Upload
lamquynh
View
560
Download
44
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH
FILSAFAT UMUM
”REALISME ARISTOTELES”
(Realitas , Kategori , Etika Eudaimonisme )
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Sinta Nazmah
Siti Fahmi Latifah
Siti Nurjayani
KELAS D
FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Mata Kuliah : filsafat umum
Dosen : Bpk cecep hilman,M.Ag
1
KATA PENGANTAR
Atas segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT,
shalawat serta salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad
SAW. Serta sahabat dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam
menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam
kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah FILSAFAT UMUM
pada Program Studi Tarbiyah dengan ini penulis mengangkat judul “REALISME
ARISTOTELES”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis dan penyusun menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisannya, maupun
isinya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran
yang dapat membangun , merubah demi kesempurnaan makalah ini.
02 Oktober 2018
Sukabumi
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................1
C. Tujuan penulisan..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Realisme Dan Bentuk Realisme ..............................................3
B. Biografi Aristoteles...................................................................................8
C. Pengertian Realitas .................................................................................13
D. Kategori Aristoteles……………………………………………….……15
E. Etika Eudoimonisme………….…………………………………...……16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................18
B. Saran............................................................................................... ……18
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................................ 19
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Untuk zaman sekarang ini banyak orang yang tidak mengenal
tokoh-tokoh filosof yang dikarenakan mereka sungkan dan enggan
mengetahui dan mempelajari filsafat Namun untuk tokoh filosofi
aristoteles , telinga kita tidak asing lagi mendengar namanya yang mana
dia adalah seorang filosof yang sangat terkenal karena tokoh filosof ini
mampu menorehkan sejarah yang berharga dengan pengaruhnya yang
sangat besar terhadap perkembangan pemikiran filosofis, yang mana
beliau terkenal sebagai Bapak Logika yang hingga sampai abad ke-21
sekarang ini, tak seorang pun merasa bosan dengan filsafat Aristoteles.
Bahkan mengadikannya sebagai landasan filosofs dalam berfikir
Untuk lebih jelasnya, kami selaku kelompok 5 akan menyusun sebuah
makalah yang membahas tentang realism aristoteles, namun karena
keterbatasan kami, kami tidak mampu membahas apa sih realism menurut
aristoteles.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan realisme dan sebutkan bentuk realisme ?
2. Siapa aristoteles itu ?
3. Apa itu realitas (Realisme Aristoteles ) ?
4. Sebutkan kategori Aristoteles ?
5. Bagaimana etika Eudoimonisme Aristoteles ?
4
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui arti dari realisme itu sendiri dan bentuk realisme itu
seperti apa
2. Agar mengetahui siapa Aristoteles tersebut
3. Untuk mengetahui arti realitas
4. Untuk mengetahui kategori aristotelses
5. Untuk mengetahui etika eudoimonisme aristoteles
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Realisme
Rasionalisme yaitu paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat
pencari dan pengukur pengetahuan. Pengetahuan dicari dengan akal,
temuannya di ukur dengan akal pula. Dicari dengan akal adalah dicari
dengan berpikir logis. Diukur dengan akal artinya diuji apakah temuan itu
logis/ tidak. Bila logis, benar; bila tidak, salah. Nah , dengan soal itulah
aturan untuk mengatur manusia dan alam itu dibuat. Ini juga mempunyai
arti bahwa kebenaran itu bersumber pada akal. Dalam proses pembuatan
aturan itulah , ternyata temuan akal itu seringkali bertentangan. Kata
seseorang ini logis, tetapi kata orang lainpun itu logis juga. Padahal ini &
itu itu tidak sama, bahkan kadang-kadang bertentangan. Orang-orang
sophis pada zaman Yunani Kuno dapat membuktikan bahwa bergerak =
diam, kedua-duanya sama logisnya. Apakah anak panah yang melesat dari
busurnya itu bergerak atau diam? Dua-duanya benar. Apa arti bergerak?
Bergerak adalah bila sesuatu pindah tempat. Anak panah itu pindah dari
busur ke sasarannya .Jadi, anak panah itu bergerak. Anak panah itu dapat
juga dibuktikan diam. Diamilah bila sesuatu pada sesuatu waktu berada
pada suatu tempat. Anak panah itus etiap saat berada di suatu tempat.
Jadi, anak panah itu diam. Ini pun benar,karena argumennya juga
pun logis. Jadi, bergerak sama dengan diam, sama-sama logisnya .Apa
yang diperoleh dari kenyataan itu? Yang diperoleh itu adalah berpikir logis
tidak menjamin diperolehnya kebenaran yang disepakati. Padahal, aturan
itulah yang harusnya disepakati . Nah kalau begitu diperlukan alat lain .
Alat itu adalah Empirisme .
6
1. Bentuk Realisme
1. Realisme Rasional
Realisme rasional dapat diartikan pada dua aliran, yaitu
realisme klasik dan realisme religius. Bentuk utama dari realisme
religius adalah “Scholastisisme”. Realisme klasik adalah filsafat
Yunani yang pertama kali dikembangkan oleh Aristoteles,
sedangkan realisme religius, terutama Scholatisisme oleh Thomas
Aquina, dengan menggunakan filsafat Aristoteles dalam
membahas teologi gereja.
Thomas Aquina menciptakan filsafat baru dalam agama
kristen, yang disebut tomisme, pada saat itu filsafat gereja dikuasai
oleh neoplatonisme yang dipelopori oleh Plotinus. Realisme klasik
maupun religius menyetujui bahwa dunia materi adalah nyata, dan
berada diluar fikiran idea yang mengamatinya. Tetapi sebaliknya,
tomisme berpandangan bahwa materi dan jiwa diciptakan oleh
Tuhan, dan jiwa lebih penting dari pada materi karena Tuhan
adalah rohani yang sangat sempurna. Tomisme juga
mengungkapkan bahwa manusia merupakan suatu
perpaduan/kesatuan materi & rohani dimana badan & roh menjadi
satu. Manusia bebas dan bertanggung jawab untuk bertindak,
namun manusia juga abadi lahir ke dunia untuk mencintai dan
mengasihi pencipta, karena itu manusia mencari kebahagiaan yang
abadi.
1. Realisme klasik
Realisme klasik oleh Brubacher 1950 disebut
humanisme rasional. Realisme ini berpandangan bahwa
manusia pada hakikatnya memiliki ciri rasional. Dunia
dikenali melalui akal, dimulai dengan prinsip (self evident),
dimana manusia dapat menjangkau kebenaran umum. Self
evident ialah hal yang penting dalam filsafat realisme karena
evidensi yaitu asas pembuktian tentang realitas dan
7
pembenaran sekaligus.Self evident merupakan suatu bukti
yang ada pada diri “realitas, eksistensi” itu sendiri. Jadi ,
bukti tersebut itu bukan pada materi atau pada realitas yang
lain. Self evident ialah asas untuk mengerti kebenaran dan
sekaligus untuk membuktikan kebenaran. Self evident
merupakan asas bagi pengetahuan artinya pengetahuan yang
benar buktinya ada di dalam pengetahuan / kebenaran
pengetahuan itu sendiri. Pengetahuan tentang tuhan , sifat-
sifat Tuhan, eksistensi Tuhan, yaitu bersifat self evident.
Jadi artinya bahwa adanya Tuhan tidak perlu
dibuktikan dengan bukti-bukti lain sebab Tuhan itu “self
evident”. Sifat Tuhan itu Esa, jadi artinya Esa hanya dimiliki
Tuhan, tidak ada yang menyamainya terhadap sifat Tuhan
tersebut. Eksistensi Tuhan ialah prima kausa, penyebab
pertama & utama dari segala yang ada, yakni merupakan
penyebab dari realitas alam semesta. Sebab, dari yang semua
kejadian yang terjadi pada alam semesta .
2. Realisme religious
Realisme religious dalam pandangannya tampak
dualistis.Ia berpendapat bahwa terdapat 2 order yang terdiri
atas order natural dan order supernatural. Ke2 order
tersebut berpusat pada tuhan. Tuhan merupakan pencipta
semesta alam yang abadi . Pendidikan ialah suatu proses
untuk meningkatkan diri dan guna mencapai yang abadi.
Kemajuan diukur dan sesuai dengan yang abadi tersebut
mengambil tempat dalam alam. Hakikat kebenaran &
kebaikan memiliki makna dalam pandangan filsafat ini.
Kebenaran bukan dibuat, melainkan sudah ditentukan,
dimana belajar itu harus mencerminkan kebenaran tersebut.
Menurut pandangan aliran realism ini , struktur social
berakar pada aristokrasi & demokrasi. Letak aristokrasinya
8
ialah pada cara meletakan kekuasaan yang lebih tahu dalam
kehidupan sehari-hari. Demokrasinya berarti bahwa setiap
orang itu diberi kesempatan yang luas untuk memegang
setiap jabatan dalam struktur masyarakat. Hubungan antara
gereja & Negara, ialah menjaga fundamental dasar dualisme
antara order natural & order supernatural.
Minat Negara terhadap pendidikan itu bersifat
natural, karena Negara memiliki kedudukan lebih rendah
dibandingkan dengan gereja. Moral pendidikan berpusat
pada ajaran agama. Pendidikan agama sebagai pedoman bagi
anak untuk mencapai Tuhan & Akhirat. Menurut realisme
religious, karena keteraturan & keharmonisan alam semesta
sebagai ciptaan tuhan, maka manusia harus mempelajari
alam sebagai ciptaan tuhan. Tujuan utama pendidikan
mempersiapkan individu untuk dunia & akhirat. Tujuan
pendidikan ialah mendorong siswa memiliki keseimbangan
intelektual yang baik, bukan semata-mata penyesuaian
terhadap lingkungan fisik & social saja. William Mc Gucken
“Brubacher, 1950”, seorang pengikut aristoteles & Thomas
aquina yang berakar pada metafisika dan epistimologi,
membicarakan pula natural dansupernatural. Menurut
Gucken, tanpa Tuhan tidak ada tujuan hidup, & pada
akhirnya tidak ada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan
ialah mempersiapkan manusia untuk hidup didunia sekarang
dalam arti untuk mencapai tujuan akhir yang abadi untuk
hidup didunia sana.
Pandangannya tentang moral, realism religious
menyetujui bahwa kita dapat memahami banyak hukum
moral dengan mengunakan akal, namun secara tegas
beranggapan bahwa hukum-hukum moral tersebut diciptakan
oleh Tuhan. Tuhan telah memberkati manusia dengan
9
kemampuan rasional yang sangat tinggi untuk memahami
hukum moralnya tersebut. Tidak seperti halnya realisme
natural yang hanya terbatas pada moral alamiah, realisme
religious beranggapan bahwa manusia diciptakan memiliki
kemampuan untuk melampaui alam natural, yang pada
akhirnya mampu mencapai nilai supernatural.
Tujuan pendidikan ialah keselamatan atau
kebahagiaan jasmani dan rohani sekaligus. Anak lahir pada
dasarnya rohaninya dalam keadaan baik, penuh rahmat, diisi
dengan nilai-nilai ketuhannan. Anak akan menerima
kebaikan & menjauhi kejahatan bukan hanya karena perintah
akal, melainkan juga karena perintah Tuhan. Johan Amos
Comenius ialah pemikir pendidikan yang dapat digolongkan
pada realisme religious, mengemukakan bahwa semua
manusia harus berusaha untuk mencapai 2 tujuan. Yang
pertama , keselamatan & kebahagiaan hidup yang abadi.
Yang Kedua, keadaan & kehidupan dunia yang sejahtera &
damai. Tujuan pertama ialah tujuan yang interen dalam diri
manusia, dimana tujuannya terletak diluar hidup ini.
Pada tujua kedua, Comenius tampaknya
memandang kebahagiaan & perdamaian dunia ialah sebagian
dari kebahagiaan hidup yang abadi. Berbicara tentang
pendidikan, Comenius “price, 1962” mengemukakan bahwa
pendidikan harus universal, seragam, dimulai sejak
pendidikan yang paling rendah, merupakan suatu kewajiban.
Pada tingkatan pendidikan paling rendah, dan merupakan
suatu kewajiban. Pada tingkat pendidikan paling rendah ,
anak akan menerima jenis pendidikan yang sama.
Beberapa prinsip mengajarkan yang dikemukakan oleh
Comenius adalah sebagai berikut :
10
a. Pelajaran tersebut harus didasarkan pada minat siswa
keberhasilan dalam belajar tidak karena dipaksakan
dari luar, melainkan merupakan suatu hasil
perkembangan dari dalam pribadinya.
b. Pada waktu permulaan belajar, guru haruslah
menyusun out line secara garis besar dari setiap mata
pelajaran.
c. Guru harus menyiapkan & menyampaikan informasi
tentang garis-garis besar pelajaran sebelum pelajaran
dimulai, atau pada waktu permulaan pelajaran.
d. Kelas harus diisi dengan gambar-gambar, peta, motto,
& sejenisnya yang berkaitan dengan rencana pelajaran
yang akan diberikan
e. Guru harus menyampaiakan pelajaran sedemikian
rupa, sehingga pelajaran merupakan suatu kesatuan.
Setiap pelajaran adalah suatu keseimbangan dari
pelajaran sebelumnya dan untuk perkembangan
pengetahuan secara terus-menerus.
f. Apapun yang dilakukan oleh guru, hendaknya
membantu untuk pengembangan hakikat manusia.
Kepada siswa tersebut ditunjukan kepentingan yang
praktis dari setiap system nilai.
g. Pelajaran dalam subjek yang sama diperuntukan bagi
setiap semua anak.
B. Biografi Aristoteles
Aristoteles , murid & juga teman serta guru plato , adalah orang
yang mendapat pendidikan yang baik sebelum menjadi filosof .
Keluarganya adalah orang -orang yang tertarik pada ilmu kedokteran .
Sifat berpikir saintifik ini sangat besar pengaruhnya pada Aristoteles .
11
Oleh karena itu , kita menyaksikan filsafat Aristoteles berbeda warnanya
dengan filsafat plato : sistematika , amat dipengaruhi oleh metode empiris.
Aristoteles lahir pada tahun (384 S) di Stagira , sebuah kota di
Thrace . Ayahnya meninggal tatkal ia masih amat muda aristoteles
Meninggal di Yunani 322 SME Pasangannya ialah Pythias, Herpyllis dan
mempunyai anak bernama Nicomachuso
Dia diambil oleh Proxenus , dan orang ini memberikan pendidikan
yang istimewa kepadanya . Tatkal Aristoteles berumur 18 tahun , ia
dikirim ke Athena dan dimasukan ke Akademia plato . waktu itu memang
merupakan kebiasaan orang mengirimkan anaknya ke tempat yang jauh
yang merupakan pusat – pusat perkembangan intektual . Di sanalahia
belajar ,tentu saja pada plato .
Dalam pergaulan tingkat atas , ia barangkali lebih berhasil
ketimbang plato , ia pernah menjadi tutor ( guru ) Alexander , putra Philip
dari Masedonia , seorang diplomat yang ulung dan jendral dan jenderal
yang terkenal . Sebagai tutor bagi alexander tidak hanya menerima seluruh
idea dan rencananya , lebih dari itu juga pola pikiranya , Antara tahun 340
– 335 SM Aristoteles menekuni riset di Stagira tersebut dibantu oleh
‘’Theophrastus’’ yang juga alumnus Athena . Riset tersebut yang intensif
itu dibiayai oleh ‘’Alexander ‘’, dan menghasilkan kemajuan dalam sains
dan filsafat .
Tatkala Alexander berperang di Asia pada tahun 334 SM ,
Aristetoles pergi lagi ke Athena bukan sebagai murid , melainkan ia
mendirikan sekolah yang bernama Lyceum . Terjadilah persaingan hebat
antara Lyceum dan Akademi . Persaingan ini telah mendorong Aristetoles
untuk meningkatkan penelitiannya . Hasilnya ia tidak mengajarkan
politik , retorika , dan dialektika . Lama – kelamaan posisinya di Athena
menjadi tidak aman karena ia orang asing dan teman Alexander . Orang –
orang Athena yang anti Macedonia memandang Aristetoles sebagai
12
menyebarkan pengaruh yang bersifat subversif , makanya ia berpikir lebih
bijak ia meninggalkan Athena , ia juga dituduh ateis , lalu ia pindah ke
Chalcis dan meninggal di sana pada tahun 322 SM.
Banyak karyanya yang hilang , tetapi yang masih ada pun dapat
menjelaskan bahwa ia pekerja keras , Karangannya tentang logika berjudul
Organon yang berisi tentang categories . Bukunya ialah On Interpretation ,
membahas berbagai tipe proposisi . Buku prior Analytics membicarakan
silogisme di sini kita menemukan aturan silogisme dan konsep induksi .
Bukunya , posterior Analytic , memberikan penjelasan ilmiah tentang
pengetahuan sains , Bukunya yang penting bagi persoalan kita – on
sophistical refutations , membuktikan kepalsuan logika orang sofis .
Perkembangan penting dalam filsafat dibantu oleh klasifikasi yang
diusulkan oleh Aristoteles , ia tertarik pada fakta yang spesifik dan juga
yang umum ( iniversal ) . ia biasanya memulai dari gejala particular
menuju kongklusi universal . jadi , induksi menuju generalisasi . Agak
berbeda dari plato , ia sangat tertarik pada pengetahuan kealaman dalam
filsafatnya , dank arena itu ia mementingkan observasi . Di dalam dunia
filsafat ini , Aristoteles terkenal sebagai Bapak Logika .
Logika tersebut di sebut logika tradisional karena nantinya
berkembang apa yang disebut logika modern . Logika ‘’Aristoteles’’ itu
sering juga disebut sebagai logika formal . Bila orang – orang sofis banyak
yang menganggap manusia tidak akan mampu memperoleh kebenaran ,
Aristoteles dalam metaphysics menyatakan bahwa manusia dapat mencapi
kebenaran ( mayer : 152 ) .
Salah satu teori metafisika Aristetoris yang penting ialah
pendapatnya yang mengatakan bahwa matter dan form itu bersatu , matter
memberikan subtansi sesuatu , form ( mayer : 155 )m. jadi ,iamtelah
mengatasi dualism plato yang memisahkan matter dan form ; bagi plato
matter dan form berbeda sendiri – sendiri . Dia juga berpendapat bahwa
13
matter itu potensial dan form itu aktualitas . Namun telah ada substansi
yang murni form, tanpa potentiality , jadi tanpa matter , yaitu Tuhan .
Aritoteles percaya adanya Tuhan . Bukti adanya Tuhan
menurutnya adalah Tuhan sebagai penyebab gerak ( a first cause of motion
). Tuhan itu menurut Aristoteles berhubungan dengan dirinya sendiri. Dia
tidak berhubungan dengan ( tidak mempedulikan ) alam ini . ia bukan
persona . Ia tidak memperhatikan doa dan keinginan manusia . Dalam
mencintai Tuhan , kita semua tidak usah mengharap ia mencintai kita . Ia
adalah kesempurnaan tertinggi , dan kita mencontoh ke sana untuk
perbuatan dan pikiran – pikiran kita ( mayer : 159 ) .
Pada Aristoteles kita semua menyaksikan bahwa pemikiran filsafat
lebih maju , dasar – dasar sains diletakan . Tuhan dicpai dengan akl , tetapi
ia percaya pada Tuhan . Jasanya dalam menolong plato dan Socrates
memerangi orang sofis ialah karena bukunya yang menjelaskan palsunya
logika yang digunakan oleh tokoh – tokoh sofisme . Sampai di sini “
selesai “ –lah sudah rondr pertama pertarungan antara akal dan hati (iman)
Kemenangan sementara berada di kedua belah pihak : akal dan hati
kedua – duanya menang . Kuasa akal tersebut mulai dibatasi ; ada
kebenaran yang umum , jadi tidak semua kebenaran relatif . Sains dapat
dipegang sebagian dan diperselisihkan sebagian .
Filsafat yunani yang rasional itu boleh dikatakan berakhir setelah
Aristoteles selesai menggeralkan pemikirannya . Akan tetapi , sifat
rasional itu masih digunakan selama beberapa abad sesudah Aristoteles,
sebelum filsafat benar – benar memasuki dan tenggelam dalam Abad
pertengahan . Namun jelas ,setelah periode SPA ( Socrates , plato ,
Aristoteles ) , mutu filsafat semakin merosot ( Mayer : 192 ) .
Kemunduran filsafat itu sejalan dengan kemunduran politik ketika
itu , yaitu sejalan dengan terpecahnya menjadi pecahan – pecahan kecil
imperium besar yang dibangun oleh Alexander . Sebelum ke Abad
14
pertengahan mestinya kita melalui pemikiran Helenis lebih dulu . Pada
zaman Helenis kita menyaksikan reaksi – reaksi yang menentang
metafisika . poko perhatian filsafat pada masa ini ialah masa etika (Mayer :
193 ) dan pengetahuan – pengetahuan khusus . Istilah Helenisme adalah
istilah modern yang diambil dari Bahasa Yunani itu ialah kebudayaan
yunani yang berkembang pada abad ke – 5 dan ke – 4 SM . Dalam
pengertian yang lebih luas , Helenisme adalah istilah yang menunjukan
kebudayaan yang merupakan gabungan antara budaya yunani dan budaya
Asia Kecil , Siria , Mesopotamia , dan Mesir yang lebih tua . Gabungan itu
terjadi selama tiga abad setelah meninggalnya Alexander yang Agung
pada tahun 323 SM. Seseorang dikatakan ia berada ( Encyclopedia
Americana , 14 : 70 ) .
Istilah “ periode Helenistik “ mulai digunakan pada abad ke – 19
oleh sejarahwan jerman , Droysen , untuk menunjukkan periode
sebagaimana disebut di atas itu . Periode Helenistik , menurut Droysen ,
dimulai meninggalnya Alexander yang Agung ( 323 SM ) berakhir kira
kira pada tahun 30 SM . Jika itu benar , maka periode filsafat Helenisme
dapat dimulai sejak meninggalnya Aristoteles ( 322 SM ) sampai kira kira
zaman philo ( 20 SM – 54 M ) Untuk mudahnya , periode Helenistik
adalah periode pemikiran sejak meninggalnya Aristoteles samapai mulai
perkembangan agama Kristen . Lama periode ini kurang lebih 300mtahun ,
Menurut Mayer (315 ) , jatuhnya filsafat langsung disambung oleh neo –
Pythagorean dan neo- platonisme . jadi , kalau begitu , dapatlah disebutkan
kelompk – kelompok filosof yang dapat dipandang sebagai pengisi zaman
helenisme itu , yaitu sinisme , Cyrenaic , peripatetics, Epicureanisme ,
stoisisme , skeptisisme , philo , ditutup oleh jatuhnya filsafat . Neo
platonisme yang menyambung periode itu tidak lagi
dapat dimasukan ke dalam Helenisme .
15
ciri – ciri filsafat Helenisme
1. Belajar seperti pada abad ke-20 ini, menjadi lebih terspesialisasi
2. Sifat spekulasi mulai di jauhi
3. Athena kehilangan monopoli dalam pengajaran
4. Filsafat dipopulerkan sehingga memikat peminat yang lebih luas
5. Etika dijadikan perhatian yang dominan .
6. Jiwa filsafat Helenisme ialah eklektik
7. Munculnya filosof yang justru lebih senang pada riset , tetapi tidak
memiliki teori sendiri
8. Watak ekstrem muncul
9. Filsafat lebih lengket dengan agama dibandingkan dengan zaman
Helenis lama (Yunani)
10. Perspektif filsafat dan sastra semakin pendek
C. Pengertian Realitas ( Realisme Aristoteles )
Realisme berasal dari kata latin yaitu realis yang artinya ‘sungguh-
sungguh, nyata benar’. Panjangnya sejarah sangat bervariasi, realisme
telah memiliki tema umum, yang disebut sebagai prinsip atau tesis
kemerdekaan. Tema ini menyatakan bahwa realitas, pengetahuan serta
nilai yang ada secara independen dari pikiran manusia. Dan ini berarti
bahwa realisme menolak pandangan idealis bahwa ide-ide hanya nyata.
Barang yang ada meskipun tidak ada pikiran untuk melihat mereka seperti
: ingat pertanyaan klasik tentang pohon tumbang di hutan. Hal ini untuk
realis, hal ini tentu sebuah realitas independen, namun, realis juga
menganggap ide untuk menjadi bagian dari tesis.
Memasuki abad ke-20, realisme telah muncul, khususnya di Inggris
dan AmerikaUtara.Hasil nya real dalam artian actual atau yang ada , kata
tersebut menunjuk kepada suatu hal yaitu benda-benda atau suatu hal
kejadian yang ”sungguh sungguh”, artinya yang bukan sekadar khayalan
16
atau apa yang ada dalam pikiran. Real menunjukkan apa yang ada. Realita
ialah keadaan atau sifat benda yang real atau yang ada, yakni bertentangan
dengan yang tampak. Dalam artian umum, realisme berarti kepatuhan
kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada yang diharapkan
atau yang diinginkan. Akan tetapi dalam filsafat ini , kata realisme dipakai
dalam artian sebagai yang lebih teknis.
Dalam arti ini filsafat yang sempit, realisme berarti anggapan
bahwa obyek indera kita adalah real, benda-benda ada, adanya itu terlepas
dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada
hubungannya dengan pikiran kita. Bagi kelompok-kelompok realis, alam
itu, dan satu-satunya hal yang dapat kita lakukan adalah: menjalin
hubungan yang baik dengannya. Kelompok realis tersebut berusaha
untuk melakukan hal ini, bukan untuk menafsirkannya menurut keinginan
atau kepercayaan yang belum dicoba kebenarannya. Seorang realis bangsa
Inggris, John Macmurray mengatakan:
Kita tidak bisa melpaskan diri dari berbagai fakta bahwa terdapat
perbedaan antara benda dan ide. Bagi common sense biasa, ide ialah ide
tentang sesuatu benda, suatu fikiran dalam akal kita yang menunjuk suatu
benda. Dalam hal tersebut benda dalah realitas dan ide adalah 'bagaimana
benda itu nampak pada kita'. Oleh karena itu , maka pikiran kita harus
menyesuaikan diri dengan benda-bendanya , jika mau menjadi benar,
yakni jika kita ingin agar ide kita menjadi benar, jika ide kita cocok sekali
dengan bendanya, maka ide itu salah dan tidak berfaedah. Benda tersebut
tidak menyesuaikan dengan ide kita tentang benda tersebut. Kita harus
mengganti ide-ide kita & terus selalu menggantinya sampai kita
mendapatkan ide yang benar. Dengan cara berpikir common sense
semacam itu adalah cara yang realis; cara tersebut adalah realis karena ia
menjadikan 'benda' adalah bukan 'ide' sebagai ukuran kebenaran, pusat
arti. Realisme tersebut menjadikan benda itu dari real dan ide itu
penampakkan benda yang benar atau yang keliru. Realisme telah
menegaskan bahwa sikap common sense yang diterima orang secara luas
17
adalah benar, artinya, bahwa bidang aam atau obyek fisik itu ada, tak
bersandar kepada kita, dan bahwa pengalaman kita hal nya tidak
mengubah watak benda yang kita rasakan.
D. Kategori
Upaya untuk memahami segala sesuatu yang "ada" berdasarkan
konstruksi pemikiran logic Aristoteles, maka terdapat sepuluh keberadaan
yang oleh Aristoteles disebut dengan ten categories. Dalam logikanya
Aristoteles, penggolongan suatu pengertian (kategori) sangat diperlukan,
sebab pemahaman dengan kategori akan membantu seseorang untuk dapat
merumuskan pemikirannya secara logis. Bagi Aristoteles, kategori ialah
seperangkat pernyataan yang mampu mengklasifikasikan semua
pernyataan lainnya. Kategori pokoknya ialah substansi dan sembilan yang
lainnya disebut sebagai aksidensi. Aristoteles membagi kategori menjadi
sepuluh kategori,yaitu:
1. Substansi (substance)
Substansi adalah suatu pengertian yang menyatakan hakikat
keberadaan ada yang tk terpisahkan dari ada itu sendiri.
2. Kuantitas (Quantity)
Kuantitas adalah suatu pengertian yang menyatakan ukuran atau
jumlah.
3. Kualitas (Quality)
Kualitas adalah suatu pengertian yang menunjukan sifat ada itu.
4. Hubungan (Relation)
Relasi atau hubungan adalah suatu pengertian yang menunjukan
hubungan suatu ada dengan ada yang lain.
5. Tempat (place)
18
Tempat adalah pengertian yang menunjukan letak ada itu di
tengah-tengah ada yang lain.
6. Waktu (date, Time)
Waktu adalah pengertian yang menunjukan kapan atau berapa
jumlah waktu ada itu berada.
7. Posisi (position, posture)
Posisi adalah pengertian yang menunjukan bagaimana suatu ada itu
berada di tempatnya
8. Keadaan (state)
Keadaan adalah pngertian yang menunjukan bagaimana
keberadaan ada itu di bandingkan dengan keberadaan yang lain.
9. Aksi, Kegiatan (Action, activity)
Aksi adalah suatu pengertian yang menyatakan suatu tindakan atau
aktifitas dari ada itu.
10. Passivitas (passivity)
Passivitas adalah suatu pengertian yang menunjukan suatu
tindakan yang di tujuka kepada ada itu sendiri.
E. Etika Kebahagiaan (Eudaimonisme)
Setiap orang, masyarakat, bangsa mendambakan kebahagiaan.
Berbagai teori, doktrin, paham menawarkan resep untuk menjadi bahagia.
Semua agama menjanjikan kebahagiaan, baik di dunia maupun di surga.
Karena itu, kebahagiaan merupakan perkara penting dalam hidup manusia.
Suatu paham yang mendewakan kebahagiaan dan menganggapnya sebagai
nilai hidup yang tertinggi adalah Kebahagiaan (Eudaimonisme). Nama itu
sesuai dengan arti akar katanya karena Eudamoinisme berasal dari kata
19
Yunani Eudoimonia, yang artinya ‘kebahagiaan’. Sebagai teori sepintas
kilas tak ada yang salah dengan Eudoimonisme. Kebahagiaan merupakan
nilai penting dalam hidup manusia dan amat berpengaruh bagi perilaku
mereka. Namun, bila pandangan itu dipraktekkan dalam hidup nyata tidak
sedikit pertanyaan yang dapat diajukan tentang kebahagiaan juga
perbedaan dalam cara mendapatkannya.
Didalam aliran filsafat aristoteles, etika mendapat tempat khusus.
Hukum-hukumnya bukan diarahkan kepada suatu cita-cita yang kekal,
mutlak tanpa syarat di dalam dunia yang mengatasi penginderaan kita
tetapi diarahkan kedunia ini. Tujuan tertinggi yang ingin dicapai adalah
“kebahagiaan” (Eudaimonia). Kebahagiaan ini bukan berarti kebahagiaan
yang subyektif, tetapi sesuatu keadaan yang sedemikian rupa, sehingga
segala sesuatu yang termasuk keadaan bahagia itu terdapat pada manusia.
20
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1) Rasionalisme yaitu paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat
pencari dan pengukur pengetahuan. Realisme Rasional dapat
diartikan pada dua aliran, yaitu realisme klasik dan realisme
religius.
2) Biodata Aristoteles Nama : Aristoteles Lahir : Stagira, 384 S
Meninggal: Yunani 322 SME Pasangan: Pythias, Herpyllis Anak :
Nicomachus
3) Realitas ( Realisme Aristoteles )Realisme berasal dari kata latin
yaitu realis yang artinya ‘sungguh-sungguh, nyata benar’.
Panjangnya sejarah sangat bervariasi, realisme telah memiliki tema
umum, yang disebut sebagai prinsip atau tesis kemerdekaan.
4) Aristoteles membagi kategori menjadi sepuluh
kategori,yaitu: Substansi , Kuantitas,Kualitas,Hubungan ,Tempat
,Waktu,Posisi, ,Keadaan,Aksi,Kegiatan ,Passivitas
5) Kebahagiaan (Eudaimonisme). Nama itu sesuai dengan arti akar
katanya karena Eudamoinisme berasal dari kata Yunani
Eudoimonia, yang artinya ‘kebahagiaan’
B. Saran
Adapun saran yang bisa penulis berikan :
1) Kepada semua pembaca makalah bila mendapat kekeliruan dalam
makalah ini harap bisa meluruskannya.
2) Untuk supaya bisa membaca kembali literatur-literatur yang
berkenaan dengan pembahasan ini sehingga diharapkan akan bisa
lebih menyempurnaka kembali pembahasan materi dalam makalah
ini
3) Kritik& saran dari pembaca sangat di harap kan demi
kesempurnaan penulisan makalah di kemudian hari.
21
Datar pustaka
Tafsir , Ahmad. 2012 . Filsafat umum akal dan hati sejak thales sampai capra.
Remaja RosdaKarya : Bandung .
Abdul Manan , 2017 . Realisme aristoteles . di kutip dari
http://aqidahfilsafatislam.blogspot.com/2017/04/realisme-aristoteles.html. 1
oktober .
Fauziyah . 2016. 10 kategori menurut aristoteles .[internet] .Tersedia di :
https://fauziyahweb.wordpress.com/2016/05/24/10-kategori-menurut-aristoteles/
22