Cerpen - Masa Lalu Tetap Akan Menjadi Masa Lalu

Embed Size (px)

Citation preview

Masa lalu hanya akan menjadi masa laluOleh : Tiara Kusuma Pertiwi

Pagi yang sangat cerah, tapi tidak untuk aku. Aku mendung, aku ingin mencurahkan isi hatiku. Aku ingin menangis. Aku ingin sahabatku disini, aku ingin Muri dan Rachel, tapi mereka tidak ada. Ketika kupijaki halaman sekolahku, tatapanku kosong, aku berjalan gontai memasuki area sekolah, wajahku kusut. Aku tidak bersemangat hari ini. Seseorang telah membawa semangatku pergi tadi pagi. Reyza akan pergi umroh selama 4 bulan dan selama 4 bulan itu juga pastinya aku tidak bisa berkomunikasi dengannya. Aku kurang yakin akan selalu bersemangat kesekolah apabila tanpa adanya penyemangatku. Reyza adalah cowok yang menemani hariku selama 13 bulan yang lali. Dia adalah sosok pacar yang sangat baik dan juga perhatian, aku beruntung bisa memilikinya. Tapi 4 bulan? Itu waktu yang lama. Aku mendesah kecil ketika tadi pagi dia memberitahuku tentang kepergiannya. Tapi aku tidak bisa menahannya pergi. Aku sedih hari ini. Fikiranku tersadar ketika aku melihat ada seseorang yang

memperhatikanku, ia duduk di kursi panjang depan kelas IX-4. Seorang cowok yang wajahnya sudah tak asing lagi kulihat. Setiap pagi, ia selalu duduk disitu dan selalu memperhatikanku. Aku berhenti berjalan dan melihat kearahnya, ketika mata kami bertemu, dia tersenyum manis kepadaku, dan aku pun membalas senyumnya. Senyuman itu seperti membawa kekuatan tersendiri. Hatiku berdegup kencang. Aku tidak mengerti tentang keadaan seperti ini. ***

Kubuka pintu kelasku, dan kudapati teman-temanku tengah sibuk dengan urusannya masing-masing. Aku meletakkan tasku di bangkuku dan

menelungkupkan wajahku ke meja. Rachel menghampiri mejaku. Kamu kenapa ka? Ada apa? Kamu sakit? Punya masalah? Kenapa? Cerita dong ka cerocos Rachel khawatir. Hmm, Aku enggak sakit kok. Aku cuma sedih, Reyza mau pergi 4 bulan. Umroh katanya, dan selama 4 bulan itu kami bakal enggak ada komunikasi ceritaku pada Rachel. Jangan sedih ya, jangan merasa sendiri. Ada aku, ada Muri, ada mereka semua yang sayang sama kamu. Lagian 4 bulan tu enggak lama kok hibur Rachel sambil menunjuk teman-teman sekelasku. Iya, aku tau. Aku hanya enggak terbiasa ditinggal gini. Tapi aku bakal coba jawabku dengan senyuman. Ketika itu, Muri baru datang dan langsung kemejaku. Hal yang sama juga ia tanyakan mengapa aku terlihat tidak semangat hari ini. Aku diam saja, Rachel yang menceritakan semuanya. Muri juga menghiburku. Aku beruntung punya sahabat seperti mereka. Bel masuk berbunyi, Rachel segera kembali ke tempat duduknya. Dan Muri segera meletakkan tasnya dimeja sebelahku. *** Ketika istirahat, kami bertiga berjalan ke kantin, dari sudut mataku,terlihat cowok tadi pagi sedang memperhatikanku lagi. Tapi ia tidak sendiri, ia bersama 3 temannya. Aku penasaran dengan cowok itu. Aku segera menyenggol tangan Muri. Mur, coba lihat cowok yang ada disudut situ. Itu siapa? tanyaku

Yang mana? Yang bertiga bersama temannya itu ya? Itu Raffa . Dia temanku waktu SD, nah yang 1 yang agak tinggi putih itu dia tetanggaku, Reinald namanya. Kenapa? jelas Muri Oh gitu ya. Tau enggak? Dia itu loh yang sering aku ceritain. Cowok itu yang sering memperhatikan aku kataku pada Muri dan Rachel Wah ! bagus tuh. suka sama kamu kali. Dia orangnya baik banget loh. Dulu sih dengar-dengar waktu SD dia pernah pacaran sama Nelza teman sekelas kita Muri melanjutkan omongannya. Suka? Ya enggak mungkin lah, aku enggak kenal dia. Oh gitu ya .. jawabku singkat. *** Sepulang sekolah setelah aku mengganti baju, sholat dan makan siang, aku segera meraih laptop dikamarku untuk membuka situs jejaring sosial seperti facebook. Aku lebih suka berteman dengan orang-orang di dunia maya daripada dunia nyata. Karena aku pertama kali mengenal Reyza melalui situs jejaring ini. Aku punya banyak teman di berbagai bagian di Indonesia, aku mulai memainkan jari mungilku untuk membalas semua wall dari teman-temanku. 1 friends request muncul, aku membuka profil orang itu dulu baru aku meng-confirm-nya. Orang itu ternyata Raffa, aku langsung meng-confirm-nya. Aku ingin mengenalnya dan mencari tahu apa maksud dia selalu memperhatikanku. thank you for request :) ketikku pada wallnya kemudian mengirimnya. Tak lama kemudian ia segera membalas wallku, youre welcome, Fika kan? lanjut di chat aja yah :) Aku segera mengaktifkan chatku, entah berapa lama sudah kami chat. Asyik sekali berbicara dengannya. Enak di ajak ngobrol. Bahkan aku sering tertawa ketika membaca chatnya yang penuh lelucon. Ketika sedang asyik chat, tiba-tiba mama memanggilku.

Fika, sedang apa kamu sayang dikamar? Bantu mama masak dong pinta mamaku. Ia ma, sebentar ya jawabku kemudian aku segera mematikan laptopku setelah sebelumnya aku meminta izin untuk ofline duluan dengan Raffa. *** Jam 20.30 setelah selesai belajar, aku segera beranjak menuju tempat tidurku. Dan tiba-tiba saja hp ku berdering tanda ada sms masuk. Aku berharap itu dari Reyza, walaupun aku tahu dia tak mungkin menghubungiku. Ketika ku melihat layar hpku, ada kekecewaan dihatiku. Itu bukan Reyza. Tapi itu hanya deretan angka yang tidak kukenali.From : 085223642xxx Lagi apa ka? Aku ganggu kamu gak?

Aku membalasnyaTo : 085223642xxx Maaf ini siapa? Dapat no hpku darimana?

Aku menerka-nerka siapa orang itu, perasaan aku sih beberapa akhir ini tidak pernah memberikan no hpku kepada siapapun yang tidak aku kenal. HPku berdering lagi, orang itu sudah membalasnyaDari : 085223642xxx Ini Raffa, Aku dapat no kamu dari selembaran uang seribuan :p Gak deng, aku dpat dr orang. by the way, aku ganggu gak nih?

Aku senang sekali. Aku segera membalas smsnya itu.To : 085223642xxx

Oh kamu toh. Aku kirain siapa. Hah?! Uang seribuan? Aduh maklum deh, kan aku artis gitu, jadi no hpku dimana* ada :p Gak ganggu kok. Ada apa fa?

Entah berapa lama aku ber-sms-an dengannya, aku nyaman. Aku tidak kesepian lagi tanpa adanya Reyza. Ada yang menghiburku. Orang itu adalah Raffa. *** Sudah sekitar 6 bulan aku dan Raffa dekat, bahkan teman-teman disekolahku mengganggap aku sudah jadian dengan Raffa, padahal nyatanya aku masih begini. Dekat tanpa ada status yang mengikat kami. Dia selalu mengutarakan isi hatinya padaku, tapi aku selalu diam saja. Aku tidak tahu apa aku juga harus mengungkapkan isi hatiku. Aku juga menyayanginya. Oh iya, aku dan Reyza sudah putus 2 bulan yang lalu. Semenjak pulang umroh, Reyza berubah, dia menjadi cowok yang cuek dan pendiam. Dia jarang menghubungiku. Dan aku adalah cewek yang tidak bisa di cuekin, aku enggak tahan dan akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini. Dan sekarang aku ingin Raffa, tapi ada sesuatu yang memaksaku untuk tetap memendam perasaan ini dan tidak menerima Raffa. Jujur, kamu cinta pertama aku. Aku tetap menunggu kamu. Sampai kamu bisa terima aku. Aku tahu kamu juga sayang sama aku. Aku bisa ngerasain itu kata Raffa padaku suatu hari saat pulang sekolah. Aku enggak bisa, ada sesuatu hal kenapa aku gini. Please ngertiin aku. Banyak perempuan lain diluar sana yang bisa sayang sama kamu melebihi aku jawabku, padahal dalam hati aku menyesal mengatakan ini. Aku juga sayang dia. Gak ! Aku enggak bisa. Aku cuma sayang sama kamu kata Raffa keukeuh dengan volume suara yang kemudian menaik. Fa, aku mau kamu lupain aku! Aku enggak cinta sama kamu kataku dengan bohong.

Raffa memandangku penuh makna. Aku diam. Tatapan mata itu teduh, aku suka bola matanya. Aku suka caranya memandang aku. Aku cinta dia. Tiba-tiba air mataku menetes. Tuh kan ! Kamu tu sayang sama aku. Kenapa kamu gini ka? tanya Raffa padaku Aku Aku enggak bisa fa . jawabku kemudian pergi Aku meninggalkan dia, tapi dia tidak mengejarku. Dia diam ditempatnya sambil melihat aku yang semakin menjauh. *** Sayang, kamu kenapa? Habis nangis kan? Punya masalah disekolah? Cerita dong ke mama. Mama enggak suka kamu nangis, karena mama enggak pernah ngajarin kamu buat cengeng gini mama berkata ketika ia melihat aku pulang dengan mata bengkak. Aku enggak apa-apa kok ma. Mama tenang aja hiburku pada mama. Mama enggak percaya. Kamu jangan bohongin mama, sayang. Kamu anak mama. Mama bisa ngerasain kalau anak mama lagi sedih gini. Yaudah tenangin dulu aja, ntar kalau udah tenang, cari mama aja ya . Cerita semua sama mama. Oke sayang? kata mama akhirnya. Iya ma. Fika sayang sama mama jawabku pada mama, mama hanya tersenyum. Aku langsung beranjak ke kamar dan mengunci pintu kamarku. Aku langsung mengeluarkan hpku dari saku celana dan aku menelefon Muri dan Rachel. *** Sepulang bimbel, aku dan Muri berjalan beriringan. Ada yang memanggilku, aku menoleh ke belakang dan melihat seorang cowok berkaus biru muda, celana jeans panjang serta bersepatu kets melambaikan tangan ke arahku. Kemudian dia berlari ke arah ku. Wajahnya sudah tak asing lagi bagiku, tapi aku tidak mengenalnya. Mungkin lebih tepatnya aku lupa.

Ka, mau kemana? Masih ingat aku enggak? kata cowok itu padaku. Hmm, maaf siapa ya? Kayaknya memang udah enggak asing lagi sih, tapi agak lupa. Maklum faktor usia. Hehehe jawabku ramah. Aku Saka, teman SD kamu dulu. Tapi kita beda kelas. Aku dulu sering jahilin kamu dan Amel. Inget gak ? jelas cowok itu yang mengaku bernama Saka. Oh iya Saka, aku ingat. Udah lama banget ya kita enggak ketemu. Oh iya ka, kenalin ni sahabatku aku, namanya Muri. Dia yang menggantikan Amel. Kamu tau kalau Amel udah ninggalin kita semua kan? kataku pelan ketika menyebut nama Amel. Oh ia aku Saka. Iya aku tahu, maaf ya aku sudah ngingatin kamu ke Amel. Aku enggak bermaksud kata Saka sambil mengenalkan diri pada Muri Amel adalah sahabatku ketika aku SD. Ia meninggal karena terkena Leukeumia. Aku adalah orang yang sangat sedih waktu itu. Sampai-sampai aku tidak masuk sekolah hampir seminggu. Aku belum percaya Amel pergi ninggalin aku. Itu semua berubah ketika aku mengenal Muri dan Rachel, mereka bagaikan sosok Amel . Mereka sahabatku ! Iya enggak apa-apa. Santai aja. Kamu sekolah dimana? tanyaku pada Saka. Aku sekolah di Medan, tapi rencana ntar SMA aku disini kok. Aku bakal nyari sekolah sama kamu. Biar bisa lihat kamu terus. Hehehe kata Saka dengan tertawa. Ada-ada aja deh. Minta no hp kamu dong. Biar kita enggak hilang komunikasi lagi. Temen-temen SD pada sombong semua pintaku pada Saka. Oke, nih no hpku 085276612xxx. Call aja ya ntar.. Aku pergi dulu ka, Muri salam kenal, bye.. pamit Saka padaku dan Muri. Sip, hati-hati dijalan ya kataku padanya

Aku dan Muri pun akhirnya pulang. Sesampainya dirumah aku langsung mengeluarkan hpku dan mulai mengetik sebuah pesan singkat untuk Saka. *** 3 bulan sudah aku berusaha melupakan Raffa, aku tidak ingin Raffa menungguku. Aku mau Raffa mendapatkan perempuan lain sehingga ia bisa melupakanku. Dan 3 bulan itulah aku dekat dengan Saka. Aku akhirnya berpacaran dengan Saka. Aku menyayanginya, namun hatiku ke Raffa masih ada. Aku masih mengingatnya, dua hati yang tak pernah menyatu. Aku memasuki SMA seperti Saka. Setelah sebelumnya aku mengikuti UN dan akhirnya lulus dengan hasil yang lumayan memuaskan. Di SMA, aku berada 1 kelas dengan teman satukelas SMPku dulu. Jadi aku tidak perlu susah-susah untuk menyesuaikan diri. *** Hari pertama memakai seragam putih abu-abu . Wah senangnya ! Aku terlihat dewasa hari ini. Kupijaki halaman sekolah baruku bersama Muri dan Rachel, hampir tak pernah terlihat aku pergi kemanapun tanpa mereka, begitu juga sekolah. Perasaanku begitu senang hari ini. Sekolah baru, guru baru, suasana baru dan yang pasti juga hati yang baru. Aku berharap di sekolah ini aku bisa menenangkan dan mengobati luka hatiku karena Raffa, karena disekolah ini ada Saka. Dan yang pasti di sekolah ini aku tidak menemukan sosok Raffa. Raffa bersekolah di sekolah lain. Aku sayang padanya, namun aku tak bisa memiliki cinta itu yaa karena ulahku juga. Ini sekolah kita kata Muri membuka percakapan dengan hati yang riang Bukan, ini sekolah punya pemerintah. Bukan punya kita!tegas seorang cowok dibelakang kami Aku dan Rachel tertawa bersamaan, dan Muri memanyunkan mulutnya tanda jengkel. Kami mulai tersadar, suara siapa tadi yang menjawab . Aku, Rachel dan

Muri celingak-celinguk mencari seseorang itu, ketika aku menoleh kebelakang, aku mendapati Adit sedang tertawa geli melihat kami. Adit adalah teman sekelasku juga sewaktu SMP. Yaelah, kamu lagi! Kenapa sih dimana kami berada disitulah ada kamu? Kamu suka banget nguntit ya?! cercah Muri. Aku enggak nguntit kok, aku cuma ngikuti, dan itu juga bukan ngikuti kalian tapi HANYA Fika jelas Adit. Kamu ngikuti Fika berarti kamu ngikuti kami juga. Karena kami sudah satu paket kata Muri dengan agak jengkel. Lagian cinta udah ditolak masih aja ngejar. Fika itu enggak suka sama cowok slengekan kaya kamu sambung Muri pada Adit. Udah lah, baru juga masuk pagar sekolah udah berantem gini, apalagi tiba-tiba nanti kamu dikelas duduk sama dia, bisa jadi perang dunia ke-3 Rachel mencoba melerai. Duduk sama dia?! Amit-amit tujuh turunan deh! Muri berkata sambil dengan muka jijik. Iiiiy apalagi aku. Aku mungkin akan berubah pikiran mau duduk sama kamu kalau memang didunia ini sudah tidak ada lagi manusia dan hanya spesies kamu yang masih ada kata Adit dengan gaya soknya. Heh ! Apa sih ini ! Pagi-pagi sudah bikin pasar . Ribut banget tau. Kita tu anak baru, jadi kasih kesan baik dulu dong sama kakak-kakak dan abang kelas. Tuh lihat kakak-kakak yang dipojok itu, dia ngeliatin kita! kataku akhirnya mau angkat bicara. Kakak-kakak itu bukan ngeliatin kita, tapi ngeliatin aku. Maklum lah mungkin mereka belum pernah lihat cowok semanis dan seganteng aku kata Adit sok cool.

Gitu ganteng, gimana jeleknya ya? Tanya Muri pelan sambil pura-pura berfikir. Muri dan Adit masih berantem mulut ditengah lapangan, sedangkan Aku dan Rachel memutuskan untuk meninggalkan mereka dan masuk kedalam kelas. Muri yang ketika itu sadar sudah aku tinggalkan segera memanggil dan berlari mengejar. *** 3 bulan aku sudah berada disekolah ini. Kegiatan SMA sungguh sangat sukses menyita waktu dan tenagaku. Sekolah pukul 07.30 sampai 17.00, dirumah pun buku masih aku pegang, ya karena ada sesuatu yang memaksaku memegangnya, sesuatu itu adalah PR dan juga tugas yang tak henti-hentinya menghujam bagai derasnya hujan di musim hujan yang entah kapan ingin berhenti. Apalagi kalau musim ulangan. Wow ! Otak serasa mau pecah. Masa remajaku hanya disibukkan dengan buku, buku dan buku. Jarang ada waktu istirahat. Wajar enggak sih kalau ada waktu libur aku senangnya bukan main? Alasanku sih karena disitulah hari dimana aku bisa tidur siang -kecuali Minggu-. Rupanya kepenatanku disekolah tak menjadi akhir bagiku , ketika aku teringat dengan sosok cowok itu. Raffa? Ya, dia berada disekolahku. Entah mengapa bisa ia berada di sekolahku. Untuk apa dia pindah kemari? Dia membawa kembali luka lama yang pernah dahulu ia goreskan dihatiku. Yang lebih membuatku cemburu adalah dia sekolah disini karena ingin selalu dekat dengan pacarnya. Aku memang senang ia sudah punya pacar, karena itu yang aku inginkan. Tapi aku belum bisa terima ini. Tapi apa dayaku, ini sudah menjadi takdirku. Aku yang membuat pilihan yang salah awalnya. Ketika itu bel pulang berbunyi, semua anak riuh riang berhamburan keluar dari kelas, termasuk aku. Aku berkata pada Muri dan Rachel. Mur, Hel .. aku pulang duluan ya. Ada urusan dirumah, jadi aku enggak bisa sama-sama ngantar Rachel pulang. Enggak apa-apa kan ? pintaku pada mereka. Iya ka, pulang duluan aja. Rachel biar aku aja yang antar nanti jawab Muri dengan senyum manisnya.

Aku pun membalas dengan senyuman kemudian akhirnya aku beranjak pergi ke parkiran untuk mengambil vario merah magenta kesayanganku. Ketika di jalan aku melihat sosok Dhika, dia adalah abang kelas yang juga sekaligus sahabatku. Aku pun menghampirinya. Hei Dhik, tumben sendirian? Mana anak buah? godaku padanya, sambil menjajarkan langkahku dengan langkahnya, kami berjalan beriringan Anak buah?! Oh berarti aku jadi papa buahnya? Enggak ah sambil mengejekku. Maksudnya kawan aku ya? Enggak tahu tuh, ninggalin. Kamu juga tumben sendiri? Mana Rachel? Muri? sambungnya lagi. Oh.. mereka masiiiiiih. Aku tidak melanjutkan kata-kataku, karena tiba-tiba didepanku lewat Raffa dengan pacarnya. Aku langsung menghentikan langkahku. Aku cemburu. Aku masih sayang Raffa, sayang banget! Aku iri melihat mereka. Aku cinta pertamanya dan harusnya aku yang berhak berada disampingnya dan tangankulah yang harusnya ia gandeng sekarang, bukan tangan perempuan itu. Dan aku menyesal telah menggagalkan itu semua. Aku ingin menangis! Hei ! Ka, Fikaaa .. lihat apa sih ? Dhika mengagetkanku. HAH ! Eh iya Dhik . Kenapa? tanyaku kaget. Kok nanyak balik? Kenapa? Lihat Raffa sama pacarnya ya? udah enggak papa. Kamu hanya belum bisa saja melupakan dia saja. Itu udah lalu, harusnya dia berlalu dan hanya menjadi masa lalu kata Dhika menasihatiku. Nyesal Dhik rasanya begini. Aku nyia-nyian seseorang! Ternyata hati aku itu seluruhnya bukan untuk Saka sesalku pada Dhika. Jangan pernah menyesal tentang suatu keputusan yang telah kamu ambil. Ini keputusanmu, nasihat Dhika padaku, sahabat cowokku yang paling baik.

Andai Raffa tahu mengapa aku dulu tidak menerimanya gumamku dalam hati. Harusnya ia tahu, aku begini karena aku ingin menjaga hati seseorang sambungku dengan nada penyesalan. Temanku, yaaa tepatnya teman sekelasku pernah menyukai Raffa, bahkan dengardengar pernah berpacaran dengan Raffa. Demi menjaga pertemanan kami, aku sengaja tidak menerima Raffa . Walaupun aku tahu, temanku itu membiarkan aku berpacaran dengan Raffa tetapi aku tidak bisa. Aku perempuan, aku tahu bagaimana rasanya apabila orang yang dulu pernah aku suka memacari teman sekelasku. Ka, udah dong .. jangan terpuruk gini terus. Aku tau kamu bisa .. Dia bukan cintamu. Cintamu itu Saka. Senyum dulu dong, ntar hilang manisnya hibur Dhika padaku. Ia ka, makasih ya. yuk pulang ajakku mencoba tegar. Aku segera mengambil varioku, dan akhirnya aku pulang. Tiba-tiba hujan gerimis turun, aku tetap melanjutkan untuk pulang. Di perjalanan pulang, aku masih teringat kejadian tadi, entah mengapa air mataku menetes membasahi pipiku. Aku suka bermain dibawah hujan, karena ketika hujan, orang tidak tahu jika aku sedang menangis pada saat itu. Aku bertekad untuk melupakan dia. Dia pantas mendapatkan perempuan itu. Perempuan itu cintanya, dan Saka cintaku. Aku berharap semua akan indah. Raffa akan terus kusayang. Tidak ada penyesalan yang nyata. Dia hanyalah akan menjadi masa laluku yang tak akan mungkin menjadi masa depanku. Yang aku punya sekarang Saka. Aku berjanji akan menyayangi Saka dan tidak akan menyia-nyiakan orang yang sudah

menyayangiku. Semoga Raffa bahagia dengan pacarnya, dan semoga kebahagiaan itu juga datang padaku dan Saka :) ****