5
Cerita Rakyat : Malin Kundang Si Anak Durhaka Pada jaman dahulu kala, di sebuah desa nelayan di pesisir Sumatra, hiduplah sebuah keluarga miskin. Mereka terdiri dari seorang ayah, ibu dan anak laki-laki. Begitu miskinnya mereka, gubuk tempat tinggalnya yang terbuat dari daun dan pelepah nipah, bergoyang-goyang tertiup angin. Pakaian mereka compang- camping. Badan mereka kurus kering karena kurang makan. Malin Kundang, demikian nama anak laki-laki itu. Ia sebenarnya anak yang tampan, cerdas dan tangkas. Hanya saja, tubuhnya yang kurus dan balutan baju yang buruk membuatnya tampak sangat jelek dalam pandangan mata. Malin Kundang mempunyai bekas luka di siku tangan kanannya. Bekas luka itu cukup besar sehingga sangat mudah terlihat. Ia pernah terjatuh sewaktu mengejar anak-anak ayam tetangga dan terluka akibat terjerembab di atas batu. Menyadari akan kemiskinan mereka, ayah Malin Kundang pergi merantau untuk mendapatkan kehidupan dan pekerjaan yang lebih layak. Akan tetapi berbilang hari, bulan, dan tahun, ayah Malin Kundang tak pernah kembali. Tinggal ibu dan anak yang malang. Ibu Si Malin Kundang telah melupakan ayah Malin Kundang. Ia bekerja membanting tulang untuk mengisi perut mereka. Pekerjaan apapun dilakukan asalkan halal. Perempuan itu sangat menyayangi Malin Kundang.

Cerita Rakyat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

malin kundang

Citation preview

Page 1: Cerita Rakyat

Cerita Rakyat : Malin Kundang Si Anak Durhaka

Pada jaman dahulu kala, di sebuah desa nelayan di pesisir Sumatra, hiduplah sebuah keluarga

miskin. Mereka terdiri dari seorang ayah, ibu dan anak laki-laki. Begitu miskinnya mereka,

gubuk tempat tinggalnya yang terbuat dari daun dan pelepah nipah, bergoyang-goyang tertiup

angin. Pakaian mereka compang-camping. Badan mereka kurus kering karena kurang makan.

Malin Kundang, demikian nama anak laki-laki itu. Ia sebenarnya anak yang tampan, cerdas

dan tangkas. Hanya saja, tubuhnya yang kurus dan balutan baju yang buruk membuatnya

tampak sangat jelek dalam pandangan mata. Malin Kundang mempunyai bekas luka di siku

tangan kanannya. Bekas luka itu cukup besar sehingga sangat mudah terlihat. Ia pernah

terjatuh sewaktu mengejar anak-anak ayam tetangga dan terluka akibat terjerembab di atas

batu.

Menyadari akan kemiskinan mereka, ayah Malin Kundang pergi merantau untuk

mendapatkan kehidupan dan pekerjaan yang lebih layak. Akan tetapi berbilang hari, bulan,

dan tahun, ayah Malin Kundang tak pernah kembali. Tinggal ibu dan anak yang malang.

Ibu Si Malin Kundang telah melupakan ayah Malin Kundang. Ia bekerja membanting tulang

untuk mengisi perut mereka. Pekerjaan apapun dilakukan asalkan halal. Perempuan itu sangat

menyayangi Malin Kundang.

Bertahun-tahun mereka lewati, kini Malin Kundang sudah beranjak remaja. Si Malin

Kundang kini sudah mulai bisa bekerja dan membantu ibunya mencari nafkah. Ketampanan,

kecerdasan dan ketangkasannya memikat banyak orang. Balutan baju buruk bertambal-

tambal tidak lagi dapat menutupi pesonanya. Hingga, suatu hari seorang nakhoda kaya raya

bersandar di pantai di kampung nelayan itu. Ia mengajak Malin Kundang untuk ikut berlayar

bersamanya.

Dengan berat hati ibu Malin Kundang melepaskan kepergian anaknya. Ia hanya

mengharapkan anaknya itu selalu ingat padanya dan kampung halamannya jika telah sukses

merantau dalam pelayarannya.

Page 2: Cerita Rakyat

Singkat cerita, ikutlah Malin Kundang berlayar dalam kapal besar itu. Ia dengan cepat

menjadi orang kepercayaan dan kesayangan nakhoda kaya. Semua suka padanya. Ia cepat

belajar dan bertumbuh menjadi lelaki dewasa yang kuat.

Pada suatu pelayaran mereka, kapal itu diserang perompak yang amat ganas. Nakhoda dan

semua awak kapal terbunuh. Barang-barang berharga dan bermacam perhiasan dirampas.

Untung nasib, para bajak laut itu tak menyadari Malin Kundang yang bersembunyi dalam

suatu lubang sempit di dalam kapal. Tak ada barang apapun yang disisakan di kapal itu saat

para perompak meninggalkan dan menenggelamkannya. Berhari-hari Malin Kundang

terkatung-katung di tengah samudra hingga akhirnya terdampar di sebuah desa yang sangat

kaya. Desa itu sangat subur dan pelabuhannya sangat maju.

Di desa ini Malin Kundang ditolong orang-orang desa. Ia kemudian memulai hidup baru

dengan bekerja. Dengan cepat ia disukai banyak orang. Ia dengan cepat pula menjadi

saudagar yang kaya raya. Rupanya, kecerdasan, ketampanan, dan ketangkasan serta

pengalaman hidupnya yang banyak telah mengantarkannya kepada kesuksesan. Ia kemudian

menikah dengan seorang putri saudagar yang kaya. Saudagar itu memiliki banyak kapal-

kapal besar untuk urusan perdagangannya. Malin Kundang bersama istrinya yang cantik jelita

kemudian sering bepergian dalam urusan perniagaan.

Di kampung halamannya, berita tentang keberhasilan Malin Kundang telah sering didengar

oleh ibunya yang kini telah menjadi tua dan renta. Perempuan tua itu sangat merindukan

anaknya. Ia yakin suatu saat anaknya yang gagah dan kaya itu akan menjemputnya. Setiap

sore ia menantikan Malin Kundang di dermaga. Ia berharap Malin Kundang akan

menjemputnya.

Pada suatu sore yang tenang, sebuah kapal besar merapat ke dermaga tempat di mana ibu

Malin Kundang duduk setia menanti. Ketika si saudagar kaya pemilik kapal dan dan istrinya

keluar berdiri di haluan kapal, yakinlah ibu Malin Kundang bahwa saudagar kaya itu adalah

anaknya. Baju yang indah dan segala perhiasan yang menempel di tubuh anaknya itu tidak

membutakan matanya. Ia masih dapat mengenali Malin Kundang. Perempuan tua itu semakin

yakin ketika ia melihat bekas luka di tangan anaknya itu. Luka bekas terjatuh ketika Malin

Kundang mengejar anak-anak ayam.

Page 3: Cerita Rakyat

Ibu Malin Kundang langsung memeluk anaknya ketika saudagar itu turun dari kapal bersama

istrinya. Ia mengucapkan kegembiraannya bahwa Malin Kundang anaknya telah menjadi

orang yang berhasil dalam perantauan.

Akan tetapi, sungguh di luar dugaan ibunya. Malin Kundang merasa malu memiliki ibu yang

tua renta dengan baju yang buruk compang-camping. Di hadapan istrinya, ia mengatakan

bahwa ia bukanlah anak dari perempuan tua itu.

Sungguh amat terluka hati ibu Malin Kundang. Anak satu-satunya yang sangat disayanginya

itu telah menyakitinya. Ia berusaha meyakinkan Malin Kundang bahwa ia memang ibunya.

Tetapi Malin Kundang yang hanya karena perasaan malu mempunyai ibu yang buruk rupa

terus berusaha menyanggah. Ia bahkan menjadi marah. Malin Kundang membentak dan

mendorong ibunya hingga terjatuh ke tanah.

Akhirnya, perempuan tua itu menyerah. Sambil menangis Ia menadahkan tangan dan berdoa.

“Ya Allah, jadikanlah anak durhaka ini sebagai kisah untuk pelajaran berharga di masa

datang. Jadikanlah ia batu karena telah durhaka kepada ibu kandungnya sendiri.”

Si Malin Kundang yang kesal dan marah segera mengajak istrinya naik ke kapal. Mereka

segera mengangkat sauh dan berlayar. Tetapi hanya sekejap, badai datang menerjang. Ombak

samudra bergulung-gulung. Kapal Malin Kundang yang besar dan kuat diombang-

ambingkan, hingga pecah terbelah. Malin Kundang jatuh ke laut dan terdampar di pantai. Ia

berusaha meminta ampun kepada ibunya, tetapi kutukan telah datang. Ketika ia bersimpuh,

petir menyambar. Semua telah terlambat. Malin Kundang berubah menjadi batu. Ia menjadi

pelajaran bagi siapapun yang durhaka kepada ibu.

Catatan:

Cerita rakyat ini tersebar di banyak negara dan daerah di Asia Tenggara dalam beragam versi.

Nama Malin Kundang adalah nama yang populer di daerah Sumatra Barat. Pada daerah lain,

atau negara lain, mungkin nama si anak durhaka tidak lagi Malin Kundang. Misalnya di

Malaysia, nama tokoh dalam cerita rakyat atau legenda ini adalah Si Tanggang.