6
KARENA KITA CINTA Cerpen Karangan: Fahrial Jauvan Tajwardhani “Tak masalah bila akhirnya kita terpisah, tapi jika rindu datanglah seperti biasa, seperti yang sering kita lakukan, teruslah memejamkan mata sampai di mimpi-mu aku menjadi nyata,” pesan singkat Mutya. Mutya menjadi salah satu korban kecelakaan beruntun. Kepalanya mengalami benturan hebat sampai-sampai kaca mobilnya retak. Beruntung seseorang dengan cepat menyelamatkan nyawanya. Tubuh-nya tetap pada wujud yang utuh, hanya bagian kepala-nya yang bermasalah. Lupa ingatan menjadi harga mati untuk seorang yang mengalami benturan keras. Hatiku selalu menghawatirkannya, setiap malam tidurku tak nyenyak karenanya, makan pun jadi enggan. Di dunia ini aku tak bisa melihat apa-apa lagi selain penderitaan dan kesedihan, perempuan manis itu tersungkur lemah tak berdaya, di balik jendela aku menangis menyapa-nya manja. Namanya selalu ku sebut di dalam do’a berharap Tuhan memberi-nya daya untuk bangkit dan memelukku mesra, seperti yang sering dilakukannya saat bangun tidur di pagi buta. Mutya seperti jasad tak bernyawa tapi berada di dekatnya sepanjang hari membuatku merasa nyaman, meski kami hanya diam. Untuk kesetiaan ini ku beri nama cinta. Dan untuk kesedihan ini ku beri nama rindu. Agar kelak saat orang lain bertanya padaku tentang cinta dan rindu, aku bisa menjawab dengan lantang, “Bahwa cinta itu, ketika kita kehilangan tetap setia menjaganya, bukan pada fisik tapi menjaga pada hati agar tak pergi meninggalkan. Dan rindu itu, ketika kita berpisah tetap dengan rasa yang sama, air mata jatuh tak wajar karenanya.” Sekarang, jika umur Mutya tersisa 24 jam. Maka tak cukup bagiku menceritakan kembali tentang indahnya hidup berdampingan dengannya selama 24 tahun. Kaki kecilku menjadi kuat berjalan semua karena-nya, yang selalu ada menggenggam erat tanganku, dengan penuh sabar mengajariku cara berjalan, hingga kini kaki

CERPEN b.indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

CERPEN b.indonesia

Citation preview

KARENA KITA CINTACerpen Karangan: Fahrial Jauvan Tajwardhani

Tak masalah bila akhirnya kita terpisah, tapi jika rindu datanglah seperti biasa, seperti yang sering kita lakukan, teruslah memejamkan mata sampai di mimpi-mu aku menjadi nyata, pesan singkat Mutya. Mutya menjadi salah satu korban kecelakaan beruntun. Kepalanya mengalami benturan hebat sampai-sampai kaca mobilnya retak. Beruntung seseorang dengan cepat menyelamatkan nyawanya. Tubuh-nya tetap pada wujud yang utuh, hanya bagian kepala-nya yang bermasalah. Lupa ingatan menjadi harga mati untuk seorang yang mengalami benturan keras.Hatiku selalu menghawatirkannya, setiap malam tidurku tak nyenyak karenanya, makan pun jadi enggan. Di dunia ini aku tak bisa melihat apa-apa lagi selain penderitaan dan kesedihan, perempuan manis itu tersungkur lemah tak berdaya, di balik jendela aku menangis menyapa-nya manja. Namanya selalu ku sebut di dalam doa berharap Tuhan memberi-nya daya untuk bangkit dan memelukku mesra, seperti yang sering dilakukannya saat bangun tidur di pagi buta.Mutya seperti jasad tak bernyawa tapi berada di dekatnya sepanjang hari membuatku merasa nyaman, meski kami hanya diam. Untuk kesetiaan ini ku beri nama cinta. Dan untuk kesedihan ini ku beri nama rindu. Agar kelak saat orang lain bertanya padaku tentang cinta dan rindu, aku bisa menjawab dengan lantang, Bahwa cinta itu, ketika kita kehilangan tetap setia menjaganya, bukan pada fisik tapi menjaga pada hati agar tak pergi meninggalkan. Dan rindu itu, ketika kita berpisah tetap dengan rasa yang sama, air mata jatuh tak wajar karenanya.Sekarang, jika umur Mutya tersisa 24 jam. Maka tak cukup bagiku menceritakan kembali tentang indahnya hidup berdampingan dengannya selama 24 tahun. Kaki kecilku menjadi kuat berjalan semua karena-nya, yang selalu ada menggenggam erat tanganku, dengan penuh sabar mengajariku cara berjalan, hingga kini kaki kecil itu tumbuh menjadi besar, dan siap berjalan jauh menuntunnya bepergian. Tubuh kecilku, pengetahuan sempitku, semua berubah karenanya, benar-benar karena Mutya. Karena ia menyayangiku, karena ia merawatku, karena ia mengorbankan hidupnya untuk menghidupiku, karena ia selalu memberikan yang terbaik untukku.Lama sudah tak mendengar suaranya, rindu menari nakal mengganggu pikiran. Airmata tak terhitung jumlahnya, yang jatuh ke pipi atau ke tanah semua keluar tanpa rasa sadar. Akhirnya, Mutya menyerah pada penderitaan-nya, ia berhenti bernafas, dan tubuh-nya menjadi ringan. Aku hanya tersandar, gila, tanpa airmata lagi. Dunia ini tak memberiku tempat sembunyi untuk menghilangkan kegundahan hati. senyum manisnya, tawa manjanya, tingkah lucunya, semua ada di pikiran ku. Aku menjadi nakal dan mulai durhaka padanya, aku berusaha menghapus semua yang mengganggu pikiranku tentangnya. Dimana keburukannya selama hidup denganku? Aku bertanya pada hatiku, semua tak ada yang bersuara, hanya bayangnya semakin kuat menyiksa batinku yang renta.

Namanya terukir indah di benakku, kasih sayangnya tertanam subur dalam hatiku. Meski aku bisa membeli dunia, tak akan ada bahagia tanpa Mutya di sisiku.

Tak masalah jika akhirnya harus terpisah, pernah hidup dan ditakdirkan menjadi anak Mutya itu sangat membuatku bahagia, ujarku lirih. Ibu, aku mencintaimu.

PATRIOT KECILCerpen Karangan: Angela Purba S

Rima melihat adiknya yang termenung di dekat jendela. Mengentikkan jarinya dari tadi. Sinar matahari yang sudah mulai kelihatan menyinari kepalanya. Muka sang adik tampak sedih. Rima segan bertanya kepada adiknya apa yang terjadi, karena pasti itu hanya membuat adiknya tambah badmood. Tapi, Rima tetap penasaran kenapa adiknya dari tadi hanya disitu. Rima tetap mengurungkan niatnya. Rima melangkah 4 kali. Jaraknya sama adiknya masih terlalu jauh. Untuk di senggol pun tidak sampai. Rima maju 4 langkah. Sekarang, jaraknya sama adiknya sudah bisa dibilang dekat. Rima menundukkan kepala melihat sang adik duduk manis di depan jendela.Roni, kamu ngapain? Kok dari tadi diam saja? Ada masalah ya di sekolah? tanya Rima langsung.Nggak sih jawab Roni. Suaranya masih terdengar halus.Terus? tanya Rima lagi.Roni memandang Rima, kakaknya. Dari wajah Roni keliahatan bahwa Roni sangat jenuh sekarang.Kak, aku ingin jadi Patriot.Rima tersenyum. Dia melihat adiknya yang polos situ. Walaupun masih umur 6 tahun, sudah punya impian seperti ini, luar biasa! Batin Rima dalam hati. Dia mengelus kepala adiknya. Rima memandang adiknya penuh.Jadi? Apa yang harus dilakukan sama Patriot kecil kayak kamu?Roni berpikir sejenak. Perang?Jawaban yang didapat Rima membuat Rima tertawa. Kepolosan sang adik memang tiada duanya. Rima mengambil 1 kursi yang terletak di pojok dan menaruhnya di samping Roni. Rima merangkul adiknya yang masih memandang pemandangan di luar.Perang itu nggak wajib, Ron. Jawab Rima. Yang kamu perlu lakukann hanya membuat Negara mu bangga.Roni bertanya lagi. Gimana caranya? Merekamereka aja nggak kenal sama aku, kak.Rima menjawabnya dengan senyuman. Nah, buat mereka kenal sama kamu. Tau kamu. Jangan buat orang bertanya siapa kamu. Tapi buat orang menjawab itu kamu. Semua karya tuh butuh perjuangan. Jawab Rima panjang lebar.Roni menatap sang kakak. Terus, Roni harus apa?Roni harus tunjukkan kalau kamu bukan hanya anak biasa dari desa kecil. Tapi anak luar biasa berasal dari desa kecil.Roni tetap nggak ngerti. Roni melihat kakaknya yang juga sedang menatapnya.Roni artinya harus bekerja keras demi membuat Negara kita bangga. Mungkin sekarang emang belum banyak yang tau kamu. Tapi kalau kamu punya niat membuat orang kenal sama kamu, semua itu akan terjadi kok. Lakukan hal positif dan terhormat, itu yang membuat kamu menjadi patriot kecil. Sekarang, ngerti?Roni mengangguk paham. Ia tersenyum lebar. Berdiri dari tempat duduknya.OKE!! teriak Roni semangat.Roni berlari keluar rumah. Membentangkan tangannya yang lebar berasa sedang terbang. Menutup matanya dan berkata dalam hatinyaaku lah si Patriot Kecil.

NASIHAT NENEKCerpen Karangan: Mega Suri Risanda

Nenekku adalah orang yang pintar memasak dan merajut, ia tinggal di desa yang cukup terpencil, suatu hari aku pergi ke desa tempat tinggal nenek. Oh, ya namaku Emi. Sesampai aku di rumah nenek. Nenek langsung bertanya kamu kesini sendiri? Aku hanya mengangguk nenek menjawab kenapa kamu ngak sama ibumu? Nenek menatapku dan aku hanya menundukan kepala nenek bertanya lagi kenapa kamu ngak kesini bersama bapakmu? Aku masih menundukan kepalaku.Nenek pun mempersilahkan aku duduk dan mengambilkan aku teh. Aku langsung duduk dan meminum teh buatan nenek. Nenek berkata padaku nenek tau kamu ada masalah dengan ibu dan bapakmu aku yang sadang meminum teh langsung diam dan meletakan teh itu di meja. Nenek duduk di sampingku dan berkata jelaskan mengapa kamu bisa kabur dari rumahmu aku memeluk nenek sambil berkata nenek mengapa nenek bisa tau nenek melepaskan pelukanku dan menjawab sewaktu ibumu seusiamu ibumu selalu pergi ke rumah neneknya apabila sedang ngambek dengan orangtuanya. Nenek tau buah jatuh tak jauh dari pohonnya aku tersenyum dan berkata ibu dan bapakku itu tidak memperhatikanku mereka lebih memperhatikan kak Tiwi mereka selalu mengunggulkan kakak mereka hanya memperhatikan kakak. Mungkin karena kakak pintar dan juara 1 di kelas. Aku ngak disayang nek nenek hanya tersenyum dan tertawa ibumu sayang padamu setiap hari ibumu menelfonku untuk menanyakan kabarku dan untuk bercerita tentang Tiwi dan Emi. Ibumu bercerita kamu adalah anak yang rajin dan Tiwi adalah anak yang pintar aku menatap nenek sambil berkata ibu dan bapak ngak peduli kalau aku mau ngomongin nilai ibu hanya bilang kamu jangan pernah puas dengan nilaimu kakakmu saja selalu juara kelas namun ia tidak pernah berpuas diri bahkan kakakmu sering mendapat juara olimpiade namun kakakmu tidak pernah berpuas diri. Sedangkan bapak hanya berkata tingkatkan nilaimu dan jadilah anak yang pandai kamu sudah membanggakan kami tapi kakak lebih memebanggakan kalau kamu mau memenanggakan kami melebihi kakakmu maka rajinlah belajar. Mereka bangga sama kakak nek nenek menatapku sambil tertawa hahahaha. Kamu tau mereka terus membanggakanmu ketika kamu juara 1 lomba membaca Al-quran sekabupaten mereka tak ingin kamu puas begitu saja dan mereka ingin kamu mencontoh kakakmu yang mendapat juara kelas mereka tak bermaksud merendahkanmu hanya ingin kamu menjadi lebih baik aku tersenyum puas mendengarkan kata nenek. Nenek berkata kalau kamu kabur kamu tidak akan menyelesaikan masalah namun akan menambah rumit suatu masalah. Nenek ingin kamu tau sebenarnya kamu hampir saja membuat dirimu celaka karena kamu masih kecil dan nekat pergi sendiri nenek tak bangga sama perbuatanmu tiba-tiba telefon rumah nenek bedering ternyata itu ibu. Nenek mengangkat telefon dan langsung berkata anakmu di rumahku kamu besok kemari jemput dia biarkan dia menginap 1 malam disini nenek langsung menutup telefon dan menyuruh aku mandi lalu sholat.Nenek memang orang yang taat ibadah seperti orangtuaku. Setelah sholat nenek menyuruhku makan dan memberikan aku 2 buah selimut rajutannya buatmu dan kakakmu aku berterimakasih dan mencium nenek. Saat itu aku belajar untuk tidak mengambil keputusan begitu saja.