek ibadah di SD Negeri 1 Badau Hasil penelitian menunjukkan gambaran secara umum (1). Pelaksanaan Pembelajaran Praktek Ibadah mendapat tanggapan yang positif dari seluruh elemen sekolah dan siswa dengan tingkat apresiasi mencapai 90 % (2). Serta elemen sekolah yang mendukung pelaksanaa pembelajaran praktek ibadah (3). Serta upaya-upaya
yang dilakukan oleh berbagai pihak yang mendukung pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah dengan tingkat dukungan mencapai 80 %.
Kata kunci: Pengamalan ibadah siswa Pelaksanaan Pembelajaran, praktek ibadah,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang
maha pengasih dan maha penyayang, atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dalam keadaan sehat, lancar dan dalam waktu yang telah
direncanakan.
Skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS PRAKTEK IBADAH SISWA
KELAS VI PADA SD NEGERI 1 BADAU” telah selesai disusun, setelah
dilakukan proses bimbingan, arahan dan perbaikan-perbaikan
sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh dosen pembimbing
Dalam penyusunan skripsi ini, berbagai pihak telah banyak
memberikan dorongan, bantuan serta masukan sehingga dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. Imam Malik, M.Ag, selaku Ketua STAIN Syaikh
Abdurrahman Siddik Bangka Belitung.
2. Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah sabar
membimbing, mengarahkan serta memberi masukan
positif dalam penyelesaian skripsi ini, dihaturkan ribuan
terimakasih sebesar-besarnya, kepada yang terhormat Ibu
Soleha, M.A dan Bapak Subri, M.S.I.
3. Bapak/Ibu Dosen beserta Staf STAIN Syaikh Abdurrahman
Siddik Bangka Belitung, atas limpahan dan transformasi
ilmu pengetahuan, sharing pengalaman dan wawasan
bersama kepada penulis.
4. Kepala SD Negeri 1 Badau, beserta stafnya yang telah
memberi izin serta menyediakan waktu dan membantu
atas terlaksananya penelitian ini.
5. Orang tua terutama Ibunda tercinta, yang tak pernah
terlepas do’a dari setiap sholatnya kepada penulis serta
Istri tercinta dan anakku tersayang.
6. Teman-teman semuanya yang telah memberikan motivasi
dan semangat sehingga skripsi ini terselesaikan dengan
baik.
7. Kepada semua pihak yang membantu terlaksananya
skripsi ini, terima kasih atas dukungan dan doanya selama
ini.
Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini berguna bagi
siapapun yang ingin mengkaji lebih lanjut. Penulis menyadari
bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh
karenanya kritik dan saran sangat penulis harapkan guna
menyempurnakan penulisan ini.
Petaling, 30 Juli 2010.
MAHTARIDI NIM. 0614050
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………….. iHALAMAN PERNYATAAN………………………………………………….... iiNOTA DINAS PEMBIMBING………………………………………………….. iiiNOTA DINAS KONSULTAN……………………………………………….….. ivHALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………..... vHALAMAN MOTTO…………………………………………………………….. viHALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………….. viiABSTRAK………………………………………………………………………... viiiKATA PENGANTAR…………………………………………………………..... ixDAFTAR ISI…………………………………………………………………….... xiDAFTAR TABEL……………………………………………………………….... xiiiDAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Istilah………………………………………………… 1B. Alasan Pemilihan Judul…………………………………………... 2C. Latar Belakang Masalah …………………………………………. 3D. Batasan dan Rumusan Masalah…………………………………... 5E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian…………………………………. 6F. Telaah Pustaka……………………………………………………. 7G. Landasan Teoritis.………………………………………………... 8H. Metodologi Penelitian …………………………………………… 12I. Sistematika Penulisan…………………………………………….. 17
BAB II PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PENEKANAN PADA ASPEK PRAKTEK IBADAHA.Pengertian Pembelajaran 18B.Pembelajaran praktek ibadah ............................................................ 19C.Ruang lingkup Pembelajaran praktek ibadah.................................... 21D. Pembelajaran praktek ibadah menerapkan strategi entering behaviour ......................................................................................... 24E.Otonomi sekolah dalam penerapan pembeajaran praktek ibadah..... 27F.Pembelajaran praktek Ibadah sebagai bukti berperannya guru Agama islam dalam peran Pendidikan AgamaIslam......................... 29G.Pembelajaran praktek ibadah sebagai upaya dalam memenuhi ranah penilaian dalam Pendidikan Agama Islam............................ 31
BAB III KONDISI UMUM SEKOLAH DASAR NEGERI 1 BADAU 36A. Sejarah Desa Badau………………………..................................... 36
B. Kondisi Umum Kecamatan Badau ……………………………..... 38
C. Sejarah Berdirinya SD 1 Negeri Badau......................................... 39
D. Visi dan Misi Sekolah Dasar Negeri 1 Badau ………………..... 40
E. Keadaan guru SD Negeri 1 Badau Tahun pelajaran 2008/2009.............................. .......................................................... 41
F. Keadaan guru menurut pendidikan ............................................... G.Keadaan Siswa dan Agama Yang dianut Siswa SD Negeri 1
Badau Tahun Pelajaran 2008/2009............................................
42
434547
47
H.Sarana dan Prasaran....................................................................
BAB IV PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS PRAKTEK IBADAH SISWA KELAS VI PADA SD NEGERI 1 BADAUA.Pelaksanaan Pembelajaran Praktek Ibadah……………………....B.Bimbingan yang digunakan............................................................ 51C.Materi praktek ibadah..................................................................... 56D.Penilaian dan penghargaan............................................................. 60
E.Sarana dan Prasarana pelaksanaan Pembelajaran Praktek Ibadah. 63
F.Pemberian motivasi......................................................................... 66G.Hukuman dan Hadiah..................................................................... 67
H.Faktor Pendukung dan penghambat.............................................. 68BAB V PENUTUP 73
A. Kesimpulan………………………………………………………. 73B. Saran-saran …………………………………………………….... 74
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABELHalaman
Tabel 1 Materi silabus Pembelajaran Praktek Ibadah 23
Tabel 2 Keadaan Guru Menurut Status dan Golongan 41
Tabel 3 Guru Menurut Tingkat Pendidikan dan Status 42Di SD Negeri 1 Badau
Tabel 4 Agama dan Kepercayaan Siswa SD Negeri 1 Badau 43
Tabel 5 Sarana dan Prasarana SD Negeri 1 Badau 46
Tabel 6 Pembelajaran praktek Ibadah hubungannya dengan Pendidikan 48Agama Islam di Sekolah Dasar
Tabel 7 Pembimbing Pembelajaran Praktek Ibadah SD 49
Tabel 8 Kesiapan siswa menghadapi pembelajaran praktek ibadah 50
Tabel 9 Guru dalam mengontrol kehadiran siswa 51
Tabel 10 Bimbingan guru dalam menuntun doa-doa praktek ibadah 52
Tabel 11 Guru dalam memberikan contoh keserasian gerakan dan bacaan 53
Tabel 12 Guru menyuruh siswa memberi contoh keserasian gerakan dan 54Bacaan
Tabel 13 Guru langsung mengajak sholat 56
Tabel 14 Bimbingan Wudhu 57
Tabel 15 Bimbingan Wirid dan doa 59
Tabel 16 Pengambilan nilai siswa 60
Tabel 17 Penilaian dalam raport 61
Tabel 18 Pemberian piagam penghargaan 62
Tabel 19 Sarana dan Prasarana Praktek Ibadah 63
Tabel 20 Pelaksanaan Ibadah dalam seminggu 64
Tabel 21 Pemberian Nasehat oleh guru Pembimbing 66
Tabel 22 Hukuman dan Sangsi 67
Tabel 23 Faktor Pendukung dan Penghabat Pelaksanaan Pembelajaran 70Berbasis Praktek Ibadah
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pengantar angket
2. Kisi-kisi instrumen angket
3. Instrumen angket penelitian
4. Pedoman wawancara
5. Daftar Responden
6. Surat keterangan pembimbing skripsi
7. Surat izin mengadakan penelitian
8 Surat keterangan telah melaksanakan penelitian.
BAB IPENDAHULUAN
A. Penegasan Istilah
Untuk menghindari salah persepsi dalam memahami suatu maksud dari
skripsi ini yang berjudul : “PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM BERBASIS PRAKTEK IBADAH SISWA KELAS VI PADA
SD NEGERI 1 BADAU ”. Maka penulis pandang perlu untuk memberi
penegasan istilah sebagai berikut:
1. Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan
Nasional, kata praktek berarti yaitu proses, cara, perbuatan menjadikan orang
belajar.1 Dalam hal ini arti yang digunakan ialah melaksanakan perbuatan
menjadikan orang belajar untuk mengamalkan teori ibadah Islamiyah. di SD
Negeri 1 Badau.
2. Pendidikan Agama Islam
Dalam Buku Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam, disebutkan tentang
pengertian Pendidikan Agama Islam sebagai berikut: ”Adalah usaha sadar dan
1 ? Depdiknas , Kamus Besar Bahasa Indonesia,( Jakarata : Pusat Bahasa Indonesia, 2007) hal 17
terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan.”2
Batasan yang penulis ambil dari pengertian di atas adalah bahwa suatu
proses yang berlangsung secara kontinyu dan berkesinambungan.
3. Praktek Ibadah
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata praktek berarti:”
pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori,3 dan kata ibadah
berarti perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari
ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-nya.4
Dari pengertian tersebut, penulis mengambil kesimpulan dari arti kata
praktek ibadah adalah pelaksanaan secara nyata apa yang ada dalam teori
ibadah, yaitu teori tentang ketaatan kepada Allah SWT dengan cara
melaksanakan perintah dan laranganNya
B. Alasan Pemilihan JudulDalam Pendidikan Agama Islam, sudah saatnya ada perubahan paradigma
pengajaran yang selama ini lazim digunakan dalam proses belajar mengajar PAI,
kearah paradigma pembelajaran. Bukan rahasia lagi bahwa paradigma mengajar
PAI selama ini masih orientasi pengajaran ketimbang pembelajaran. Akibatnya
dikalangan siswa, PAI seringkali dipandang sebagai mata pelajaran yang
menjemukan, sarat dengan dogma dan doktrin norma-norma agama yang kurang
2 ? Depag RI, Buku Pedoman Pendidikan Agama Islam ; Sekolah Umum dan Sekolah Luar Biasa,( Jakarta : Dirjen Bimbaga Depag ,2003) hal.2 3 ? Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Depdiknas,Pusat Bahasa,2007) hal 8924 ? Ibid. hal 413
membuka ruang bagi siswa untuk lebih bebas untuk membiasakan praktek ibadah
dalam koridor pembelajaran materi ibadah islamiyah.
Pengembangan kurikulum yang menitikberatkan pada muatan lokal yang
bermaterikan praktek ibadah adalah langkah inovatif guru dalam rangka
meningkatkan pembelajaran praktek ibadah di kalangan siswa. Pembelajaran
pratek ibadah tersebut menggunakan alokasi yaitu muatan lokal.
Muatan lokal untuk pembelajaran praktek ibadah ini bermaterikan apa yang
tercantum dalam SK dan KD dari silabus Pendidikan Agama Islam, terutama
(Standar Kompetensi) dan Kompetensi Dasar (KD) yang berhubungan dengan
ibadah dan Alquran, materi yang demikian memerlukan waktu dan perhatian
khusus agar pembelajaran materi ini lebih mudah mencapai tujuan.
Di SDN 1 Badau telah dilaksanakan penggunaan pengembangan kurikulum
untuk alokasi muatan lokal dengan mata pelajaran yaitu praktik ibadah .Sebagai
bentuk proses pembelajaran siswa agar terbentuk kebiasaan pengamalan ibadah
khususnya ibadah Islamiyah. Tentunya mata pelajaran ini lebih banyak
korelasinya kepada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang sudah ada
kurikulumnya. Untuk itu penelitian ini kami beri judul:”PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS PRAKTEK
IBADAH SD NEGERI 1 BADAU.”
C. Latar Belakang masalah
Satu asas yang merupakan prinsip pokok dalam merencanakan dan
melaksanakan pembangunan nasional adalah asas keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa.selanjutnya, semua kegiatan pembangunan
nasional diharapkan dapat dijiwai, digerakkan, dan dikendalikan oleh keimanan
dalam rangka pengamalan Pancasila.
Oleh karena itu, kita memerlukan sumber daya manusia berkualitas yang dari
segi ketaqwaan dan keimanan pada Tuhan Yang Maha Esa. Tolok ukur manusia
itu beriman dan bertaqwa adalah jika dalam kehidupan sehari-harinya di warnai
dengan pengamalan ajaran agama yang diyakininya, hal yang demikian tentunya
memerlukan pendidikan dan pembentukan kebiasaan. Kebiasaan yang
ditanamkan akan lebih terasa dan bermakna apabila dimulai dari masa kanak-
kanak dan remaja. Demikian juga pembentukan kebiasaan untuk mengamalkan
ajaran agama dimulai dari semenjak usia sekolah dasar, hal ini sesuaikan dengan
salah satu rumusan dari tujuan Pendidikan Nasional, yang menyebutkan bahwa
“Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.5
Adalah suatu hal yang menjadi sebuah keharusan, yakni jika menginginkan
terjadinya sebuah kebiasaan yang agamis, siswa harus melibatkan diri secara
langsung dalam menghayati dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya. Disini
perlu sebuah suasana di sekolah dalam sistem pembelajaran agama agar dapat
mengikutsertakan siswa dalam melaksanakan ajaran agama secara nyata.
5 ?Depag RI, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan ( Jakarta: Dirjen Bimbaga, 2007) hal.8
Pembentukan kebiasaan yang agamis yang dimulai dari lingkungan sekolah
tentunya dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Materi pendidikan
agama yang khusus untuk melaksanakan bimbingan pengamalan ibadah
memerlukan waktu yang khusus bahkan mata pelajaran yang khusus, terlepas dari
alokasi waktu Pendidikan Agama Islam.
Penggunaan waktu yang khusus, dengan mata pelajaran yang khusus dan
dengan kurikulum yang khusus, dalam dunia pendidikan lebih dikenal dengan
kurikulum muatan lokal. Paradigma penyelenggaraan pendidikan yang berbasis
pada keunggulan lokal dan potensi daerah merupakan aspek perubahan di dunia
pendidikan. Muata lokal adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai,
tujuan, isi dan waktu serta bahan pembelajaran sesuai dengan kondisi/karakter
daerah.6
Salah satu keunggulan di SDN 1 Badau adalah 100% muridnya mayoritas
beragama Islam, dengan demikian alokasi waktu muatan lokal dipergunakan
dengan materi peningkatan praktek ibadah Islamiyah. Dengan menggunakan
kurikulum Pendidikan Agama Islam yang Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar yang berkaitan dengan pembelajaran praktek ibadah.
D. Batasan dan Rumusan Masalah1. Batasan Masalah
Dari hasil studi awal yang dilakukan penulis terhadap permasalahan-
permasalahan yang ada pada, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
6 ? Ibid, hal. 23
kelas VI SD Negeri 1 Badau maka peneliti membatasi pada sub pokok
bahasan praktek ibadah shalat.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
a. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah sebagai
suplemen Pendidikan Agama Islam di kelas VI SD Negeri 1
Badau?
b. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah sebagai suplemen
Pendidikan Agama Islam di kelas VI SD Negeri 1 Badau?
c. Upaya apa sajakah yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama
Islam dalam mengatasi hambatan pembelajaran praktek ibadah
sebagai suplemen Pendidikan Agama Islam di kelas VI SD Negeri
1 Badau?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.Dalam penelitian ini ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dan ada
beberapa kegunaan.
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai melalui penelitian ini adalah untuk:
a. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan
praktik ibadah siswa di SDN 1 Badau.
b. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mendukung dan menghambat
pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah oleh Guru Pendidikan
Agama Islam di kelas VI SD Negeri 1 Badau.
c. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama
Islam dalam mengatasi hambatan pembelajaran praktek ibadah di
kelas VI SD Negeri 1 Badau ?
2. Kegunaan penelitian:
a. Untuk guru Pendidikan Agama Islam, sebagai masukan tentang
pemanfaatan kurikulum muatan lokal dalam hal usaha peningkatan mutu
praktik ibadah di SD Negeri 1 Badau.
b. Sebagai pelengkap referensi pelengkap di perpustakaan guna penelitian
lebih lanjut.
F. Telaah Pustaka Moh.Muttaqien dalam penelitiannya yang berjudul “Bertata krama dalam
kehidupan melalui pelajaran partisipatif dan kontekstual”. Adapun beberapa hal
yang menjadi tujuan penelitian itu ialah (1) menciptakan proses pembelajaran
yang interaktif, menantang, dan menyenangkan sehingga memotivasi peserta
didik untuk lebih partisipatif, serta tumbuhnya prakarsa, kreatifitas dan
kemandirian yang sesuai dengan potensi dan memenuhi kebutuhan setandar
psikologisnya. (2) mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik agar dapat
menghayati, memahami dan mengaplikasikan materi pembelajaran secara tepat
dan benar.
Dalam telaaah pustaka ini, penulis menemukan hasil penelitian yang
relevan dengan penelitian yang dilakukan yaitu penelitian oleh Jumbali yang
berjudul penerapan pembelajaran tuntas dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMA Negeri Colomadu Kabupaten Karang Anyar Jawa Tengah.
Kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa tingkat kesukaran diukur dari
performance siswa dalam setiap unit atau satuan kompetensi dan kompetensi
dasar dengan cara dibuat satuan pembelajaran yang bervariasi, terkontrol, sesuai
dengan kebutuhan siswa dan difokuskan pada masing-masing siswa secara
individual untuk mendapatkan umpan balik serta bentuk tagihan yang
berkelanjutan melalui diskusi dan tutorial.
Sedangkan pada penlitian yang penulis lakukan adalah untuk mengetahui
pemanfaatan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VI SD
Negeri 1 Badau dalam upaya peningkatan praktek ibadah siswa di SDN 1 Badau
dan untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat pemanfaatan
kurikulum muatan lokal dalam upaya peningkatan praktek ibadah siswa di SDN 1
Badau.
G. Landasan Teori
1. Prinsip Pembelajaran
Istilah pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses komunikasi
transaksional yang bersifat timbal balik baik antara guru dengan siswa,
maupun antara siswa dengan siswa, untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Komunikasi transaksiaonal menurut Asep Herry Hernawan, dkk
menyebutkan bahwa” komunikasi adalah sebuah bentuk yang dapat diterima,
dipahami dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses
pembelajaran “7
Sehingga penulis berkesimpulan pembelajaran adalah menciptakan
komunikasi antar guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
2. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Dalam mengartikan Pendidikan Agama Islam tidak dapat terpisah-pisah.
Hal ini disebabkan karena kata-kata tersebut telah membentuk satu kesatuan
yang mempunyai satu pengertian. Untuk dapat memberikan pengertian,
penulis berusaha untuk menelaah pendapat para ahli berkenaan dengan
pengertian Pendidikan Agama Islam, antara lain:
a. Pendapat Naquib Al Atas yang dikutip oleh Heri Jauhari Muchtar:
“Pendidikan Agama Islam merupakan proses pengenalan yang ditanamkan secara bertahap dan berkesinambungan dalam diri manusia mengenai obyek- obyek yang benar sehingga hal itu akan membimbing manusia kearah pengenalan dan pengakuan eksistensi
7 ? Asep Herry Hernawan,dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran ,( Jakarta : Universitas Terbuka, 2006) hal 11.3
Tuhan dalam kehidupan, kemudian dengan pengetahuan itu manusia diarahkan untuk mengembangkan kehidupan yang lebih baik.“8
Departemen Agama telah memberikan definisi Pendidikan Agama Islam
adalah sebagai berikut: “Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar
dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui ajaran bimbingan,
pengajaran dan/atau latihan.”9
Dari dua pengertian Pendidikan Agama Islam diatas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha dan bimbingan
dengan berdaya upaya untuk memajukan pertumbuhan anak kearah
terbentuknya suatu kepribadian berdasarkan ajaran agama Islam agar dapat
mencapai kebahagian dunia dan akhirat.
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Kementrian Agama telah memberikan definisi tentang tujuan Pendidikan
Agama Islam adalah sebagai berikut: ”Pendidikan Agama Islam bertujuan
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa
terhadap ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang
bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.”10
8 ? Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, ( Jakarta : PT Remaja Rosda Karya ,2005) hal1509 ? Depag RI, Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam Sekolah Umum dan sekolah LuarBiasa ( Jakarta : Dirjen Binbaga Islam , 2003 ) hal 210 ? ibid.Hal 4
Penulis berpendapat berdasarkan uraian tujuan Pendidikan Agama Islam
di atas yang dimaksud tujuan Pendidikan Agama Islam ialah terbentuknya
insan kamil yang bertaqwa kepada Allah, berakhlakul karimah, dan dapat
mengamalkan ajaran agama Islam dengan sebaik-baiknya serta berbakti
kepada bangsa, negara dan seluruh umat manusia.
4. Muatan Lokal
Dalam Sisdiknas disebutkan bahwa kurikulum muatan lokal
diperuntukan mengakomodasi kekhasan daerah. Sebelum menentukan KTSP
muatan lokal, sekolah terlebih dahulu menentukan mata pelajaran yang akan
dijadikan muatan lokal dengan melibatkan semua unsur sekolah dan
masyarakat (komite) setempat. Pembuatan KTSP sebagai pengembangan
kurkulum yang di dalamnya terdapat Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar
atau yang disebut dengan pembuatan Silabus. Rincian pelaksanaan dan
evaluasi juga terinci dalam KTSP, yaitu KTSP muatan lokal yang telah
ditentukan oleh Kepala Sekolah dan Komite yaitu Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Berbasis Praktik Ibadah
5. Praktek Ibadah
Pelaksanaan dari teori-teori ibadah kemudian dilaksanakan, berarti
telah melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT, lebih jelasnya dapat dilihat
pada sub judul penegasan istilah. Keberhasilan pelaksanaan pembentukasn
praktik ibadah ini tidak terlepas dari pemilahan metode pembelajaran yang
dipergunakannya saat melaksanakan kurikulum muatan lokal ini.
Dalam Kurikulum muatan lokal, yang inti tujuannya lebih banyak
ketrampilan beribadah seperti sholat denngan tata caranya , membaca Alquran
dengan tajwidnya dan amal-amal ibadah yang sesuai dengan tingkat umur
siswa SD, tentunya penggunaan metode yang dipilihnya lebih banyak metode
demontrasi .
Menurut Zakiah Darajat, pengertian metode demonstrasi antara lain
disebutkan: “Metode demontrasi ialah metode mengajar yang menggunakan
peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan
bagaimana melakukan sesuatu pada anak didik”11
Dengan metode demontrasi guru ataupun murid memperlihatkan pada
seluruh anggota kelas suatu proses misalnya bagaimana cara sholat yang
sesuai dengan ajaran/contoh Rosulullah SAW.Apabila teori menjalankan
sholat yang betul dan baik telah dimiliki anak didik, maka guru harus
mencoba mendemonstrasikan di depan para murid. Atau dapat juga dilakukan
guru memilih seorang murid yang paling trampil, kemudian di bawah
bimbingan guru disuruh mendemontrasikan cara sholat yang baik di depan
teman-temannya yang lain.
H. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
11 ? Zakiah Darajat, Metode Khusus Penagajaran Asgama Islam Jakarata : Bumi Aksara,2001) hal 296
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang
dilakukan di SDN 1 Badau.
2. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Adalah merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama yaitu
guru mata pelajaran muatan lokal praktek ibadah di Badau dengan
menggunakan angket dan wawancara.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini merupakan data yang
diperoleh dari sumber lain yang berkaitan dengan penilaian berbasis
kelas, yaitu melalui observasi dan dokumentasi.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Menurut M. Nazir Populasi adalah sebagai kumpulan dari
individu dengan kualitas dan ciri-ciri yang di tetapkan.12 Ida Bagus
Mantra dan Kasno mengutip pernyataan Masri Singarimbun dan
Efendi mengemukakan bahwa populasi diartikan sebagai jumlah
keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga.13 Dalam
12 ? Moh Nazir, Metode Penelitian, ( Jakarta : Ghalia Arab, 1988 ), hal. 2413 ? Ida Bagus Mantra dan Kastro, Metode Penelitian Survey ( Jakarta : LP3ES, 1984 ), hal. 20
penelitian yang menjadi populasi adalah guru agama yang mengajar di
kelas SDN 1 Badau yang berjumlah 135 orang.
b. Sampel
Teknik pengumpulan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
dilakukan sensus karena seluruh populasi dijadikan sampel dan jumlah
populasinya terbatas.14 Yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
adalah seluruh guru mata pelajaran muatan lokal praktik ibadah kelas
SDN 1 Badau yang berjumlah 135 orang responden
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Pengertian observasi sebagaimana yang dikemukakan oleh M.
Iqbal Hasan adalah ”Pemilihan, pengubahan, pencatatan dan
pengodean serangkaian prilaku dan suasana yang berkenaan dengan
organisme, sesuai dengan tujuan-tujuan empiris”.15 Metode ini
digunakan untuk memperoleh data tentang penerapan muatan lokal
praktek ibadah proses pembelajaran di SDN 1 Badau yang berjumlah
45 orang responden.
b. Dokumentasi
14 ? Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi contoh analisis statistik, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2000), hal. 7815 ? M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Bogor : Ghalia Indonesia, 2002), hal. 86
Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa pengertian
dokumentasi yaitu” Mencari data mengenai hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat, majalah, prasasti, notulen rapat,
agenda dan lain-lain.”16 Metode ini digunakan untuk memperoleh data
berupa segala sesuatu yang berkaitan dengan penilian pelaksanaan
praktik ibadah di SD Negeri 1 Badau, struktur organisasi sekolah,
keadaan guru, karyawan, dan administrasi guru.
c. Wawancara
Rochiati Wiriatmadja mengutip pendapat Denzim dalam Goetz
dan LeCompte menyatakan bahwa wawancara ”Merupakan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-
orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-
hal yang dipandang perlu.”17 Untuk memperoleh jawaban responden
penanya dapat menggunakan pedoman wawancara yang dibuat secara
tertulis dan ditanyakan secara lisan kepada responden. Dalam
penelitian ini, akan dilakukan wawancara terhadap kepala sekolah dan
guru Pendidikan Agama Islam SDN 1 Badau untuk memperoleh
informasi tentang pemahaman guru terhadap pelaksanaan praktek
ibadah, faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan praktek ibadah
serta upaya-upaya yang dilakukan guru untuk mengoptimalkan praktek 16 ? Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek ( Yogyakarta : Rineka Cipta, 2002), hal. 18817 ? Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk meningkatkan kinerja guru dan dosen, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 117
ibadah dalam proses pembelajaran, instrumen yang dipergunakan
adalah pedoman wawancara.
d. Angket
Riduan mengemukakan bahwa ”Angket adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia
ketahui.”18 Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mendapatkan
informasi mengenai pemahaman guru tentang praktek ibadah, faktor-
faktor yang mempengaruhi praktik ibadah, serta upaya-upaya yang
dilakukan guru mata pelajaran di SDN 1 Badau dalam optimalisasi
penerapan kurikulum muatan lokal praktek ibadah.
5. Teknik Analisis Data
Setelah seluruh data terkumpul maka langkah seterusnya adalah
melakukan analisis data. Data yang diperoleh melalui angket akan
dimasukkan ke dalam tabel sesuai dengan item pertanyaan dan ditampilkan
dalam bentuk prosentase berdasarkan variabel-variabel yang diteliti.
Selanjutnya seluruh data yang diperoleh melalui observasi, dokumentasi,
wawancara, dan angket akan dianalisis secara deskriptif.
Seluruh data yang telah dikumpulkan akan direduksi dan dianalisis,
sehinga diperoleh gambaran tentang penerapan penilaian berbasis kelas mata
pelajaran muatan lokal praktek ibadah di SD Negeri 1 Badau, faktor-faktor
18 ? Riduan, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, ( Bandung : Alfabeta, 2005 ), hal. 30
yang mempengaruhi penerapan parktek ibadah serta upaya yang dilakukan
guru untuk mengoptimalkan penerapan praktik ibadah dalam proses
pembelajaran.
I Sistematika Penulisan
Proposal penelitian ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I. Pada Bab ini berisikan penjelasan secara garis besar permasalahan yang
akan diteliti, yang meliputi: Penegasan Istilah, Alasan Pemilihan Judul,
Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, Telaah Pustaka, Landasan Teoritis, Metodologi
Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II. Pada Bab II diuraikan mengenai kajian teoritis mengenai pembelajaran
praktek ibadah sebagai pelajaran suplemen Pendidikan Agama Islam yang
dilaksanakan di SD Negeri 1 Badau.
BAB III. Pada Bab ini mengemukakan gambaran umum SD Negeri 1 Badau yang
didalamnya dijabarkan tentang letak geografis, sejarah dan latar belakang
berdirinya, struktur organisasi sekolah, keadaan guru, siswa, dan karyawan
serta proses pembelajaran praktek ibadah di SD Negeri 1 Badau yang
diperoleh dari hasil pengamatan atau observasi di lapangan, data
dokumentasi, dan juga data hasil wawancara.
BAB IV Pada Bab ini peneliti mengungkapkan analisis data dan temuan di lapangan
hasil dari angket, wawancara, observasi dan dokumentasi.
BAB V Bab ini adalah penutup yang berisikan kesimpulan dari hasil analisis data
serta saran-saran yang diberikan oleh peneliti.
BAB IIPEMBELAJARAN PRAKTEK IBADAH SEBAGAI SUPLEMEN
PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 1 BADAU
A. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran pada hakekatnya adalah merupakan proses komunikasi antara
guru dan siswa untuk mecapai tujuan yang telah direncanakan. Dengan komunikasi
guru dan siswa agar terjadi keseragaman penerimaan, pemahaman dan kesepakatan
oleh-oleh pihak yang terkait dalam proses pembelajaran. Pembelajaran pada
hakekatnya merupakan proses sebab akibat.
Adapun pengertian pembelajaran menurut pendapat Asep Herry Hernawan,
menyebutkan bahwa: “Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan seseorang
atau kelompok orang melalui satu atau lebih strategi, metode, dan pendekatan
tertentu ke arah pencapaian tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan terencana untuk mengkondisikan sesorang
atau sekelompok orang agar bisa belajar dengan baik”.19
Menurut H.M. Suyudi, pembelajaran adalah salah satu proses untuk
memperoleh pengetahuan, sedangkan pengetahuan adalah salah satu cara untuk
memperoleh kebenaran / nilai, sementara kebenaran adalah pernyataan tanpa keragu-
raguan yang di mulai dengan adanya sikap keraguan terlebih dahulu”. 20
Sehingga pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya terencana untuk
mengkondisikan seseorang atau kelompok dengan menggunakan strategi,
perencanaan, metode serta pendekatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
yang merupakan sebuah kepastian dan tanpa menimbulkan keraguan yang diharapkan
terjadi pada seseorang atau kelompok.
B. Pembelajaran Praktek Ibadah
Menurut Zakiah Darajat, “Ibadah diartikan suatu upacara pengabdian yang
sudah digariskan oleh Syariat Islam, baik bentuknya, caranya, waktunya serta syarat
dan rukunnya”.21 Kegiatan ibadah dalam Islam seperti sholat, puasa, zakat, berhaji,
bersedekah dan lain-lain. Kegiatan ibadah itu wajib dikerjakan sesuai dengan
petunjuk syariat. Ada ibadah khusus yaitu ibadah yang termaktub dalam rukun Islam.
Cara ibadah ini harus mencontoh dari cara ibadahnya Rosulullah. Untuk dapat
mencontoh Rosulullah, sesorang harus mendapat bimbingan dari orang yang lebih
19 ?Asep Herry Hernawan, Pengembangan kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta : Universitas Terbuka, 2006) hal.9.420 ?H.M. Suyudi, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Quran (Yogyakarta: Mikraj,2005)hal 122 21 ?Zakiah darajat, Metodik khusus pengajaran agama Islam, ( Jakarta; Bumi Aksara, 2001), hal. 73
tahu akan Alquran dan Sunah Rosulullah. Kaitannnya dengan pendidikan, siswa
dalam praktek ibadah ini, dalam pembelajarannya harus selalu dibimbing oleh guru
agama yang lebih tahu akan hukum syar’i dan lebih tahu akan sunah Rosulullah.
Sehingga pembelajaran ibadah bukanlah pembelajaran dogmatis, yang mengisi ranah
kognitif.
Lebih khusus, dalam pelajaran praktek ibadah, ibadah yang paling pokok
adalah sholat, maka disebut sholat itu tiang agama. Maka bimbingan praktek ibadah
menjadi sangat utama sekali untuk diajarkan dengan alokasi waktu yang khusus.
Suatu hal yang paling penting dalam pembelajaran praktek ibadah ialah adanya
kegiatan yang mendorong supaya siswa terampil mengerjakan ibadat. Baik dari segi
gerakan maupun dari segi bacaan, dan keseuaiannya. Dan menciptakan suasana yang
menggembirakan agar siswa tidak jenuh dan bosan atau takut mengikuti
pembelajaran praktek ibadah dan menciptakan lingkungan yang agamis
Pembelajaran praktek ibadah memerlukan pembimbing dari guru dalam hal
ini guru agama Islam. Penunjukan guru agama Islam sebagai pembimbing praktek
ibadah karena kompetensi pedagogik yang dimilikinya serta kemampuan memahami
ajaran syariat dari sumber utamanya yaitu Alquran dan Al hadist.
Guru agama sebagai pembimbing tentunya harus memiliki syarat-syarat yang
ditentukan seperti yang diuraikan oleh Mulyasa sebagai berikut:
1. Guru harus merencanakan tujuan dan mengindentifikasikan tujuan yang
hendak dicapai.
2. Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang
paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar secara
jasmani dan psikologi.
3. Guru harus memaknai kegiatan belajar
4. Guru harus melaksnakan penilaian.
Bimbingan guru dalam praktek ibadah sangat penting, ibarat perjalanan guru
harus bisa menentukan tujuan, menata langkah-langkah serta mencukupi
kebutuhan selama perjalanan. Inovatif guru untuk menciptakan suasana
keagamaan yang menyenangkan adalah merupakan seni tersendiri bagi guru
dalam membimbing siswanya melaksnakan praktek ibadah. Keadaan yang
demikian untuk menghindari dari unsur keterpaksaan dan kebosanan yang
mungkin akan menghinggapi para siswanya.
C. Ruang Lingkup Pembelajaran praktek ibadah .
Dalam mengajarkan tentang ibadah, ibadah yang paling pokok dan utama
tentunya yang diprioritaskan untuk dipelajari dan tekankan untuk dikuasai.. Dan
dalam kegiatan pembelajran ini menjadikan anak terampil memperbuat pekerjaan
ibadat. , baik dari segi kegiatan anggota badan, ataupun dari segi bacaan.. Bentuk
ibadah yang paling pokok ialah dengan bentuk iobadah sholat. Sehinga tujuan akhir
dari praktek ibadah ini ialah siswa dapat melakukan sjholat dengan mudah.
Selanjutnya , mendorongagar siswa senang melakukan ibadah sholat. . Pengajaran
ibadah sholat bukanlah sekedar memberikan pengetahuan tentang sholat saja, tetapi
yang lebih penting lagi ialah dapat beribadat sholat dengan baik dan senangg
melakukan iabadah sholat itu.
Menurut Zakiah Darajat, ruang lingkup pengajaran praktek ibadah ruang
lingkupnya antara lain:
1. Thaharoh yang meliputi :
a) Masalah najis dan kotoran
b) Istinjak dan menghilangkan najis dan kotoran
c) Masalah hadas dan cara mensucikannnya
d) Masalah adab buang air kecil dan besar.
e) Wudlu dan mandi.
2. Sholat, yang meliputi :
a) Caranya dan bacaannya
b) Syaratnya, rukunnya, dan sunatnya dan yang membatalkannya.
c) Macamnya dan waktunya.
d) Hukumkumnya, fadhilahnya/hikmahnya.
e) Hal-hal yang langsung berhubungan dengan pelaksanaan seperti aurat,
pakaian, azan, iqomah, jama’ah, shaf, makmum masbuk, doa dan wirid
setelah sholat dan sebagainya.22
Dari ruang lingkup pengajaran praktek ibadah sholat ini, agar pengetahuan
serta praktek pelaksanaan sholat dapat dikuasai oleh siswa dan menjadi ketrampilan
yang dikuasai oleh siswa, maka diperlukan bimbingan dan latihan secara
22 ? Ibid. hal. 75
berkesinambungan dan terpogram dari guru dan pihak sekolah. Dari pemikiran yang
demikian maka penggunaan alokasi waktu yang khusus untuk melaksanakan
pembelajran praktek ibadah yang demikian perlu duklungan dari berbbagai pihak
elemen sekolah..
Pelakasanaan pembelajaran praktek ibadah ini dibebankan kepada guru
Agama Islam, dikarekan hanya guru Agama Islam yang secara peraturan perudangan
yang mempunyai kualifikasi dan berhak mengajarkan Pendidikan Agama Islam
Adapun ruang lingkup pembelajaran praktek ibadah yang dilaksankan di SD pada
hakekatnya adalah pendalaman dari silabus pada kurikulum tahun 2004 Pendidikan
Agama Islam Sekolah Dasar dapat dikembangkan melalui matriks silabus berikut
ini23:
Tabel 1Silabus Aspek Ibadah Sholat PAI SD
No Komptensi Dasar Indikator Materi Pokok1 Mengenal rukun Islam,
dan mampu melakukan tata cara thaharah/suci
Siswa dapat:-menyebutkan rukun Islam-hafal rukun Islam-Menyebutkan macam-macam alat bersuci-Mensucikan kubul dan dubur saat buang air kecil dan besar-Melafalkan niat berwudhu -Melafalkan niat wudhu- Menyebutkan urutan berwudhu dengan tertib.- Melafalkan doa wudhu- Latihan cara berwudhu
-Bersuci /taharoh- Berwudhu- Hafalan rukun Islam
2 Berwudhu dengan benar
Siswa dapat :- Melafalkan niat wudhu- Mengenal tatacara ber wudhu- Mempraktekan cara berwudhu
-Hal-hal yang berkaitan dengan wudhu
23 ? Depag RI, Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam di sekolah UMUM dan Sekolah Luar Biasa( Jakarata: Dirjen Bimbaga islam, 2003), hal.17
- Berdoa sesudah wudhu- Mengenal doa setelah berwudlu
3 Mampu melaksanakan shalat fardhu
Siswa dapat:- Melakukan gerakan sholat yang benar-Menampilkan bacaan sholat yang benar-Menserasikan gerakan dan bacaan sholat dengan benar-Mempraktekan gerakan dan bacaan sholat fardhu- Mengamalkan sholat dzuhur, asar, dan Isya dengan sempurna.- mempraktekan sholat dzuhur, Asasar dan isya dengan sempurna
-Gerakan, bacaan, dan keserasian sholat yang sempurna
4 Melaksanakan sholat dengan sempurna dan mengerti syrat sah serta membatalkannya
Siswa dapat :- Mempraktekan rukun sholat.- Mempraktekan sunat-sunat sholat- Membedakan rukun dan sunah sholat- Menyebutkan syarat syah sholat-Menyebutkan hal-hal yang membatalkan sholat- Mempraktekan dan mengamalkan sholat subuh,dzuhur, Asar, magrib dan Isya dengan sempurna
-Bacaan, gerakan rukun, syarat sah dan hal- hal yang membatalkan sholat
5 Melakukan Adzan dan Iqomah sebelum sholat dengan benar
Siswa dapat :- Melaksanakan adazan dan Iqomah- Menunjukan hafal adzan dan iqomah- mempraktekan adzan dan iqomah ketika hendak sholat
- Lafal Adzan dan iqomah
6 Melaksanakan Doia dan Dzikir setelah Sholat
Siswa dapat:- Melafalkan dizikir setlah sholat-Melafalkan macam-macam doa setelah sholat
D. Pembelajaran praktek ibadah sholat menerapkan strategi pendekatan
entering behavior
Pembelajaran praktek ibadah pada umumnya adalah mengarahkan peserta
didik untuk dapat menguasai kecakapan khusus yang diharapkan setelah selesai
mengikuti proses pembelajaran. Materi pada pembelajaran praktek ibadah sebenarnya
sudah diajarkan pada pembelajaran pendidikan agama Islam, sehingga pada
pembelajaran praktek ibadah adalah penekanan penguasaan ketrampilan khusus
ibadah oleh peserta didik. Sebagai contoh, dalam Komptensi Dasar yang
dikembangkan dengan indikator, disebutkanbahwa siswa dapat melakukan berwudhu,
maka entering behaviornya adalah siswa dapat melafalkan bacaan sebelum dsan
sesudah wudhu, siswa sudah dapat mengetahui tata urutan berwudu. Sehingga
entering behavior berperan sebagi pretest dan akan ditindak lanjuti dengan proses
pembelajaran sampai tercapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Menurut pendapat Ahmad Tafsir, menyebutkan bahwa “entering behavior
ialah gambaran tentang keadaan pengetahuan dan ketrampilan siswa dalam hubungan
dengan tujuan instruksional khusus”24 Pengajaran dapat disederhanakan sebagai
upaya untuk membawa peserta didik dari keadaanya ke keadaan yang yang
dikehendaki oleh pengajar(pendidik), juga berarti membwa siswa dari keadaannya ke
tujuan pembelajaran khusus. Sehingga entering behavior juga memberikan informasi
tentang sifat gerak mengajar dan tanggung jawab mengajar yang akan
dilaksanakan.Penggunaan entering behavior ini dapat dilakukan dengan pendekatan
pretest sebagai upaya untuk mendapatkan data kemampuan dasar siswa sebelum
pelaksanaan pembelajaran.
Ada dua faktor yang mempengaruhi entering behavior; antara lain:
24 ? Ahmad Tafsir, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam” (Bandung; PT Remaja Rosda Karya, 2005) hal. 57
1. Kesiapan siswa; adalah kapasitas yang tepat untuk menghadapai tujuan
intrukisoanal kuhus, sebgai upaya untuk merujuk kemampuan siswa terhadap
kemampuan yang diinginkan dalam pembelajaran yang akan dihadapi
2. Kematangan siswa, mrujuk pada tingkat pertumbuhan biologis seseorang
yang sebagian besar merupakan pengeruh bawaan.Kematangan ini meruipkan
faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Juga, faktor
kematangan adalah merupakan masa peka yang dimiliki seseorang.25
Seorang pendidik harus mengetahui bahwa seseorang dalam mempelajari
bahan baru akan lebih berhasil bila seseorang tersebut sudah pernah memp[erlajari
materi yang sama sebelumnya. Seseoreang yanga mengerjakan persamaan setiap hari
akan lebih cepat dan tepat mengerjakan tugas seperti itu bila ia mengahdapinya.
Peningkatan kecepatan dan ketepatan seperti ini akan terjadi karena ia telah
mempelajari materi yang sama.
Kegunaan entering behavior dalam pembelajaran praktek ibadah ialah sebagi
informasi untuk menentukan indkator indekator keberhasilan proses pengajaran
setelah mengetahui dengan jelas akan kesiapan dan kematangan siswa terhadap
materi yang akan diajarkan serta tujuan yang hendak dicapai.Juga berfungsi sebgai
data siswa untuk mengelompokan siswa akan kemampuan dasar yang telah dimiliki
sebelum melakasanakan proses pembelajaran. Dengan demikian akhir dari
pembelajaran yaitu tercapainya tujuan pengambelajaran dengan telah tercapianya
indikator – indilator akan tercapai dengan tuntas.
25 ? Ibid, hal. 57
E .Otonomi Sekolah dalam penerapan pembelajaran praktek Ibadah
Untuk melaksanakan pembelajaran pendidikan Agama Islam yang
menekankan pada praktek ibadah diperlukan legalitas dalam pelaksanaan. Agar
pelaksaan pembelajaran ini dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai upaya mencari
pembenaran maka ada beberapa hal yang dapat dijadikan dasar pelaksanaan, antara
lain;
1. Otonomi Sekolah sebagai bentuk desentralisasi pendidikan.
Otonomi sekolah menyangkut segala kebijakan yang dibutuhkan untuk
melaksanakan wewenang dari mulai perencanaan, pelaksanaan, pendanaan dan
evaluasi.Syaiful Sagala ( manajemen strategik Dalam peningktan Mutu
Penbdidikan hal 162 ) mengartikan otonomi sekolah sebagai kewenangan atau
kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri secra indepanden
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah.26
Konsep otonomi sekolah merupakan tondakan desentralisasi yang dilakukan
pemerintah sampai ke tingkat sekolah bahkan sampai ketingkat guru ( gurukelas/
guru bidang studi. Yang menuntut kesiapan pengelolaa berbagai tingkatan untuk
melakukan peran sesuai dengan kewajiban, kewenangan dan tanggung
jawabanya. Otonomi sekolah dilaksanakan dalam kaitannnya manajemen berbasis
sekolah dengan mengikutsertakan masyarakat bertanggung jawab atas kelancaran
pengelolaan sekolah. Kefektifan manajemen berbasis sekolah akan terwujud jika
26 ? Saiful Sagala, Manajemen Strategik dalam peningkatan Mutu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2006).hal. 162.
pengelola pendidikan mampu memberdayakan sumber daya sekolah dan instansi
pemerintah yang berkaitan dengan bidang pendidikan dalam menentukan
kebijakan, pengadimintrasian dan inovasi kurikulum yang dilakukan sekolah.
Syaiful Sagala membagi fungsi didesentralisasi sekolah menjadi dua bagian :
a. Fungsi input, pengadaa input sumber daya manusia terutama
kualifikasi guru harus mendapat perhatian yang besar,
b. Fungsi output, adalah prestasi sekolah, yaitu peroses pembelajaran
yang terukur akibat dari pelayanan belajar dan pelayanan
manajemen sekolah, hasil output ialah prestasi akedemik dan
prestasi non akademik berhubungan nilai dan norma.
2. Undang- Undang nomor 20 tahun 2003.
Berdasarkan Undang-undang nomr 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan
nasional pasal 36 ayat 2 ditegaskan bahwa kurikulum pada semua jenjang
pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversikasi pendidikan sesuai dengan
satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.
Kurikulum muatan lokal adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan yang bersangkutan Dengan
mengacu pada peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar isi (SI)
dan standar kelulusan.
Penambahan jam pembelajaran pendidikan agama Islam dengan
memanfaatkan alokasi waktu muatan lokal untuk pembelajaran praktek ibadah
adalah bentuk dari muatan lokal.
F. Pembelajaran praktek Ibadah sebagai bukti berperannya guru Agama Islam dalam Peran Pendidikan Agama Islam
Guru pendidikan agama Islam masa kini, bukan hanya berperan sebagai
pengajar dalam arti yang sempit, tetapi juga sebagai pendidik. Disamping itu, ia harus
juga memainkan peranan sebagai pemimpin, pengelola, pembimbing dan pembantu
guna memudahkan proses pembelajaran pendidikan agama.
Dengan peranan tersebut guru pendidikan agama Islam diharapkan mampu
membangkitkan sikap religius siswa. Siswa diharapkan mampu merespon perubahan
zaman yang terjadi, tetapi tidal terbawa arus perubahan dunia yang semakin global.
Namun dalam kenyataannya, guru pendidikan agama Islam dalam
membelajarkan pendidikan agama di sekolah belum berjalan sebagaimana yang
diharapkan. Guru pendidikan agama Islam belum mampu membentuk kepribadian
siswa secara utuh. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya kasus kenakalan siswa
dalam berbagai bentuknya, baik di sekolah maupun luar sekolah. Meskipun
kenakalan remaja tidak semata-mata disebabkan oleh pendidikan agama yang gagal,
tetapi sering kali guru pendidikan agama Islam menjadi tumpuan harapan
terbentuknya akhlakul karimah, sehingga apabila terjadi kenakalan siswa, guru agama
Islam sering menjadi sasaran. Persepsi ini tidak selamanya benar, dan juga tidak
semuanya salah. Karena guru agama Islam dianggap sebagai penjaga moral di
lingkungan sekolah, sehingga baik buruknya akhlak siswa sering di alamatkan kepada
guru pendidikan agama Islam.
Dalam perspektif pembelajaran, persoalan ini kalau ditelusuri secara seksama,
sebenarnya merupakan salah satu indikasi bahwa, guru pendidikan agama Islam
dalam pembelajaran pendidikan agama selama ini masih dianggap kurang berhasil
dan belum memenuhi logika zamannya. Pendidikan agama yang diberikan telah jatuh
ke dalam sekedar pengajaran agama yang indoktrinatif-normatif, yang hanya singgah
di kepala sebentar menjelang dan saat-saat ujian, dan sesudah itu terlupakan, tidak
pernah masuk ke hati para siswa, dan tidak pernah dilaksanakan dalam kehidupan.
Akibatnya kenakalan- kenakalan siswa terjadi di mana-mana.
Persoalan lain dari kegagalan pendidikan agama adalah pengaruh media
massa. Setiap hari guru pendidikan agama Islam dalam membelajarkan pendidikan
agama harus menghadapi tantangan berat yang hadir di ruang pikiran siswa, yaitu
berbagai tayangan atau program acara yang ada pada media masa. Terlepas dari
kelebihannya, banyak tayangan atau acara pada media masa yang sebenarnya
merupakan kampanye berbagai paham kemoderenan, yang kadang-kadang itu
bertentangan dengan budaya kita.
Melihat kondisi demikian nampak bahwa tugas guru pendidikan agama Islam
sangatlah berat, belum lagi ditambah dengan beban-beban administratif yang dapat
mengganggu konsentrasi mereka dalam pembelajaran siswa. Akibatnya konsentrasi
untuk mencari format baru dalam pembelajaran agama yang relevan dan
kemoderenan, semakin terabaikan. Untuk itu, guru pendidikan agama Islam harus
mampu membagi waktu dan tugas, di mana yang strategis-fungsional harus
diutamakan ketimbang yang administratif- formal, agar mampu melakukan refleksi-
refleksi cerdas dalam membelajarkan pendidikan agama, sehingga agama akan
fungsional dalam kehidupan diri siswa.27
G. Pembelajaran Praktek Ibadah sebagai upaya dalam memenuhi ranah penilaian dalam Pendidikan Agama Islam
Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah
yaitu ranah kognitif, psikomotor dan afektif. Secara lengkap dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Kognitif
Menurut Bloom sebagaimana dikutip oleh Mimin Haryati yang dimaksud
dengan kognitif adalah ”Kemampuan berfikir secara hirarkis yang terdiri dari
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.” Selanjutnya
dijelaskan ada enam tingkatan aspek kognitif, yaitu:
a. Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk
mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima
sebelumnya.
b. Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman
dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi
yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri.
c. Tingkat penerapan (aplication), penerapan merupakan kemampuan untuk
menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam
27 ? Depag RI, Ibid. Hal 98
situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Tingkat Analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan mengidentifikasi,
memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta,
konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan dan memeriksa setiap
setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi.
e. Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam
mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang
ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
f. Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang
mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan
tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan
kriteria tertentu.28
2. Afektif
Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional mengutip pendapat
Krathwohl bahwa ”Hampir semua tujuan kognitif mempunyai komponen
afektif.”29 Apabila seorang peserta didik tidak memiliki minat terhadap mata ajar
tertentu, maka tentunya peserta didik tersebut akan mengalami kesulitan untuk
28 Mimin Haryati, Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Gaung Persada Press Jakarta, 2007), hal. 23
29 Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Pedoman Penilaian Ranah Afektif, (Jakarta : Depdiknas, 2004), hal. 5
mencapai ketuntasan belajar. Dalam hal ini tentunya peran guru harus mampu
memberikan motivasi dan menjalin ikatan emosional, sehingga akan terbangun
sikap kebersamaan, sosialis, dan persatuan.
Menurut Krathwohl dalam Sax sebagaimana dikutip oleh Direktorat
Pendidikan Lanjutan Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Departemen Pendidikan Nasional misalnya dalam pembelajaran sains
terdapat komponen sikap ilmiah yang merupakan komponen afektif, selanjutnya
dikemukakan bahwa ranah afektif ada lima yaitu: receiving (attending),
responding, valuing, organization, dan characterization.30
Pada peringkat receiving atau attending, siswa memiliki keinginan
menghadiri atau mengunjungi suatu penomena khusus atau stimulus, misalnya
kelas, kegiatan, musik, buku, dan sebagainya. Hal yang berkaitan dengan
pengarahan perhatian siswa dan merupakan partisipasi aktif terhadap suatu
kegiatan adalah responding, pada peringkat ini siswa tidak saja mengunjungi
penomena khusus tetapi ia juga bereaksi sehingga hasil pembelajaran ditekankan
pada keinginan dan kepuasan dalam memberikan respons. Level tertinggi pada
kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada pencarian hasil
dan kesenangan. Misalnya kesenangan dalam membaca buku. Valuing adalah
sesuatu yang memiliki manfaat atau kepercayaan atas manfaat. Hal ini
menyangkut pikiran atau tindakan yang dianggap sebagai nilai keyakinan. Hasil
30 Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penilaian Ranah Afektif, ( Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2004 ), hal. 5
belajar siswa pada tingkat ini berhubungan dengan prilaku yang konsisten dan
stabil. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap
dan apresiasi.
Pada peringkat organization, nilai yang satu dengan nilai yang lainnya
dikaitkan dan konflik antar nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai
internal yang konsisten. Pada tingkatan ini hasil pembelajaran berupa
konseptualisasi nilai atau organisasi sistem nilai. Peringkat ranah afektif tertinggi
adalah characterization atau nilai yang komplek. Pada tingkat ini siswa memiliki
sistem nilai yang mampu mengendalikan prilaku sampai pada suatu waktu
tertentu hingga terbentuk gaya hidup.
3. Psikomotor
Menurut Simpson sebagaimana dikutip oleh Anas Sudijono ”Bahwa hasil
belajar psikomotor akan tampak dalam bentuk keterampilan atau skill dan
kemampuan bertindak individu yang merupakan kelanjutan dari hasil belajar
kognitif dan hasil belajar afektif.”31
Penilaian psikomotor tidak jauh berbeda dengan penilaian kognitif yaitu
dimulai dari pengukuran hasil belajar peserta didik, namun demikian terdapat
adanya perbedaan antara keduanya yaitu pengukuran hasil belajar ranah kognitif
menggunakan tes tertulis sedangkan pengukuran hasil belajar psikomotor
menggunakan tes unjuk kerja, lembar tugas atau lembar pengamatan.
31 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2006), hal. 57
Dalam penilaian ranah psikomotor jenis tagihannya dapat dibedakan
menjadi dua cara yaitu penilaian kelas dan penilaian berkala. Dengan demikian
penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan,
proses dan produk. Penilaian psikomotor dapat dilakukan pada saat proses
pembelajaran berlangsung dengan cara mengetes peserta didik atau dapat juga
dilakukan setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan.
Mencermati aspek penilaian pada ranah psikomotor maka pendidikan Agama
Islam memandang perlu adanya tambahan jam pembelajaran yang menekankan pada
pembelajaran praktek Ibadah. Agar siswa betul-betul dapat melaksanakan
kewajibanya dan mengamalkan ajaran agama Islam.Penekanan aspek psikomotor ini
sangat penting pada saat anak-anak masih memerlukan bimbingan dalam kaitannnya
pembentukan kebiasaan.
BAB IIIKONDISI UMUM SEKOLAH DASAR NEGERI 1 BADAU
A. Sejarah Desa Badau
Untuk mengungkap sejarah Desa Badau, sebenarnya hampir mengungkap
dari sejarah kerajaan yang ada di Pulau Belitung. Untuk itu penulis mencoba
mencari sumber data yang diyakini kebenaran yaitu dari dokumen yang ada di
Desa Badau. Pada dokumen tersebut dipaparkan tentang asal muasal nama Desa
Badau, yang antara lain dapat disarikan sebagai berikut ini:
“Sebelum Belanda menjajah pulau Belitong yaitu berkisar tahun 1500 Masehi,
seorang bangsawan tanah Jawa dari kerajaan Majapahit datang ke pulau Belitong
dengan tujuan mencari obat, melalui Kesultanan Palembang bangsawan ini adalah
Ronggo alias adalah Ronggo Udo, yang oleh masyarakat dikenal dengan nama
Daloeng Moyang Gersik.
Dalam perjalanan ke Pulau Belitong, beliau tiba di Kuala Berangan/muara
dari Sungai Cerucuk, tepatnya disebuah perkampungan yang bernama Kute
Karang dan menetap di sana. Oleh karena pada masa itu banyaknya gangguan dan
ancaman dari lanun, yang selalu singgah diperkampungan, beliau pun pindah
sampai pada hulu sungai Bersing dan menetap dikaki gunong Lilangan. Di tempat
inilah beliau membuka ume (berladang) mendirikan rumah dan mengembangkan
pengetahuannya tentang pengolohan besi. Dan sampai suatu ketika datang utusan
dari Tanah Jawa melalui Kesultanan Palembang dan menetapkan beliau sebagai
Kepala Pemerintahan di Pulau Belitong dan bergelar Ngabehi Tanah Yuda atau
Singga Yuda atau yang akrab dipanggil Ngabehi Badau.
Setelah beliau wafat segala hal alat kekuasaan dan pemerintahan diserahkan
kepada putra tunggalnya Batin Badau dengan gelar Ngabehi Batin Badau, Batin
Badau mempunyai satu orang anak bernama Badi Pattah dan saat beliau wafat
kekusaan diserahkan kepada anaknya dan bergelar Ngabehi Badi Pattah. Dan
Ngabehi Badi Pattah ini memiliki seorang anak laki-laki, yang setelah wafat alat-
alat kekuasaan diserahkan kepada anak bernama Badu, berkenaan dengan
runtuhnya Majapahit maka Pulau Belitong menjadi wilayah kekuasaan kerajaan
Palembang dan gelar yang diberikan oleh Sultan Palembang kepada yaitu Datuk
Badu dan oleh orang-orang asing (Belanda dan Cina) waktu itu disebut Badaro
Pada jaman penjajahan Belanda, pulau Belitung sebagai daerah distrik dengan
pusat Pemerintahan di Badau. Dengan berjalannnya waktu maka kekuasaan
kerajaan Badau semakin kecil dan didonimasi kekuasaan Belanda dengan
pertambangan timah sebagai andalan pendapatan p-emerintahan kolonial di
Belitung, dengan pusat pemerintahannya dan pusat perdagangan pulau Belitung
di muara sungai Curucuk yang dikenal dengan Tanjungpandan. Dan saat Badau
hanya dikenal sebagai sebuah desa yang menjadi pusat Pemerintahan Kecamatan
yaitu Kecamatan Badau.” 32
Desa saat sebagai desa marginal yang tidak mencerminkan sebagai desa bekas
pusat kerajaan Badau, karena situs-situs sejarah yang dapat ditemukan sangat
minim. Hanya sebuah musium yang menyimpan benda-benda peninggalan
kerajaan Badau.
32 ? Intisari dari dokumentasi Desa Badau pada tahun 1980.
B. Kondisi Umum Kecamatan Badau
Desa Badau merupakan salah satu dari 42 Desa/ kelurahan yang ada di Kabupaten
Belitung dan merupakan Ibu Kota dari Kecamatan Badau. Yang memiliki batas –
batas desa sebagai berikut :
1. Sebelah Utara, berbatasan dengan Desa Simpang Tiga Kecamatan Simpang
Renggiang Kabupaten Belitung Timur.
2. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Desa Cerucuk Kecamatan Badau
Kabupaten Belitung.
3.Sebelah Timur, berbatasan dengan Desa Nyuruk Kecamatan Dendang
Kabupaten Belitung Timur.
4. Sebelah Barat, berbatasan dengan Desa Buluh Tumbang Kecamatan Tanjung
pandan Kabupaten Belitung.33
Luas wilayah Desa Badau 11.200 Ha, yang merupakan daratan secara
keseluruhan, dan memiliki jalur penghubung berupa sarana transportasi yang dapat
dilalui dari berbagai jurusan seperti Tanjung pandan, Manggar, Gantung dan
Dendang.
C. Sejarah Berdirinya SD 1 Negeri Badau.
SD Negeri 1 Badau merupakan sekolah perintis di Kecamatan Badau.
Sebelum berubah menjadi SD Negeri, sekolah ini bernama Sekolah Rakyat (SR) Pada
tahun 1970 atas prakarsa Bupati Belitung saat itu H AS Hananjueddin,untuk
memindahkan Sekolah Rakyat (SR) Dari balai Desa ke lokasi baru. Karena beliau
33 ? Dokumentasi Desa Badau tahun 2009.
mewakafkan tanah warisan dari orang tua beliau,luasnya satu hektar,serta mencari
dana untuk membuat bangunan sebanyak enam lokal, gedung SD semi permanen
dengan sistim padat karya mengikutsertakan warga desa setempat. Tahun 1971
sekolah ini mulai menerima murid baru,dan sekolah ini pun dijuluki SD Padat Karya.
Pada masa itu masyarakat Badau dan warga kampung sekitarnya seperti,
Dusun Ibul, Kelekak Datuk, Air Mungkui, Air Asam, Bantan,menyambut antusias
kehadiran gedung sekolah tersebut,sehingga mereka beramai – ramai mendaftarkan
anaknya untuk masuk Sekolah.Dan lebih seratus murid kelas satu yang terdaftar
disekolah ini pada tahun 1971 Mereka dibagi dalam dua ruangan kelas. Pada waktu
itu murid-murid pergi ke sekolah dengan berjalan kaki, bahkan ada juga yang jalan
kaki beberapa kilometer,karena kendaraan masih sulit waktu itu,kalaupun ada,hannya
sdikit murid yang menggunakannya itu pun hannya sepeda ontel.
Dan guru yang mengajar hanya lima orang, ketika dua tahun pendidikan
berjalan,dan sudah ada murid kelas dua,proses pembelajaran dilakukan pagi dan sore
hari .Guru yang pertama mengajar disekolah ini adalah Ilyas Makruf merangkap
sebagai Kepala Sekolah Asmali, Marzuki ( Alm ) Mahbun ( Alm ) dan Arbaen.
Setelah 36 tahun kemudian menempati tanah wakaf tersebut bangunan
Gedung SD Negeri 1 Badau sudah beton permanen lantainya sudah keramik dan
fasilitas penerangan sudah memadai, sehingga anak – anak dengan mudah melakukan
Proses Pembelajaran di sekolah tersebut dan tidak sedikit alumni SD Negeri 1 Badau
yang sudah berhasil ada yang di Pemerintahan, Pegawai Swasta , banyak pula yang
berkarir di luar Belitung, bahkan sebagian besar guru-guru yang mengajar adalah
alumni dari SD Negeri 1 Badau. tersebut.dan pada tahun ajaran 2008 / 2009 jumlah
tenaga pengajar di SD Negeri 1 Badau sebanyak 10 orang.dan 1 orang penjaga
sekolah. Jumlah Siswa sebanyak 135 orang dari kelas 1 sampai kelas 6.
D. Visi dan Misi Sekolah Dasar Negeri 1 Badau
1. Visi
SD Negeri 1 Badau mempunyai visi yaitu ”Cerdas, Terampil, dan
bertaqwa kepada Allah SWT”
2. Misi
Sebagai upaya untuk mewujudkan visi di atas, SD Negeri 1 Badau
memiliki misi sebagai berikut :
a. Meningkatkan NEM( Nilai Ebatanas Murni ) siswa .
b. Meningkatkan prestasi belajar siswa bidang akademik maupun non akademik.
c. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
E. Keadaan Guru SD Negeri 1 Badau Tahun Pelajaran 2008/2009
Layaknya sebuah sekolah negeri, maka keberadaan tenaga pengajar di SD
Negeri 1 Badau adalah mayoritas berstatus PNS, dan ada beberapa guru yang
berstatus non PNS. Keadaan guru yang demikian, ada keterjaminan kualifikasi guru
dan kesejahteraannya, sehingga mutu pendidikan yang diharapkan dapat terpenuhi.
Selanjutnya lihat pada tabel berikut:
Tabel 1Keadaan Guru Menurut Status dan Golongan
No N a m a Status Golongan Tugas Mengajar1 NURATIKA Kepala Sekolah III / d PKn 4,5 dan 62 NASIR Guru PNS IV / a Guru kelas 63 GUSNIAH Guru PNS II / d Guru kelas 44 SUPIYATI Guru PNS III / c Guru Penjaskes I - 6
kelas 5 TITIN FITRIANTI Guru PNS II / b Guru kelas 36 LESTIYAH Guru PNS II / a Guru kelas 27 DERIHAN Guru PNS II / d Guru PAI I - 68 ROSDIANA Guru PNS II / b Guru Kelas I9 RESIDI PNS I / d Tata Usaha10 ANGGA SAPUTRA Guru Honor - Pengelola
Perpustakaan11 ANITA Guru Honor - SBKL
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa guru yang mengajar di SDN 1 Badau
sudah berpengalaman. Karena dari guru PNS terdapat 9 guru yang bergolongan III
dan kedudukan yang demikian ini dan dapat diketahui bahwa keadaan guru di SD
Neger1 badau sudah memenuhi syarat yang ideal. Masing masing kelas dan
rombongan belajar dengan enam kelas dan enam rombongan belajar sudah ada guru
kelasnya. Adapun Kepala sekolah yang tetap mengajar Bidang studi tertentu, adalah
merupakan syarat profesional yang harus dipenuhi selaku Kepala Sekolah minimal 6
jkam pelajaran perminggu. Adanya dua orang guru GTT diperlukan untk
mengajarkan bidang studi Penjaskes dan bidang studi muatan lokal.
F. Keadaan Guru Menurut Tingkat Pendidikan
Keadaan kualifikasi guru adalah merupakan standar yang harus dipenuhi oleh
sebuah lembaga pendidikan. Semakin tinggi kualifikasi guru yang dimiliki maka
jaminan sekolah semakin bermutu akan lebih mudah untuk digapai.Keadaan guru di
SD Negeri 1 Badau, mempunyai kualifikasi yang bermacam- macam. Selanjutnya
lihat pada tabel 2
Tabel 2 Guru Menurut Tingkat Pendidikan dan Status
Di SD 1 Negeri Badau No Tingkat
Pendidikan
StatusGuru Tetap Guru Guru Tidak Tetap
1 S1 1 - -2 D 3 - 13 D 2 8 - 14 SMA/SPG
Jumlah 9 - 2
Pada tabel diatas, yang berkenaan dengan tingkatpendidikan guru. Terlihat
bahwa kulifikasi guruberdasar pada tingkatpendidikan berada pada tingkat diploma.
Hanya satu guru yang merangkap sebagai kepala sekolah yang berpendidikan Strata
1( sarjana ). Kenyataan ini menunjukan bahwa mutu pendidikan di SD darikualifikasi
guru masih belum memenuhi syarat sesuai dengan PP Nomor 19 btahun 2005 pasal
28 ayat (5) yang menyatakan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimal Diploma Empat (DIV) atau Sarjana (S-1)
G. Keadaan Siswa dan Agama Yang dianut Siswa SD Negeri 1 Badau Tahun Pelajaran 2008/2009
Keadaan agama dan kepercayaan siswa, sangat menentukan dalam perencanaan
dan pengambilan kebijaksanaan, terutama dalam menyusun Kurikulum tingkat Satuan
Pendidikan yang berkaitan dengan mata pelajaran pendidikan agama. Di SD Negeri 1
Badau, mayoritas siswanya beragama Islam, bahkan mencapai seratus persen..
Selanjutnya lihat tabel 3 berikut ini
Tabel 3Agama dan Kepercayaan Siswa SDN 1 Badau
Kelas AGAMA Total
Islam Katholik Protestan Budha
I 16 17 33 16 17 33
II 7 9 16 7 9 16
III 77 16 27 77 16 27
IV 77 15 26 77 15 26
V 9 10 17 9 10 17
VI 10 6 16 10 6 16
Jmlh 52 73 135 52 73 135
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kedaan siswa yang bergama di SD
Negeri 1 Badau menurut agama dan keyakinan mayoritas beragama Islam.Kedaan
yang demikian akan mempermudah guru agama untuk menggunakan waktu-waktu
tertentu untuk kegiatan yang dapat menopang pencapaiab tujuan pendidikan Agama
Islam. Maka kebijakan sekolah menggunakan waktu muatan lokal atau memberikan
tambahan waktu belajar untuk kegiatan pembelajaran berbasis praktek ibadah.Dengan
keadaan siswa yang mayoritas beragama Islam dijadikan unggulan kegitan- kegiatan
pembelajaran praktek. Sehingga sekolah dituntut untuk menyediakan sarana dan
prasaran penunjang. Dan pihak sekolah berserta guru pembimbing dituntut untuk
meyediakan kurikulum yang diperghunakan. Apabila pembelajaran ini dijadikan
penopang pencapaian tujuan pembelajaran pendidikan Agama Islam, maka
kurikulumnya bersifat sparated subyek kurikulum yang artinya memecah bidang sudi
menjadi dua atau lebih bidang studi tambahan.Apalagi sistem manajeman sekolah
yang dipergunakan adalah manajemen berbasis sekolah.
Keadaan yang jumlah siswa di SD ini padat ini sedikit banyak akan
mempengaruhi kondisi proses pembelajaran.Hal ini sangat berbeda jauh dengan SD
yang ada di daerah pinggiran kota atau pedesaan di Kabupaten Belitung, yang jumlah
siswanya hanya berkisar 20 sanak perkelasnya. Perlu diketahui bahwa jumlah SD di
Kabupaten Belitung sudah lebih dari cukup, bahkan terdapat satu desa lebih dari satu
SD. Sehingga sebaran siswa Sd sudah semakin merata di setiap pemukiman
penduduk. Bahkan ada sebagian desa di wilayah kabupaten belitung yang memilki
jumlah SD lebih dari satu. Hal ini dimungkinkan karena jumlah penduduknya lebih
padat. Namun ada juga beberapa SD yang mengalami relokasi (penggabungan) dari
beberapa SD me4njadi satu SD dikartenakan jumlah siswanya tidak mencukupi.
H. Sarana dan Prasarana
Keadaan sarana yang berupa ruang dan bangunan pada SD ini hanya sebatas
memenuhi syarat. Dan SD ini tidak memilki sarana ibadah, artinya jika ada pelajaran
praktek ibadah dalam pelajaran PAI, SD mungkin menggunakan sarana ibadah
ditempat lain atau ruangan lain. Dan SD ini bersama SD Negeri 1 Badau .
Pada pengamatan, penulis bangunan SD Negeri yang ada di Kecamatan Badau
sebenarnya merupakan bidang studi pembangunan atau rehabilatsi yang dananya
diambilkan dari dana APBN/ APBD. Berbeda dengan sekolah swasta, yang dana
pembangunan/ rehabiltasi sebagian besar merupakan dana swadaya. Oleh kartena itu
jika bangunan suatu SD Negeri itu cukup atau kurang, pada hakekatnya pada
anggaran negara yang dikucurkannya.
Jumlah ruang yang tersedia dalam suatu lembaga pendidikan sangat
mempengaruhi segala aktifitas lembaga pendidikan yang bersangkutan. Semakin
tersedia ruangan untuk melaksanakan proses kegiatan, baik kegiatan pembelajaran
atau kegiatan pendukung pembelajaran, maka kegiatan tersebutr akan lancar dan
efektif. Tata letak ruang dan gedung di SD Negeri 1 Badau ini masih memungkinkan
untuk dikembangkan. Jika ada anggaran pengembangan sarana dan prasarana dari
anggaran pemerintah maka SD ini masih memilki lahan yang cukup luas untuk
dikembangkan. Selanjutnya untuk mengetahui keadaan daya dukung ruang yang di
SD Negeri 1 Badau dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4Sarana dan Parasarana SDN 1 Badau
No Ruang Jumlah Luas (m²)(1) (2) (3) (4)
1 Kepala Sekolah 1 122 Tata Usaha - -3 Guru 1 564 Kelas 6 3365 Keterampilan - -6 Perpustakaan 1 567 UKS 1 128 Ibadah 1 5610 WC Guru 1 1211 WC Siswa 2 24
Dengan melihat data diatas, menggambarkan bahwa keadaan lokal/bangunan
yang dimiliki SD Negeri 1 Badau telah mencukupi. Ruang tata usaha dan ruang
ketrampilan yang masih minus. Namun hal ini tidaklah mengurangi aktifitas yang
esencial. Keadaan yang demikian tentunya sangat kondusif untuk menunjang
kesuksesan penacapain tujuan pendidikan. Ruang ibadah dalam pengamatan penulis,
sebenarnya sudah cukup, namun jika ada penambahan siswa dalam satu kelas ada 40
orang siswa, tentunya mushola ini tidak mencukupi. . Begitu juga dengan sarana
berwudhu yang menjadi pelengkap sebuah mushola dari jumlahnya dengan jumlah
murid belum mencukupi.
BAB IVPELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BERBASIS PRAKTEK IBADAH PADA SISWA KELAS VI DI SD NEGERI 1 BADAU
A. Pelaksanaan Pembelajaran Praktek Ibadah.
Untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran praktek ibadah ini, penulis
melakukan penelitian dengan menggunakan analisis data . Dari data yang diperoleh
melalui angket akan dimasukkan ke dalam tabel sesuai dengan item pertanyaan dan
ditampilkan dalam bentuk prosentase berdasarkan variabel-variabel yang diteliti.
Selanjutnya seluruh data yang diperoleh melalui observasi, dokumentasi, wawancara,
dan angket akan dianalisis secara deskriptif.
1. Pembelajaran praktek ibadah bagian dari pelajaran pendidikan Agama Islam
Pada pembelajaran praktek ibadah ini lebih menekankan pada segi
ketrampilan atau ranah psikomotor siswa agar tercipta ketrampilan ibadah khususnya
ibadah sholat. Hal ini dilakukan sebagai usaha untuk mengoptimalkan tujuan
kurikuler Pendidikan Agama Islam di SD yaitu menjadikan siswa mampu beribadah
sholat. Hal ini sesuai dengan pernyataan guru agama Islam SD Negeri 1 Badau saat
diwawancarai oleh penulis, yang menyatakan bahwa: “Untuk mengoptimalkan
tercapainya pendidikan Agama Islam di SD khususnya pada segi kemampuan siswa
untuk dapat melaksanakan sholat maka dipandang perlu mengadakan pembelajaran
praktek ibadah untuk siswa kelas VI”34 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini dari pertanyaan angket no.1
Tabel 5 Pembelajaran praktek Ibadah hubungannya dengan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar
Pertanyaan fn %
1Apakah anda mengetahui bahwa pembelajaran praktek ibadah merupakan bagian dari pendidikan Agama Islam ?a. Ya 16 100b. Tidak - -c. ragu- ragu - -Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menyatakan bahwa
praktek ibadah merupakan bagian dari Pendidikan Agama Islam ada 16 orang
responden dari 16 orang responden atau 100 %. Kenyataan ini menggambarkan
34 ? Wawancara dengan Bapak Derihan , tanggal 3 Pebruari 2010, jam 09.30 WIB.
bahwa seluruh siswa mengetahui bahwa pembelajaran berbasis pratek ibadah yang
dilaksanakan di SDN 1 Badau merupakan bagian dari mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
2. Pembimbing pembelajaran Praktek Ibadah.
Saat pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah memerlukan guru
pembimbing, agar dalam pelaksanaannnya dapat berjalan dengan tertib. dan yang
lebih penting, siswa dapat mempraktekan ibadah sesuai dengan ketentuan-ketentuan
syar’i. Yaitu sesuai dengan petunjuk yang ada dalam Nash Alquran dan hadist.
Keadaan yang demikian sesuai dengan pengamatan penulis selama beberapa kali
dalam rangka penelitian ini. Hasil pengamatan menunjukan bahwa guru Agama Islam
senantiasa aktif dan teliti ketika memberikan bimbingan pelaksanaan pembelajaran
praktek ibadah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini dari
pertanyaan angket no.2
Tabel 6 Pembimbing pembelajaran praktek Ibadah SD
Pertanyaan fn %
2. Kalau anda mengetahui , siapakah yang membimbing pembelajaran praktek ibadaha. Guru Agama Islam 15 93.75b. Guru Agama Islam dan Kepsek -c. Guru Agama dan guru lainnya 1 6,25Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjawab pembimbing
pembelajaran praktek ibadah adalah guru Agama Islam, ada 15 orang atau 93,75 %
dan yang menjawab guru agama dan guru lainnya ada seorang atau 6, 25 %.
Kenyataan ini menunjukan bahwa peranan guru Agama Islam dalam pembelajaran
praktek ibadah sangat dominan.
3. Kesiapan siswa menghadapi mata pelajaran praktek ibadah.
Sikap siswa kelas VI dalam pembelajaran praktek ibadah ini,
mengungkapkan bahwa kesiapan siswa dalam menghadapi mata pelajaran berperan
penting bagi tercapainya tujuan pengajaran. Begitu pula, keadaan siswa yang sudah
mengetahui dan menyikapi dengan benar akan adanya pembelajaran praktek ibadah
ini, tentunya hasil pembelajaran akan lebih optimal. Penuturan Nasir, selaku guru
kelas mengatakan bahwa ketika siswa baru memasuki jenjang kelas VI , maka kami
selaku guru kelas VI, mengatakan bahwa ada mata pelajaran praktek ibadah untuk
mengisi jam pelajaran muatan lokal yang harus diikuti oleh siswa-siswa kelas VI.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini dari pertanyaan angket no.3
Tabel 7 Kesiapan siswa menghadapi pembelajaran praktek Ibadah
Pertanyaan fn %
3. Pada saat anda baru naik kelas VI, apakah sudah mengetahui bahwa di kelas VI ada pelajaran praktek ibadah ?a. ya 13 81,25b. belum 2 12,50c. ragu- ragu 1 6,25Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjawab ya ada 13 orang
atau 81, 25 %, dan responden yang menjawab belum mengetahui ada 2 orang atau
12, 50 % dan yang menjawab ragu-ragu ada 1 orang atau 6, 25 %. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak semua siswa kelas VI pada awal masuk kelas VI
mengetahui bahwa di kelas VI ada mata pelajaran praktek ibadah.
4. Absensi kehadiran siswa
Dalam pelaksanaan praktek ibadah yang dilaksanakan diluar kelas dan
menggunakan ruang mushola. Sehingga sangat rentan bagi siswa untuk tidak
mengikuti atau membolos dari keiukutsertaan dalam pembelajaran ini, dikarenakan
adanya jeda dan jarak serta perubahan situasi dari pembelajaran klasikal pada
pelajaran sebelumnya berubah menjadi pelajaran praktek, sehingga terbuka ruang
“bebas” bagi siswa. Dalam hal ini jika tidak disikapi dengan bijaksana akan
dimanfaatkan siswa untuk membolos pelajaran praktek ibadah. Kenyataan ini
didukung oleh hasil pengamatan penulis yang memperhatikan guru pembimbing
praktek Ibadah dari lima kali pengamatan, terlihat dengan jelas bahwa guru
pembimbing selalu membuat daftar hadir siswa dan mengadakan absen. Dengan
demikian guru pembimbing telah mengadakan kontrol pada siswa, namun ada juga
beberapa siswa yang tidak mengikuti dengan alasan tertentu. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini dari pertanyaan angket no.4
Tabel 8 Guru dalam mengontrol kehadiran siswa
Pertanyaan fn %
4. Dalam kegiatan praktek ibadah, apakah guru pembimbing selalu membuat daftar hadir ?a. ya 7 43,75b. tidak - -c. kadang-kadang 9 56,25Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjawab guru
melaksanakan absensi siswa ada 7 orang atau 43,75 % dan responeden yang
menjawab guru hanya kadang-kadang melakukan absensi kehadiran siswa ada 9
orang atau 56,25 %. Hal ini menunjukan bahwa keseriusan guru pembimbing dalam
melaksanakan pembelajaran praktek ibadah untuk melakukan absensi kehadiran
murid perlu ditingkatkan, agar ada kontrol terhadap siswa-siswanya sehingga
kehadiran siswa dapat terpantau.
B. Bimbingan yang digunakan.
1. Bimbingan pelafalan doa- doa sholat
Bimbingan pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah tergantung dari keahlian
guru dalam menyikapi situasi dan kondisi yang terjadi saat itu dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Kebiasaan guru yang mengajar yang bersifat
monoton, dan terpaku pada langkah-langkah pembelajaran yang sering dilakukan,
tentunya akan membuat siswa jenuh dan bosan. Pembelajaran praktek ibadah yang
menekankan pada segi psikomotor dan kognitif yaitu menghafal dan mengingat
serta menerapkan, menuntut guru untuk lebih variatif dalam cara penyampaian
pembelajaran ini. Kenyataan ini didukung oleh hasil pengamatan penulis yang
memperhatikan guru pembimbing praktek ibadah dari lima kali pengamatan,
melakukan bimbingan dengan menggunakan metode dan pendekatan yang variatif.
Sehingga siswa terlihat lebih bergairah dalam belajar. Namun yang selalu menjadi
langkah utama adalah menuntun hafalan-hafalan doa ketika berwudu, doa-doa
sholat dan lafal-lafal dzikir setelah sholat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini dari pertanyaan angket no.5
Tabel 9 Bimbingan guru dalam menuntun doa-doa praktek ibadah
Pertanyaan fn %
5. Dalam pembelajaran praktek ibadah, apakah guru pembimbing terlebih dahulu menuntun hafalan bacaan-bacaan sholat ?a. ya 13 81,25b. tidak 3 18,75c. kadang-kadang - -Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjawab ya ada 13
orang atau 81, 25 % dan yang menjawab tidak ada 3 orang atau 18,75 %. Sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak semua murid dibimbing hafalanb lafal-lafal
doa sholat oleh guru pembimbing pada waktu pelaksanaan praktek ibadah.
2. Pemberian contoh keserasian lafal doa dengan gerakan- gerakan sholat.
Dalam menjalankan ibadah ada tuntutan yang harus dipenuhi yaitu keserasian
anatara bacaan/ doa dan gerakan. Hal ini menuntut pembiasaan. Dalam
pembelajaran praktek ibadah yang dilaksanakan di SD Negeri 1 Badau ini, peranan
guru pembimbing dalam memberikan contoh keserasian gerak dan bacaan sangat
dituntut. Agar hasil yang diharapkan tidak hanya memenuhi tujuan kurikuler tetapi
juga sesuai dengan tujuan syar’i yaitu beribadah sesuai dengan nash Alquran dan
Al Hadist. Saat penulis mengadakan pengamatan selama lima kali pelaksanaan
pembelajaran praktek, penulis menemukan bahwa guru pembimbing tidak selalu
memberikan contoh keserasian gerakan dan bacaan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini dari pertanyaan angket no.6.
Tabel 10 Guru dalam memberikan contoh keserasian gerakan dan bacaan
Pertanyaan fn %
6.Dalam pembelajaran praktek ibadah, apakah pembimbing mempraktekan keserasian antara gerakan dan bacaan sholat ?a. ya 14 87,5b. tidak 2 12,5c.kadang-kadang - -Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjawab ya ada 14
orang atau 87, 5 % dan yang menjawab tidak ada 2 orang atau 12,5 %. Hal ini
menunjukan bahwa tidak semua siswa menyaksikan bahwa guru pembimbing
memberikan contoh kesrasian bcaan lafal-lafal sholat dengan gerakan – gerakan
sholat.
3. Kesangggupan siswa mendemontrasikan ketrampilan praktek ibadah
Kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran sebagai hasil pembelajaran
harus dapat diukur dan diamati dengan cara mengadakan evaluasi. Untuk
mengadakan evaluasi tidak perlu harus menunggu pada akhir program, tetapi pada
saat selesai melaksanakan pembelajaran dapat diadakan evaluasi yang disebut
dengan post test. Terlebih lagi jika digabungkan dengan metode demontrasi, yang
tehnis pelaksanaannya, salah satu siswa atau sebagian siswa dapat dijadikan model
pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan penulis, mendapati bahwa guru
pembimbing, dalam pembelajaran sering diiringi dengan menyuruh siswa untuk
mempraktekan dan menghafal doa tertentu. Guru pembimbing akan menuntun dan
membimbing siswa dalam menghafal, sehingga bacaannya akan benar dan
fasih.Selain itu, bagi siswa guru juga menyuruh siswa dengan perseorangan untuk
mempraktekan kaifiyat sholat beserta bacaannya. Hal ini dilakukan sebagai umpan
balik terhadap kemampuan daya serap siswa, serta sebagai evaluasi pembelajaran
praktek ibadah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini, dari
pertanyaan angket no. 7.
Tabel 11 Guru menyuruh siswa memberi contoh keserasian gerakan dan bacaan
Pertanyaan fn %
7.Dalam pembelajaran praktek ibadah, Apakah guru pembimbing menyuruh siswa mempraktekan contoh gerakan dan bacaan sholat yang telah diberikan guru?a. ya 9 56,25b. tidak 7 43,75c. kadang- kadang - -Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjawab ya ada 9
orang atau 56,25 % dan yang menjawab tidak ada 7 orang atau 43,75 %. Hal ini
menunjukan bahwa tidak semua siswa pernah di suruh untuk mendomantrasikan
ketrampilan praktek ibadah di depan guru pembimbing dan didepan rekan-
rekannya.
4.Prosedur pelaksanaan pembelajaran.
Dengan memperhatikan waktu pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah
yang tertera pada jadwal pelajaran, kegiatan pembelajaran ini mendekati waktu
sholat wajib Dzuhur sampai selesai jam pelajartan sekolah. Pelaksanaan
kemungkinan dapat terjadi guru pembimbing langsung mengajak siswanya untuk
melakukan praktek sholat dzuhur berjamaah. Pernyataan guru pembimbing
pembelajaran ini mengatakan bahwa: Kami biasanya belajar wudhu terlebih dahulu
dengan sempurna, kemudian belajar doa-doa sholat serta gerakan gerakan sholat ,
kemudian kami sholat dzuhur berjamaah, dan ditutup dengan melafalkan doa- doa
dzikir, pada kegiatan pembelajaran praktek ibadah ini peran kami sebagai guru PAI
sekaligus guru pembimbing praktek ibadah lebih aktif dan tekun dalam
membimbing siswa melafalkan wirid, dzikir dan doa-doa. Tujuannnya agar siswa
menguasai hafalan dzikir dan doa dengan baik dan benar serta dapat
mempraktekannya dalam kehidupan dilingkuangan keluargaannya”.35 Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini, dari angket pertanyaan angket no. 8.
Tabel 12 Guru Langsung Mengajak sholat
Pertanyaan fn %
8. Dalam pembelajaran praktek ibadah , apakah guru pembimbing langsung mengajak sholat berjamaah dzuhur ?
35 ? Wawancara dengan Bapak Derihan guru pendidikan Agama Islam SDN 1 Badau tanggal 12 Januari 2010 jam 11.30 WIB.
a. ya 7 43,75b. tidak 9 56,25c. kadang – kadang - -Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang siswa yang menjawab
langsung sholat dhuhur berjamaah ada 7 orang atau 43,75 % dan siswa yang
menjawab tidak langsung sholat dhuhur ada 9 orang atau 56,25 %. Hal ini
menunjukan bahwa tidak selamanya guru pembimbing melaksanakan
pembelajaran prtaktek ibadah menggunakan tata urutan yang seharusnya, namun
juga saat jam pembelajaran praktek ibadah, guru pembimbing langsung
melaksanakan sholat dhuhur berjamaah. Dari pengamatan penulis, mendapati
bahwa guru pembimbing selalu memberikan pembelajaran praktek ibadah dengan
metode demontrasi dan drill sambil menunggu waktu sholat dzuhur tiba.
C.Materi praktek ibadah
1. Materi berwudhu
Berwudu adalah rangkain dari pelaksanaan sholat, sehingga kesempurnaan
wudhu akan menjadi prasyarat kesempurnaan sholat. Siswa yang sedang dalam
pembelajaran praktek wudhu juga memerlukan bimbingan, agar pelaksanaan wudhu
setiap harinya akan dapat dilaksanakan dengan tertib terpenuhi syarat dan rukun
wudhu. Hal senada diungkapkan oleh Kepala Sekolah saat diwawancarai oleh
penulis, beliau mengatakan: “Sebelum praktek pembelajaran sholat kami menekankan
kepada guru pembimbing agar terlebih dahulu membimbing praktek wudhu. Kami
dari sekolah telah berusaha melengkapi sarana dan prasarana untuk berwudhu,
sehingga pelaksanaan praktek ibadah yang dimulai dengan praktek berwudhu terlebih
dahulu.” Adapun materi wudhu dapat dijabarkan dari silabus Pendidikan Agama
Islam untuk SD sebagai berikut:
Kompetensi Dasar :
- Mampu melakukan tata cara thoharoh/bersuci tertib
Indikator :
- Melafalkan niat wudhu
- Menyebutkan urutan rukun wudhu dengan tertib
- Melafalkan doa wudhu
- Mampu melaksanakan praktek wudhu dengan
Materi berwudhu
- Niat wudhu
- Urutan rukun wudhu dengan tertib
- Doa wudhu
- Praktek wudhu dengan tertib36
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut dengan pertanyaan
angket no.9
Tabel 13Bimbingan Wudhu
Pertanyaan fn %
9. Sebelum praktek ibadah dimulai, apakah diajari
36 ?Depag RI, Pedoman Umum PAI Sekolah Umum dan SLB, ( Jakarta:Dirjen Bimbaga RI, 2003) hal.8
terlebih dahulu tata cara berwudu?a. ya 14 87,5b. tidak 2 12,5c. kadang- kadang - -Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjwab ya ad 14
orang atau 87,5% dan yang menjawab tidak ada 2 orang atau 12,5 %. Bukti ini
memberikan gambaran bahwa ada sebagian siswa yang merasa bahwa dirinya
pernah mendapat bimbingan cara ibadah khususnya praktek berwudhu oleh guru
pembimbingnya.
2. Materi Wirid dan doa selesai sholat.
Serangkaian dalam pelaksanaan praktek ibadah sholat pada akhir pelaksanaan
sholat dilanjutkan dengan pembacaan lafal- lafal wirid dan doa. Penulis mengamati
dokumentasi dari materi doa yang diajarkan oleh guru pembimbing untuk sebagai
berikut :
Pengamatan penulis selama lima kali pengamatan mendapati bahwa siswa
dipimpin dan dibimbing dalam pembacaan lafal-lafal wirid dan doa. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini dengan pertanyaan angket no.10
Tabel 13Bimbingan Wirid dan Doa
Pertanyaan fn %
10. Dalam pembelajaran praktek ibadah, apakah dipelajari juga tata cara wirid dan doa selesai sholat ?a. ya 16 100b. tidak - -c. kadang- kadang - -Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, semua atau 100% responden menjawab
mengikuti pembelajaran tata cara wirid dan doa seelah selesai sholat fardhu .
Pelakasaan pembelajaran ini ialah guru agama membimbing dan menuntun bacaan
wirid dan doa dan semua siswa mengikuti dan menirukan. Dan proses yang
demikian dilangsung setiap selesai melaksanakan praktek sholat fardhu dhuhur
berjamaah.
D. Penilaian dan penghargaan
1. Pengambilan penilaian.
Salah satu alat ukur untuk mengetahui tingkat penguasaan materi yang telah
diajarkan pada pembelajaran praktek ibadah ialah mengadakan penilaian. Unjuk
ketrampilaan secara demontrasi adalah alat untuk melakukan penilaian. Hal demikian
sejalan dengan yang diungkapkan oleh guru pembimbing praktek ibadah yang
mengatakan bahwa: ” Setiap akhir semester kami mengadakan ulangan praktek untuk
mendapatkan nilai dari siswa dari pelajaran praktek ibadah”. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut dengan pertanyyan no.11
Tabel 14Pengambilan Nilai siswa
Pertanyaan fn %
11.Apakah guru pembimbing pernah menilai paraktek ibadah masing – masing siswa ?a. ya 14 87,5b. tidak 2 12,5c. kadang- kadang - -Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjawab ya ada 14
orang atau 87,5 % dan yang menjawab tidak ada 12, 5%. Hal ini menunjukan bahwa
tidak semua siswa pernah disuruh guru untuk mempraktekan gerakan dan lafal-lafal
doa sholat untuk diambil penilaian.
2. Penilaian dalam buku raport
Pembelajaran berbasis praktek ibadah, yang mempunyai kurikulum sendiri
dari silabus sampai pada RPP tentunya mempunyai program evaluasi tersendiri yang
kemudian nilainya tercantum di dalam raport terpisah dari Pendidikan Agama Islam.
Hal yang demikian akan menjadikan pembelajaran praktek Ibadah mempunyai
kedudukan yang kuat. Keadaan yang demikian diperkuat dengan pengakuan Kepala
Sekolah SDN 1 Badau iyang menyebutkan bahwa pembelajaran praktek ibadah
mempunyai kedudukan tersebndiri dalam penilaian di dalam raport yang terpisah
dengan pendidikan agama Islam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
dengan pertanyaan no.12
Tabel 15Penilaian Dalam raport
Pertanyaan fn %
12.Apakah praktek ibadah ada nilai tersediri dalam raport ?a. ya 9 56,25b. ragu-ragu 3 18,75c. tidak tahu 4 25,00Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden menjawab ya ada 9 orang atau
56,25 % dan yang menjawab ragu-ragu ada 3 oarang atau18,75% dan yang
menjawab tidak tahu ada 4 orang atau 25 %. Kenyataan ini memberi gambaran
bahwa tidak semua siswa mengetahui bahwa pembelajaran praktek ibadah ada
penilaian tersendiri di dalam buku raport.
3. Pemberian piagam penghargaan
Seyogyanya setiap program unggulan pada sebuah institusi yang membedakan
dengan institusi lainnya, adalah adanya penghargaan setelah seseorang selesai
mengikuti program, seperti bentuk sebuah piagam sebagai bukti pada
keikutsertaannnya dalam pembelajaran praktek ibadah. Bukti otentik ini akan
memberikan rasa bangga pada seseorang dan akan menjadi motivasi untuk
mengikuti program-program selanjutnya. Ngalim Purwanto memberikan arti
motivasi sebagai daya dorong bagi perbuatan seseorang yang menyangkut
dorongan seseorang melakukan perbuatan serta tujuan dari perbuatan yang dia
lakukan.37 Keadaan ini sesuai dengan yang dituturkan Kepala Sekolah SDN 1
Badau yang menyatakan bahwa selesai pembelajaran praktek ibadah atau anak
tamat dari SD maka bagi siswa yang dinilai aktif akan diberikan piagam
penghargaan. . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut dengan
pertanyaan no.13
Tabel 16 Pemberian piagam penghargaan
Pertanyaan fn %
13. Apakah anda setelah lulus dari SD dijanjikan mendapat piagam tentang penghargaan telah mengikuti praktek ibadah dikelas VI ?a. ya 2 12,5b. ragu-ragu 5 31,25c. tidak tahu 9 56,25Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjwab ya ada 2 orang
atau 12,5 % dan yang menjawab ragu-ragu ada 5 orang atau 31,25 % dan yang
menjawab tidak tahu ada 9 orang atau 56 %. Gambaran yang dapat diambil dari
tabel diatas menyimpulkan bahwa pihak sekolah mapun guru pembimbing kurang
maksimal dalam memberikan janji untuk memberikan piagam penghargaan bagi
siswa yang telah mengikuti program pembelajaran praktek ibadah ini.
E. Sarana dan Prasarana pelaksanaan Pembelajaran Praktek Ibadah.
1. Sarana dan prasarana yang digunakan dalam pembelajaran paraktek ibadah.
37 ? Ngalim Purwanto MP, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003) hal. 81
Kelanacaran dan kesuksesan pelaksaan suatu program juga dipengaruhi dari
ketersediaan da sarana dan prasarananya sebagai faktor pendukung kelancaran
program. Pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah di SDN 1 badau juga didukung
adanya prasarana dan sarana yang dimilikinya atau yang tersedia, walaupun bukan
hak milik. Kenyataan ini sesuai dengan yang diutarakan oleh Kepala Sekolah yang
menyatakan bahwa sekolah telah mencoba mencukupi segala sarana dan prasarana
pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah agar dalam pelaksanaannya tidak
terkendala. Sekolah telah menganggarkan setiap tahunnya untuk menambah sarana
periabadatan khusunya untuk siswa yang beragama Islam. Sekolah berupaya untuk
mencukupi sarana pembelajaran dengan mengalokasikan anggaran belanja sekolah.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut dengan pertanyyan no.14
Tabel 17 Sarana dan Prasarana Praktek Ibadah
Pertanyaan fn %
14. Milik siapakah alat-alat praktek ibadah yang digunakan itu ?a.milik sekolah 16 100b.milik masjid - -c.tidak tahu - -Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjawab alat-alat
ibadah yang digunakan untuk pembelajaran praktek ibadah milik sekolah sebanyak
seratus persen. Dengan demikian, pihak sekolah telah menyediakan peralatan praktek
ibadah seperti karpet, sajadah, mukena telah disediakan oleh pihak sekolah yang
memadai sehingga hal yang demikian menjadi faktor pendukung kelancaran
pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah.
2. Alokasi waktu yang digunakan.
Dari alokasi waktu yang telah ditentukan serta terbatasnya materi
pembelajaran, memungkinkan pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah
dilaksanakan lebih dari satu kali dalam seminggu. Jika ini terjadi akan ada
pemborosan waktu, apalagi jika setiap kali pelakasanaan praktyek pembelajaran
menggunakan alokasi waktu dua jam pertemuan. Pengamatan penulis yang dilakukan
selama lima kali, menjumpai bahwa pelakasanan pembelajaran praktek ibadah di
SDN 1 Badau dilaksanakan setiap seminggu sekali pada 2 jam terakhir jadwal
pelajaran dengan jumlah waktu 35 menit perjam mata pelajaran. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut dengan pertanyyan no.15 dan 16
Tabel 18Alokasi waktu
Pertanyaan fn %
15. Pada pembelajaran praktek ibadah, berapa kali dalam semingggu dilaksanakan ?a. satu kali 9 56,25b. dua kali 6 37,5c. tiga kali 1 6,25 Jumlah responden item soal no. 15 16 100
16. Pada waktu pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah, biasanya dilaksanakan pada saat ?a. pada waktu dhuhur 11 68,75b. antara jam 09.00-10.00 WIB. - -c. antara jam 07.00 – 09.00 WIB 5 31,25 Jumlah responden item soal no. 16 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat pada item pertanyaan no. 15 yang berkenaan
dengan alokasi waktu dalam seminggu yang dipergunakan untuk pelaksanaan
praktek ibadah terdapat responden yang menjawab satu kali ada 9 orang atau
56,25%, dan yang menjawab dua kali ada 6 orang atau 37,5% dan yang menjawab
tiga kali ada seorang ada seorang atau 6,25%.
Sedangkan pada item pertanyaan no.16 yang berkenaan dengan waktu
pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah, responden yang menjawab waktu dhuhur
ada 11 orang atau 68,75 % dan tidak seorangpun responden yang menjawab antara
jam 09.00 – 10.00 WIB, dan responden yang menjawab antara waktu 07-00 – 09.00
ada 5 orang atau 31,25 %.
Dari tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa waktu yang dipergunakan
adalah waktu dhuhur, walaupun sekali- kali menggunakan waktu pagi hari.
Pemilihan waktu dhuhur untuk melaksanakan pembelajaran praktek ibadah ini, agar
siswa terbiasa untuk melaksanakan sholat dhuhur diamanpun siswa berada. Dan
waktu ini dipandang sangat tepat karena siswa sebenarnya sudah lelah untuk belajar
didalam ruang kelas, sehingga pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah akan
dirasakan sebagai pembelajaran yang membuat siswa rileks dan santai.
F. Pemberian motivasi
Peran motivasi dalam pribadi sesorang sangat mempengaruhi sikap dan
tingkah laku orang tersebut. Seseorang yang mempunyai motivasi kuat akan
melakukan pekerjaan dengan sunguh-sungguh. Begitu pula peran motivasi untuk
melaksnakan kegiatan pembelajaran bagi siwa juga akan menjadikan siswa yang
bersangkutan lebih bersunguh-sungguh dalam belajar. Menurut pendapat Sardiman
mengemukakan tentang motivasi adalahsegala sesuatu yang mnedorong untuk
melakukan kegiatan/pekerjaan. Demikian puula dengan kegiatan belajar, sangat
diperlukan oleh motivasi, hasil belajar akan menjadi optimal,kalau ada motivasi.
Makin tepat motivasi yang diberikan akan makin berhasil pula pelajaran itu.38Hal
demikian sesuai dengan pernyataan Nasir guru kelas VI SDN 1 Badau, yang
menyatakan bahwa anak-anak kelas VI akan bersemangat dalam belajar jika guru
senantiasa memberikan motivasi untuk belajar dan serta keterangan tentang manfaat
belajar praktek ibadah. Pemberian motivasi ini bisa berujud pada pemberian nasehat-
nasehat ataupun penjelasan-penjelasan yang berkenaan dengan pengamalan ibadah
serta fadhilah-fadhilah jika orang melaksanakan perintah Allah SWT khususnya
beribadah kepada Allah SWT. Penulis saat mengadakan observasi mendapati, guru
pembimbing dalam memberikan motivasi kepada siswa-siswanya ialah dengan cara
memberikan tausiah keagamaan sekaligus menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah.,
dan siswa siswa- siswanya mendengarkan dengan tekun dan khusuk, sehingga
pelaksanaan praktek ibadah dapat diikuti oleh para siswa dengan keadaan yang
tertib.39 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut dengan pertanyaan no.17
Tabel 19
38 ? Sardiman, Interaksi dan motivasi belajar-mengajar,(Jakarta:PT RajaGrafindo press,2006)hal.7539 ? Wawancara dengan Bapak Nasir, tanggal 3 Pebruari 2010, jam 09.30 WIB.
Pemberian motivasiPertanyaan fn %
17.Apakah guru pembimbing pernah memberi nasehat agar selalu mengikuti pembelajaran praktek ibadah karena banyak manfaatnya ?a. ya 15 93,75b. tidak 1 6,25c. kadang-kadang - -Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjawab ya ada 15
orang atau 93,75% dan yang menjawab tidak ada 1 orang atau 6,25%, namun tidak
ada seorangpun yang menjawab kadang-kadang.. Dengan demikian guru pembimbing
telah melaksnakan salah satu fungsi sebagai pendidik yaitu memberikan motivasi atau
nasehat kepada siswa-siswanya.
G. Hukuman dan Hadiah
Murid yang selalu mengingat akan sangsi hukuman jika melanggar tata tertib
akan berhati-hati untuk menghindari dirinya terkena sangsi. Juga pemberian hadiah
bagi siswa yang berprestasi merupakan usaha untuk memberikan dorongan dan
penghargaan bagi siswa yang telah dengan sungguh-sunguh mengikuti pembelajaran
praktek ibadah dengan hasil yang memuaskan. Pemberian hadiah dan sangsi adalah
bentuk dari upaya memberikan motivasi kepada siswa agar dapart mmengikuti
pembelajaran. Menurut Sardiman, motivasi diartikan sebagai serangkaian usaha
untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seorang mau dan ingin
melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka ia akan berusaha meniadakan aatau
mengelakan perasaan tidak suka itu40 Begitu juga bagi siswa yang melanggar tata
tertib dan sering membolos tidak mengikuti pembelajaran akan diberi
sangsi/hukuman agar tidak mengulai perbuatannnya. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut dengan pertanyaan no.18 dan 19.
Tabel 20Hukuman dan Hadiah
Pertanyaan fn %
18. Apakah guru pembimbing praktek ibadah memberi hukuman bagi siswa yang beragama Islam yang membolos dalam pembelajaran praktek Ibadah ?a. ya 11 68,75b. tidak 4 25,00c. kadang- kadang 1 6,25 Jumlah responden item soal no. 18 16 10019.Apakah guru pembimbing pernah memberi hadiah bagi siswa yang aktif dan mendapat nilai yang bagus dalam praktek ibadah ?a. ya 1 6,25b. tidak 14 87,5c. kadang-kadang 1 6,25 Jumlah responden item soal no. 19 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat pada item pertanyaan no. 18 yang berkenaan
dengan pemberian sangsi hukuman bagi siswa yang membolos oleh guru/ sekolah,
responden yang menjawab ya ada 11 responden atau 68,75 %, yang menjawab tidak
ada 4 responden atau 25 % dan yang menjawab kadang-kadang ada satu orang atau
6, 25 %.
40 I? Sardiman, Op.Cit .hal.75
Dan pada item pertanyaan no.19 yang berkenaan dengan pemberian hadiah
bagi siswa yang aktif dan berprestasi, responden yang menjawab ya hanya satu orang
atau 6,25 %, dan responden yang menjawab tidak ada 14 orang atau 87,5 % dan yang
menjawab kadang-kadang ada seorang atau 6,25%.
Tabel diatas menggambarkan bahwa hanya segi pemberian hukuman yang
diterapkan agak lebih intensif dibanding dengan pemberian hadiah yang rata-rata
responden menjawab gruru pembimbing tidak pernah memberi hadiah sebagai bentuk
motivasi.
H. Faktor Pendukung dan penghambat.
Dalam pelaksnaan pembelajaran praktek ibadah tentunya ada faktor faktor
pendukung dan penghambat. Kehadiran kepala sekolah merupakan upaya untuk
menambah dorongan dan motivasi yang merupakan faktor pendukung terlaksana
kegiatan tersebut walaupun sekali kali. Begitu juga bila guru- guru yang lain juga
berpartisipasi walaupun sifatnya hanya insidental, sudah merupakan wujud dukungan
terhadap kesuksesan pembelajan ini.
Sarana dan prasarana untuk kelancaran pelaksnaan seperti buku-buku sumber,
alat-alat sholat,sajadah, mukena dan lainnya yang merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari ketertiban berlangsungnya kegiatan pembelajaran ini. Begitu juga
dengan sarana air untuk praktek berwudhu kedaannnya harus mencukupi baik sarana
air maupaun jumlah air yang dipergunakannnya.
Begitu juga dengan tempat yang khusus yang dipergunakannnya juga harus
tersedia seperti mushola ataupun ruang sholat.Ketersediaan ruanggan ini menjadi
faktor yang sangat dominan yang harus ada. Sebab jika tempatnya tidak
memungkinkan atau jauh dari lokasi sekolah maka banyak kendala yang dihadapi
sehingga akan menghambat lancarnya proses pembelajaran ini.
Keadaan sarana dan prasarana yang demikian, menurut Kepala sekolah sudah
disediakan dengan menggunbakan anggran khusus, sehingga penciptaan sekolah yang
agamis yang salah satu indikatornya adanya ruang sholat yang lengkap dengan
peralatan sekolah sudah terpenuhi.
Faktor berikutnya yang menjadi pendukung dan penghambat adalah
prosentase kehadiran siswa kelas VI. Banyaknya murid yang hadir akan menjadikan
semangat bagi siswa lainnya untuk terus mengikuti pemebelajaran ini. Namun jika
setiap kali pelaksanaan pembelajaran ada siswa yang membolos tanpa alasan yang
pasti, maka hal demikian akan menjadikan penghambat dari ketercapaian kesusksesan
pembelajaran praktek ibadah. Diperlukan penegakan sangsi bagi siswa yang
membolos.
Menurut pengamatan penulis selama lima kali, keadaan murid yang hadir
senantiasa stabil artinya kehadiran murid untuk mengikuti pembelajaran ini sudah
maksimal. Prosentase kehadiran siswa adalah salah satu indikator bahwa
pembelajaran dapat berlangsung dengan tertib. Semakin mendekati prosentase
maksimal berarti guru telah dapat menguasai kelas serta dapat mengendalikan siswa
serta keadaaan menjadi situasi dan kondisi yang diinginkan. Sebaliknya jika kelas
Memang terkadang ada murid yang tidak mengikuti karena halangan yang bersifat
syar’iah. Dalam hal ini kesempatan bagi guru untuk menjelaskan duduk persoalan
secara fikiyah sehingga semua siswa memahami perbedaan secara syariah antara
kaum laki-laki dan kaum perempuan. Untuk mengetahui kejelasan keadaan tersebut
diatas dapat dilihat pada tabel berikut ini yang merupakan jawaban dari pertanyaan
angket no.20,21,22, 23,24 dan 25.
Tabel 21Faktor Pendukung Dan Penghambat Pelaksanan Pembelajaran berbasis Praktek
Ibadah
Pertanyaan fn %
20.Apakah guru pembimbing pernah mengajak Kepala Sekolah atau guru lainnya untuk ikut membimbing praktek ibadah ?a. ya 1 6,25b. tidak 14 87,5c. kadang- kadang 1 6,25 Jumlah responden item soal no. 20 16 100 21. Apakah alat- alat untuk praktek ibadah mencukupi untuk setiap siswa ?a. ya 9 56,25b. tidak 7 43,75c. berlebihan - - Jumlah responden item soal no. 21 16 10022. Apakah keadaan air untuk kelancaran berwudhu mencukupi?a. ya 14 87,5b. tidak 2 12,5c. berlebihan - - Jumlah responden item soal no. 22 16 10023. Banyakkah siswa yang membolos saat praktek ibadah ?a. sedikit 2 12,5
b. sebagian 2 12,5c. semua selalu ikut 12 75,00 Jumlah responden item soal no. 23 16 10024. Diamanakah dilaksanakan pembelajaran praktek ibadah?a. dimushola sekolah 16 100b. di masjid - -c. memakai ruang kelas - - Jumlah responden item soal no. 24 16 10025.Saat praktek ibadah apakah semua siswa tertib dan tekun mengikuti ?a. ya 8 50,00b. sebagaian besar 8 50,00c. tidak tahu. - - Jumlah responden item soal no. 25 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat pada item pertanyaan no. 20 yang berkenaan
dengan kehadiran Kepala Sekolah, responden yang menjawab ya ada ada satu orang
atau 6,25 %, dan yang menjawab tidak ada 14 orang atau 87,50%, dan yang
menjawab kadang-kadang ada satu orang atau 6,25 %
Dan pada item pertanyaan no.21 yang berkenaan dengan kecukupan alat alat
praktek ibadah persiswa, responden yang menjawab ya ada 9 orang atau 56,25%, dan
yang menjawab tidak ada 43,75% dan tidak satu orangpun yang menjawab
berlebihan.
Dan pada item pertanyaan no 22 yang berkenaan dengan ketersediaan air
untuk berwudhu responden yang menjawab 14 orang atau 87,5 dan menjawab tidak
mencukupi ada 2 atau 12, 5%, dan tidak seorangpun yang menjawab berlebihan .
Adapun pada item pertanyaan no. 23 yang berkenaan dengan banyaknya
siswa yang membolos saat pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah, yang menjawab
sedikit ada 2 oarang atao 12, 50 %, dan yang menjawab sebagian ada 2 orang atau
12,5%,dan yang menjawab semua selalu ikut ada 12 orang atau 75 %.
Adapun pada item pertanyaan no. 24 yang berkenaan dengan tempat
pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah, responden yang menjawab di mushola
sekolah mencapai 100% atau semua respoden dan tidak satupun yang menjawab di
ruang sekolah atau di masjid.
Dan pada item pertanyan no 25 yang berkenaan dengan ketertiban saat
berjalannnya pembelajaran praktek ibadah, responden yang menjawab ya ada 8 orang
atau 50 % dan yang menjawab menjawab sebagaian besar ada 8 orang atau 50%, dan
yang menjawab tidak tahu ada tidak seorangpun.
Dari paparan tabel dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung kehadiran
kepala sekolah sebagai wujud dari dukungan serta memotivasi siswa masih sangat
minim.Dan untuk peralatan ibadah yang tersedia masih belum mencukupi atau baru
mencapai separoh dari kebutuhan. Sedangkan tentang ketersediaan air untuk
pelaksanaan wudhu sudah mencukupi. Dan faktor siswa yang tidak mengikuti
pembelaran ada sebagian kecil namun hampir semua siswa mengikuti pembelajaran
praktek ibadah berbagai kemungkinan siswa tidak mengikuti dengan alasan- alasan
yang dibenarkan. Dan untuk tempat pelaksanaan pembelajaran ini sudah tersedia
mushola sekolah. Dan saat berlangsungnnya pembelajaran praktek masih mengalami
kendala yaitu ketertiban berlangsungnya pembelajaran masih belum optimal.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis mengadakan penelitian berkenaan dengan pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam yang berbasis praktek ibadah di SDN 1 Badau, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis praktek ibadah
di kelas VI SD Negeri 1 Badau, secara rutin setiap dua kali dalam satu minggu
yang dilaksanakan/di bimbing oleh guru mata pelajaran PAI, sehingga
pelaksanaan pembelajaran terarah.
2. Faktor-faktor yang mendorong dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
berbasis praktek ibadah di kelas VI SD Negeri 1 Badau telah di usahakan
meliptui penyediaan sarana dan prasarana yang lengkap dan reperensentatif,
serta pemberian motivasi – motivasi yang dilakukan oleh guru pembimbing
dan guru lainnya yang merasa peduli terhadap pelaksanaan praktek ibadah.
Adapun yang menghalangi pelaksanaan proses pendidikan agama islam
berbasis praktek ibadah yaitu adanya siswa yang membolos,belum
tersedianya hadiah- hadiah bagi siswa yang berprestasi serta penggunaan
metode oleh guru yang terasa monoton dan terkadang kurang tepat. Di tambah
lagi waktu pembelajaran yang terkadang dilakasanakan bukan pada waktu
mendekati sholat fardhu.
3. Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam
mengatasi hambatan pembelajaran berbasis praktek ibadah di kelas VI SD
Negeri 1 Badau ialah dengan cara memperketat absensi kehadiran siswa,
pemberian motivasi- motivasi pada siswa akan manfaat pembelajaran ini serta
mendatangkan nara sumber yang lain seperti Kepala sekolah atau guru kelas
lainnya, tentunya akan menambah gairah pembelajaran ini.Ditambah lagi jika
di akhir tahun disediakan piagam penghargaan dan pemberian hadiah bagi
siswa yang berprestasi.
B. Saran- saran
1. Keberadaan pembelajaran pendidikan Aagamaislam berbasis praktek Ibadah
dapat dipertahankan selama masih ada kontribusinya untuk meningkatkan
mutu pendidikan.
2. Pengadaan sarana dan prasarana yang lengkap perlu untuk di upayakan..
3. Pembinaan ketaqwaan murid bukanlah tanggung jawab guru pendidikan
Agama semata, akan tetapi merupakan tanggung jawab bersama antara orang
tua, pihak sekolah serta masyarkat.
Sebagai kata terakhir penulis hanya dapat berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya, dan tidak lupa
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, karena penulis
yakin dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMBERBASIS PRAKTEK IBADAH SISWA KELAS VI PADA SD NEGERI 1 BADAU
MAHTARIDIFakultas Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam NegeriSyaikh Abdurrahman Siddik
Bangka Belitung
ABSTRAK Penelitian ini Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama islam berbasis Praktek Iabadah Siswa Kelas VI Pada SD Negeri 1 Badau dilatar belakangi dengan permasalahan yang kurang intensif dalam pengalaman peribadatan Islamiyah dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga penulis mengambil tema penelitian ini tentang pelaksanaan Pembelajaran praktek Ibadah Siswa Kelas VI Pada SD Negeri 1 Badau. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah dalam meningkatkan pengamalan ibadah siswa di SDN 1 Badau dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pembelajaran oleh Guru Pendidikan Agama Islam di kelas VI SD Negeri 1 Badau, serta untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi hambatan Pembelajaran Berbasis Praktek Ibadah Pada Kelas VI SD Negeri 1 Badau sehingga hasil yang diharapkan dapat berguna sebagai imformasi bahan masukan bagi SD Negeri 1 Badau agar lebih meninggkatkan mutu Pendidikan Agama Islam khususnya pada pembelajaran praktek ibadah. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, yang pengumpulan data dilakukan dengan metode angket, opservasi, dekomentasi, kemudian diedit sehingga dapat diperoleh data dan ditampilkan dengan tabel sebagai gambaran dari ekstensi pembelajaran praktek ibadah di SD Negeri 1 Badau Hasil penelitian menunjukkan gambaran secara umum (1). Pelaksanaan Pembelajaran Praktek Ibadah mendapat tanggapan yang positif dari seluruh elemen sekolah dan siswa dengan tingkat apresiasi mencapai 90 % (2). Serta elemen sekolah yang mendukung pelaksanaa pembelajaran praktek ibadah (3). Serta upaya-upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak yang mendukung pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah dengan tingkat dukungan mencapai 80 %.
Kata kunci: Pengamalan ibadah siswa Pelaksanaan Pembelajaran, praktek ibadah,
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam” (Bandung; PT Remaja Rosda Karya, 2005)
Asep Herry Hermawan,dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2006 )
Depag RI, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan ( Jakarta: Dirjen Bimbaga, 2007)
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat Bahasa Indonesia, 2007) hal 17
Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penilaian Ranah Aktif, (Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2004).
Depag RI, Buku Pedoman Pendidikan Agama Islam ; Sekolah Umum dan Sekolah Luar Biasa, (Jakarta : Dirjen Bimbaga Depag, 2003) hal. 12
Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Pedoman Penilaian Ranah Afektif, (Jakarta : Depdiknas, 2004), hal.5
Dokumentasi Desa Badau Tahun 2009
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Jakarta : PT Remaja Rosda Karya, 2005) hal.150
H.M. Suyudi, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Quran (Yogyakarta : Mikraj, 2005) hal.122
Ida Bagus Mantra dan Kastro, Metode Penelitian Survey (Jakarta : LP3ES, 1984), hal20
Intisari dari dokumentasi Desa Badau pada Tahun 1980
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi contoh analisis statistic, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2000), hal.78
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, Pusat Bahasa, 2007) hal 892
Moh Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia Arab,1988), hal.24
M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Bogor : Ghalia Indonesia, 2002), hal.86
Mimin Haryati, Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Gaung Persada Press Jakarta, 2007) hal.23
Ngalim Purwanto MP, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2003) hal.81
Pemda Kep Babel, Kurikulum Muatan Lokal, 2006
Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk meningkatkan kinerja guru dan dosen, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2007), hal.117
Riduan, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, (Bandung : Alfabeta, 2005), hal. 30
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek (Yogyakarta : Rineka Cipta, 2002), hal. 188
Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press, 2002) hal. 73
Safari, Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah direktorat Tenaga Kependidikan, 2004), hal. 10
Sardiman, Interaksi dan motivasi belajar – mengajar, Op.Cit (Jakarta : PT Raja Grafindo Press, 2006) hal. 75
UU No.22 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 3
Wawancara dengan Bapak Derihan Guru Pendidikan Agam Islam (SD Negeri 1 Badau Tanggal 12 januari dan 3 Februari 2010 ) Jam 09.30 WIB
Zakiah Darajat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 2001) hal.
KISI-KISI SOAL ANGKET
Variable Penelitian Indikator NomorPernyataan
1. Pendidikan Praktek Ibadah di SDN 1 Badau
- Praktek Ibadah merupakan bagian dari Pendidikan Agama Islam
- Daftar kehadiran siswa - Hafalan bacaan dan keserasian
gerakan sholat
1,2,34
5,6,7,8
2. Berwudhu - Bagian wudhu 9
3. Wirid dan Doa - Tata cara wirid dan doa selesai sholat 10
4. Pemberian dan penghargaan
- Nilai praktek ibadah siswa - Pemberian penghargaan terhadap
siswa yang mengkuti praktek ibadah di kelas VI
11,1213
5. Sarana dan prasarana praktek ibadah
- Sarana yang dipakai untuk praktek ibadah
- Waktu yang digunakan pembelajaran praktek ibadah
14
15,16
6. Motivasi - Perlunya motivasi dalam pembelajaran praktek ibadah 17
7. Hukuman dan hadiah - Manfaat hukuman dan hadiah 18,19
8. Faktor pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah
- Faktor pendukung - Faktor penghambat
20,21,22,24,2523
PEDOMAN WAWANCARA
PADA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN GURU KELAS VI DI SD NEGERI 1 BADAU
1. Bagaimanakah cara mengoptimalkan tercapainya Pendidikan Agama Islam di
SDN 1 Badau khususnya cara melaksanakan praktek ibadah sholat untuk siswa
kelas VI ?
2. Bagaimanakah prosedur pelaksanaan pembelajaran ibadah sholat dzuhur
berjamaah ?
3. Bagaimanakah guru pembimbing dalam memberikan motivasi kepada siswanya
agar mempunyai ahlakqul kharima ?
DAFTAR RESPONDEN
No Nama Responden Usia / Tahun Murid Kelas
1. ISMANTO 13 VI2. IWAN SEFTIADI 13 VI3. RINGGA NATA 13 VI4. BAYU PRATAMA 13 VI5. GUNAWAN 12 VI6. SELLY 12 VI7. GRILIANTI 12 VI8. DELIA 12 VI9. M.SUBARKA 12 VI10. SITTI SAHADA 12 VI11. BADRIANSYAH 12 VI12 DESY MAYANGSARI 12 VI13 MAIDY LESTARI 12 VI14 MOHAMMAD SAMSUL HIDAYAT 12 VI15 MERYAN 12 VI16 SAPTA PRADA 12 VI
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pengantar Angket
2. Kisi-kisi Instrument Angket
3. Instrumen Angket Penelitian
4. Pedoman Wawancara
5. Daftar Responden
6. Piagam
7. Surat Keterangan Pembimbing Skripsi
8. Surat Izin Mengadakan Penelitian
9. Surat Keterangan telah melaksanakan penelitian