30
Cervical Lymphadenopathy

Cervical Lymphadenopathy

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Cervical Lymphadenopathy .ppt

Citation preview

Page 1: Cervical Lymphadenopathy

Cervical Lymphadenopathy

Page 2: Cervical Lymphadenopathy

Definisi

• Limfadenopati : Setiap kelainan pada kelenjar limfe, umumnya ditandai oleh pembesaran > 1cm.

• Limfadenitis : Peradangan pada kelenjar limfe.

Page 3: Cervical Lymphadenopathy
Page 4: Cervical Lymphadenopathy

Etiologi

1. Limfadenopati dimana terjadi peradangan akibat infeksi :

Limfadenitis Akut Kronis Spesifik

Non-Spesifik2. Limfadenopati akibat Neoplasma Primer

Sekunder

3.Limfadenopati akibat obat - obatan

Page 5: Cervical Lymphadenopathy

1. Limfadenitis

A.Limfadenitis Akut Peradangan akut yang berlangsung sampai dengan 2 minggu. Apabila masih berlanjut hingga 6 minggu disebut Limfadenitis Subakut.

Page 6: Cervical Lymphadenopathy

Biasanya akibat peradangan dari kulit maupun organ di kepala dan leher. Limfadenitis akut umumnya non spesifik, karena pada pemeriksaan bakteriologi tidak dapat dipastikan 1 mikroorganisme penyebab.

Misalnya pada stomatitis dapat timbul limfadenitis submandibular.

Page 7: Cervical Lymphadenopathy

B. Limfadentis Kronis

• Merupakan peradangan kelenjar limfe yang lebih dari 6 minggu.

• Disebabkan oleh infeksi kronis yang bisa disebabkan oleh penyakit lain. Ada spesifik dan non spesifik.

Page 8: Cervical Lymphadenopathy

Limfadenitis Kronis Non-Spesifik

• Limfadenitis non spesifik adalah peradangan kronis dari kelenjar limfe yang sering terjadi sekunder akibat suatu radang menahun di tempat lain misalnya pada kasus tonsilitis kronis akan ditemukan limfadenitis pada leher.

• Pada permeriksaan bakteriologi pun tidak bisa dipastikan 1 mikroorganisme penyebabnya.

Page 9: Cervical Lymphadenopathy

Limfadenitis Kronis Spesifik

• Infeksi spesifik adalah infeksi dengan penyebab yang jelas. Misal pada penyebaran limfogenik TBC. Ketika dilakukan biopsi aspirasi dan dikulturkan akan didapatkan dengan Mycobacterium tuberculosae sebagai penyebabnya.

Page 10: Cervical Lymphadenopathy

2. Neoplasma

– Primer : Adalah neoplasma yang tumbuh dari kelenjar getah bening itu sendiri. Contoh : Hodgkin Lymphoma dan Non-Hodgkin Lymphoma.

– Sekunder : Adalah akibat metastase dari neoplasma primer di tempat lain, contohnya pada metastase ca nasofaring dan ca mammae

Page 11: Cervical Lymphadenopathy

Penyakit Lain

• Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati

• adalah penyakit Kawasaki, penyakit Kimura, penyakit Kikuchi,

• penyakit Kolagen, penyakit Cat-scratch, penyakit Castleman,

• Sarcoidosis, Rhematoid arthritis dan Sisestemic lupus erithematosus

• (SLE)

Page 12: Cervical Lymphadenopathy

3.Obat Beberapa obat telah dilaporkan dapat memicu terjadinya limfadenopati melalui mekanisme yang masih belum jelas.

Contoh obat yang memicu terjadinya limfadenopati adalah :•Dilantin•Isoniazid•Phenilbutazol•Allopurinol•Cephalosporin

Page 13: Cervical Lymphadenopathy

Diagnosis

• Anamnesis• Pemeriksaan Fisik• Pemeriksaan Penunjang

• Tujuan : Mencari penyebab terjadinya limfadenopati.

Page 14: Cervical Lymphadenopathy

Anamnesis

• Anamnesis umum “OLDCARTS“ (Onset, Location, Characteristic, Aggravating factors, Relieving factors, Time and Situation in which the problem are occurring)

• Usia pasien• Gejala penyerta

Page 15: Cervical Lymphadenopathy

Usia pasien : <30 tahun : 79% jinak dan self limiting30-50 tahun : 59& jinak dan 41% ganas>50 tahun: 39% jinak dn 61% ganas

•Lama pembesaran :Pembesaran yang kurang dari 2 minggu atau lebih dari 1 tahun tanpa progresivitas sangat kecil kemungkinannya untuk keganasan.

Page 16: Cervical Lymphadenopathy

Gejala penyerta :•Keringat malam? Demam? Penurunan berat badan yang signifikan tanpa penyebab yang jelas? Ada kecenderungan mengarah ke limfoma.•Atralgia? Kelemahan otot? Rash? Ada kemungkinan penyakit autoimun•Demam, nyeri tenggorokan dan batuk? Ada kemungkinan ke arah infeksi saluran nafas atas.•Anemis, hepatosplenomegali, memar yang tidak jelas penyebabnya? Ada kemungkinan ke arah leukimia

Page 17: Cervical Lymphadenopathy

Pemeriksaan fisik

• Pemeriksaan fisik dilakukan dengan inspeksi dan palpasi di bagian leher. Dilakukan dari belakang pasien, dilakukan perabaan kanan kiri simultan mulai dari bagian submental ke sublingual, terus turun sampai supraclavicula dan ke dorsal leher.

Page 18: Cervical Lymphadenopathy

PenilaianSize, Site, Shape, Surface + Konsistensi,Fiksasi , Fluktuasi, Pain

Size : Ukuran limfonodi ? < 2cm, 2-5cm, >5cm?Site: Unilateral? Bilateral?Shape : Bergerombol? Single/Multiple?Surface: Permukaan halus? Benjol benjol?Konsistensi : Lunak, Padat, Keras, Kenyal?Fiksasi : Mobile/Fixed? Fluktuasi: Ya/ Tidak?Pain : Nyeri tekan?

Page 19: Cervical Lymphadenopathy

• Konsistensi keras dan tidak nyeri menunjukan kemungkinan keganasan limfoma cenderung terfiksir dan konsistensi seperti karet

• Pada inflamasi karena infeksi bakteri cenderung nyeri dan lunak, bilateral.

Page 20: Cervical Lymphadenopathy

• Penting untuk tetap memeriksa thorax, abdomen dan extremitas. Limfadenopati sebaiknya dianggap sebagai proses penyakit sistemik sampai bisa dibuktikan sebaliknya.

Page 21: Cervical Lymphadenopathy

• Pada suatu proses keganasan misalnya karsinoma mamma atau karsinoma rongga mulut / lidah atau yang lainnya, disamping memeriksa lesi primer untuk menentukan besar tumor (T), juga selalu diperiksa kelenjar getah bening regioner untuk melihat adakah pembesaran kelenjar getah bening tersebut ( N) yang merupakan metastasisi limfogen.Sebaliknya apabila kita menemukan pembesaran kelenjar getah bening setelah kemungkinan infeksi disingkirkan maka pikirkan metastasis pada kelenjar getah bening, dan cari tumor primernya.

Page 22: Cervical Lymphadenopathy

Pemeriksaan Penunjang

• Biopsi• USG• CT Scan

Page 23: Cervical Lymphadenopathy

Biopsi

• Biopsi dapat dilakukan dengan biopsi aspirasi (FNAB) dan biopsi insisi dan eksisi. Masih terdapat banyak perdebatan antara keduanya, FNAB dianggap less invasive, lebih murah, dan lebih mudah dilakukan. Namun tingkat akurasi dari pemeriksaan ini masih banyak diragukan.

Page 24: Cervical Lymphadenopathy

• Bila didapatkan hasil negative pun, apabila tetap dicurigai maligna, maka perlu dilakukan biopsi eksisi. Lalu muncul perdebatan lagi, tentang perlukah FNAB sebelum eksisi atau langsung dilakukan biopsi eksisi saja. Hal ini dikarenakan biopsi eksisi tetap merupakan gold standart.

Page 25: Cervical Lymphadenopathy

• Indikasi yang disarankan untuk biopsi adalah :

• Nodul lebih besar dari 2 cm diameter, pembesaran yang tumbuh cepat 2-3 minggu, tidak mengecil setelah 4-6 minggu, tidak meradang, ada ulkus, tidak bereaksi terhadap antibiotik dan ada gejala sistemik (demam lama, berat badan turun, hepatosplenomegaly).

Page 26: Cervical Lymphadenopathy

• Limfadenitis cervical yang bilateral, dengan diameter kurang dari 2 cm dan bila meradang dan empuk sebaiknya cukup diterapi dengan antibiotik bila pasien tidak menunjukkan gejala sistemik. Antibiotik sebaiknya ditujukan ke Staphylcoccus aureus, grup A streptococcus dan setidaknya diberikan selama 10 hari per oral.

Page 27: Cervical Lymphadenopathy

• Limfadenopati supraclavicular memiliki prioritas tinggi dilakukannya biopsi eksisi karena memiliki kecenderungan metastase keganasan tertinggi.

Page 28: Cervical Lymphadenopathy

Differential Diagnosa

• Kista Duktus Tiroglosus • Kista Dermoid• Laringocele• Hemangioma• Higroma Kistik• Struma

Page 29: Cervical Lymphadenopathy

Daftar Pustaka• Bedah Anak RSUD AWS.

http://bedahanak-rsudaws.blogspot.com/2010/02/benjolan-dileher-apasaja-kemungkinan-penyebabnya (Diakses 12 September 2013)

• Dulin, Michael F. Laura Leach. Management of Cervical Lymphadenitis in Children.Am Fam Physician 2008 Nov 1;78(9):1097-1098

• Long SS, Pickering LK, Prober CG. Principles and Practice of Pediatric Infectious Diseases. 2nd ed. New York, NY: Churchill Livingstone; 2003

• Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi ke 2. Jakarta : EGC. 2004.

• Srouji IA, Okpala N, Nilssen E, Birch S, Monnery P. 2004. Diagnostic cervical lymphadenectomy in children: a case for multidisciplinary assessment and formal management guidelines. Int J Pediatr Otorhinolaryngol. 2004;68(5):551–556

Page 30: Cervical Lymphadenopathy

• Qasmi, Shahzad Ahmed et all. Cervical Lymphadenopathy: A Common Diagnostic Dilemma. Journal of Surgery Pakistan 17 (2) April – June 2012.

• Coughlin, Andrew. Pediatric Cervical Lymphadenopathy. UMTB : Texas. 2009.

• Ingolfdottir, Maria. Virgo Balle. Cristopher Holst Hahn. Evaluation of Cervical Lymphadenopathy in Childern : Advantages and Drawbacks of Diagnostic Methods. Dan Med J 2013;60(8)